MOTIF DAN KEPUASAN MENONTON SERIAL LONCENG CINTA DI ANTV (Studi Kuantitatif Eksplanatif Pada Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05, Jatimulyo, Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta)
SKRIPSI
Oleh : TITIK ERLINA NIM. 13.12.1.1.001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA SURAKARTA 2017
MOTIF DAN KEPUASAN MENONTON SERIAL LONCENG CINTA DI ANTV (Studi Kuantitatif Eksplanatif Pada Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05, Jatimulyo, Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Oleh : TITIK ERLINA NIM. 13.12.1.1.001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA SURAKARTA 2017 i
AGUS SRIYANTO, S.Sos., M.Si. ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME iv
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini ku persembahkan untuk : Ibuku tercinta, Ibu Suparmi, terima kasih atas doa, dukungan, motivasi, kasih dan sayang yang telah diberikan. Engkau
bagaikan
cahaya
kehidupan
yang
selalu
memberikan kehangatan, pribadi yang baik, dan sosok yang penuh kasih dan sayang. Ayahku tercinta, Bapak Suwarto, terima kasih atas pengorbanan, doa, semangat yang telah diberikan. Engkau adalah sosok jiwa yang hebat untuk ku. Adiku tersayang, Irfan Naufal, sang junior dalam keluargaku yang selalu memberikan warna dan melengkapi kehidupanku. Sudara-saudaraku,
yang
selalu
membantuku
dalam
kesulitan sehingga sampai saat ini aku masih bisa berdiri tegak dan kokoh. Teman-teman
terbaiku,
teman
seperjuanganku,
KPI
angkatan 2013, kalian merupakan sosok yang selalu memberikan dukungan dan kebahagiaan tersendiri yang terlukis dalam mozaik kehidupanku. Keluarga besar KPI IAIN Surakarta, yang telah menjadi pelangi yang mewarnai setiap langkah perjuanganku dalam menggapai kesuksesan. Almamater
kebanggaanku,
IAIN
Surakarta,
kaulah
jembatan kokoh untuk setiap pijakan dalam menggapai mimpi-mimpiku.
vi
MOTTO
“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan timbangan yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Isyra‟ ayat 35-36)
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr ayat 18)
vii
ABSTRACT
TITIK ERLINA, 2017, 131211001, Thesis. Islamic Broadcasting Communication Department, Faculty of Ushuluddin and Da'wah, Islamic Institute Surakarta, MOTIVE AND SATISFACTION TO WATHCING SERIES LONCENG CINTA IN ANTV (QUANTITATIVE EXPLANATIVE STUDY IN MOTHER RECITATION AN-NUR MOSQUE GROUP AT RT 23 / RW 05, JATIMULYO, KRICAK VILLAGE, TEGALREJO SUB DISTRICT, YOGYAKARTA) This research is motivated by the emergence of non-local programs from India that controls the rating of television in Indonesia. These non-local programs have less supportive content for community development. The presence of election time that is not in accordance with the rules of television broadcasting in Indonesia. So it can have a bad impact on the audience. Therefore, researchers try to examine the level of satisfaction gained by viewers of the non-local programs. The purpose of this study is to explain how big difference between the gap between the motives with satisfaction in Mother Recitation An-Nur Mosque group at RT 23 / RW 05, Jatimulyo, Kricak Village, Tegalrejo Sub District, Yogyakarta in watching the series of Lonceng Cinta in ANTV. The population in this study is the Mother Recitation An-Nur Mosque group at RT 23 / RW 05 Jatimulyo with a total of 20 people. Since the population is less than 100 then this study is a population study. So the sample used as many as 20 respondents. The research data was obtained through survey method with questionnaires spread, conducted at the beginning of May 2017. Processing and data analysis was done by explanative quantitative method. This research uses Uses and Gratification theory. Data analysis techniques in finding the gap using Palmgreen discrepancy formula. The results of this study indicate that there is a difference between the average score of motive variables with the average score of satisfaction variables (GS
Keywords: Motive, Satisfaction, Discrepancy Gratification
viii
ABSTRAK
TITIK ERLINA, 2017, 131211001, Skripsi. Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri Surakarta, MOTIF DAN KEPUASAN MENONTON SERIAL LONCENG CINTA DI ANTV (STUDI KUANTITATIF EKSPLANATIF PADA KELOMPOK IBU PENGAJIAN MASJID AN-NUR RT 23 / RW 05, JATIMULYO, KELURAHAN KRICAK, KECAMATAN TEGALREJO, YOGYAKARTA) Penelitian ini dilatarbelakangi oleh munculnya tayangan non lokal dari India yang menguasai rating pertelevisian Indonesia. Tayangan non lokal tersebut memiliki konten yang kurang mendukung untuk perkembangan masyarakat. Adanya pemilihan waktu tayang yang tidak sesuai dengan peraturan penyiaran pertelevisian di Indonesia. Sehingga bisa memberikan dampak yang buruk bagi pemirsanya. Maka dari itu, peneliti berusaha meneliti tingkat kepuasan yang didapatkan oleh pemirsa dari tayangan non lokal tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan seberapa besar selisih kesenjangan antara motif dengan kepuasan pada Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05, Jatimulyo, Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV. Populasi dalam penelitian ini adalah Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo dengan jumlah total 20 orang. Karena jumlah populasi yang kurang dari 100 maka penelitian ini merupakan penelitian populasi. Sehingga sampel yang digunakan sebanyak 20 responden. Data penelitian diperoleh melalui metode survei dengan penyebaran kuesioner, yang dilakukan pada awal bulan Mei 2017. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan metode kuantitatif eksplanatif. Penelitian ini menggunakan teori Uses and Gratification. Teknik analisis data dalam mencari kesenjangan menggunakan rumus discrepancy Palmgreen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara ratarata skor variabel motif dengan rata-rata skor variabel kepuasan (GS
Kata Kunci : Motif, Kepuasan, Kesenjangan Kepuasan
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil‟aalamiin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul, “Motif dan Kepuasan Menonton Serial Lonceng Cinta di ANTV (Studi Kuantitatif Eksplanatif Pada Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05, Jatimulyo, Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta)” ini dengan lancar. Sholawat dan salam tidak lupa penulis curahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, karena beliaulah yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman yang penuh dengan cahaya ilmu seperti sekarang ini. Penyusunan skripsi ini merupakan suatu kewajiban bagi penulis yang ingin mengakhiri studinya guna mendapatkan gelar sarjana, serta merupakan salah satu upaya untuk memenuhi syarat kurikulum Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, IAIN Surakarta. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Atas dasar itu, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Dr. Mudhofir, S.Ag., M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Surakarta.
2.
Dr. Imam Mujahid, S.Ag., M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah.
3.
Dr. Hj. Kamila Adnani, M.Si. dan Agus Sriyanto, S.Sos., M.Si. selaku pembimbing yang telah berkenan memberikan bimbingan dan meluangkan waktu, tenaga, serta pikiran dalam proses penyusunan skripsi.
4.
Fathan, S.Sos., M.Si. selaku Ketua Jurusan KPI dan Dr. Hj. Kamila Adnani, M.Si.
selaku Sekretaris Jurusan KPI yang juga selalu memberikan semangat dan bimbingan. x
5.
Para dosen dan karyawan di Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Surakarta.
6.
Staff UPT Perpustakaan IAIN Surakarta yang memberikan fasilitas dalam mengembangkan ilmu pengetahuan sebagai jantung kampus.
7.
Agata Ari Wulandari, SIP., M.Ec. Dev. selaku Lurah di Kelurahan Kricak, Yogyakarta, yang telah memberikan ijin penelitian.
8.
Bachrun, S.Pd selaku Ketua RW 05 dan Bapak Sugiarto selaku ketua RT 23, Jatimulyo, Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta, yang telah membantu dalam proses pengumpulan data penelitian.
9.
Ibu Suparmi dan Bapak Suwarto, yang selalu mendoakan, memberikan dukungan dan nasehat, serta adikku tersayang, Irfan Naufal yang selalu memberikan semangat selama proses penyusunan skripsi.
10. Keluarga besar mahasiswa KPI IAN Surakarta, yang telah memberikan motivasi dan semangat dalam kelancaran penyusunan skripsi. 11. Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah membantu dan mendukung kelancaran penyusunan skripsi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan dan kelapangan hati, penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak, agar penelitian ini dapat bermanfaat bagi para akademisi terkait keilmuan yang sama, serta bermanfaat bagi masyarakat secara luas, khususnya para konsumen media.
Surakarta, 22 Juli 2017 Penulis,
Titik Erlina NIM. 131211001
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i HALAMAN NOTA PEMBIMBING ................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii HALAMAN SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... vi HALAMAN MOTTO ......................................................................................... vii ABSTRAK .......................................................................................................... viii KATA PENGANTAR ........................................................................................... x DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xix DAFTAR GRAFIK ............................................................................................. xx DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xxi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1 B. Identifikasi Permasalahan .............................................................. 20 C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 20 D. Rumusan Masalah ......................................................................... 20 E. Tujuan Penelitian ........................................................................... 21 F. Manfaat Penelitian ......................................................................... 21
BAB II
1.
Manfaat akademik .................................................................. 21
2.
Manfaat praktis ....................................................................... 22
LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori .............................................................................. 23 1.
Tinjauan Tentang Komunikasi Massa .................................... 23 a) Pengertian Komunikasi Massa ........................................ 23 b) Ciri-Ciri Komunikasi Massa ........................................... 25
xii
c) Fungsi Komunikasi Massa .............................................. 26 d) Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa ................... 29 e) Sinetron Sebagai Program Siaran Televisi ...................... 46 2.
Teori Uses and Gratifications ................................................ 50 a) Perkembangan Teori Uses and Gratifications ................ 50 b) Gratifications Sought (Motif).......................................... 57 c) Gratifications Obtained (Kepuasan) ............................... 68 d) Kritik Teori Uses and Gratifications .............................. 72
B. Kajian Pustaka ............................................................................... 74 C. Kerangka Berfikir .......................................................................... 79 D. Hipotesis Operasional .................................................................... 81
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian .................................................................... 84 B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 86 1.
Tempat Penelitian ................................................................... 86
2.
Waktu Penelitian .................................................................... 86
C. Populasi, Sampel dan Sampling .................................................... 87 1.
Populasi Penelitian ................................................................. 87
2.
Sampel dan Sampling Penelitian ............................................ 89
D. Variabel Peneletian ........................................................................ 90 E. Indikator Penelitian ....................................................................... 91 1.
Definisi Konseptual ................................................................ 91 a) Motif sebagai variabel independent ................................ 91 b) Kepuasan sebagai variabel dependent ............................. 92
2.
Definisi Operasional ............................................................... 94
F. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ...................................................... 97 G. Metode Pengukuran ....................................................................... 99 H. Uji Instrumen Penelitian .............................................................. 101 1.
Uji Validitas ......................................................................... 101
2.
Uji Reliabilitas ...................................................................... 102
xiii
I.
J.
3.
Uji Normalitas ...................................................................... 103
4.
Uji Homogenitas................................................................... 104
Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 105 1.
Angket (Kuesioner) .............................................................. 105
2.
Observasi .............................................................................. 106
3.
Wawancara ........................................................................... 107
4.
Dokumentasi ......................................................................... 109
Teknik Analisis Data ................................................................... 110
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Seial Lonceng Cinta di ANTV .................................... 116 B. Deskripsi Lokasi dan Gambaran Umum Responden Penelitian.. 120 1.
Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................. 120
2.
Gambaran Umum Responden Penelitian ............................. 122 a) Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia .......... 123 b) Gambaran Umum Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ..................................................................... 125 c) Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pekerjaan .. 127 d) Gambaran Umum Responden Berdasarkan Durasi Menonton Televisi Dalam Sehari .................................. 129 e) Gambaran Umum Responden Berdasarkan Frekuensi Menonton Serial Lonceng Cinta Dalam Satu Minggu .. 131
C. Deskripsi Data Penelitian ............................................................ 135 D. Pengujian Persyaratan Analisis ................................................... 169 E. Pengujian Hipotesis ..................................................................... 175 F. Pembahasan ................................................................................. 178
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................. 190 B. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 192 C. Saran ............................................................................................ 194
xiv
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 196 DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Waktu Penelitian ................................................................................... 86 Tabel 3.2 Definisi Operasional ............................................................................. 94 Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian .............................................................. 97 Tabel 3.4 Penilaian Metode Pengukuran ............................................................ 100 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia ............................ 123 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan ................. 125 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan .................... 127 Tabel 4.4 Klasifikasi Penonton Berdasarkan Durasi Menonton Televisi Dalam Sehari .................................................................................................. 129 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Menonton Serial Lonceng Cinta Dalam Satu Minggu ......................................... 131 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Alur Cerita Yang Diingat ................................................................................................ 133 Tabel 4.7 Gambaran Tentang Tingkat Kepuasan Yang Diharapkan (Gratification Sought) Motif Informasi Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV ................................................................................................. 136 Tabel 4.8 Gambaran Tentang Tingkat Kepuasan Yang Diharapkan (Gratification Sought) Motif Identitas Pribadi Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV ................................................................................... 138 Tabel 4.9 Gambaran Tentang Tingkat Kepuasan Yang Diharapkan (Gratification Sought) Motif Integrasi dan Interaksi Sosial Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV .................................................................... 140 Tabel 4.10 Gambaran Tentang Tingkat Kepuasan Yang Diharapkan (Gratification Sought) Motif Hiburan Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV ................................................................................................. 141 Tabel 4.11 Gambaran Tentang Tingkat Kepuasan Yang Diperoleh (Gratification Obtained) Kepuasan Informasi Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV ................................................................................... 144
xvi
Tabel 4.12 Gambaran Tentang Tingkat Kepuasan Yang Diperoleh (Gratification Obtained) Kepuasan Identitas Pribadi Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV .................................................................... 146 Tabel 4.13 Gambaran Tentang Tingkat Kepuasan Yang Diperoleh (Gratification Obtained) Kepuasan Integrasi dan Interaksi Sosial Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV .......................................................... 148 Tabel 4.14 Gambaran Tentang Tingkat Kepuasan Yang Diperoleh (Gratification Obtained) Kepuasan Hiburan Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV ............................................................................................. 149 Tabel 4.15 Tabulasi Silang Antara Motif Dengan Kepuasan Untuk Item Pernyataan No. 1 Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV ..................... 154 Tabel 4.16 Tabulasi Silang Antara Motif Dengan Kepuasan Untuk Item Pernyataan No. 2 Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV ..................... 156 Tabel 4.17 Tabulasi Silang Antara Motif Dengan Kepuasan Untuk Item Pernyataan No. 3 Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV ..................... 157 Tabel 4.18 Tabulasi Silang Antara Motif Dengan Kepuasan Untuk Item Pernyataan No. 4 Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV ..................... 158 Tabel 4.19 Tabulasi Silang Antara Motif Dengan Kepuasan Untuk Item Pernyataan No. 5 Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV ..................... 159 Tabel 4.20 Tabulasi Silang Antara Motif Dengan Kepuasan Untuk Item Pernyataan No. 6 Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV ..................... 160 Tabel 4.21 Tabulasi Silang Antara Motif Dengan Kepuasan Untuk Item Pernyataan No. 7 Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV ..................... 162 Tabel 4.22 Tabulasi Silang Antara Motif Dengan Kepuasan Untuk Item Pernyataan No. 8 Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV ..................... 163 Tabel 4.23 Tabulasi Silang Antara Motif Dengan Kepuasan Untuk Item Pernyataan No. 9 Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV ..................... 164 Tabel 4.24 Tabulasi Silang Antara Motif Dengan Kepuasan Untuk Item Pernyataan No. 10 Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV ................... 165 Tabel 4.25 Tabulasi Silang Antara Motif Dengan Kepuasan Untuk Item Pernyataan No. 11 Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV ................... 166
xvii
Tabel 4.26 Tabulasi Silang Antara Motif Dengan Kepuasan Untuk Item Pernyataan No. 12 Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV ................... 167 Tabel 4.27 Tabulasi Silang Antara Motif Dengan Kepuasan Untuk Item Pernyataan No. 13 Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV ................... 168 Tabel 4.28 Hasil Perhitungan Uji Validitas Variabel Motif ............................... 170 Tabel 4.29 Hasil Perhitungan Uji Validitas Variabel Kepuasan ......................... 171 Tabel 4.30 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Motif ................................................ 172 Tabel 4.31 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kepuasan ......................................... 172 Tabel 4.32 Hasil Perhitungan Uji Normalitas ..................................................... 173 Tabel 4.33 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ................................................. 175 Tabel 4.34 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan ....................................... 176 Tabel 4.35 Hasil Uji Korelasi Dengan SPSS ...................................................... 177 Tabel 4.36 Tingkat Kesenjangan Kepuasan dan Pemenuhan Motif Informasi Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV .................................................. 180 Tabel 4.37 Tingkat Kesenjangan Kepuasan dan Pemenuhan Motif Identitas Pribadi Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV ..................................... 181 Tabel 4.38 Tingkat Kesenjangan Kepuasan dan Pemenuhan Motif Integrasi dan Interaksi Sosial Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV ........................ 183 Tabel 4.39 Tingkat Kesenjangan Kepuasan dan Pemenuhan Motif Hiburan Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV .......................................................... 185
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian ..................................................................... 121 Gambar 4.2 Normal PP Plot Dengan SPSS ........................................................ 174
xix
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia .......................... 124 Grafik 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan ............... 126 Grafik 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan ................. 127 Grafik 4.4 Klasifikasi Penonton Berdasarkan Durasi Menonton Televisi Dalam Sehari ................................................................................................ 130 Grafik 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Menonton Serial Lonceng Cinta Dalam Satu Minggu ...................................... 132 Grafik 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Alur Cerita Yang Diingat .............................................................................................. 134 Grafik 4.7 Histogram Normalitas Dengan SPSS ............................................... 174
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner Lampiran 2. Profil Responden Lampiran 3. Input Data Hasil Kuisioner Lampiran 4. Hasil Pengolahan Data Penelitian Dengan SPSS Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian Lampiran 6. Surat Telah Melakukan Penelitian Lampiran 7. Dokumentasi Pengisian Kuesioner Lampiran 8. Hasil Wawancara
xxi
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Dalam pergaulan hidup manusia dimana masing-masing individual satu sama lain beraneka ragam itu terjadi interaksi. Saling mempengaruhi demi kepentingan dan kuntungan pribadi masing-masing. Karena manusia telah dibekali potensi untuk saling berkomunikasi. Manusia juga pada dasarnya memiliki dua kedudukan dalam hidup, yaitu sebagai makhluk pribadi dan sosial. Komunikasi sendiri mempunyai definisi yang sempit, seperti “Komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media elektronik”. Atau definisi secara luas, “Komunikasi sebagai berbagai pengalaman”. Sampai batas tertentu, setiap makhluk dapat dikatakan melakukan komunikasi dalam pengertian berbagai pengalaman.1 Dalam kehidupan sehari-hari proses komunikasi merupakan penunjang adanya proses pertukaran dalam penyampaian informasi agar mendapatkan hubungan timbal balik terhadap apa yang dikomunikasikan. Di dalam komunikasi terdapat berbagai ragam menurut konteksnya, diantaranya adalah komunikasi intrapersonal dan interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa, komunikasi antar budaya, dan komunikasi kontemporer. Dalam penelitian ini, penulis merujuk pada komunikasi massa, karena yang penulis teliti berhubungan dengan media massa khususnya sinetron
1
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu pengantar (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2003),
1
2
televisi. Menurut Bittner, komunikasi massa sendiri adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.2 Menurut definisi tersebut, komunikasi massa merupakan produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. Komunikassi massa juga menggunakan media mekanis yaitu media massa sebagai perantara. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesanpesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alatalat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, televisi.3 Media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah media cetak dan media elektronik, yang beroperasi dalam bidang informasi, edukasi dan rekreasi, atau dalam istilah lain penerangan, pendidikan, dan hiburan. Keuntungan komunikasi dengan menggunakan media massa adalah bahwa media massa menimbulkan keserempakan artinya suatu pesan dapat diterima oleh komunikan yang jumlah relatif banyak. Jadi untuk menyebarkan informasi, media massa sangat efektif yang dapat mengubah sikap, pendapat dan prilaku komunikasi. Pada era globalisasi ini, kehidupan masyarakat sangat mendominasi oleh teknologi komunikasi seperti media massa. Dari media, orang bisa mendapatkan beragam informasi yang dibutuhkan. Menurut Denis McQuail ada beberapa peran media, diantaranya adalah media merupakan jendela yang memungkinkan kita untuk melihat lingkungan kita lebih jauh, 2
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, dan Siti Karlinah, Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2009), h. 3. 3 Nur Amalina, Pengertian Media Massa, (http://www.kompasiana.com, diakses 21 Januari 2017).
3
penafsiran yang membantu kita memahami pengalaman, landasan atau pembawa yang menyampaikan informasi, komunikasi interaktif yang meliputi opini audiens, penanda yang memberi kita instruksi dan petunjuk, penyaring yang membagi pengalaman dan fokus pada orang lain, cermin yang merefleksikan diri kita, dan penghalang yang menutup kebenaran.4 Beberapa peran media tersebut berlaku untuk semua khalayak yang mengkonsumsi media. Salah satunya adalah penikmat media televisi, karena televisi merupakan media massa yang memberi efek yang kuat pada pemirsanya. Televisi menjadi salah satu media hiburan dan informasi yang berkembang pesat di Indonesia dan di Dunia. Televisi saat ini telah berkembang dengan sangat pesat dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarat. Televisi menjadi sarana masyarakat untuk mendapatkan informasi, pendidikan dan hiburan. Televisi adalah media temuan orang-orang Eropa. Perkembangan pertelevisian berjalan dengan pesat sejak ditemukannya transmitor oleh William Sockley dan kawan-kawan pada taun 1946.5 Televisi sendiri memiliki definisi, yaitu televisi siaran yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat
4
Stephen W Littlejohn dan Karen A Foss, Teori Komunikasi (Jakarta : Salemba Humanika, 2009), h. 407. 5 Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi Teori Dan Praktik (Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 7.
4
umum, sasarannya menimbulkan keserampakan, dan komunikasinya bersifat heterogen.6 Saat ini ada banyak stasiun televisi yang menjadi alternatif tontonan bagi masyarakat Indonesia, yaitu MNC, Indosiar, RCTI, SCTV, ANTV, Metro TV, Trans TV, Trans 7, TV One, Global TV, Net TV. Setiap stasiun televisi tentu saja mempunyai program acara unggulan yang dikemas semanarik mungkin. Terdapat berbagai jenis program acara yang disajikan, diantaranya adalah program acara talkshow, reality show, komedi, berita, sinetron, FTV, dan lain-lain. Beberapa daya tarik dari program acara yang dikeluarkan bertujuan untuk menarik minat pemirsa agar mendapatkan rating yang tinggi. Setiap stasiun teevisi Indonesia berlomba-lomba untuk mengejar rating. Dalam pemberitaan online, salah satunya www.tabloidbintang.com memberitakan tentang rating TV, yaitu berdasarkan rating Nielsen yang menyatakan bahwa hampir dua minggu ANTV menjadi stasiun nomor satu, karena tayangan unggulannya seperti serial India dan serial animasi. Serial India dan animasi tersebut menarik minat masyarakat sehingga menyumbangkan penonton yang signifikan bagi ANTV.7 Kesuksesan ANTV ini, mengakibatkan beberapa stasiun televisi lainnya bersifat latah. Karena setelah ANTV sukses dengan menayangkan
6
Onong Effendy, Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 21. 7 Panditio Rayendra, Serial India Dan Animasi ANTV Mendominasi 10 Besar, Shiva Dipirsa 1/3 Penonton TV, diakses dari http://www.tabloidbintang.com/articles/film-tv-musik/ulasan/57571rating-report-serial-india-dan-animasi-antv-dominasi-10-besar-shiva-dipirsa-13-penonton-tv, pada tanggal 21 Januari 2017.
5
serial India, beberapa stasiun lain juga berlomba-lomba untuk menayangkan serial India. Sehingga, hal tersebut menjadikan ANTV sebagai pionir atau penggagas serial-serial televisi luar negeri, khususnya India. Namun, beberapa stasiun televisi indonesia yang mengikuti jejak ANTV untuk menayangkan serial India tidak berjalan dengan lancar. Seperti yang diungkapkan media.iyaa.com, bahwa terdapat stasiun televisi Indonesia yang gagal mempopulerkan tayangan serial India karena tidak memperoleh rating yang bagus. Beberapa stasiun televisi tersebut diantaranya adalah Indosiar dengan serial India Qubool Hai, Trans7 dengan serial India Saraswatichandra, SCTV dengan serial India Udaan, MNCTV dengan serial India Razia Sultan, RCTI dengan serial India Ruhi Tersayang.8 Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat percaya kepada ANTV sebagai stasiun TV yang serius menayangkan serial India. ANTV juga membuktikan kecermelangannya dalam menayangkan serial India, yaitu dengan berhasil mempopulerkan beberapa serial India yang sempat gagal memperoleh kepopuleran di stasiun televisi lain. Seperti yang diungkapkan oleh Managing Director ANTV, Otis Hahijary saat berbincang dengan tabloidbintang.com, mengatakan bahwa serial India Mohabbatatein yang sempat tayang 23 episode di TV lain dan gagal total, setelah dipindahkan ke ANTV langsung meledak sukses. Selain itu, Otis Hahijary juga menyatakan bahwa keberhasilan ANTV dalam menayangkan serial India dikarenakan berkat strategi dan kerja keras 8
Hermina Utami, 9 Serial India Yang Tak Sukses Di Indonesia, diakses dari http://media.iyaa.com/article/2016/03/9-serial-india-yang-tak-sukses-di-indonesia-3436991.html, pada tanggal 11 Agustus 2017.
6
tim. ANTV tidak hanya membeli dan menayangkan saja, melainkan juga menghadirkan beberapa artis dalam serial India yang ditayangkan ke Tanah Air. Beberapa artis India yang dihadirkan adalah artis dari Mahabarata yang diundang ke acara Eatbulaga ANTVdan dua pemain Lonceng Cinta yaitu Arjit Taneja dan Mrunal Thakur yang didatangkan ke Tanah Air untuk membintangi serial lokal ANTV bersama Dewi Persik yang berjudul Nadin. Jadi, ANTV terus mengembangan artis dari serial India tersebut untuk menjadi bintang di program acara lokal ANTV.9 Kepercayaan
masyarakat
terhadap
ANTV
dalam
keseriusan
menayangkan serial India dibandingkan stasiun lain, membuat ANTV berjaya dan tayangannya memperoleh rating yang tinggi. Dengan kata lain, strategi yang dipakai oleh ANTV dalam menayangkan serial India bisa dikatakan berhasil. Sehingga ANTV menjadi lebih semangat dan terus berkembang dengan menghadirkan beberapa artis dari serial India yang diharapkan oleh para masyarakat untuk bisa hadir ke Tanah Air agar bisa menjaga kepercayaan dari masyarakat. Pada tanggal 22 April 2017, ANTV memanjakan para penggemarnya dengan membuat acara drama musikal bertajuk Melodi Lonceng Cinta Show. Dalam acara tersebut, ANTV akan menampilkan aktor dan aktris yang berasal dari India khususnya pemeran serial Lonceng Cinta dan beberapa artis dari Indonesia. Acara tersebut diselenggarakan karena banyaknya penggemar dari serial Lonceng Cinta yang menginginkan 9
Ari Kurniawan, Mengapa Serial India Lebih Berhasil Saat Tayang di ANTV Dibanding TV Lain, diakses dari http://www.tabloidbintang.com/articles/film-tv-musik/kabar/63380-mengapa-serialindia-lebih-berhasil-saat-tayang-di-antv-dibanding-tv-lain, pada tanggal 11 Agustus 2017.
7
idolanya tersebut untuk hadir di Indonesia. Tidak hanya menyelenggarakan acara drama musikal bertajuk Melodi Lonceng Cinta Show, ANTV juga mengadakan meet n greet Lonceng Cinta di 2 kota sekaligus, yaitu Bogor dan Serang. Acara yang diselenggarakan ANTV tersebut, menunjukkan bahwa serial Lonceng Cinta mempunyai posisi tersendiri di hati masyarakat dan di ANTV. Dilihat dari situs www.wowkeren.com memuat berita tentang rating ANTV yang mengalahkan RCTI yang dimuat pada tanggal 5 Januari 2017. Sejak ANTV mempunyai siaran unggulan seperti serial India, ANTV mampu
menduduki
peringkat
rating
pertama
siaran
televisi
dan
mengalahkan sinetron seperti “Anugerah Cinta” dan “Anak Jalanan” dari RCTI yang biasanya menduduki rating pertama.10 Berdasarkan Nielsen pada 28 Desember 2016 hingga 3 Januari 2017, ANTV mampu menjadi stasiun TV paling banyak ditonton masyarakat Indonesia dengan rating total keseluruhan menembus 17,1 untuk 11 kota. Begitu juga untuk tanggal 4 Januari 2017, ANTV juga masih menduduki peringkat pertama dengan rating 18,5. Tayangan ANTV yang menjadi kunci kesuksesan untuk meraih rating tertinggi diantaranya adalah serial Lonceng Cinta, Gopi, dan Mohabbatein. Serial tersebut merupakan serial India yang termasuk kedalam 10 besar rating tertinggi siaran televisi Indonesia.11
10
Wowkeren, Kalahkan RCTI, Rating ANTV Sukses Nomor Satu di Awal 2017 Berkat Tayangan Ini, diakses dari http://www.wowkeren.com/berita/tampil/00142442.html, pada tanggal 21 Januari 2017. 11 Ibid.
8
Dari beberapa pemberitaan diatas, menunjukkan bahwa kehadiran Sinetron
membuat
khalayak
ikut
seta
dalam
meramaikan
dunia
pertelevisian. Mereka juga dapat menikmati tayangan sinetron ketika mereka bersantai bersama keluarga. Oleh karena itu sinetron menduduki rating pertama di pertelevisian Indonesia. Rating adalah bagian dari citra stasiun televisi yang berhubungan langsung dengan iklan dan nilai pemirsa.12 Rating TV menjadi sebuah alat kekuasaan dalam mengukur pertumbuhan stasiun TV. Rating biasanya dinyatakan dalam bentuk prosentase dari hasil populasi dan sampel yang diambil. Suatu program acara televisi yang mendapat rating tertinggi menandakan bahwa program acara tersebut sangat diminati oleh khalayak, sebaliknya rendahnya rating suatu program televisi manandakan rendahnya minat khalayak pada program televisi tersebut. Jika melihat kondisi sekarang ini, program acara televisi yang memdapat rating tinggi kebanyakan adalah program yang mengandung unsur hiburan di dalamnya, termasuk sinetron. Walaupun terkadang program acara tersebut tidak mengandung unsur yang mendidik. Televisi Indonesia yang terlena oleh rating, berdampak pada kualitas program acara yang ditayangkan. Banyak sinetron yang tidak mendidik dan hanya mengejar rating saja. Tidak sedikit juga pemilihan jam tayang yang kurang pas, sehingga apabila anak menonton acara televisi yang buruk, dapat berakibat buruk juga terhadap pola berpikirnya. Karena televisi 12
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa (Analisis Interaktif Budaya Massa) (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), h. 118.
9
merupakan salah satu media yang paling berpengaruh terhadap pola berpikir anak dalam proses pembentukan realitas.13 Dari sekian banyak program acara yang tayang di televisi, sinetron Serial Lonceng Cinta merupakan salah satu serial yang sangat diminati oleh khalayak, karena masuk dalam rating 10 besar. Sehingga ANTV berani mendatangkan beberapa tokoh pemeran Lonceng Cinta ke Tanah Air untuk ikut memeriahkan sebuah acara, yaitu drama musikal yang bertajuk Melodi Lonceng Cinta Show. Acara tersebut pun terselenggara dengan sangat meriah dan sukses. Hal tersebut, menunjukkan bahwa serial Lonceng Cinta merupakan serial India yang spesial dan lebih menarik dibandingkan dengan beberapa serial India lainnya yang tayang di ANTV. Serial ini tayang di stasiun televisi ANTV setiap hari pukul 18.30 sampai 20.00 WIB. Serial Lonceng Cinta ini menarik minat pemirsa karena memiliki Dubbing bahasa Indonesia sehingga sinetron ini mudah disimak dan dipahami. Serial Lonceng Cinta pertama kali tayang di stasiun televisi ANTV pada tanggal 5 September 2016, setiap Senin – Jumat pukul 16.00 WIB. Lonceng Cinta yang memiliki judul asli Kumkum Bhagya merupakan sebuah serial India garapan Ekta Kapoor (produser Mohabbatein) yang diangkat dari novel Sense and Sensibility karya Jane Austen dan diinterpretasikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat India. Di negara asalnya, serial ini sudah ditayangkan sejak 15 April 2014 hingga saat ini. 13
Aqmarina, Televisi Indonesia Terlena Oleh Rating, (http://www.kompasiana.com, diakses 21 Januari 2017).
10
Serial ini dimulai menceritakan tentang Sarla Arora (Supriya Shukla), seorang ibu yang memiliki bisnis sewa gedung pernikahan, berharap dapat menyaksikan kedua putrinya menikah dan hidup bahagia. Pragya (Sriti Jha), anak tertua memiliki sifat yang pekerja keras dan mengajar di sebuah universitas. Bulbul (Mrunal Thakur), sang adik membenci Purab (Arjit Taneja) sang bos di tempatnya bekerja dan jatuh cinta pada Abhi (Shabbir Ahluwalia) seorang penyanyi rock yang kebetulan adalah sahabat Purab. Seiring berjalannya waktu, Purab jatuh cinta kepada Bulbul namun di satu sisi ia telah bertunangan dengan Aliya adik Abhi. Aliya menyangka Purab berselingkuh dengan Bulbul. Konflik dimulai ketika Abhi yang marah lalu memutuskan untuk menikahi Pragya. Di hari pernikahannya, Purab meninggalkan Aliya untuk menikahi Bulbul yang akhirnya mengakui ke Abhi bahwa mereka selama ini berpacaran. Aliya dan Tanu berencana menghancurkan hidup Pragya namun rencana tersebut gagal. Tetapi kegagalan tersebut tidak membuat Aliya dan Tanu berhenti menghancurkan kehidupan Pragya. Kehidupan Abhi yang merupakan kakak kandung Aliya sendiripun ingin ia hancurkan dan merebut semua kekayaan Abhi. Dari cerita yang disajikan dalam serial Lonceng Cinta tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat sebuah keluarga yang terdiri dari wanita semua yang memiliki semangat tinggi, baik hati, dan pekerja keras. Namun, terlihat juga alur cerita yang mnunjukkan permusuhan antar saudara kandung. Penyajian cerita yang menunjukkan sikap tauladan dan bijaksana dengan sikap benci dan permusuhan yang terus menerus hampir sebanding. Sehingga, alur
11
cerita tersebut terlihat tidak berkembang dan jumlah episodenya terlalu panjang. Hal tersebut menunjukkan bahwa rating pertelevisian di Indonesia hanya menunjukkan kuantitas pemirsanya saja. Terkait hal tersebut, Manager Acquisition & Distribution ANTV, Gunawan, memberikan alasan kenapa sinetron lokal Indonesia masih saja melempem dan kalah saing dari serial asing khusunya serial India. Gunawan menyatakan bahwa banyak yang harus dibenahi dalam perfilman lokal, terlebih lagi saat ini rating hanya bergantung pada tren saja, dan hal itu pastinya harus diikuti oleh setiap stasiun televisi. Sehingga, stasiun ANTV berusaha menciptakan tren baru, dengan salah satunya menayangkan serial India dan setelah serial India sukses, ANTV membuat program acara yang menggabungkan bintang-bintang India dengan bintang lokal.14 Sekarang ini, ANTV bisa dikatakan sukses dalam menciptakan tren baru dengan menayangkan serial India yaitu yang sangat menonjol adalah serial Lonceng Cinta, dan menggabungkan bintang-bintang India dengan bintang lokal.
Dari
kesuksesan tersebut,
ANTV menjadi
kurang
memperhatikan alur cerita yang kurang mendidik didalam serial Lonceng Cinta. Dalam arti, Lonceng Cinta ini memiliki kekurangan, yaitu terdapat alur cerita permusuhan antar saudara yang terus menerus yang tidak sesuai dengan perilaku umat Islam yang dijelaskan dalam Al-Qur‟an. Diantaranya terdapat pada episode 151-153 yang tayang pada hari Kamis-Sabtu tanggal 14
Anas, ANTV Beberkan Alasan Kenapa Serial Indonesia „Melempem‟ Dibandingkan Serial India!, diakses dari http://www.lensaremaja.com/bintang/12722/antv-beberkan-alasan-kenapaserial-indonesia-melempem-dibandingkan-serial-india/, pada tanggal 21 Januari 2017.
12
2-4 Februari 2017, dimana Aliya sedang mencuri uang kakaknya yaitu Abhi untuk menyuap seseorang yang merupakan saksi dari kejahatan aliya agar saksi tersebut tutup mulut. Kemudian Aliya dengan bangganya mengakui semua kejahatannya dan kebenciannya pada Abhi hingga menewaskan anggota keluarganya sendiri di depan anggota keluarganya. Tetapi pada saat yang sama, Abhi pun mendengar langsung pengakuan dari Aliya, dan langsung menampar Aliya serta memutuskan tali persaudaraan diantara mereka, kemudian mengusir Aliya dari rumah. Dalam Al-Qur‟an dituliskan dengan jelas tentang perselisihan dan perpecahan, yaitu terdapat pada Surah Ali Imran ayat 103 dan 10515 yang berbunyi :
Artinya : “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”
15
Al-Qur‟an, ٣:١٠٣; ٣:١٠٥.
13
Artinya : “Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” Pada ayat tersebut jelas sekali diterangkan bahwa kita sebagai hamba Allah SWT dilarang untuk saling berselisih bahkan sampai bercerai belai. Allah SWT mengajarkan pada umatnya untuk saling menjaga dan menjalin tali persaudaraan. Sehingga, sebaiknya pihak produksi meminimalisir halhal yang kurang baik yang terdapat pada tayangan Lonceng Cinta. Walaupun pada tayangan serial Lonceng Cinta ini sudah memiliki rating yang bagus. Apalagi, dengan penayangan serial Lonceng Cinta yang ditayangkan pukul 18.30 WIB bahwa waktu penayangan tersebut merupakan golongan klasifikasi R. Berdasarkan Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Nomor 02/P/KPI/03/2012
tentang
Standar
Program
Siaran,
Bab
XVII
Penggolongan Program Siaran, Bagian Pertama, Klasifikasi Program Siaran, Pasal 33 ayat 1.c. yang berbunyi “klasifikasi R : Siaran untuk remaja, yakni khalayak berusia 13-17 tahun”. Pada Bagian Empat Pasal 37 ayat 1 juga dituliskan bahwa, program siaran klasifikasi R mengandung muatan, gaya penceritaan, dan tampilan yang sesuai dengan perkembangan psikologis remaja. Tidak hanya ayat 1,
14
pada ayat 4.a. juga dijelaskan bahwa, program siaran klasifikasi R dilarang menampilkan muatan yang mendorong remaja belajar tentang perilaku yang tidak pantas dan/atau membenarkan perilaku yang tidak pantas tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti telah melakukan survei pada beberapa kelompok ibu pengajian di Kelurahan Kricak. Peneliti melakukan survei di Kelurahan Kricak karena Kelurahan Kricak tersebut terletak pada wilayah perkotaan yang padat penduduk. Wilayah perkotaan inilah yang menjadi sasaran utama bagi pihak produksi media terutama produksi tayangan media. Semua tayangan yang diberikan dari semua stasiun televisi swasta memiliki kemungkinan besar untuk dijangkau oleh masyarakat perkotaan. Penduduk di wilayah perkotaan pada umumnya merupakan penduduk yang cepat berkembang dari segi ekonomi, teknologi, pendidikan, dan lainlain seiring berkembangnya zaman. Terbukti bahwa berkat keuletan dan kekreatifan penduduk Kelurahan Kricak, Kelurahan tersebut terpilih menjadi kampung wisata Jogja. Hal tersebut menunjukkan bahwa penduduk Kelurahan Kricak merupakan penduduk yang ingin berkembang maju. Maka dari itu, peneliti melakukan survei di Kelurahan Kricak dengan penduduknya yang berkembang maju dan juga tidak menutup kemungkinan bahwa penduduk tersebut mengikuti perkembangan tayangan pertelevisian di Indonesia. Setelah melakukan survei, peneliti menemukan suatu keunikan tersendiri yang terdapat pada Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo. Keunikan tersebut adalah Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo merupakan kelompok ibu
15
pengajian yang memiliki tingkat kesibukan paling tinggi dibandingkan dengan klompok ibu pengajian yang lainnya. Tingkat kesibukan yang dimiliki oleh masing-masing anggota Kelompok Ibu Pengajian Masjid AnNur RT 23 / RW 05 Jatimulyo juga hampir seimbang dan mereka semua juga menonton serial Lonceng Cinta di ANTV. Selain itu, juga ditemukan pula bahwa mayoritas anggota dari Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo menjadi penggemar setia serial Lonceng Cinta. Sehingga bisa dikatakan bahwa Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo merupakan kelompok ibu pengajian yang seluruh anggotanya adalah penonton serial India di ANTV, khususnya serial Lonceng Cinta. Beberapa keunikan tersebut hanya ditemukan pada Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan di kalangan Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo. Keputusan Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV pasti berhubugan dengan faktor kepuasan yang diperoleh dari serial tersebut. Setiap khalayak memiliki pertimbangan tersendiri untuk memilih media mana yang dipilihnya, sebagaimana yang dilakukan oleh Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo dalam memilih serial Lonceng Cinta di ANTV sebagai tontonan.
16
Pemilihan tersebut, menunjukkan bahwa Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo menganggap serial Lonceng Cinta di ANTV sebagai tontonan yang menarik, serta percaya bahwa serial Lonceng Cinta di ANTV bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhannya atau harapan yang dimiliki sehingga memunculkan tingkat kepuasan yang diperoleh. Karena setiap pemirsa mempunyai motif dalam memilih tayangan mana yang akan mereka konsumsi dan mereka anggap menarik sehingga memperoleh kepuasan tertentu. Namun, dalam mengonsumsi tayangan pada media komunikasi tertentu seringkali terjadi kesenjangan kepuasan antara apa yang diharapkan khalayak media dengan tingkat kepuasan nyata yang diperoleh khalayak setelah mengkonsumsi suatu tayangan pada media tersebut. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti kesenjangan dan tingkat kepuasan pada Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV. Selain itu, penelitian ini juga didorong dengan adanya penelitian terdahulu yang juga membahasan tentang kesenjangan kepuasan. Terdapat penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nia Afifah Wibowo pada tahun 2016, dengan NIM : L100110021, Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi Dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta, menunjukkan hasil tingkat kesenjangan kepuasan yang berbeda dengan 4 macam kebutuhan yang sama. Penelitian tersebut memiliki judul penelitian yaitu Motif dan Kepuasan Dalam Menonton Tayangan Televisi (Studi
17
Korelasi Motif dan Kepuasan Dalam Menonton Tayangan Indonesia Lawak Klub
di
Trans7
Pada
Kalangan
Mahasiswa
Hukum
Universitas
Muhammadiyah Surakarta Angkatan 2013). Hasil dari penelitian tersebut adalah tingkat kesenjangan antara motif dan kepuasan dalam menonton tayangan Indonesia Lawak Klub di Trans7 pada Mahasiswa Hukum UMS dilihat dari aspek informasi diperoleh nilai kesenjangan sebesar 13% dan tigkat kepuasannya termasuk pada kategori sedang. Dilihat dari aspek identitas pribadi, ditemukan nilai kesenjangan sebesar 21% dan tingkat kepuasan termasuk pada kategori rendah. Dilihat dari aspek integrasi dan interaksi sosial, ditemukan nilai kesenjangan sebesar 7% dan tingkat kepuasan termasuk pada kategori tinggi. Dilihat dari aspek hiburan, ditemukan nilai kesenjangan sebesar 42% dan tingkat kepuasan termasuk pada kategori rendah. Maka, dapat dilihat prosentase kesenjangan kepuasan terkecil terletak pada kebutuhan integrasi dan interaksi sosial dengan besar 7%. Dengan kata lain, tingkat pemenuhan kebutuhan pada aspek integrasi dan interaksi sosial adalah paling tinggi dibandingkan dengan aspek lainnya. Dari hasil penelitian terdahulu tersebut, peneliti dapat menemukan persamaan atau perbedaan yang terdapat pada penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu. Apakah terjadi kesenjangan kepuasan yang sama atau memiliki kesenjangan kepuasan yang berbeda. Berdasarkan uraian di atas, pada penelitian ini peneliti menggunakan teori kegunaan dan kepuasan (Uses and Gratifications) yang dikenalkan
18
oleh Herbert Blumer dan Elihu Kartz. Teori Uses and Gratifications adalah teori yang menyatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain pengguna media adalah pihak aktif dalam proses komunikasi. Teori Uses and Gratifications mengalami pengembangan dari sekedar fokus meneliti motif atau kebutuhan yang mendorong individu mengonsumsi media tertentu. Di dalam teori Uses and Gratifications terdapat GS (gratifications sought) dan GO (gratifications obtained). GS adalah motif penggunaan media (terpaan media), seperti pilihan media, frekuensi, dan durasi menggunakan media. Sedangkan GO adalah berdasarkan persepsi individu tentang hasil yang diperoleh dari menggunakan media, bisa juga dibilang merupakan kepuasan nyata yang diperoleh setelah seseorang mengonsumsi suatu jenis media tertentu. Dari konsep GS dan GO tersebut, memunculkan varian teori baru, yaitu Expectancy Values (nilai pengharapan).16 Pada penelitian ini, Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo berperan aktif dalam memilih suatu tayangan yang mereka anggap menarik dan bisa memenuhi kebutuhan atau harapan mereka dalam menonton suatu tayang dalam media tertentu. Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo memilih serial Lonceng Cinta di ANTV sebagai tontonan, dibandingkan program acara lainnya yang tayang di stasiun televisi yang lain. Maka dari itu, peneliti menggunakan teori Uses and Gratifications. 16
Rachmat Kriyantono, Teori Public Relations Perspektif Barat & Lokal: Aplikasi Penelitian dan Praktik (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2014), h. 336-337.
19
Teori Uses and Gratifications juga digunakan peneliti untuk membantu menemukan motif Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV. Setelah menemukan motif, maka ditemukan pula kepuasan apa yang diperoleh kelompok Ibu pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo setelah menonton serial Lonceng Cinta di ANTV. Kemudian, dari motif yang dimiliki dan kepuasan yang diperoleh, peneliti melakukan analisis kesenjangan untuk menjelaskan kesenjangan dan tingkat kepuasan yang diperoleh pada Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV. Dari kenyataan di atas, peneliti ingin menjelaskan hubungan sebab akibat antara motif yang dimiliki dengan kepuasan yang diperoleh kelompok Ibu pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV. Bagaimana kesenjangan antara motif yang dimiliki dengan kepuasan yang diperoleh tersebut?. Itulah yang mendorong peneliti untuk membuat judul “Motif dan Kepuasan Menonton Serial Lonceng Cinta di ANTV (Studi Kuantitatif Eksplanatif Pada Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05, Jatimulyo, Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta)”.
20
B.
Identifikasi Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1.
Banyaknya sinetron yang tidak mendidik dan hanya mengejar rating saja sehingga kurang memperhatikan waktu penayangan.
2.
Sinetron Lonceng Cinta di ANTV mengandung unsur perselisihan antara kakak beradik yang dalam Islam dilarang.
3.
Kelompok Ibu pengajian Masjid An-Nur RT 23 /.RW 05 Jatimulyo sebagai audiens yang aktif dalam memilih tayangan televisi memiliki kesenjangan kepuasan antara apa yang diharapkan dengan tingkat kepuasan nyata yang diperoleh setelah mengkonsumsi serial Lonceng Cinta di ANTV.
C.
Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah pada motif dan kepuasan kelompok Ibu pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05, Jatimulyo, Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV.
D.
Rumusan Masalah Dari batasan masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah pada, bagaimana kesenjangan antara motif dengan kepuasan yang diperoleh pada Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05, Jatimulyo,
21
Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV?
E.
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan kesenjangan antara motif dengan kepuasan yang diperoleh pada Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05, Jatimulyo, Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV.
F.
Manfaat Penelitian 1.
Manfaat akademik a)
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi pengembangan
ilmu
komunikasi
dibidang
Broadcasting,
khususnya terkait dengan kesenjangan kepuasan yang terjadi pada khalayak dalam mengonsumsi suatu tayangan dalam media tertentu. b) Hasil penelitian dapat menjadi rekomendasi pada penelitian selanjutnya. c)
Penelitian ini juga memberikan gambaran dalam mengetahui sejauh mana kemampuan metodologi mengungkap permasalah kesenjangan kepuasan dalam menonon serial Lonceng Cinta di ANTV.
22
2.
Manfaat praktis a)
Memberikan informasi atau wawasan mengenai kesenjangan kepuasan yang terjadi pada Kelompok Ibu Pengajian Masjid AnNur RT 23 / RW 05 Jatimulyo dalam menonton serial Lonceng Cita d ANTV.
b) Hasil ini diharapkan bisa memberikan wawasan yang jelas mengenai kepuasan apa yang diberikan serial Lonceng Cinta di ANTV kepada Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo selaku khalayak yang aktif dalam memilih suatu tayangan pada media tertentu.
BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1.
Tinjauan Tentang Komunikasi Massa a)
Pengertian Komunikasi Massa Istilah Komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata latin communis yang berarti sama. Kata sama disini maksudnya adalah berada dalam keadaan berusaha untuk menimbulkan kesamaan. Menurut Moor, komunikasi adalah penyampaian pengertian antar individu. Sedangkan Gerald R. Miller mengemukakan bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan tujuan mempengaruhi tingkah laku penerima.17 Dari pengertian komunikasi menurut beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan sehingga menimbulkan efek tertentu. Definisi komunikasi massa yang lebih terperinci dikemukakan oleh ahli komunikasi, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) “Mass communication is the tehnologically and institutionally
17
H. Syaiful Rohim, Teori Komunikasi Perspektif, Ragam, & Aplikasi (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 8.
23
24
based production in distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial societies” (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri).18 Berbeda dengan Severin & Tankard Jr dalam bukunya Communication Theories: Origins, Methods, And Uses In The Mass Media yang mendefinisikan bahwa, komunikasi massa adalah sebagian keterampilan, sebagian seni dan sebagian ilmu.19 Keterampilan yang dimaksud adalah teknik-teknik fudamental tertentu yang dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoperasikan tape recorder atau mencatat ketika berwawancara. Sedangkan yang dimaksud seni adalah tantangan kreatif seperti menulis skrip untuk program televisi, mengembangkan tata letak estetis untuk iklan majalah atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita. Keterampilan ilmu ini memiliki pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikembangkan dan dipergunakan untuk membuat berbagai hal menjadi lebih baik.
18 19
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, dan Siti Karlinah, loc.cit. Ibid., h. 5.
25
b) Ciri-Ciri Komunikasi Massa Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble berpendapat bahwa sesuatu bisa didefinisikan sebagai Komunikasi Massa jika mencakup hal-hal berikut ini :20 1) Komunikator
dalam
komunikasi
massa
mengandalkan
peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dan tersebar. Seperti melalui media surat kabar, televisi, radio, majalah, film, komputer dan internet. 2) Komunikator dalam komunikasi massa menyebarkan pesan kepada jutawan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain. Bahkan pengirim dan penerima pesan tidak saling mengenal satu sama lain. 3) Pesan adalah milik publik yang artinya dapat didapatkan dan diterima oleh banyak orang. 4) Komunikator komunikasi massa biasanya berasal dari sebuah jaringan, ikatan, atau perkumpulan. 5) Komuniksi
massa
dikontrol
oleh
gatekeeper
(penapis
informasi). Artinya, pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa. Gatekeeper
20
Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007), h. 8-9.
26
dalam media adalah seperti reporter, editor film, penjaga rubrik, dan lembaga sensor lain. 6) Umpan balik dengan komunikasi massa sifatnya tertunda. Dari definisi diatas, dapat diketahui ciri-ciri komunikasi massa adalah
komunikator
dalam
komunikasi
massa
melembaga,
komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen, pesannya bersifat umum, komunikasinya berlangsung satu arah, komunikasi massa
menimbulkan
keserempakan,
komunikasi
massa
mengandalkan peralatan teknis, komunikasi massa dikontrol oleh Gatekeeper.
c) Fungsi Komunikasi Massa Selain memiliki ciri-ciri, komunikasi massa juga mempunyai beberapa fungsi, sebagai berikut :21 1) Informasi Didalam komunikasi massa, fungsi komunikasi merupakan fungsi yang paling penting. Komponen paling penting untuk mengetahui fungsi informasi ini adalah berita-berita yang disajikan. Iklan pun dalam beberapa hal memiliki fungsi memberikan informasi selain fungsi-fungsi yang lain. 2) Hiburan Fungsi hiburan ini juga menduduki fungsi yang tinggi, karena khalayak menjadikan televisi sebagai media hiburan. Pada 21
Ibid., h. 66-91.
27
jam-jam prime time (pukul 19.00 sampai 21.00), televisi juga menyajikan program acara hiburan, misalnya sinetron, kuis atau acara jenaka lainnya. 3) Persuasi Banyak bentuk tulisan yang kalau diperhatikan sekilas hanya berupa informasi, tetapi jika diperhatikan secara lebih jeli ternyata terdapat fungsi persuasi. Tulisan pada Tajuk Rencana, artikel, dan surat pembaca merupakan contoh tulisan persuasif. 4) Transmisi Budaya Transmisi budaya mengambil tempat dalam dua tingkatan, kontemporer dan historis. Dua tingkatan tersebut tidak dipisahkan. Didalam tingkatan kontemporer, media massa memperkuat konsensus nilai masyarakat, dengan selalu memperkenalkan bibit perubahan secara terus-menerus. 5) Mendorong Kohesi Sosial Media massa mendorong masyarakat untuk bersatu. Dengan kata lain, media massa merangsang masyarakat untuk memikirkan dirinya bahwa bercerai-berai bukan keadaan yang baik bagi kehidupan mereka. 6) Pengawasan Pengawasan ini menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian-kejadian yang ada disekitar kita.
28
Contohnya pemberitaan tentang munculnya badai, topan, gelombang laut yang mengganaskan dan sebaginya. 7) Korelasi Korelasi yang dimaksud adalah fungsi yang menghubungkan bagian-bagian
dari
masyarakat
agar
sesuai
dengan
lingkungannya. Misalnya, iklan kosmetik dalam media massa akan menghubungkan antara produsen kosmetik, biro iklan dengan para ibu-ibu, remaja putri, atau sasaran lainnya. 8) Pewarisan Sosial Media massa yang digunakan sebagai perantara juga memiliki fungsi sebagai seorang pendidik, baik yang menyangkut pendidikan
formal
maupun
informal
yang
mencoba
meneruskan atau mewariskan suatu ilmu pengetahuan, nilai, norma, dan etika dari satu genersi ke generasi selanjutnya. 9) Melawan Kekuasaan dan Kekuatan Represif Komunikasi massa berperan memberikan informasi, tetapi informasi yang diugkapkan ternyata mempunyai motif-motif tertentu untuk melawan kemapanan. Komunikasi massa juga bisa berperan untuk memperkuat kekuasaan, tetapi juga bisa sebaliknya. 10) Menggugat Hubungan Trikotomi Hubunguan trikotomi adalah hubungan yang bertolak belakang antara tiga pihak, yaitu pemrintah, pers, dan masyarakat.
29
Ketiga pihak ini dianggap tidak pernah mencapai sepakat karena
perbedaan
kepetingan
masing-masing
pihak.
Pemerintah biasanya berada diposisi yang paling berkuasa. Tetapi disini komunikasi massa melalui media massa memiliki tugas penting untuk menjunjung keadilan. Berita-berita yang disajikan oleh media massa mampu mengungkapkan dan mengkritik
keburukan
pemerintah
seperti
korupsi,
ketidakadilan, dan lainnya. Menurut Keith R. Stamm dan John E. Bowes, komunikasi massa memiliki dua efek, yaitu pertama efek primer yang meliputi terpaan, perhatian, dan pemahaman, yang kedua efek sekunder meliputi perubahan tingkat kognitif (perubahan pengetahuan dan sikap), dan perubahan perilaku (menerima dan memilih).22
d) Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa Televisi adalah salah satu media massa yang juga merupakan bagian dari komunikasi massa. Media massa memiliki peran penting dalam komunikasi massa. Menurut McLuhan media adalah pesan, yang artinya media atau saluran komunikasi memiliki kekuatan dan memberikan pengaruh kepada masyarakat, bukan dari isi pesannya. Dalam menggunakan media, orang cenderung mementingkan isi pesannya saja dan orang sering kali tidak menyadari bahwa media yang menyampaikan pesan itu juga 22
Ibid., h. 206.
30
memengaruhi
kehidupannya.23
Pesan
yang
diterima
oleh
komunikan akan diproses dalam pikiran untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum melakukan tindakan. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis. Media massa dibagi menjadi dua kategori, yaitu media cetak (surat kabar dan majalah) dan media elektronik (radio, televisi, film, media on-line atau internet). Media massa memiliki lima unsur penting, yaitu adanya sumber informasi, isi pesan (informasi), saluran informasi (media), khalayak sasaran (masyarakat), dan umpan balik khalayak sasaran. Dari lima unsur tersebut terciptalah proses komunikasi antara pemilik isi pesan (sumber informasi) dengan penerima pesan melalui saluran informasi (media). Proses komunikasi tersebut bertujuan untuk mencapai kebersamaan terhadap isi pesan yang disampaikan. Seperti yang dikatakan tokoh komunikasi Wilbur Schramm, Communication berasal dari bahasa Latin Communis yang berarti sama.24 Media massa mengahdapi berbagai macam klalayak sasaran yang berbeda status sosial ekonominya. Sehingga program yang
23
Morissan, Teori Komunikasi Massa Media, Budaya, dan Masyarakat (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), h. 39. 24 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media Televisi), (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), h. 98.
31
disajikan oleh media massa, derajat keterpengaruhannya sangat dipengaruhi oleh agenda publik., kepentingan masyarakat, isu masyarakat, dan kepedulian masyarakat. Para ahli komunikasi dan media massa merancang sebuah produk-produk pemberitaan, hiburan dengan gagasan dan metode yang canggih, kadang tidak diketahui secara baik, apalagi pasti, apa sesungguhnya yang mereka kehendaki atas produk-produknya itu.25 Media massa memiliki pandangan sendiri terhadap dunia, tetapi juga tidak lepas dari kehendak masyarakat. Maka dari itu, isi media memuat apa yang menjadi kehendak masyarakat. Tetapi, sebagian yang lain media massa kurang dapat memenuhi tuntutan dan selera publik karena media massa juga menjalankan tugasnya sesuai dengan visi misi atau kehendaknya. Media massa merupakan kebutuhan pokok bagi perubahan sosial. Media massa, selain memburu keuntungan bisnis, juga mengejar keuntungan sosial, yang mengaharuskan setiap insan media merasa punya rasa tanggung jawab sosial. Oleh sebab itu, media massa menjalankan fungsinya sebagai ventilator bagi kepanikan rakyat. Media massa dipercaya mempunyai kekuatan atas efeknya mempengaruhi masyarakat tanpa henti-henti. Dalam perspektif tersebut kiranya dapat dikatakan bahwa : “barang siapa
25
Andrik Purwasito, Komunikasi Multikultural (Surakarta: Muhammadiyah University Press Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2003), h. 294.
32
menguasai media massa, mereka menguasai informasi, dan barang siapa menguasai informasi ia menguasai dunia”.26 Selain media massa yang dapat memberikan efek tertentu pada khalayak, khalayak juga bisa berperan aktif dalam memilih tayangan atau program acara yang disajikan oleh media massa sesuai dengan kebutuhan mereka. Dalam penelitian yang berhubungan
dengan
audiens
aktif,
para
peneliti
sering
menggunakan teori uses and gratifications untuk menganalisis. Menurut hasil survei yang sudah pernah dilakukan, alasan orang-orang
menggunakan media adalah ingin mengamati apa
yang sedang pemerintah kerjakan, ingin memahami apa yang sedang terjadi didunia, dan ingin mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh para pemimpin partai. Ada juga orang-orang yang mengemukakan alasan menggunakan media, diantaranya adalah ingin belajar bagaimana melakukan sesuatu, yang sebelumnya tak pernah dilakukan, ingin memuaskan rasa ingin tahu, media membuat timbulnya rasa ingin belajar lebih tentang sesuatu, dan karena media memberikan ide-ide.27 Menurut Dominick, media massa terutama televisi yang menjadi agen sosialisasi (penyebaran nilai-nilai) memainkan peranan peting dalam transmisi sikap, persepsi dan kepercayaan.28 Televisi merupakan salah satu bentuk media massa yang 26
Ibid., h. 296. Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, dan Siti Karlinah, op.cit., h. 25. 28 Ibid., h. 59. 27
33
menyuguhkan audio dan visual. Media televisi berperan sebagai alat informasi, hiburan, kontrol sosial, dan penghubung wilayah secara geografis. Secara etimologi televisi dalam Praktito adalah berasal dari bahasa Yunani, yaitu television yang terdiri dari tele yang berarti jauh, dan vision yang berarti melihat. Jadi, secara harafiah televisi berarti meliht jauh. Dengan demikian secara umum pengertian televisi adalah gambar dari jauh.29 Sedangkan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, menyatakan bahwa televisi adalah penyiaran pertunjukan dansebagainya dengan radio dan dengan alat penerima, pertunjukan tersebut diwujudkan sebagai gambar hidup.30 Istilah televisi pertama kali dikemukakan Constatin Perskyl dari Rusia pada acara Internasional Congress of Electricity yang pertama, dalam Pameran Teknologi Dunia di Paris pada tanggal 25 Agustus 1900.Di Indonesia kegiatan penyiaran melalui media televisi dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan Pesta Olahraga se-Asian IV atau Asean Games di Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik
29
Stevani Rory, Debby D. V. Kawengian, dan Anthosius M. Golung, “Efektivitas Tayangan Yuk Keep Smile Di Trans TV Terhadap Pemenuhan Hiburan Pemirsa Di Kelurahan Walian”,Jurnal Octa Diurna, No. 2 (2014), hal. 5. 30 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 2007), h. 1234.
34
Indonesia (TVRI) dipergunakan sebagai panggilan stasiun.31 Saat ini pun TVRI masih beroperasi dan mengudara. Televisi sebuah media massa yang muncul setelah media cetak, telepon, telegraf, fotografi (yang bergerak dan tidak bergerak) serta rekaman suara.32 Televisi diasosiakan dengan pesan (yang berbeda dan selalu diingat), organisasi (kompleks dan besar), distribusi (sumber universal bagi semua), teknologi tinggi dengan profesi baru (pembuat berita / cerita televisi), bintang televisi serta pembawa acara televisi. Sistem media komunikasi massa pasti akan mengalami perubahan (kemungkinan bisa secara radikal), karena adanya berbagai kemungkinan dan tantangan teknologi baru dalam semua
tahap
komunikasi.
Seperti
dinegara-negara
maju,
perumpunan media massa berlangsung dengan ketat. Perusahaan penerbitan surat kabar kemudian mendirikan stasiun televisi, stasiun radio siaran, perusahaan film serta rumah-rumah produksi (production house).33 Perkembangan Memberikan
teknologi
pengaruh-pengaruh
komunikasi dalam
massa banyak
televisi. kehidupan
manusia, seperti dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, bahkan pertahanan dan keamanan negara. Maka dari itu, informasi media televisi dari berbagai belahan dunia perlu dikontrol agar tidak menimbulkan efek yang cukup besar, misalnya penjajahan 31
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, dan Siti Karlinah, op.cit., h. 136. Wawan Kuswandi, op.cit., h. 6. 33 Ibid., h. 4. 32
35
negara dalam hal informasi.34 Pada awal tahun 1950-an, kemunculan televisi berdampak pada media massa lainnya, diantaranya adalah :35 1) Jumlah waktu yang dipakai orang untuk menonton televisi sekarang adalah sama dengan jumlah waktu yang dahulu dihabiskan orang untuk kegiatan lain, termasuk membaca dan mencari informasi. Untuk menghambat penurunan, penerbit buku melakukan promosi besar-besaran agar produk mereka diperhatikan. 2) Siaran berita malam di televisi dan saluran berita 24 jam menjadi faktor utama dari menghilangnya koran sore. Kebanyakan koran sore itu beralih menjadi koran pagi. Koran perkotaan juga hampir kehilangan semua pengiklan nasional, yang beralih ke televisi. Koran harus melakukan desain ulang agar lebih menarik secara visual. 3) Televisi merebut pengiklan dari majalah bertiras besar seperti Life, dan memaksa perusahaan majalah mengubah majalahnya untuk melayani segmen yang lebih kecil dari audien massa yang tdak bisa dilayani televisi. 4) Sukses menarik rekaman sekarang sebagian besar tergantung kepaa penyiaran video musik di televisi.
34 35
Ibid., h. 8. John Vivian, Teori Komunikasi Massa (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 227.
36
5) Seperti majalah yang melakukan demasifikasi (sebuah perubahan
dari
penggunaan
secara
massal
teknologi
komunikasi menjadi penggunaan secara individual) setelah televisi merebut pengiklannya, Hollywood juka melakukan demasifikasi
setelah
televisi
mencuri
sebagian
besar
penontonnya. 6) Radio melakukan demasifikasi setelah kedatangan televisi. Jaringan televisi pertama merebut acara radio yang tersukses dan memindahkannya ke layar kaca. Radio telah kehilangan audien massa dan pengiklan sejak 1920-an. Untuk bertahan hidup, radio mengalihkan acaranya ke musik rekaman dan mengarahkan acaranya ke segmen yang lebih sempit. Menurut Skomis dalam bukunya “Television and Society: An Incuest and Agenda” (1965) yang dikutip oleh Wawan Kuswandi dalam bukunya “Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media Televisi)”, dibandingkan dengan media massa lainya (radio, surat kabar, majalah, buku, dan sebagainya), televisi tampaknya mempunyai sifat istimewa. Telivisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat politis, informatif, hiburan seperti yang diungkapkan di atas, bahkan juga bisa bersifat pendidikan. Televisi menciptakan suasana tertentu, yaitu para pemirsanya dapat melihat sambil duduk santai tanpa kesengajaan untuk menyaksikannya. Penyampaian isi pesan seolah-olah
37
langsung antara komunikator dan komunikan. Informasi yang disampaikan televisi, akan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat ecara visual. Kelebihan lainnya dari televisi adalah dengan adanya satelit komunikasi, cakrawala informasi menjadi semakin luas.36 Memasukkan paradigma Harold D. Lasswell dalam proses komunikasi yang berbunyi “Who, says what, to whom, in which channel, and with what effect?”, secara langsung menggambarkan bahwa proses komunikasi seseorang memerlukan media. Pesan yang disampaikan pun tentu saja mempunyai tujuan khalayak sasaran serta akan mengakibatkan umpan balik, baik secara langsung maupun tidak langsung.37 Hal tersebut berlaku juga pada media komunikasi massa televisi. Televisi sebagai media massa mempunyai ciri-ciri, diantaranya adalah :38 1) Keserempakan Khalayak dimana pun berada dapat menerima informasi dari media yang bersangkutan. Untuk ini hanya berlaku bagi media massa elektronik, sedangkan media cetak, masalah teknis, keserempakan tidak dapat terjadi. 2) Mampu meliputi daerah yang tidak terbatas
36
Wawan Kuswandi, loc.cit. Ibid., h. 17. 38 Darwanto, Televisi Sebagai Media Pendidikan (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011), h. 42-44. 37
38
Kalau media cetak mempunyai oplah sebesar 10 juta eksemplar sudah merupakan hal yang luar biasa. Sedangkan televisi maupun media elektronik lainnya mampu menembus belahan bumi mana pun. 3) Bisa dimengerti yang buta huruf Bisa dimengerti oleh mereka yang buta huruf. Mereka hanya dapat menggunakan daya fantasinya saja dan tidak kesulitan dalam mengkonsumsi program siaran. 4) Bisa diterima mereka yang menderita cacat tubuh Mereka yang memiliki cacat tubuh, bisa memanfaatkan indra pendengaran
maupun
penglihatannya
saja
dalam
mengkonsumsi media televisi. Dalam menyampaikan isi pesannya, komunikasi massa media televisi memiliki beberapa sifat, yaitu publisitas, periodisitas, universatitas, aktualitas dan kontinuitas.39 Selain memiliki sifatsifat tersebut, media televisi menjadi panutan baru (news religius) bagi kehidupan manusia, yaitu dalam bersikap serta bertingkah laku terhadap isu yang terjadi di dalam masyarakat. Tidak menonton televisi sama saja dengan makhluk buta yang hidup dalam tempurung. Televisi mempunyai beberapa kekuatan antara lain :40
39 40
Wawan Kuswandi, op.cit., h. 18. Ibid., h. 23.
39
1) Menguasai jaran dan ruang karena teknologi televisi telah menggunakan
elektromagnetik,
kabel
dan
fiber
yang
dipancarkan (transmisi) melalui satelit. 2) Sasaran yang dicapai untuk menjangkau massa, cukup besar. 3) Nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan, sangat cepat. 4) Daya rangsang seseorang terhadap media televisi, cukup tinggi. 5) Informasi atau berita-berita yang disampaikan lebih singkat, jelas dan sistematis, sehingga pemirsa tidak perlu lagi mempelajari isi pesan dalam menangkap siaran televisi. Selain memiliki sebuah kekuatan, televisi juga memiliki kekurangan, antara lain : 1) Bersifat “transitory” maka isi pesannya tidak dapat dimemori oleh pemirsa. Berbeda dengan media cetak, informasi dapat disimpan dalam betuk kepingan koran. 2) Media televisi terikat oleh waktu tontonan. 3) Televisi tidak bisa melakukan ktitik sosial dan pengawasan sosial secara langsung serta vulgar seperti halnya media cetak. Hal tersebut terjadi karena faktor penyebaran siaran televisi yang begitu luas kepada massa yang heterogen (status sosial ekonominya), juga karena kepentingan politik dan stabilitas keamanan negara.
40
Walaupun
memiliki
beberapa
kekurangan,
kehadiran
komunikasi massa media televisi menjadi bagian yang sangat penting sebagai saran untuk saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam berbagai hal yang menyangkut perbedaan dan persamaan persepsi tentang suatu isu yang sedang terjadi di belahan dunia. Yang perlu diwaspadai dari komunikasi massa media televisi adalah terjadinya ketimpangan arus informasi dari negara maju yang memonopoli untuk kepentingannya, tanpa melihat dunia ketiga sebagai subjek yang juga membutuhkan sarana informasi untuk mengembangkan keadaan sosial politik dan ekonominya.41 Media televisi memperluas cakrawala padangan pola pikir kita sekaligus memunculkan kondisi peradaban manusia. Televisi sebagai sarana tayang realitas sosial dijadikan untuk pantauan diri manusia dalam kehidupan sosialnya. Pemantauan itu bisa dalam bentuk perilaku, mode bahkan sikap terhadap ideologi tertentu. Faktor pendidikan manusia merupakan salah satu pemecah paling utama sebagai “filter” untuk mencegah efek negatif materi tayangan televisi.42 Terdapat pendapat pro dan kontra terhadap dampak acara televisi, yaitu :
41 42
Ibid., h. 21. Ibid., h. 32.
41
1) Acara televisi dapat mengancam nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat. 2) Acara televisi dapat menguatkan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat. 3) Acara televisi akan membentuk nilai-nilai sosial baru dalam kehidupan masyarakat. Perbedaan pendapat tentang dapak acara televisi merupakan hal yang wajar, karena media televisi dalam operasionalnya berhubungan dengan tingkat sosial yang ada di masyarakat. Menurut Wawan Kuswandi dalam bukunya yang berjudul Komunikasi
Massa
(Sebuah
Analisis
Isi
Media
Televisi)
mengatakan bahwa ada tiga dampak yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsa, yaitu :43 1) Dampak kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. Contoh: acara kuis di televisi. 2) Dampak peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televisi. Contoh: model pakaian, model rambut dari bintang televisi yang kemudian digandrungi atau ditiru secara fisik.
43
Ibid., h. 100.
42
3) Dampak perilku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari. Contoh: sinetron Dokter Sartika yang menginternalisasikan kesehatan bagi masyarakat. Namun pada kenyataannya apa yang diungkapkan di atas hanya bersifat teori. Dalam prakteknya terjadi kesenjangan yang tajam. Banyak peket acara televisi yang dikonsumsikan bagi orang dewasa ternyata ditonton oleh anak-anak. Ini perlu diperhatikan oleh para pengelola dan perencana acara televisi yang harus tetap konsekuen dan konsisten dalam membuat paket acara dengan tujuan yang jelas serta diiringi tanggung jawab moral dalam melihat konsisi dan situasi pemirsanya. Akibat dari adanya dampak negatif atau harapan yang tidak diinginkan dari efek tayangan televisi, maka terdapat aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah untuk mnengatur etika dunia penyiaran Indonesia. Peraturan terhadap media tidak bertumpu pada pemerintah saja, melainkan kepada masyarakat melalui dibentuknya Komite Peyiaran Indonesia (KPI). Tujuan KPI adalah menata
infrastruktur
penyiaran
dengan
mengeluarkan
izin
penyelenggaraan penyiaran dan melayani pengaduan masyarakat dalam bidang penyiaran dengan mengacu pada Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS). Lembaga-lembaga siaran yang dilayani oleh KPI adalah lembaga siaran swasta,
43
lembaga siaran publik, lembaga siaran berlangganan, dan lembaga siaran komunitas. Televisi berfungsi untuk memberi informasi, mendidik, menghibur, dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi sebagaimana hasil penelitianpenelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas
Ilmu
Komunikasi UNPAD, yang menyatakan bahwa pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi. Televisi juga memiliki karakteristik tertentu, diantaranya adalah:44 1) Audiovisual Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dilihat. Khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak serta diiringi dengan suara. Gambar dan suara yang disajikan harus ada kesesuaian secara harmonis. 2) Berfikir dalam Gambar Pihak yang bertanggungjawab atas kelancaran acara televisi adalah pengarah acara. Bia ia membuat naskah acara atau membaca naskah acara, ia harus berfikir dalam gambar (think in picture). Begitu pula bagi seorang komunikator yang akan menyampaikan informasi, pendidikan atau persuasi, sebaiknya ia dapat melakukan berfikir dalam gambar.
44
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, dan Siti Karlinah, op.cit., h. 137-140.
44
Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berfikir dalam gambar. Pertama, adalah visualisasi yang berperan dalam menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Dalam proses visualisasi, pengarah acara harus berusaha menunjukkan objek-objek tertentu menjadi gambar yang jelas dan menyajikannya sedemikian rupa, sehingga mengandung suatu makna. Tahap kedua dari proses berfikir dalam gambar adalah penggambaran yang berperan sebagai kegiatan merangkai gambar-gambar individual, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu. Dalam proses penggambaran ada gerakan-gerakan kamera tertentu yang dapat menghasilkan gambar big close-up, close up, dan lain-lain. Perpindahan dari satu gambar ke gambar lainnya juga bermacam-macam, misalnya panning, tilting, dan sebagainya. 3) Pengoperasian Lebih Kompleks Pengoperasian televisi lebih banyak melibatkan orang yang biasa disebut crew. Misalnya dalam acara siaran berita terdapat produser, pengarah acara, pengarah teknik, pengarah studio, pemadu gambar, sua atau tiga juru kamera, juru video, juru audio, juru rias, lighting, wardrobe dan lain-lain. Selain membutuhkan crew yang banyak, siaran televisi juga membutuhkan peralatan broadcasting yang lebih banyak dan
45
lengkap, sehingga media televisi lebih mahal daripada surat kabar, majalah dan radio siaran. Pesan yang akan disampaikan melalui media televisi, memerlukan pertimbangan lain agar pesan tersebut diterima oleh khalayak sasaran. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah pemirsa, waktu penayangan, durasi, dan metode penyajian (pengemasan program acara agar terlihat menarik). Saat ini, sudah banyak stasiun televisi yang berdiri, diantaranya ada TVRI Nasional, TVRI Yogyakarta, Trans TV, MNC TV, Indosiar, ANTV, RCTI, SCTV, Trans 7, TV ONE, Global Tv, Metro Tv, NET TV, Jogja TV, Bali TV, AdiTV, Bandung TV, dan lain-lain. Masing-masing stasiun televisi mempunyai visi dan misi yang berbeda-beda dan program unggulan. Berbagai bentuk program acara yang disajiakan, misalnya sinetron, berita, talkshow, realityshow, musik, kuis, dan lain-lain. Pada awal 2017, stasiun televisi ANTV mendapat sebuah keberuntungan, karena beberapa sinetron yang stasiun televisi ANTV sajikan mendapat rating tertinggi menurut data Nielsen. Sinetron tersebut adalah sinetron dari negeri India dan Animasi. Salah satu sinetron India yang ikut menyukseskan stasiun televisi ANTV adalah serial Lonceng Cinta.
46
ANTV
adalah
singkatan
dari
Andalas
Televisi
yang
merupakan salah satu televisi swasta nasional di Indonesia. Pada awalnya, pemancar utama ANTV didirikan di Bandar Lampung pada tanggal 1 Januari 1993 dan menyiarkan acaranya di daerah Bandar Lampung. Baru pada tanggal 18 Januari 1993 ANTV mendapat stasiun televisi siaran nasional di kota Jakarta melalui Keputusan Menteri Penerangan RI No. 04A/1993. ANTV baru diresmikan pada tanggal 1 Maret 1993.45
e) Sinetron Sebagai Program Siaran Televisi Sinetron (sinema elektronik) sendiri merupakan kategori program acara drama yang memiliki berbagai jenis genre, diantaranya adalah
drama cerita, drama lagu, drama legenda,
drama misteri, drama aksi, drama komedi, drama percintaan, dan sebagainya. Pengklasifikasian ini tidaklah baku. Karena berbagai tulisan dan kritik drama televisi mencoba memaparkan klasifikasi drama dengan berbagai pendekatan teori.46 Bisa dikatakan bahwa program drama adalah sebutan populer dari sinetron. Kata drama berasal dari Yunani dran, artinya bertindak atau berbuat. Bambang Suryo dalam bukunya Pengantar Teater dalam Studi dan Praktik yang dikutip oleh Rusman Latief dan Yusiatie Utud dalam bukunya yang berjudul Siaran Televisi 45
Anggota IKAPI, Manajemen Produksi Program Acara Televisi Format Acara Non-Drama, News, & Sport (Jakarta : PT. Grasindo, 2013), h. 11. 46 Ibid., h. 34.
47
Nondrama Kreatif, Produktif, Public Relations, dan Iklan menjelaskan bahwa kata drama berasal dari bahasa Yunani Kuno sekitar 6000 tahun sebelum masehi. Asal kata draomai artinya pembuatan meniru; suatu kejadian yang ditiru. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, terbitan Balai Pustaka, kata drama diartikan cerita atau kisah, terutama yang melibatkan konflik atau emosi yang khusus disusun untuk pertunjukan teater.47 Drama juga memiliki pengertian sebagai sebuah format acara televisi yang diproduksi dan diciptakan melalui proses imajinasi kreatif dari kisah-kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang. Format yang digunakan merupakan interpretasi kisah kehidupan yang diwujudkan dalam suatu runtutan cerita dalam sejumlah adegan (scene). Adegan-adegan tersebut akan menggabungkan antara realitas kenyataan hidup dengan fiksi atau imajinasi/khayalan para kreatornya. Sinetron berbeda dengan FTV (Film Televisi), karena FTV tidak mengenal episode dan tayangannya lebih singkat kira-kira hanya 60-90 menit langsung tamat, serta memiliki tema yang spesifik dengan gaya penuturan cerita yang mirip dengan Film. Sedangkan untuk sinetron memiliki jumlah episode yang banyak sesuai kreasi dan imajinasi kreatornya.48
47
Rusman Latief dan Yusiatie Utud, Siaran Televisi Nondrama Kreatif, Produktif, Public Relations, dan Iklan(Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2015), h. 27. 48 Anggota IKAPI, op.cit., h. 34-35.
48
Sekitar akhir 1990-an dan awal tahun 2000-an, drama dari Amerika Latin populer disebut telenovela yang juga menghiasi penyiaran Indonesia. Adapun karya drama anak bangsa Indonesia yang pernah mencapai puncaknya adalah “Si Doel Anak Sekolahan” yang dibintangi dan disutradarai oleh Rano Karno dan sinetron tersebut banyak menginspirasi beberapa produksi sinetron berikutnya yang mengangkat kebudayaan Betawi sebagai latar ceritanya.49 Seorang produser televisi di Amerika, Alan Lansburg mengatakan bahwa ada tiga tema dalam setiap program drama yang disukai penonton, yaitu tema seks dalam arti cinta antara seorang pria dan wanita (percintaan), tema yang, dan tema kekuasaan. Tiga tema tersebut menjadi daya tarik penonton mengikuti drama komedi. Kekuatan tema cinta disebabkan karena masalah cinta tidak pernah lenyap dari kehidupan manusia. Bahkan dari sejak zaman Adam dan Hawa, cinta sudah melekat pada diri manusia. Cinta bisa membuat orang pintar menjadi bodoh, orang bodoh menjadi pintar, bahkan cinta dapat membuat orang bunuh diri. Tetapi cinta juga dapat memberikan kebahagiaan. “Love like as a rudder of the living ark (cinta seperti kemudi dalam bahtera kehidupan)”. Sementara itu, atas nama uang orang baik menjadi jahat, saudara menjadi musuh, orang tua ditelantarkan. Kisah-kisah
49
Rusman Latief dan Yusiatie Utud, op.cit., h. 28.
49
tersebut
menjadi
inspirasi
para
penulis
drama
kemudian
didramatisir untuk menguras emosi yang disajikan dalam bentuk drama puluhan episode.50 Selain tema, ada beberapa faktor yang membuat sinetron banyak disukai khalayak, yaitu :51 1) Isi pesannya sesuai dengan realitas sosial pemirsa. 2) Isi pesannya mengandung cerminan tradisi nilai luhur dan budaya masyarakat (pemirsa). 3) Isi pesannya lebih banyak mengangkat permasalahan atau persoalan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Kebanyakan sinetron menggambarkan sisi-sisi sosial dan moral dalam kehidupan masuarakat, sehingga memberikan efek pada pemirsa dalam menentukan sikap. Pesan-pesan sinetron terkadang terungkap secara simbolis dalam alur ceritanya. Kalau sinetron tidak mencerminkan realitas sosial objektif dalam kehidupan pemirsa, maka cerita sinetron tersebut hanya gambaran semu. DR Eduard Depari, sebagai Komite Seleksi Festival Sinetron Indonesia (FSI) 1991, mengatakan bahwa banyak sinetron yang telah ditayangkan di televisi, terlihat asal jadi, baik dari segi pesan maupun teknik penggarapannya. Terjadi pelecehan logika dalam cerita sinetron, disebabkan unsur kepetingan pengiklanan yang 50 51
Ibid., h. 29-30. Wawan Kuswandi, op.cit., h. 130-131.
50
masuk, membiayai pembuatan paket sinetron tersebut. Eduard Depari juga menghimbau bahwa event FSI jangan hanya dijadikan adu kekuatan dan kehebatan belaka dalam membuat paket sinetron, tetapi juga harus mempunyai target tertentu yang akan dicapai.52
2.
Teori Uses and Gratifications a) Perkembangan Teori Uses and Gratifications Teori Uses and Gratifications pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Kartz pada tahun 1974 dalam bukunya The Uses on Mass Communication : Current Perspectives on Gratification Research. Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain pengguna media adalah pihak aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang baik dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Artinya teori ini mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memenuhi kepuasannya dalam kebutuhan yang dicari.53 Teori ini tidak memberikan perhatian pada efek langsung media terhadap audien, tetapi memfokuskan perhatian pada motivasi dan perilaku audien terhadap media atau bagaimana dan megapa mereka menggunakan atau mengonsumsi media. Dengan
52 53
Ibid., h. 134. Nurudin, op.cit., h. 191-192.
51
kata lain, teori ini berupaya menjelaskan, what do people do with the media?.54 Teori ini juga menyatakan bahwa media dapat mempunyi pengaruh jahat dalam kehidupan. Contoh dari penggunaan teori ini adalah pada kasus selektivitas musik personal. Kita menyeleksi musik tidak hanya karena cocok dengan lagunya, tetapi juga karena motif lain, misalnya untuk gengsi diri, kepuasan batin, atau sekedar hiburan. Terlihat juga pada kasus selektifitas pada program acara televisi. Kita menonton program acara televisi tertentu karena program tersebut memberikan kepuasan bagi kita akan kebutuhan informasi maupun hiburan.55 Menurut Denis McQuail (1981), terdapat dua hal dibalik berdirinya teori Uses and Gratifications. Pertama, adanya perbedaan terhadap asumsi yang deterministik mengenai efek media, yang merupakan bagian dari dominannya peran individu dalam model komunikasi dua tahap. Kedua, adanya keinginan untuk tidak memperdebatkan tentang penggunaan media massa yang hanya didasarkan atas selera audien. Pada Uses and Gratifications ini memberikan suatu cara alternatif untuk memandang pada hubungan antara isi media dan audien, serta pengkategorian isi media
menurut fungsinya daripada sekedar
tingkat selera yang berbeda.56
54
Morissan, op.cit., h. 77. Nurudin, op.cit., h. 192-193. 56 Syaiful Rohim, op.cit., h. 188. 55
52
Cikal bakal teori Uses and Gratifications dimulai pada tahun 1940-an, ketika beberapa peneliti mencoba mencari tahu motif yang melatarbelakangi audiens mendengarkan radio dan membaca surat kabar. Mereka meneliti siaran radio dan mencari tahu mengapa orang tertarik terhadap program yang disiarkan. Kepuasan apa yang mereka peroleh sehingga mereka senang mendengarkan program tersebut atau apa motif orang membaca surat kabar. Herta Herzog (1944) adalah orang pertama yang mengawali riset Uses and Gratifications dengan mengelompokkan berbagai alasan mengapa orang memilih mengonsumsi surat kabar daripada radio. Herzog juga melakukan riset terhadap orang yang menyukai program sinetron (soap opera) dan mewawancaranya. Herzog menemukan tiga jenis pemuasan, yaitu :57 1) Sebagian orang menyuakai sinetron karena berfungsi sebagai sarana
pelepasan
emosi
dengan
cara
melihat
dan
mendengarkan masalah orang lain melalui televisi. 2) Audien dapat berangan-angan (wishful thingking) terhadap sesuatu yang tidak mungkin mereka raih, mereka cukup puas hanya dengan melihat pengalaman orang lain di layar kaca. 3) Sebagian orang merasa mereka dapat belajar dari program sinetron.
57
Morissan, op.cit., h. 82.
53
Perkembangan tahap kedua teori Uses and Gratifications terjadi pada tahun 1970-an ketika klasifikasi atau tipologi dari alasan-alasan orang menggunakan atau mengonsumsi media mulai dilkukan. Teori Uses and Gratifications semakin kokoh berdiri dengan munculnya teori hierarki kebutuhan dan motivasi dari Abraham Maslow (1970). Pada teori hierarki kebutuhan dan motivasi menjelaskan bahwa orang akan selalu berupaya aktif untuk memuaskan hierarki kebutuhannya (hierarchy of needs), dan orang yang berhasil pada satu tingkatan akan berupaya mencapai tingkatan hierarki kebutuhan yang lebih tinggi. Pendapat Maslow bahwa manusia secara aktif mencari segala hal yang dapat memenuhi kebutuhannya sangat sesuai dengan pendapat dari Katz, Blumler, dan Gurevitch mengenai bagaimana orang mengonsumsi komunikasi massa. Manusia dapat dan secara aktif ikut serta dalam proses komunikasi massa.58 Tahap ketiga yang merupakan tahap terakhir dalam penelitian mengenai Uses and Gratifications adalah mencari hubungan antara alasan-alasan audien mengonsumsi media tertentu dengan veriabel, seperti kebutuhan, tujuan, keuntungan, konsekuensi penggunaan, dan faktor-faktor individual. Penelitian tentang tahap ketiga tersebut dilakukan oleh Alan Rubin dan Mary Step (2000).59
58 59
Ibid., h. 83-84. Ibid., h. 84.
54
Jadi, secara singkat perkembangan Uses and Gratifications ini dibedakan dalam tiga fase, yaitu :60 1) Fase pertama, mendeskripsikan tentang orientasi subgroup audience untuk memilih ragam isi media 2) Fase kedua, menawarkan operasionalisasi variabel sosial dan psikologis yang memberikan pengaruh terhadap perbedaan pola konsumsi media. 3) Fase ketiga, ditandai dengan menggunakan data gratifikasi untuk menjelaskan cara lain dalam proses komunikasi, yaitu harapan dan motif audience yang saling berhubungan. Katz, Blumler dan Gurevitch (1974) mengemukakan bahwa terdapat lima asumsi dasar yang menjadi inti gagasan teori Uses and Gratifications, yaitu :61 1) Audien aktif dan berorientasi pada tujuan ketika menggunakan media. Keaktifan audien mengacu pada target dan tujuan yang ingin dicapai serta berdasarkan motivasi. Audien melakukan pilihan terhadap isi media berasarkan motivasi, tujuan dan kebutuhan personal mereka. 2) Inisiatif untuk mendapatkan kepuasan media ditentukan audien.
60
Yusuf Zainal Abidin, Manajemen Komunikasi Filosofi, Konsep, dan Aplikasi (Bandung : CV Pustaka Setia, 2015), h. 179. 61 Morissan, op.cit., h. 509.
55
Menurut S.Finn (1992) motif seseorang menggunakan media dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu proaktif dan pasif. Contoh penggunaan media secara proaktif adalah menonton program televisi tertentu untuk mendapatkan informasi lebih banyak mengenai suatu masalah atau topik tertentu. Sedangkan contoh penggunaan media secara pasif adalah menghidupkan televisi hanya sekedar untuk melihatmelihat saja dan tidak memulai pengalaman menonton dengan motif tertentu yang ada dalam pemikiran kita.62 3) Media bersaing dengan sumber kepuasan lain. Contohnya, di awal hubungan yang romantis, banyak pasangan memilih menonton bioskop daripada menonton televisi di rumah. Penonton harus memberikan perhatian kepada pesan media untuk dapat dipengaruhi, pilihan personal dan perbedaan individu merupakan pengaruh kuat untuk mengurangi efek media.63 4) Audien sadar sepenuhnya terhadap ketertarikan, motif dan pengguna media. Munculnya ketertarikan dan motif dalam diri yang dilanjutkan dengan penggunan media memungkinkan peneliti mendapatkan gambaran yang tepat mengenai penggunaan
62 63
Morissan, op.cit., h. 79. Ibid.
56
media. Audien melakukan pilihan secara sadar terhadap media tertentu yang akan digunakannya.64 5) Penilaian isi media ditentukan oleh audien. Program televisi yag dianggap tidak bermutu bisa menjadi berguna bagi audien tertentu karena mendapat kepuasan dengan menonton program tersebut. J.D. Rayburn dan Philip Palmgreen
(1984)
menyatakan
bahwa
seseorang
yang
membaca surat kabar tertentu bukan berarti ia merasa puas dengan surat kabar yang dibacanya karena mungkin hanya surat kabar tersebut yang tersedia, ia akan segera beralih ke surat kabar lain jika tersedia surat kabar yang lain.65 Teori Uses and Gratifications mengalami pengembangan dari sekedar fokus meneliti motif atau kebutuhan yang mendorong individu mengonsumsi media tertentu. Di dalam teori Uses and Gratifications terdapat GS (gratifications sought) dan GO (gratifications obtained). Dari konsep GS dan GO tersebut, memunculkan varian model teori baru, yaitu Expectancy Values (nilai pengharapan).66 Pada Expectancy Values, Philip Palmgreen menyatakan bahwa kepuasan yang kita cari pada media ditentukan oleh sikap kita, keyakinan dan penilaian tertentu terhadap media. Sebagai contoh, jika kita percaya program acara komedi memberikan hiburan dan 64
Ibid., h. 80. Ibid. 66 Rachmat Kriyantono, loc.cit. 65
57
kita terhibur, maka untuk memperoleh kepuasan akan kebutuhan hiburan, kita menonton program acara komedi tersebut.67 b) Gratifications Sought (Motif) GS (gratifications sought) adalah motif penggunaan media (terpaan media), seperti pilihan media, frekuensi, dan durasi menggunakan media. Contohnya, kita percaya bahwa program acara Liputan 6 SCTV dapat memberikan informasi dan kita mengevaluasi informasi itu menarik, maka kita akan mencari kepuasan dari kebutuhan akan informasi kita akan menonton Liputan 6 SCTV.68 Menurut etimologi, motif atau motive berasal dari kata motion, yang berarti “gerakan” atau “sesuatu yang bergerak”. Jadi, istilah “motif” erat berkaitan dengan “gerak”, yakni gerakan yang dilakukan oleh manusia, atau disebut dengan perbuatan atau tingkah laku. Motif dalam psikologi berarti rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku. Sehingga motif manusia merupakan dorongan, hasrat, keinginan, dan tenaga penggerak lainnya, yang berasal dari dalam dirinya, untuk melakukan sesuatu. Motif memberikan arah dan tujuan kepada tingkah laku kita. Kegiatan sehari-hari pun mempunyai motif tersendiri. Misalnya kita membaca surat kabar pagi, karena ingin mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekeliling kita. 67 68
Stephen W Littlejohn dan Karen A Foss, op.cit., h. 426-427. Rachmat Kriyantono, loc.cit.
58
Kita makan tiga kali sehari dan tidur setiap malam, dengan motif memenuhi kebutuhan makanan dan kebutuhan istirahat.69 Dalam pandangan psikologi sosial, ada beberapa definisi tentang motif menurut beberapa ahli, yaitu:70 1) Sherif & Sherif (1956) Menyebutkan motif sebagai suatu istilah generik yang meliputi semua faktor internal yang mengarah pada berbagai jenis perilaku yang bertujuan, semua pengaruh internal, seperti kebutuhan (needs) yang berasal dari fungsi-fungsi organisme, dorongan dan keinginan, aspirasi, dan selera sosial, yang bersumber dari fungsi-fungsi tersebut. 2) Giddens (1991) Motif adalah impuls atau dorongan yang memberikan energi pada tindakan manusia sepanjang lintasan kognitif/perilaku kearah pemuasan kebutuhan. Motif tak harus dipersepsikan secara sadar, tetapi lebih mengarah pada keadaan perasaan. 3) Nasution Motif adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
69
Alex Sobur, Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah (Bandung : CV Pustaka Setia, 2003), h. 267-268. 70 Ibid., h. 267.
59
4) Gerungan (1966) Motif adalah pengertian yang melengkapi semua penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuau.71 5) Sri Mulyani Martaniah (1982) Motif adalah suatu konstruksi yang potensial dan laten, yang dibentuk oleh pengalaman-pengalaman, yang secara relatif dapat bertahan meskipun kemungkinan berubah masih ada, dan berfungsi menggerakkan serta megarahkan perilaku ke tujuan tertentu.72 Jadi, motif itu adalah tujuan. Tujuan ini disebut insentif (incentive). Insentif sendiri bisa diartikan sebagai suatu tujuan yang menjadi arah suatu kegiatan yang bermotif. Dalam psikologi, motif berkaitan erat dengan motivasi. Karena motivasi menunjuk pada seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkannya, dan tujuan atas akhir dari gerakan atau perbuatan. Oleh
karena
itu,
motivasi
berarti
membangkitkan
motif,
membangkitkan daya gerak, atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau tujuan.73
71
Abu Ahmadi et al, Psikologi Sosial (Semarang : Rineka Cipta, 1990), h. 191. Ibid., h. 192. 73 Alex Sobur, loc.cit. 72
60
Dalam suatu motif, umumnya terdapat dua unsur pokok, yaitu unsur dorongan atau kebutuhan dan unsur tujuan. Dalam pandangan Dister, terdapat tiga faktor yang mempunyai peranan yang melahirkan suatu tindakan manusia, yaitu :74 1) Dorongan spontan pada manusia, contohnya dorongan seksual, nafsu makan, kebutuhan akan tidur. 2) Ke-aku-an sebagai inti-pusat kepribadian manusia. Suatu dorongan yang secara spontan terjadi pada diri manusia dapat ia jadikan miliknya sendiri, kalau ia menanggapi dorongan itu secara posistif. 3) Situasi atau lingkungan hidup manusia. Karena setiap manusia berada itu pasti berada disuatu lingkungan tertentu dan lingkungan tersebut juga akan memberikan dampak pada manusia. Suatu tingkah laku yang didasari karena adanya motif, maka tingkah laku tersebut disebut tingkah laku bermotif. Tingkah laku bermotif tersebut didasari oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian suatu tujuan, agar suatu kebutuhan terpenuhi dan suatu kehendak terpuaskan. Terdapat hubungan antara keresahan di dalam diri dan organisasi dari lingkungan luar diri, yaitu “apa yang orang orientasikan dalam hidup sehari-hari, apa yang mereka rasakan patut didiskusikan, dan yang mereka coba kelola adalah
74
Ibid., h. 269-270.
61
harapan dan kekuatiran mereka, impian, kecemasan, rasa bersalah, dan sebagainya, serta ciri-ciri struktural dari hubungan serta institusi sosial tempat mereka merasa terlibat.75 Hampir
semua
ahli
teori
kegunaan
dan
kepuasan
merekomendasikan sebuah konsep sentral dalam psikologi, yakni kebutuhan. Setiap manusia memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Menurut McQuail, Blumer, dan Brown bahwa kebutuhan berasal dari pengalaman sosial dan bahwa media massa sekalipun kadangkadang dapat membantu membangkitkan khalayak ramai mengenai sesuatu kesadaran akan kebutuhan tertentu yang berhubungan degan situasi sosialnya.76 McQuail dan rekan (1972) mengemukakan empat alasan atau motif mengapa audien mengguakan media, antara lain:77 1) Untuk memenuhi Informasi, yaitu mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat,
masyarakat
dan
dunia,
mencari
bimbingan
menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal-hal yang bekaitan dengan penentuan pilihan, memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum, belajar pendidikan diri sendiri, memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan, dan lain-lain.
75
Ibid., h. 271 Alex Sobur, op.cit., h. 272 77 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Jakarta : Erlangga, 1987), h. 72. 76
62
2) Untuk mendapatkan Identitas pribadi, yaitu menentukan penunjang nilai-nilai pribadi, mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai lain, meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri, menemukan model perilaku. 3) Untuk Integrasi dan interaksi sosial, yaitu memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial, membantu menjalankan peran sosial, memperoleh teman selain dari manusia, memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak-keluarga, teman dan masyarakat, mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki. 4) Untuk memperoleh Hiburan, yaitu melarikan diri dari rutinitas atau masalah sehari-hari, mengisi waktu luang, memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis, bersantai, penyaluran emosi, dan dapat membangkitkan gairah seks. Alasan-alasan diatas merupakan unsur dalam pola motivasi yang mendorong perilaku khalayak, karena cocok dengan konsep mengenai fungsi media dan berkaitan dengan pemahaman kita menyangkut
peran
yang
dibawakan
oleh
media
dalam
menghubungkan anggota masyarakat dengan masyarakat lain.
63
Aktivitas audien dapat digolongkan menjadi beberapa jenis kegiatan, seperti yang di kemukakan oleh Jay G. Blumler (1979) yaitu:78 1) Kegunaan. Contoh : orang mendengarkan radio di mobilnya untuk mendapatkan informasi lalu lintas. 2) Kehendak. Hal ini terjadi ketika motivasi menentukan konsumsi media. Contoh : ketika seseorang membutuhkan hiburan, maka orang tersebut akan mencari program komedi. 3) Seleksi. Audien dalam menggunakan media mencerminkan ketertarikan atau preferensinya. Contoh : jika seseorang menyukai sinetron, maka orang tersebut akan memilih saluran televisi yang menyediakan banyak program sinetron. 4) Tidak terpengaruh hingga terpengaruh. Audien menciptakan makna terhadap isi media yang akan memengaruhi apa yang mereka pikirkan dan kerjakan, tetapi mereka juga secara aktif sering menghindar terhadap jenis pengaruh media tertentu. Contoh : orang tertentu membeli rokok karena kualitasnya bukan iklan yang ditontonnya. Pace & Faules menjelaskan bahwa orang yang termotivasi pasti memiliki harapan. Harapan tersebut memiliki tiga asumsi pokok, yaitu orang akan termotivasi apabila ia percaya bahwa perilaku tertentu akan mengahasilkan hasil tertentu, hasil tersebut
78
Morissan, op.cit., h. 80-81.
64
mempunyai nilai positif baginya, dan hasil tersebut dapat dicapai dengan usaha yang dilakukan seseorang.79 Para ahli psikologi mengklasifikasikan motif yang ada pada diri manusia ke dalam beberapa golongan, diantaranya adalah : 1) Gardner Linzey, Calvin S. Hall, dan Richard F. Thompson dalam bukunya Psychology (1978) mengklasifikasikan motif menjadi dua, yaitu :80 (a) Drive adalah mendorong untuk bertindak. (b) Incentives adalah benda atau situasi (keadaan) yang berbeda di dalam lingkungan sekitar yang merangsang tingkah laku. 2) Teevan dan Smith (1964) menggolongkan motif menjadi dua kelompok, yaitu :81 (a) Motif primer adalah motif yang timbulnya berdasarkan proses kimiawi fisiologik dan diperoleh dengan tidak dipelajari. Contoh : haus, lapar, bernafas, istirahat, dan sebagainya. (b) Motif sekunder disebut juga sebagai motif sosial. Motif sekunder sangat bergantung pada pengalaman individu. Contoh : motif takut. 3) Berdasarkan atas jalarannya, motif dikelompokan menjadi dua, yaitu :82 79
Ibid., h. 287. Bambang Samsul Arifin, Psikologi Sosial (Bandung : CV Pustaa Setia, 2015), h. 152. 81 Alex Sobur, op.cit., h. 294-295. 80
65
(a) Motif intrinsik adalah motif-motif yang dapat berfungsi tanpa harus dirangsang dari luar. Contoh : orang gemar membaca tanpa ada yang mendorongnya, ia akan mencari sendiri buku-buku untuk ia baca. (b) Motif ekstrinsik adalah motif-motif yang berfungsi karena ada perangsang dari luar. Contoh : seseorang melakukan sesuatu karena untuk memenangkan hadiah yang khusus ditawarkan. 4) Menurut Gerungan, bentuk motif itu ada dua, yaitu :83 (a) Motif tunggal, dapat dicontohkan misalnya seseorang mendengarkan
berita
radio
atau
televisi
mungkin
mempunyai motif yang umum seperti yang sudah diuraikan diatas, tetapi juga mungkin mempunyai motif lain seperti untuk mendengarkan berita tertentu yang berkaitan dengan pekerjaan kantornya. (b) Motif bergabung, dapat dicontohkan misalnya seseorang menjadi anggota kelompok, perkumpulan, atau organisasi, motif yang ada pada dirinya adalah motif bergabung. Ia mungkin ingin belajar suatu yang baru bersama anggota perkumpulannya atau bisa juga ia ingin memperluar relasirelasinya untuk kelancaran pekerjaan di kantor.
82 83
Ibid., h. 295-296. Gerungan, Psikologi Sosial (Bandung : PT Refika Aditama, 2010), h. 152-153.
66
5) Berdasarkan reaksi organisme terhadap rangsang yang datang, motif dibedakan menjadi dua, yaitu :84 (a) Motif mendekat, apabila reaksi terhadap stimulus yang datang bersifat mendekati stimulus. Contoh : jika seseorang lapar kemudian disedikan makanan lalu ia makan, maka respon tersebut mendekati stimulus. (b) Motif menjauh, apabila respon terhadap stimulus yang datang sifatnya menghindari stimulus. Misalnya : jika seseorang lapar kemudian disedikan makanan, lalu ia menjauh dan menahan lapar hingga sakit, maka respon tersebut menjauh stimulus. Motif tersebut bisa digabungkan dengan motif primer dan motif sekunder, seperti ini motif primer mendekat, motif primer menjauh, motif sekunder mendekat, dan motif sekunder menjauh. 6) Jika dilihat dari taraf kesadarannya, motif dibagi menjadi dua, yaitu :85 (a) Motif sadar, apabila seseorang bisa mengatakan alasan atas apa yang telah dilakukannya. Contoh : siswa yang akan melaksanan ujian, sebelumnya akan giat belajar agar bisa mengerjakan soal ujian.
84 85
Alex Sobur, op.cit., h. 296-297. Ibid., h. 297.
67
(b) Motif tak sadar, apabila seseorang tidak bisa mengatakan alasan atas apa yang telah dilakukannya. Contoh : fobia, homoseks, dan sebagainya. 7) Sherif membedakan motif menjadi tiga, yaitu :86 (a) Motif biogenetis, motif ini berasal dari dalam diri seseorang sebagai makhluk biologis. Ciri-ciri motif biogenetis adalah berasal dari kebutuhan organisme seseorang demi kelanjutan hidupnya secara biologis. Contoh : bernafas, buang air, istirahat, seks, dan lain-lain. (b) Motif sosiogenetis, motif-motif yang dipelajari dan bersal dari lingkungan kebudayaan tempat seseorang berada dan berkembang. Motif ini berkembang karena danya interaksi sosial. Contoh : keinginan untuk mendengarkan musik daerah, keinginan membaca sejarah Indonesia, dan lainlain. (c) Motif teogenetis, motif yang berasal dari interaksi antara manusia dengan Tuhan. Contoh : Seseorang yang ingin mengabdi pada Tuhan Yang Maha Esa dengan melakukan ibadahnya dan dalam kehidupannya sehari-hari saat ia berusaha merealisasikan morma-norma agamanya.
86
Bambang Samsul Arifin, op.cit., h. 152-153.
68
c) Gratifications Obtained (Kepuasan) GO (gatifications obtained) dibentuk dari kepercayaan seseorang mengenai apa yang media dapat berikan dan evaluasi seseorang mengenai isi media. GO terbentuk berdasarkan pada persepsi individu tentang hasil yang diperoleh dari menggunakan media, bisa juga dibilang merupakan kepuasan nyata yang diperoleh setelah seseorang mengonsumsi suatu jenis media tertentu. Gratifications obtained mempertanyakan hal-hal yang khusus
mengenai
apa
saja
yang
telah
diperoleh
setelah
menggunakan media dengan menyebutkan acara atau rubrik tertentu secara spesifik. Contohnya, setelah membaca halaman olahraga Kompas.87 Dengan kata lain, kepuasan yang diperoleh audiens adalah kepuasan setelah mengkonsumsi suatu acara atau rubrik dalam media tertentu. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kepuasan memiliki kata dasar puas yang berarti merasa senang (lega, kenyang, dan sebagainya karena sudah merasa secukup-cukupnya atau sudah terpenuhi hasrat hatinya). Jadi, kepuasan adalah perihal atau perasaan puas.88 Kepuasan seseorang yang diperoleh dapat dikategorikan sebagai berikut ini :
87 88
Rachmat Kriyantono, loc.cit. W.J.S. Poerwadarminta, op.cit., h. 913-914.
69
1) Kepuasan Informasi, yaitu terpenuhinya tentang informasi berita peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat,
masyarakat
dan
dunia,
mendapat
bimbingan
menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal-hal yang bekaitan dengan penentuan pilihan, memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum, belajar pendidikan diri sendiri, memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan, dan lain-lain. 2) Kepuasan Identitas pribadi, yaitu memperoleh penunjang nilainilai pribadi, dapat mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai lain,
meningkatkan
pemahaman
tentang
diri
sendiri,
menemukan model perilaku. 3) Kepuasan Integrasi dan interaksi sosial, yaitu memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial, membantu menjalankan peran sosial, memperoleh teman selain dari manusia, memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak-keluarga, teman dan masyarakat, mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki. 4) Kepuasan Hiburan, yaitu dapat melarikan diri dari rutinitas atau masalah sehari-hari, mengisi waktu luang, memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis, bersantai, penyaluran emosi, dan dapat membangkitkan gairah seks.
70
Menurut Littlejohn (1996) menyatakan bahwa kepercayaan seseorang tentang isi media dapat dipengaruhi oleh :89 1) Budaya dan institusi sosial seseorang, termasuk media itu sendiri. 2) Keadaan-keadaan sosial seperti ketersediaan media. 3) Variabel-variabel psikologis tertentu, seperti introvert-ekstrovert dan dogmatisme. Sedangkan untuk nilai-nilai dipengaruhi oleh faktor-faktor kultural dan sosial, kebutuhan-kebutuhan, serta variabel-variabel psikologis.
Keperayaan-kepercayaan
dan
nilai-nilai
akan
menentukan pencarian kepuasan, yang akhirnya menentukan perilaku konsumsi terhadap suatu acara atau rubrik pada media tertentu. Tergantung pada apa yang dikonsumsi dan apa alternatifalternatif media yang diambil akan memberikan pengaruh tertentu, sehingga seseorang akan memberikan umpan balik kepada kepercayaan mengenai media.90 Terdapat pandangan tentang kebutuhan individu menggunakan media massa. Audiens akan merasa puas bila terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut. Katz, Gurevitch, dan Haas (1973) membuat daftar 35 kebutuhan yang diambil “(sebagian besar spekulatif) dari leteratur tentang fungsi-fungsi sosial dan psikologis
89
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 211. 90 Ibid.
71
media massa” kemudian menggolongkannya kedalam lima kategori, yaitu :91 1) Kebutuhan
kognitif,
untuk
memperoleh
informasi,
pengetahuan, dan pemahaman. 2) Kebutuhan
afektif,
berhubungan
dengan
emosional,
pengalaman menyenangkan, atau estetis. 3) Kebutuhan integratif personal, untuk memperkuat kredibilitas, rasa percaya diri, stabilitas, dan status. 4) Kebutuhan integratif sosial, untuk mempererat hubungan dengan keluarga, teman, dan sebagainya. 5) Kebutuhan
pelepasan
ketegangan,
untuk
pelarian
dan
pengalihan. Menurut Katz dan rekan (1974), situasi sosial dimana audien berada turut serta terlibat dalam mendorongan atau meningkatkan kebutuhan audien terhadap media melalui lima cara, yaitu :92 1) Situasi sosial dapat menghasilkan ketegangan dan konflik yang mengakibatkan orang membutuhkan sesuatu yang dapat mengurangi ketegangan melalui penggunaan media. 2) Situasi sosial dapat menciptakan kesadaran adanya masalah yang menuntut perhatian. Media memberikan informasiinformasi yang manarik perhatian kita.
91
Werner J. Severin & James W. Tankard, Teori Komunikasi Sejarah , Metode, dan Terapan di Dalam Medi Massa (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 357. 92 Morissan, op.cit., h. 513-514.
72
3) Situasi sosial dapat mengurangi kesempatan seseorang untuk dapat memuaskan kebutuhan tertentu, dan media berfungsi sebagai pengganti atau pelengkap. 4) Situasi sosial terkadang menghasilkan nilai-nilai tertentu yang dipertegas dan diperkuat melalui konsumsi media. Orang terdidik akan memilih media yang akan mempertegas atau memperkuat nilai-nilai yang menghargai akal sehat, kesadaran diri, dan ilmu pengetahuan. Tetapi, media juga bisa mempertegas atau memperkuat nilai-nilai yang bertentangan dengan akal sehat. 5) Situasi sosial menuntut audien untuk akrab dengan media agar mereka tetap dapat diterima sebagai anggota kelompok tertentu. Dalam pergaulan sosial, seseorang tidak tahu mengenai isu-isu yang menjadi sorotan media akan dianggap sebagai orang yang tidak mengikuti perkembangan zaman. d) Kritik Teori Uses and Gratifications Sejak masa Freud, arah penelitian menunjukkan adanya kompleksitas dan kekaburan motivasi manusia, juga ada sesuatu yang agak sederhana atau naif mengenai penerapan laporan diri untuk menentukan motif. Sebuah kritik dari berbagai kajian uses and gratifications pada tahun 1983, yang menyatakan bahwa terdapat kerancuan antara definisi operasional dan model analitis, mempertanyakan konsistensi internal, menyebutkan kurang adanya
73
justifikasi teoritis atas suatu model yang ditawarkan, dan pembahasannya jauh dari hasil-hasilnya yang tidak mendukung landasan teoritisnya.93 Terdapat kritik pada Uses and Gratifications, yaitu teori ini selalu sempit fokusnya, yaitu pada individu. Teori ini bersandar pada konsp-konsep psikologis seperti kebutuhan dan mengabaikan struktur sosial maupun tempat media itu berada dalam struktur tersebut. Rubin dan Windahl (1986) menjawab atas kritik tersebut dengan mengusulkan suatu sintesis antara teori Uses and Gratifications dengan model teori ketergantungan (depedency theory). Model manfaat dan ketergantungan Rubin dan Windahl menempatkan individu di dalam sistem-sistem kemasyarakatan, yang membantu membentuk kebutuhan-kebutuhan mereka.94 Menurut Morissan dalam bukunya Teori Komunikasi Massa Media, Budaya, dan Masyarakat, menyatakan bahwa model nilai harapan dan model penggunaan dan ketergantungan ini menjadi fokus dari riset penggunaan dan kepuasan media. Melvin DeFleur dan Sandra Ball-Rokeach menyataka bahwa model ketergantungan yang
membahas
mengenai
kekuatan
media
massa
dalam
mempengaruhi khalayak audien karena adanya sifat ketergntungan audien terhadap isi media massa. Model ini memiliki asumsi bahwa pengaruh media ditentukan oleh hubungan antara sistem sosial 93 94
Werner J. Severin & James W. Tankard, op.cit., h. 358. Ibid., h. 359.
74
yang lebih luas, peran media dalam sistem tersebut dan hubungan khalayak dengan media. Maka dari itu, menurut DeFleur dan Rokeach,
ketergantungan
audien
terhadap
media
bersifat
integral/keseluruhan, yang mencakup tiga pihak, yaitu media, audien dan sistem sosial disekitar.95 Dalam masyarakat industri modern, orang semakin tergantung pada media untuk memahami dunia sosial mereka, bertindak secara bermakna dan efektif dalam masyarakat, dan untuk menemukan fantasi serta untuk pelarian. Derajat ketergantungan khalayak pada media ditentukan oleh tingkat kepentingan informasi yang disampaikan media dan derajat perubahan serta konflik yang terjadi dalam masyarakat.96
B. Kajian Pustaka Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mencoba mencari referensi sebagai acuan atau rujukan mengenai tema yang dikaji oleh peneliti. Terdapat tiga referensi yang dijadikan acuan, diantaranya adalah : 1.
Penelitian berbentuk skripsi pada tahun 2015, oleh Nadia Pratama Kusuma Wardani, NIM : 1110051000130, Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahtullah Jakarta, dengan judul skripsi “Motif dan Kepuasan Penonton Program Ramadhan di Televisi Nasional”.
95 96
Morissan, op.cit., h. 86. Ibid., h. 87.
75
2.
Penelitian berbentuk skripsi pada tahun 2015, oleh Widya Nastiti, NIM : 1111051100039, Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Fakuktas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul skripsi “Hubungan Antara Motif dan Kepuasan Penonton Terhadap Program Berita Islami Masa Kini Di Trans TV (Survei Terhadap Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah an Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)”.
3.
Penelitian berbentuk skripsi pada tahun 2016, oleh Nia Afifah Wibowo, NIM : L100110021, Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi Dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta, dengan judul skripsi “Motif dan Kepuasan Dalam Menonton Tayangan Televisi (Studi Korelasi Motif dan Kepuasan Dalam Menonton Tayangan Indonesia Lawak Klub di Trans7 Pada Kalangan Mahasiswa Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Angkatan 2013)”. Penelitian yang dilakukan oleh Nadia Pratama Kusuma Wardani
bertujuan untuk mengetahui kepuasan mahasiswa KPI pada program Ramadhan di televisi nasional dan untuk mengetahui hubungan motif dan kepuasan. Sedangkan penelitian yang telah peneliti lakukan bertujuan untuk menjelaskan kesenjangan antara motif dengan kepuasan yang diperoleh pada Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo, Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV.
76
Dalam penggunaan teori pada penelitian Nadia Pratama Kusuma Wardani dengan penelitian yang telah peneliti lakukan tidak terdapat perbedaan. Hal tersebut dikarenakan, menggunakan teori yang sama, yaitu teori Uses and Gratifications. Selain itu, pendekatan penelitian yang digunakan pun sama, yaitu dengan menggunakan pendekatan kuatitatif. Hasil dari penelitian Nadia Pratama Kusuma Wardani adalah terdapat hubungan yang cukup kuat dan signifikan antara motif menonton program Tausiyah dengan kepuasan khalayak, terdapat hubungan yang cukup kuat dan signifikan antara motif menonton program Sinetron dengan kepuasan khalayak, terdapat hubungan yang cukup kuat dan signifikan antara motif menonton program Variety Show dengan kepuasan khalayak, dan terdapat hubungan yang cukup kuat dan signifikan antara motif menonton program Feature dengan kepuasan khalayak. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Widya Nastiti bertujuan untuk mencari tahu motif dan kepuasan yang diperoleh mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menonton program Berita Islami Masa Kini di Trans TV, serta untuk mengetahui perbedaan hubungan antara motif dan kepuasan mahasiswa terhadap program Berita Islami Masa Kini di Trans TV. Perbedaan dengan penelitian yang telah peneliti lakukan adalah penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kesenjangan antara motif dengan kepuasan yang diperoleh pada Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo, Kelurahan Kricak,
77
Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV. Penelitian yang dilakukan oleh Widya Nastiti dengan penelitian yang telah peneliti lakukan memiliki persamaan yaitu menggunakan pendekatan penelitian dan teori yang sama. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Untuk teori yang digunakan adalah Teori Uses and Gratifications. Hasil dari penelitian Widya Nastiti adalah motif yang paling dominan dimiliki oleh responden adalah motif informasi. Untuk kepuasan yang banyak diperoleh oleh responden adalah kepuasan informasi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa motif dan kepuasan memiliki hubungan yang cukup signifikan karena hasil t hitung > t tabel (7,678 > 1,990) dan nilai signifikansi < nilai probabilitas (0,000 < 0,05). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Nia Afifah Wibowo bertujuan untuk mengetahui kesenjangan motif dan kepuasan dalam menonton tayangan Indonesia Lawak Klub (ILK) di Trans7. Sedangkan dalam penelitian yang telah peneliti lakukan bertujuan untuk menjelaskan kesenjangan antara motif dengan kepuasan yang diperoleh pada Kelompok Ibu Pengajian Masjid AnNur RT 23 / RW 05 Jatimulyo, Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV. Walaupun kedua penelitian ini memiliki persamaan, yaitu mencari kesenjangan antara motif dengan kepuasan, tetapi dalam pemilihan sampel penelitian dan program acara yang dipilih berbeda.
78
Penelitian Nia Afifah Wibowo merupakan penelitian yang menggunakn pendekatan kuantitatif dan teori Uses and Gratifications. Pendekatan dan teori yang digunakan tersebut juga digunakan oleh penelitian yang telah peneliti lakukan sekarang ini, dengan judul penelitian “Motif dan Kepuasan Menonton Serial Lonceng Cinta di ANTV (Studi Kuantitatif Eksplanatif Pada Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05, Jatimulyo, Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta)”. Hasil dari penelitian Nia Afifah Wibowo adalah tingkat kesenjangan antara motif dan kepuasan dalam menonton tayangan Indonesia Lawak Klub di Trans7 pada Mahasiswa Hukum UMS dilihat dari aspek informasi diperoleh nilai kesenjangan sebesar 13% dan tigkat kepuasannya termasuk pada kategori sedang. Dilihat dari aspek identitas pribadi, ditemukan nilai kesenjangan sebesar 21% dan tingkat kepuasan termasuk pada kategori rendah. Dilihat dari aspek integrasi dan interaksi sosial, ditemukan nilai kesenjangan sebesar 7% dan tingkat kepuasan termasuk pada kategori tinggi. Dilihat dari aspek hiburan, ditemukan nilai kesenjangan sebesar 42% dan tingkat kepuasan termasuk pada kategori rendah.
79
C. Kerangka Berfikir
Serial Lonceng Cinta di ANTV
Teori Uses and Gratifications
Kesenjangan Antara Motif yang dimiliki dengan Kepuasan yang diperoleh Ibu-Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05, Jatimulyo, Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta dalam menonton Serial Lonceng Cinta di ANTV
Gratifications Sought (GS)
Gratifications obtained (GO)
Motif penggunan media, dengan kebutuhan menurut McQuail dan rekan (1972) : 1. Informasi 2. Identitas pribadi 3. Integrasi dan Interaksi sosia 4. Hiburan
kepuasan nyata yang diperoleh setelah seseorang mengonsumsi suatu jenis media tertentu.
Media massa memberikan efek bagi khalayak, karena salah satu sifat media adalah membentuk dan mengendalikan skala serta bentuk hubungan dan tindakan manusia. Seperti televisi yang menjadi salah satu sumber informasi dan hiburan bagi khalayak. Salah satu serial India di ANTV, yaitu serial Lonceng Cinta menjadi serial yang banyak diminati oleh khalayak, termasuk kelompok Ibu pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo, Yogyakarta. Dari penayangan serial Lonceng Cinta di ANTV yang dipilih oleh kelompok Ibu pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo, maka kelompok Ibu pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo termasuk audiens aktif dalam memilih tayangan televisi yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Dari kenyataan tersebut, peneliti mengkaitkan dengan Teori Uses and Gratifications yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini. Dari teori tersebut ditemukan bobot motif yang dimiliki,
80
kemudian ditemukan pula kepuasan yang diperoleh kelompok Ibu pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo setelah menonton Serial Lonceng Cinta di ANTV. Setelah itu, peneliti mencari selisih bobot antara kedua variabel tersebut. Sehingga peneliti menemukan seberapa besar kesenjangan antara motif yang dicari dengan kepuasan yang diperoleh kelompok Ibu pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo dalam menonton Serial Lonceng Cinta di ANTV. Schramm (1954) menyebutkan, setiap individu yang menggunakan media pasti memiliki motif tertentu. Dennis McQuail (1972) menyebutkan ada empat kebutuhan dasar individu dalam menggunakan media, yaitu motif mencari informasi, mencari identitas diri, kebutuhan untuk integrasi dan interksi sosial, dan motif untuk mendapatkan hiburan.97 Di dalam teori Uses and Gratifications terdapat GS (gratifications sought) dan GO (gratifications obtained). GS (gratifications sought) adalah motif penggunaan media (terpaan media), seperti pilihan media, frekuensi, dan durasi menggunakan media. Gratifications sought dibentuk dari kepercayaan seseorang mengenai apa yang media dapat berikan dan evaluasi seseorang mengenai isi media. Sedangkan GO (gratifications obtained) adalah berdasarkan pada persepsi individu tentang hasil yang diperoleh dari menggunakan media, bisa juga dibilang merupakan kepuasan nyata yang diperoleh setelah seseorang mengonsumsi suatu jenis media tertentu.98
97 98
Ibid., h. 510. Rachmat Kriyantono, loc.cit.
81
D. Hipotesis Operasional Penelitian ini menggunakan hipotesis asosiasi, yang merupakan pernyataan dengan dugaan tentang hubungan dua variabel atau lebih. Hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya dapat berbentuk hubungan-hubungan korelasional dan hubungan sebab akibat.99 Dalam penelitian ini, hopitesis yang dirumuskan merupakan hubungan antar variabel yang berbentuk hubungan sebab akibat. Peneliti merumuskan hipotesis dengan hipotesis operasional yang terdiri dari hipotesis kerja/alternatif (Ha) dan hipotesis null (Ho). Hipotesis kerja/alternatif (Ha) merupakan anggapan dasar peneliti yang bersifat tidak netral terhadap suatu masalah yang sedang dikaji. Sementara, Hipotesis null (Ho) merupakan suatu pernyataan tentang parameter yang bertentangan dengan keyakinan peneliti atau kebalikan Ha dan bersifat netral.100 Berdasarkan rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu “bagaimana besar selisih kesenjangan antara motif dan kepuasan kelompok Ibu pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05, Jatimulyo, Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV?”, maka dirumuskan hipotesis operasional sebagai berikut: Ha : Mean skor GS (motif) lebih besar daripada mean skor GO (kepuasan) atau mean skor GS (motif) lebih kecil daripada mean skor GO (kepuasan), maka terjadi kesenjangan kepuasan.
99
Ibid., h. 35. Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Dengan Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2015), h. 40-41. 100
82
Jadi, jika rata-rata skor motif kelompok ibu pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo lebih besar dari rata-rata skor kepuasan yang diperoleh kelompok ibu pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV, maka terjadi kesenjangan kepuasan. Karena kebutuhan yang diperoleh kelompok ibu pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo lebih sedikit dibandingkan dengan kebutuhan yang diinginkan. Dalam artian, serial Lonceng Cinta di ANTV tidak memuaskan kelompok ibu pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo. Sedangkan, jika rata-rata skor motif kelompok ibu pengajian Masjid AnNur RT 23 / RW 05 Jatimulyo lebih kecil dari rata-rata skor kepuasan yang diperoleh kelompok ibu pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV, maka terjadi kesenjangan kepuasan. Karena kebutuhan yang diperoleh kelompok ibu pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo lebih banyak dibandingkan dengan kebutuhan yang diinginkan. Dalam artian, serial Lonceng Cinta di ANTV sangat memuaskan kelompok ibu pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo. Ho : Mean skor GS (motif) sama dengan mean skor GO (kepuasan), maka tidak terjadi kesenjangan kepuasan karena jumlah kebutuhan yang diinginkan semuanya terpenuhi. Jadi, jika rata-rata skor motif kelompok ibu pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo sama dengan dari rata-rata skor kepuasan yang
83
diperoleh kelompok ibu pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV, maka tidak terjadi kesenjangan kepuasan. Karena kebutuhan yang diinginkan kelompok ibu pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo semuanya terpenuhi.
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif eksplanatif, dengan metode survei, yang berusaha mencari rata-rata skor masing-masing variabel yang nantinya akan diselisihkan. Dari sinilah peneliti dapat menjelaskan bagaimana kesenjangan antara motif yang dimiliki dengan kepuasan yang diperoleh pada Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05, Jatimulyo, Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV. Penelitian kuantitatif menurut Kriyantono adalah penelitian yang menjelaskan atau menggambarkan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Peneliti harus objektif dengan menguji terlebih dahulu apakah batasan konsep dan alat ukur sudah memenuhi prinsip reliabilitas dan validitas. Selain itu, penelitian bertujuan untuk menguji teori atau hipotesis, mendukung atau menolak teori.101 Dalam penelitian kuantitatif ini, peneliti mengelola data berbentuk angka kemudian dianalisis dengan menggunakan statistik. Kriyantono juga menyatakan bahwa, eksplanatif adalah penelitian yang mencari hubungan sebab akibat antara dua atau lebih konsep (variabel) yang akan diteliti.102 Peneliti membutuhkan definisi konsep, kerangka
101 102
Rachmat Kriyantono, op.cit., h. 55-56. Ibid., h. 69.
84
85
konseptual dan kerangka teori.103 Penelitian eksplanatif juga menggunakan sampel dan dugaan awal (hipotesis).104 Perbedaan dengan penelitian asosiatif adalah dalam penelitian ini peneliti mencari hubungan sebab akibat antara variabel motif dengan variabel kepuasan pada kelompok Ibu pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV. Peneliti menjelaskan bagaimana suatu kepuasan bisa dikatakan tercapai atau tidak dan bagaimana kesenjangan yang timbul antara motif yang dimiliki dengan kepuasan yang diperoleh pada kelompok Ibu pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV. Dengan kata lain peneliti ingin menjelaskan mengapa situasi atau konsisi tertentu dapat terjadi. Sedangkan penelitian asosiatif hanya menjelaskan adakah hubungan atau tidak dan belum secara spesifik menyebutkan hubungan yang bagaimana. Penelitian kuantitatif eksplanatif ini menggunakan metode survei, yang menurut Kriyantono diartikan sebagai metode penelitian dengan menggunakan kuesioner, yang menjadi instrumen pengumpulan datanya untuk memperoleh informasi tentang sejumlah responden yang telah mewakili populasi tertentu.105 Peneliti menggunakan metode survei pada populasi yang kecil yaitu berjumlah 20 anggota, karena dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan perubahan atau tidak ada perlakuan khusus
103
Ibid. Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, Dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 38. 105 Rachmat Kriyantono, op.cit., h. 59. 104
86
terhadap variabel motif dan variabel kepuasan. Data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi yang sudah ditetapkan. Peneliti juga tidak memerlukan kelompok kontrol dalam melakukan penelitian, karena penelitian ini bukan penelitian eksperimen yang memerlukan kelompok kontron dan perlakuan khusus.
B.
Tempat dan Waktu Penelitian 1.
Tempat Penelitian Dalam penelitian ini, Lokasi penelitian secara terpusat dilakukan di RT 23 / RW 05, Jatimulyo, Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta.
2.
Waktu Penelitian Tabel 3.1 Waktu Penelitian
Tabel 1 Tabel 3.1 Waktu Penelitian
Tahun 2017 No.
Januari
Kegiatan 1
1 2 3 4 5 6
2
3
Februari 4
1
2
3
Maret 4
1
2
3
April 4
1
2
3
Mei 4
1
2
3
Juni 4
1
2
3
Observasi Awal Penyusunan Poposal Pengumpulan Data Penyebaran Kuesioner Analisis Data Penyusunan Laporan
Peneliti melakukan observasi pada minggu kedua bulan Januari 2017 hingga minggu pertama bulan Februari 2017. Observasi merupakan langkah awal dari penelitian ini, setelah itu dilanjutkan
Juli 4
1
2
3
4
87
dengan penyusunan proposal. Setelah penyusunan proposal selesai, kemudian penelitian dilanjutkan dengan pencarian dan pengumpulan data di lapangan sesuai dengan yang dibutuhan dalam penelitian lapangan ini. Peneliti juga menyebarkan kuesioner dalam pencarian data yang tentunya sudah disetujui oleh pembimbing. Pada tahap menganalisis data dengan pendekatan kuantitatif yang dilanjutkan dengan penulisan laporan, peneliti menyelesaikan tahap tersebut pada akhir bulan Juli.
C.
Populasi, Sampel dan Sampling 1.
Populasi Penelitian Menurut Kriyantono, populasi adalah keseluruhan obyek atau fenomena yang akan diteliti.106 Menurut Sugiyono, menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang meliputi atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Maka dari itu, populasi bukan hanya orang, melainkan juga obyek dan benda-benda alam lainnya. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang terdapat pada obyek/subyek yang diteliti, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek tersebut.107 Dalam penelitian ini, peneliti mengambil populasi dari Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo, Kelurahan
106
Ibid., h. 153. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D (Bandung : Alfabeta, 2015), h. 80. 107
88
Kricak, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta. Populasi tersebut diambil berdasarkan pada karakteristik Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo yang pada umumnya sudah mendapatkan pengetahuan lebih atau ajaran tentang isi kandungan dalam Al-Qur‟an maunpun hadist melalui pengajian yang sama. Kemudian dari hasil wawancara pada seluruh anggota Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo untuk menemukan data awal dalam penelitian, ditemukan bahwa seluruh anggota Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo menyatakan sudah pernah menonton serial Lonceng Cinta di ANTV dan mayoritas anggota adalah penggemar serial Lonceng Cinta di ANTV. Dari data yang peneliti dapatkan, jumlah anggota Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo sebanyak 20 anggota. Jadi, populasi dalam penelitian ini adalah 20. Dari 20 orang tersebut dengan kriteria yang sudah ditentukan dapat memberikan jawaban atas rumusan masalah dalam penelitian ini, karena mereka mengetahui dan menonton serial Lonceng Cinta di ANTV. Sehingga mereka memiliki motif atau harapan atas pemenuhan kebutuhan mereka dan kepuasan yang diperoleh setelah menonton serial Lonceng Cinta tersebut. Setelah itu, ditemukan pula kesenjangan dan tingkat kepuasan yang diperoleh Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV.
89
2.
Sampel dan Sampling Penelitian Menurut Sugiyono, menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila populasi besar dan penelitian tidak memungkinkan untuk mempelajari semua yang ada pada populasi (misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu), maka peneliti dapat mengambil sampel dari populasi tersebut.108 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dasar pengambilan sampel yang dikemukakan oleh Arikunto dalam bukunya yang berjudul “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”, yaitu apabila populasi kurang dari 100 maka diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi, sedangkan jika populasi lebih dari 100 maka dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau bisa juga lebih.109 Maka dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel sebanyak jumlah populasi yang ada yaitu 20 orang. Selain itu, teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh. Menurut Sugiyono, sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal tersebut sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, yaitu kurang dari 30 orang.110
108
Ibid., h. 81. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1993), h. 107. 110 Sugiyono, op.cit., h. 85. 109
90
Adapun kriteria yang diambil oleh peneliti dalam pengambilan sampel adalah kelompok Ibu yang merupakan anggota pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo dan menurut observasi awal dengan melakukan wawancara dengan keseluruhan anggota anggota Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo, ditemukan bahwa semua anggota Kelompok Ibu Pengajian Masjid AnNur RT 23 / RW 05 Jatimulyo pernah menonton serial Lonceng Cinta di ANTV.
D.
Variabel Penelitian Menurut Sugiyono, variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut dan ditarik kesimpulan.111 Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan peneliti adalah : 1.
Variabel bebas (independent = X) Variabel bebas (independent) adalah variabel yang menjadi sebab atau merubah/mengaruhi variabel lain (variabel dependent).112 Dalam penelitian ini yang merupakan variabel bebas adalah motif yang dimiliki Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo, Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV.
111 112
Sugiyono, op.cit., h. 38. Syofian Siregar, op.cit., h. 10
91
2.
Variabel terikat (dependent = Y) Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel lain (variabel bebas).113 Dalam penelitian ini yang merupakan variabel bebas adalah kepuasan yang diperoleh Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo, Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta setelah menonton serial Lonceng Cinta di ANTV.
E.
Indikator Penelitian 1.
Definisi Konseptual a) Motif sebagai variabel independent Motif menurut etimologi, motif atau motive berasal dari kata motion, yang berarti “gerakan” atau “sesuatu yang bergerak”. Jadi, istilah “motif” erat berkaitan dengan “gerak”, yakni gerakan yang dilakukan oleh manusia, atau disebut dengan perbuatan atau tingkah laku. Motif dalam psikologi berarti rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku.114 Ada beberapa konsep tentang motif menurut McQuail dan rekan (1972), yaitu:115 1) Untuk memenuhi Informasi, yang meliputi mencari berita tentang budaya, peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan
113
Ibid. Alex Sobur, loc.cit. 115 Denis McQuail, loc.cit. 114
terdekat,
masyarakat
dan
dunia,
mencari
92
bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal-hal yang bekaitan dengan penentuan pilihan, memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum, belajar pendidikan diri sendiri, memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan, dan lain-lain. 2) Untuk
mendapatkan
Identitas
pribadi,
yang
meliputi
menentukan penunjang nilai-nilai pribadi, mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai lain, meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri, menemukan model perilaku. 3) Untuk
Integrasi
memperoleh
dan
interaksi
pengetahuan
sosial,
tentang
yang
keadaan
meliputi
orang
lain,
menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial, membantu menjalankan peran sosial, memperoleh teman selain dari manusia, memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak-keluarga, teman dan masyarakat, mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki. 4) Untuk memperoleh Hiburan, yang meliputi melarikan diri dari rutinitas atau masalah sehari-hari, mengisi waktu luang, memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis, bersantai, penyaluran emosi, dan dapat membangkitkan gairah seks.
b) Kepuasan sebagai variabel dependent Menurut Kamus
Umum
Bahasa
Indonesia, kepuasan
memiliki kata dasar puas yang berarti merasa senang (lega,
93
kenyang, dan sebagainya karena sudah merasa secukup-cukupnya atau sudah terpenuhi hasrat hatinya). Jadi, kepuasan adalah perihal atau perasaan puas.116 Kepuasan akan tercapai jika segala kebutuhan yang kita butuhkan telah terpenuhi. Berdasarkan konsep motif yang dipaparkan oleh McQuail dan rekan (1972), maka kepuasan seseorang yang diperoleh dapat dikategorikan sebagai berikut ini : 1) Kepuasan Informasi, yaitu terpenuhinya tentang informasi berita peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat,
masyarakat
dan
dunia,
mendapat
bimbingan
menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal-hal yang bekaitan dengan penentuan pilihan, memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum, belajar pendidikan diri sendiri, memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan, dan lain-lain. 2) Kepuasan Identitas pribadi, yaitu memperoleh penunjang nilainilai pribadi, dapat mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai lain,
meningkatkan
pemahaman
tentang
diri
sendiri,
menemukan model perilaku. 3) Kepuasan Integrasi dan interaksi sosial, yaitu memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial, membantu menjalankan peran
116
W.J.S. Poerwadarminta, loc.cit.
94
sosial, memperoleh teman selain dari manusia, memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak-keluarga, teman dan masyarakat, mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki. 4) Kepuasan Hiburan, yaitu dapat melarikan diri dari rutinitas atau masalah sehari-hari, mengisi waktu luang, memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis, bersantai, penyaluran emosi, dan dapat membangkitkan gairah seks.
2. Definisi Operasional Tabel 3.2 Definisi Operasional Tabel 2 Tabel 3.2 Definisi Operasional
Konsep
Variabel
Definisi
Penelitian
Operasional
Indikator Definisi Operasional 1. Mencari pengetahuan tentang peristiwa, kondisi, maupun budaya yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia
a. Informasi
Gratifications Sought
Motif (X)
2. Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal-hal yang bekaitan dengan penentuan pilihan
b. Identitas Pribadi
1. Untuk menentukan penunjang nilainilai pribadi
95
2. Untuk mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai lain 3. Untuk menemukan model perilaku 1. Untuk bahan pembicaraan dengan c) Integrasi dan interaksi sosial
orang lain 2. Membantu menjalankan peran sosial atau untuk dekat dengan orang lain 1. Untuk melarikan diri dari rutinitas atau masalah sehari-hari 2. Untuk mengisi waktu luang
d) Hiburan
3. Penyaluran emosi 4. Untuk bersantai dan mencari kesenangan 1. Mendapatkan pengetahuan tentang peristiwa, kondisi, maupun budaya yang berkaitan dengan lingkungan
Gratifications Obtained
terdekat, masyarakat dan dunia Kepuasan (Y)
a. Informasi
2. Mendapatkan bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal-hal yang bekaitan dengan penentuan pilihan
96
1. Dapat menentukan penunjang nilainilai pribadi b. Identitas 2. Dapat mengidentifikasi diri dengan Pribadi nilai-nilai lain 3. Menemukan model perilaku
1. Memperoleh bahan pembicaraan c. Integrasi dan interaksi sosial
dengan orang lain 2. Membantu menjalankan peran sosial atau untuk dekat dengan orang lain 1. Dapat melarikan diri dari rutinitas atau masalah sehari-hari 2. Dapat mengisi waktu luang
d. Hiburan
3. Dapat menyalurkan emosi 4. Dapat bersantai dan mencari kesenangan
Sumber : Hasil olah data sekunder, yaitu dari Denis McQuail dalam bukunya berjudul “Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, tahun 1987, h. 72”.
97
F.
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Berdasrkan indikator-indikator variabel operasional diatas, maka kisikisi instrumen sebagai berikut : Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Tabel 3 Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Variabel
Indikator
Penelitian
Jumlah
Nomor
Butir
Pertanyaan
1. Mencari pengetahuan tentang peristiwa, kondisi, maupun budaya yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia 2. Mencari bimbingan menyangkut
1A, 2A, 3A, 4
4A
berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal-hal yang bekaitan dengan penentuan pilihan Motif (X)
1. Untuk menentukan penunjang nilai-nilai pribadi 2. Untuk mengidentifikasi diri dengan 2
5A, 6A
2
7A, 8A
nilai-nilai lain 3. Untuk menemukan model perilaku
1. Untuk bahan pembicaraan dengan orang lain 2. Membantu menjalankan peran
98
sosial atau untuk dekat dengan orang lain 1. Untuk melarikan diri dari rutinitas atau masalah sehari-hari
9A, 10A,
2. Untuk mengisi waktu luang 3. Penyaluran emosi
5
11A, 12A, 13A
4. Untuk bersantai dan mencari kesenangan 1. Mendapatkan pengetahuan tentang peristiwa, kondisi, maupun budaya yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia 2. Mendapatkan bimbingan
1B, 2B, 3B, 4
4B
menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal-hal yang bekaitan dengan penentuan pilihan Kepuasan (Y)
1. Dapat menentukan penunjang nilainilai pribadi 2. Dapat mengidentifikasi diri dengan
2
5B, 6B
2
7B, 8B
nilai-nilai lain 3. Menemukan model perilaku 1. Memperoleh bahan pembicaraan dengan orang lain 2. Membantu menjalankan peran
99
sosial atau untuk dekat dengan orang lain 1. Dapat melarikan diri dari rutinitas atau masalah sehari-hari 9B, 10B, 2. Dapat mengisi waktu luang 3. Dapat menyalurkan emosi
5
11B, 12B, 13B
4. Dapat bersantai dan mencari kesenangan Jumlah
G.
26
Metode Pengukuran Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengukuran dengan skala Likert. Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek atau fenomena tertentu.117 Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai tolak ukur untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata “sangat setuju”; “setuju”; “tidak setuju”; “sangat tidak setuju”.118
117 118
Syofian Siregar, op.cit., h. 25. Sugiyono, op.cit., h. 93.
100
Dalam
memberikan
penilaian
jawaban
responden,
peneliti
menggunakan skala Likert dengan rentang skor 4-1. Skor tertinggi adalah 4 untuk jawaban “sangat setuju”, skor 3 untuk jawaban “setuju”, skor 2 untuk jawaban “tidak setuju”, dan skor 1 untuk jawaban “sangat tidak setuju”. Tabel 3.4 Penilaian Metode Pengukuran Tabel 4 Tabel 3.4 Penilaian Metode Pengukuran
Jawaban
Nilai
Sangat Setuju
4
Setuju
3
Tidak Setuju
2
Sangat Tidak Setuju
1
Pada penelitian ini, peneliti memilih skala Likert dengan skor nilai 1 sampai 4, dengan meniadakan jawaban keraguan untuk responden. Karena jawaban ragu-ragu memiliki makna ganda, yaitu bisa diartikan belum bisa memberikan jawaban, netral, dan ragu-ragu. Selain itu, disediakannya jawaban di tengah-tengah juga mengakibatkan responden akan cenderung memilih jawaban di tengah-tengah terutama bagi responden yang ragu-ragu akan memilih jawaban yang mana dan memilih amannya saja. Yang terakhir, disediakannya jawaban di tengah-tengah juga akan menghilangkan banyaknya data dalam penelitian, sehingga data yang diperlukan banyak yang hilang.119
119
Rachmat Kriyantono, op.cit., h. 139.
101
H.
Uji Instrumen Penelitian 1.
Uji Validitas Validitas atau kesahihan adalah bagian prosedur penelitian yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur. Dalam penelitian yang bersifat deskriptif maupun eksplanatif, dimana didalamnya melibatkan variabel/konsep yang tidak bisa diukur secara langsung, masalah validitas ini tidaklah sederhana, karena didalamnya menyangkut penjabaran konsep dari tingkat teoritis sampai empiris (indikator).120 Menurut Bungin, validitas alat ukur harus memiliki akurasi yang baik, sehingga validitas akan meningkatkan bobot kebenaran data yang diinginkan peneliti. Tingkat validitas instrumen dapat dicapai, apabila alat ukur yang dipakai dalam instrumen memiliki tingkat validitas yang baik.121 Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan uji validitas dengan menggunakan software SPSS (Statiscal Package For Social Sciences) dengan metode korelasi Product Moment. Berikut rumus teknik korelasi Product Moment :122 𝑟=
n ∑XY − (∑X ∑Y) n(∑X 2 ) − (∑X)2 n(∑Y 2 ) − (∑Y)2
Keterangan : r : koefisien product moment n : jumlah responden
120
Syofian Siregar, op.cit., h. 46. Burhan Bungin, op.cit., h. 98. 122 Syofian Siregar, op.cit., h. 48. 121
102
X : Skor variabel (jawaban responden) Y : Skor total dari variabel (jawaban responden) Peneliti menggunakan metode korelasi Product Moment untuk menganalisis setiap item sehingga dapat mencerminkan ke validitasan setiap item. Uji validitas dilakukan pada instrumen motif dan kepuasan pada ibu-ibu pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo, Kelurahan Kricak, Kec. Tegalrejo, Yogyakarta.
2.
Uji Reliabilitas Menurut Siregar, reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula.123 Uji reliabilitas alat ukur dapat dilakukan dengan cara eksternal dengan test-retest (stability), equivalent, atau gabungan keduanya, serta juga bisa dengan cara internal reliabilitas dimana instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu.124 Pada penelitian ini, peneliti mempunyai keterbatasan waktu dan biaya yang dimiliki, sehingga peneliti ingin mengukur dua variabel pada waktu yang bersamaan. Maka dari itu, peneliti menggunakan menggunakan teknik uji reliabilitas dengan internal consistency.
123 124
Ibid., h. 55. Sugiyono, op.cit., h. 130.
103
Internal consistency adalah dimana peneliti melakukan uji coba alat ukur hanya sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu.125 Adapun teknik perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach, yang digunakan untuk menghitung reabilitas suatu tes yang tidak mempunyai pilihan “benar” atau “salah” maupun “ya” atau “tidak”, melainkan digunakan untuk menghitung reabilitas suatu tes yang mengukur sikap atau perilaku.126 Teknik atau rumus Alpha Cronbach digunakan oleh peneliti untuk menentukan apakah suatu instrumen penelitian reabel atau tidak. Apabila jawaban yang diberikan responden berbentuk skala seperti 1-3, dan 1-5, serta 1-7 atau jawaban responden yang menginterpretasikan penilaian sikap. Dengan teknik ini, instrumen penelitian dikatakan reliabel jika koefisien reliabilitas (r11) > 0,6.127 Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan uji reliabilitas dengan menggunakan software SPPS (Statiscal Package For Social Sciences) dengan uji Alpha Cronbach.
3.
Uji Normalitas Menurut Arikunto, uji normalitas adalah melakukan pengujian terhadap normal atau tidaknya sebaran data yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan uji Normalitas
125
Syofian Siregar, op.cit., h. 56. Ibid. 127 Ibid., h. 57. 126
104
dengan Kertas Probabilitas Normal dengan langkah, pertama membuat daftar distribusi frekuensi, yang kedua menentukan batas atas nyata untuk tiap-tiap kelas interval, dan yang ketiga mencari frekuensi kumulatif dan frekuensi kumulatif relative (frekuensi dalam persen). Kemudian dari presentase tersebut dibuat koordinat, dengan meletakkan batas-batas atas nyata urut dari kiri ke kanan mulai dari batas atas nyata yang paling kecil. Sedangkan pada tepi kiri dan kanan kertas, tertulis angka-angka yang menunjukkan besarnya persentase. Dari angka-angka tersebut, peneliti meletakkan besarnya persentase pada frekuensi kumulatif yang tertera pada tabel. Dalam menempatkan titik-titik persentase tersebut, peneliti harus mengikuti absis-absis yang ada. Terakhir, peneliti menghubungkan titik-titik yang berada pada perpotongan antara garis absis dengan garis ordinat. Data akan dikatakan normal apabila titik-titik yang berada pada perpotongan garis absis dan ordinat merupakan garis lurus atau hampir lurus.128 Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan uji normalitas dengan menggunakan software SPSS (Statiscal Package For Social Sciences).
4.
Uji Homogenitas Uji homogenitas adalah pengujian terhadap populasi yang akan dijadikan sampel dan sampel tersebut merupakan kelompok-kelompok
128
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2013), h. 301-303.
105
homogen.129 Intepretasi pengujian homogenitas varians data adalah sebagai berikut : a. Jika signifikansinya lebih besar dari 5% (0,05) berarti skor hasil tes tersebut tidak memiliki perbedaan varian atau homogen. b. Jika signifikansinya lebih kecil dari 5% (0,05) berarti skor hasil tes tersebut menunjukkan perbedaan varian atau tidak homogen. Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan uji homogenitas dengan menggunakan software SPSS (Statiscal Package For Social Sciences).
I.
Teknik Pengumpulan Data 1.
Angket (Kuesioner) Menurut Siregar, kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analisis mempelajari keyakinan, perilaku, sikap-sikap, dan karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kuesioner tertutup, dimana pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada responden sudah dalam bentuk pilihan ganda dan responden tidak diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat.130 Jenis penelitian kuesioner tertutup yang peneliti gunakan juga sesuai dengan jenis pengukuran yang peneliti gunakan yakni skala Likert.
129 130
Ibid., h. 318. Syofian Siregar, op.cit., h. 21.
106
Koesioner yang merupakan teknik pengumpulan data akan efisien jika peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.131 Menurut Bungin, bentuk sebuah angket terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian pertama pendahuluan yang berisi petunjuk pengisian angket, bagian kedua merupakan identitas yang berisi responden seperti nama, alamat, umur, pekerjaan, jenis kelamin, status pribadi dan sebagainya, serta bagian ketiga adalah isi angket.132 Dalam proses ini peneliti menyebarkan angket secara langsung kepada para responden dengan cara mendatangi rumah masing-masing reponden.
2.
Observasi Observasi sering disebut juga dengan metode pengamatan langsung. Menurut Siregar, observasi adalah kegiatan pengumpulan data
dengan
melakukan
penelitian
langsung
terhadap
kondisi
lingkungan objek penelitian yang mendukung kegiatan penelitian, sehingga memperoleh gambaran secara jelas tentang kondisi objek penelitian tersebut.133 Menurut Sutrisno Hadi, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis.134
131
Sugiyono, op.cit., h. 142 Burhan Bungin, op.cit., h. 123. 133 Syofian Siregar, op.cit., h. 19. 134 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Kombinasi (Mixed Methods) (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 196. 132
107
Dalam observasi ini, peneliti melakukan observasi partisipatif moderat dimana terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi
partisipatif
semuanya.135
Menurut
dalam
beberapa
Bungin,
kegiatan,
observasi
tetapi
partisipatif
tidak adalah
pengumpulan data melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan serta berada dalam sirkulasi kehidupan objek pengamatan.
3.
Wawancara Wawancara adalah proses pengumpulan data dengan cara bertanya langsung dengan responden.136 Karena sifatnya berhadap-hadapan, maka pemberian kesan baik terhadap responden sangat diperlukan. Menurut Sutrisno Hadi, subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri, apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peleniti adalah benar dan dapat dipercaya, serta interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.137 Wawancara yang akan peneliti lakukan adalah wawancara terbuka dan terstruktur. Wawancara terbuka adalah wawancara yang dilakukan dengan subyek yang sudah mengetahui bahwa mereka sedang
135
Sugiyono, op.cit., h. 227. Soeratno dan Lincolin Arsyad, Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis (Yogyakarta : Unit Penerbit Dan Percetakan, 2008), h. 86. 137 Sugiyono, op.cit., h. 188 136
108
diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud dan tujuan wawancara itu.138 Sedangkan wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya
menetapkan
sendiri
masalah
dan
pertanyaan-
pertanyaan yang akan diajukan. Wawancara terstruktur ini bertujuan untuk mencari jawaban terhadap hipotesis kerja. Maka dari itu, pertanyaan-pertanyaan disusun dengan rapi dan ketat. Keuntungan wawancara
terstruktur
adalah
jarang
mengadakan
pendalaman
pertanyaan yang dapat mengarahkan responden untuk berdusta.139 Dari penjelasan di atas, peneliti menyususn sebuah pertanyaan yang akan ditujukan kepada responden. Pertanyaan disusun dengan rapi dan ketat, dengan maksud pertanyaan tersebut tidak akan menimbulkan pertanyaan baru yang muncul secara langsung. Jadi, setelah responden menjawab pertanyaan, peneliti hanya melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya yang sebelumnya sudah peneliti siapkan. Sehingga wawancara ini disebut wawancara terstruktur. Peneliti melakukan wawancara dengan tujuan untuk memperoleh data awal terkait objek penelitian dan ketika hasil kuesioner atau saat penyebaran kuesioner memerlukan adanya konfirmasi atau pertanyaan langsung yang diarahkan kepada responden.
138
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2010), h.189. 139 Ibid., h.190.
109
4.
Dokumentasi Teknik dokumentasi adalah penelusuran dan perolehan data yang diperlukan melalui data yang telah tersedia, biasanya berupa data statistik, agenda kegiatan, produk keputusan dan kebijakan dan lain sebagainya. Menurut Meleong, dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.140 Dokumentasi ini merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Lincoln & Guba (1994) juga megartikan rekaman sebagai setiap tulisan atau pernyataan yang disiapkan oleh dan untuk individual atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa.141 Menurut Kriyantono, dokumen
bisa berupa dokumen publik
(laporan polisi, berita-berita surat kabar, transkrip acara TV, dan lainnya), atau dokumen privat (memo, surat-surat pribadi, catatan telepon, buku harian individu, dan lain-lain).142 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik dokumentasi untuk mengumpulkan berbagai data dari website yang terkait dengan pemberitaan tentang serial Lonceng Cinta di ANTV, mencari dokumen-dokumen yang diperlukan dalam penelitian, serta mencari jurnal atau penelitian yang terkait tentang motif dan kepuasan mengkonsumsi media.
140
Mahi M. Hikmat, Metode Penelitian (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2011), h. 79. Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2014), h. 176. 142 Rachmat Kriyantono, op.cit., h. 120. 141
110
J.
Teknik Analisis Data Menurut Siregar, data ialah bahan mentah yang perlu diolah agar informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukkan fakta atau angka yang dapat dipercaya kebenarannya sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk menarik suatu kesimpulan. Dalam penelitian ini ada dua jenis data, yaitu :143 1.
Data Primer Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini, sumber data primer yang ditemukan peneliti melalui
penyebaran
kuisioner,
wawancara,
dokumentasi,
dan
observasi secara langsung dengan objek penelitian. 2.
Data Sekuder Data sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahannya. Dalam penelitian ini, sumber data sekunder yang ditemukan peneliti untuk kebutuhan penelitian, melalui informasi terkait yang tersebar dalam internet, jurnal, skripsi, buku, dokumen, foto, dan video. Menurut
Sugiyono,
mengelompokkan
data
menyatakan berdasarkan
bahwa variabel
analisis dan
jenis
data
adalah
responden,
mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab
143
Syofian Siregar, op.cit., h. 16.
111
rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk
menguji hipotesis
yang telah diajukan.144 Dalam teknik analisis kuantitatif ini, peneliti menggunakan perhitungan statistik, karena data yang diperoleh berbentuk angka-angka. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik analisis yang digunakan, antara lain uji korelasi dan analisis kesenjangan dengan rumus discrepancy. Teknik analisis yang peneliti pakai akan dilakukan dengan menggunakan software SPSS (Statiscal Package For Social Sciences). Uji korelasi adalah analisis data dalam penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan atau bentuk arah hubungan antara dua variabel atau lebih, serta mengetahui besarnya pengaruh yang disebabkan oleh variabel yang satu terhadap variabel lainnya.145 Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan uji korelasi dengan menggunakan software SPSS (Statiscal Package For Social Sciences) dengan metode korelasi Product Moment. Berikut rumus teknik korelasi Product Moment : 𝑟=
n ∑XY − (∑X ∑Y) n(∑X 2 ) − (∑X)2 n(∑Y 2 ) − (∑Y)2
Keterangan :
144 145
r
: koefisien product moment
n
: jumlah responden
X
: Skor variabel (jawaban responden)
Sugiyono, op.cit., h. 147. Syofian Siregar, op.cit., h. 250.
112
Y
: Skor total dari variabel (jawaban responden) Pada pengujian hipotesis, peneliti menggunakan uji korelasi tersebut
untuk melihat hasil rata-rata skor yang diperoleh dari masing-masing variabel, yaitu variabel motif dan variabel kepuasan pada Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV. Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan analisis kesenjangan kepuasan (discrepancy gratifications) yang artinya perbedaan perolehan kepuasan yang terjadi antara GS (gratifications sought) yang sering juga disebut motif dan GO (gratifications obtained) yang sering juga disebut kepuasan dalam mengonsumsi media tertentu. Semakin kecil discrepancynya maka semakin memuaskan media tersebut. Berikut ini adalah indikator terjadinya kesenjangan kepuasan atau tidak:146 1.
Jika mean skor (rata-rata skor) GS lebih besar dari mean skor GO (mean skor GS > mean skor GO), maka terjadi kesenjangan kepuasan, karena kebutuhan yang diperoleh lebih sedikit dibandingkan dengan kebutuhan yang diinginkan. Dalam artian, media tidak memuaskan khalayak.
2.
Jika mean skor GS sama dengan mean skor GO (mean skor GS = mean skor GO), maka tidak terjadi kesenjangan kepuasan karena jumlah kebutuhan yang diinginkan semuanya terpenuhi.
146
Rachmat Kriyantono, op.cit., h. 211-212.
113
3.
Jika mean skor GS lebih kecil dari mean skor GO (mean skor GS < mean skor GO), maka terjadi kesenjangan kepuasan karena kebutuhan yang diperoleh lebih banyak dibandingkan dengan kebutuhan yang diinginkan. Dengan artian, media tersebut memuaskan khalayak. Jadi, semakin besar kesenjangan mean skor yang terjadi, maka semakin
tidak memuaskan media tersebut bagi khalayaknya. Sebaliknya, semakin kecil kesenjangan mean skor yang terjadi, maka semakin memuaskan media tersebut bagi khalayaknya. Untuk mengetahui besarnya kesenjangan kepuasan yang terjadi, peneliti menggunakan rumus discrepancy sebagai berikut :147
Keterangan : D
: discrepancy / kesenjangan
n
: jumlah sampe
i
: kepuasan yang dicari (GS)
j
: kepuasan yang diperoleh (GO) dimana i ≠ j Rumus discrepancy tersebut akan dioperasionalkan dengan perhitungan
cross tabulation (tabulasi silang). Menurut Sarwono, tabulasi silang adalah
147
Gurit Budi Raharjo, Kesenjangan Kepuasan Pemirsa Televisi Program Acara Komedi (Studi Kesenjangan Kepuasan tentang Tingkat Kesenjangan Kepuasan Pemirsa Televisi dalam Menonton Program acara Opera Van Java Trans7 dan Segeerrr Beneerrr ANTV di kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Swadana Transfer Angkatan 2008 FISIP UNS) (Surakarta : Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010), h. 39.
114
teknik yang digunakan untuk menghitung frekuensi dan persentase dua atau lebih variabel secara bersamaan sengan cara menyilangkan variabel-variabel yang berhubungan, sehingga hubungan tersebut dapat diartikan dengan mudah secara deskriptif.148 Dalam penelitian ini, peneliti menyilangkan item GS (motif) dengan item GO (kepuasan). Dari tabulasi silang tersebut, peneliti mengetahui persentase tingkat kesenjangan kepuasan yang terjadi dengan menghitung jumlah responden yang mengalami ketidaksesuaian antara GS (motif) dengan GO (kepuasan), dimana responden tidak mendapatkan kepuasan seperti yang mereka harapkan. Maka dari itu, peneliti memfokuskan pada perhitungan angka-angka yang menyatakan GS (motif) lebih besar daripada GO (kepuasan), dimana angka-angka tersebut terletak pada kotak di atas garis impas pada tabulasi silang. Sedangkan angka-angka yang menyatakan GS (motif) sama dengan GO (kepuasan) berada pada garis impas, serta angka-angka yang menyatakan GS (motif) lebih kecil daripada GO (kepuasan) berada dibawah garis impas). Merujuk
pada
penelitian
terdahulu,
setelah
diketahui
tingkat
kesenjangan yang terjadi, maka diketahui pula tingkat kepuasan yang diperoleh responden. Besarnya kepuasan yang mampu diberikan oleh serial Lonceng Cinta di ANTV kepada Kelompok Ibu Pegajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo dapat dihitung dengan mengurangi tingkat 148
Jonathan Sarwono, Statistik itu Mudah: Panduan Lengkap untuk Belajar Komputasi Statistik Menggunakan SPSS 16 (Yogyakarta : ANDI, 2009), h. 43.
115
kepuasan maksimal (ditetapkan 100%) dengan tingkat kesenjangan kepuasan yang dialami responden pada setiap itemnya.149 Penetapan batasan kepuasan minimal sebesar 70%. Dengan kata lain, jika responden menyatakan bahwa kepuasan yang diperoleh untuk tiap jenis kebutuhan berkisar antara 70 - 100% atau bila kesenjangan kepuasan berkisar antara 0 - 30%, maka kebutuhan tersebut dianggap terpuaskan. Sedangkan, jika kesenjangan kepuasan menunjukkan persentase diatas 30% berarti tayangan atau media tidak mampu memuaskan responden. Berikut adalah pengklasifikasian tingkat kepuasan menurut Palmgreen dan Rayburn:150 1.
Apabila persentase kesenjangan kepuasan sebesar 21%-30%, maka tergolong rendah tingkat kepuasannya.
2.
Apabila persentase kesenjangan kepuasan sebesar 11%-20%, maka tergolong sedang tingkat kepuasannya.
3.
Apabila persentase kesenjangan kepuasan sebesar 0%-10%, maka tergolong tinggi tingkat kepuasannya. Jadi dapat diketahui bahwa semakin besar angka kesenjangan, berarti
suatu tayangan atau media semakin tidak mampu memenuhi kebutuhan responden. Sebaliknya, semakin kecil angka kesenjangan, semakin besar kemampuan suatu tayangan atau media dalam memenuhi kebutuhan responden.
149 150
Gurit Budi Raharjo, op.cit., h. 40. Ibid.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Serial Lonceng Cinta di ANTV Sejak beberapa tahun terakhir ini ANTV selalu konsisten menghadirkan sederet serial India. Mulai dari serial Mahabharata, Uttaran hingga serial India yang lainnya. Dengan tayangan serial India tersebut, ANTV berhasil mencuri perhatian para penonton Tanah Air. Seperti yang ditulis dalam berita online yang berjudul “Serial India ANTV Lonceng Cinta CS Sukses Dominasi Deretan 10 Besar Rating TV, Nitizen
Sebut
Penonton
Tak
Cerdas!”
dari
situs
website
www.lensaremaja.com (01/02/2017), menyatakan bahwa serial India yang telah dihentikan atau baru ditayangkan oleh ANTV selalu bisa menduduki deretan 10 besar rating acara televisi Tanah Air. Stasiun televisi ANTV ini memang mulai meningkat pemirsanya setelah menayangkan serial India hingga menghadirkan para pemain serial India ke Tanah Air. Selain itu, terdapat beberapa netter yang merasa miris terhadap tayangan serial India yang mendominasi di ANTV yang juga memiliki banyak penggemar dari Tanah Air. Salah satu serial India yang mencuri banyak pemirsa Tanah Air adalah serial Lonceng Cinta. Dalam press release yang dikeluarkan oleh ANTV menyatakan bahwa, ANTV akan menghadirkan kembali serial India baru yang berjudul “Lonceng Cinta” pada tanggal 5 September 2016. Serial Lonceng Cinta ini merupakan serial drama India yang bercerita tentang
116
117
kehidupan sehari-hari masyarakat India dan terdapat hubungan percintaan didalamnya. Serial ini, awalnya ditayangkan pada hari Senin-Jumat pukul 16.00 WIB, tetapi beberapa minggu kemudian serial ini berubah hari dan jam penayangannya, yaitu menjadi setiap hari pukul 18.30 WIB. Serial Lonceng Cinta yang memiliki judul asli Kumkum Bhagya merupakan serial India yang dikerjakan oleh Ekta Kapoor yang diangkat dari novel Sense and Sensibility karya Jane Austen dan diinterpretasikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat India. Di negara India, serial Lonceng Cinta ini sudah tayang sejak 15 April 2014 dan masih berjalan hingga saat ini. Pernyataan yang diungkapkan oleh Gunawan, Manager Acquisition & Distribution ANTV dalam press release online yang di keluarkan ANTV menyatakan bahwa, melalui serial Lonceng Cinta ini masyarakat dapat mempelajari karakter utama yang kuat, dimana dalam kisah ini menceritakan wanita-wanita penuh semangat dan hidup bersama dalam sebuah keluarga yang semuanya perempuan. Serial ini tidak hanya menghadirkan cerita yang menarik tetapi juga terdapat pelajaran yang dapat diambil. Dari pernyataan tersebut, jika di bandingkan dengan alur cerita serial Lonceng Cinta yang selama ini ditayangkan terdapat perbedaan. Karena, alur cerita serial Lonceng Cinta yang selama ini ditayangkan juga menonjolkan permusuhan antar saudara hingga pembunuhan, perebutan harta, dan kisah percintaan yang rumit. Walaupun diepisode awal memang disuguhkan kisah keluarga yang anggotanya perempuan semua dan mereka mempunyai
118
karakter yang semangat, tauladan, serta hidup bersama. Hal tersebut menjadi kekurangan dalam serial Lonceng Cinta ini. Selain itu, jika dilihat dari waktu penayangannya pada pukul 18.30 WIB dengan banyaknya alur permusuhan
antara saudara hingga
pembunuhan tersebut, serial ini tidak tergolong klasifikasi R yang menurut Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Nomor 02/P/KPI/03/2012 tentang Standar Program Siaran, Bab XVII Penggolongan Program Siaran, Bagian Pertama, Klasifikasi Program Siaran, Pasal 33 ayat 1.c. yang berbunyi “klasifikasi R : Siaran untuk remaja, yakni khalayak berusia 13-17 tahun”. Karena pada jam tayang tersebut seharusnya hanya digunakan untuk penayangan program acara klasifikasi R. Meski demikian, serial Lonceng cinta di ANTV masih berjaya dengan menduduki deretan 10 besar rating tertinggi di Tanah Air. Seperti yang diungkapkan dalam berita online dari situs website www.tabloidbintang.com pada awal penayangan tanggal 5 September 2015, serial Lonceng Cinta menduduki peringkat ke 5 dalam rating tertinggi Tanah Air dengan TVR 2,7. Berdasarkan data Nielsen pada tanggal 28 Desember 2016 - 3 Januari 2017 www.wowkeren.com mengungkapkan bahwa, serial Lonceng Cinta masuk dalam deretan 10 rating tertinggi. Sementara pada hari Kamis, 16 Maret 2017 serial Lonceng Cinta yang tadinya diberhentikan sementara dan ditayangkan kembali pada tanggal tersebut masih menduduki deretan 10
119
rating tertenggi dengan berada di peringkat 9, hal tersebut diungkapkan pada berita online dari situs website www.media.iyaa.com. Serial Lonceng Cinta di ANTV pada tahun 2017 terdapat 2 kali season break, yaitu yang pertama pada tanggal 29 Februari 2017 dan kembali tayang pada tanggal 16 Maret 2017 pada pukul 18.30 WIB dengan judul Lonceng Cinta Season 2. Alasan pemberhentian sementara tersebut dijelaskan oleh Corporate Communication ANTV, Eka Sophiani, yang menyatakan bahwa ketersediaan episode Lonceng Cinta yang dimiliki ANTV sudah hampir habis. Sedangkan di India sendiri, serial Lonceng Cinta ini masih berjalan dan penayangan jumlah episodenya tidak terpaut jauh dari penayangan di Indonesia. Karena satu episode yang ditayangkan di Indonesia sama dengan 3 sampai 4 episode yang ada di India.151 Dilihat dari pemberitaan online, yaitu pada media-iyaa.com yang menyatakan bahwa episode perdana serial Lonceng Cinta 2 usai absen beberapa bulan mendapatkan tanggapan yang bagus dari masyarakat. Terbukti dengan rating yang doperoleh yaitu serial Lonceng Cinta 2 menduduki posisi 9 rating televisi Indonesia, dengan TVR 2,7 dan share 12,1 persen.152 Hal tersebut membuktikan bahwa peggemar serial Lonceng Cinta belum berpaling dan tetap setia menunggu serial tersebut tayang kembali. 151
Uswatun Khasanah, Serial India Lonceng Cinta Mendadak Tamat Tayangkan Episode Terakhir, Begini Penjelasan Pihak ANTV, diakses dari http://www.lensaremaja.com/bintang/32583/serial-india-lonceng-cinta-mendadak-tamattayangkan-episode-terakhir-begini-penjelasan-pihak-antv/, pada tanggal 21 Jnauari 2017. 152 Hermina Utami, Rating „Lonceng Cinta 2‟ Masuk 10 Besar, „Geet‟ Jadi Facorit, diakses dari http://media.iyaa.com/article/2017/03/rating-lonceng-cinta-2-masuk-10-besar-geet-jadi-favorit3586945.html#, pada tanggal 21 Januari 2017.
120
Namun, pada tanggal 3 Juli 2017 serial Lonceng Cinta Season 2 kembali melakukan season break lagi. Hal tersebut dikarenakan episode yang tayang di Indonesia selesih sedikit dengan episode Lonceng Cinta yang sedang tayang di India. Sebagaimana yang diungkapkan oleh pemeran Purab dalam serial Lonceng Cinta, Vin Rana, bahwa ANTV sementara waktu berhenti menayangkan serial Lonceng Conta Season 2 karena bersiap untuk menayangkan season selanjutnya. Pernyataan tersebut dikutip dari media.iyaa.com.153 Dari uraian di atas, ANTV tidak berniat untuk memberhentikan selamanya serial tersebut, tetapi hanya sementara. Dari beberapa pemberitaan online yang ditemukan, mengungkapkan bahwa para penggemar serial Lonceng Cinta tersebut kecewa dengan pemberhentian serial Lonceng Cinta ini. Maka dari itu, ANTV memberikan penjelasan kepada penggemar bahwa serial Lonceng Cinta ini hanya diberhentikan sementara.
B.
Deskripsi Lokasi dan Gambaran Umum Responden Penelitian 1.
Deskripsi Lokasi Penelitian Kampung Jatimulyo RT 23 / RW 05 merupakan kampung yang ada di Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta. Berdasarkan dari data kependudukan Pendudukan, kampung ini mayoritas beragama Islam. Pekerjaan yang dimiliki penduduk
153
Hermina Utami, Duh, „Lonceng Cinta‟ Tamat Lagi?, diakses dari http://media.iyaa.com/article/2017/06/duh-lonceng-cinta-tamat-lagi-3594056.html, pada tanggal 21 Januari 2017.
121
Kampung Jatimulyo RT 23 / RW 05 juga bermacam-macam, diantara adalah sebagai Pegawai Negeri, Pegawai Swasta, Guru, buruh, jasa pijat, penjahit, pengasuh anak, dan pedagang. Letak Geografis Kampung Jatimulyo RT 23 / RW 05 adalah : a) Batas sebelah Utara adalah Gereja Jatimulyo dan Makam Nongko Kapuk, serta berbatasan dengan RT 21 / RW 05 kelurahan Kricak. b) Batas sebelah Selatan adalah SD Bobkri, serta berbatasan dengan RT 30 / RW 05 kelurahan Kricak. c) Sebelah Barat berbatasan dengan RT 24 / RW 05 kelurahan Kricak. d) Sebelah Timur berbatasan dengan RT 22 / RW 05 kelurahan Kricak.
Gambar 4.1 Peta Wilayah Jatimulyo RT 23 / RW 05 Jatimulyo, Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta Gambar 1 Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian
122
Kampung Jatimulyo RT 23 / RW 05 tergolong kampung yang mempunyai fasilitas yang lengkap, diantaranya adalah : a) 2 tempat ibadah
: 1 Masjid yaitu Masjid An-Nur dan 1 Gereja
yaitu Gereja Jatimulyo b) 1 Makam
: Makam Nongko Kapuk
c) 1 Sekolah Dasar
: SD Bobkri
d) 1 Kantor Kelurahan : Kantor Kelurahan Kricak e) 1 Balai Serba Guna f) 1 Gedung Olahraga Selain mempunyai beberapa fasilitas, Kampung Jatimulyo RT 23 / RW 05 juga mempunyai beberapa perkumpulan, diantaranya adalah perkumpulan
Kelompok
Ibu
PKK
(Pembinaan
Kesejahteraan
Keluarga), Kumpulan Bapak-Bapak, perkumpulan kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur, PAUD, dan Bank Sampah yang diberi nama Cinta Kasih.
2. Gambaran Umum Responden Penelitian Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo, didapatkan gambaran dari masing-masing responden yang berjumlah 20 responden, yaitu mulai dari usia, pekerjaan, tingkat pendidikan, durasi menonton televisi dalam sehari, dan frekuensi menonton Serial Lonceng Cinta. Pemilihan indikator dalam menggambarkan responden penelitian tersebut, bertujuan untuk memberikan gambaran tentang kondisi yang
123
terjadi pada Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Yogyakarta dan memperlihatkan bahwa Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Yogyakarta benar-benar menyaksikan serial Lonceng Cinta di ANTV. Selain itu, juga untuk menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan media. Data ini peneliti dapatkan melalui pengisian profil responden yang bersamaan dengan pengisian kuesioner. Hal ini dilakukan peneliti dengan tujuan memberikan gambaran secara jelas tentang responden sebagai objek dalam penelitian ini. Gambaran umum dari responde secara rinci peneliti jelaskan di bawah ini : a) Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia Berdasarkan data pengisian kuesioner dari masing-masing individu Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo yang berjumlah 20 responden dinyatakan masuk sebagai sampel penelitian. 20 responden tersebut menyatakan bahwa pernah menonton serial Lonceng Cinta di ANTV. Adapun usia yang dimiliki dari masing-masing 20 responden tersebut berbeda-beda, berikut penjelasannya : Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Tabel 5 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
Usia Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
27
1
5.0
5.0
5.0
30
1
5.0
5.0
10.0
31
2
10.0
10.0
20.0
124
33
1
5.0
5.0
25.0
37
1
5.0
5.0
30.0
38
1
5.0
5.0
35.0
39
3
15.0
15.0
50.0
40
1
5.0
5.0
55.0
41
1
5.0
5.0
60.0
43
1
5.0
5.0
65.0
45
1
5.0
5.0
70.0
50
1
5.0
5.0
75.0
54
1
5.0
5.0
80.0
59
1
5.0
5.0
85.0
60
1
5.0
5.0
90.0
68
1
5.0
5.0
95.0
72
1
5.0
5.0
100.0
20
100.0
100.0
Total
Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0 Gafik 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
Grafik 1 Grafik 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0
125
Berdasarkan tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa responden dari Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo terdapat responden yang berusia 39 tahun sebanyak 3 orang atau 15%. Responden yang berusia 31 tahun sebanyak 2 orang atau 10%. Sedangkan 15 responden lainnya masing-masing mempunyai usia yang berbeda-beda dan taraf 5%, diantaranya yaitu usia 27 tahun, 30 tahun, 33 tahun, 37 tahun, 38 tahun, 40 tahun, 41 tahun, 43 tahun, 45 tahun, 50 tahun, 54 tahun, 59 tahun, 60 tahun, 68 tahun, dan 72 tahun. Pada distribusi frekuensi ini mayoritas masingmasing responden memiliki usia yang berbeda-beda, dengan usia termuda 27 tahun dan usia tertua 72 tahun.
b) Gambaran Umum Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tidak hanya memiliki pekerjaan yang berbeda-beda, namun responden yang berjumlah 20 orang ini juga memiliki tingkat pendidikan. Hal tersebut dijelaskan pada tabel di bawah ini : Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Tabel 6 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
SD
3
15.0
15.0
15.0
SMP
8
40.0
40.0
55.0
SMA
9
45.0
45.0
100.0
Total
20
100.0
100.0
Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0
126
Grafik 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Grafik 2 Grafik 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0 Berdasarkan tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa dari keseluruhan responden yang berjumlah 20 orang terdapat responden yang pendidikan terakhirnya dari Sekolah Dasar (SD) sebanyak 3 orang atau 15%. Responden dengan pendidikan terakhirnya dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) berjumlah 8 orang atau 40%. Selain itu, terdapat juga responden dengan pendidikan terakhirnya dari Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 9 orang atau 45%. Pada distribusi frekuensi ini, reponden yang memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA lebih banyak daripada SD maupun SMP. Meskipun demikian, responden yang memiliki tingkat pendidikan
127
terakhir SMA dan SMP masing-masing jumlahnya hampir sebanding, karena hanya terpaut 1 angka atau 1 responden saja.
c) Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pekerjaan 20 responden penelitian yang merupakan Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo ini mayoritas adalah pekerja, sebagaimana dijelaskan dalam tabel 4.3 di bawah ini: Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Tabel 7 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
IRT
2
10.0
10.0
10.0
Jasa
3
15.0
15.0
25.0
Penjual Makanan
8
40.0
40.0
65.0
Karyawan Swasta
7
35.0
35.0
100.0
20
100.0
100.0
Total
Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0 Grafik 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Grafik 3 Grafik 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0
128
Berdasarkan tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa dari keseluruhan responden yang berjumlah 20 orang terdapat responden yang bekerja sebagai penyedia jasa sebanyak 3 orang atau 15%. Responden yang bekerja sebagai penjual makanan sebanyak 8 orang atau 40%. Responden yang bekerja sebagai karyawan swasta sebanyak 7 orang atau 35%. Sedangkan responden yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga sebanyak 2 orang atau 10%. Pada distribusi frekuensi ini jumlah reponden yang bekerja sebagai penjual makanan lebih banyak dibandingkan dengan penyedia jasa, karyawan swasta, atau pun ibu rumah tangga. Meskipun demikian, selisih jumlah responden yang bekerja sebagai penjual makanan dengan karyawan swasta terpaut satu angka atau 1 responden saja. Dengan kata lain, kondisi ini menggambarkan responden yang bekerja sebagai penjual makanan dan karyawan swasta
hampir
sebanding. Begitu juga dengan jumlah responden yang bekerja sebagai penyedia jasa dengan ibu rumah tangga hanya terpaut 1 angka saja atau 1 responden, sehingga jumlahnya hampir sebanding. Sebagaimana data yang ditemukan peneliti dari hasil observasi awal juga menunjukkan bahwa dari satu kelurahan Kricak, kelompok Ibu pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo memiliki tingkat kesibukan yang paling tinggi yaitu dengan profesi sebagai pedagang dan karyawan swasta
129
d) Gambaran Umum Responden Berdasarkan Durasi Menonton Televisi Dalam Sehari Menurut Gerbner dalam Morissan, memperkirakan dan menjelaskan pembentukan persepsi, pengertian dan kepercayaan mengenai dunia sebagai hasil mengonsumsi pesan media dalam jangka panjang. Gerbner membagi penonton TV kedalam 2 jenis penonton, yaitu kelompok ringan (light users) yang menghabiskan waktu kurang dari dua jam menonton TV dan kelompok berat (heavy users) yang menonton TV minimal empat jam.154 Sedangkan penonton yang menghabiskan waktu dua sampai kurang dari empat jam menonton TV, maka termasuk penonton sedang. Masing-masing responden yang berjumlah 20 orang mempunyai potensi menonton televisi dalam durasi tertentu. Hal tersebut dijelaskan pada tabel di bawah ini : Tabel 4.4 Tabel 8 Tabel 4.4 Klasifikasi Penonton Berdasarkan Durasi Menonton Televisi Dalam Sehari
Klasifikasi Penonton Berdasarkan Durasi Menonton Televisi Dalam Sehari S Durasi Menonton Televisi Dalam Sehari u m Frequency Percent Valid Percent b 5 25.0 25.0 SValid <2 jam 2 jam <4 jam 7 35.0 35.0 u >=4 jam 8 40.0 40.0 m b Total 20 100.0 100.0 S Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0
154
Cumulative Percent 25.0 60.0 100.0
Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2013), h. 522.
130
Grafik 4.4 Klasifikasi Penonton Berdasarkan Durasi Menonton Televisi Dalam Sehari
Grafik 4 Grafik 4.4 Klasifikasi Penonton Berdasarkan Durasi Menonton Televisi Dalam Sehari
Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0 Berdasarkan tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa terdapat 5 responden atau 25% yang termasuk kedalam penonton ringan karena menghabiskan kurang dari 2 jam menonton televisi dalam sehari. Kemudian 7 responden atau 35% berada pada tingkat penonton sedang karena menghabiskan waktu selama 2 sampai kurang dari 4 jam menonton televisi dalam sehari. Sedangkan responden yang termasuk penonton berat sebanyak 8 responden atau 40% karena menghabiskan waktu menonton televisi selama minimal 4 jam dalam sehari. Pada pengklasifikasian penonton ini, responden yang merupakan kelompok penonton berat lebih banyak daripada
131
penonton sedang maupun penonton ringan. Meskipun demikian selisih jumlah responden setiap kelompok tidak terpaut jauh.
e) Gambaran
Umum
Responden
Berdasarkan
Frekuensi
Menonton Serial Lonceng Cinta Dalam Satu Minggu Selain mengklasifikasikan penonton, ditemukan pula frekuensi menonton serial Lonceng Cinta dalam satu minggu. Dalam hal ini, pada pengisian profil responden yang bersamaan dengan pengisian kuesioner terdapat pilihan yaitu 1-2 kali : sangat rendah, 3-4 kali : cukup, 5-6 kali : tinggi, atau 7-8 kali : sangat tinggi. Terdapat perbedaan dalam tingkat frekuensi menonton serial Lonceng Cinta pada responden, sebagaimana dijelaskan dalam tabel 4.5 di bawah ini : Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Menonton Serial Lonceng Cinta Dalam Satu Minggu Tabel 9 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Menonton Serial Lonceng Cinta Dalam Satu Minggu
Frekuensi Menonton Serial Lonceng Cinta Dalam Seminggu Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
1-2 Kali
4
20.0
20.0
20.0
3-4 Kali
2
10.0
10.0
30.0
5-6 Kali
2
10.0
10.0
40.0
7-8 kali
12
60.0
60.0
100.0
Total
20
100.0
100.0
Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0
132
Grafik 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Menonton Serial Lonceng Cinta Dalam Satu Minggu
Grafik 5 Grafik 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Menonton Serial Lonceng Cinta Dalam Satu Minggu
Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0 Berdasarkan tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa terdapat 4 orang atau 20% yang mempunyai frekuensi menonton serial Lonceng Cinta dalam seminggu tergolong sangat rendah karena menonton 1-2 kali saja dalam seminggu. Responden dengan frekuensi menonton yang tergolong cukup sebanyak 2 orang atau 10% karena menonton serial Lonceng Cinta 3-4 kali dalam seminggu. Selain itu, sebanyak 2 orang atau 10% juga dimiliki oleh responden dengan frekuensi menonton serial Lonceng Cinta dalam seminggu yang tergolong tinggi karena menonton 5-6 kali. Sedangkan responden dengan frekuensi menonton serial Lonceng Cinta dalam seminggu yang tergolong sangat tinggi sebanyak 12
133
orang atau 60 % karena menonton 7-8 kali. Pada distribusi frekuensi ini, banyaknya responden yang mempunyai frekuensi menonton serial Lonceng Cinta dalam satu minggu yang tergolong sangat tinggi lebih besar daripada responden yang tergolong sangat rendah, cukup, atau pun tinggi. Dengan kata lain 60% responden mengikuti tayangan serial Lonceng Cinta setiap harinya. Menurut hasil dari wawancara untuk menemukan data awal penelitian, juga ditemukan bahwa setiap serial Lonceng Cinta tayang di stasiun Televisi ANTV, beberapa anggota dari kelompok Ibu pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo tidak mau ketinggalan untuk menonton serial Lonceng Cinta walaupun hanya satu episode saja. Selain itu, sebagai penguat bahwa responden memang menonton serial Lonceng Cinta maka responden memiliki ingatan tentang beberapa alur yang terdapat diserial Lonceng Cinta. Berikut ini adalah penjelasan tentang alur cerita yang diingat oleh responden: Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Alur Cerita Yang Diingat Tabel 10 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Alur Cerita Yang Diingat
Alur Cerita Yang Diingat Frequency Valid
Percent
Cumulativ Valid Percent e Percent
1 Alur Cerita
5
25.0
25.0
25.0
2 Alur Cerita
1
5.0
5.0
30.0
3 Alur Cerita
4
20.0
20.0
50.0
5 Alur Cerita
10
50.0
50.0
100.0
Total
20
100.0
100.0
Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0
134
Grafik 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Alur Cerita Yang Diingat
Grafik 6 Grafik 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Alur Cerita Yang Diingat
Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0 Berdasarkan tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa responden yang mengingat 1 alur cerita serial Lonceng Cinta sebanyak 5 orang atau 25%. Responden yang mengingat 2 alur cerita serial Lonceng Cinta sebanyak 1 orang atau 5%. Selain itu, terdapat 4 orang atau 20% responden yang mengingat 3 alur cerita serial Lonceng Cinta. Sedangkan sisanya yaitu 10 orang atau 50% merupakan responden yang mengingat 5 alur cerita serial Lonceng Cinta. Pada distribusi frekuensi ini, responden yang mengingat 5 alur cerita serial Lonceng Cinta lebih banyak daripada yang mengingat 1, 2, atau pun 3 alur cerita serial Lonceng Cinta. Dengan
135
kata lain, banyak responden yang menyukai dan mengikuti setiap alur serial Lonceng Cinta.
C. Deskripsi Data Penelitian Data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yang terdapat dua variabel, yaitu variabel motif (Gratification Sought (GS)) dan variabel kepuasan (Gratification Obtained (GO)). Data diperoleh dari pemberian angket pada Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo sebanyak 20 orang yang pernah menonton serial Lonceng Cinta di ANTV. Berikut ini adalah deskripsi variabel motif (Gratification Sought (GS)), variabel kepuasan (Gratification Obtained (GO)), dan analisis kesenjangan kepuasan (discrepancy gratifications) :
1. Deskripsi Variabel Gratification Sought (motif) Gratification Sought (GS) merupakan dorongan untuk menggunakan media seperti pilihan media, frekuensi, dan durasi dengan harapan pada tingkat kepuasan tertentu. Dengan kata lain, Gratification Sought dalam penelitian ini merupakan kebutuhan-kebutuhan yang dicari oleh responden untuk memenuhi kepuasannya dalam menyaksikan serial Lonceng Cinta di ANTV. Terdapat beberapa jenis kebutuhan yang dicari dalam pemenuhan kepuasannya meliputi 4 motif yaitu motif informasi, motif indentitas pribadi, motif integrasi dan Interaksi Sosial, dan motif hiburan yang dijabarkan dalam 13 pernyataan.
136
Setiap pernyataan mempunyai 4 alternatif jawaban yang dapat dipilih oleh responden yaitu sangat setuju dengan skor 4, setuju dengan skor 3, tidak setuju dengan skor 2, dan sangat tidak setuju dengan skor 1. Gambaran tingkat kepuasan yang diharapkan oleh responden sebanyak 20 orang dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV dijelaskan pada tabel berikut ini yang mengandung 13 pernyataan : Tabel 4.7 Gambaran Tentang Tingkat Kepuasan Yang Diharapkan (Gratification Sought) Motif Informasi dari Serial Lonceng Cinta Di ANTV Tabel 11 Tabel 4.7 Gambaran Tentang Tingkat Kepuasan Yang Diharapkan (Gratification Sought) Motif Informasi Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV
STS TS S F (%) F (%) F (%) 1. Saya ingin mengetahui 2 5 10 kebudayaan dan kehidupan di (10) (25) (50) India 2. Saya ingin mendapatkan 3 4 10 bimbingan untuk mengatasi (15) (20) (50) masalah sehari-hari 3. Saya ingin mengetahui tentang 0 1 17 unsur-unsur perselisihan antar (0) (5) (85) keluarga yang terdapat pada alur cerita serial Lonceng Cinta 4. Saya ingin membedakan antara 1 1 16 sinetron India dengan sinetron (5) (5) (80) Indonesia Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0 NO.
Item Kebutuhan
SS F (%) 3 (15) 3 (15) 2 (10)
2 (10)
Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat dilihat prosentase kebutuhan motif informasi yang diharapkan dari serial Lonceng Cinta di ANTV yaitu: a) No.1 prosentase terbesar terdapat pada item kebutuhan pada skala setuju dengan besar 50% atau dipilih oleh 10 responden. Sedangkan 25% atau 5 responden memilih item kebutuhan pada skala tidak setuju. Selain itu, sebanyak 15% atau 3 responden memilih item
137
kebutuhan pada skala sangat setuju. Prosentase terkecil terdapat pada item kebutuhan pada skala sangat tidak setuju dengan besar 10% atau dipilih oleh 2 responden. Maka, dengan kata lain setengah dari total responden menyatakan setuju atau mengharapkan kepuasan seperti pada item pernyataan no. 1 yaitu, saya ingin mengetahui kebudayaan dan kehidupan di India. b) No. 2 prosentase terbesar terdapat pada item kebutuhan pada skala setuju dengan besar 50% atau dipilih oleh 10 responden. Sedangkan 20% atau 4 responden memilih item kebutuhan pada skala tidak setuju. Selain itu, item kebutuhan pada skala sangat setuju dan skala sangat tidak setuju memiliki prosentase yang sama yaitu masingmasing sebesar 15% atau dipilih oleh 3 responden. Maka, dengan kata lain
setengah
dari total responden
menyatakan
setuju atau
mengharapkan kepuasan seperti pada item pernyataan no. 2 yaitu, saya ingin mendapatkan bimbingan untuk mengatasi masalah seharihari. c) No.3 prosentase terbesar terdapat pada item kebutuhan pada skala setuju dengan besar 85% atau dipilih oleh 17 responden. Sedangkan 10% atau 2 responden memilih item kebutuhan pada skala sangat setuju. Selain itu, sebanyak 5% atau 1 responden memilih item kebutuhan pada skala tidak setuju. Prosentase terkecil terdapat pada item kebutuhan pada skala sangat tidak setuju dengan besar 0% atau tidak ada responden yang memilih. Maka, dengan kata lain banyak
138
responden yang setuju atau mengaharapkan kepuasan seperti pada item pernyataan no. 3 yaitu, saya ingin mengetahui tentang unsurunsur perselisihan antar keluarga yang terdapat pada alur cerita serial Lonceng Cinta. d) No. 4 prosentase terbesar terdapat pada item kebutuhan pada skala setuju dengan besar 80% atau dipilih oleh 16 responden. Sedangkan 10% atau 2 responden memilih item kebutuhan pada skala sangat setuju. Selain itu, item kebutuhan pada skala sangat tidak setuju dan skala tidak setuju memiliki prosentase yang sama yaitu masingmasing sebesar 5% atau dipilih oleh 1 responden. Maka, dengan kata lain banyak responden yang meilih setuju atau mengharapkan kepuasan seperti pada item pernyataan no. 4 yaitu, saya ingin membedakan antara sinetron India dengan sinetron Indonesia. Tabel 4.8 Gambaran Tentang Tingkat Kepuasan Yang Diharapkan (Gratification Sought) Motif Identitas Pribadi dari Serial Lonceng Cinta Di ANTV Tabel 12 Tabel 4.8 Gambaran Tentang Tingkat Kepuasan Yang Diharapkan (Gratification Sought) Motif Identitas Pribadi Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV
STS TS F (%) F (%) 5. Saya ingin mendapatkan contoh 1 1 sosok tauladan yang dapat ditiru (5) (5) 6. Saya ingin mencari model 0 8 perilaku yang dapat ditiru dalam (0) (40) kehidupan sehari-hari Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0 NO.
Item Kebutuhan
S F(%) 14 (70) 9 (45)
SS F(%) 4 (20) 3 (13)
Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat dilihat prosentase kebutuhan motif identitas pribadi yang diharapkan dari serial Lonceng Cinta di ANTV yaitu:
139
a) No. 5 prosentase terbesar terdapat pada item kebutuhan pada skala setuju dengan besar 70% atau dipilih oleh 14 responden. Sedangkan 20% atau 4 responden memilih item kebutuhan pada skala sangat setuju. Selain itu, prosentase terkecil terdapat pada item kebutuhan pada skala sangat tidak setuju dan tidak setuju dengan besar masingmasing skalah 5% atau dipilih oleh 1 responden. Maka, dengan kata lain banyak responden yang setuju atau mengharapkan kepuasan seperti pada item pernyataan no. 5 yaitu, saya ingin mendapatkan contoh sosok tauladan yang dapat ditiru. b) No.6 prosentase terbesar terdapat pada item kebutuhan pada skala setuju dengan besar 45% atau dipilih oleh 9 responden. Sedangkan 40% atau 8 responden memilih item kebutuhan pada skala tidak setuju. Selain itu, sebanyak 15% atau 3 responden memilih item kebutuhan pada skala sangat setuju. Prosentase terkecil terdapat pada item kebutuhan pada skala sangat tidak setuju dengan besar 0% atau tidak ada responden yang memilih. Maka, dengan kata lain banyak responden yang memilih atau mengharapkan kepuasan seperti pada item pernyataan no. 6 yaitu, saya ingin mencari model perilaku yang dapat ditiru dalam keidupan sehari-hari. Meskipun demikian, banyaknya responden yang memilih skala setuju dengan skala tidak setuju hanya terpaut selisih 1 responden saja, maka bisa dikatakan hampir sebanding.
140
Tabel 4.9 Gambaran Tentang Tingkat Kepuasan Yang Diharapkan (Gratification Sought) Motif Integrasi dan Interaksi Sosial dari Serial Lonceng Cinta Di ANTV Tabel 13 Tabel 4.9 Gambaran Tentang Tingkat Kepuasan Yang Diharapkan (Gratification Sought) Motif Integrasi dan Interaksi Sosial Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV
STS TS F (%) F (%) 7. Saya ingin menemukan bahan 0 1 percakapan dengan orang lain (0) (5) 8. Saya ingin dekat atau akrap 1 4 dengan orang lain (5) (20) Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0 NO.
Item Kebutuhan
S F(%) 13 (65) 13 (65)
SS F(%) 6 (30) 2 (10)
Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat dilihat prosentase kebutuhan motif integrasi dan Interaksi Sosial yang diharapkan dari serial Lonceng Cinta di ANTV yaitu: a) No. 7 prosentase terbesar terdapat pada item kebutuhan pada skala setuju dengan besar 65% atau dipilih oleh 13 responden. Sedangkan 30% atau 6 responden memilih item kebutuhan pada skala sangat setuju. Selain itu, sebanyak 5% atau 1 responden memilih item kebutuhan pada skala tidak setuju. Prosentase terkecil terdapat pada item kebutuhan pada skala sangat tidak setuju dengan besar 0% atau tidak ada responden yang memilih. Maka, dengan kata lain banyak responden yang setuju atau mengharapkan kepuasan seperti pada item pernyataan no. 7 yaitu, saya ingin menemukan bahan percakapan dengan orang lain. b) No. 8 prosentase terbesar terdapat pada item kebutuhan pada skala setuju dengan besar 65% atau dipilih oleh 13 responden. Sedangkan 20% atau 4 responden memilih item kebutuhan pada skala tidak setuju. Selain itu, sebanyak 10% atau 2 responden memilih item
141
kebutuhan pada skala sangat setuju. Prosentase terkecil terdapat pada item kebutuhan pada skala sangat tidak setuju dengan besar 5% atau dipilih oleh 1 responden. Maka, dengan kata lain banyak responden yang setuju atau mengharapkan kepuasan seperti pada item pernyataan no. 8 yaitu, saya ingin dekat atau akrap dengan orang lain. Tabel 4.10 Gambaran Tentang Tingkat Kepuasan Yang Diharapkan (Gratification Sought) Motif Hiburan dari Serial Lonceng Cinta Di ANTV Tabel 14 Tabel 4.10 Gambaran Tentang Tingkat Kepuasan Yang Diharapkan (Gratification Sought) Motif Hiburan Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV
NO.
Item Kebutuhan
9..
Saya ingin melepaskan diri dari rutinitas atau masalah sehari-hari Saya ingin mengisi waktu luang
10. 11.
STS F (%) 1 (5) 1 (5) 0 (0) 0 (0)
TS F (%) 6 (30) 1 (5) 4 (20) 9 (45)
Saya ingin mendapatkan cerita cinta yang lucu 12. Saya ingin mendapatkan kesenangan atas penampilan aktor yang cantik dan tampan 13. Saya ingin menghilangkan 2 3 kesepian (10) (15) Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0
S F(%) 11 (55) 17 (85) 14 (70) 10 (50)
SS F(%) 2 (10) 1 (5) 2 (10) 1 (5)
12 (60)
3 (15)
Berdasarkan tabel 4.10 di atas dapat dilihat prosentase kebutuhan motif hiburan yang diharapkan dari serial Lonceng Cinta di ANTV yaitu: a) No. 9 prosentase terbesar terdapat pada item kebutuhan pada skala setuju dengan besar 50% atau dipilih oleh 10 responden. Sedangkan 35% atau 7 responden memilih item kebutuhan pada skala sangat setuju. Selain itu, sebanyak 15% atau 3 responden memilih item kebutuhan pada skala tidak setuju. Prosentase terkecil terdapat pada item kebutuhan pada skala sangat tidak setuju dengan besar 0% atau
142
tidak ada responden yang memilih. Maka, dengan kata lain banyak responden yang setuju atau mengharapkan kepuasan seperti pada item pernyataan no. 9 yaitu, saya ingin melepaskan diri dari rutinitas atau masalah sehari-hari. b) No. 10 prosentase terbesar terdapat pada item kebutuhan pada skala setuju dengan besar 55% atau dipilih oleh 11 responden. Sedangkan pada skala sangat setuju memiliki prosentase sebesar 45% atau dipilih oleh 9 responden. Selain itu, prosentase terkecil terdapat pada item kebutuhan pada skala sangat tidak setuju dan skala tidak setuju dengan besar masing-masing skala adalah 0% atau tidak ada responden yang memilih. Maka, dengan kata lain banyak responden yang setuju atau mengharapkan kepuasan seperti pada item pernyataan no. 10 yaitu, saya ingin mengisi waktu luang. c) No. 11 prosentase terbesar terdapat pada item kebutuhan pada skala setuju dengan besar 50% atau dipilih oleh 10 responden. Sedangkan 40% atau 8 responden memilih item kebutuhan pada skala sangat setuju. Selain itu, sebanyak 10% atau 2 responden memilih item kebutuhan pada skala tidak setuju. Prosentase terkecil terdapat pada item kebutuhan pada skala sangat tidak setuju dengan besar 0% atau tidak ada responden yang memilih. Maka, dengan kata lain banyak responden yang setuju atau mengharapkan kepuasan seperti pada item pernyataan no. 11 yaitu, saya ingin mendapatkan cerita cinta yang lucu.
143
d) No. 12 prosentase terbesar terdapat pada item kebutuhan pada skala setuju dengan besar 60% atau dipilih oleh 12 responden. Sedangkan 35% atau 7 responden memilih item kebutuhan pada skala tidak setuju. Selain itu, sebanyak 5% atau 1 responden memilih item kebutuhan pada skala sangat tidak setuju. Prosentase terkecil terdapat pada item kebutuhan pada skala sangat setuju dengan besar 0% atau tidak ada responden yang memilih. Maka, dengan kata lain banyak responden yang setuju atau mengharapkan kepuasan seperti pada item pernyataan no. 12 yaitu, saya ingin mendapatkan kesenangan atas penampilan aktor yang cantik dan tampan. e) No. 13 prosentase terbesar terdapat pada item kebutuhan pada skala setuju dengan besar 75% atau dipilih oleh 15 responden. Sedangkan 15% atau 3 responden memilih item kebutuhan pada skala sangat setuju. Selain itu, sebanyak 10% atau 2 responden memilih item kebutuhan pada skala tidak setuju. Prosentase terkecil terdapat pada item kebutuhan pada skala sangat tidak setuju dengan besar 0% atau tidak ada responden yang memilih. Maka, dengan kata lain banyak responden yang setuju atau mengharapkan kepuasan seperti pada item pernyataan no. 13 yaitu, saya ingin menghilangkan kesepian.
2. Deskripsi Variabel Gratification Obtained (kepuasan) Gratification Obtained (GO) dimaksudkan untuk mengetahui besarnya kepuasan nyata yang diperoleh responden yang merupakan Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo setelah
144
menyaksikan serial Lonceng Cinta di ANTV. Berdasarkan 4 motif yang ada, maka terbentuklah 4 kepuasan yang bisa didapatkan, yaitu kepuasan informasi, kepuasan indentitas pribadi, kepuasan integrasi dan Interaksi Sosial, dan kepuasan hiburan. Empat kepuasan tersebut dijabarkan menjadi 13 pernyataan yang disebarkan dalam bentuk angket. Setiap pernyataan mempunyai 4 alternatif jawaban yang dapat dipilih oleh responden yaitu sangat setuju dengan skor 4, setuju dengan skor 3, tidak setuju dengan skor 2, dan sangat tidak setuju dengan skor 1. Gambaran tingkat kepuasan yang didapatkan oleh responden sebanyak 20 orang dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV dijelaskan pada tabel berikut ini : Tabel 4.11 Gambaran Tentang Tingkat Kepuasan Yang Diperoleh (Gratification Obtained) Kepuasan Informasi dari Serial Lonceng Cinta Di ANTV Tabel 15 Tabel 4.11 Gambaran Tentang Tingkat Kepuasan Yang Diperoleh (Gratification Obtained) Kepuasan Informasi Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV
STS TS F (%) F (%) 1. Saya dapat mengetahui 1 3 kebudayaan dan kehidupan di (5) (15) India 2. Saya mendapatkan bimbingan 1 2 untuk mengatasi masalah sehari(5) (5) hari 3. Saya dapat mengetahui unsur1 3 unsur perselisihan antar keluarga (5) (15) yang terdapat pada alur cerita serial Lonceng Cinta 4. Saya dapat membedakan antara 0 0 sinetron India dengan sinetron (0) (0) Indonesia Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0 NO.
Item Kebutuhan
S F(%) 11 (55)
SS F(%) 5 (25)
13 (65)
4 (20)
13 (65)
3 (15)
14 (70)
6 (30)
145
Berdasarkan tabel 4.11 di atas dapat dilihat prosentase tingkat kepuasan informasi yang diperoleh dari serial Lonceng Cinta di ANTV yaitu : a) No.1 prosentase terbesar terdapat pada item kebutuhan pada skala setuju dengan besar 55% atau dipilih oleh 11 responden. Sedangkan 25% atau 5 responden memilih item kebutuhan pada skala sangat setuju. Selain itu, sebanyak 15% atau 3 responden memilih item kebutuhan pada skala tidak setuju. Prosentase terkecil terdapat pada item kebutuhan pada skala sangat tidak setuju dengan besar 5% atau dipilih oleh 1 responden. Maka, dengan kata lain banyak responden yang memperoleh kepuasan seperti pada item pernyataan no. 1 yaitu, saya dapat mengetahui kebudayaan dan kehidupan di India. b) No. 2 prosentase terbesar terdapat pada item kebutuhan pada skala setuju dengan besar 65% atau dipilih oleh 13 responden. Sedangkan 20% atau 4 responden memilih item kebutuhan pada skala sangat setuju. Selain itu, sebanyak 10% atau 2 responden memilih item kebutuhan pada skala tidak setuju. Prosentase terkecil terdapat pada item kebutuhan pada skala sangat tidak setuju dengan besar 5% atau dipilih oleh 1 responden. Maka, dengan kata lain banyak responden memperoleh kepuasan seperti pada item pernyataan no. 2 yaitu, saya mendapatkan bimbingan untuk mengatasi masalah sehari-hari. c) No. 3 prosentase terbesar terdapat pada item kebutuhan pada skala setuju dengan besar 65% atau dipilih oleh 13 responden. Sedangkan
146
pada skala tidak setuju dan sangat setuju memiliki besar prosentase yang sama yaitu masing-masing sebanyak 15% atau dipilih oleh 3 responden. Prosentase terkecil terdapat pada item kebutuhan pada skala sangat tidak setuju dengan besar 5% atau dipilih oleh 1 responden. Maka, dengan kata lain banyak responden yang memperoleh kepuasan seperti pada item pernyataan no. 3 yaitu, saya dapat mengetahui unsur-unsur perselisihan antar keluarga yang terdapat pada alur cerita serial Lonceng Cinta. d) No. 4 prosentase terbesar terdapat pada item kebutuhan pada skala setuju dengan besar 70% atau dipilih oleh 14 responden. Sedangkan 30% atau 6 responden memilih item kebutuhan pada skala sangat setuju. Prosentase terkecil terdapat pada item kebutuhan pada skala sangat tidak setuju dan tidak setuju dengan besar masing-masing skala adalah 0% atau tidak ada responden yang memilih. Maka, dengan kata lain banyak responden yang memperoleh kepuasan seperti pada item pernyataan no. 4 yaitu, saya dapat membedakan antara sinetron India dengan sinetron Indonesia. Tabel 4.12 Gambaran Tentang Tingkat Kepuasan Yang Diperoleh (Gratification Obtained) Kepuasan Identitas Pribadi dari Serial Lonceng Cinta Di ANTV Tabel 16 Tabel 4.12 Gambaran Tentang Tingkat Kepuasan Yang Diperoleh (Gratification Obtained) Kepuasan Identitas Pribadi Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV
STS TS F (%) F (%) 5. Saya mendapatkan contoh sosok 0 1 tauladan yang dapat ditiru (0) (5) 6. Saya mendapatkan model 0 1 perilaku yang dapat ditiru dalam (0) (5) kehidupan sehari-hari Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0 NO.
Item Kebutuhan
S F(%) 16 (80) 6 (30)
SS F(%) 3 (15) 13 (65)
147
Berdasarkan tabel 4.12 di atas dapat dilihat prosentase tingkat kepuasan identitas pribadi yang diperoleh dari serial Lonceng Cinta di ANTV yaitu : a) No. 5 prosentase terbesar terdapat pada item kebutuhan pada skala setuju dengan besar 80% atau dipilih oleh 16 responden. Sedangkan 15% atau 3 responden memilih item kebutuhan pada skala sangat setuju. Selain itu, sebanyak 5% atau 1 responden memilih item kebutuhan pada skala tidak setuju. Prosentase terkecil terdapat pada item kebutuhan pada skala sangat tidak setuju dengan besar 0% atau tidak ada responden yang memilih. Maka, dengan kata lain banyak responden yang memperoleh kepuasan seperti pada item pernyataan no. yaitu, saya mendapatkan contoh sosok tauladan yang dapat ditiru. b) No. 6 prosentase terbesar terdapat pada item kebutuhan pada skala sangat setuju dengan besar 65% atau dipilih oleh 13 responden. Sedangkan 30% atau 6 responden memilih item kebutuhan pada skala setuju. Selain itu, sebanyak 5% atau 1 responden memilih item kebutuhan pada skala tidak setuju. Prosentase terkecil terdapat pada item kebutuhan pada skala sangat tidak setuju dengan besar 0% atau tidak ada responden yang memilih. Maka, dengan kata lain banyak responden yang sangat memperoleh kepuasan seperti pada item pernyataan no. 6 yaitu, saya mendapatkan model perilaku yang dapat ditiru dalam kehidupan sehari-hari.
148
Tabel 4.13 Gambaran Tentang Tingkat Kepuasan Yang Diperoleh (Gratification Obtained) Kepuasan Integrasi dan Interaksi Sosial dari Serial Lonceng Cinta Di ANTV Tabel 17 Tabel 4.13 Gambaran Tentang Tingkat Kepuasan Yang Diperoleh (Gratification Obtained) Kepuasan Integrasi dan Interaksi Sosial Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV
STS TS F (%) F (%) 7. Saya menemukan bahan 0 4 percakapan dengan orang lain (0) (20) 8. Saya dapat dekat atau akrap 0 3 dengan orang lain (0) (15) Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0 NO.
Item Kebutuhan
S F(%) 8 (40) 12 (60)
SS F(%) 8 (40) 5 (25)
Berdasarkan tabel 4.13 di atas dapat dilihat prosentase tingkat kepuasan integrasi dan interaksi sosial yang diperoleh dari serial Lonceng Cinta di ANTV yaitu : a) No. 7 prosentase terbesar terdapat pada item kebutuhan pada skala sangat setuju dan setuju dengan besar masing-masing skala adalah 40% atau dipilih oleh 8 responden. Sedangkan pada skala tidak setuju memiliki besar prosentase sebanyak 20% atau dipilih oleh 4 responden. Prosentase terkecil terdapat pada item kebutuhan pada skala sangat tidak setuju dengan besar 0% atau tidak ada responden yang memilih. Maka, dengan kata lain banyak responden yang memperoleh kepuasan seperti pada item pernyataan no. 7 yaitu, saya menemukan bahan percakapan dengan orang lain. b) No. 8 prosentase terbesar terdapat pada item kebutuhan pada skala setuju dengan besar 60% atau dipilih oleh 12 responden. Sedangkan 25% atau 5 responden memilih item kebutuhan pada skala sangat setuju. Selain itu, sebanyak 15% atau 3 responden memilih item kebutuhan pada skala tidak setuju. Prosentase terkecil terdapat pada
149
item kebutuhan pada skala sangat tidak setuju dengan besar 0% atau tidak ada responden yang memilih. Maka, dengan kata lain banyak responden yang memperoleh kepuasan seperti pada item pernyataan no. 8 yaitu, saya dapat dekat atau akrap dengan orang lain. Tabel 4.14 Gambaran Tentang Tingkat Kepuasan Yang Diperoleh (Gratification Obtained) Kepuasan Hiburan dari Serial Lonceng Cinta Di ANTV Tabel 18 Tabel 4.14 Gambaran Tentang Tingkat Kepuasan Yang Diperoleh (Gratification Obtained) Kepuasan Hiburan Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV
NO.
Item Kebutuhan
9.
Saya dapat melepaskan diri dari rutinitas atau masalah sehari-hari Saya dapat mengisi waktu luang
10. 11.
STS F (%) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0)
TS F (%) 6 (30) 0 (0) 2 (10) 7 (35)
Saya mendapatkan cerita cinta yang lucu 12. Saya mendapatkan kesenangan atas penampilan aktor yang cantik dan tampan 13. Saya dapat menghilangkan 0 4 kesepian (0) (20) Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0
S F(%) 6 (30) 6 (30) 6 (30) 10 (50)
SS F(%) 8 (40) 14 (70) 12 (60) 3 (15)
9 (45)
7 (35)
Berdasarkan tabel 4.14 di atas dapat dilihat prosentase tingkat kepuasan hiburan yang diperoleh dari serial Lonceng Cinta di ANTV yaitu: a) No. 9 prosentase terbesar terdapat pada item kebutuhan pada skala sangat setuju dengan besar 40% atau dipilih oleh 8 responden. Sedangkan pada skala setuju dan tidak setuju memiliki besar prosentase yang sama yaitu masing-masing sebesar 30% atau dipilih oleh 6 responden. Prosentase terkecil terdapat pada item kebutuhan pada skala sangat tidak setuju dengan besar 0% atau tidak ada
150
responden yang memilih. Maka, dengan kata lain banyak responden yang sangat memperoleh kepuasan seperti pada item pernyataan no. 9 yaitu, saya dapat melepaskan diri dari rutinitas atau masalah seharihari. b) No. 10 prosentase terbesar terdapat pada item kebutuhan pada skala sangat setuju dengan besar 70% atau dipilih oleh 14 responden. Sedangkan 30% atau 6 responden memilih item kebutuhan pada skala setuju. Prosentase terkecil terdapat pada item kebutuhan pada skala sangat tidak setuju dan skala tidak setuju dengan besar masing-masing skala adalah 0% atau tidak ada responden yang memilih. Maka, dengan kata lain banyak responden yang sangat memperoleh kepuasan seperti pada item pernyataan no. 10 yaitu, saya dapat mengisi waktu luang. c) No. 11 prosentase terbesar terdapat pada item kebutuhan pada skala sangat setuju dengan besar 60% atau dipilih oleh 12 responden. Sedangkan 30% atau 6 responden memilih item kebutuhan pada skala setuju. Selain itu, sebanyak 10% atau 2 responden memilih item kebutuhan pada skala tidak setuju. Prosentase terkecil terdapat pada item kebutuhan pada skala sangat tidak setuju dengan besar 0% atau tidak ada responden yang memilih. Maka, dengan kata lain banyak responden yang sangat memperoleh kepuasan seperti pada item pernyataan no. 11 yaitu, saya mendapatkan cerita cinta yang lucu.
151
d) No. 12 prosentase terbesar terdapat pada item kebutuhan pada skala setuju dengan besar 50% atau dipilih oleh 10 responden. Sedangkan 35% atau 7 responden memilih item kebutuhan pada skala tidak setuju. Selain itu, sebanyak 15% atau 3 responden memilih item kebutuhan pada skala sangat setuju. Prosentase terkecil terdapat pada item kebutuhan pada skala sangat tidak setuju dengan besar 0% atau tidak ada responden yang memilih. Maka, dengan kata lain setengah dari total responden memperoleh kepuasan seperti pada item pernyataan no. 12 yaitu, saya mendapatkan kesenangan atas penampilan aktor yang cantik dan tampan. e)
No. 13 prosentase terbesar terdapat pada item kebutuhan pada skala setuju dengan besar 45% atau dipilih oleh 9 responden. Sedangkan 35% atau 7 responden memilih item kebutuhan pada skala sangat setuju. Selain itu, sebanyak 20% atau 4 responden memilih item kebutuhan pada skala tidak setuju. Prosentase terkecil terdapat pada item kebutuhan pada skala sangat tidak setuju dengan besar 0% atau tidak ada responden yang memilih. Maka, dengan kata lain banyak responden yang memperoleh kepuasan seperti pada item pernyataan no. 13 yaitu, saya dapat menghilangkan kesepian.
3. Analisis discrepancy gratifications (kesenjangan kepuasan) Discrepancy
Gratifications
merupakan
perbedaan
perolehan
kepuasan yang terjadi antara kepuasan yang diharapkan (Gratification Sought) yang sering juga disebut motif dengan kepuasan yang diperoleh
152
(Gratification Obtained) yang sering juga disebut kepuasan dalam mengonsumsi media tertentu. Dalam penelitian ini kesenjangan kepuasan merupakan perbandingan antara kepuasan yang diharapkan dengan kepuasan yang diperoleh dalam menonton serial Lonceng cinta di ANTV. Responden yang dipilih adalah Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo yang berjumlah 20 orang. Menurut data penelitian yang diperoleh, 20 responden ini telah menyaksikan serial Lonceng Cinta di ANTV. Untuk mengukur kesenjangan kepuasan dari tayangan tersebut digunakan statistic discrepancy Palmgreen dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan : D
: discrepancy / kesenjangan
n
: jumlah sampel
i
: kepuasan yang dicari (GS)
j
: kepuasan yang diperoleh (GO) dimana i ≠ j Rumus discrepancy yang digunakan tersebut akan dioperasionalkan
dengan perhitungan cross tabulation (tabulasi silang), dimana peneliti akan menyilangkan item GS (motif) dengan item GO (kepuasan). Dari tabulasi silang tersebut, peneliti akan mengetahui persentase tingkat kesenjangan kepuasan yang terjadi dengan menghitung jumlah responden
153
yang mengalami ketidaksesuaian antara GS (motif) dengan GO (kepuasan), dimana responden tidak mendapatkan kepuasan seperti yang mereka harapkan. Maka dari itu, peneliti memfokuskan pada perhitungan angka-angka yang menyatakan GS (motif) lebih besar daripada GO (kepuasan), dimana angka-angka tersebut terletak pada kotak di atas garis impas pada tabulasi silang. Sedangkan angka-angka yang menyatakan GS (motif) sama dengan GO (kepuasan) berada pada garis impas, serta angka-angka yang menyatakan GS (motif) lebih kecil daripada GO (kepuasan) berada dibawah garis impas). Besar kecilnya tingkat kesenjangan yang dialami responden menunjukkan
besar
kecilnya
tingkat
kemampuan
media
dalam
memberikan kepuasan dengan berbading terbalik. Dalam arti, jika semakin besar angka kesenjangan, maka semakin kecil kepuasan yang diberikan oleh media kepada responden. Sebaliknya, jika semakin kecil angka kesenjangan maka semakin besar kepuasan yang diberikan oleh media kepada responden. Dalam penelitian ini, besarnya kepuasan yang mampu diberikan oleh serial Lonceng Cinta di ANTV kepada Kelompok Ibu Pegajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo dapat dihitung dengan mengurangi tingkat kepuasan maksimal (ditetapkan 100%) dengan tingkat kesenjangan kepuasan yang dialami responden pada setiap itemnya. Merujuk pada penelitian terdahulu, penetapan batasan kepuasan minimal sebesar 70%. Dengan kata lain, jika responden menyatakan
154
bahwa kepuasan yang diperoleh untuk tiap jenis kebutuhan berkisar antara 70 - 100% atau bila kesenjangan kepuasan berkisar antara 0 - 30%, maka kebutuhan tersebut dianggap terpuaskan. Sedangkan, jika kesenjangan kepuasan menunjukkan persentase diatas 30% berarti tayangan atau media tidak
mampu
memuaskan
responden.
Palmgreen
dan
Rayburn
mengklasifikasikan tingkat kepuasan menjadi 3 golongan, yaitu tingkat kepuasan rendah, tingkat kepuasan sedang, dan tingkat kepuasan tinggi.155 Jadi, besarnya kesenjangan kepuasan yang dialami oleh responden dalam menyaksikan serial Lonceng Cinta di ANTV dijelaskan pada uji kesenjangan di bawah ini : a) Pernyataan No. 1. Saya dapat mengetahui kebudayaan dan kehidupan di India. Tabel 4.15 Tabulasi Silang Antara Gratification Sought (Motif) Dengan Gratification Obtained (Kepuasan) Untuk Item Pernyataan No. 1 Dari Serial Lonceng Cinta Di ANTV Tabel 19 Tabel 4.15 Tabulasi Silang Antara Motif Dengan Kepuasan Untuk Item Pernyataan No. 1 Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV
GO
SS
S
TS
STS
Jumlah
SS
1
1
1
0
3
S
2
6
2
0
10
TS
2
3
0
0
5
STS
0
1
0
1
2
Jumlah
5
11
3
1
20
GS
Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0
155
Gurit Budi Raharjo, loc.cit.
155
𝑛. 𝑖. 𝑗
=4
𝑖≠𝑗
𝑛. 𝑖. 𝑗 𝑖
D
= 20
𝑗 4
= 20 × 100% = 20% Dari perhitungan tabel di atas yang dilanjutkan dengan
perhitungan menggunakan rumus discrepancy diketahui bahwa tingkat kesenjangan kepuasan responden dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV untuk item pernyataan saya dapat mengetahui kebudayaan dan kehidupan di India, menunjukkan kesenjangan dengan besar 20%. Maka tingkat kepuasan responden dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV untuk item pernyataan tersebut termasuk dalam kategori sedang, karena besar kesenjangan kepuasan berada diatas 10% dan dibawah 21%. b) Pernyataan No. 2. Saya mendapatkan bimbingan untuk mengatasi masalah sehari-hari. Maksud dari mendapatkan bimbingan untuk mengatasi seharihari adalah responden memperoleh suatu cara maupun nasihat untuk memecahkan masalah yang terjadi pada kehidupan sehari-hari setelah menonton serial Lonceng Cinta di ANTV. Berikut hasil tabulasi silang dari pernyataan tersebut :
156
Tabel 4.16 Tabulasi Silang Antara Gratification Sought (Motif) Dengan Gratification Obtained (Kepuasan) Untuk Item Pernyataan No. 2 Dari Serial Lonceng Cinta Di ANTV Tabel 20 Tabel 4.16 Tabulasi Silang Antara Motif Dengan Kepuasan Untuk Item Pernyataan No. 2 Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV
GO
SS
S
TS
STS
Jumlah
SS
0
3
0
0
3
S
3
6
1
0
10
TS
1
2
1
0
4
STS
0
2
0
1
3
Jumlah
4
13
2
1
20
GS
Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0 𝑛. 𝑖. 𝑗
=3
𝑖≠𝑗
𝑛. 𝑖. 𝑗 𝑖
D
= 20
𝑗
3
= 20 × 100% = 15% Dari perhitungan tabel di atas yang dilanjutkan dengan
perhitungan menggunakan rumus discrepancy diketahui bahwa tingkat kesenjangan kepuasan responden dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV untuk item pernyataan saya mendapatkan bimbingan untuk mengatasi masalah sehari-hari, menunjukkan kesenjangan dengan besar 15%. Maka tingkat kepuasan responden dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV untuk item pernyataan
157
tersebut termasuk dalam kategori sedang, karena besar kesenjangan kepuasan berada diatas 10% dan dibawah 21%. c) Pernyataan No. 3. Saya dapat mengetahui unsur-unsur perselisihan antar keluarga yang terdapat pada alur cerita serial Lonceng Cinta. Tabel 4.17 Tabulasi Silang Antara Gratification Sought (Motif) Dengan Gratification Obtained (Kepuasan) Untuk Item Pernyataan No. 3 Dari Serial Lonceng Cinta Di ANTV Tabel 21 Tabel 4.17 Tabulasi Silang Antara Motif Dengan Kepuasan Untuk Item Pernyataan No. 3 Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV
GO
SS
S
TS
STS
Jumlah
SS
0
1
1
0
2
S
3
11
2
1
17
TS
0
1
0
0
1
STS
0
0
0
0
0
Jumlah
3
13
3
1
20
GS
Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0 𝑛. 𝑖. 𝑗
=5
𝑖≠𝑗
𝑛. 𝑖. 𝑗 𝑖
D
= 20
𝑗 5
= 20 × 100% = 25% Dari perhitungan tabel di atas yang dilanjutkan dengan
perhitungan menggunakan rumus discrepancy diketahui bahwa tingkat kesenjangan kepuasan responden dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV untuk item pernyataan saya dapat mengetahui unsur-
158
unsur perselisihan antar keluarga yang terdapat pada alur cerita serial Lonceng Cinta, menunjukkan kesenjangan dengan besar 25%. Maka tingkat kepuasan responden dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV untuk item pernyataan tersebut termasuk dalam kategori rendah, karena besar kesenjangan kepuasan berada diatas 20%. d) Pernyataan No. 4. Saya dapat membedakan antara sinetron India dengan sinetron Indonesia. Tabel 4.18 Tabulasi Silang Antara Gratification Sought (Motif) Dengan Gratification Obtained (Kepuasan) Untuk Item Pernyataan No. 4 Dari Serial Lonceng Cinta Di ANTV Tabel 22 Tabel 4.18 Tabulasi Silang Antara Motif Dengan Kepuasan Untuk Item Pernyataan No. 4 Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV
GO
SS
S
TS
STS
Jumlah
SS
0
2
0
0
2
S
6
10
0
0
16
TS
0
1
0
0
1
STS
0
1
0
0
1
Jumlah
6
14
0
0
20
GS
Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0 𝑛. 𝑖. 𝑗
=2
𝑖≠𝑗
𝑛. 𝑖. 𝑗 𝑖
D
= 20
𝑗 2
= 20 × 100% = 10%
159
Dari perhitungan tabel di atas yang dilanjutkan dengan perhitungan menggunakan rumus discrepancy diketahui bahwa tingkat kesenjangan kepuasan responden dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV untuk item pernyataan saya dapat membedakan antara sinetron India dengan sinetron Indonesia, menunjukkan kesenjangan dengan besar 10%. Maka tingkat kepuasan responden dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV untuk item pernyataan tersebut termasuk dalam kategori tingggi, karena besar kesenjangan kepuasan berada dibawah 11%. e) Pernyataan No. 5. Saya mendapatkan contoh sosok tauladan yang dapat ditiru. Tabel 4.19 Tabulasi Silang Antara Gratification Sought (Motif) Dengan Gratification Obtained (Kepuasan) Untuk Item Pernyataan No. 5 Dari Serial Lonceng Cinta Di ANTV Tabel 23 Tabel 4.19 Tabulasi Silang Antara Motif Dengan Kepuasan Untuk Item Pernyataan No. 5 Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV
GO
SS
S
TS
STS
Jumlah
SS
2
2
0
0
4
S
1
13
0
0
14
TS
0
0
1
0
1
STS
0
1
0
0
1
Jumlah
3
16
1
0
20
GS
Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0 𝑛. 𝑖. 𝑗 𝑖≠𝑗
=2
160
𝑛. 𝑖. 𝑗 𝑖
= 20
𝑗 2
= 20 × 100%
D
= 10% Dari perhitungan tabel di atas yang dilanjutkan dengan perhitungan menggunakan rumus discrepancy diketahui bahwa tingkat kesenjangan kepuasan responden dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV untuk item pernyataan saya mendapatkan contoh sosok tauladan yang dapat ditiru, menunjukkan kesenjangan dengan besar 10%. Maka tingkat kepuasan responden dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV untuk item pernyataan tersebut termasuk dalam kategori tingggi, karena besar kesenjangan kepuasan berada dibawah 11%. f)
Pernyataan No. 6. Saya mendapatkan model perilaku yang dapat ditiru dalam kehidupan sehari-hari. Tabel 4.20 Tabulasi Silang Antara Gratification Sought (Motif) Dengan Gratification Obtained (Kepuasan) Untuk Item Pernyataan No. 6 Dari Serial Lonceng Cinta Di ANTV
Tabel 24 Tabel 4.20 Tabulasi Silang Antara Motif Dengan Kepuasan Untuk Item Pernyataan No. 6 Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV
GO
SS
S
TS
STS
Jumlah
SS
3
0
0
0
3
S
6
3
0
0
9
TS
4
3
1
0
8
STS
0
0
0
0
0
GS
161
Jumlah
13
6
1
0
20
Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0 𝑛. 𝑖. 𝑗
=0
𝑖≠𝑗
𝑛. 𝑖. 𝑗 𝑖
D
= 20
𝑗 0
= 20 × 100% = 0% Dari perhitungan tabel di atas yang dilanjutkan dengan
perhitungan menggunakan rumus discrepancy diketahui bahwa tingkat kesenjangan kepuasan responden dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV untuk item pernyataan saya mendapatkan model perilaku yang dapat ditiru dalam kehidupan sehari-hari, menunjukkan kesenjangan dengan besar 0%. Maka tingkat kepuasan responden dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV untuk item pernyataan tersebut termasuk dalam kategori tingggi, karena besar kesenjangan kepuasan berada dibawah 11%. g) Pernyataan No. 7. Saya menemukan bahan percakapan dengan orang lain.
162
Tabel 4.21 Tabulasi Silang Antara Gratification Sought (Motif) Dengan Gratification Obtained (Kepuasan) Untuk Item Pernyataan No. 7 Dari Serial Lonceng Cinta Di ANTV Tabel 25 Tabel 4.21 Tabulasi Silang Antara Motif Dengan Kepuasan Untuk Item Pernyataan No. 7 Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV
GO
SS
S
TS
STS
Jumlah
SS
3
3
0
0
6
S
4
5
4
0
13
TS
1
0
0
0
1
STS
0
0
0
0
0
Jumlah
8
8
4
0
20
GS
Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0 𝑛. 𝑖. 𝑗
=7
𝑖≠𝑗
𝑛. 𝑖. 𝑗 𝑖
D
= 20
𝑗 7
= 20 × 100% = 35% Dari perhitungan tabel di atas yang dilanjutkan dengan
perhitungan menggunakan rumus discrepancy diketahui bahwa tingkat kesenjangan kepuasan responden dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV untuk item pernyataan saya menemukan bahan percakapan dengan orang lain, menunjukkan kesenjangan dengan besar 35%. Sehingga serial Lonceng Cinta di ANTV untuk item pernyataan tersebut tidak mampu memuaskan responden, karena besar kesenjangan kepuasan berada diatas 30% atau banyak responden
163
dimana nilai kepuasan yang diperoleh lebih kecil daripada nilai kepuasan yang diharapkan. h) Pernyataan No. 8. Saya dapat dekat atau akrap dengan orang lain. Tabel 4.22 Tabulasi Silang Antara Gratification Sought (Motif) Dengan Gratification Obtained (Kepuasan) Untuk Item Pernyataan No. 8 Dari Serial Lonceng Cinta Di ANTV Tabel 26 Tabel 4.22 Tabulasi Silang Antara Motif Dengan Kepuasan Untuk Item Pernyataan No. 8 Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV
GO
SS
S
TS
STS
Jumlah
SS
0
2
0
0
2
S
4
7
2
0
13
TS
1
2
1
0
4
STS
0
1
0
0
1
Jumlah
5
12
3
0
20
GS
Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0 𝑛. 𝑖. 𝑗
=4
𝑖≠𝑗
𝑛. 𝑖. 𝑗 𝑖
D
= 20
𝑗 4
= 20 × 100% = 20% Dari perhitungan tabel di atas yang dilanjutkan dengan
perhitungan menggunakan rumus discrepancy diketahui bahwa tingkat kesenjangan kepuasan responden dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV untuk item pernyataan saya dapat dekat atau akrap dengan orang lain, menunjukkan kesenjangan dengan besar 20%.
164
Maka tingkat kepuasan responden dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV untuk item pernyataan tersebut termasuk dalam kategori sedang, karena besar kesenjangan kepuasan berada diatas 10% dan dibawah 21%. i)
Pernyataan No. 9. Saya dapat melepaskan diri dari rutinitas atau masalah sehari-hari. Tabel 4.23 Tabulasi Silang Antara Gratification Sought (Motif) Dengan Gratification Obtained (Kepuasan) Untuk Item Pernyataan No. 9 Dari Serial Lonceng Cinta Di ANTV
Tabel 27 Tabel 4.23 Tabulasi Silang Antara Motif Dengan Kepuasan Untuk Item Pernyataan No. 9 Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV
GO
SS
S
TS
STS
Jumlah
SS
3
3
1
0
7
S
4
2
4
0
10
TS
1
1
1
0
3
STS
0
0
0
0
0
Jumlah
8
6
6
0
20
GS
Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0 𝑛. 𝑖. 𝑗
=8
𝑖≠𝑗
𝑛. 𝑖. 𝑗 𝑖
D
= 20
𝑗 8
= 20 × 100% = 40% Dari perhitungan tabel di atas yang dilanjutkan dengan
perhitungan menggunakan rumus discrepancy diketahui bahwa tingkat
165
kesenjangan kepuasan responden dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV untuk item pernyataan saya dapat melepaskan diri dari rutinitas atau masalah sehari-hari, menunjukkan kesenjangan dengan besar 40%. Sehingga serial Lonceng Cinta di ANTV untuk item pernyataan tersebut tidak mampu memuaskan responden, karena besar kesenjangan kepuasan berada diatas 30% atau banyak responden dimana nilai kepuasan yang diperoleh lebih kecil daripada nilai kepuasan yang diharapkan. j)
Pernyataan No. 10. Saya dapat mengisi waktu luang. Tabel 4.24 Tabulasi Silang Antara Gratification Sought (Motif) Dengan Gratification Obtained (Kepuasan) Untuk Item Pernyataan No. 10 Dari Serial Lonceng Cinta Di ANTV
Tabel 28 Tabel 4.24 Tabulasi Silang Antara Motif Dengan Kepuasan Untuk Item Pernyataan No. 10 Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV
GO
SS
S
TS
STS
Jumlah
SS
7
2
0
0
9
S
7
4
0
0
11
TS
0
0
0
0
0
STS
0
0
0
0
0
Jumlah
14
6
0
0
20
GS
Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0 𝑛. 𝑖. 𝑗
=2
𝑖≠𝑗
𝑛. 𝑖. 𝑗 𝑖
𝑗
= 20
166
2
= 20 × 100%
D
= 10% Dari perhitungan tabel di atas yang dilanjutkan dengan perhitungan menggunakan rumus discrepancy diketahui bahwa tingkat kesenjangan kepuasan responden dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV untuk item pernyataan saya dapat mengisi waktu luang, menunjukkan kesenjangan dengan besar 10%. Maka tingkat kepuasan responden dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV untuk item pernyataan tersebut termasuk dalam kategori tinggi, karena besar kesenjangan kepuasan berada dibawah 11%. k) Pernyataan No. 11. Saya mendapatkan cerita cinta yang lucu. Tabel 4.25 Tabulasi Silang Antara Gratification Sought (Motif) Dengan Gratification Obtained (Kepuasan) Untuk Item Pernyataan No. 11 Dari Serial Lonceng Cinta Di ANTV Tabel 29 Tabel 4.25 Tabulasi Silang Antara Motif Dengan Kepuasan Untuk Item Pernyataan No. 11 Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV
GO
SS
S
TS
STS
Jumlah
SS
6
1
1
0
8
S
5
5
0
0
10
TS
1
0
1
0
2
STS
0
0
0
0
0
Jumlah
12
6
2
0
20
GS
Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0 𝑛. 𝑖. 𝑗 𝑖≠𝑗
=2
167
𝑛. 𝑖. 𝑗 𝑖
= 20
𝑗 2
= 20 × 100%
D
= 10% Dari perhitungan tabel di atas yang dilanjutkan dengan perhitungan menggunakan rumus discrepancy diketahui bahwa tingkat kesenjangan kepuasan responden dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV untuk item pernyataan saya mendapatkan cerita cinta yang lucu, menunjukkan kesenjangan dengan besar 10%. Maka tingkat kepuasan responden dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV untuk item pernyataan tersebut termasuk dalam kategori tingggi, karena besar kesenjangan kepuasan berada dibawah 11%. l)
Pernyataan No. 12. Saya mendapatkan kesenangan atas penampilan aktor yang cantik dan tampan. Tabel 4.26 Tabulasi Silang Antara Gratification Sought (Motif) Dengan Gratification Obtained (Kepuasan) Untuk Item Pernyataan No. 12 Dari Serial Lonceng Cinta Di ANTV
Tabel 30 Tabel 4.26 Tabulasi Silang Antara Motif Dengan Kepuasan Untuk Item Pernyataan No. 12 Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV
GO
SS
S
TS
STS
Jumlah
SS
0
0
0
0
0
S
3
7
2
0
12
TS
0
2
5
0
7
STS
0
1
0
0
1
Jumlah
3
10
7
0
20
GS
Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0
168
𝑛. 𝑖. 𝑗
=2
𝑖≠𝑗
𝑛. 𝑖. 𝑗 𝑖
= 20
𝑗 2
= 20 × 100%
D
= 10% Dari perhitungan tabel di atas yang dilanjutkan dengan perhitungan menggunakan rumus discrepancy diketahui bahwa tingkat kesenjangan kepuasan responden dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV untuk item pernyataan saya mendapatkan kesenangan atas penampilan aktor yang cantik dan tampan, menunjukkan kesenjangan dengan besar 10%. Maka tingkat kepuasan responden dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV untuk item pernyataan tersebut termasuk dalam kategori tingggi, karena besar kesenjangan kepuasan berada dibawah 11%. m) Pernyataan No. 13. Saya dapat menghilangkan kesepian. Tabel 4.27 Tabulasi Silang Antara Gratification Sought (Motif) Dengan Gratification Obtained (Kepuasan) Untuk Item Pernyataan No. 13 Dari Serial Lonceng Cinta Di ANTV Tabel 31 Tabel 4.27 Tabulasi Silang Antara Motif Dengan Kepuasan Untuk Item Pernyataan No. 13 Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV
GO
SS
S
TS
STS
Jumlah
SS
1
2
0
0
3
S
6
6
3
0
15
TS
0
1
1
0
2
STS
0
0
0
0
0
GS
169
Jumlah
7
9
4
0
20
Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0 𝑛. 𝑖. 𝑗
=5
𝑖≠𝑗
𝑛. 𝑖. 𝑗 𝑖
= 20
𝑗 5
= 20 × 100%
D
= 25% Dari perhitungan tabel di atas yang dilanjutkan dengan perhitungan menggunakan rumus discrepancy diketahui bahwa tingkat kesenjangan kepuasan responden dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV untuk item pernyataan saya dapat menghilangkan kesepian, menunjukkan kesenjangan dengan besar 25%. Maka tingkat kepuasan responden dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV untuk item pernyataan tersebut termasuk dalam kategori rendah, karena besar kesenjangan kepuasan berada diatas 20%
D. Pengujian Persyaratan Analisis 1.
Uji Validitas Berdasarkan hasil olah data melalui software SPSS 16.0, didapatkan hasil uji validitas pada variabel motif dan variabel kepuasan sebagaimana dijelaskan dalam tabel 4.28 dan tabel 4.29 di bawah ini :
170
Tabel 4.28 Hasil Perhitungan Uji Validitas Variabel Motif Tabel 32 Tabel 4.28 Hasil Perhitungan Uji Validitas Variabel Motif
No.
Pernyataan
1.
Saya ingin mengetahui kebudayaan dan kehidupan di India Saya ingin mendapatkan bimbingan untuk mengatasi masalah sehari-hari
2.
3.
Saya ingin mengetahui tentang unsur-unsur perselisihan antar keluarga yang terdapat pada alur cerita serial Lonceng Cinta
r r Hasil Hitung Tabel Instrumen 0,658
0,444
Valid
0,663
0,444
Valid
0.492
0,444
Valid
4.
Saya ingin membedakan antara sinetron India dengan sinetron 0.470 0,444 Indonesia 5. Saya ingin mendapatkan contoh 0,718 0,444 sosok tauladan yang dapat ditiru 6. Saya ingin mencari model perilaku yang dapat ditiru dalam 0,510 0,444 kehidupan sehari-hari 7. Saya ingin menemukan bahan 0,507 0,444 percakapan dengan orang lain 8. Saya ingin dekat atau akrap 0,672 0,444 dengan orang lain 9. Saya ingin melepaskan diri dari 0,565 0,444 rutinitas atau masalah sehari-hari 10. Saya ingin mengisi waktu luang 0,505 0,444 11. Saya ingin mendapatkan cerita 0,558 0,444 cinta yang lucu 12. Saya ingin mendapatkan kesenangan atas penampilan aktor 0,646 0,444 yang cantik dan tampan 13. Saya ingin menghilangkan 0,547 0,444 kesepian Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
171
Tabel 4.29 Hasil Perhitungan Uji Validitas Variabel Kepuasan Tabel 33 Tabel 4.29 Hasil Perhitungan Uji Validitas Variabel Kepuasan
No.
Pernyataan
r r Hasil Hitung Tabel Instrumen
1.
Saya dapat mengetahui kebudayaan dan kehidupan di 0,529 0,444 India 2. Saya mendapatkan bimbingan untuk mengatasi masalah sehari- 0,452 0,444 hari 3. Saya dapat mengetahui tentang unsur-unsur perselisihan antar 0.669 0,444 keluarga yang terdapat pada alur cerita serial Lonceng Cinta 4. Saya dapat membedakan antara sinetron India dengan sinetron 0.530 0,444 Indonesia 5. Saya mendapatkan contoh sosok 0,552 0,444 tauladan yang dapat ditiru 6. Saya mendapatkan model perilaku yang dapat ditiru dalam 0,456 0,444 kehidupan sehari-hari 7. Saya menemukan bahan 0,617 0,444 percakapan dengan orang lain 8. Saya dapat dekat atau akrap 0,546 0,444 dengan orang lain 9. Saya dapat melepaskan diri dari 0,663 0,444 rutinitas atau masalah sehari-hari 10. Saya dapat mengisi waktu luang 0,495 0,444 11. Saya mendapatkan cerita cinta 0,693 0,444 yang lucu 12. Saya mendapatkan kesenangan atas penampilan aktor yang cantik 0,645 0,444 dan tampan 13. Saya dapat menghilangkan 0,793 0,444 kesepian Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0
Valid
Valid
Valid
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Berdasarkan tabel 4.28 dan tabel 2.29 di atas, terlihat bahwa terdapat 13 pernyataan dari masing-masing tabel yang disebarkan kepada 20 responden yang diketahui kevaliditasannya. Dalam penelitian ini, yang menjadi responden adalah Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur
172
RT 23 / RW 05 Jatimulyo. Sebuah pernyataan dikatakan valid jika r hitung > r tabel. Nilai r tabel dapat dilihat pada α = 5% dan db = n-2. Karena sampel yang digunakan dalam penelitian ini jumlahnya 20 orang maka db = 18. Jadi diperoleh nilai r tabel sebesar 0,444. Maka dari itu, hasil dari uji validitas menyatakan bahwa seluruh item pernyataan dalam variabel motif dan variabel kepuasan yang jika digabungkan menjadi 26 pernyataan dikatakan valid.
2.
Uji Reliabilitas Berdasarkan hasil olah data melalui software SPSS 16.0, didapatkan hasil uji reliabilitas pada kuesioner untuk variabel motif dan variabel kepuasan sebagaimana dijelaskan dalam tabel 4.30 dan tabel 4.31 di bawah ini Tabel 4.30 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Variabel Motif
Tabel 34 Tabel 4.30 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Motif
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .832
13
Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0
Tabel 4.31 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Variabel Kepuasan Tabel 35 Tabel 4.31 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kepuasan
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .840
13
Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0
173
Berdasarkan tabel 4.30 dan tabel 2.31 di atas, terlihat bahwa diperoleh nilai alpha (α) pada kuesioner atau butir pernyataan untuk variabel motif sebesar 0,832 dan 0,840 untuk variabel kepuasan. Maka dapat disimpulkan bahwa butir pernyataan yang terdapat pada kuesioner untuk variabel motif dan variabel kepuasan adalah reliable, karena nilai alpha cronbach‟s tersebut lebih besar dari 0,6.
3.
Uji Normalitas Berdasarkan hasil olah data melalui software SPSS 16.0, didapatkan hasil uji normalitas sebagaimana dijelaskan dalam tabel 4.32 di bawah ini : Tabel 4.32 Hasil Perhitungan Uji Normalitas
Tabel 36 Tabel 4.32 Hasil Perhitungan Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
20
Normal Parametersa
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Absolute
.0000000 4.82878478 .141
Positive
.141
Negative
-.110
Kolmogorov-Smirnov Z
.630
Asymp. Sig. (2-tailed)
.822
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0 Berdasarkan tabel 4.32 di atas, pada kolom KolmogorovSmirmov diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,822. Maka, distribusi data dapat dikatakan normal, karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Adapun histogram dari hasil uji normalitas sebagaimana grafik 4.7 di bawah ini :
174
Grafik 4.7 Histogram Normalitas Dengan SPSS
Grafik 7 Grafik 4.7 Histogram Normalitas Dengan SPSS
Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0 Histogram di atas membentuk kurva normal, yang ditunjukkan dengan sebagian besar batang berada di bawah kurva. Artinya, variabel dikatakan berdistribusi normal. Sementara Normal PP Plots dari hasil uji normalitas data sebagaimana tergambar pada gambar di bawah ini :
Gambar 2 Gambar 4.2 Normal PP Plot Dengan SPSS
Gambar 4.2 Normal PP Plot Dengan SPSS
175
Berdasarkan pada gambar 4.2 di atas, menjelaskan bahwa titiktitik atau plot-plot mengikuti garis fit line atau berada pada perpotongan garis absis dan ordinat sehingga hampir membentuk garis lurus. Kondisi ini membawa kesimpulan bahwa data berdistribusi normal.
4.
Uji Homogenitas Berdasarkan hasil olah data melalui software SPSS 16.0, didapatkan hasil uji homogenitas sebagaimana dijelaskan dalam tabel 4.33 di bawah ini : Tabel 4.33 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas
Tabel 37 Tabel 4.33 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances Jawaban Responden Levene Statistic .317
df1
df2 1
Sig. 38
.577
Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0 Berdasarkan tabel 4.33 di atas, diketahui bahwa diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,577. Pada perhitungan tersebut menggunakan nilai α sebesar 0,05. Maka, dapat disimpulkan bahwa distribusi data adalah homogen, karena hasil signifikansi adalah 0,577 > 0,05 atau dengan kata lain hasil signifikansi lebih besar dari 0,05.
E. Pengujian Hipotesis Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan hipotesis operasional sebagai berikut :
176
Ha : Mean skor GS (motif) lebih besar daripada mean skor GO (kepuasan) atau mean skor GS (motif) lebih kecil daripada mean skor GO (kepuasan), maka terjadi kesenjangan kepuasan. Ho : Mean skor GS (motif) sama dengan mean skor GO (kepuasan), maka tidak terjadi kesenjangan kepuasan karena jumlah kebutuhan yang diinginkan semuanya terpenuhi. Dari hipotesis tersebut peneliti menggunakan uji hipotesis dengan melakukan uji korelasi untuk melihat rata-rata skor yang diperoh dari variabel motif dan variabel kepuasan pada Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV. Dalam uji korelasi, nilai koefisien korelasi berada di antara -1 dan 1 (r = -1 ≤ 0 ≤ 1). Terdapat juga tingkat korelasi dan kekuatan hubungan sebagaimana dijelaskan pada tabel dibawah ini :156 Tabel 4.34 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan Tabel 38 Tabel 4.34 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan
No. 1. 2. 3. 4. 5.
Nilai Korelasi (r) Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat lemah 0,20 – 0,399 Lemah 0,40 – 0,599 Cukup 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 0,100 Sangat kuat Sumber : Hasil olah data sekunder
Selain itu, bentuk arah hubungan pada nilai koefisien korelasi dinyatakan dalam bentuk positif (+) dan negatif (-). Jika koefisien korelasi positif, maka terjadi hubungan searah variabel X dan variabel Y, yaitu bila variabel Y naik, maka variabel Y juga naik. Sedangkan jika koefisien korelasi 156
Syofian Siregar, op.cit., h. 251.
177
negatif, maka terjadi hubungan bertolak belakang antara variabel X dan variabel Y, yaitu bila variabel X naik, maka variabel Y turun. Berikut ini adalah hasil olah data uji korelasi melalui software SPSS 16.0 sebagaimana dijelaskan dalam tabel 4.35 di bawah ini : Tabel 4.35 Hasil Uji Korelasi Dengan SPSS Tabel 39 Tabel 4.35 Hasil Uji Korelasi Dengan SPSS
Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
Motif
38.75
4.951
20
Kepuasan
41.45
5.135
20
Correlations Motif Motif
Pearson Correlation
Kepuasan 1
Sig. (2-tailed) N Kepuasan
.340 .142
20
20
Pearson Correlation
.340
1
Sig. (2-tailed)
.142
N
20
20
Sumber : Hasil olah data primer melalui SPSS versi 16.0 Berdasarkan tabel 4.35 diatas, dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi yang diperoleh sebesar 0,340. Dalam arti, nilai koefisien korelasi tersebut memiliki tingkat hubungan yang lemah dengan bentuk arah hubungan yang positif, maka terjadi hubungan searah variabel X dan variabel Y, yaitu bila variabel Y naik, maka variabel Y juga naik. Selain itu, pada tabel tersebut juga diperoleh hasil rata-rata untuk variabel motif sebesar 38,75. Sedangkan hasil rata-rata untuk variabel kepuasan sebesar 41,45. Jadi, terdapat selisih nilai sebesar 2,7. Maka, dari
178
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, karena hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara hasil rata-rata variabel motif dengan hasil rata-rata variabel kepuasan. Sehingga dapat dikatakan pula bahwa terjadi kesenjangan kepuasan dengan hasil rata-rata GS (motif) lebih kecil daripada rata-rata GO (kepuasan) dengan selisih nilai yang rendah. Karena nilai koefisien korelasi tersebut memiliki tingkat hubungan yang lemah. Meskipun demikian, serial Lonceng Cinta di ANTV tetap memberi kepuasan lebih kepada Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo.
F. Pembahasan Berdasarkan analisis data penelitian di atas, menjelaskan bahwa terdapat kesenjangan kepuasan yang terjadi pada Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur Jatimulyo dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV. Hasil kesenjangan kepuasan yag terjadi adalah kebutuhan yang diperoleh kelompok ibu pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo lebih banyak dibandingkan dengan kebutuhan yang diinginkan. Dengan kata lain, nilai rata-rata skor GS (motif) lebih kecil daripada nilai rata-rata skor GO (kepuasan), yaitu sebesar 38,75 untuk nilai rata-rata skor variabel motif dan 41,45 untuk nilai rata-rata skor variabel kepuasan. Walaupun terdapat perbedaan perolehan nilai rata-rata yang rendah, serial Lonceng Cinta di ANTV tetap memberi kepuasan lebih kepada Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo.
179
Adapun pembagian indikator dalam varabel motif dan variabel kepuasan, seperti yang diungkapkan oleh Denis McQuail, yaitu motif informasi, motif identitas pribadi, motif integrasi dan interaksi sosial, serta motif hiburan. Sedangkan untuk indikator kepuasan pun juga sama, yaitu terdapat kepuasan informasi, kepuasan indentitas pribadi, kepuasa integrasi dan interaksi sosial, serta kepuasan hiburan.157 Setelah dilakukan analisis kesenjangan kepuasan, diperoleh tingkat kepuasan yang terjadi. Seperti yang diungkapkan oleh Palmgreen dan Rayburn, bahwa pengklasifikasian tingkat kepuasan ini dibagi menjadi 3 golongan, yaitu tingkat kepuasan yang tergolong rendah dengan presentase kesenjangan kepuasan sebesar 21% - 30%, tingkat kepuasan yang tergolong sedang dengan presentase kesenjangan kepuasan sebesar 11% - 20%, dan tingkat kepuasan yang tergolong tinggi dengan presentase kesenjangan kepuasan sebesar 0% - 10%. Berdasarkan pengklasifikasian tingkat kepuasan diatas, ditemukan tingkat kepuasan yang terjadi pada Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV, berikut penjelasannya :
157
Denis McQuail, loc.cit.
180
1.
Tingkat Kesenjangan Kepuasan dan Pemenuhan Motif Informasi Tabel 4.36 Tingkat Kesenjangan Kepuasan dan Pemenuhan Motif Informasi Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV
Tabel 40 Tabel 4.36 Tingkat Kesenjangan Kepuasan dan Pemenuhan Motif Informasi Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV
No. 1.
Item Kebutuhan K (%) Saya dapat mengetahui kebudayaan dan kehidupan di 20% India 2. Saya mendapatkan bimbingan untuk mengatasi masalah sehari15% hari 3. Saya dapat mengetahui unsurunsur perselisihan antar keluarga 25% yang terdapat pada alur cerita serial Lonceng Cinta 4. Saya dapat membedakan antara sinetron India dengan sinetron 10% Indonesia. Sumber : Hasil analisis kesenjangan kepuasan Keterangan :
P (%) Kategori 80%
Sedang
85%
Sedang
75%
Rendah
90%
Tinggi
K = Kesenjangan kepuasan P = Pemenuhan kebutuhan
Berdasarkan tabel 4.36 di atas, dapat diketahui akan motif informasi dari serial Lonceng Cinta di ANTV yang telah memenuhi kebutuhan responden. Terdapat 4 item kebutuhan akan motif informasi yang telah terpenuhi kebutuhannya, dengan prosentase kesenjangan terkecil terletak pada item saya dapat membedakan antara sinetron India dengan sinetron Indonesia yaitu sebesar 10% (tingkat pemenuhan 90%) dengan kategori tingkat kepuasan yang tinggi. Maka, dapat diambil kesimpulan bahwa serial Lonceng Cinta di ANTV memberikan kepuasan tertinggi kepada responden pada item saya dapat membedakan antara sinetron India dengan sinetron Indonesia.
181
Melihat kondisi diatas, dengan tingkat pendidikan terakhir yang cukup yaitu mayoritas SMA dan SMP, responden dapat menganalisis sebuah tayangan serial Lonceng Cinta ini, dengan bukti mereka berhasil membedakan antara sinetron India dengan sinetron Indonesia. Tidak hanya itu, responden juga dapat mengambil hal-hal positif yang terdapat pada serial Lonceng Cinta di ANTV, yaitu seperti dapat mengetahui kebudayaan dan kehidupan yang terdapat di India, mendapatkan bimbingan untuk mengatasi masalah sehari-hari, dan dapat mengetahui unsur-usur perselisihan antar keluarga yang terdapat pada serial tersebut. Dari hal-hal positif yang dapat diambil oleh responden, maka dapat dikatakan bahwa responden dapat menyaring informasi yang diberikan oleh tayangan serial Lonceng Cinta dan tidak mudah terpengaruh dengan hal yang buruk pada serial tersebut. 2.
Tingkat Kesenjangan Kepuasan dan Pemenuhan Motif Identitas Pribadi Tabel 4.37 Tingkat Kesenjangan Kepuasan dan Pemenuhan Motif Identitas Pribadi Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV
Tabel 41 Tabel 4.37 Tingkat Kesenjangan Kepuasan dan Pemenuhan Motif Identitas Pribadi Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV
No. 1.
Item Kebutuhan K (%) Saya mendapatkan sosok tauladan 10% yang dapat ditiru 2. Saya mendapatkan model perilaku yang dapat ditiru dalam 0% kehidupan sehari-hari Sumber : Hasil analisis kesenjangan kepuasan Keterangan :
K = Kesenjangan kepuasan P = Pemenuhan kebutuhan
P (%) Kategori 90%
Tinggi
100%
Tinggi
182
Berdasarkan tabel 4.37 di atas, dapat diketahui akan motif identitas pribadi dari serial Lonceng Cinta di ANTV yang telah memenuhi kebutuhan responden. Terdapat 2 item kebutuhan akan motif identitas pribadi yang telah terpenuhi kebutuhannya, dengan prosentase kesenjangan terkecil terletak pada item saya mendapatkan model perilaku yang dapat ditiru dalam kehidupan sehari-hari yaitu sebesar 0% (tingkat pemenuhan 100%) dengan kategori tingkat kepuasan yang tinggi. Selain itu, responden juga mendapat tingkat kepuasan yang tinggi pada item saya mendapatkan sosok tauladan yang dapat ditiru dengan prosentase kesenjangan sebesar 10% (tingkat pemenuhan 90%). Melihat kondisi di atas, selain mempunyai alur cerita yang menceritakan tentang permusuhan antar anggota keluarga, serial Lonceng Cinta di ANTV ini juga mempunyai aktor yang baik atau bijaksana sehingga responden memperoleh model perilaku yang dapat dicontoh dalam kehidupan sehari-hari. Responden juga menyukai aktor yang berperilakuan baik, sehingga dalam menonton serial Lonceng Cinta tersebut, responden mencari sosok tauladan yang dapat ditiru. Dari kebutuhan yang dicari dan mendapatkan pemenuhan kebutuhan yang terpuaskan, responden yang merupakan Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo merupakan khalayak yang menganggap apa yang disuguhkan pada serial Lonceng Cinta sebagai aktifitas atau kehidupan yang sebenarnya terjadi di dunia nyata atau dilingkungan mereka dan bukan hasil dari konstruksi media.
183
Sehingga mereka menerapkan hal-hal baik dari tayangan serial Lonceng Cinta di ANTV yang dapat dilakukan untuk diri mereka. Dari peristiwa tersebut, bisa juga dikatakan bahwa dalam Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo terjadi hyperreality. 3.
Tingkat Kesenjangan Kepuasan dan Pemenuhan Motif Integrasi dan Interaksi Sosial Tabel 4.38 Tingkat Kesenjangan Kepuasan dan Pemenuhan Motif Integrasi dan Interaksi Sosial Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV
Tabel 42 Tabel 4.38 Tingkat Kesenjangan Kepuasan dan Pemenuhan Motif Integrasi dan Interaksi Sosial Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV
No. 1.
Item Kebutuhan K (%) Saya menemukan bahan percakan 35% dengan orang lain 2. Saya dapat dekat atau akrap 20% dengan orang lain Sumber : Hasil analisis kesenjangan kepuasan Keterangan :
P (%) 65% 80%
Kategori Tidak terpuaskan Sedang
K = Kesenjangan kepuasan P = Pemenuhan kebutuhan
Berdasarkan tabel 4.38 di atas, terdapat 2 item kebutuhan akan motif integrasi dan interaksi sosial dari serial Lonceng Cinta di ANTV yang diketahui tingkat kepuasannya. Dari 2 item kebutuhan tersebut, hanya 1 item kebutuhan yang telah terpenuhi kepuasannya, yaitu pada item saya dapat dekat atau akrap dengan orang lain, dengan prosentase kesenjangan sebesar 20% (tingkat pemenuhan 80%) dan masuk pada kategori tingkat kepuasan yang sedang. Sedangkan pada item saya menemukan bahan percakan dengan orang lain, responden tidak terpenuhi kepuasannya karena item tersebut memperoleh prosentase kesenjangan diatas 30% yaitu sebesar 35% (tingkat pemenuhan 65%).
184
Melihat kondisi di atas, dapat disimpulkan responden memiliki tingkat integrasi dan interaksi sosial yang tinggi. Mereka menonton serial Lonceng Cinta di ANTV dengan harapan yang tinggi agar dapat dekat dengan orang lain dan menemukan bahan pembicaraan dengan orang lain. Akan tetapi responden tidak merasa terpuaskan jika mereka mendapatkan bahan pembicaraan dengan orang lain tentang serial tersebut. Hal tersebut bisa dikarenakan, responden dalam kehidupan sehari-hari mempunyai kesibukan dan pekerjaan yang bereda-beda dan tidak selalu berkumpul atau bertemu dengan anggota Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo. Mayorita responden mempunyai pekerjaan sebagai pedagang makanan dan karyawan swasta. Sehingga, besar kemungkinan mereka bertemu dengan orang lain yang tidak mengetahui tentang serial Lonceng Cinta dan tidak bisa menjadikan serial tersebut menjadi bahan pembicaraan. Meskipun demikian, berhubung lingkungan tempat responden tinggal yang berdekatan dengan responden lainnya yang juga merupakan Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo, mereka merasa terpuasakan jika mereka dapat dekat atau akrap dengan orang lain walapun tingkat kepuasannya tergolong sedang. Hal tersebut dikarenakan, sebagian besar responden yang berada pada lingkungan yang sama merupakan penggemar dari serial Lonceng Cinta, yaitu sebanyak 12 responden yang menonton serial Lonceng Cinta di ANTV
185
setiap harinya. Dengan dikelilingi orang-orang yang mempunyai kegemaran yang sama, maka responden bisa dekat dan akrap dengan orang-orang tersebut. 4.
Tingkat Kesenjangan Kepuasan dan Pemenuhan Motif Hiburan Tabel 4.39 Tingkat Kesenjangan Kepuasan dan Pemenuhan Motif Hiburan Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV
Tabel 43 Tabel 4.39 Tingkat Kesenjangan Kepuasan dan Pemenuhan Motif Hiburan Dari Serial Lonceng Cinta di ANTV
No. 1.
Item Kebutuhan K (%) Saya dapat melepaskan diri dari 40% rutinitas atau masalah sehari-hari 2. Saya dapat mengisi waktu luang 10% 3. Saya mendapatkan cerita cinta 10% yang lucu 4. Saya mendapatkan kesenangan atas penampilan aktor yang cantik 10% dan tampan 5. Saya dapat menghilangkan 25% kesepian Sumber : Hasil analisis kesenjangan kepuasan Keterangan :
P (%)
90%
Kategori Tidak terpuaskan Tinggi
90%
Tinggi
90%
Tinggi
75%
Rendah
60%
K = Kesenjangan kepuasan P = Pemenuhan kebutuhan
Berdasarkan tabel 4.39 di atas, Terdapat 5 item kebutuhan akan motif hiburan yang telah diketahui tingkat kepuasannya. Dari kelima item tersebut terdapat 1 item kebutuhan yang tidak terpenuhi kepuasannya, yaitu pada item saya dapat melepaskan diri dari rutinitas atau masalah sehari-hari dengan prosentase kesenjangan diatas 30% yaitu sebesar 40% (tingkat pemenuhan 60%). Hal tersebut disebabkan karena tingginya harapan responden dalam mencari hiburan untuk melepaskan diri dari rutinitas atau masalah sehari-hari yang tidak sebanding dengan apa yang diperoleh dari
186
tayangan serial Lonceng Cinta di ANTV. Serial Lonceng Cinta pada setiap episodenya tidak selalu menghadirkan alur cerita yang lucu, terkadang satu episode hanya menghadirkan cerita perelisihan antar anggota keluarga yang menegangkan. Sehingga responden tidak meresa terpuaskan dalam memperoleh hiburan untuk melepaskan diri dari rutinitas atau masalah sehari-hari. Meskipun demikian, terdapat 4 item kebutuhan yang terpenuhi kepuasannya. Diantaranya terdapat 3 item kebutuhan yang memperoleh prosentase kesenjangan yang sama yaitu masing-masing memperoleh prosentase kesenjangan sebesar 10% (tingkat pemenuhan 60%) dengan tingkat kepuasan yang tinggi, yaitu pada item saya dapat mengisi waktu luang, saya mendapatkan cerita cerita yang lucu, dan saya mendapatkan kesenangan atas penampilan aktor yang cantik dan tampan. Sedangkan pada item saya dapat menghilangkan kesepian memperoleh prosentase kesenjangan sebesar 25% (tingkat pemenuhan 75%) dengan kategori tingkat kepuasan yang rendah. Melihat kondisi tersebut, serial Lonceng Cinta di ANTV memberikan kepuasan hiburan tersendiri bagi responden, sehingga responden banyak yang menyukai serial tersebut. Dari hasil yang diperoleh, Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimuyo mempunyai anggota yang sebagian besar merupakan penonton berat, yaitu menonton televisi lebih dari 4 jam dalam sehari. Sehingga
187
untuk mengisi waktu luang, mereka gunakan untuk meonton acara televisi seperti serial Lonceng Cinta di ANTV. Selain memiliki cerita cinta lucu yang menarik minat menonton responden dalam memberikan hiburan dan menghilangkan kesepian, serial Lonceng Cinta juga menghadirkan para aktor yang tampan dan cantik, sehingga responden merasa terhibur dan terpuaskan setelah menyaksikan serial tersebut. 5.
Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Tertinggi Berdasarkan hasil penelitian, hampir semua kebutuhan responden mulai dari kebutuhan informasi, kebutuhan identitas pribadi, kebutuhan integrasi dan interaksi sosial sampai dengan kebutuhan hiburan dapat terpenuhi atau terpuaskan. Tingkat pemenuhan kebutuhan tertinggi yang diperoleh Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo dari tayangan serial Lonceng Cinta di ANTV terletak pada kebutuhan identitas pribadi. Pada kebutuhan identitas pribadi ini, pemenuhan kebutuhan yang diperoleh responden sebesar 100% dengan tingkat kesenjangan kepuasan 0%. Melihat nilai perolehan pada pemenuhan kebutuhan identitas pribadi tersebut, menunjukkan bahwa responden ingin memiliki kepribadian dan perilaku yang baik dengan mencari dan mengambil pelajaran positif dari tayangan serial Lonceng Cinta di ANTV. Pelajaran positif yang responden dapatkan dari tayangan tersebut adalah responden
188
dapat menemukan karakter tauladan dan contoh perilaku baik yang dapat ditiru dalam kehidupan sehari-hari. Seperti halnya yang terdapat pada Al-Qur‟an surat ke 16 yaitu An-Nahl ayat 97 sebagaimana yang berbunyi :
Artinya : Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laiki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. Dari ayat tersebut terlihat jelas bahwa Allah menyuruh umatnya untuk mengerjakan kebajikan dan Allah juga menjanjikan akan memberi kehidupan yang baik pula beserta pahala yang lebih baik bagi umatnya yang berbuat kebaikan. Selain itu, Allah mencintai orang-orang yang baik, sebagaimana tertulis di Al-Qur‟an pada penggalan surat Ali Imran (3) ayat 148 yang berbunyi :
Artinya : .....Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan Maka dari itu, Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo memiliki keinginan untuk mempunyai kepribadian
189
yang baik dan berperilaku baik sebagaimana yang diajarkan oleh Allah SWT agar mendapatkan kehidupan dan pahala yang lebih baik untuk mereka dan keluarga.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan tujuan dan hasil data penelitian, diketahui bahwa terdapat perbedaan antara hasil nilai rata-rata skor variabel motif dengan hasil nilai rata-rata skor variabel kepuasan pada Kelompok Ibu Pengajian Masjid AnNur Jatimulyo yang berjumlah 20 orang dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV. Perbedaan rata-rata tersebut menunjukkan bahwa rata-rata skor variabel GS (motif) lebih kecil dari rata-rata skor variabel GO (kepuasan), yaitu dengan besar nilai rata-rata variabel motif sebesar 38,75 dan nilai rata-rata untuk variabel kepuasan sebesar 41,45. Sehingga dapat dikatakan terjadi kesenjangan kepuasan dengan selisih nilai yang kecil. Dari hasil tersebut, disimpulkan bahwa serial Lonceng Cinta di ANTV memberi kepuasan lebih kepada Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo. Tingkat kepuasan dalam penelitian ini dicapai dari empat indikator berikut ini : 1.
Tingkat kesenjangan kepuasan dan pemenuhan motif informasi yang memiliki 4 item kebutuhan dan setiap item tersebut mempunyai kategori tingkat kepuasan yang berbeda, diantaranya pada kebutuhan saya dapat mengetahui kebudayaan dan kehidupan India dan kebutuhan yang menyatakan saya mendapatkan bimbingan untuk mengatasi masalah sehari-hari mempunyai tingkat kepuasan pada kategori sedang. Sedangkan kebutuhan yang menyatakan saya dapat mengetahui unsur-
190
191
unsur perselisihan antar keluarga yang terdapat pada alur cerita serial Lonceng Cinta mempunyai tingkat kepuasan pada kategori rendah. Selain itu, kebutuhan yang menyatakan saya dapat membedakan antara sinetron India dengan sinetron Indonesia mempunyai tingkat kepuasan pada kategori tinggi. Dari tingkat kepuasan yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa keempat kebutuhan tersebut semuanya terpenuhi. 2.
Tingkat kesenjangan kepuasan dan pemenuhuhan motif identitas pribadi yang memiliki 2 item kebutuhan dan kedua item tersebut mempunyai kategori tingkat kepuasan yang sama, yaitu berada pada kategori tingkat kepuasan yang tinggi. Dalam arti, 2 item tersebut dapat terpenuhi kebutuhannya atau terpuaskan. 2 item kebutuhan tersebut adalah kebutuhan yang menyatakan saya mendapatkan sosok tauladan yang dapat ditiru dan kebutuhan yang menyatakan saya mendapatkan model perilaku yang dapat ditiru dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Tingkat kesenjangan kepuasan dan pemenuhan motif integrasi dan interaksi sosial yang memiliki 2 item kebutuhan dan kedua item tersebut mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda. Diantaranya adalah kebutuhan yang menyatakan saya menemukan bahan percakapan dengan orang lain merupakan item kebutuhan yang tidak terpuaskan. Sedangakan kebutuhan yang menyatakan saya dapat dekat atau akrap dengan orang lain adalah terpuaskan dengan tingkat kepuasan pada kategori sedang.
4.
Tingkat kesenjangan kepuasan dan pemenuhan motif hiburan yang memiliki 5 item kebutuhan dan kelima item tersebut mempunyai tingkat
192
kepuasan yang berbeda. Diantaranya, pada kebutuhan yang menyatakan saya dapat melepaskan diri dari rutinitas atau masalah sehari-hari merupakan kebutuhan yang tidak terpenuhi atau terpuaskan. Sedangkan kebutuhan yang menyatakan saya dapat mengisi waktu luang, dan kebutuhan yang menyatakan saya mendapatkan cerita cinta yang lucu, serta kebutuhan yang menyatakan saya mendapatkan kesenangan atas penampilan aktor yang cantik dan tampan mempunyai tingkat kepuasan pada kategori tinggi. Selain itu, kebutuhan yang menyatakan saya dapat menghilangkan kesepian mempunyai tingkat kepuasan pada kategori rendah. Dalam arti, terdapat 4 item yang dapat terpenuhi kebutuhannya atau terpuaskan, sedangkan 1 item yang tidak terpenuhi kepuasannya.
B. Keterbatasan Penelitian Setelah melakukan penelitian tentang kesenjangan antara motif dengan kepuasan yang terjadi pada Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV, terdapat keterbatasan penelitian pada penelitian ini, yaitu : 1.
Dunia pertelevisian Indonesia, khususnya stasiun televisi ANTV merupakan pionir dalam penayangan serial India. ANTV dinyatakan sukses dalam penayangan serial India tersebut. Sehingga stasiun televisi lainnya juga latah menayangkan serial India. Tetapi, hanya ANTV yang masih berdiri sukses dalam penayangan serial India. Salah satu serial India yang menjadi kunci kesuksesan ANTV adalah serial Lonceng Cinta. Maka, dalam penelitian ini, peneliti membahas tentang
193
kesenjangan antara motif dengan kepuasan yang terjadi setelah menonton serial tersebut. 2.
Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo sebagai audiens aktif dalam memilih suatu tayangan pada media tertentu, yaitu serial Lonceng Cinta di ANTV. Mereka merupakan penggemar dari serial tersebut. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Uses and Gratifications dan dilengkapi dengan tinjauan tentang Komunikasi Massa. Dalam teori Uses and Gratifications juga membahas tentang motif yang dimiliki dan kepuasan yang diperoleh setelah mengkonsumsi sebuah tayangan pada media tertentu. Peneliti juga menjelaskan tentang motif dari sudut psikologi sosial. Karena beberapa ahli teori Uses and Gratifications merekomendasikan sebuah konsep sentral dalam psikologi, yakni kebutuhan. Kebutuhan tersebut memicu timbulnya suatu dorongan atau motif dalam mengkonsumsi suatu tayangan pada media tertentu.
3.
Meodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodologi kuantitatif dengan melakukan survei pada Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV. Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh, karena populasi yang diambil relatif kecil, kurang dari 30 orang, maka sampel yang digunakan adalah semua anggota dari populasi. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis kesenjangan, karena penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kesenjangan antara
194
motif dengan kepuasan yang diperoleh pada Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05, Jatimulyo, Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV. 4.
Penelitian ini hanya memfokuskan pada variabel motif dan variabel kepuasan saja. Sehingga, hasil dari penelitian ini adalah kesenjangan kepuasan dan tingkat kepuasan yang diperoleh pada Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV. Penelitian ini hanya menjelaskan kesenjangan kepuasan yang terjadi, sehingga ditemukan pula tingkat kepuasan yang diperoleh. Maka, dalam penelitian ini peneliti tidak mencari pengaruh atau dampak yang muncul dari khalayak akibat penggunaan suatu media tertentu.
C. Saran Setelah melakukan penelitian tentang kesenjangan kepuasan yang terjadi pada Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo dalam menonton serial Lonceng Cinta di ANTV, maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut : 1.
Untuk para pihak produksi program acara pertelevisian, diharapkan lebih meningkatkan dan mengembangkan tayangan lokal daripada tayangan asing, sehingga khalayak juga ikut berkontribusi dalam tayangan lokal. Selain itu, agar dunia pertelevisian Indonesia juga berkembang hingga mendunia dan terkenal dengan tayangan lokal yang berkualitas.
195
2.
Masyarakat selaku konsumen media diharapkan tetap menjaga dan meningatkan kualitas tayangan yang dikonsumsi,
3.
Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengambil kelompok populasi yang memiliki anggota relatif banyak dan tidak hanya memfokuskan penelitian pada variabel motif dan variabel kepuasan saja, tetapi bisa diperluas. Misalnya dari variabel motif dan variabel kepuasan tersebut dapat menimbulkan dampak atau pengaruh pada perilaku atau kondisi psikologis penonton dalam penggunaan media, sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA
Buku : Abidin, Yusuf Zainal. (2015). Manajemen Komunikasi Filosofi, Konsep, dan Aplikasi. Bandung : CV Pustaka Setia. Ahmadi, Abu et. al. (1990). Psikologi Sosial. Semarang : Rineka Cipta. Anggota IKAPI. (2013). Manajemen Produksi Program Acara Televisi Format Acara Non-Drama, News, & Sport. Jakarta : PT. Grasindo. Ardianto, Elvinaro, Lukiati Komala, Siti Karlinah. (2009). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung : Simbiosa Rekatama Media. Arifin, Bambang Samsul. (2015). Psikologi Sosial. Bandung : CV Pustaa Setia. Arikunto, Suharsimi. (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta. . (2013). Manajemen Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta. Baksin, Askurifai. (2006). Jurnalistik Televisi Teori Dan Praktik. Bandung : Simbiosa Rekatama Media. Bungin, Burhan. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Darwanto. (2011). Televisi Sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Effendy, Onong. (2002). Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Gerungan. (2010). Psikologi Sosial. Bandung : PT Refika Aditama. Gunawan, Imam. (2014). Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik. Jakarta : PT Bumi Aksara. Hikmat, Mahi M.(2011). Metode Penelitian. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu. Kriyantono, Rachmat. (2010). Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
196
197
. (2014). Teori Public Relations Perspektif Barat & Lokal: Aplikasi Penelitian dan Praktik. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Kuswandi, Wawan. (1996). Komunikasi Massa Televisi). Jakarta : PT Rineka Cipta.
(Sebuah Analisis Isi Media
. (2008). Komunikasi Massa (Analisis Interaktif Budaya Massa). Jakarta: PT Rineka Cipta. Latief, Rusman & Utud,Yusiatie. (2015). Siaran Televisi Nondrama Kreatif, Produktif, Public Relations, dan Iklan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Littlejohn, Stephen W & A Foss, Karen. (2009). Teori Komunikasi. Jakarta : Salemba Humanika. McQuail, Denis. (1987). Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. (Jakarta : Erlangga. Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Morissan. (2013). Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. . (2013). Teori Komunikasi Massa Media, Budaya, dan Masyarakat. Bogor: Ghalia Indonesia. Mulyana, Deddy. (2003). Ilmu Komunikasi Suatu pengantar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Nurudin. (2007). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Poerwadarminta, W.J.S. (2007). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Purwasito, Andrik. (2003). Komunikasi Multikultural. Surakarta: Muhammadiyah University Press Universitas Muhammadiyah Surakarta. Rohim, Syaiful. (2009). Teori Komunikasi Perspektif, Ragam, & Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. Sarwono, Jonathan. (2009). Statistik itu Mudah: Panduan Lengkap untuk Belajar Komputasi Statistik Menggunakan SPSS 16. Yogyakarta : ANDI. Severin, Werner J. & Tankard, James W. (2008). Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Medi Massa. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
198
Siregar, Syofian. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Dengan Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung : CV Pustaka Setia. Soeratno & Arsyad, Lincolin. (2008). Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta : Unit Penerbit Dan Pertcetakan. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung : Alfabeta. ________. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Vivian, John. (2008). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Jurnal : Rory, Stevani, Debby D.V. Kawengian, Anthosius M. Golung. 2014. Efektivitas Tayangan Yuk Keep Smile Di Trans TV Terhadap Pemenuhan Hiburan Pemirsa Di Kelurahan Walian. Jurnal Octa Diurna, 2, 5. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadiurna/article/view/5147/4664. Skripsi : Nastiti, Widya. (2015). Hubungan Antara Motif dan Kepuasan Penonton Terhadap Program Berita Islami Masa Kini Di Trans TV (Survei Terhadap Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah an Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Raharjo, Gurit Budi. (2010). Kesenjangan Kepuasan Pemirsa Televisi Program Acara Komedi (Studi Kesenjangan Kepuasan tentang Tingkat Kesenjangan Kepuasan Pemirsa Televisi dalam Menonton Program acara Opera Van Java Trans7 dan Segeerrr Beneerrr ANTV di kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Swadana Transfer Angkatan 2008 FISIP UNS. Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas maret Surakarta. Wardani, Nadia Pratama Kusuma. (2015). Motif dan Kepuasan Penonton Program Ramadhan di Televisi Nasional. Skripsi Sarjana, Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahtullah, Jakarta. Wibowo, Nia Afifah. (2016). Motif dan Kepuasan Dalam Menonton Tayangan Televisi (Studi Korelasi Motif dan Kepuasan Dalam Menonton Tayangan
199
Indonesia Lawak Klub di Trans7 Pada Kalangan Mahasiswa Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Angkatan 2013). Skripsi Sarjana, Fakultas Komunikasi Dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta. Website : Amalina, Nur. 2015. "Pengertian Media http://www.kompasiana.com/nur.amalina22/pengertian-mediamassa_550069dfa333115c73510b26. Diakses : 21 Januari 2017.
Massa".
Anas. 2016. “ANTV Beberkan Alasan Kenapa Serial Indonesia „Melempem‟ Dibandingkan Serial India!”. http://www.lensaremaja.com/bintang/12722/antv-beberkan-alasan-kenapaserial-indonesia-melempem-dibandingkan-serial-india/. Diakses : 21 Januari 2017. Aqmarina. 2015. "Televisi Indonesia Terlena Oleh Rating".http://www.kompasiana.com/aqmarina_065/televisi-indonesiaterlena-oleh-rating_5600f647367b61ae05fb9b36. Diakses : 21 Januari 2017. Bella. 2017. “Serial India ANTV Lonceng Cinta Cs Sukses Dominasi Deretan 10 Besar Rating TV, Nitizen Sebut Penonton Tak Cerdas!”. http://www.lensaremaja.com/bintang/26097/26097serial-india-antvlonceng-cinta-cs-sukses-dominasi-deretan-10-besar-rating-tv-netizensebut-penonton-tak-cerdas/. Diakses : 06 Juni 2017. Khasanah, Uswatun. 2017. “Serial India Lonceng Cinta Mendadak Tamat Tayangkan Episode Terakhir, Begini Penjelasan Pihak ANTV”. http://www.lensaremaja.com/bintang/32583/serial-india-lonceng-cintamendadak-tamat-tayangkan-episode-terakhir-begini-penjelasan-pihakantv/. Diakses : 21 Jnauari 2017. Kurniawan, Ari. 2017. “Mengapa Serial India Lebih Berhasil Saat Tayang di ANTV Dibanding TV Lain”. http://www.tabloidbintang.com/articles/filmtv-musik/kabar/63380-mengapa-serial-india-lebih-berhasil-saat-tayang-diantv-dibanding-tv-lain. Diakses : 11 Agustus 2017. Press-release. 2016. “Lonceng Cinta Hadir Ramaikan serial India di ANTV”.http://www.an.tv/press-release. Diakses : 06 Juni 2017. Rayendra,Panditio. 2016. “Rating Report: Lonceng Cinta Episode Perdana”. http://www.tabloidbintang.com/articles/film-tv-musik/sinopsis/46894rating-report-lonceng-cinta-episode-perdana. Diakses : 06 Juni 2017. ________. 2017.“Serial India Dan Animasi ANTV Mendominasi 10 Besar, Shiva Dipirsa 1/3 Penonton TV”. http://www.tabloidbintang.com/articles/film-
200
tv-musik/ulasan/57571-rating-report-serial-india-dan-animasi-antvdominasi-10-besar-shiva-dipirsa-13-penonton-tv. Diakses : 21 Januari 2017. Utami, Hermina. 2017. “Rating Lonceng Cinta 2 Masuk 10 Besar, Geet Jadi Favorit”. http://media.iyaa.com/article/2017/03/rating-lonceng-cinta-2masuk-10-besar-geet-jadi-favorit-3586945.html. Diakses : 06 Juni 2017. ________. 2016. “9 Serial India Yang Tak Sukses Di Indonesia”. http://media.iyaa.com/article/2016/03/9-serial-india-yang-tak-sukses-diindonesia-3436991.html. Diakses : 11 Agustus 2017. ________. 2017. “Duh, „Lonceng Cinta‟ Tamat Lagi?”. http://media.iyaa.com/article/2017/06/duh-lonceng-cinta-tamat-lagi3594056.html. Diakses : 21 Januari 2017. ________. 2017. “Rating „Lonceng Cinta 2‟ Masuk 10 Besar, „Geet‟ Jadi Facorit”. http://media.iyaa.com/article/2017/03/rating-lonceng-cinta-2masuk-10-besar-geet-jadi-favorit-3586945.html#. Diakses : 21 Januari 2017. Wowkeren. 2017. “Kalahkan RCTI, Rating ANTV Sukses Nomor Satu di Awal 2017 Berkat Tayangan Ini”. http://www.wowkeren.com/berita/tampil/00142442.html. Diakses : 21 Januari 2017.
CURICULUM VITAE DATA PRIBADI Nama
: Titik Erlina
Tempat, Tanggal Lahir
: Wonogiri, 16 Juli 1995
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status Perkawinan
: Belum Kawin / Single
Tinggi Badan
: 150 cm : Jl. Magelang, Jatimulyo, RT 23 / RW 05, TR
Alamat
1/654, Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta
Propinsi
: Daerah Istimewa Yogyakarta
Kewarganegaraan
: Warga Negara Indonesia
No. HP
: 085643183874
Email
:
[email protected] LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
TK ABA Kricak
: 1999 – 2001
SD N Tegalrejo III
: 2001 – 2007
SMP N 14 Yogyakarta
: 2007 – 2010
SMK N 7 Yogyakarta
:
2010 – 2013
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner
NO
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLM KUESIONER PENELITIAN Assalamualaikum Wr. Wb., dalam rangka pelaksanaan penyususnan skripsi, saya Titik Erlina, mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ushuluddin Dan Dakwah, IAIN Surakarta bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Motif dan Kepuasan Menonton Serial Lonceng Cinta di ANTV (Studi Kuantitatif Eksplanatif Pada Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05, Jatimulyo, Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta”. Oleh karena itu, saya ingin meminta waktu Anda untuk kesediaan menjadi responden penelitian saya dengan mengisi daftar pertanyaan di bawah ini secara jujur apa adanya, karena jawaban ini tidak akan mempengaruhi penilaian tentang diri Anda. Atas bantuan dan kesediaan Anda, saya ucapkan terima kasih. Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.
Titik Erlina / 131211001 KPI, FUD – IAIN Surakarta
A. DATA RESPONDEN Isilah titik-titik dibawah ini sesuai dengan biodata pribadi. 1.
Nama
: .......................................................................
2.
Alamat
: .......................................................................
3.
No. Hp
: .......................................................................
4.
Usia saat ini
: ........... tahun
5.
Tingkat Pendidikan terakhir:
6.
Pekerjaan
:
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. S1
e. S2
f. S3
g. Pesantren
h. Lain-lain
a. Ibu rumah tangga b. Karyawan Swasta c. PNS d. Penjual makanan e. Jasa f. Lain-lain (sebutkan) : .......................
7.
Berapa rata-rata waktu yang Anda habiskan untuk menonton televisi dalam sehari ? a. <2 jam
b.
2 jam - <4 jam
c.
≥4
8. Berapa kali Anda menonton tayangan serial Lonceng Cinta dalam satu minggu ? a. 1 - 2 kali : sangat rendah
b.
3 - 4 kali : cukup
c. 5 - 6 kali : tinggi
d.
7 - 8 kali : sangat tinggi
9. Manakah alur cerita yang paling Anda ingat dari tayangan serial Lonceng Cinta di ANTV?(tanda () pada jawaban Anda) a. Kisah percintaan antara Abhi dan Pragya b. Kisah perselisihan antara Aliya dan Abhi serta keluarga lainnya
c. Kebahagiaan keluarga Abhi dan Pragya d. Kisah perselisihan antara Tanu, Niqir¸ Abhi, dan Pragya e. Kisah perselisihan antara Purab, Aliya, dan Bulbul
B. PERNYATAAN: Isilah jawaban pada pernyataan di bawah ini dengan tanda () sesuai dengan pendapat anda 1.
Gratificatios Sought Berikut ini adalah pernyataan Point A tentang motif / keinginan yang Anda harapkan dari serial India “Lonceng Cinta” di ANTV.
Keterangan : STS
: Sangat Tidak Setuju
TS
: Tidak Setuju
S
: Setuju
SS
: Sangat Setuju Pertanyaan Untuk Variabel Motif (X)
No.
1
2
Pernyataan Informasi Saya ingin mengetahui kebudayaan dan kehidupan di India Saya ingin mendapatkan bimbingan untuk mengatasi masalah sehari-hari Saya ingin mengetahui tentang unsur-unsur
3
perselisihan antar keluarga yang terdapat pada alur cerita serial Lonceng Cinta
STS
TS
S
SS
4
No. 4
6 No. 7 8
Saya ingin membedakan antara sinetron India dengan Indonesia Identitas Pribadi
SS
STS
TS
S
SS
STS
TS
S
SS
Saya ingin mencari model perilaku yang dapat ditiru dalam kehidupan sehari-hari Integrasi dan Interaksi Sosial Saya ingin menemukan bahan percakapan dengan orang lain Saya ingin dekat atau akrap dengan orang lain Hiburan Saya ingin melepaskan diri dari rutinitas atau masalah sehari-hari Saya ingin mengisi waktu luang
11
Saya ingin mendapatkan cerita cinta yang lucu
13
S
yang dapat ditiru
10
12
TS
Saya ingin mendapatkan contoh sosok tauladan
No. 9
STS
Saya ingin mendapatkan kesenangan atas penampilan aktor yang cantik dan tampan Saya ingin menghilangkan kesepian
2.
Gratification Obtained Berikut ini adalah pernyataan Point B tentang kepuasan yang Anda peroleh setelah menonton serial India “Lonceng Cinta” di ANTV.
Pertanyaan Untuk Variabel Kepuasan (Y) Pernyataan
No.
1
2
Informasi
STS
TS
S
SS
STS
TS
S
SS
STS
TS
S
SS
STS
TS
S
SS
Saya dapat mengetahui kebudayaan dan kehidupan di India Saya mendapatkan bimbingan untuk mengatasi masalah sehari-hari Saya dapat mengetahui unsur-unsur perselisihan
3
antar keluarga yang terdapat pada alur cerita serial Lonceng Cinta
4
Saya dapat membedakan antara sinetron India dengan Indonesia
No. 5
6 No. 7 8
Identitas Pribadi Saya mendapatkan contoh sosok tauladan yang dapat ditiru Saya mendapatkan model perilaku yang dapat ditiru dalam kehidupan sehari-hari Integrasi dan Interaksi Sosial Saya menemukan bahan percakapan dengan orang lain Saya dapat dekat atau akrap dengan orang lain
No. 9 10
Hiburan Saya dapat melepaskan diri dari rutinitas atau masalah sehari-hari Saya dapat mengisi waktu luang
11 12 13
Saya mendapatkan cerita cinta yang lucu Saya mendapatkan kesenangan atas penampilan aktor yang cantik dan tampan Saya dapat menghilangkan kesepian
Keterangan : Keterangan skore untuk setiap item: 1.
SS(Sangat Setuju)
: Skor 4
2.
S (Setuju)
: Skor 3
3.
TS (Tidak Setuju)
: Skor 2
4.
STS (Sangat Tidak Setuju)
: Skor 1
Lampiran 2. Profil Responden
No. 1 2 3
Nama Isa Widanarti Dessy Rachmawati Yunita Rusmiyati
4
Winarti
5
Ika Setyawati
6
Sumiati
7
Suparmi
8
Tentrem Ria Agus Triyani
9 10
Hartini
11
Triningsih
12
Setiorini
13
Dian Wika S
14
Parjimi
15
Yatimah
16
Widati
17
Sumarsih
18
Sonikun S
19
Iswanti
20
Enny Sudarti
Tingkat Pekerjaan Usia Pendidikan Terakhir Jasa 41 SMA Penjual 39 SMA Makanan Karyawan 27 SMA Swasta Penjual 39 SMP Makanan Penjual 38 SMA Makanan Karyawan 33 SD Swasta Penjual 45 SD Makanan Jasa 50 SD Karyawan 30 SMA Swasta Karyawan 37 SMA Swasta Penjual 72 SMP Makanan Karyawan 39 SMP Swasta Karyawan 31 SMA Swasta Penjual 43 SMA Makanan Ibu Rumah 40 SMP Tangga Jasa 59 SMP Ibu Rumah 60 SMP Tangga Penjual 68 SMP Makanan Karyawan 31 SMP Swasta Penjual 54 SMA Makanan
<2 jam
FMSLC Dalam Seminggu 5-6 Kali
3 Alur Cerita
2 jam - <4 jam
5-6 Kali
5 Alur Cerita
2 jam - <4 jam
7-8 Kali
5 Alur Cerita
<2 jam
3-4 Kali
2 Alur Cerita
≥4 jam
7-8 Kali
5 Alur Cerita
2 jam - <4 jam
7-8 Kali
3 Alur Cerita
≥4 jam
7-8 Kali
5 Alur Cerita
≥4 jam
7-8 Kali
3 Alur Cerita
<2 jam
1-2 Kali
1 Alur Cerita
2 jam - <4 jam
1-2 Kali
1 Alur Cerita
<2 jam
3-4 Kali
1 Alur Cerita
2 jam - <4 jam
7-8 Kali
5 Alur Cerita
≥4 jam
7-8 Kali
5 Alur Cerita
2 jam - <4 jam
1-2 Kali
1 Alur Cerita
<2 jam
1-2 Kali
1 Alur Cerita
≥4 jam
7-8 Kali
5 Alur Cerita
≥4 jam
7-8 Kali
3 Alur Cerita
≥4 jam
7-8 Kali
5 Alur Cerita
≥4 jam
7-8 Kali
5 Alur Cerita
2 jam - <4 jam
7-8 Kali
5 Alur Cerita
DMT Dalam Sehari
AC Yang Diingat
Keterangan : DMT Dalam Sehari
: Durasi Menonton Televisi Dalam Sehari FMSLC Dalam Seminggu : Frekuensi Menonton Serial Lonceng Cinta Dalam Seminggu AC Yang Diingat : Alur Cerita Yang Diingat
Lampiran 3. Input Data Hasil Kuisioner
REKAPITULASI HASIL ANGKET GRATIFICATION SOUGHT (MOTIF) Jawaban
No.
Nama
Motif Informasi
7 8
Jumlah
11
12
13
Jumlah
12
2 2
4
3 3
6
3
4
2
3
3
15
37
3 3 3 3
12
3 3
6
3 4
7
3
4
3
2
3
15
40
3 3 3 4
13
3 2
5
3 3
6
4
4
3
2
3
16
40
Winarti Ika Setyawati
3 3 3 3
12
3 3
6
2 4
6
4
3
4
3
3
17
41
4 3 4 3
14
4 4
8
4 3
7
4
4
4
3
4
19
48
6
Sumiati
4 4 3 3
14
4 4
8
4 3
7
4
4
4
3
4
19
48
7
Suparmi
2 1 3 3
9
3 2
5
4 3
7
4
4
4
3
3
18
39
8
Tentrem Ria Agus Triyani
3 2 3 3
11
3 2
5
3 3
6
3
4
3
3
4
17
39
3 1 2 1
7
1 3
4
3 1
4
3
3
3
1
3
13
28
10
Hartini
3 3 3 3
12
4 3
7
3 2
5
2
3
3
3
3
14
38
11
Triningsih
1 1 3 3
8
3 2
5
3 2
5
2
3
3
2
3
13
31
12
Setiorini
2 4 3 3
12
4 2
6
4 3
7
3
4
4
2
3
16
41
13
Dian Wika S
3 3 3 3
12
3 3
6
3 3
6
3
3
4
3
3
16
40
14
Parjimi
2 3 3 2
10
3 3
6
3 2
5
2
3
3
2
2
12
33
15
Yatimah
3 4 3 3
13
3 3
6
3 3
6
3
3
3
3
3
15
40
16
Widati
3 3 3 3
12
3 3
6
4 3
7
3
4
3
3
3
16
41
17
Sumarsih
1 3 3 4
11
3 3
6
3 3
6
3
3
4
2
2
14
37
18
Sonikun S
2 2 3 3
10
3 2
5
3 3
6
3
3
3
3
3
15
36
19
Iswanti
4 3 3 3
13
3 4
7
4 3
7
4
3
4
3
3
17
44
20
Enny Sudarti TS
2 2 3 3
10
3 2
5
3 2
5
4
3
2
2
3
14
34
227
TS
116
TS
121
311
755
2 3 4 5
9
3 2 4 3
Total Skor
Motif Hiburan
9 10
Isa Widanarti Dessy Rachmawati Yunita Rusmiyati
Jumlah
Motif Integrasi dan Interaksi Sosial
5 6 Jumlah
1
1 2 3 4
Motif Identitas Pribadi
Keterangan : TS 1 2 3 4
= Total Skor = Sangat Tidak Setuju = Tidak Setuju = Setuju = Sangat Setuju
TS
REKAPITULASI HASIL ANGKET GRATIFICATION OBTAINED (KEPUASAN) Jawaban
No.
Nama
Kepuasan Informasi
7 8
Jumlah
11
12
13
Jumlah
10
2 3
5
2 2
4
2
4
2
2
2
12
31
3 3 3 3
12
3 4
7
2 3
5
3
4
4
2
3
16
40
3 3 3 3
12
3 3
6
3 3
6
3
3
3
2
3
14
38
Winarti Ika Setyawati
4 3 4 4
15
3 4
7
4 3
7
4
4
4
3
4
19
48
4 2 3 3
12
3 4
7
4 3
7
4
4
3
3
3
17
43
6
Sumiati
2 3 4 3
12
4 4
8
3 2
5
3
4
4
3
4
18
43
7
Suparmi
3 3 4 4
14
3 4
7
4 4
8
4
4
4
4
4
20
49
8
Tentrem Ria Agus Triyani
3 3 3 3
12
3 4
7
3 3
6
3
3
3
3
3
15
40
3 1 3 3
10
3 4
7
3 3
6
2
3
3
3
3
14
37
10
Hartini
3 4 3 3
13
3 4
7
2 3
5
3
3
3
3
2
14
39
11
Triningsih
3 3 3 3
12
3 2
5
4 3
7
4
4
4
2
2
16
40
12
Setiorini
4 3 3 4
14
4 4
8
3 3
6
4
4
4
3
4
19
47
13
Dian Wika S
3 3 3 3
12
3 4
7
3 3
6
2
4
4
4
3
17
42
14
Parjimi
4 3 2 3
12
3 3
6
2 2
4
2
4
4
2
2
14
36
15
Yatimah
2 3 2 3
10
3 3
6
3 3
6
2
3
3
2
3
13
35
16
Widati
4 4 3 4
15
3 4
7
4 4
8
4
4
4
4
4
20
50
17
Sumarsih
1 3 1 3
8
3 3
6
4 4
8
4
3
2
3
3
15
37
18
Sonikun S
3 4 3 4
14
4 3
7
4 4
8
4
4
4
3
4
19
48
19
Iswanti
3 4 3 3
13
3 4
7
3 3
6
3
4
4
3
3
17
43
20
Enny Sudarti TS
3 3 3 3
12
3 4
7
4 4
8
2
4
4
2
4
16
43
244
TS
134
TS
126
325
829
2 3 4 5
9
2 2 2 4
Total Skor
Kepuasan Hiburan
9 10
Isa Widanarti Dessy Rachmawati Yunita Rusmiyati
Jumlah
Kepuasan Integrasi dan Interaksi Sosial
5 6 Jumlah
1
1 2 3 4
Kepuasan Identitas Pribadi
Keterangan : TS 1 2 3 4
= Total Skor = Sangat Tidak Setuju = Tidak Setuju = Setuju = Sangat Setuju
TS
Lampiran 4. Hasil Pengolahan Data Penelitian Dengan SPSS
Profil Responden
Frequencies Notes Output Created Comments
13-Jul-2017 18:11:06
Input
Data
Missing Value Handling
Active Dataset Filter Weight Split File N of Rows in Working Data File Definition of Missing Cases Used
Syntax
Resources
D:\Titik nitip\DATA PENELITIAN\DATA SPSS 16\FREKUENSI\DATA FREKUENSI.sav DataSet1 <none> <none> <none> 20 User-defined missing values are treated as missing. Statistics are based on all cases with valid data. FREQUENCIES VARIABLES=USIA PENDIDIKAN PEKERJAAN DMTDS FMSLCDS ACYD /BARCHART FREQ /ORDER=ANALYSIS.
Processor Time
00:00:03.266
Elapsed Time
00:00:09.534
Statistics
Usia N
Valid Missing
Pendidikan
Frekuensi Durasi Menonton Menonton Serial Televisi Dalam Lonceng Cinta Alur Cerita Yang Sehari Dalam Seminggu Diingat
Pekerjaan
20
20
20
20
20
20
0
0
0
0
0
0
Frequency Table Usia Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
27
1
5.0
5.0
5.0
30
1
5.0
5.0
10.0
31
2
10.0
10.0
20.0
33
1
5.0
5.0
25.0
37
1
5.0
5.0
30.0
38
1
5.0
5.0
35.0
39
3
15.0
15.0
50.0
40
1
5.0
5.0
55.0
41
1
5.0
5.0
60.0
43
1
5.0
5.0
65.0
45
1
5.0
5.0
70.0
50
1
5.0
5.0
75.0
54
1
5.0
5.0
80.0
59
1
5.0
5.0
85.0
60
1
5.0
5.0
90.0
68
1
5.0
5.0
95.0
72
1
5.0
5.0
100.0
20
100.0
100.0
Total
Pendidikan Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
SD
3
15.0
15.0
15.0
SMP
8
40.0
40.0
55.0
SMA
9
45.0
45.0
100.0
Total
20
100.0
100.0
Pekerjaan Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
IRT
2
10.0
10.0
10.0
Jasa
3
15.0
15.0
25.0
Penjual Makanan
8
40.0
40.0
65.0
Karyawan Swasta
7
35.0
35.0
100.0
20
100.0
100.0
Total
Durasi Menonton Televisi Dalam Sehari Frequency Valid
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
<2 jam
5
25.0
25.0
25.0
2 jam - <4 jam
7
35.0
35.0
60.0
>=4 jam
8
40.0
40.0
100.0
20
100.0
100.0
Total
Frekuensi Menonton Serial Lonceng Cinta Dalam Seminggu Frequency Valid
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
1-2 Kali
4
20.0
20.0
20.0
3-4 Kali
2
10.0
10.0
30.0
5-6 Kali
2
10.0
10.0
40.0
7-8 kali
12
60.0
60.0
100.0
Total
20
100.0
100.0
Alur Cerita Yang Diingat Frequency Valid
Percent
1 Alur Cerita
5
2 Alur Cerita
1
3 Alur Cerita
4
5 Alur Cerita
10
Total
20
Valid Percent
25.0
Cumulative Percent
25.0
25.0
5.0
5.0
30.0
20.0
20.0
50.0
50.0
50.0
100.0
100.0
100.0
Hasil Angket Motif
Frequencies Notes Output Created
20-Jul-2017 13:16:27
Comments Input
Data
D:\Titik nitip\DATA PENELITIAN\DATA SPSS 16\ANGKET\ZONK\DATA ANGKET MOTIF.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling
20
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics are based on all cases with valid data.
Syntax
FREQUENCIES VARIABLES=ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13 /BARCHART FREQ /ORDER=ANALYSIS.
Resources
Processor Time
00:00:05.359
Elapsed Time
00:00:05.453
Statistics
N
ITEM1
ITEM2
ITEM3
ITEM4
ITEM5
ITEM6
ITEM7
ITEM8
ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13
Valid
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Missin g
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Frequency Table ITEM1 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Sangat Tidak Setuju
2
10.0
10.0
10.0
Tidak Setuju
5
25.0
25.0
35.0
10
50.0
50.0
85.0 100.0
Setuju Sangat Setuju Total
3
15.0
15.0
20
100.0
100.0
ITEM2 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Sangat Tidak Setuju
3
15.0
15.0
15.0
Tidak Setuju
4
20.0
20.0
35.0
10
50.0
50.0
85.0
3
15.0
15.0
100.0
20
100.0
100.0
Setuju Sangat Setuju Total
ITEM3 Frequency Valid
Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
5.0
5.0
5.0
17
85.0
85.0
90.0
2
10.0
10.0
100.0
20
100.0
100.0
ITEM4 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Sangat Tidak Setuju
1
5.0
5.0
5.0
Tidak Setuju
1
5.0
5.0
10.0
16
80.0
80.0
90.0
2
10.0
10.0
100.0
20
100.0
100.0
Setuju Sangat Setuju Total
ITEM5 Frequency Valid
Sangat Tidak Setuju
Percent 1
Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju Total
Valid Percent 5.0
Cumulative Percent 5.0
5.0 10.0
1
5.0
5.0
14
70.0
70.0
80.0
4
20.0
20.0
100.0
20
100.0
100.0
ITEM6 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak Setuju
8
40.0
40.0
Setuju
9
45.0
45.0
85.0
Sangat Setuju
3
15.0
15.0
100.0
20
100.0
100.0
Total
40.0
ITEM7 Frequency Valid
Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
5.0
5.0
5.0
13
65.0
65.0
70.0
6
30.0
30.0
100.0
20
100.0
100.0
ITEM8 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Sangat Tidak Setuju
1
5.0
5.0
5.0
Tidak Setuju
4
20.0
20.0
25.0
13
65.0
65.0
90.0
2
10.0
10.0
100.0
20
100.0
100.0
Setuju Sangat Setuju Total
ITEM9 Frequency Valid
Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
3
15.0
15.0
15.0
10
50.0
50.0
65.0
7
35.0
35.0
100.0
20
100.0
100.0
ITEM10 Frequency Valid
Setuju Sangat setuju Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
11
55.0
55.0
55.0
9
45.0
45.0
100.0
20
100.0
100.0
ITEM11 Frequency Valid
Percent
Tidak setuju Setuju
Cumulative Percent
10.0
10.0
10
50.0
50.0
60.0
8
40.0
40.0
100.0
20
100.0
100.0
Sangat Setuju Total
Valid Percent
2
10.0
ITEM12 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Sangat Tidak Setuju
1
5.0
5.0
5.0
Tidak Setuju
7
35.0
35.0
40.0
Setuju
12
60.0
60.0
100.0
Total
20
100.0
100.0
ITEM13 Frequency Valid
Percent
Tidak Setuju Setuju
Cumulative Percent
10.0
10.0
10.0
15
75.0
75.0
85.0
3
15.0
15.0
100.0
20
100.0
100.0
Sangat Setuju Total
Valid Percent
2
Hasil Angket Kepuasan
Frequencies Notes Output Created
20-Jul-2017 13:25:05
Comments Input
Data
D:\Titik nitip\DATA PENELITIAN\DATA SPSS 16\ANGKET\DATA ANGKET KEPUASAN.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics are based on all cases with valid data.
Syntax
Resources
20
Definition of Missing
FREQUENCIES VARIABLES=ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13 /BARCHART FREQ /ORDER=ANALYSIS. Processor Time
00:00:05.109
Elapsed Time
00:00:05.143
Statistics ITEM1
ITEM2
ITEM3
ITEM4
ITEM5
ITEM6
ITEM7
ITEM8
ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13
Valid
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Missing
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
N
Frequency Table ITEM1 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Sangat Tidak Setuju
1
5.0
5.0
5.0
Tidak Setuju
3
15.0
15.0
20.0
11
55.0
55.0
75.0
5
25.0
25.0
100.0
20
100.0
100.0
Setuju Sangat Setuju Total
ITEM2 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Sangat Tidak Setuju
1
5.0
5.0
5.0
Tidak Setuju
2
10.0
10.0
15.0
13
65.0
65.0
80.0
4
20.0
20.0
100.0
20
100.0
100.0
Setuju Sangat Setuju Total
ITEM3 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Sangat Tidak Setuju
1
5.0
5.0
5.0
Tidak Setuju
3
15.0
15.0
20.0
13
65.0
65.0
85.0
3
15.0
15.0
100.0
20
100.0
100.0
Setuju Sangat Setuju Total
ITEM4 Frequency Valid
Setuju Sangat Setuju Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
14
70.0
70.0
70.0
6
30.0
30.0
100.0
20
100.0
100.0
ITEM5 Frequency Valid
Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
5.0
5.0
5.0
16
80.0
80.0
85.0
3
15.0
15.0
100.0
20
100.0
100.0
ITEM6 Frequency Valid
Tidak Setuju Setuju
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
5.0
5.0
5.0
6
30.0
30.0
35.0
Sangat Setuju
13
65.0
65.0
100.0
Total
20
100.0
100.0
ITEM7 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak Setuju
4
20.0
20.0
20.0
Setuju
8
40.0
40.0
60.0
Sangat Setuju
8
40.0
40.0
100.0
20
100.0
100.0
Total
ITEM8 Frequency Valid
Tidak setuju Setuju Sangat Setuju Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
3
15.0
15.0
15.0
12
60.0
60.0
75.0
5
25.0
25.0
100.0
20
100.0
100.0
ITEM9 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak Setuju
6
30.0
30.0
Setuju
6
30.0
30.0
60.0
Sangat Setuju
8
40.0
40.0
100.0
20
100.0
100.0
Total
30.0
ITEM10 Frequency Valid
Setuju
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
6
30.0
30.0
30.0
Sangat Setuju
14
70.0
70.0
100.0
Total
20
100.0
100.0
ITEM11 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak Setuju
2
10.0
10.0
Setuju
6
30.0
30.0
10.0 40.0
Sangat Setuju
12
60.0
60.0
100.0
Total
20
100.0
100.0
ITEM12 Frequency Valid
Percent
Tidak Setuju Setuju
Cumulative Percent
35.0
35.0
10
50.0
50.0
85.0
3
15.0
15.0
100.0
20
100.0
100.0
Sangat Setuju Total
Valid Percent
7
35.0
ITEM13 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak Setuju
4
20.0
20.0
Setuju
9
45.0
45.0
65.0
Sangat Setuju
7
35.0
35.0
100.0
20
100.0
100.0
Total
20.0
Tabulasi Silang Antara Motif Dengan Kepuasan
Crosstabs Notes Output Created
21-Jul-2017 07:19:44
Comments Input
Data
D:\Titik nitip\DATA PENELITIAN\DATA SPSS 16\TABULASI SILANG\DATA TABULASI SILANG.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.
Syntax
Resources
20
Definition of Missing
CROSSTABS /TABLES=M1 BY K1 /FORMAT=AVALUE TABLES /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL /BARCHART. Processor Time
00:00:00.719
Elapsed Time
00:00:00.687
Dimensions Requested
2
Cells Available
174762
Case Processing Summary Cases Valid N Motif No. 1 * Kepuasan No. 1
Missing Percent
20
100.0%
N
Total Percent
0
N .0%
Percent 20
100.0%
Motif No. 1 * Kepuasan No. 1 Crosstabulation Count Kepuasan No. 1 Sangat Tidak Setuju Motif No. 1
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Total
Sangat Tidak Setuju
1
0
1
0
Tidak Setuju
0
0
3
2
5
Setuju
0
2
6
2
10
Sangat Setuju
0
1
1
1
3
1
3
11
5
20
Total
2
Crosstabs Notes Output Created
21-Jul-2017 07:22:24
Comments Input
Data
D:\Titik nitip\DATA PENELITIAN\DATA SPSS 16\TABULASI SILANG\DATA TABULASI SILANG.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.
Syntax
Resources
20
Definition of Missing
CROSSTABS /TABLES=M2 BY K2 /FORMAT=AVALUE TABLES /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL /BARCHART. Processor Time
00:00:00.531
Elapsed Time
00:00:00.483
Dimensions Requested
2
Cells Available
174762
Case Processing Summary Cases Valid N Motif No. 2 * Kepuasan No.2
Missing Percent
20
100.0%
N
Total Percent
0
N .0%
Percent 20
100.0%
Motif No. 2 * Kepuasan No.2 Crosstabulation Count Kepuasan No.2 Sangat Tidak Setuju Motif No. 2
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Total
Sangat Tidak Setuju
1
0
2
0
Tidak Setuju
0
1
2
1
4
Setuju
0
1
6
3
10
Sangat Setuju
0
0
3
0
3
1
2
13
4
20
Total
3
Crosstabs Notes Output Created
21-Jul-2017 07:23:47
Comments Input
Data
D:\Titik nitip\DATA PENELITIAN\DATA SPSS 16\TABULASI SILANG\DATA TABULASI SILANG.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling
20
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.
Syntax
CROSSTABS /TABLES=M3 BY K3 /FORMAT=AVALUE TABLES /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL /BARCHART.
Resources
Processor Time
00:00:00.515
Elapsed Time
00:00:00.453
Dimensions Requested
2
Cells Available
174762
Case Processing Summary Cases Valid N Motif No. 3 * Kepuasan No 3
Missing Percent
20
N
100.0%
Total Percent
0
N .0%
Percent 20
100.0%
Motif No. 3 * Kepuasan No 3 Crosstabulation Count Kepuasan No 3 Sangat Tidak Setuju Motif No. 3
Total
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Total
Tidak Setuju
0
0
1
0
1
Setuju
1
2
11
3
17
Sangat Setuju
0
1
1
0
2
1
3
13
3
20
Crosstabs Notes Output Created
21-Jul-2017 07:24:20
Comments Input
Data
D:\Titik nitip\DATA PENELITIAN\DATA SPSS 16\TABULASI SILANG\DATA TABULASI SILANG.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling
20
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.
Syntax
CROSSTABS /TABLES=M4 BY K4 /FORMAT=AVALUE TABLES /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL /BARCHART.
Resources
Processor Time
00:00:00.656
Elapsed Time
00:00:00.500
Dimensions Requested
2
Cells Available
174762
Case Processing Summary Cases Valid N Motif No. 4 * Kepuasan No. 4
Missing Percent
20
N
100.0%
Total Percent
0
N .0%
Motif No. 4 * Kepuasan No. 4 Crosstabulation Count Kepuasan No. 4 Setuju Motif No. 4
Total
1
0
1
Tidak Setuju
1
0
1
10
6
16
2
0
2
14
6
20
Setuju Sangat Setuju Total
Sangat Setuju
Sangat tidak Setuju
Percent 20
100.0%
Crosstabs Notes Output Created
21-Jul-2017 07:25:23
Comments Input
Data
D:\Titik nitip\DATA PENELITIAN\DATA SPSS 16\TABULASI SILANG\DATA TABULASI SILANG.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling
20
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.
Syntax
CROSSTABS /TABLES=M5 BY K5 /FORMAT=AVALUE TABLES /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL /BARCHART.
Resources
Processor Time
00:00:00.516
Elapsed Time
00:00:00.469
Dimensions Requested
2
Cells Available
174762
Case Processing Summary Cases Valid N Motif No. 5 * Kepuasan No. 5
Missing Percent
20
N
Total Percent
100.0%
0
N .0%
Percent 20
100.0%
Motif No. 5 * Kepuasan No. 5 Crosstabulation Count Kepuasan No. 5 Tidak Setuju Motif No. 5
Total
Setuju
Sangat Setuju
Total
Sangat Tidak Setuju
0
1
0
Tidak Setuju
1
0
0
1 1
Setuju
0
13
1
14
Sangat Setuju
0
2
2
4
1
16
3
20
Crosstabs Notes Output Created
21-Jul-2017 07:26:04
Comments Input
Data
D:\Titik nitip\DATA PENELITIAN\DATA SPSS 16\TABULASI SILANG\DATA TABULASI SILANG.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling
20
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.
Syntax
CROSSTABS /TABLES=M6 BY K6 /FORMAT=AVALUE TABLES /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL /BARCHART.
Resources
Processor Time
00:00:00.609
Elapsed Time
00:00:00.454
Dimensions Requested
2
Cells Available
174762
Case Processing Summary Cases Valid N Motif No. 6 * Kepuasan No. 6
Missing Percent
20
N
100.0%
Total Percent
0
N .0%
Percent 20
Motif No. 6 * Kepuasan No. 6 Crosstabulation Count Kepuasan No. 6 Tidak Setuju Motif No. 6
Total
Setuju
Sangat Setuju
Total
Tidak Setuju
1
3
4
8
Setuju
0
3
6
9
Sangat Setuju
0
0
3
3
1
6
13
20
100.0%
Crosstabs Notes Output Created
21-Jul-2017 07:27:24
Comments Input
Data
D:\Titik nitip\DATA PENELITIAN\DATA SPSS 16\TABULASI SILANG\DATA TABULASI SILANG.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling
20
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.
Syntax
CROSSTABS /TABLES=M7 BY K7 /FORMAT=AVALUE TABLES /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL /BARCHART.
Resources
Processor Time
00:00:00.531
Elapsed Time
00:00:00.406
Dimensions Requested
2
Cells Available
174762
Case Processing Summary Cases Valid N Motif No. 7 * Kepuasan No. 7
Missing Percent
20
N
100.0%
Total Percent
0
N .0%
Percent 20
Motif No. 7 * Kepuasan No. 7 Crosstabulation Count Kepuasan No. 7 Tidak Setuju Motif No. 7
Total
Setuju
Sangat Setuju
Total
Tidak Setuju
0
0
1
1
Setuju
4
5
4
13
Sangat Setuju
0
3
3
6
4
8
8
20
100.0%
Crosstabs Notes Output Created
21-Jul-2017 07:28:01
Comments Input
Data
D:\Titik nitip\DATA PENELITIAN\DATA SPSS 16\TABULASI SILANG\DATA TABULASI SILANG.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling
20
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.
Syntax
CROSSTABS /TABLES=M8 BY K8 /FORMAT=AVALUE TABLES /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL /BARCHART.
Resources
Processor Time
00:00:00.703
Elapsed Time
00:00:00.500
Dimensions Requested
2
Cells Available
174762
Case Processing Summary Cases Valid N Motif No. 8 * Kepuasan No. 8
Missing Percent
20
N
Total Percent
100.0%
0
N .0%
Percent 20
100.0%
Motif No. 8 * Kepuasan No. 8 Crosstabulation Count Kepuasan No. 8 Tidak Setuju Motif No. 8
Total
Setuju
Sangat Setuju
Total
Sangat Tidak Setuju
0
1
0
1
Tidak Setuju
1
2
1
4
Setuju
2
7
4
13
Sangat Setuju
0
2
0
2
3
12
5
20
Crosstabs Notes Output Created
21-Jul-2017 07:28:34
Comments Input
Data
D:\Titik nitip\DATA PENELITIAN\DATA SPSS 16\TABULASI SILANG\DATA TABULASI SILANG.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling
20
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.
Syntax
CROSSTABS /TABLES=M9 BY K9 /FORMAT=AVALUE TABLES /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL /BARCHART.
Resources
Processor Time
00:00:00.829
Elapsed Time
00:00:00.757
Dimensions Requested
2
Cells Available
174762
Case Processing Summary Cases Valid N Motif No. 9 * Kepuasan No. 9
Missing Percent
20
N
100.0%
Total Percent
0
N .0%
Percent 20
Motif No. 9 * Kepuasan No. 9 Crosstabulation Count Kepuasan No. 9 Tidak Setuju Motif No. 9
Total
Setuju
Sangat Setuju
Total
Tidak Setuju
1
1
1
3
Setuu
4
2
4
10
Sangat Setuju
1
3
3
7
6
6
8
20
100.0%
Crosstabs Notes Output Created
21-Jul-2017 07:29:16
Comments Input
Data
D:\Titik nitip\DATA PENELITIAN\DATA SPSS 16\TABULASI SILANG\DATA TABULASI SILANG.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling
20
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.
Syntax
CROSSTABS /TABLES=M10 BY K10 /FORMAT=AVALUE TABLES /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL /BARCHART.
Resources
Processor Time
00:00:00.610
Elapsed Time
00:00:00.445
Dimensions Requested
2
Cells Available
174762
Case Processing Summary Cases Valid
Missing
N Motif No. 10 * Kepuasan No. 10
Percent 20
N
Total Percent
100.0%
0
Motif No. 10 * Kepuasan No. 10 Crosstabulation Count Kepuasan No. 10 Setuju Motif No. 10
Total
Sangat Setuju
N .0%
Total
Setuju
4
7
Sangat Setuju
2
7
11 9
6
14
20
Percent 20
100.0%
Crosstabs Notes Output Created
21-Jul-2017 07:29:49
Comments Input
Data
D:\Titik nitip\DATA PENELITIAN\DATA SPSS 16\TABULASI SILANG\DATA TABULASI SILANG.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling
20
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.
Syntax
CROSSTABS /TABLES=M11 BY K11 /FORMAT=AVALUE TABLES /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL /BARCHART.
Resources
Processor Time
00:00:00.500
Elapsed Time
00:00:00.458
Dimensions Requested
2
Cells Available
174762
Case Processing Summary Cases Valid N Motif No. 11 * Kepuasan No. 11
Missing Percent
20
N
100.0%
Total Percent
0
N .0%
Percent 20
Motif No. 11 * Kepuasan No. 11 Crosstabulation Count Kepuasan No. 11 Tidak Setuju Motif No. 11
Total
Setuju
Sangat Setuju
Total
Tidak Setuju
1
0
1
2
Setuju
0
5
5
10
Sangat Setuju
1
1
6
8
2
6
12
20
100.0%
Crosstabs Notes Output Created
21-Jul-2017 07:30:23
Comments Input
Data
D:\Titik nitip\DATA PENELITIAN\DATA SPSS 16\TABULASI SILANG\DATA TABULASI SILANG.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling
20
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.
Syntax
CROSSTABS /TABLES=M12 BY K12 /FORMAT=AVALUE TABLES /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL /BARCHART.
Resources
Processor Time
00:00:00.609
Elapsed Time
00:00:00.483
Dimensions Requested
2
Cells Available
174762
Case Processing Summary Cases Valid N Motif No. 12 * Kepuasan No. 12
Missing Percent
20
N
100.0%
Total Percent
0
N .0%
Percent 20
100.0%
Motif No. 12 * Kepuasan No. 12 Crosstabulation Count Kepuasan No. 12 Tidak Setuju Motif No. 12
Total
Setuju
Sangat Setuju
Total
Sangat tidak Setuju
0
1
0
1
Tidak Setuju
5
2
0
7
Setuju
2
7
3
12
7
10
3
20
Crosstabs Notes Output Created
21-Jul-2017 07:30:54
Comments Input
Data
D:\Titik nitip\DATA PENELITIAN\DATA SPSS 16\TABULASI SILANG\DATA TABULASI SILANG.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling
20
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.
Syntax
CROSSTABS /TABLES=M13 BY K13 /FORMAT=AVALUE TABLES /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL /BARCHART.
Resources
Processor Time
00:00:00.500
Elapsed Time
00:00:00.453
Dimensions Requested
2
Cells Available
174762
Case Processing Summary Cases Valid N Motif No. 13 * Kepuasan No. 13
Missing Percent
20
N
100.0%
Total Percent
0
N .0%
Percent 20
Motif No. 13 * Kepuasan No. 13 Crosstabulation Count Kepuasan No. 13 Tidak Setuju Motif No. 13
Total
Setuju
Sangat Setuju
Total
Tidak Setuju
1
1
0
2
Setuju
3
6
6
15
Sangat Setuju
0
2
1
3
4
9
7
20
100.0%
Uji Validitas dan Reliabilitas
Reliability Notes Output Created
20-Jul-2017 08:45:23
Comments Input
Data
D:\Titik nitip\DATA PENELITIAN\DATA SPSS 16\UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS\DATA UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS MOTIF VALID.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File
20
Matrix Input Missing Value Handling
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics are based on all cases with valid data for all variables in the procedure.
Syntax
RELIABILITY /VARIABLES=Motif1 Motif2 Motif3 Motif4 Motif5 Motif6 Motif7 Motif8 Motif9 Motif10 Motif11 Motif12 Motif13 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE.
Resources
Processor Time
00:00:00.016
Elapsed Time
00:00:00.032
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid
% 20
Excluded
a
Total
100.0
0
.0
20
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.832
13
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
Motif1
2.70
.865
20
Motif2
2.65
.933
20
Motif3
3.05
.394
20
Motif4
2.95
.605
20
Motif5
3.10
.718
20
Motif6
2.70
.657
20
Motif7
3.25
.550
20
Motif8
2.80
.696
20
Motif9
3.20
.696
20
Motif10
3.45
.510
20
Motif11
3.30
.657
20
Motif12
2.55
.605
20
Motif13
3.05
.510
20
Scale Statistics Mean
Variance 38.75
Std. Deviation
24.513
N of Items
4.951
13
Correlations Notes Output Created
20-Jul-2017 08:46:37
Comments Input
Data
D:\Titik nitip\DATA PENELITIAN\DATA SPSS 16\UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS\DATA UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS MOTIF VALID.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling
20
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each pair of variables are based on all the cases with valid data for that pair.
Syntax
CORRELATIONS /VARIABLES=Motif1 Motif2 Motif3 Motif4 Motif5 Motif6 Motif7 Motif8 Motif9 Motif10 Motif11 Motif12 Motif13 Skor_Total /PRINT=TWOTAIL NOSIG /STATISTICS DESCRIPTIVES /MISSING=PAIRWISE.
Resources
Processor Time
00:00:00.032
Elapsed Time
00:00:00.046
Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
Motif1
2.70
.865
20
Motif2
2.65
.933
20
Motif3
3.05
.394
20
Motif4
2.95
.605
20
Motif5
3.10
.718
20
Motif6
2.70
.657
20
Motif7
3.25
.550
20
Motif8
2.80
.696
20
Motif9
3.20
.696
20
Motif10
3.45
.510
20
Motif11
3.30
.657
20
Motif12
2.55
.605
20
Motif13
3.05
.510
20
38.75
4.951
20
Skor_Total
Correlations Motif1 Motif1
Pearson Correlation
Motif2
1
Sig. (2-tailed)
.322
.167
.433
**
.632
**
.658
.298
.044
.166
.482
.057
.003
20
20
20
20
20
20
20
20
Pearson Correlation
.385
1
.193
.340
.605**
.506*
.179
.454*
.113
.127
.352
.266
.039
.663**
Sig. (2-tailed)
.094
.002
.001
.414
.142
.005
.023
.449
.044
.634
.593
.128
.257
.871
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Pearson Correlation
.201
.193
1
.453
*
.353
.061
.182
.422
.154
.406
-.061
.541
*
.249
.492
Sig. (2-tailed)
.396
.414
.045
.126
.798
.442
.064
.518
.076
.798
.014
.291
.027
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
-.131
.340
.453*
1
.497*
-.172
.040
.600**
.275
.247
.172
.367
.009
.470*
.582
.142
.045
.026
.468
.869
.005
.240
.293
.468
.112
.972
.036
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Pearson Correlation
.220
.605**
.353
.497*
1
.290
.466*
.358
.169
.158
.491*
.473*
.273
.718**
Sig. (2-tailed)
.350
.005
.126
.026
.215
.038
.121
.478
.506
.028
.035
.245
.000
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
.575**
.506*
.061
-.172
.290
1
.218
.092
.138
-.047
.463*
.172
.204
.510*
.008
.023
.798
.468
.215
.355
.699
.561
.844
.040
.468
.388
.022
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Pearson Correlation
.277
.179
.182
.040
.466*
.218
1
.000
.275
.515*
.364
.198
.328
.507*
Sig. (2-tailed)
.238
.449
.442
.869
.038
.355
1.000
.241
.020
.115
.403
.158
.022
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Pearson Correlation
.245
.454*
.422
.600**
.358
.092
.000
1
.413
.415
.368
.525*
.178
.672**
Sig. (2-tailed)
.298
.044
.064
.005
.121
.699
1.000
.070
.069
.110
.017
.453
.001
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Pearson Correlation
.455*
.113
.154
.275
.169
.138
.275
.413
1
.326
.322
.225
.415
.565**
Sig. (2-tailed)
.044
.634
.518
.240
.478
.561
.241
.070
.161
.166
.340
.069
.009
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Pearson Correlation
.322
.127
.406
.247
.158
-.047
.515*
.415
.326
1
.047
.179
.515*
.505*
Sig. (2-tailed)
.166
.593
.076
.293
.506
.844
.020
.069
.161
.844
.450
.020
.023
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Pearson Correlation
.167
.352
-.061
.172
.491*
.463*
.364
.368
.322
.047
1
.225
.110
.558*
Sig. (2-tailed)
.482
.128
.798
.468
.028
.040
.115
.110
.166
.844
.340
.645
.011
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Pearson Correlation
.433
.266
.541*
.367
.473*
.172
.198
.525*
.225
.179
.225
1
.418
.646**
Sig. (2-tailed)
.057
.257
.014
.112
.035
.468
.403
.017
.340
.450
.340
.067
.002
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
.632**
.039
.249
.009
.273
.204
.328
.178
.415
.515*
.110
.418
1
.547*
.003
.871
.291
.972
.245
.388
.158
.453
.069
.020
.645
.067
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
.658**
.663**
.492*
.470*
.718**
.510*
.507*
.672**
.565**
.505*
.558*
.646**
.547*
1
.002
.001
.027
.036
.000
.022
.022
.001
.009
.023
.011
.002
.013
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Pearson Correlation
Pearson Correlation
N
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Skor_Total Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2tailed).
*
.238
N
Motif13
.455
20
N
Motif12
.245
.008
N
Motif11
.277
20
N
Motif10
**
.575
Skor_Tota l
.350
N
Motif9
Motif10 Motif11 Motif12 Motif13
20
Sig. (2-tailed)
Motif8
.220
Motif9
.582
N
Motif7
-.131
Motif8
20
N
Motif6
.201
Motif7
.396
Sig. (2-tailed)
Motif5
.385
Motif6
20
N Motif4
Motif5
.094
N Motif3
Motif4
20
N Motif2
Motif3
*
.013
20
Reliability Notes Output Created
20-Jul-2017 12:10:54
Comments Input
Data
D:\Titik nitip\DATA PENELITIAN\DATA SPSS 16\UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS\DATA UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KEPUASAN VALID.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File
20
Matrix Input Missing Value Handling
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics are based on all cases with valid data for all variables in the procedure.
Syntax
RELIABILITY /VARIABLES=Kepuasan1 Kepuasan2 Kepuasan3 Kepuasan4 Kepuasan5 Kepuasan6 Kepuasan7 Kepuasan8 Kepuasan9 Kepuasan10 Kepuasan11 Kepuasan12 Kepuasan13 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE.
Resources
Processor Time
00:00:00.016
Elapsed Time
00:00:00.014
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid
% 20
Excludeda Total
100.0
0
.0
20
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.840
13
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
Kepuasan1
3.00
.795
20
Kepuasan2
3.00
.725
20
Kepuasan3
2.90
.718
20
Kepuasan4
3.30
.470
20
Kepuasan5
3.10
.447
20
Kepuasan6
3.60
.598
20
Kepuasan7
3.20
.768
20
Kepuasan8
3.10
.641
20
Kepuasan9
3.10
.852
20
Kepuasan10
3.70
.470
20
Kepuasan11
3.50
.688
20
Kepuasan12
2.80
.696
20
Kepuasan13
3.15
.745
20
Scale Statistics Mean
Variance 41.45
Std. Deviation
26.366
N of Items
5.135
13
Correlations Notes Output Created
20-Jul-2017 12:11:19
Comments Input
Data
D:\Titik nitip\DATA PENELITIAN\DATA SPSS 16\UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS\DATA UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KEPUASAN VALID.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling
20
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each pair of variables are based on all the cases with valid data for that pair.
Syntax
CORRELATIONS /VARIABLES=Kepuasan1 Kepuasan2 Kepuasan3 Kepuasan4 Kepuasan5 Kepuasan6 Kepuasan7 Kepuasan8 Kepuasan9 Kepuasan10 Kepuasan11 Kepuasan12 Kepuasan13 Total_Skor /PRINT=TWOTAIL NOSIG /STATISTICS DESCRIPTIVES /MISSING=PAIRWISE.
Resources
Processor Time
00:00:00.141
Elapsed Time
00:00:00.077
Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
Kepuasan1
3.00
.795
20
Kepuasan2
3.00
.725
20
Kepuasan3
2.90
.718
20
Kepuasan4
3.30
.470
20
Kepuasan5
3.10
.447
20
Kepuasan6
3.60
.598
20
Kepuasan7
3.20
.768
20
Kepuasan8
3.10
.641
20
Kepuasan9
3.10
.852
20
Kepuasan10
3.70
.470
20
Kepuasan11
3.50
.688
20
Kepuasan12
2.80
.696
20
Kepuasan13
3.15
.745
20
41.45
5.135
20
Total_Skor
Correlations Kepuasan Kepuasan Kepuasan Kepuasan Kepuasan Kepuasan Kepuasan Kepuasan Kepuasan Kepuasan Kepuasan Kepuasan Kepuasan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Total_Skor Kepuasan1
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed)
.233
.423
.577**
.190
.178
.529*
.533
.153
.718
1.000
.323
.063
.008
.421
.453
.017
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Pearson Correlation
.091
1
.101
.154
.324
.000
.094
.340
.341
.154
.422
.209
.195
.452*
Sig. (2-tailed)
.702
.672
.516
.163
1.000
.692
.143
.142
.516
.064
.378
.411
.045
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
1
.249
.361
.514
*
.229
.023
.275
.374
**
.379
.521
Pearson Correlation
.461
*
.101
Sig. (2-tailed)
.041
.672
.289
.118
.020
.331
.924
.240
.104
.002
.099
.018
.001
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Pearson Correlation
.282
.154
.249
1
.100
.075
.262
.245
.447*
.429
.163
.354
.466*
.530*
Sig. (2-tailed)
.229
.516
.289
.674
.754
.264
.299
.048
.059
.493
.126
.039
.016
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Pearson Correlation
.148
.324
.361
.100
1
.157
.245
.147
.387
.150
.513*
.237
.584**
.552*
Sig. (2-tailed)
.533
.163
.118
.674
.508
.297
.536
.092
.527
.021
.315
.007
.012
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
*
*
*
20
Pearson Correlation
.332
.000
.514
.075
.157
Sig. (2-tailed)
.153
1.000
.020
.754
.508
20
20
20
20
20
1
20
.112
.256
.556
.496
.456*
.848
.645
.931
.637
.277
.011
.026
.043
20
20
20
20
20
20
20
20
1
**
**
.175
.199
.374
**
.001
.004
.461
.400
.104
.006
.004
20
20
20
20
20
20
20
1
*
-.070
.119
.401
*
.518
.546*
.040
.770
.616
.079
.019
.013
.229
.262
.245
-.046
Sig. (2-tailed)
.718
.692
.331
.264
.297
.848
20
20
20
20
20
20
20 **
Sig. (2-tailed)
.340
.023
.245
.147
.110
1.000
.143
.924
.299
.536
.645
**
.669
-.021
.094
.000
*
.110
.086
Pearson Correlation
.639
-.046
Pearson Correlation
N Kepuasan8
.000
.229
N Kepuasan7
.086
20
N Kepuasan6
.332
.041
N Kepuasan5
.148
20
N Kepuasan4
.282
.702
N Kepuasan3
.461*
20
N Kepuasan2
.091
.706
.001
.706
.611
.463
.589
**
.617
N Kepuasan9
.275
.447
.323
.142
.240
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
.387
-.021
**
*
1
.210
.179
.390
.390
.663**
.048
.092
.931
.004
.040
.374
.449
.089
.090
.001
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
1
**
.129
.285
.495
.002
.589
.223
.027
20
20
20
20
.220
*
.462
.352
.040
.001
20
20
20
1
*
.611
.463
20
.154
.374
.429
.150
.112
.175
-.070
.210
Sig. (2-tailed)
.063
.516
.104
.059
.527
.637
.461
.770
.374
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
**
.422
**
.163
*
.513
.256
.199
.119
.179
**
.008
.064
.002
.493
.021
.277
.400
.616
.449
.002
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
*
Pearson Correlation
.577
.639
.651
.651
1
20
*
**
.693
Pearson Correlation
.190
.209
.379
.354
.237
.556
.374
.401
.390
.129
.220
Sig. (2-tailed)
.421
.378
.099
.126
.315
.011
.104
.079
.089
.589
.352
.038
.002
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
*
*
**
*
**
*
.518
.390
.285
*
.462
*
.467
1
.793**
N
.467
**
.645
Pearson Correlation
.178
.195
.521
.466
Sig. (2-tailed)
.453
.411
.018
.039
.007
.026
.006
.019
.090
.223
.040
.038
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
*
*
**
*
*
*
**
*
**
*
**
**
**
1
N Total_Skor
.341
*
.423
N
Kepuasan13
20
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
Kepuasan12
20
Sig. (2-tailed)
N Kepuasan11
20
.233
N Kepuasan10
20
Pearson Correlation
Pearson Correlation
.529
.452
Sig. (2-tailed)
.017
.045
20
20
N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.669
.584
.496
.589
.617
.546
.663
.495
.693
.645
.000
.530
.552
.456
.793
.001
.016
.012
.043
.004
.013
.001
.027
.001
.002
.000
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Uji Normalitas
Regression Notes Output Created
21-Jul-2017 13:30:09
Comments Input
Active Dataset
DataSet0
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling
20
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics are based on cases with no missing values for any variable used.
Syntax
REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT Y /METHOD=ENTER X /RESIDUALS HIST(ZRESID) NORM(ZRESID) /SAVE RESID.
Resources
Processor Time
00:00:01.313
Elapsed Time
00:00:01.727
Memory Required
1348 bytes
Additional Memory Required for Residual Plots Variables Created or Modified
RES_1
656 bytes Unstandardized Residual
Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Entered
Variables Removed
Motifa
Method . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Kepuasan
b
Model Summary Model
R
R Square .340a
1
Std. Error of the Estimate
Adjusted R Square
.116
.066
4.96110
a. Predictors: (Constant), Motif b. Dependent Variable: Kepuasan
ANOVAb Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
57.924
1
57.924
Residual
443.026
18
24.613
Total
500.950
19
a. Predictors: (Constant), Motif b. Dependent Variable: Kepuasan
F
Sig. 2.353
.142a
Coefficients
a
Standardized Coefficients
Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
Beta
27.785
8.977
.353
.230
Motif
t
.340
Sig. 3.095
.006
1.534
.142
a. Dependent Variable: Kepuasan
Residuals Statistics Minimum Predicted Value
Maximum
a
Mean
Std. Deviation
N
37.6589
44.7121
41.4500
1.74603
20
-9.83285
7.75652
.00000
4.82878
20
Std. Predicted Value
-2.171
1.868
.000
1.000
20
Std. Residual
-1.982
1.563
.000
.973
20
Residual
a. Dependent Variable: Kepuasan
Charts
NPAR TESTS /K-S(NORMAL)=RES_1 /MISSING ANALYSIS.
NPar Tests Notes Output Created
21-Jul-2017 13:33:42
Comments Input
Active Dataset
DataSet0
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each test are based on all cases with valid data for the variable(s) used in that test.
Syntax
Resources
20
Definition of Missing
NPAR TESTS /K-S(NORMAL)=RES_1 /MISSING ANALYSIS. Processor Time
00:00:00.031
Elapsed Time
00:00:00.006
Number of Cases Alloweda a. Based on availability of workspace memory.
196608
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
20
Normal Parameters
a
Mean
.0000000
Std. Deviation Most Extreme Differences
4.82878478
Absolute
.141
Positive
.141
Negative
-.110
Kolmogorov-Smirnov Z
.630
Asymp. Sig. (2-tailed)
.822
a. Test distribution is Normal.
Uji Homogenitas ONEWAY Hasil BY Variabel /STATISTICS HOMOGENEITY /MISSING ANALYSIS.
Oneway Notes Output Created
21-Jul-2017 15:27:39
Comments Input
Active Dataset
DataSet0
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling
40
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each analysis are based on cases with no missing data for any variable in the analysis.
Syntax
ONEWAY Hasil BY Variabel /STATISTICS HOMOGENEITY /MISSING ANALYSIS.
Resources
Processor Time
00:00:00.047
Elapsed Time
00:00:00.026
Test of Homogeneity of Variances Jawaban Responden Levene Statistic .317
df1
df2 1
Sig. 38
.577
ANOVA Jawaban Responden Sum of Squares Between Groups
Mean Square 1
72.900
966.700
38
25.439
1039.600
39
Within Groups Total
df
72.900
F
Sig. 2.866
.099
Uji Korelasi CORRELATIONS /VARIABLES=Motif Kepuasan /PRINT=TWOTAIL NOSIG /STATISTICS DESCRIPTIVES /MISSING=PAIRWISE.
Correlations Notes Output Created
21-Jul-2017 23:18:55
Comments Input
Active Dataset
DataSet0
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling
20
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each pair of variables are based on all the cases with valid data for that pair.
Syntax
CORRELATIONS /VARIABLES=Motif Kepuasan /PRINT=TWOTAIL NOSIG /STATISTICS DESCRIPTIVES /MISSING=PAIRWISE.
Resources
Processor Time
00:00:00.094
Elapsed Time
00:00:00.047
Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
Motif
38.75
4.951
20
Kepuasan
41.45
5.135
20
Correlations Motif Motif
Pearson Correlation
Kepuasan 1
Sig. (2-tailed) N Kepuasan
.340 .142
20
20
Pearson Correlation
.340
1
Sig. (2-tailed)
.142
N
20
20
Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 6. Surat Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 7. Dokumentasi Pengisian Kuesioner
Lampiran 8. Hasil Wawancara
Interview Guide : 1.
Apakah Ibu pernah menonton Serial Lonceng Cinta di ANTV?
2.
Apakah Ibu menyukai tayangan Serial Lonceng Cinta di ANTV?
3.
Apakah Ibu selalu mengikuti tayangan Serial Lonceng Cinta di ANTV?
Transkrip Wawancara dengan Kelompok Ibu Pengajian Masjid An-Nur RT 23 / RW 05 Jatimulyo pada tanggal 29 Januari 2017. 1.
Transkrip wawancara dengan Ibu Isa Widanarti : Peneliti
: Apakah Ibu Isa pernah menonton Serial Lonceng Cinta di ANTV?
Ibu Isa
: Pernah mbak.
Peneliti
: Apakah Ibu Isa menyukai tayangan tersebut?
Ibu Isa
: Iya mbak suka, tapi terkadang suka mangkel sendiri soalnya enggak ada cerita lucunya.
Peneliti
: Oh begitu. Lalu, Ibu Isa selalu mengikuti tayangan tersebut tidak?
Ibu Isa
: Mengikuti mbak, tapi kalau ada jahitan banyak ya kadang suka setengah-setengah nontonnya.
2.
Transkrip wawancara dengan Ibu Dessy Rachmawati : Peneliti
: Apakah Ibu Dessy pernah menonton Serial Lonceng Cinta di ANTV?
Ibu Dessy
: Pernah mbak.
Peneliti
: Apakah Ibu Dessy menyukai tayangan tersebut?
Ibu Dessy
: Iya mbak suka, tapi kadang males nonton kalau ceritanya baru musuh-musuhan.
Peneliti
: Lalu, Ibu Dessy selalu mengikuti tayangan tersebut tidak?
Ibu Dessy
: Ya mengikuti mbak, sambil jaga warung.
3.
Transkrip wawancara dengan Ibu Yunita Rusmiyati : Peneliti
: Apakah Ibu Mia pernah menonton Serial Lonceng Cinta di ANTV?
Ibu Mia
: Pernah mbak.
Peneliti
: Apakah Ibu Mia menyukai tayangan tersebut?
Ibu Mia
: Suka sekali mbak. Bagus, seru soalnya.
Peneliti
: Lalu, Ibu Mia selalu mengikuti tayangan tersebut tidak?
Ibu Mia
: Mengikuti terus mbak, tapi kalau ada acara, terus ketinggalan sinetronnya, saya tanya-tanya sama ibu-ibu yang lain ceritanya gimana gitu.
4.
Transkrip wawancara dengan Ibu Winarti : Peneliti
: Apakah Ibu Narti pernah menonton Serial Lonceng Cinta di ANTV?
5.
Ibu Narti
: Pernah mbak.
Peneliti
: Apakah Ibu Narti menyukai tayangan tersebut?
Ibu Narti
: tidak terlalu mbak.
Peneliti
: Berarti Ibu Narti tidak selalu mengikuti tayangan tersebut?
Ibu Narti
: Iya mbak, kalau baru lucu-lucunya saya nonton.
Transkrip wawancara dengan Ibu Ika Setyawati : Peneliti
: Apakah Ibu Ika pernah menonton Serial Lonceng Cinta di ANTV?
6.
Ibu Ika
: Pernah mbak.
Peneliti
: Apakah Ibu Ika menyukai tayangan tersebut?
Ibu Ika
: Wah suka banget mbak.
Peneliti
: Berarti Ibu Ika selalu mengikuti tayangan tersebut?
Ibu Ika
: Iya mbak, jangan sampai ketinggalan pokoknya.
Transkrip wawancara dengan Ibu Sumiati : Peneliti
: Apakah Ibu Sumiati pernah menonton Serial Lonceng Cinta di ANTV?
Ibu Sumiati : Pernah mbak. Peneliti
: Apakah Ibu Sumiati menyukai tayangan tersebut?
Ibu Sumiati : Iya mbak suka. Peneliti
: Apakah Ibu Sumiati selalu mengikuti tayangan tersebut?
Ibu Sumiati : Iya mbak, ngikutin terus, bagus soalnya. 7.
Transkrip wawancara dengan Ibu Suparmi : Peneliti
: Apakah Ibu Suparmi pernah menonton Serial Lonceng Cinta di ANTV?
Ibu Suparmi : Pernah mbak. Peneliti
: Apakah Ibu Suparmi menyukai tayangan tersebut?
Ibu Suparmi : Suka banget mbak. Peneliti
: Berarti Ibu Suparmi selalu mengikuti tayangan tersebut?
Ibu Suparmi : Iya mbak mengikuti terus, kadang nonton sambil buat makanan dagangan juga. 8.
Transkrip wawancara dengan Ibu Tentrem : Peneliti
: Apakah Ibu Tentrem pernah menonton Serial Lonceng Cinta di ANTV?
Ibu Tentrem : Pernah mbak. Peneliti
: Apakah Ibu Tentrem menyukai tayangan tersebut?
Ibu Tentrem : Suka sekali mbak. Peneliti
: Berarti Ibu Tentrem selalu mengikuti tayangan tersebut?
Ibu Tentrem : Iya mbak, sambil santai, momongan juga sudah dijemput orang tuanya, jadi TV-nya enggak ditonton sama momongan. 9.
Transkrip wawancara dengan Ibu Ria Agus Triyani : Peneliti
: Apakah Ibu Ria pernah menonton Serial Lonceng Cinta di ANTV?
Ibu Ria
: Pernah mbak.
Peneliti
: Apakah Ibu Ria menyukai tayangan tersebut?
Ibu Ria
: Tidak terlalu mbak, biasa saja.
Peneliti
: Berarti Ibu Ria tidak selalu mengikuti tayangan tersebut?
Ibu Ria
: iya mbak, kalau baru pengen saja saya nonton.
10. Transkrip wawancara dengan Ibu Hartini : Peneliti
: Apakah Ibu Hartini pernah menonton Serial Lonceng Cinta di ANTV?
Ibu Hartini : Pernah mbak. Peneliti
: Apakah Ibu Hartini menyukai tayangan tersebut?
Ibu Hartini : Biasa saja mbak. Peneliti
: Lalu, Apakah Ibu Hartini selalu mengikuti tayangan tersebut?
Ibu Hartini : Jarang mengikuti saya mbak, kalau baru pengen, ya saya nonton gitu. 11. Transkrip wawancara dengan Ibu Triningsih : Peneliti
: Apakah Ibu Tri pernah menonton Serial Lonceng Cinta di ANTV?
Ibu Tri
: Pernah mbak.
Peneliti
: Apakah Ibu Tri menyukai tayangan tersebut?
Ibu Tri
: Lumayan mbak.
Peneliti
: Apakah Ibu Tri selalu mengikuti tayangan tersebut?
Ibu Tri
: kadang-kadang mbak.
12. Transkrip wawancara dengan Ibu Setiorini : Peneliti
: Apakah Ibu Rini pernah menonton Serial Lonceng Cinta di ANTV?
Ibu Rini
: Pernah mbak.
Peneliti
: Apakah Ibu Rini menyukai tayangan tersebut?
Ibu Rini
: Suka banget mbak, seru, tapi kalau pas cerita Aliya dan Tanu ingin menghancurkan Abhi dan Pragya jadi mangkel sendiri mbak.
Peneliti
: Oh begiu. Berarti Ibu Rini selalu mengikuti tayangan tersebut?
Ibu Rini
: Iya mbak mengikuti terus, penasaran soalnya, walaupun kadang suka mangkel sendiri.
13. Transkrip wawancara dengan Ibu Dian Wika S : Peneliti
: Apakah Ibu Wika pernah menonton Serial Lonceng Cinta di ANTV?
Ibu Wika
: Pernah mbak.
Peneliti
: Apakah Ibu Wika menyukai tayangan tersebut?
Ibu Wika
: Suka banget mbak. Bagus soalnya.
Peneliti
: Berarti Ibu Wika selalu mengikuti tayangan tersebut?
Ibu Wika
: Iya mbak mengikuti terus, kadang kalau pas kerja ya lihatnya di tempat kerjaan, kalau enggak ya lihat di youtube.
14. Transkrip wawancara dengan Ibu Parjimi : Peneliti
: Apakah Ibu Jimi pernah menonton Serial Lonceng Cinta di ANTV?
Ibu Jimi
: Pernah mbak.
Peneliti
: Apakah Ibu Jimi menyukai tayangan tersebut?
Ibu Jimi
: tidak terlalu mbak.
Peneliti
: Berarti Ibu Jimi tidak selalu mengikuti tayangan tersebut?
Ibu Jimi
: Iya mbak, soalnya kalau pulang kerja sudah capek, jadi saya nontonnya jarang. Kalau nonton ya cuma penasaran saja, soalnya ibu-ibu pada suka mbak.
15. Transkrip wawancara dengan Ibu Yatimah : Peneliti
: Apakah Ibu Ima pernah menonton Serial Lonceng Cinta di ANTV?
Ibu Ima
: Pernah mbak.
Peneliti
: Apakah Ibu Ima menyukai tayangan tersebut?
Ibu Ima
: tidak terlalu mbak.
Peneliti
: Berarti Ibu Ima tidak selalu mengikuti tayangan tersebut?
Ibu Ima
: Iya, tidak mengikuti mbak, jarang sekali saya nontonnya, soalnya jam segitu saya dampingi anak belajar.
16. Transkrip wawancara dengan Ibu Widati :
Peneliti
: Apakah Ibu Widati pernah menonton Serial Lonceng Cinta di ANTV?
Ibu Widati
: Pernah mbak.
Peneliti
: Apakah Ibu Widati menyukai tayangan tersebut?
Ibu Widati
: Suka mbak, bagus soalnya.
Peneliti
: Berarti Ibu Widati selalu mengikuti tayangan tersebut?
Ibu Widati
: Iya mengikuti terus mbak, kadang kalau TV baru ditonton acara lain, saya suka ketempat tetangga terus ikut nonton Lonceng Cinta itu.
17. Transkrip wawancara dengan Ibu Sumarsih : Peneliti
: Apakah Ibu Marsih pernah menonton Serial Lonceng Cinta di ANTV?
Ibu Marsih : Pernah mbak. Peneliti
: Apakah Ibu Marsih menyukai tayangan tersebut?
Ibu Marsih : Suka banget mbak. Bagus soalnya. Peneliti
: Berarti Ibu Marsih selalu mengikuti tayangan tersebut?
Ibu Marsih : Iya mbak, seru soalnya, tapi kalau ceritanya pas si Aliya merencanakan rencana jahat, suka jengkel gregetan sendiri. 18. Transkrip wawancara dengan Ibu Sonikun S : Peneliti
: Apakah Ibu Sonikun pernah menonton Serial Lonceng Cinta di ANTV?
Ibu Sonikun : Pernah mbak. Peneliti
: Apakah Ibu Sonikun menyukai tayangan tersebut?
Ibu Sonikun : Suka mbak. Peneliti
: Berarti Ibu Sonikun selalu mengikuti tayangan tersebut?
Ibu Sonikun : Iya mbak mengikuti terus, bagus soalnya, ibu-ibu lainnya juga pada suka nonton itu. 19. Transkrip wawancara dengan Ibu Iswanti : Peneliti
: Apakah Ibu Wanti pernah menonton Serial Lonceng Cinta di ANTV?
Ibu Wanti
: Pernah mbak.
Peneliti
: Apakah Ibu Wanti menyukai tayangan tersebut?
Ibu Wanti
: Suka banget mbak. lucu soalnya.
Peneliti
: Berarti Ibu Wanti selalu mengikuti tayangan tersebut?
Ibu Wanti
: Iya mbak, mengikuti terus, kadang kalau TV-nya baru ditonton sama anak, ya saya ngalah, terus saya nontonnya di youtube gitu.
20. Transkrip wawancara dengan Ibu Enny Sudarti : Peneliti
: Apakah Ibu Enny pernah menonton Serial Lonceng Cinta di ANTV?
Ibu Enny
: Pernah mbak.
Peneliti
: Apakah Ibu Enny menyukai tayangan tersebut?
Ibu Enny
: Iya mbak, suka banget. Bagus soalnya.
Peneliti
: Berarti Ibu Enny selalu mengikuti tayangan tersebut?
Ibu Enny
: Iya mbak mengikuti terus, nonton sambil buat makanan untuk dijual paginya.