LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI & TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR & SEMI PADAT
SUSPENSI DOSEN PENGAMPU : Dra Suhartinah, M.Sc., Apt.
KELOMPOK 3 I NAMA ANGGOTA:
Yoga Bagas Ardinata
(22164990A)
Emillio Mutiara Pakarti
(22164991A)
Awang Diana Rizki
(22164992A)
Meylinda Widyasari
(22164995A)
UNIVERSITAS SETIA BUDI FAKULTAS FARMASI SURAKARTA 2019
A. Tujuan 1. Mengetahui pengaruh suspending agent 2. Mengetahui cara evaluasi stabilitas bentuk sediaan suspensi B. Dasar teori Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut dalam bentuk halus yang terdispersi ke dalam fase cair. Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma yang sesuai yang ditujukan untuk penggunaan oral. (Syamsuni, 2006) Rute pemberi obat melalui oral merupakan cara pemberian yang umum dilakukan, dimana selama satu dekade formulasi liquid sangat disarankan untuk penggunaan pada pasien pediatric dan geriatric karena flexibilitasnya yang meliputi dosis yang besar, keamanan, dan kenyamanyan pemberian. Suspensi memiliki kelebihan dalam hal disintegrasi dan kelarutan yang lebih baik dibandingkan sediaan tablet. Umumnya suspensi yang tersedia di pasaran antara lain: antibiotik, antasida dan analgesik. Sebagian besar obat yang diformulasi dalam bentuk suspensi oral telah diperkenalkan di pasaran, untuk menanggulangi masalah pengenceran yang kurang tepat, terkait dengan kekeliruan ketika pelabelan.(Ahmed,2010) Ada sifat lain yang lebih spesifik untuk suspensi farmasi: 1.
Suatu suspensi farmasi yang dibuat dengan tepat mengendap secaralambat dan harus rata kembali bila dikocok.
2.
Zat yang tersuspensi (disuspensikan) tidak boleh cepat mengendap.
3.
Partikel-partikel tersebut walaupun mengendap pada dasar wadahtidak boleh membentuk suatu gumpalan padattapi harus dengancepat terdispersi kembali menjadi suatu campuran homogen bilawadahnya dikocok.
4.
Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuranpartikel dari suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama padapenyimpanan.
5.
Suspensi harus bisa dituang dari wadah dengan cepat dan homogen. (Ansel, 2005)
Sistem pembentukan suspensi a) Sistem flokulasi Dalam sistem flokulasi, partikel flokulasi terikat lemah, cepat mengendap dan
pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali.
b) Sistem deflokulasi Partikel deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya membentuk sedimen, akan terjadi agregasi, dan akhirnya terbentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.
Formulasi suspensi
Untuk membuat suspensi stabil secara fisik ada dua cara, yaitu: 1. Penggunaan “structured vehicle” untuk menjaga partikel deflokulasi dalam suspensi. Structured vehicle adalah larutan hidrokoloid seperti tilose, gom, bentonit, dan lainlain. 2. Penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun cepat terjadi pengendapan, tetapi dengan pengocokan ringan mudah disuspensikan kembali. (Syamsuni, 2006)
Evaluasi stabilitas fisik
1. Organoleptis Pemeriksaan organoleptik yang dilakukan meliputi bau, warna, dan rasa. 2. Massa jenis Piknometer kosong yang bersih ditimbang (a). kemudian aquadest dimasukkan ke dalam piknometer dan ditimbang beratnya (b). Piknometer dibersihkan dan dikeringkan. Suspensi dimasukkan ke dalam piknometer, kemudian ditimbang beratnya (c). Massa jenis suspensi ditentukan menggunakan persamaan. 𝑐−𝑎 ρ= xρ 𝑏−𝑎 3. Distribusi ukuran partikel 4. Viskositas 5. Volume sedimentasi Volume sedimentasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan.
F=
𝑉𝑢 𝑉𝑜
6. Redispersi Uji redispersi dilakukan setelah evaluasi volume sedimentasi selesai dilakukan. Tabung reaksi berisi suspensi yang telah dievaluasi volume sedimentasinya diputar 180 derajat dan dibalikan ke posisi semula. Kemampuan redispersi baik bila suspensi
telah terdispersi sempurna dan diberi nilai 100%. Setiap pengulangan uji redispersi pada sampel yang sama, maka akan menurunkan nilai redispersi sebesar 5%. 7. Pengukuran pH (Emilia dkk, 2013)
C. Alat dan Bahan ALAT
BAHAN
1.
1.
2.
2.
3.
3.
4.
4.
5.
5.
D. Cara Kerja a. Formula 1
b. Formula 2
c. Formula 3
E. HASIL
F. PERHITUNGAN BERAT JENIS
G. PEMBAHASAN
H. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA Ahmed, Aejaz dan Asgar Ali. 2012. Formulation and In vitro Evaluation of Readyuse Suspension
of
Ampicilin
Trihydrate.
International
Journal
of
Applied
Pharmaceutics Vol 2, Issue 3, 2010 Ancha, Kumar dan Jackson. 2010. Formulation and Evaluation of Pedriatic Azithromycin Suspension. International Journal of Pharma and Bio Sciences V1(2)2010 Ansel, Howard. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV. UI Press. Jakarta Emilia, W. Taurina, dan A. Fahrurroji. 2013. Formulasi dan Evaluasi Stabilitas Fisik Suspensi Ibuprofen dengan Menggunakan Natrosol HBR sebagai Bahan Pensuspensi. Jurnal UNTAN. 1-12 Syamsuni, H. A. 2006. Ilmu Resep. EGC. Jakarta.
LAMPIRAN