SEDIAAN FARMASI BENTUK CAIR SUSPENSI
AGUSTIN WIJAYANTI
farmasetika 1
farmasetika 1
farmasetika 1
Sediaan Suspensi
Suspensi Suspensi oral topical
farmasetika 1
Suspensi Suspensi Suspensi tetes untuk optalmik telinga injeksi
Suspensi oral
Sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis, atau pewarna yang larut dalam air atau berbentuk emulsi atau suspensi.
farmasetika 1
Suspensi topical
Suspensi topical adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit.
Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai “lotio” termasuk dalam kategori ini.
farmasetika 1
Suspensi tetes telinga
Sediaan cair yang mengandung partikelpartikel halus yang ditujukan untuk diteteskan di telinga bagian luar.
farmasetika 1
Suspensi ophtalmic/ untuk mata
Sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Obat dalam suspensi harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea. Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau menggumpal..
farmasetika 1
Suspensi untuk injeksi
Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan secara intervena atau ke dalam larutan spinal.
Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.
farmasetika 1
Syarat-syarat Suspensi 1. Zat yang tersuspensi/ terdispersi harus halus (= suspensoid = fase dispers) 2. Tidak boleh cepat mengendap. 3. Jika terjadi endapan, dengan dikocok perlahan-lahan harus segera terdispersi kembali. 4. Kekentalan tidak boleh terlalu tinggi agar mudah dikocok dan dituang. 5. Suspensi untuk obat suntik harus mudah disuntikkan dan tidak boleh menyumbat jarum suntik. 6. suspensi untuk obat mata: Harus steril Zat yang terdispersi harus dalam bentuk termikronisasi (sangat halus, dalam ukuran micron) Jika disimpan dalam wadah dosis ganda, harus mengandung bakterisida. farmasetika 1
Stabilitas suspensi – Suspensi dikatakan stabil jika suspensoid tetap terdispersi meski disimpan dalam waktu yang cukup lama. Jadi tidak cepat terjadi endapan – Suspensi dikatakan tidak stabil jika cepat terjadi pemisahan partikel-partikel fase dispers dan terjadi endapan suspensoid. Bila dalam keadaan demikian dilakukan pengocokan, akan didapat kembali suspensi yang rata. Bagaimana cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari partikel ?
farmasetika 1
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi
1. Ukuran partikel fase dispers
2. Kekentalan / viskositas medium dispers
3. Jumlah paartikel/ Konsentrasi
4. Muatan listrik fase dispers/ sifat partikel
farmasetika 1
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi 1.
Ukuran partikel fase dispers Semakin kecil ukuran partikelnya maka akan semakin besar luas penampangnya sehingga daya tekan ke atas cairan akan semakin besar. Hal ini akan memperlambat gerakan partikel untuk mengendap /laju pengendapan semakin << --> suspensi semakin stabil
farmasetika 1
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi 2. Kekentalan/ Viscositas Medium Dispers. Semakin kental medium dispers maka akan semakin menghambat mengendapnya partikel yang terdispersi, dan suspensi semakin stabil. Faktor ini mengikuti Hukum Stokes :
farmasetika 1
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi 3. Jumlah Partikel/ Konsentrasi Makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat
farmasetika 1
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi 4. Muatan Listrik Fase Dispers/ Sifat Partikel Adanya muatan pada partikel fase dispers akan menimbulkan tolak menolak antara partikel, hal ini dapat mempercepat terjadinya endapan sehingga suspensi menjadi tidak stabil. Adanya elektrolit dalam medium dispers juga dapat mempengaruhi muatan partikel fase dispers dan mempercepat pengendapan sehingga suspensi tidak stabil. farmasetika 1
Stabilitas fisik suspensi farmasi kondisi suspensi dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata
Bila partikel mengendap mereka akan mudah terdispersi kembali dengan pengocokan ringan
Partikel yang mengendap ada kemungkinan saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan selanjutnya membentuk “compacted” cake”,
“caking”. farmasetika 1
Harus diperhatikan factor-faktor stabilitas suspensi => -Factor konsentrasi dan sifat partikel merupakan factor tetap -faktor ukuran partikel dan viscositas dapat diubah
KOMPOSISI SUSPENSI 1. Bahan Obat
Adalah bahan yang harus didispersikan ke seluruh cairan pembawa, agar didapat komposisi yang seragam pada setiap penggunaan.
Sebagian besar partikelnya mempunyai diameter lebih dari 0.1 mikron Umumnya adalah obat-obat yang dosisnya besar, sehingga jumlahnya cukup banyak untuk didispersikan dalam cairan pembawa menjadi suspensi yang rata Obat-obat yang dosisnya kecil, obatobat keras atau racun, sebaiknya tidak farmasetika 1 dibuat sediaan suspensi
2. Cairan Pembawa
umumnya dipakai air
Ethanol untuk obat luar
Ada juga minyak untuk injeksi
3. Suspending Agent/ Pengental
4. Zat Tambahan.
bahan pensuspensi dari alam dan bahan pensuspensi sintetis.
3. Bahan pensuspensi
1. Bahan pensuspensi dari Alam a. Golongan gom Gom dapat larut/ mengembang/ mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago/ lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viscositas cairan bertambah, dan hal ini akan menambah stabilitas suspensi. b.
farmasetika 1
Golongan bukan gom Suspending agent dari alam bukan gom adalah tanah liat
Yang termasuk golongan gom adalah Acasia/ pulvis Gummi Arabici, Chondrus. Tragacanth dan Algin a. Acasia/ Pulvis Gummi Arabici Di dapat sebagai eksudat tanaman akasia sp, dapat larut dalam air, tidak larut dalam alcohol, bersifat asam. Viscositas optimum dari Mucilago Gummi Arabici antara pH 5 – 9. Dengan penambahan suatu zat yang menyebabkan pH menjadi diluar pH 5-9, menyebabkan penurunan viscositas yang nyata. Mucilago gom arab dengan kadar 35% kekentalannya kira-kira sama dengan glycerin. Gom ini mudah dirusak bakteri sehingga dalam suspensi harus ditambahkan zat pengawet. farmasetika 1
Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, pH dan proses fermentasi bakteri.
2. Chondrus
Diperoleh
tanaman chondrus crispus/ gigartina mamilosa, dapat larut dalam air, tidak larut dalam alcohol dan bersifat alkali. Ekstrak dari chondrus disebut caragen yang banyak dipakai oleh industri makanan. Caragen merupakan derivate dari saccharida yang mudah dirusak bakteri, maka dalam suspensi perlu ditambah bahan pengawet.
farmasetika 1
dari
3. Tragacanth Merupakan
eksudat tanaman astragalus gumnifera. Tragacanth sangat lambat mengalami hydrasi, maka untuk mempercepatnya biasanya dilakukan pemanasan. Mucilago Tragacanth lebih kental dari mucilago gom arab. Mucilago Tragacanth baik sebagai stabilisator suspensi, tetapi bukan semacam emulgator
farmasetika 1
4. Algin Diperoleh
dari beberapa spesies ganggang laut. Di perdagangan diperoleh dalam bentuk garamnya yaitu natrium alginate. Algin merupakan senyawa organic yang mudah mengalami fermentasi oleh bakteri maka suspensi dengan algin memerlukan pengawet. Kadar sebagai suspending agent umumnya 1% - 2%.
farmasetika 1
b. Golongan bukan gom
Tanah liat yang sering digunakan untuk stabilitas suspensi adalah
Apabila tanah liat dimasukkan ke dalam air maka akan mengembang dan mudah bergerak jika dilakukan penggojokan, peristiwa ini disebut tiksostrofi. Karena peristiwa tersebut kekentalan cairan bertambah dan stabilitas suspensi menjadi lebih baik. Sifat tanah liat tersebut adalah tidak mudah larut dalam air, sehingga penambahan bahan tersebut ke dalam suspensi adalah dengan menaburkannya pada campuran suspensi. Kebaikan bahan suspensi dari tanah liat adalah tidak dipengaruhi suhu/ panas dan fermentasi dari bakteri, karena bahan-bahan tersebut merupakan senyawa anorganik dan bukan golongan karbohidrat.
bentonite, hectorite, veegum dan bolus alba.
farmasetika 1
farmasetika 1
2. Bahan Pensuspensi Sintetis (synthetic suspending
agent)
a. Derivat Selulosa. Termasuk golongan ini adalah methyl selulosa (methosol, tylos),
karboksi methyl selulosa(CMC)hidroksi metil selulosa.
Dibelakang nama bahan tersebut biasanya tertulis suatu angka/ nomor misalnya methosol 1500. Angka ini menunjukkan kemampuan menambah viscositas cairan yang digunakan untuk melarutkan. Semakin besar angkanya berarti kemampuannya semakin tinggi. Golongan ini tidak diadsorbsi oleh usus halus dan tidak beracun, sehingga banyak dipakai pada produksi makanan. Dalam bidang farmasi selain digunakan sebagai suspending agent juga digunakan sebagai laxantia dan bahan penghancur/ disintegrator dalam pembuatan tablet
farmasetika 1
b. Golongan Organik Polymer Yang paling terkenal adalah carbophol 934, berupa serbuk putih bereaksi asam, sedikit larut dalam air, tidak beracun dan tidak mengiritasi kulit. Untuk memperoleh viscositas yang baik diperlukan kadar 1%. Carbophol sangat peka terhadap panas dan elektrolit sehingga akan menurunkan viscositas larutannya. Selain carbophol, yang juga banyak digunakan adalah tween (ada beberapa seri nomor) dan span (ada beberapa seri nomor).
farmasetika 1
4. Zat Tambahan a.
Pengawet/ Preservatif. Umumnya sediaan suspensi menggunakan bahanbahan organic, baik sebagai bahan obat –suspending agent- maupun sebagai bahan tambahan, sehingga mudah busuk/ basi karena pengaruh jamur/ bakteri. Agar sediaan suspensi tersebut tahan lama dalam penyimpanan maka perlu ditambahkan pengawet. Bahan pengawet yang sering dipakai adalah nipagin/
methyl paraben 0.1%, asam benzoate 0.1% dan chlorbutanol 0.5%.
farmasetika 1
b. Wetting Agent/ Zat Pembasah. Beberapa bahan obat sukar didispersikan ke dalam air karena sifatnya yang sukar dibasahi (hydrophob), misalnya vioform, chloramphenicol palmitat. Maka untuk mengatasi hal tersebut ditambahkan zat pembasah sebagai wetting agent umumnya dipakai zat aktif permukaan/ surface active agent/ surfactant, yang dapat menurunkan tegangan permukaan dan mengurangi sifat hydrophob nya, sehingga mudah dibasahi. Misalnya tween dan natrium lauryl sulfat.
farmasetika 1
c. Stabilisator Suspensi. Bahan ini ditambahkan untuk mempertinggi stabilitas suspensi. Zat-zat cair yang kental dapat membuat suspensi menjadi lebih stabil. Misalnya glycerol, syrup dan propylene glycol.
farmasetika 1
c. Stabilisator Bahan Obat. Untuk menjaga stabilitas obatnya, ke dalam suspensi kadang-kadang ditambahkan 1) Buffer/ Dapar/ Penyangga. Penambahan dimaksudkan untuk mendapatkan derajat keasaman (pH) tertentu dari cairan pembawa. Bila obatnya hanya dapat stabil pada pH yang bersangkutan. Misalnya suspensi tetracycline diberi dapar phosphate dan suspensi cortisone untuk tetes mata diberi dapar pada pH tertentu. 2) Anti Oxydant. Anti oxydant ditambahkan bila obatnya mudah rusak karena pengaruh oksidasi udara. Contoh anti oxydant adalah gula invert/ glukosa, vitamin E, gas nitrogen yang diisikan ke dalam kemasannya.
farmasetika 1
d.
Corigen Corigen Vaporis/ Odoris = Flavouring Agent. - Ditambahkan untuk memberikan aroma/ bau yang sedap pada sediaan suspensi. - Misalnya essens frambos, strawberry, apel dan vanili. Corigen Coloris = Colouring Agent. Ditambahkan untuk memberikan warna yang menarik pada sediaan suspensi. Misalnya zat warna, carmoisin (merah), tartrazin (kuning), sunset yellow (orange) dan campuran beberapa zat warna. Corigen Saporis. Ditambahkan untuk memberikan rasa yang enak pada sediaan suspensi. Misalnya gula/ syrup, pemanis buatan :saccharin, siklamat dan aspartame, asam sitrat.
farmasetika 1
PEMBUATAN SUSPENSI
Larutan koloid dari suspending agent yang bentuknya seperti lendir disebut “mucilago”. Dalam mempersiapkan mucilago, harus diperhatikan kecepatan hydrokoloid tersebut terdehydrasi.
farmasetika 1
– Beberapa macam mucilago dalam Farmakope NED V.
Mucilago Gummi Arabici 40% Mucilago Tragacanth 2% Solutio Gummi Arabici 10% Solutio Gummosus 2% Solutio Gummosus Tenuis 1%
Pulvi. Gummosus adalah campuran sama banyak dari
Pulvis Gummi Arabici, Pulvis Tragacanthae dan Pulvis Sacchari.
farmasetika 1
-
Pembuatan:
Dibuat dengan menggilas hydrokoloidnya dalam mortar dengan air dingin: Untuk Pulvis Gummi Arabici dengan air 1 ½ kalinya. Untuk Pulvis Gummosus dengan air 7 kalinya. Untuk Pulvis Tragacanthae dengan air 20 kalinya.
Proses hydrasi pada mucilagomucilago dan suspensi diatas berjalan cepat shg tdk perlu dilakukan perendaman terlebih dahulu
Pada beberapa hydrokoloid, hydrasinya berjalan lambat, sehingga untuk membuat mucilagonya harus direndam dengan air beberapa lama. Misalnya:
Pada C.M.C atau Tylose, direndam dengan air 20 kalinya selama 1 jam (sampai mengembang) kemudian digilas dengan sisa air.
Pada Agar, direndam lebih lama lagi, kadang-kadang sampai 24 jam dan dengan air lebih banyak.
farmasetika 1
Amylum, dibuat dengan pemanasan. Mula-mula dicampur dengan air dingin 1o kalinya, sisa air dididihkan, kemudian campurannya dimasukkan ke dalam air yang sudah mendidih dan diaduk sebentar sehingga terbentuk mucilago amyli.
Metode Pengendapan/ Praecipitasi
Pengendapan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: Dengan reaksi kimia, suspensoid dibuat dengan reaksi kimia yang menghasilkan endapan halus. Cara ini dikerjakan pada pembuatan liquor burowi (larutan alumen + sol. Acet. Plumb. Basic), antidotum arsenici (larutan FeCl3 + suspensi MgO) terjadi endapan sangat halus berupa koloid sehingga dapat terdispersi kekal.
farmasetika 1
Dengan mengubah mediumnya, zat yang hendak didispersi dilarutkan dulu dalam pelarut organic yang hendak dicampur dengan air. Umumnya dipakai ethanol atau sediaan-sediaan yang mengandung ethanol kadar tinggi, misalnya tinctura, spir. aromaticus. larutan suspensoid ini kemudian ditambah suspending agent dan air yang cukup banyak dan segera digojok sampai terbentuk suspensi yang baik. Suspending agent yang dipakai haruslah dipilih yang cepat hydrasinya, misalnya P.G.A, Gummosus, Tragacanth dan harus dalam bentuk serbuk halus dan kering. Cara “slys raven” juga berdasar pengubahan medium, dikerjakan pada: menthol, thymol, camphora, tincture, suspensoid dilarutkan dalam ethanol di dalam botol yang kering + suspending agent (serbuk kering) + air sebanyak 3x campuran sekaligus dan segera dikocok sampai didapat suspensi yang baik. Kemudian diencerkan dengan sisa air.
farmasetika 1
System Pembentukan Suspensi 1.
Sistem Flokulasi Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah, cepat mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake sehingga mudah tersuspensi kembali.
2.
Sistem Deflokulasi Dalam sistem deflokulasi, partikel deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya membentuk sediment, dimana terjadi agregasi dan akhirnya terbentuk cake yang keras dan sukar terdispersi kembali.
farmasetika 1
Sifat-sifat umum partikel flokulasi Partikel merupakan agregat yang bebas Sedimentasi terbentuk cepat Sediment tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti semula. Ujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasinya terjadi cepat dan di atasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata. farmasetika 1
deflokulasi Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain Sedimentasi yang terjadi lambat, masing-masing partikel mengendap terpisah dan ukuran partikel adalah minimal Sediment terbentuk lambat Akhirnya sediment akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi Ujud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam waktu relative lama. Terlihat bahwa ada endapan dan cairan atas berkerut.
farmasetika 1
farmasetika 1
farmasetika 1
farmasetika 1
farmasetika 1
Teknik Elektrokinetik. 1. Digunakan alat mikroelektroforese yang mampu mengukur laju migrasi partikel yang berhubungan dengan adanya muatan listerik permukaan yang disebut zeta potensial, dengan satuan waktu, viscositas, mobilitas elektroforesa. 2. Stanko dan De Kay menunjukkan bahwa zeta potensial dapat berubah dengan penambahan zat tambahan yang berhubungan dengan stabilitas suspensi. 3. Haines dan Martin mendapatkan adanya hubungan antara zeta potensial dengan elektroforesa dilihat secara mikroskopik. Dan dinyatakan bahwa zeta potensial tertentu akan menghasilkan suspensi yang lebih stabil karena flokulasi dapat terkontrol dan ditingkatkan.
farmasetika 1