1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Perilaku
manusia
dan
Lingkungan
adalah
hal
yang
selalu
berkesinambungan. Menurut Emil Salim lingkungan hidup diartikan sebagai benda, kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruang yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku dan lingkungan pertama adalah perilaku dari manusia
yang mempengaruhi
lingkungannya kedua apakah lingkungan yang memengaruhi perilaku dari pengguna atau apakah keduanya saling timbal balik antar perilaku memengaruhi lingkungan dan lingkungan memngaruhi perilaku. Studi ini dapat dilakukan pada jenis bangunan bangunan apa saja untuk mengetahui dan mengevalusi desain manakah yang tepat untuk pengguna tersebut. Salah satunya dapat dilakukan dalam lingkup lembaga pendidikan Pondok Pesantren. 1.2 Tujuan Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui hubungan antara desain interior pada lembaga Pondok Pesantren dengan perilaku santri yang menempuh pendidikan didalamnya. 2. Analisa dan pembahasan 2.1 Pondok Pesantren (Sajoko Prasojo, 1982:6) mengungkap pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang umumnya dilakukan dengan sistem non klasikai di mana seorang kyai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santrinya berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab. Kitab-kitab tersebutadalah hasil karangan paraulama abad pertengahan. Pesantren
menurut
dasar
pengertiannya
adalah
tempat
belajar
santri.sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana. disamping itu mungkin pondok dalam bahasa arab berasal dari kata Funduq yang berarti asrama atau hotel. Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam mengalami perkembangan bentuk sesuai dengan perubahan zaman, terutama sekali adanya dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan bentuk pesantren bukan berarti sebagai pondok pesantren yang telah hilang
kekhasannya. Dalam hal ini pondok pesantren tetap merupakan lembaga pendidikan Islam yang tumbuh dan berkembang dari masyarakat untuk masyarakat. Selain itu, Pondok Pesantren merupakan asrama sekaligus tempat belajar dan Mewujudkan pendidikan islami yang mandiri dan modern dengan tidak meningalkan nilai-nilai agama yang ada serta mengatasi keterbatasan akan sekolah berbasis Pondok pesantren dan juga menghindari paham-paham yang bertentangan dengan Islam Pondok pesantren secara kelembagaan paling tidak memiliki lima unsur sebagai berikut: a. Kyai, sebagai pimpinan, pengajar danpendidik b. Santri sebagai anak didik c. Pengajaran kitab-kitab Islam klasik d. Pondok e. Masjid Kelima unsur tersebut merupakan elemen dasar dari tradisi pesantren. Hal ini berarti bahwa suatu lembaga pengajian yang telah berkembang hingga memiliki kelima elemen tersebut akan berubahstatusnyamenjadi pesantren berdasar kan jumlah santri dan pengaruhnya di masyarakat. Pondok pesantren dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Pesantren kecii, yang mempunyai jumlah santridi bawah1.000orangdan pengaruhnya terbatas pada tingkat kabupaten. b. Pesantren
menengah,
yang
mempunyai
jumlah
santri
antara
1.000-2.000 orang yang memiliki pengaruh dan menarik santri-santri dari beberapa kabupaten. c. Pesantren besar yang mempunyai jumlah santri iebih dari 2.000 yang berasal dari berbagai pesantren dan proplnsi bahkan dapat menarik santri dari luar negeri (Zamakhsyari Dhofier, 1994:44). 2.2 metode pengamatan metode pengamatan ini dilakukan dengan analisa menggunakan dat referensi
2.3 analisa dan hasil pengamatan Pondok Modern Darussalam Gontor, bisa disingkat menjadi Pondok Modern Gontor (selanjutnya ditulis PM Gontor) atau terkadang juga cukup disebut Pondok Gontor. Pondok ini didirikan pada hari Senin, 12 Rabiul Awal 1345/ 20 September 1926 oleh tiga bersaudara, yaitu: KH. Ahmad Sahal (1901-1977), KH. Zainuddin Fannani (1905-1967), dan KH. Imam Zarkasyi (1910-1985), tiga bersaudara ini lebih dikenal sebagai sebutan “Trimurti”.Pondok Modern Gontor merupakan kelanjutan Pesantren Tegalsari. Tegalsari adalah nama sebuah desa terpencil, terletak 10 km di sebelah selatan pusat Kerajaan Wengker di Ponorogo. Adapun aktivitas/Jadwal yang dilakukan oleh para santri adalah 03.45-4.30 : Bangun pagi dan persiapan sholat 04:30-05.00 : Sholat Subuh berjamaah 05.00-05.30 : Membaca Alquran 05.30-06.30 : Olahraga 06.30-07.15 : Mandi dan sarapan 07.15-07.30 : Persiapan masuk kelas 07.30-12.15 : Masuk kelas 12.15-12.30 : Persiapan sholat Dzuhur 12.30-13.00 : Sholat Dzuhur 13.00-14.00: Makan siang 14.00-14.15: Persiapan pelajaran sore 14.15-15.00: Pelajaran sore 15.00-15.15 : Persiapan sholat Ashar
15.15-15.30 : Sholat Ashar 15.30-15.45 : Membaca Alquran 15.45-16.30 : Olahraga 16.30-17.00 : Mandi sore 17.00-17.30 : Tau’iyah Diniyah 17.30-18.00: Sholat Maghrib berjamaah 18.00-18.45 : Membaca Alquran 18.45-19.30 : Makan malam 19.30-19.45 : Persiapan sholat Isya 19.45-20.00 : Sholat Isya 20.00-21.30 : Belajar malam 21.30-21.45 : Istirahat 21.45-22.00 : Absen malam 22.00-03.45 : Tidur malam (lampu asrama mati). Closed Kegiatan Tambahan
Libur hari Jumat, bukan hari Ahad
Selasa pagi: Muhadatsah dan lari pagi
Kamis siang: latihan pidato dan pramuka
Kamis malam: latihan pidato
Jumat pagi: Muhadtsah, lari pagi, kerja bakti
Berikut dijelaskan analisa setiap ruang dan sentra pada Pondok Pesantren Gontor : 1. Kamar
Pertama yang akan kami ulas dari fasilitas pondok pesantren Gontor adalah kamar di Pondok Pesantren Gontor. Ukurannya sekitar 5 x 4 meter paling kecil, ada juga yang sampai 10 x 8 yang paling besar. Yang kamar kecil sekitar sepuluh orang. Kalau yang kamar besar bisa mencapai 35 orang. Artinya setiap satu orang mendapatkan tempat 2 meter persegi.Maka tempat tidur di pondok pesantren Gontor bukan seperti di Boarding School modern yang menggunakan ranjang bertingkat. Di Gontor, tempat tidurnya menggunakan kasur lipat setebal lima centi meter, atau lebih yang harus ditumpuk ketika semua sudah bangun tidur. Posisi tidur pun pada akhirnya terlihat seperti pengungsian, berjejer seperti ikan dijemur. Jika Anda bertanya apakah tidur para santri nyenyak. Jawaban kami sangat nyenyak. Mereka rata-rata tertempa kelelahan yang sangat. Sehingga belum ada lima menit nempel di kasur sudah tertidur lelap. Bisa sampai bermimpi juga. Nyamuk di pondok pesantren Gontor meski banyak, tapi bingung mencari mangsa. Santri pun tidak terasa digigit. Menyimpan pakaian pun hanya dalam lemari kecil. Bagian atas untuk buku bagian bawah untuk baju dan perlengakapan sholat. Kamu bisa menyiapkan hanger atau gantungan baju ukuran kecil untuk menyimpan baju yang habis dipakai. Alas lemari yang biasa dipakai adalah kertas sampul kado, untuk satu lemari dibutuhkan 10-11 kertas sampul kado.
2. Kamar Mandi
Dari sini sedikit terbayang bahwa kamar di Gontor tidak memiliki kamar mandi di dalam. Semua di luar kamar. Jaraknya sekitar sepuluh meter dari kamar tidur. Bentuk kamar mandinya berjejer seperti layaknya di SPBU atau restoran-restoran bis besar. Yang ingin mandi harus antri dari lima menit hingga tiga puluh menit. Kamar mandinya sangat standard, tidak ada shower, apalagi air hangat. Ukurannya pun hanya sekitar 1 x 1,5 meter. Bahkan beberapa kamar mandi baknya antar kamar mandi menyatu seperti kolam renang. Biasanya santri saling lempar sabun dari lubang celah kolam jika lupa membawanya. 3. Tempat Cuci Fasilitas pondok pesantren Gontor selanjutnya adalah tempat mencuci pakaian. Harus dipahami bahwa di Gontor tidak dilayani laundry, yang mau saja. Itu pun tidak diantar jemput seperti halnya boarding school modern mahal. Yang ingin ke laundry harus mengantar sendiri dan menjemput sendiri. Hanya sedikit santri yang demikian. Sisanya mencuci sendiri di tempat wudlu masal. Biasanya setiap santri akan memiliki ember untuk merendam, kemudian mencuci bersama-sama ketika hari Jum’at. Atau jika sempat di waktu pagi mencuci satu dua tiga baju. Jika mencuci suasananya rame, bahkan ada yang mencuci satu gentong besar bertiga. Ada yang membilas, ada yang menjemur. 4. Kelas
Jika di sekolah-sekolah sekarang, hampir dipastikan semuanya kelas di bawah tiga puluh orang. Sangat jarang satu kelas berjumlah sebesar itu. Tapi di Gontor uniknya, semua kelas berjumlah empat puluh orang. Bangkunya pun panjang seperti zaman old, ditempati empat orang. Papan tulis pun masih menggunakan kapur di era sekarang yang sudah memakai LCD. Sehingga kelas terisi banyak santri yang heterogen. Jangan pula berharap ada penyejuk ruangan dalam kelas. Kipas angina pun tidak ada. Hanya bermodal jendal saja dengan ventilasi berjeruji yang lebar-lebar. Sedikit panas di kelas menjadi hal yang sangat biasa. Namun demikian, anehnya santri masih bisa tidur nyeyak kalau jam istirahat di bangku-bangu sempit seperti murid saolin. 5. Tempat Makan
Fasilitas pondok pesantren Gontor adalah masalah makan. Pada faktor ini Gontor bisa dikatakan cukup baik mengelola. Bagaimana tidak, dengan biaya makan berkisar 300 ribuan, santri bisa makan tiga kali sehari dengan lauk yang cukup baik. Seminggu sekali ada lele, ada telur, ada ayam, sayur menjadi menu wajib, dll. Namun demikian, pola makannya harus antri mengular membawa piring seperti di penjara. Tempat makan pun seperti di barak, di bangku-bangku sangat panjang dengan banyak orang. Kalau mau nambah nasi bisa sepuasnya. Jika lauk tidak cukup bisa beli di kantin. 6. Fasilitas non akademik.
Stadion sepak bola ada, lapangan reguler ada dua, lapangan futsal tidak terhitung. Lapangan basket ada sekitar delapan. Dan lapangan-lapangan lainnya. Belum lagi ada studio musik yang jumlahnya tidak hanya satu. Untuk yang menyukai minat bakat, menulis, melukis, seni peran, disain, di pesantren ini kami jamin berkembang. Bahkan buktinya banyak penulis lahir dari pesantren ini seperti A. Fuadi dengan negeri lima menaranya. 7. Masjid
Meskipun dimensinya lebih megah tetapi bentuk masjid diselaraskan dengan bentuk bangunan lain, masjid didominasi dengan bentuk garis horizontal agar lebih terkesan setara dengan bangunan lain.Bentuk lengkung dan bentuk garis lurus harizontal yang juga menampilkan konsep sederhana akan diterapkan pada bentuk masa pondok pesantren lainnya. Bangunan bagian depan menyerupai huruf U yang berfungsi sebagai penampung, menjadi daya tarik dan mengajak orang masuk kedalamnya. Konsep ini akan diterapkan pada ruang kelas, kantor dan ruang penerima. Lantai bangunan masjid dibuat lebih tinggi dari sekelilingnya dengan pijakan tangga yang lebar seakan mengundang jemaah datang memasuki masjid untuk beribadah di dalamnya Ruang serambi masjid didesain terbuka agar terkesan mengundang. Ruangan ini dapat digunakan untuk beraktifitas lain.
8. Elemen- Elemen Pendukung Lainnya Untuk menguatkan kesederhanaan maka ornamen yang digunakan adalah ornamen geometris sederhana. dimana bentuk – bentuk ornament dapat diambil dari bentuk kaligrafi. Sedangkan bentuk patung dan lukisan manusia atau binatang tidak digunakan. Tulisan kaligrafi dapat mengajak orang yang melihatnya untuk senantiasa ingat kepada Allah. Maka isi kaligrafi bertuliskan ayat – ayat suci atau nama Allah. Kaligrafi ini nantinya akan diwujudkan melalui relief sederhana, yang akan diterapkan pada aula dan masjid.Ornamen berbentuk kaligrafi dapat juga dimanfaatkan untuk bukaan – bukaan baik jendela ataupun roster. Sehingga cahaya akan memantulkan bentuk kaligrafi tersebut di dalam ruangan dan suasana religi akan lebih terasa. Bukaan ini akan diterapkan pada bangunan masjid, aula dan dapat juga diterapkan pada bangunan pondok. Ornamen dapat juga diwujudkan melalui penataan kolom – kolom dan elemen struktur lainnya. Deretan kolom yang berulang – ulang dan tertata rapi menghasilkan estetika visual yang dapat digunakan sebagai ornament bangunan. Warna dan tekstur diserasikan dengan keadaan lingkungan sekitar. Menggunakan warna alam yang lembut seperti crem, putih, coklat dan Kamar mandi WC Dapur Septic tank Bak kontrok Bak penangkap lemak SUMUR PERESAPAN Riol kota Kamar mandi WC Dapur Septic tank Bak kontrok Bak penangkap lemak SUMUR PERESAPAN Riol kota Sumur Pompa Tower air. Area servis hijau sedangkan tekstur menggunakan tekstur alami yang memasyarakat yaitu tekstur batu bata kampung. Penerapan warna- warna sederhana pada ruang yaitu : - warna crem digunakan pada dinding – dinding tiap pondok dan ruang – ruang pendukung, selain itu juga warna lantai untuk semua bangunan kecuali masjid, dan ruang fasilitas untuk memberi kesan alami, natural, akrab dan terasa hangat . - Warna putih digunakan pada plafond tiap – tiap ruang agar terkesan ringan dan terang. Selain itu juga diterapkan pada dinding masjid dan lantai masjid agar terkesan suci, bersih dan sakral. -Warna coklat digunakan pada warna atap semua bangunan dan tekstur agar lebih terasa alami dan hangat. Juga terdapat skat pembatas yang berwarna coklat terbuat dari kayu agar ruang- ruang di dalam pondok pesantren terkesan lebih tampak natural. Selain itu lantai pada ruang fasilitas juga menggunakan warna coklat. - Warna hijau digunakan pada dinding ruang kelas, aula dan kantor agar terasa tidak membosankan.
KESIMPULAN Dari analisis pengamatan dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan di pondok pesantren bisa memengaruhi perilaku dan karakter para santrinya. Lingkungan tanpa orang tua dan juga didikan dari guru atau kiyai santri harus bisa beradaptasi dengan lingkungan yang islami dan juga dituntut mandiri atau tidak manja. Dapat dilihat bahwa sebagian besar kegiatan sehari-hari santri adalah belajar dan juga mengaji. Di lingkungan yang seperti ini dapat menumbuhkan perilaku terbiasa untuk menerapkan kegiatan islami . selain itu, lingkungan seperti ini memberikan dampak melakukan kegiatan dengan mandiri atau melakukan kegiatan atau aktivitas dengan mandiri contoh bangun tidur, mencuci baju, menyiapkan makanan, kebiasaan untuk antri serta tepat waktu mengikuti jam pondok dan lain-lain. Desain serta penataan lingkungan pondok juga
berpengaruh
terhadap
ornamen-ornamen islaminya.
perilaku
seperti
sirkulasi,
warna,
dan
juga
DAFTAR PUSTAKA Mukhamad Risa Diki Pratama, Atie Ernawati, Yulistiana. Perancangan Pondok Pesantren Modern Dengan PendekatanArsitektur Modern di Depok.86-94 http://berandagontor.blogspot.com/2011/10/jadwal-kegiatan-harian-di-pondok-moder n.html https://www.youtube.com/watch?v=Wc-6Fcx2Thk&t=43s https://www.youtube.com/watch?v=nuiPV7Md6FM&t=209s