Surveilans Prosfektif Total Ppt

  • Uploaded by: Niken Ayu Prastika
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Surveilans Prosfektif Total Ppt as PDF for free.

More details

  • Words: 805
  • Pages: 5
SURVEILANS PROSFEKTIF TOTAL Dosen Pengajar: Putria Carolina Ners., M.Kep.

DISUSUN OLEH : KELOMPOK I 1) Aprianto Untung 2) Endang Margianti 3) Efri 4) Ferdianto 5) Halimatussyadiah 6) Mia Yohana 7) Niken Ayu Prastika N 8) Rosyanus 9) Sapto Widiantoro 10) Wina Noprianti 11) Wenie 12) Yulia Tikai

(2017.C.09a.0876) (2017.C.09a.0884) (2017.C.09a.0882) (2017.C.09a.0887) (2017.C.09a.0889) (2017.C.09a.0899) (2017.C.09a.0901) (2017.C.09a.0907) (2017.C.09a.0908) (2017.C.09a.0914) (2017.C.09a.0913) (2017.C.09a.0920)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRODI S1 KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2018

A. Pengertian Surveilans Pengerian Surveilans Kesehatan WHO (2004), Surveilans adalah proses pengumplan, pengolahan, analisis dan interprestasi data secara sistemik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk mengambil tindakan. B. Surveilans Prospektif Total (atau house-wide) Ketika semua pasien dipantau untuk infeksi nosocomial pada semua divisi rumah sakit. 1. Surveilang Prospektif Total Surveilans total (House-Wide) telah direkomendasikan oleh CDC pada awal tahun 1970-an dan surveilans ini merupakan tipe surveilans paling umum yang dilakukan di rumah sakit sepanjang tahun 1970-an. Dalam tipe surveilans ini semua infeksi nosokomial diidentifikasi secara prospektif dengan meninjau laporan mikrobiologi harian, rekam medis pasien, pasien yang berada dalam isolasi dan pasien yang menerima antibiotic dan dengan Berkunjung ke unit perawatan pasien. Pada akhir bulan suatu jumlah infeksi secara keseluruhan dihitung dengan menggunakan jumlah total infeksi yang terdeteksi dalam bulan tersebut sebagai numerator dan jumlah total pasien yang ada selama bulan tersebut sebagai denominator. Sebagai tambahan, jumlah infeksi dapat dihitung berdasarkan pelayanan dan unit perawatan pasien. Dua kekurangan surveilans total adalah surveilans total memerlukan tenaga kerja yang benar-benar terfokus pada pengumpulan data tersebut dan data yang nilai nya terbatas karena data tersebut tidak dapat digunakan untuk mengukur pengaruh pajanan terhadap faktor-faktor risiko yang signifikan pada infeksi nosokomial, seperti kateterisasi urin, ventilator dan tipe operasi pembedahan

.banyak para

pengendali infeksi professional telah lama mempertanyakan nilai surveilans total ini karena surveilans tersebut hanya memiliki kegunaan yang yang terbatas dalam melengkapi fasilitas dengan data yang dibutuhkan untuk mengembangkan upaya

pengendalian dan pencegahan infeksi. Meksipun surveilans total tidak lagi direkomendasikan oleh banyak otoritas, 58% respon dan dalam suatu survei yang dilakukan pada tahun 1995 oleh komite edukasi APIC melaporkan bahwa mereka telah melakukan surveilans yang menyeluruh pada satu fasilitas pelayanan kesehatan untuk semua jenis infeksi. C. Contoh Kasus Yang Mengancam Pasien Di Rumah Sakit Kasus infeksi penyakit (infeksi nosokomial) di rumah sakit (RS) masih kerap terjadi di Indonesia. Berdasarkan riset yang dilakukan di 11 RS di Jakarta menunjukkan terdapat 9,8% pasien rawat inap terserang infeksi baru terkait pelayanan kesehatan. Infeksi nosokomial adalah infeksi silang yang terjadi pada perawat atau pasien saat dilakukan perawatan di RS. 1. Contoh Kasus yang Paling Sering Yaitu : a.

Infeksi luka bedah,

b.

Infeksi saluran kemih, dan

c.

Saluran pernapasan bagian bawah (pneumonia).

Tingkat paling tinggi terjadi di unit perawatan khusus, ruang rawat bedah dan ortopedi serta pelayanan obstetri (seksio sesarea). Menurut Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Akmal Taher, kasus infeksi nosokomial pada pasien menyebabkan waktu rawat inap semakin lama dan bahkan menimbulkan kematian. "Rerata pasien terpapar infeksi di RS di Indonesia tergolong cukup tinggi. Pasalnya, peluang pasien terkena infeksi nosokomial di RS bisa mencapai sekitar 10%," ujar Akmal, dalam seminar kemitraan strategis Persi dan PT Unilever Indonesia Tbk. dalam meningkatkan kesadaran praktisi medis demi kualitas kesehatan masyarakat yang lebih baik, di Jakarta, kemarin.

Sementara dosen mikrobiologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Anis Kurniawati juga mengamini hal itu. Kejadian nosokomial rentan terjadi pada pasien yang baru menjalani operasi melalui alat seperti kateter dan selang infus. Selain dari alat yang tidak steril, pasien bisa terinfeksi dari pengunjung atau petugas RS yang tengah sakit. Menurut dia, infeksi nosokomial biasanya terjadi setelah 48 jam (dua hari). Misalnya, ada pasien anak dirawat karena diare, kemudian pada hari ketiga tiba-tiba muncul infeksi baru, seperti infeksi paru. Berkaca dari seriusnya masalah tersebut, Anis berpendapat setiap RS harus memiliki tim pengontrol infeksi yang secara reguler melakukan kontrol terhadap keamanan ruang operasi, rawat inap, alat, dan sebagainya. Selain itu, pengaturan soal kunjungan pasien dan kebersihan RS juga harus dijaga. 2. Budaya Bersih Disinggung soal pencegahan, antisipasi nosokomial sejatinya sederhana dan mudah, yakni cukup dengan rajin mencuci alat dan tangan.

Kasus nosokomial

bukanlah yang baru terjadi di dunia. Kasus infeksi seperti ini sudah dikenal sejak 1880. Namun, dari hasil penelitian seorang peneliti bernama Florence, diketahui kasus infeksi nosokomial bisa ditekan hingga 73% hanya dengan cuci tangan. "Budaya cuci tangan dan mencuci alat di rumah sakit harus digalakkan. Ini langkah termudah dan termurah mencegah infeksi tersebut," kata Akmal. Ia juga menambahkan agar direktur RS meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas pelayanan kesehatan dalam melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi. Kemenkes sendiri sudah menyusun pedoman manajerial dan pengendalian infeksi di RS dan sarana kesehatan. Ketua Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Sutoto mengapresiasi langkah pencegahan infeksi nosokomial dengan sosialisasi budaya mencuci tangan. "Dari riset RSCM pada 2002, disimpulkan angka infeksi bisa ditekan hingga 85,7%

jika petugas medis melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan medis.

Related Documents


More Documents from ""