Teknik Jalan Raya Iii.pdf

  • Uploaded by: DM
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Teknik Jalan Raya Iii.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 3,780
  • Pages: 82
Teknik Jalan Raya III Kuliah Semester VI (Genap) Isfanari, S.T.,M.T

Jaminan Mutu (Quality Assurance), Jaminan Mutu (Quality Assurance) Pada umumnya semua proyek jalan telah melaksanakan Sistim jaminan mutu (Quality Assurance, QA) namun belum secara utuh. Salah satu bagian dari persyaratan dalam QA yang telah dilaksanakan adalah pengendalian mutu (Quality Control, QC).

Definisi tentang mutu, diantaranya adalah:  ISO 8402 : mutu adalah karakteristik menyeluruh dari suatu barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau tersirat.  Deming : mutu tidak berarti segala sesuatu yang terbaik, tetapi pemberian kepada pelanggan tentang apa yang mereka inginkan dengan tingkat kesamaan yang dapat diprediksi serta ketergantungannya terhadap harga yang mereka bayar.

Berdasarkan definisidefinisi-definisi tersebut dapat dikatakan bahwa mutu sangat tergantung pada standar yang disyaratkan oleh pelanggan dan mempunyai target memuaskan pelanggan (custumer satisfaction). satisfaction).

Dalam pekerjaan jalan, „pelanggan‟ yang dimaksud adalah masyarakat pengguna jalan. Mutu yang diminta tentunya sesuai dengan kelas jalan, seperti jalan tol, jalan nasional, jalan kabupaten atau jalan desa. Mutu yang diinginkan dari masingmasingmasing kelas jalan tersebut didifinisikan secara rinci dalam Dokumen Kontrak. Kontrak.

QC dan QA sering diartikan sebagai dua hal yang sama, padahal QC dan QA mempunyai perbedaan yang nyata. Standar ISO 8402, 8402, QA adalah seluruh kegiatan yang sistematik dan terencana yang ditetapkan dalam sistem mutu dan didemonstrasikan jika diperlukan, untuk memberikan suatu keyakinan yang memadai bahwa suatu produk atau jasa akan memenuhi persyaratan mutu.

Sedangkan QC adalah teknik operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan mutu. Dari kedua definisi tersebut jelas bahwa QC merupakan bagian dari QA QA..

Penerapan QA akan berjalan efektif jika proyek memelihara sistem mutu yang sesuai jenis, ruang lingkup dan volume kegiatannya. Secara ilustratif QA (ISO(ISO-9000) merupakan suatu standar yang berfungsi sebagai ganjal dari setiap proses perbaikan yang berkesinambungan. Setiap proses perbaikan menghasilkan suatu prosedur baru yang merupakan revisi atau tambahan dari prosedur sebelumnya yang sudah ada dan digunakan sebagai acuan. Ilustrasi tersebut diperlihatkan pada Gambar 1.

ISO 9000

Plan

Do

Action

Check

Perbaikan Berkesinambungan

Gambar 1: Lingkaran Mutu / Perbaikan Berkesinambungan

Perbaikan berkesinambungan dapat dilakukan dengan tahapan kegiatan, yaitu PDCA (Plan, Do, Check and Action), yang dapat dirinci lagi menjadi 8 langkah, yaitu (1) penetapan kegiatan/masalah/tema, (2) mencari faktor penyebab, (3) penetapan urutan penyebab, (4) perumusan rencana, (5) pelaksanaan sesuai dengan rencana, (6) evaluasi hasil pelaksanaan, (7) standarisasi, (8) catat persoalan yang belum terpecahkan.

Dokumen mutu dibagi dalam beberapa level, level 1 berupa panduan mutu yang mengikat seluruh departemen atau unit dalam perusahaan, kemudian level 2 yang berisikan prosedur yang mengikat salah satu departemen atau unit dalam perusahaan, dan terakhir level 3 yang berisikan detil kerja secara rinci dan bersifat mengikat untuk unit kecil yang bersangkutan (lihat Gambar 2).

Berisi Kebijakan, Tujuan, dan Sistem Mutu

Mengapa

(Level 1)

Berisi Rangkaian Kegiatan Operasional

Siapa, apa, Kapan, dimana

Berisi Tahapan rinci Kegiatan Operasional

Bagaimana

Panduan Mutu

Prosedur Pelaksanaan

(level 2)

(Level 3)

Instruksi Kerja

Rekaman

(Level 4) Gambar 3

Hirarki Dokumen Mutu (Anwar Hadi, 2000)

Secara umum definisi dari istilahistilah-istilah tersebut di atas adalah sebgaia berikut : Kebijakan mutu : Keseluruhan maksud dan tujuan organisasi yang berkaitan dengan mutu, yang secara formal dinyatakan oleh pimpinan puncak Sistem mutu : Merupakan struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya untuk menerapkan manajemen mutu. Panduan Mutu : Dokumen yang menyatakan kebijakan mutu dan menguraikan sistem mutu suatu organisasi. Prosedur : Dokumen yang berisi penjelasan suatu rangkaian atau tahap kegiatan dalam suatu kegiatan tertentu yang bertujuan memberikan petunjuk pelaksanaan bagi personil yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Instruksi kerja : Dokumen yang memberikan petunjuk pelaksanaan yang detail dan rinci

QA

di laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi mengacu pada standar SNI 19-17025-2000 : ‘Persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi’. Persyaratan yang dicantumkan pada umumnya masih kalibrasi’ mengacu pada ISO-9000, dan dipisahkan menjadi dua bagian. • Persyaratan Manajemen; meliputi persyaratan organisasi, sistem mutu, pengendalian dokumen, kaji ulang permintaan, tender dan kontrak, subkontrak pengujian dan kalibrasi, pembelian jasa dan perbekalan, pelayanan kepada pelanggan, pengaduan, tindakan perbaikan, tindakan pencegahan, pengendalian rekaman, audit internal, dan kaji ulang manajemen. • Persyaratan teknis teknis; meliputi persyaratan personil, kondisi akomodasi dan lingkungan, metoda pengujian, metoda kalibrasi dan validasi metoda, dan persyaratan peralatan.

1. Organisasi Struktur organisasi proyek yang berlaku sampai dengan saat ini adalah berbentuk segitiga yang terdiri dari Pemilik proyek, Konsultan Pengawas dan Kontraktor Pelaksana. Pimpro

Kontraktual

Konsultan

Kontraktual

Kontraktor

Fungsional Dalam QA, organisasi, tugas dan wewenangnya harus dibuat tertulis dan dijabarkan secara rinci untuk setiap personil dan tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku.

2. Sistem mutu Sistem mutu yang harus disiapkan meliputi kebijakan dan tujuan sistem mutu (ditetapkan dalam Panduan Mutu), program, prosedur dan instruksi kerja untuk menjamin mutu hasil pekerjaan. Pada level proyek sistem mutu yang harus disiapkan adalah Rencana Mutu Proyek atau lebih dikenal dengan nama “Project Quality Plan (PQP)”. Sistem mutu yang disiapkan paling tidak mencantumkan hal seperti berikut ini : • Struktur organisasi, wewenang dan tanggungjawab • Form risalah rapat rutin • Bagan alir tiap item pekerjaan inspeksi/pengawasan dan pengujian/testing • Daftar periksa tiap item pekerjaan inspeksi/pengawasan dan pengujian/testing; daftar periksa untuk teknisi dan inspektor harus dipisahkan. Misalkan daftar periksa pengawasan pekerjaan campuran aspal panas untuk teknisi dan daftar periksa pengawasan campuran aspal panas untuk inspektor. Daftar periksa untuk pekerjaan pengujian/testing, misalnya daftar periksa pemeriksaan kesesuaian alat-alat pengujian Marshall dan daftar periksa pengawasan pengujian Marshall. • Bagan alir pemecahan masalah, form monitoring permasalahan dan tindak lanjut • Pengendalian dokumen dan tata cara identifikasi dan penomoran • Form-form lainnya seperti; form absensi, form request, form memo lapangan dll • Dokumen-dokumen pendukung lain, seperti : Spesifikasi, AASHTO, dll.

3. Pengendalian dokumen Pengendalian dokumen pada prinsipnya mengikuti pola yang telah ada. Tambahan lain yang diperlukan adalah pengecapan pada tiap salinan (copy) dokumen mutu Pengendalian dokumen harus meliputi penomoran, pengarsipan, pengiriman dan penerimaan. Dokumen yang dimaksud adalah dokumen yang berkaitan dengan mutu, seperti dokumen kontrak, pengujian kualitas, standar atau metoda kerja dan lainnya yang terkait. Tata cara pengendalian dokumen harus ditetapkan dalam suatu prosedur .

4. Pengendalian produk yang tidak sesuai, tindakan perbaikan dan pencegahan Hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi harus diproses sesuai dengan tingkat kegagalan yang terjadi terjadi.. Bagan alir dari proses perbaikan hasil pekerjaan yang tidak sesuai harus dibuat dalam suatu prosedur prosedur.. Bagaimana tahapan tahapantahapannya apakah harus dibongkar atau tidak dan seterusnya, prosedur ini harus tidak bertentangan dengan dokumen mutu lainnya dan peraturan yang berlaku.. Tindakan pencegahan tersebut perlu dibakukan dalam suatu prosedur berlaku prosedur..

5. Pengendalian produk Produk yang dimaksud disini adalah hasil pekerjaan Kontraktor dan Konsultan. Hasil pekerjaan tersebut harus dikendalikan dan dibuatkan prosedurnya berupa tata cara pemberian identifikasi, sistem pengarsipan, metoda penyimpanan, dan metoda pemeliharaan.

6. Audit internal Audit internal dilakukan secara berkala paling tidak 6 bulan sekali untuk memastikan sistem mutu yang diterapkan Kontraktor dan Konsultan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Tim yang mengaudit ditunjuk oleh Pimbagpro. Prosedur audit internal harus ditetapkan terlebih dahulu.

Audit yang dilakukan dapat dipisahkan menjadi dua bagian utama, yaitu; kelengkapan dokumen mutu dan penerapan sistem mutu. mutu a) Kelengkapan dokumen mutu yang diperiksa paling sedikit meliputi : • Struktur organisasi dan tanggung jawab tertulis dan jelas • Risalah rapat (format risalah sesuai standar, penomoran, tanda tangan, daftar hadir) • Prosedur-prosedur kerja • Bagan alir dan daftar periksa • Daftar-daftar arsip dan penomoran (pengendalian dokumen dan identifikasi) b) Penerapan sistem mutu meliputi : • • • • • •

Penerapan prosedur yang telah dibuat secara benar dan konsisten Pelaksanaan rapat secara rutin dan berkelanjutan. Pengisian daftar periksa. Adanya hubungan antara isian daftar periksa yang “tidak’ dengan memo atau surat teguran dan risalah rapat (setiap permasalahan ada tindak lanjut dan tuntas). Tenaga lapangan selalu membawa daftar periksa dan memo. Penilaian kinerja proyek secara visual

7. Rapat tinjauan mutu Rapat-rapat tinjauan mutu dilakukan paling tidak 1 bulan sekali Rapatuntuk membahas penerapan sistem mutu dan jika perlu dilakukan perubahan terhadap sistem mutu sebelumnya sebelumnya.. Rapat tinjauan mutu juga dapat dipakai untuk mendiskusikan hasil pekerjaan dan kesesuaiannya dengan spesifikasi spesifikasi..

Bentuk risalah rapat paling tidak mengandung item-item sebagai berikut : • Permasalahan • Rencana Penanggulangan • Penanggung Jawab • Target waktu penyelesaian • Status (kolom ini diisi apakah permasalah tersebut sudah selesai atau belum, jika belum maka harus dibahas pada rapat berikutnya).

2. Persyaratan teknis a. Personil Persyaratan personil yang terlibat langsung dalam masalah mutu harus mempunyai kualifikasi yang disyaratkan. Sertifikat kualifikasi dari masing-masing personil dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.

Sertifikasi merupakan persyaratan mutlak dalam penerapan Quality Assurance. Disamping sertifikasi untuk tenaga ahli (engineer) Konsultan dan Kontraktor, sertifikasi sebaiknya meliputi juga teknisi laboratorium, inspektor dan mandor lapangan.

Pemberi sertifikat adalah institusi atau badan yang independen dan diakui.

b. Peralatan Persyaratan peralatan meliputi, jumlah, jenis dan kondisinya harus dicantumkan dalam dokumen kontrak. Peralatan-peralatan yang mempengaruhi mutu harus dalam Peralatankondisi laik pakai dan telah dikalibrasi dikalibrasi.. Kondisi peralatan yang laik pakai dinyatakan dalam suatu sertifikat sertifikat.. Pada pasal berikutnya disampaikan acuan pemeriksaan peralatan peralatan-peralatan utama, yaitu Unit Pemecah Batu (stone crusher), Unit Pencampur Aspal (AMP), dan alat penghampar (finisher).. Peralatan tersebut baru dapat digunakan jika telah (finisher) diperiksa sesuai dengan formulir terlampir dan dinyatakan dalam kondisi laik pakai pakai..

Pemeriksa adalah institusi atau badan independen yang telah diakui.

c. Bahan Bahan yang akan digunakan harus telah memenuhi persyaratan sifat-sifat fisik yang ditentukan dalam spesifikasi. Bahan campuran sebaiknya telah tersedia sekurang-kurangnya untuk 1 bulan produksi. Hal ini untuk menjamin tidak adanya perubahan gradasi dan sifat-sifat fisik bahan. Setiap perubahan sumber agregat harus dilakukan pengujian gradasi dan sifatsifat fisik, dan selanjutnya dibuat JMF yang sesuai.

d. Akomodasi dan lingkungan kerja Persyaratan yang dicantumkan adalah persyaratan yang berkaitan erat dengan mutu. Misalnya kondisi cuaca, penerangan, dan kondisi ruang laboratorium yang memadai dan memfasilitasi sedemikian rupa sehingga menjamin kebenaran hasil pekerjaan. Penyimpanan bahan agregat harus terpisah untuk masing-masing fraksi dan untuk agregat halus diusahakan terlindung dari hujan. Aspek lingkungan sekitar lokasi pekerjaan harus diperhatikan sesuai dengan standar yang ada, misalnya debu atau limbah sisa lainnya.

5. Mampu telusur Hasil pekerjaan harus dapat diidentifikasi pada seluruh dan selama tahapan pekerjaan, seperti pekerjaan persiapan, pelaksanaan, dan penyerahan. Salah satu contoh persyaratan ini adalah persyaratan pembuatan stationing dan dipasang pada tempat-tempat yang sedemikian rupa sehingga dapat bertahan sampai penyerahan proyek

f. Metoda pelaksanaan dan pengendalian mutu Metoda pelaksanaan dan pengendalian mutu merupakan titik paling kritis dalam penerapan QA Pada saat ini metoda pelaksanaan umumnya di bahas pada awal proyek, yaitu pada waktu PCM (Pre Construction Meeting). Pembahasan juga semestinya mencakup hal yang lebih luas, yaitu rencana mutu Kontraktor dan Konsultan. Metoda pelaksanaan yang tepat akan menjamin hasil pekerjaan sesuai dengan persyaratan.

Demikian juga pengendalian mutu yang tidak hanya berorientasi pada produk akhir tetapi pada setiap tahapan proses pekerjaan akan lebih menjamin tercapainya kualitas yang diinginkan dan menghilangkan resiko kerugian di akhir produk.

Istilah dan definisi Campuran beraspal panas Campuran yang terdiri dari kombinasi agregat yang dicampur dengan aspal. Pencampuran dilakukan sedemikian rupa sehingga permukaan agregat terselimuti aspal dengan seragam. Untuk mengeringkan agregat dan memperoleh kekentalan aspal yang mencukupi dalam mencampur dan mengerjakannya, maka keduaduanya harus dipanaskan masing-masing pada suhu tertentu. Aspal keras

Aspal keras merupakan aspal hasil destilasi yang bersifat viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup pemanasan dan sebaliknya.

Aspal cair Aspal cair merupakan aspal hasil dari pelarutan aspal keras dengan bahan pelarut berbasis minyak

Aspal emulsi Aspal emulsi dihasilkan melalui proses pengemulsian aspal keras. Pada proses ini partikel-partikel aspal padat dipisahkan dan didispersikan dalam air. Aspal alam Aspal yang secara alamiah terjadi di alam. Berdasarkan depositnya aspal alam dikelompokkan ke dalam 2 kelompok, yaitu aspal danau dan aspal batu

Agregat Agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau meneral lainnya berupa hasil alam atau buatan.

Produksi agregat Proses pemecahan batuan alam menjadi batu pecah dengan ukuran butir tertentu dan kemudian dipisahkan dalam beberapa kelompok ukuran butiran. Produksi agregat umumnya menggunakan alat pemecah batu yang dikenal dengan nama stone cusher. Rasio pengurangan (ratio of reduction) Perbandingan antara ukuran batuan yang masuk dengan yang keluar dari alat pemecah batu, misalnya 4 : 1, artinya jika ukuran batuan yang masuk ke alat pemecah batu adalah 48 mm maka hasil pemecahannya adalah agregat berukuran 12 mm.

Pemasok (feeder) pada unit produksi agregat

Sistem pemasok batuan ke alat pemecah batu (stone crusher). Feeder mempunyai fungsi sebagai pengatur, penerima dan pemisah bahan baku sebelum masuk ke alat pemecah batu. Conveyor

Ban berjalan yang terbuat dari karet dan berfungsi untuk memindahkan material. Formula Campuran Kerja (Job Mix Formula, JMF) Merupakan formula yang dipakai sebagai acuan untuk pembuatan campuran. Formula tersebut harus sesuai dan memenuhi persyaratan. Proses pembuatannya telah melalui beberapa tahapan yaitu dari mulai rancangan formula kerja, kemudian uji pencampuran di unit pencampur aspal, uji penghamparan dan pemadatan di lapangan.

Standar Pelayanan Minimal Prasarana Jalan     

Aksesibilitas Mobilitas Keselamatan LaluLalu-lintas Kondisi Jalan Kecepatan Tempuh

Tuntutan semakin meningkat

Deformasi Plastis

PROBLEMA

PROBLEMA Dampak Sosial dan Ekonomi Akibat Kerusakan Jalan

PROBLEMA Ketidakstabilan Lereng Dan Drainase

Pavement Condition

Pavement Condition

Pavement Condition

Pavement Condition

KESADARAN AKAN MUTU YANG MASIH KURANG

KESADARAN AKAN MUTU YANG MASIH KURANG

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KONSTRUKSI JALAN STRUKTUR PERKERASAN

• Metoda Disain • Sifat Bahan • Sifat Campuran

PELAYANAN

LINGKUNGAN A PELAKSANAAN KONSTRUKSI

B

C WAKTU

LALU-LINTAS PEMELIHARAAN

• Metoda Kerja • Peralatan • Mutu Pekerjaan

STRUKTUR PERKERASAN BERBASIS KINERJA 1.

  

Metoda perencanaan tebal perkerasan – Pengembangan dan Penerapan Metoda Mekanistik Mekanistik--Empiris – Tinjauan menyeluruh – Hubungan antara disain tebal dan sifat sifat--sifat bahan perkerasan – Peningkatan dan Karakterisasi Tanah Dasar – Inovasi penggunaan bahan setempat

Litbang teknologi bahan untuk memprediksi kinerja Pengelolaan database: disain disain--pelaksanaan pelaksanaan--kinerja Sistim Penilaian Kinerja

•Prediksi Retak •Prediksi deformasi

STRUKTUR PERKERASAN BERBASIS KINERJA Sistim grading aspal – aspal tanpa modifikasi (straight asphalt) – aspal dimodifikasi – Sifat--sifat: Sifat 

 



Keawetan (durabilitas) Adhesi dan Kohesi Kepekaan aspal terhadap temperatur

Konsistensi supply – Waktu, Jumlah, Mutu – Quick Test

1,40 1,20

Deformasi (mm)

2.

1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00 -1

1

3

5

7

Indeks Penetrasi Lab. WT

Lap.LL

Teoritis

STRUKTUR PERKERASAN BERBASIS KINERJA 3.

Perencanaan Campuran Aspal Panas – Berbasis Kinerja – Karakterisasi Material Jalan – Pelatihan Job mix – Memonitor dan Evaluasi Kinerja AC Spec Baru –

Manual Pekerjaan Campuran Aspal Panas

FUNGSI LAPISAN BERASPAL   

Menyebarkan tegangan akibat beban Melindungi lapisan dibawahnya Lapisan harus tahan terhadap pengaruh cuaca, tahan terhadap deformasi permanen, tahan terhadap retak akibat beban dan lingkungan

Pavement

Types



Flexible Pavement – Hot mix asphalt (HMA) pavements



Rigid Pavement – Portland cement concrete (PCC) pavements

Flexible Pavement 

Structure – Surface course – Base course – Subbase course – Subgrade

Flexible Pavement – Construction

Rigid Pavement 

Structure – Surface course – Base course – Subbase course – Subgrade

Rigid Pavement – Construction

Jaminan Mutu (Quality Assurance) Assurance) Maksud dan Tujuan Agar Konsultan Supervisi dapat Mengetahui kesalahan sedini mungkin, dan dapat memerintahkan perbaikan pekerjaan sebelum dilanjutkan dengan tahap berikutnya atau menolak material sebeum digunakan. Agar Kontraktor terhindar dari kerugian akibat penolakan/pembongkaran pekerjaan

Mulai

Evaluasi jenis campuran dan persyaratannya

Kesesuain mutu bahan dengan spesifikasi

No

Ganti bahan

No

Perbaikan alat atau ganti alat uji

Yes

Kesesuain peralatan dengan standar pengujian Yes

Pembuatan FCR untuk mengetahui karakteristik campuran

Kesesuaian karaktristik campuran dengan spesifikasi

No

Perbaikan gradasi, jika perlu ganti bahan

Kalibrasi bukaan bin dingin dan menentukan bukaannya. Selanjutnya pengambilan contoh dari bin panas dan diuji gradasinya Penentuan komposisi tiap bin sesuai gradasi rencana, selanjutnya pembuatan FCR untuk mengetahui karakteristik campuran. Hasil yang diperoleh dievaluasi untuk menentukan kadar aspal optimum Uji coba pencampuran di AMP untuk melihat kesesuaian operasional dengan rencana

Sesuai dengan rencana

No

Perbaikan AMP atau jika terjadi banyak overflow lakukan perubahan gradasi

Yes

Uji coba pemadatan di lapangan untuk menentukan jumlah lintasan pemadat.

Plan Campuran beraspal mudah dipadatkan Yes

Pengesahan FCR menjadi FCK (Selesai)

No

Perubahan gradasi atau penambahan pasir pada proporsi yang diijinkan

Do

Action Check

ISO 9000

PERBAIKAN

BERKESINAMBUNGAN

Struktur Manual Pekerjaan Campuran Beraspal Panas

Persyaratan Teknik Tahap Pengendalian Mutu 1. 2. 3.

Pengendalian Mutu Bahan Baku Pengendalian Mutu Bahan Olahan Pengendalian Mutu Pekerjaan Terpasang

Jenis Pengendalian Mutu 1. 2.

Mutu Tentang Dimensi Mutu Tentang Kualitas Fisik Pengendalian Mutu Dalam Spesifikasi

1. 2. 3. 4. 5.

Jenis Pemeriksaan Metode Pemeriksaan Frekwensi Pemeriksaan Persyaratan Mutu Toleransi

Bagan Alir Pengadaan Bahan Baku/Lokasi Quarry Mulai Persiapan

Usulan Lokasi

Pengambilan Contoh

Tes Tidak Selesai

Ya

Penggalian Material/ Produksi

Pemeriksaan Rutin/ Periodik

Persiapan  Laboratorium  Daftar Peralatan  Struktur Organisasi

 Jadwal

Usulan Lokasi  Sketsa Lokasi/Peta Lokasi  Kapan Peninjauan Bersama

 Jenis Material yang ada  Usulan Macam Penggalian  Panjang, Lebar, Dalam  Perkiraan Kwantitas

Pengambilan Contoh  Material Tanah Biasa  Material Batu Kali

 Material Pilihan  Material Pasir

Test Material         

Berat Jenis; Berat Isi Batas Cair; Batas Plastis; Indeks Plastis Analisa Saringan; Hidrometer Test Pemadatan Test CBR Test Kotoran Organik Kekuatan Kelekatan Agregat Terhadap Aspal Kemampuan Menyerap

Persyaratan Lain 

Material Kasar ( tertahan # No.4) No.4) 



Tingkat kehancuran < 50% (Los Angeles Test) Test)

Material Halus Lolos # No.4) No.4) LL< 25%  PI < 6% 

Persyaratan Bina Marga Persyaratan lapis pondasi No

Pengujian

Syarat Speks Teknis Seksi 5.1

1

Indek plastisitas (IP)

<6%

2

Batas cair ( LL)

< 25%

3

Hasil perkalian IP dengan % agregat lolos # no.200

< 25%

4

Bahan lolos # 200 mengandung fraksi lempung lunak

< 5%

5

CBR pada 100% kepadatan kering setelah perendaman 4 hari

> 90%

6

Abrasi agregat kasar

< 40%

Persyaratan Bina Marga Persyaratan gradasi lapis pondasi atas No

Ukuran saringan (% lolos)

Persyaratan Spek teknis seksi 5.1

1

1½“

100

2

1“

79 – 85

3

¾”

70 – 78

4

3/8”

44 – 58

5

No.4

29 – 44

6

No.16

17 – 30

7

No.50

7 – 17

8

No.200

2 - 8

Persyaratan Bina Marga Persyaratan gradasi Pondasi Bawah, Material Kelas B 100

% Lolos

80 60 40

20 0 0,01

0,1

1 Diameter (mm)

10

100

Persyaratan Bina Marga Persyaratan Lapis Pondasi Bawah Material Kelas B Sifat - sifat Abrasi dari Agregat Kasar (SNI 03-24171990)

Kelas B 0 - 40 %

Indek Plastisitas (SNI-03-1966-1990)

0 - 10

Batas Cair (SNI 03-1967-1990)

0 - 35

Bagian Yang Lunak (SK SNI M-01-1994-03)

0-5%

CBR (SNI 03-1744-1989)

min.35 %

Penggalian/Pengangkutan Material (Berproduksi)

Bagan Alir Pelaksanaan Timbunan Mulai Material Timbunan

Tes I

Ya

Tidak

Tidak Penghamparan dan Pemadatan

Selesai

Tes II Ya Pekerjaan Jadi

Material Timbunan Timbunan Tanah Biasa  Tanah Ekspansif (Lempung)

IP =   

> 1,25% (Tidak Boleh dipakai) Bukan Tanah Klasifikasi AA-7-6 Nilai CBR Minimal 6% Tanah dengan plastisitas tinggi tidak boleh digunakan pada lapisan 30 cm dibawah tanah dasar

Timbunan Pilihan  Nilai CBR 10%  IP (Indeks Plastis) = Max 6%

Test Material      

Analisa Saringan/Gradasi Atterberg Limit (Alat Casagrande Batas Cair (LL) Batas Plastis (PL) Indeks Plastis (IP) Kepadatan Standar  ∂ d max

 OMC  CBR untuk memenuhi syarat bahan  Lakukan Pengujian Rutin / 1000 m3

Penghamparan dan Pemadatan  Kadar Air Pemadatan -3 atau +1% Kadar Air Optimum  Pemadatan per layer 20 cm gambar  Bila tidak bisa dicapai Mesin pemadat, dipasang 15 cm gambar, dipadatkan dengan tebal lancar mekanis

Test Material Pelaksanaan Test Sand Cone  Lebih Kecil 30 cm dibawah elevasi tanah dasar dipadatkan 95% dari kepadatan kering max  Lapis 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar harus dipadatkan 100% dari kepadatan kering max Derajat Kejenuhan =

∂ d Lapangan ∂ d Laboratorium

X 100%

Pekerjaan Jadi  Dimensi harus sesuai dengan gambar rencana dengan toleransi elevasi ± 2 cm, kemiringan tidak boleh lebih dari 10 cm dari garis profil

 Permukaan harus rata, tidak boleh menampung air permukaan

Bagan Alir Pelaksanaan Lapis Pondasi Agregat Klas A/Klas B Mulai

Sumber Material

Tidak

Oke Bahan Olahan

Tes I

Selesai

Ya Pekerjaan Jadi

Ya

Tes II

Tidak

Penghamparan dan Pemadatan

Sumber Bahan/Material

Bahan Olahan  Sesuaikan (disetel) JAW/Cone untuk memperoleh hasil yang di inginkan spek  Pencampuran/Blending harus dikerjakan di lokasi instalasi pemecah batu  Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan dicampur dilapangan

Gambar: Tipikal skema unit produksi agregat

Bahan Olahan  Hindari Seregasi o Pemindahan hanya dilakukan jika kadar air agregat mendekati kadar air optimum o Menghindari tumpukan yang terlalu tinggi

o Memberi muatan truck setinggi pintu belakang dan tidak terlalu tinggi  Agregat klas A harus produk Crushing Plan, sedangkan Angregat klas B min. 50% produk Crushing Plan

Test Bahan Olahan  Analisa Saringan/Gradasi  Abrasi       

Atterberg Limit (Alat Casagrande Batas Cair (LL) Batas Plastis (PL) Indeks Plastis (IP) Kepadatan Berat (Modified/proktor) CBR untuk memenuhi syarat bahan Lakukan Pengujian Rutin / 1000 m3 meliputi:  5 kali PI  5 kali Gradasi  1 kali Kepadatan

BAGAN ALIR PENGENDALIAN MUTU BAHAN CAMPURAN ASPAL PANAS (HOT MIX) Mulai Bahan

Test

Gabungan Agregat

Test

Mulai

Bahan Material  AGREGAT KASAR o Agregat yang digunakan ialah Batu Pecah

yang Kering

 AGREGAT HALUS o Harus terdiri dari bahanbahan-bahan yang berbidang kasar, bersudut tajam, dan bersih dari kotorankotorankotoran o Agregat Halus bisa terdiri dari pasir bersih, bahan--bahan halus hasil pemecah batu atau bahan kombinasi dari bahanbahan-bahan tersebut dan dalam keadaan kering

Bahan Material#2  FILLER

o Sebagai Filler dapat di gunakan debu batu kapur/semen portland o Harus diperhatikan bahan tersebut tidak tercampur dengan kotoran dan dalam keadaan kering (Kadar Air Max. 1%)  ASPAL o Aspal yang digunakan dapat berupa aspal keras pen 60/70 atau pen 80/100 atau aspal curah

Test Material Nomor standar SNI 03-2417-1991 SNI 03-4142-1996

SNI 03-1968-1990 SNI 03-4428-1997

SNI 03-4141-1996 SNI 03-1969-1990 SNI 03-1970-1990 SNI-06-2439-1991 Pennsylvania DoT Test No. 621

Judul pengujian Metode pengujian keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles. Metode pengujian jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan No. 200 (0,075 mm). Metode pengujian tentang analisis saringan agregat halus dan kasar. Metode pengujian agregat halus atau pasir yang mengandung bahan plastis dengan cara setara pasir. Metode pengujian gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah dalam agregat. Metode pengujian Berat Jenis dan penyerapan air agregat kasar. Metode pengujian Berat Jenis dan penyerapan air agregat halus. Metode pengujian kelekatan agregat terhadap aspal. Determining the percentage of crushed fragments in gravel.

AASHTO TP-33 BS 812-1975 SNI-03-3416-1994

Test procedure for fine aggregate angularity Pemeriksaan kepipihan dan kelonjongan agregat Metode pengujian partikel ringan dalam agregat.

ASTM D 75-87

Sampling aggregates

Bagan Alir Pengendalian Mutu Job Mix Campuran Aspal Beton Mulai Perencanaan Campuran

Komposisi Campuran

Test I

Persiapan/ Pemeriksaan Dg Marshall

Test II

Selesai

Toleransi Job Mix

Contoh Grafik Marshall Test

Penentuan Kadar Aspal Optimum

Prosedur Singkat Pemeriksaan dengan Marshall Test o Siapkan ContohContoh-contoh agregat campuran o Panaskan Agregat ± 170 º C o Panaskan Aspal ± 160 º C o Tambahkan dan campurkan aspal pada agregat dengan kadar aspal berbeda contoh (4,5 ; 5,0 ; 6,0 ; 6,5 ; 7,0 o Padatkan masingmasing-masing contoh pada kedua mukanya o Jumlah tumbukan sesuaikan kepadatan lalu lintas

o Pemeriksaan masingmasing-masing bricket campuran meliputi: Kepadatan, Stabilitas, Flow, Prosentasi rongga terisi aspal, prosentase rongga terhadap campuran

Related Documents


More Documents from ""