SOP TEKNIK MENYUSUI
Disusun Oleh
:
NAMA
:
KELOMPOK III
1. WA SARIDA 2. MARLINA TEHUAYO 3. NYAI PATTIIHA 4. FITRI DEWI PARAMITA
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MASOHI TAHUN AKADEMIK 2018/2019
POLTEKKES KEMENKES
DOKUMEN LEVEL :
MALUKU JURUSAN
PROSEDUR
KEPERAWATAN PRODI
OPERASIONAL TINDAKAN
KEPERAWATAN MASOHI
KEPERAWATAN
KODE :
PROSEDUR TEKNIK MENYUSUI
Tgl Ditetapkan :
AREA : LABORATORIUM KEPERAWATAN
NO. REVISI : -
PENGERTIAN
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam – garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi(Soetjiningsih,1997). Komposisi ASI mengandung lebih dari 200 unsur – unsur pokok, antara lain zat putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat kekebalan, dan sel darah putih. Semua zat ini terdapat secara proporsional dan seimbang satu dengan yang lainya. Cairan hidup yang mempunyai keseimbangan biokimia yang sangat tepat ini bagai 13 suatu “simfoni nutrisi bagi pertumbuhan bayi”sehingga tidak mungkin ditiru oleh buatan manusia (Roesli,U, 2005). ASI eksklusif berarti bahwa bayi hanya mengkonsumsi ASI. Tujuan kesehatan masyarakat dan kebijakan organisasi professional kesehatan mendorong ASI eksklusif selama sekitar 6 bulan pertama. Selanjutnya, makanan lain yang tepat
harus
ditambahkan
pada
diet
bayi
sementara
pemberian ASI berlanjut hingga satu tahun atau lebih. TUJUAN
Mengetahui perkembangan status kesehatan ibu post partum A. Tanda-tanda Bayi Ingin Menyusui 1. Rooting, menggerakkan kepala terutama dengan gerakan mulut mencari-cari. 2. Tangisan dianggap sebagai isyarat akhir bayi ingin
PROSEDUR
menyusu karena isyarat ini pada bayi cukup bulan biasanya tidak dimulai dari tangisan yang nyata jika isyarat ingin menyusu yang lebih samar gagal mendapatkan perhatian ibu. 3. Bayi yang kurang matur dan lebih sering
menunjukkan disorganisasi perilaku cepat berpindah dari status tidur dalam (ditandai dengan tidak da REM) menjadi menangis. B. Hal yang perlu diperhatikan saat memberikan ASI 1. Amati bahasa tubuh ibu saat menyusui. Perhatikan ketegangan pada lengan, bahu, tangan, kaki, dan wajah. 2. Amati bahasa tubuh bayi saat menyusu. Perhatikan tanda ketegangan atau distress. 3. Apakah gerakan piston rahang bayi keatas dan kebawah. Jika demikian, hal ini berhubungan dengan isapan yang tidak adekuat. 4. Apakah rahang bayi bergerak bak kursi goyang. Jika demikian, hal ini berhubungan dengan isapan yang adekuat. 5. Bagaimana bayi mengatasi aliran ASI? 6. Apakah bayi tersedak atau bergumun saat menyusu? 7. Atau bayi tetap di payudara atau menjauh dan mendekat saat disusui? 8. Apakah bayi tampak kesulitan bernapas saat berada dipayudara? 9. Apakah kulit di sekitar mulut dan hidung bayi tampak normal saat menyusu? (perubahan warna menjadi biru merupakan tanda masalah medis – lakukan pemeriksaan pediatric yang komprehensif dan segera). 10. Hitung irama isapan terhadap menelan.
a. Posisi Timangan atau Madona 1) Ibu duduk dengan postur tubuh yang nyaman. 2) Bayi berbaring miring, menghadap ibu. 3) Sisi kepala dan tubuh bayi berada dilengan bawah ibu disebelah payudara yang di hisap. b. Posisi Timangan Menyilang 1) Ibu duduk dengan postur tubuh yang nyaman. 2) Bayi berbaring miring, menghadap ibu.
3) Sisi tubuh bayi berada di lengan bawah ibu pada sisi yang berlawanandengan payudara yang digunakan untuk menyusui. 4) Tangan menyangga leher dan bahu bayi sedemikian rupa agar bayi dapat menegadahkan kepalanya. c. Posisi Football atau Mengepit 1) Ibu duduk dengan postur tubuh yang nyaman. 2) Bayi berbaring telentang, meringkuk diantara sisi dada dan lengan ibu. 3) Tubuh bagian atas bayi disangga oleh lengan bawah ibu. 4) Tangan ibu menyangga leher dan bahu bayi. 5) Pinggul bayi fleksi pada belakang kursi atau permukaan lain tempat ibu bersandar. d. Postur Semi- Sandar 1) Ibu duduk dengan postur tubuh yang nyaman, postur semi sandar. 2) Ibu condong ke belakang dan bayi berbaring berhadapan dengan tubuh ibu, biasanya berbaring miring.
e. Postur Berbaring – Miring 1) Ibu berbaring miring 2) Bayi berbaring miring dengan dada bayi bersandar pada dada ibu. 3) Lengan ibu yang terdekat dengan matras atau selimut gulung yang menyangga punggung bayi.
f. Postur Australia 1) Ibu berbaring telentang 2) Bayi bersandar pada dada ibu. 3) Posisi ini berguna saat ibu memiliki produksi ASI yang banyak atau aliran ASI yang deras/cepat karena membuat
bayi
lebih
mampu
menggerakkan
kepalanya.
C. Prosedur: 1. Ibu menempatkan bayi di dekat payudaranya. 2. Tangan ibu menyangga bahu bayi pada dasar leher. Tidak boleh ada tekanan dari lengan atau tangan ibu atau dari bantal terhadap bagian belakang kepala
bayi
karena
bayi
harus
mampu
menegadahkan kepalanya. 3. Tubuh bayi di rotasikan ke arah ibu. Posisi ini terdiri dari posisi perut ibu menyentuh perut bayi atau posisi dada bayi menempel pada payudara ibu atau posisi dada bayi menempel dada ibu. 4. Kemudian ibu mengerakkan bayi ke payudara ibu, posisi hidung bayi sejajar dengan putting ibu.
5. Payudara ibu jangan di tonjolkan menuju bayi karena hal
ini
dapat
mengubah
posisi
duktus
dan
menghalangi aliran alami ASI. 6. Memulai memberikan makan dengan mendekatkan “hidung bayi ke putting susu ibu” dapat membantu bayi mengenali payudara ibumelalui sensasi bau yang sudah terbentuk dan menyejajarkan mulut bayi pada payudara ibu ketika kepala bayi menengadah. 7. Ibu memindahkan bayi bayi menjauh 2,5 sampai 7,5 cm dari putting susu ibu. 8. Setelah ibu memindahkan bayi kembali mendekat ke payudara, bayi akan menganga, membuka mulutnya dengan sangat lebar dan saaat bayi menengadahkan kepala, jika bayi gagal membuka mulut, ibu harus mengulangi gerakan ini. 9. Pertimbangkan
melakukan
sesi
tambahan
menggendong bayi dengan kulit bayi menyentuh kulit ibu untuk memperbaiki pengaturan motorik bayi untuk bayi yang gagal membuka mulutdengan lebar atau menyusu. 10. Ibu tidak boleh mendorong putting ke dalam mulut bayi; tindakan ini tidak dapat menghasilkan posisi putting yang optimal atau kompresi yang tepat dan dapat menyebabkan tidak melekatnya payudara dan putting susu pada mulut bayi saat bayi menyusu.
D. Evaluasi setelah memberikan ASI 1. Apa yang memicu berakhirnya menyusui (lama, keinginan ibu menghentikan pemberian ASI, bayi sendiri yang melepaskan). 2. Seperti apa bentuk putting ibu sesaat setelah putting lepas dari mulut bayi? Apakah ada perubahan bentuk (selain pertambahan panjang dan lebar). 3. Apakah ada perubahan warna pada putting. UNIT / BAGIAN
1. Bidang Pelayanan 2. Bidang Perawatan
3. Komite Keperawatan 4. Instalasi terkait 5. Unit Pelayanan Terkait DOKUMENTASI TERKAIT
Dokumen Rekam Medis