PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU SEBELUM DAN SESUDAH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG STROKE PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS PASAR AMBON (Skripsi)
Oleh FUAD IQBAL ELKA PUTRA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
ABSTRACT
KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR DIFFERENCES OF HYPERTENSION PATIENTS BEFORE AND AFTER STROKE OF HEALTH EDUCATION IN PASAR AMBON PRIMARY HEALTH CENTER
By
Fuad Iqbal Elka Putra
Background: Hypertension is the leading cause of death globally and nationally. During 2014, in Lampung Province hypertension caused 30,01% of all disease incidence. Moreover, Hypertension caused 77% of stroke incidence. In order to reduce mortality, morbidity and disability due to stroke, it can be conducted by health education intervention. The purpose of this research is to analyses knowledge, attitude, and behavior differences between before and after stroke health education. Methode: This study design is quassy-exprimental with pretest - posttest group design in 48 person who suffer from hypertension in Pasar Ambon Primary Health Center. Health education performed for one month using a lecture methode and power point slide as a audiovisual media. Data were analyzed using univariate and bivariate (Wilcoxon test). Results: The median before and after intervention of knowledge score are 6.0 and 7.0. The median before and after intervention of attitude score are 9.5 and 10.0. The median before and after intervention of behavior score are 7.0 and 9.0. Wilcoxon test showed that there was difference between before and after health education with p value <0.001 Conclusion: There are differences in knowledge, attitudes, and behaviors before and after health education about stroke in patients with hypertension. Keywords: attitude, behavior, hypertension, knowledge.
ABSTRAK
PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU SEBELUM DAN SESUDAH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG STROKE PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS PASAR AMBON
Oleh
Fuad Iqbal Elka Putra
Latar Belakang: Hipertensi merupakan penyebab kematian utama secara global maupun nasional. Di Provinsi Lampung tahun 2014, hipertensi menduduki penyakit nomor 1 dengan persentase 30,01% kejadian. Sebanyak 77% penyebab stroke disebabkan oleh hipertensi. Dibutuhkan upaya untuk menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan akibat stroke melalui intervensi pendidikan kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku antara sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan tentang stroke. Metode: Desain penelitian ini ialah eksperimen semu (quassy experiment) dengan rancangan pretest - posttest grup desain pada 48 masyarakat yang menderita hipertensi di Puskesmas Pasar Ambon. Pendidikan kesehatan dilakukan selama satu bulan dengan menggunakan metode ceramah dan media audiovisual berupa slide power point. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariate menggunakan uji Wilcoxon Hasil: Nilai median pengetahuan dari 6,0 menjadi 7,0 setelah intervensi. Nilai median sikap dari 9,50 menjadi 10,0 setelah intervensi. Nilai median perilaku dari 7,0 menjadi 9,0 setelah intervensi. Pada uji Wilcoxon didapatkan hasil analisis bivariat semua variabel dengan p value <0,001 yang menunjukkan terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan. Simpulan: Terdapat perbedaan pengetahuan, sikap, dan perilaku antara sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan tentang stroke pada penderita hipertensi. Kata Kunci : hipertensi, pengetahuan, perilaku, sikap.
PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU SEBELUM DAN SESUDAH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG STROKE PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS PASAR AMBON
Oleh FUAD IQBAL ELKA PUTRA
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, 22 November 1995, sebagai anak kedua dari dua bersaudara. Ayah bernama Abdul Kadir dan Ibu bernama Elydar Magdalena. Penulis memiliki seorang kakak laki-laki bernama Farouq Qadafi Elka Putra lahir pada 01 Oktober 1995. Latar belakang pendidikan penulis dimulai dari Taman Kanak-Kanak (TK) Kuntum Suci II (Kampung Dukuh III) pada tahun 2000, SD Negeri 03 Kampung Dukuh tahun 2001, SMP Negeri 81 Jakarta Timur, SMA Negeri 67 Jakarta Timur, dan Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Lampung angkatan 2013. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif menjadi Executive Apprentice (EA) BEM FK UNILA periode 2013/2014, Kardiak Muda FSI Ibnu Sina FK UNILA periode 2013/2014, Anggota Muda Lunar FK UNILA periode 2013/2014, Staff PSDMO BEM FK Unila periode 2014/2015, Sekretaris Umum FSI Ibnu Sina FK Unila periode 2014/2015, Sekretaris Bidang PAB Lunar FK Unila periode 2014/2015. Pada tahun ajaran 2015/2016 penulis diamanahkan menjadi
Ketua Umum Lunar FK Unila selama 1 tahun. Selain itu, penulis pernah tergabung sebagai Asisten Dosen Patologi Klinik tahun 2015-2016. Dalam organisasi diluar FK Unila, penulis aktif di Yayasan Rabiah (Rumah Abid Bintang Harapan) yang berkecimpung dalam bidang kesehatan sosial, didirikan oleh dr. Bintang Siregar, Sp. B Onk (K). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam ajang Pekan Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian (PKM-M), Perlombaan Poster Ilmiah Tingkat Nasional dan tiga kali masuk ke dalam 10 besar Finalis, dua kali sebagai finalis di Medsmotion FK UNS, satu kali di SPORA FK Unsri. Salah satu Judul Poster Ilmiah yang pernah dibuat penulis “Potensial Epidermal Growth Factor Injeksi Intralesi Sebagai Terapi Adjuvan Penyembuhan Ulkus Diabetikum” poster tersebut masuk ke dalam 10 besar finalis pada perlombaan Medsmotion FK UNS. Penulis juga pernah menjadi finalis lomba AMSW (Airlangga Medical Scientific Week) cabang lomba Article Review Penulis pernah mengikuti perlombaan Essay Diesnatalis FK Unila ke-13 dengan judul “Slogan “Se.Ge.Ra” Wujudkan Visi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Demi Terwujudnya Indonesia Sehat” dan meraih Juara II. Dalam kegiatan organisasi, penulis pernah menjadi Peserta Terbaik Ikhwan FSI Ibnu Sina periode 2013/2014, Staff of The Year BEM FK Unila Kabinet Acinar tahun 2015.
Bismillahirrahmanirrahim
Skripsi ini kupersembahkan sebagai rasa syukur dan cintaku kepada Allah SWT, Mama, Papa, Mas Dafi, dan Faisal. Karya ini hanya sebagian kecil dari perjalanan hidup ku, semoga karya ini dapat menjadi jembatan perjalanan hidupku agar bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Aamiin…
SANWACANA
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat kepada kita semua, nikmat kesempatan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para istri-istri beliau, anak-anak beliau, para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in, semoga kita diberi syafaat oleh beliau. Skripsi dengan judul “Perbedaan Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Sebelum Dan Sesudah Pendidikan Kesehatan Tentang Stroke Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Pasar Ambon” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Universitas Lampung. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1) Keluarga saya tercinta, Mama, Papa, Mas Dafi, dan Faisal. Terima kasih atas seluruh doa yang kalian panjatkan siang dan malam sehingga tanpa disadari membuat aku bisa berjuang hingga saat ini. Semoga kita semua dipertemukan oleh Allah SWT didalam SurgaNya. Aamiin.
i
2) Dr. dr. Muhartono, M.Kes, Sp.PA selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. 3) Dr. Dyah Wulan S.R.W, S.KM., M.Kes selaku pembimbing 1 saya. Terima kasih bu atas segala bimbingan, ilmu, motivasi, dan atas kesabaran ibu dalam membantu saya menyelesaikan skripsi ini. Ibu bukan sekedar pembimbing, namun juga tokoh yang menjadi inspirasi bagi saya dalam bidang penelitian dan pengabdian. 4) dr. Rika Lisiswanti, M. Med Ed selaku pembimbing 2 saya. Terima kasih dok atas masukan, kesabaran dan kesediaan dokter membimbing saya menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa juga atas setiap nasihat dokter kepada saya selama masa di kuliah ini. 5) Minerva Nadia Putri, S.KM., M.KM selaku pembahas saya, bersedia menyediakan waktunya untuk setiap masukan pada skripsi saya sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. 6) dr. Betta Kurniawa, M.Kes selaku guru, dosen, ustad saya selama saya berada di FK Unila. Terima kasih atas segala motivasi hidup, nasihat dunia, ajaran keislaman dan seluruh hal yang dokter pernah ucapkan atau lakukan. Sosok dosen yang selalu tenang dan sabar pada mahasiswanya, semoga ilmu yang engkau tanamkan padaku dapat saya terapkan setiap harinya. 7) Keluarga Bude, Pakde, Mas Alan, Mas Atang, Mas Raga yang sedari kecil merawat dan membesarkan ku, bukan sekedar ikatan sepupu ataupun ponakan, namun telah menjadi keluarga kedua bagiku. Terkhusus buat
ii
Bude yang selalu doain Fuad dan merawat Fuad selagi kecil, semoga Bude dan keluarga selalu diberikan kesehatan oleh Allah SWT. 8) Untuk seluruh kader Puskesmas Pasar Ambon khususnya Kepala Puskesmas Pasar Ambon, Ibu Atik, Ibu Nurbaiti, Ibu Nurafifah, Ibu Indah yang mau saya repotkan setiap pekannya, tanpa kalian penelitian ini tidak akan berjalan sama sekali. Mohon maaf dari saya apabila selalu menyulitkan ibu-ibu semua. 9) Untuk teman – teman saya yang berjuang bersama sejak semester awal, Marco, Fadel, Tito, Firza, Katin, Fauziah, Faridah, Hanum, Iin, Zulfa, Nida, Meti, Sayik, Zahra dan Wahid. Semoga kelak menjadi dokter bersama. Semangat dan semoga Allah SWT senantiasa memberikan kalian kesehatan aamiin. 10) Untuk teman KKN saya di Bumi Dipasena Utama, teman seperjuangan di FK Unila 2013 Denjaka, semoga silaturahmi kita bisa terus terjalin. Semoga sukses untuk kita semua 11) Untuk sahabat seiman saya selama liqo, Teguh, Ega, Fadel, Marco, Raju, Agus, Fathan, Farishal, Yoga, Restu, Anam, Arif S, Jefri. Terima kasih atas segala ilmu dan kebersamaan yang pernah kita ciptakan bersama, dan bantuan selama penelitian ini. Semoga Allah SWT selalu menjaga kita, dan kita tetap istiqomah berada di jalan ajaran agama ini. 12) Untuk adik-adik saya yang bersama – sama mengurus Lunar selama satu periode, untuk Ajeng, Fahrezi, Debby, Aminah, Yogi, Angga, Panji, Leni, Rini, dan Lulu terima kasih telah menemani dikala sulitnya membangun impian di organisasi ini.
iii
13) Seluruh civitas akademika FK Unila yang telah membantu saya baik dalam perkuliahan, organisasi ataupun pembuatan skripsi. Manusia terlahir sebagai makhluk yang lemah, karena itu manusia butuh orang lain. 14) Semua pihak yang tidak bisa saya cantumkan namanya di lembaran ini, kalian bisa jadi tidak ada dalam lembaran ini, tapi kalian akan selalu ada di hati ini, percayalah. Ucapan terima kasih Penulis haturkan kepada kalian semua, karena bersama kalian dan tentu atas izin-Nya lah skripsi ini dapat sampai kepada Pembaca saat ini. Kritik dan saran sangatlah penulis harapkan demi perbaikan di masa mendatang. Semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan serta bisa menjadi amal jariyah untuk kita semua Bandar Lampung, Januari 2017 Penulis
Fuad Iqbal Elka Putra NPM. 1318011075
iv
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI…………………………………………………….…………… v DAFTAR TABEL…………………………………………………………… viii DAFTAR GAMBAR……………………………………………………...… ix BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……………………………………………………. 1 1.2
Rumusan Masalah………………………………………………… 5
1.3
Tujuan Penelitian…………………………………………………. 5
1.4
Manfaat Penelitian………………………………………………... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi 2.1.1. Definisi Hipertensi………………………………………..… 7 2.1.2. Klasifikasi Hipertensi………………………………...…..… 7 2.1.3. Patofisiologi Hipertensi menjadi Stroke………………….... 8 2.1.4. Komplikasi Hipertensi...........................................................10 2.2
Stroke 2.2.1 2.2.2 2.2.3 2.2.4 2.2.5
2.3
Definisi Stroke…………………………………………….. 10 Etiologi Stroke…………………………………………….. 11 Patofisiologi Stroke……………………………………….. 12 Faktor Risiko Stroke…………………………………….… 15 Pencegahan Stroke Pada Pasien Hipertensi……………...... 17
Pendidikan Kesehatan 2.5.1. Definisi…………………………………………………… 19 2.5.2. Sasaran…………………………………………………… 19 v
2.5.3. Metode............................................................................... 2.5.4. Media……………………………………………………. 2.4
20 22
Pengetahuan 2.4.1. Definisi Pengetahuan……………………………………. 24 2.4.2. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan……………….. 25 2.4.3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Tentang Stroke………………………………………….. 26
2.5
Sikap 2.5.1 Definisi Sikap………..………………………….……….. 27 2.5.2 Faktor yang Mempengaruhi Sikap…………………...….. 27 2.5.3 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku….… 28
2.6
Perilaku 2.4.1. Definisi Perilaku……………………………………...…. 2.4.2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku............................... 2.4.3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku…....
29 29 30
2.7
Kerangka Teori…………………………………………..…….
31
2.8
Kerangka Konsep………………………………………….…..
33
2.9
Hipotesis…………………………………………………….…
33
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian………………………………………………. 34 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………….
35
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi………………………………………….……….. 35 3.3.2 Sampel……………………………………………..…….. 35 3.4. Identifikasi Variabel Penelitian………………………………… 38 3.5. Definisi Operasional…….……………………………………… 39 3.6. Pengumpulan Data 3.6.1 Langkah Kerja………………………………………….… 40 3.6.2 Alat Pengumpulan…………………………………..…… 41 3.7
Pengolahan Data dan Analisis Data 3.7.1 Pengolahan Data………………………………................ 43 3.7.2 Analisis Data…………………………………………….. 44
3.8
Alur Penelitian ………………………………………………… 46
3.9
Etika Penelitian ………………………………………………..
47
vi
BAB IV HASILDAN PEMBAHASAN 4.1
Hasil Penelitian……………………………………………....... 48 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian…………... 48 4.1.2 Data Karakteristik Responden………………….…51 4.1.3 Analisis Univariat……………………………….…53 4.1.4 Analisis Bivaariat……………………………….…58
4.2
Pembahasan 4.2.1 4.2.2
Distribusi Karakteristik Responden………………..59 Perbedaan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Sebelum dan Sesudah Pendidikan Kesehatan……..64
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 75
Simpulan……………………………………………………………
5.2
Saran………………………………………………………………..76
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII…………………………….....
8
2.
Definisi Operasional…………………………………………...………..
39
3.
Nilai Cronbach’s Alpha…………………………………………………
43
4.
Hasil perhitungan uji reliabilitas……………………………………..…
43
5.
Jumlah sarana dan prasarana di Puskesmas Pasar Ambon tahun 2016
51
6.
Tenaga kerja kesehatan di Puskesmas Pasar Ambon tahun 2016……...
51
7.
Distribusi karakteristik responden………………………………….......
52
8.
Uji normalitas data……………………………………………………...
55
9.
Gambaran distribusi pengetahuan, sikap, dan perilaku penderita hipertensi sebelum pendidikan kesehatan……………………………………….…
56
10. Gambaran distribusi pengetahuan, sikap, dan perilaku penderita hipertensi sesudah pendidikan kesehatan………………………………………….
57
11. Gambaran distribusi pengetahuan, sikap, dan perilaku penderita hipertensi sesudah pendidikan kesehatan………………………………………….
58
12. Distribusi karakteristik pengetahuan, sikap, dan perilaku responden sesudah pendidikan kesehatan………………………………………….
58
13. Uji korelasi Wilcoxon ……………………………………………..……
60
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.
Hubungan status kesehatan, perilaku, dan pendidikan kesehatan…..…
2.
Kerangka konsep…………………………………………………….… 33
3.
Pola Rancangan One Group Pre-test dan Post-test Design……………. 34
32
ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Kemenkes RI, 2016). Hipertensi kini terus menjadi masalah global karena prevalensinya yang terus meningkat sejalan perilaku gaya hidup kurang baik seperti obesitas, merokok, penggunan alkohol, stress psikososial, dan kurangnya aktivitas (World Health Organization, 2013). Hampir disetiap negara, hipertensi menduduki peringkat pertama penyakit yang paling sering dijumpai (World Health Organization, 2000).
Hipertensi adalah salah satu faktor risiko utama kematian global dan diperkirakan telah menyebabkan 9,4 % kematian dunia per tahunnya. Prevalensi hipertensi disetiap tahunnya diperkirakan akan terus meningkat sebanyak 7,2% mulai tahun 2013 hingga 2030 (American Heart Association, 2013). Menurut
2
World Health Organization (WHO) pada tahun 2000 jumlah pengidap hipertensi ini setara dengan 26,4% penduduk bumi.
Di Indonesia pada tahun 2013 menunjukkan bahwa secara nasional 25,8% penduduk Indonesia menderita penyakit hipertensi (Kemenkes RI, 2016). Di Provinsi Lampung sendiri menurut Data Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2014, hipertensi primer termasuk dalam peringkat pertama penyakit terbanyak dengan jumlah kasus 519.620 atau setara 30,01%. Hipertensi menyebabkan sekitar 9,4% kematian di seluruh dunia setiap tahunnya. Komplikasinya dapat menyebabkan setidaknya 45% kematian karena penyakit jantung dan 51% kematian karena penyakit stroke. Kedua penyakit ini yakni jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030.
Sebanyak 77% penyebab utama stroke adalah hipertensi (Go dkk, 2014). Menurut data dari WHO, 15 juta orang menderita stroke setiap tahunnya, 5,5 juta diantaranya meninggal, 10 juta lainnya mengalami kecacatan permanen. Di Indonesia stroke menjadi penyebab kematian dan kecacatan utama pada semua umur dengan prevalensi sebanyak 500.000 jiwa setiap tahun. Dari jumlah itu, sekitar 250.000 orang meninggal dunia, dan sisanya cacat ringan maupun berat (Lefrina dan Yeni, 2010). Diperkirakan angka ini akan terus meningkat, mengingat gaya hidup yang terus serba mudah, usia seseorang meningkat, kemiskinan, dan akses pelayanan kesehatan yang kurang memuaskan. Apabila
3
angka kematian, kesakitan dan kecacatan ini terus meningkat maka akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja dan meningkatnya biaya pengobatan (World Health Organization, 2013).
Untuk dapat mengurangi angka kejadian stroke di Indonesia dapat dilakukan dengan cara meningkatkan pengetahuan individu, kelompok atau masyarakat mengenai hipertensi. Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran pendidikan kesehatan (Notoadmojo, 2007). Menurut Fahmi Idris dalam Hashman (2009) seharusnya program kesehatan lebih ditujukan pada perubahan perilaku (promotif dan preventif). Karena perubahan perilaku berkontribusi 50% dalam menyehatkan masyarakat, sedangkan program pengobatan (kuratif dan rehabilitatif) hanya berkontribusi sekitar 10% untuk menyehatkan masyarakat khususnya dalam mencegah stroke.
Strategi yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kejadian stroke yaitu dengan pendidikan kesehatan. Menurut Notoadmojo (2007) pendidikan kesehatan efektif digunakan untuk merubah perilaku individu, kelompok atau masyarakat. Pendidikan kesehatan memiliki berbagai metode jika dilihat dari jumlah pesertanya, ada yang menggunakan metode ceramah, role play, forum group discussion, seminar, audio visual dan lain-lain. Pendidikan kesehatan
4
mengenai hipertensi dapat dilakukan menggunakan metode ceramah dan menggunakan media audio visual.
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih pada tahun 2013 di Klaten pada penderita hipertensi ditemukan pengetahuan mereka tentang stroke sangat rendah. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan perilaku masyarakat dalam mencegah stroke berubah menjadi lebih baik dibandingkan sebelum dilakukan pendidikan kesehatan.
Dari studi pendahuluan oleh peneliti, jumlah penderita hipertensi di Puskesmas Pasar Ambon masuk kedalam 5 kelompok penyakit terbanyak yang diderita. Melalui wawancara lebih lanjut, para penderita disana merasa bosan dengan penyuluhan pada biasanya dan mereka butuh motivasi dari pihak lain yang dapat memberi informasi tambahan bagi mereka. Sebenarnya kegiatan rutin yang disediakan oleh puskesmas sudah ada tiap bulannya melalui posbindu, tetapi antusias mereka terhadap penyakit hipertensi yang diderita masih dianggap bukan masalah bagi mereka. Hal inilah yang mendorong peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Perbedaan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Sebelum dan Sesudah Pendidikan Kesehatan Tentang Stroke Pada Penderita Hipertensi di Puskesmas Pasar Ambon.”
5
1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah terdapat perbedaan pengetahuan, sikap, dan perilaku sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan tentang stroke pada penderita hipertensi di Puskesmas Pasar Ambon?”
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1
Tujuan Umum Mengetahui perbedaan pengetahuan, sikap, dan perilaku sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan tentang stroke pada penderita hipertensi di Puskesmas Pasar Ambon.
1.3.2
Tujuan Khusus 1.
Mengetahui perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan tentang stroke pada penderita hipertensi di Puskesmas Pasar Ambon.
2.
Mengetahui perbedaan sikap sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan tentang stroke pada penderita hipertensi di Puskesmas Pasar Ambon.
3.
Mengetahui perbedaan perilaku sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan tentang stroke pada penderita hipertensi di Puskesmas Pasar Ambon.
6
1.4 Manfaat Penelitian 1.
Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, sebagai bahan referensi mengenai informasi ilmiah tentang perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan stroke
2.
Bagi peneliti selanjutnya, sebagai sumber referensi dalam pengambilan data untuk penelitian berikutnya.
3.
Bagi peneliti sendiri, untuk menambah wawasan mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku penderita hipertensi dalam mencegah stroke.
4.
Bagi masyarakat, khususnya penderita hipertensi menambah pemahaman pengetahuan, sikap, dan perilaku penderita hipertensi dalam menurunkan angka kejadian stroke.
5.
Bagi pembaca lain, dapat menjadi referensi tentang etiologi hingga penatalaksanaan terhadap penyakit stroke dan hipertensi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi 2.1.1
Definisi Hipertensi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik lebih dari 140/90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit saat keadaan istirahat. Peningkatan tekanan darah dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan penyakit gagal ginjal, jantung koroner, dan stroke bila tidak dideteksi secara dini dan pengobatan yang memadai (Kemenkes RI, 2014).
2.1.2 Klasifikasi Hipertensi Hipertensi diklasifikasikan menjadi 2 yaitu: (Kemenkes RI, 2014). 1. Berdasarkan penyebab
8
a.
Hipertensi primer Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui, dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang beraktifitas dan pola makan. Terjadi pada 90% penderita hipertensi
b.
Hipertensi sekunder Hipertensi yang diketahui penyebabnya, diderita 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Sekitar 1-2% disebabkan oleh penyakit hormonal (Pil KB)
2. Berdasarkan tekanan darah The American Heart Association (AHA) membentuk suatu organisasi yang disebut The Joint National Committee (JNC) yang membuat klasifikasi, cara diagnosis, dan penatalaksanaan hipertensi. Pada tahun 2003, pedoman mengenai hipertensi JNC VII yang merupakan revisi dari JNC VI 1997 diterbitkan. Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII terlihat pada tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII Kategori Normal Pre Hipertensi Hipertensi Grade 1 Hipertensi Grade 2
Sistolik (mmHg) < 120 120-139 140-159 ≥ 160
Dan/Atau Dan Atau Atau Atau
Diastolik (mmHg) < 80 80-89 90-99 ≥ 100
2.1.3 Patofisiologi Hipertensi Menjadi Stroke Tekanan darah tinggi terjadi karena adanya gangguan dalam sistem peredaran darah. Gangguan tersebut dapat berupa gangguan sirkulasi
9
darah, gangguan keseimbangan cairan dalam pembuluh darah atau komponen dalam darah yang tidak normal. Gangguan tersebut menyebabkan darah tidak dapat disalurkan ke seluruh tubuh dengan lancar. Untuk itu, diperlukan pemompaan yang lebih keras dari jantung. Hal ini akan berdampak pada meningkatnya tekanan dalam pembuluh darah atau disebut hipertensi (Price dan Wilson, 2002). Tekanan darah tinggi itu sendiri merupakan kondisi degeneratif yang disebabkan oleh gaya hidup berbudaya yang kurang sehat.
Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan tingkat keparahan dari faktor risiko yang dapat dikontrol seperti stres, obesitas, nutrisi, gaya hidup; serta faktor risiko yang tidak dapat dikontrol seperti genetik, usia, jenis kelamin dan etnis (Susalit, 2001). Apabila pada orang dengan usia lanjut yang memiliki endotel pembuluh darah yang lemah tidak dapat memodifikasi gaya hidup yang sehat maka akan memicu risiko terjadinya hipertensi. Jika hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah atau membuat pecahnya pembuluh darah arteri di otak, maka pembuluh darah otak kita akan kekurangan suplai oksigen, dan apabila tidak tertangani dengan baik, hal ini akan berakibat luas menjadi stroke (Michael dan Aminoff, 2002).
10
2.1.4 Komplikasi Hipertensi Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel arteri dan mempercepat atherosklerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Hipertensi adalah faktor risiko utama untuk penyakit serebrovaskular (stroke, transient ischemic attack), penyakit arteri koroner (infark miokard, angina), gagal ginjal, demensia, dan atrial fibrilasi.
Bila
penderita
hipertensi
memiliki
faktor-faktor
risiko
kardiovaskular lain, maka akan meningkatkan angka kematian dan kecacatan akibat gangguan kardiovaskularnya tersebut (Depkes RI, 2006). Menurut Studi Framingham, pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan risiko yang bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal jantung (Dosh, 2001).
2.2 Stroke 2.2.1
Definisi Stroke Stroke disebabkan oleh gangguan suplai darah ke otak, biasanya disebabkan karena pembuluh darah terhambat oleh plak dalam darah. Akibat terganggunya aliran tersebut menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen dan nutrisi, sehingga terjadi kerusakan pada jaringan otak (Goldstein dkk, 2006).
11
2.2.2
Etiologi Stroke Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh terhentnya suplai darah ke bagian otak. Stroke biasanya disebabkan oleh salah satu dari empat etiologi berikut ini (Suzanne dan Smeltzer, 2001). 1) Trombosis serebri Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemia pada jaringan otak lalu dapat menimbulkan edema di jaringan sekitarnya. Trombosis biasa terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Tanda dan gejala neurologis sering kali memburuk dalam 48 jam setelah terjadi thrombosis. 2) Emboli serebri Emboli serebri merupakan sumbatan pembuluh darah otak oleh karena bekuan darah, lemak, dan udara. Biasanya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul 10-30 detik. Keadaan jantung berikut dapat menimbulkan emboli serebri: infark miokardium, fibrilasi, dan aritmia. 3) Hemoragik Perdarahan intrakranial yaitu perdarahan pada ruang subarakhnoid dan intraserebri. Perdarahan ini dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi. Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan penekanan, pemisahan jaringan otak lalu otak menjadi edema,
12
jaringan otak menjadi tertekan sehingga terjadi infark otak dan mungkin herniasi otak. 4) Hipoksia umum Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah: (1) hipertensi yang parah, (b) henting jantung paru, (3) curah jantung menurun akibat aritmia.
2.2.3
Patofisiologi Stroke Dalam kehidupan sehari-hari otak membutuhkan suplai darah yang konstan dimana dalam hal ini semua perubahan tekanan perfusi dan sistem sirkulasi sentral dipelihara oleh suatu fenomena autoregulasi. Adanya gangguan sirkulasi darah otak dapat menimbulkan jejas atau cedera pada otak melalui empat mekanisme yaitu penebalan dinding arteri karena aterosklerosis, pecahnya dinding arteri karena hipertensi, edema serebri, dan thrombosis serebri (Satyanegara, 2010). 1) Stroke iskemik Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebri, biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur, atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya timbul edema. Kesadaran umumnya baik (Muttaqin, 2008). Iskemia berarti penyempitan pada pembuluh darah arteri. Sistem saraf pusat kita butuh energi yang harus selalu dipenuhi tanpa sedikitpun ada gangguan. Apabila sedetik
13
saja sel-sel neuron diotak kita tidak mendapatkan glukosa dan oksigen yang cukup melalui dari alirah darah maka otak akan mengalami gangguan fungsi (Baehr, 2005). Penyebab dari stroke iskemik : a.
Infark karena emboli Sebanyak 80% stroke iskemik disebabkan karena emboli. Bekuan darah atau bagian-bagian dari ateroplak pembuluh darah besar ekstrakranial terbawa oleh aliran darah menuju otak yang apabila terjadi penumpukan diotak maka dapat menjadi aterosklerosis baru di pembuluh darah otak. Trombus emboli terkadang
secara
spontan
akan
larut
oleh
obat-obatan
trombolitik, jika ini terjadi secara cepat maka deficit neurologi pada pasien dapat membaik dan tidak terjadi kerusakan jangka panjang. Namun apabila thrombus tidak dilisiskan selama beberapa jam hingga hari maka akan terjadi kematian sel dan defisit neurologis yang permanen (Graham, 2005). b.
Infark lakunar Infark lakunar disebabkan perubahan mikroangiopati di arteri kecil dengan penyempitan yang progresif dari lumen arteri. Hialinosis di dinding pembuluh darah kecil akibat arterial hypertension akan menyebabkan risiko terjadinya infark lakunar (Graham, 2005).
14
2) Stroke hemoragik Merupakan perdarahan intraserebri dan subarakhnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada jaringan tertentu. Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologi fokal akut dan disebabkan oleh perdarahan substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena trauma kepala melainkan pecahnya pembuluh arteri, vena dan kapiler (Widjaja, 2006). Penyebab tersering dari stroke hemoragik adalah hipertensi (Michael dan Aminoff, 2002). Terdapat perbedaan tanda
dan
gejala
perdarahan
intraserebri
dan
perdarahan
subarakhnoid. a. Perdarahan intraserebri Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) biasanya karena hipertensi yang mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menyebabkan edema (Muttaqin, 2008). Pada pasien perdarahan intraserebri biasanya pasien dating tiba-tiba, defisit neurologis yang sangat parah, sakit kepala, papilloedema, dan muntah (Michael dan Aminoff, 2002). b. Perdarahan subarakhnoid Perdarahan yang berasal dari pecahnya aneurisma berry. Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulus willisi dan cabang-cabangnya. Pecahnya arteri lalu menuju ruang subarachnoid menyebabkan tekanan intra kranial meningkat
15
(Muttaqin, 2008). Pada pasien dengan perdarahan subarakhnoid biasanya datang tiba-tiba dengan sakit kepala berat, terdapat kaku kuduk, kehilangan kesadaran, muntah, papilloedema, dan defisit neurologis (Michael dan Aminoff, 2002).
2.2.4
Faktor Risiko Stroke Secara garis besar menurut (American Heart Association, 2016) faktor risiko terjadinya stroke dibagi menjadi 2, yaitu: 1) Faktor risiko dapat di modifikasi a. Tekanan darah Tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg. Jika seseorang memiliki tekanan darah 140/90 secara konstan hal ini disebut hipertensi. Tekanan darah merupakan penyebab utama terjadinya stroke. b. Merokok Konsumsi rokok secara terus-menerus dapat merusak pembuluh darah. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya blokade aliran darah. c. Diabetes mellitus (DM) Memiliki penyakit DM dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke arena DM dapat menyebabkan penyakit baru pada pembuluh darah di otak.
16
d. Tinggi kolesterol Tinggi kolesterol dapat meningkatkan faktor risiko blockade arteri. Jika blockade pembuluh arteri terjadi pada otak maka akan terjadi stroke. e. Penyakit arteri karotis Arteri karotis pada leher merupakan suplai darah terbanyak menuju otak. Kerusakan pembuluh darah arteri karotis oleh lemak dapat menimbulkan plak pada dinding arteri karotis. f. Aktifitas fisik dan obesitas Jarang olahraga dan obesitas meningkatkan risiko hipertensi, kolesterolemia, diabetes, penyakit jantung dan stroke. 2) Faktor risiko tidak dapat di modifikasi a. Umur Stroke terjadi pada semua kelompok umur produktif. Namun semakin tua usia seseorang maka semakin meningkatkan faktor risiko stroke. b. Jenis kelamin Pada kelompok umur, laki-laki lebih berisiko terkan stroke dibandingkan perempuan. c. Genetik Seseorang yang memiliki riwayat genetik keluarga terkena stroke maka akan berisiko lebih besar terkena stroke
17
d. Pernah terkena stroke Pasien yang sebelumnya pernah terkena stroke maka akan meningkatkan risiko lebih besar untuk terkena kembali jika tidak merubah faktor risiko yang dapat dimodifikasi.
2.2.5
Pencegahan Stroke Pada Pasien Hipertensi Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia tahun 2012, stroke dapat dicegah dengan merubah gaya hidup, mengendalikan, mengontrol, dan mengobati penyakit yang menjadi faktor risiko, terutama faktor risiko tertinggi hipertensi. Pencegahan stroke bagi pasien hipertensi dibagi menjadi dua yaitu: 1) Pencegahan primer Pencegahan primer adalah upaya yang dilakukan sebelum seseorang terkena stroke. Pencegahan primer melalui pendidikan kesehatan bisa berupa kampanye melalui flyer tentang bahaya rokok terhadap stroke, memberikan informasi tentang stroke melalui pendidikan kesehatan menggunakan media cetak, elektronik, billboard atau ceramah (Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke, 1999). Cara untuk mempertahankan gaya hidup sehat, yaitu: a.
Hentikan kebiasaan merokok.
b.
Berat badan diturunkan atau dipertahankan sesuai beraat badan ideal: BMI <25 kg/m2.
18
Garis lingkar pinggang < 80 cm untuk wanita. Garis lingkar pinggang <90 cm untuk pria. c.
Makan makanan sehat : Rendah lemak jenuh dan kolesterol. Menambah asupan kalium dan mengurangi natrium. Makan buah-buahan dan sayur-sayuran.
d.
Olahraga yang cukup dan teratur dengan melakukan aktivitas fisik yang bernilai aerobik (jalan cepat, bersepda, berenang, dll) secara teratur minimal 30 menit dan minimal tiga kali dalam seminggu.
e.
Kolesterol darah < 200mg% melalui hasil laboratorium.
f.
Glukosa darah puasa < 100 mg/dl melalui hasil laboratorium.
g.
Tekanan darah dipertahankan pada 120/80 mmHg.
2) Pencegahan sekunder Pencegahan ini merupakan upaya pencegahan agar seseorang tidak terkena stroke berulang caranya dengan: a.
Mengendalikan faktor risiko yang telah ada seperti mengontrol tekanan darah tinggi, kolesterol, gula darah, dan asam urat.
b.
Merubah gaya hidup.
c.
Minum obat sesuai anjuran dokter secara teratur.
d.
Kontrol ke dokter anda secara teratur .
19
2.3 Pendidikan Kesehatan 2.3.1
Definisi Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, proses perubahan tersebut bukan hanya transfer materi saja atau penyampaian materi dari seseorang ke orang lain, tetapi perubahan atas pendidikan kesehatan terjadi karena adanya kesadaran dari tiap individu atau dari sekelompok masyarakat itu sendiri (Mubarak dan Chayatin, 2009).
2.3.2
Sasaran Dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan dikenal adanya 3 (tiga) jenis sasaran, yaitu (a) sasaran primer, (b) sasaran sekunder dan (c) sasaran tersier (Maulana, 2009; Kemenkes RI, 2011). 1) Sasaran primer Sasaran primer pendidikan kesehatan adalah pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) yang merupakan bagian dari masyarakat. 2) Sasaran sekunder Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal (pemuka adat, agama dll) maupun pemuka formal (petugas kesehatan, pejabat, dll), organisasi kemasyarakatan dan media massa.
20
3) Sasaran tersier Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik di bidang kesehatan serta dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya.
2.3.3
Metode Metode diartikan sebagai cara atau pendekatan tertentu. Untuk sasaran kelompok maka metodenya harus berbeda dengan sasaran massa dan sasaran individual. Ada 3 macam metode pendidikan kesehatan, yaitu (Jones dan Bartlett, 2009). 1) Metode pendidikan massa Metode pendidikan massa dilakukan untuk mengonsumsikan pesan kesehatan yang ditujukan untuk masyarakat. Berikut ini ada beberapa contoh metode untuk pendekatan massa, yaitu : a.
Ceramah umum.
b.
Pidato/diskusi tentang kesehatan dapat dilakukan melalui media elektronik, baik televisi maupun radio.
c.
Simulasi contohnya seperti dialog antara pasien dengan perawat.
2) Metode pendidikan individual Metode ini digunakan untuk membina perubahan perilaku baru, atau membina seseorang. Bentuk pendekatan ini, antara lain: a.
Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling).
b.
Interview (wawancara).
21
3) Metode pendidikan kelompok Ada beberapa macam metode kelompok tersebut, yaitu: (1) Kelompok besar; (2) Kelompok kecil. a.
Kelompok besar Apabila peserta lebih dari 15 orang. Menggunakan 2 metode untuk kelompok besar, bisa menggunakan ceramah ataupun seminar. Untuk metode ceramah cocok untuk masyarakat berpendidikan tinggi. Metode seminar digunakan pada kelompok pendidikan menengah keatas.
b.
Kelompok kecil Apabila peserta kurang dari 15 orang.Terdapat beberapa metode khusus kelompok kecil seperti: diskusi kelompok, curah pendapat, bermain peran (role play), bola salju (snow balling), dan permainan simulasi (simulation game).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ceramah. 1) Metode ceramah Ceramah adalah suatu penyampaian informasi yang sifatnya searah yaitu dari penceramah kepada hadirin. Metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam usaha menularkan pengetahuan secara lisan. Penceramah biasanya dipilih orang yang dianggap ahli.
22
Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa metode ceramah baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Menurut Mantra (2003) pendidikan kesehatan dengan metode ceramah merupakan suatu proses belajar (learning process) untuk mengembangkan pengertian yang benar dan sikap yang positif terhadap kesehatan.
2.3.4
Media Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan. Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media), media ini dibagi menjadi 3 yaitu: cetak, elektronik, media papan (bill board) (Notoatmodjo, 2003). 1) Media cetak a) Booklet : untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar. b) Leaflet
:
melalui
lembar
yang dilipat, isi
pesan bisa
gambar/tulisan atau keduanya. c. Flyer (selebaran) ; seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan. c) Flip chart (lembar Balik) ; pesan/informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan di baliknya berisi kalimat sebagai pesan/informasi berkaitan dengan gambar tersebut.
23
d) Rubrik/tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. e) Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/informasi kesehatan, yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempattempat umum, atau di kendaraan umum. f) Foto, yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan. 2) Media elektronik a) Televisi: dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum diskusi/tanya jawab, pidato/ceramah, TV, Spot, quiz, atau cerdas cermat, dll. b) Radio: bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab, sandiwara radio, ceramah, radio spot, dll. c) Video Compact Disc (VCD) d) Slide: slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi kesehatan. e) Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan. 3) Media papan (bill board). Papan/bill board yang dipasang di tempattempat umum dapat digunakan sebagai media informasi kesehatan berisikan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media papan di sini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran
24
seng yang ditempel pada kendaraan umum (bus/taksi) (Notoatmodjo, 2003). Media dalam penelitian ini dipilih dengan media audio visual. 1) Media audio visual Media audio visual mempunyai kelebihan antara lain bisa memberikan gambaran yang lebih nyata serta meningkatkan retensi memori karena lebih menarik dan mudah diingat. Kehadiran dan perkembangan media audio visual ini tidak bisa dihindari mengingat kelebihan dan daya tariknya yang luar biasa pada media ini, seperti contohnya televisi yang mempunyai peran besar dalammempengaruhi masyarakat. Kelebihan media
audio
visual
tersebut
diharapkan
mampu
menumbuhkan
ketertarikan dan minat dalam mengikuti penyuluhan sehingga tujuan dalam penyuluhan dapat tercapai (Sadiman, dkk. 2009). Menurut Bandura dan Walter (dalam Notoatmodjo, 2007), pengetahuan atau tingkah laku model yang terdapat dalam media audio visual akan merangsang peserta untuk meniru atau menghambat tingkah laku yang tidak sesuai dengan tingkah laku yang ada di media.
2.4 Pengetahuan 2.4.1
Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar
25
pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (Notoadmojo, 2007).
2.4.2
Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Pengetahuan seseorang tentang kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut Nursalam (2008) dalam (Notoadmojo, 2007) yaitu: 1) Faktor internal a) Pendidikan Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah menerima informasi. b) Pekerjaan Sedikit orang yang mampu bekerja sebagai sumber kesenangan, karena menurutnya hal ini adalah hal yang membosankan. Sehingga banyak yang berpendapat bekerja kegiatan yang menyita waktu. c) Usia Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakinbertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
26
2) Faktor eksternal a) Lingkungan Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan prilaku orang atau kelompok. b) Sosial budaya Sistem sosial yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
2.4.3
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Semakin tinggi pengetahuan seseorang maka akan semakin luas wawasan yang dimilikinya. Rendahnya tingkat pendidikan seseorang akan menyebabkan kurangnya informasi kesehatan yang dia dapatkan, sehingga menyebabkan pengetahuan tentang kesehatan juga kurang. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kuper dkk ditemukan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna terutama dalam tingkat pendidikan untuk terjadinya risiko stroke. Hasil ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Yuliana dkk, bahwa terdapat pengaruh antara sebelum dan setelah pendidikan
kesehatan
terhadap
pengetahuan
hipertensi.
Menurut
Notoadmojo (2003) tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti: tingkat pendidikan, informasi, budaya, pengalaman dan sosioekonomi.
27
2.5 Sikap 2.5.1
Definisi Sikap Sikap merupakan reaksi suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007).
2.5.2
Faktor yang Mempengaruhi Sikap Menurut Azwar (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yaitu: 1) Pengalaman pribadi Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan sikap apabila pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. 2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting Individu pada umumnya cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap seseorang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. 3) Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individuindividu masyarakat asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa disadari kebudayaan
28
telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. 4) Media massa Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media
komunikasi
disampaikan
secara
lainnya,
berita
objektif
yang
seharusnya
berpengaruh
terhadap
faktual sikap
konsumennya. 5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan. Tidaklah mengherankan apabila pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap. 6) Faktor emosional Bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
2.5.3
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Sikap Sikap merupakan kumpulan gejala atau sindroma dalam merespon stimulus atau suatu objek, sehingga melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan lainnya (Wawan dan Dewi, 2010). Menurut Notoadmojo (2007) sikap dapat memengaruhi perilaku pencegahan penyakit pada seseorang, karena peningkatan sikap sebanding dengan perubahan perilaku seseorang yang semakin baik. Sikap subjek dalam mengatasi tekanan darah akan mempengaruhi perilaku hidup penderita hipertensi dalam pencegahan stroke. Sikap yang
29
buruk dalam menyikapi penyakit hipertensi akan menyebabkan perilaku pencegahan menjadi buruk sehingga berpotensi terkena stroke. Menurut Ari (2014) pada penelitian yang dilakukannya terdapat peningkatan sikap pada ibu rumah tangga terhadap pencegahan stroke setelah diberi pendidikan kesehatan.
2.6 Perilaku 2.6.1
Definisi Perilaku Menurut Lewit seperti yang dikutip oleh Notoadmojo (1993) perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan sehingga diperoleh keadaan seimbang antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan.
Perilaku
seseorang
dapat
berubah
jika
terjadi
ketidakseimbangan antara kedua kekuatan dalam diri seseorang.
2.6.2
Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setalah faktor lingkungan yang memengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Blum, 1974). Oleh sebab itu, untuk membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, intervensi atau upaya yang ditujukan kepada faktor perilaku sangat penting dan strategis, mengingat pengaruh yang ditimbulkannya. Berdasarkan berbagai hasil literatur dan penelitian, ditemukan bahwa perilaku masyarakat sangat erat kaitannya dengan upaya peningkatan
30
pengetahuan masyarakat yang terbentuk melalui kegiatan pendidikan kesehatan. Menurut Green (1980), pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting dalam mengubah dan menguatkan faktor perilaku, 3 diantaranya yakni: 1) Faktor predisposisi. Faktor predisposisi terdiri dari; pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan nilai-nilai. 2) Faktor pendukung (enabling factors). Faktor pendukung adalah tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya. Faktor ini terwujud dalam lingkungan fisik. 3) Faktor pendorong (reinforcing factors) adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan meliputi: keluarga, teman sebaya, guru, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dll.
2.6.3
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku Perilaku masyarakat sangat erat sekali kaitannya dengan pengetahuan masyarakat yang bisa didapatkan melalui kegiatan pendidikan kesehatan. Tanpa pengetahuan yang baik maka seseorang akan sulit merubah perilaku mereka sebagai upaya pencegahan suatu penyakit. Pendidikan kesehatan sangat efektif dalam memengaruhi perilaku seseorang, karena didasarkan pada psikologi sosial, komunikasi massa, dan pemasaran untuk mengembangkan dan menyampaikan materi dan pesan pencegahan agar terhindar dari penyakit (Bensley dan Fisher, 2003).
31
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih tahun 2013, bahwa didapatkan perbedaan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan yang dilakukan berpengaruh sekali terhadap pengetahuan dan perilaku mencegah stroke pada pasien hipertensi. Maka dari itu, apabila penderita hipertensi tidak memiliki pendidikan kesehatan tentang stroke yang baik, maka akan menambah beratnya masalah bagi penderita hipertensi. Apabila hal ini tidak teratasi maka penderita hipertensi dapat berisiko besar menjadi stroke yang pada akhirnya menyebabkan kematian (Ekowatiningsih dan Arifuddin, 2014).
2.7 Kerangka Teori Menurut Notoadmodjo (2007), didapatkan bahwa perilaku individu, kelompok atau masyarakat erat kaitannya dengan upaya peningkatan pengetahuan masyarakat yang terbentuk melalui kegiatan pendidikan kesehatan. Menurut Green (1980), pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting dalam mengubah dan menguatakan perilaku (predisposisi, pendukung, dan pendorong) sehingga menimbulkan perilaku positif dari masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku, pendidikan kesehatan, dan status pengetahuan masyarakat berada dalam suatu pola hubungan yang menmengaruhi. Kerangka teori dijelaskan pada gambar 1.
32
Keturunan
Pelayanan kesehatan
Status kesehatan
Lingkungan
Perilaku
Proses perubahan
Faktor predisposisi: Pengetahuan, keyakinan, sikap, kepercayaan, dan nilainilai
Komunikasi Penyuluhan
Faktor pendukung: Sarana dan prasarana
Faktor pendorong: Tokoh agama, guru, masyarakat, keluarga, petugas kesehatan
Pemberdayaan masyarakat Pelatihan Pemberdayaan sosial
Pendidikan kesehatan
Gambar 1. Hubungan status kesehatan, perilaku, dan pendidikan kesehatan (Green, 1980 ; Notoadmojo, 2003)
33
2.8 Kerangka Konsep
Variabel Independent
Variabel Dependent
Pengetahuan Pendidikan Kesehatan
Sikap Perilaku
Gambar 2. Kerangka konsep
2.9 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan pengetahuan pada penderita hipertensi di Puskesmas Pasar Ambon sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. 2. Terdapat perbedaan sikap pada penderita hipertensi di Puskesmas Pasar Ambon sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. 3. Terdapat perbedaan perilaku pada penderita hipertensi Puskesmas Pasar Ambon sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah quassy experimental dengan rancangan one group pretest-posttest design. Dalam desain penelitian ini, sampel akan diberi pretest terlebih dahulu, setelah itu diberi perlakuan dalam hal ini yaitu pendidikan kesehatan, dan setelah perlakuan akan diberi posttest (Notoadmojo, 2005). Desain penelitian ini sangat sesuai digunakan untuk evaluasi program pendidikan kesehatan atau pelatihan lainnya (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan dan perilaku pencegahan diukur sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan. Dengan rancangan sebagai berikut;
P1
X
P2
Gambar 2. Pola Rancangan One Group Pre-test dan Post-test Design (Arikunto, 2010).
35
Keterangan : P1 : Pengetahuan, sikap dan perilaku pencegahan sebelum pemberian pendidikan kesehatan X : Perlakuan (pendidikan kesehatan). P2 : Pengetahuan, sikap dan perilaku pencegahan setelah pemberian pendidikan kesehatan.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September - Oktober tahun 2016 di Puskesmas Pasar Ambon, Bandar Lampung.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi pada penelitian ini merupakan seluruh penderita hipertensi yang berusia 15 – 64 tahun yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Pasar Ambon. Di wilayah tersebut terdapat 6 posbindu, dan terdapat 2 posbindu yang diminta pihak puskesmas untuk dilakukan pendidikan kesehatan. Dari hasil survei awal di Puskesmas Pasar Ambon terdapat 160 penderita hipertensi di posbindu Talang dan Pesawahan yang terdata pada bulan Juni – Agustus 2016.
36
3.3.2 Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). 1) Besar sampel Jumlah sampel minimal penelitian analitik numerik berpasangan ditetapkan dengan rumus berikut: 𝑛=
Zα:Zβ S 2 X1;X2
Keterangan: N
= Jumlah Sampel.
Zα
= Tingkat kesalahan tipe II 5%, maka tingkat kemaknaannya 95%, sehingga Zα = 1,96.
Zβ
= Tingkat kesalahan tipe II 20%, maka tingkat ketajamannya (power) 80% sehingga Zβ = 0,842.
x1-x2 = Selisih minimal rerata yang dianggap bermakna= 8,4 (mengacu hasil penelitian Wibowo dan Suryani, 2013). S
= Simpang baku dari selisih nilai antar kelompok = 19,69 (mengacu hasil penelitian Wibowo dan Suryani, 2013).
𝑛=
𝑛=
Zα:Zβ S 2 X1;X2
1,96:0,84 19,69 2 8,4
𝑛 = 43
37
Didapat sampel minimal dalam penelitian ini adalah 43 responden. Ditambah 10% total sampel untuk mencegah kekurangan sampel sehingga didapatkan sampel sebanyak 48 sampel yang harus terpenuhi. Terdapat 6 posbindu yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Pasar Ambon dan akan ada 2 posbindu yang diminta dilakukan pendidikan kesehatan yaitu posbindu daerah Talang dan Pesawahan yang akan diikutsertakan saat pendidikan kesehatan. 2)
Kriteria sampel Kriteria sampel dibagi menjadi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi dalam sampel ini adalah sebagai berikut: a) Kriteria inklusi 1. Pasien yang terdaftar sebagai penderita hipertensi di Puskesmas Pasar Ambon Bandar Lampung selama periode bulan Juni – Agustus senilai 140/90 mmHg. 2. Pasien berusia produktif 15 – 64
tahun (Kemenkes RI,
2015) 3. Pasien bersedia menjadi responden penelitian. b) Kriteria eksklusi 1. Pasien yang tidak mengikuti semua kegiatan penyuluhan (tidak menyelesaikan semua materi yang ada). 2. Pasien yang pernah menderita stroke. 3. Pasien yang tidak mengisi data pre test dan post test kuisioner secara keseluruhan.
38
c) Teknik sampling Teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling yaitu pengambilan sampel yang memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik pendekatan yang digunakan adalah simple random sampling. Dengan teknik ini maka terpilihnya individu menjadi sampel atas dasar kesempatan, bukan atas pertimbangan subjektif peneliti (Sugiyono, 2011).
3.4 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Variabel dalam penelitian ini yaitu: 1. Variabel independen: disebut sebagai variabel bebas. Dalam penelitian ini yang merupakan variable bebas adalah penyuluhan kesehatan mengenai stroke. 2. Variabel dependen: disebut sebagai variabel terikat. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel dependen adalah tingkat pengetahuan dan perilaku pencegahan stroke penderita hipertensi.
39
3.5 Definisi Operasional Tabel 2. Definisi Operasional No . 1.
Variabel
Definisi
Alat Ukur
Hasil Ukur
Pendidikan kesehatan
Tindakan penyuluhan Penyuluhan mengenai skabies, etologi, faktor resiko, klasifikasi, gejala, perbaikan pola makan, tidur, aktivitas, pencegahan komplikasinya
2.
Pengetahuan stroke
Metode 0-100 kuisioner yang terdiri dari 9 pertanyaan Benar 1 Salah 0
Numerik
3.
Sikap
Penilaian pengetahuan masyarakat mengenai stroke dan hipertensi yang meliputi pengertian, gejala, akibat, pencegahan. Yang dinilai sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan dengan jumlah pertanyaan 9 Respon tertutup penderita hipertensi terhadap stimulus atau obyek, baik yang bersifat intern ataupun ekstern, sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu. Pertanyaan sikap terdiri dari 9 pertanyaaan
Metode 0-100 kuisioner yang terdiri dari sikap. 5 Pernyataan Favourable Setuju 2 Ragu-ragu 1 Tidak setuju 0 4 Pernyataan Unfavourable Setuju 0 Ragu-ragu 1 Tidak setuju 2
Numerik
4.
Perilaku pencegahan stroke
Penilaian perilaku pasien sehari-hari seperti pola makan, aktivitas olahraga, dan periksa rutin yang didapatkan dari 10 pertanyaan
Metode 0-100 kuisioner yang terdiri dari 10 pernyataan. Jawaban Ya 2 Tidak 1
Numerik
Skala
40
3.6 Pengumpulan Data 3.6.1 Langkah Kerja Pengumpulan data dilakukan secara langsung dengan memberikan kuesioner kepada penderita hipertensi di Puskesmas Pasar Ambon, Bandar Lampung dengan prosedur sebagai berikut: 1) Langkah awal yang dilakukan peneliti yaitu dengan mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada institusi pendidikan sebagai landasan permohonan mengadakan penelitian di Puskesmas Pasar Ambon, Bandar Lampung. 2) Surat tersebut akan diajukan ke Kepala Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) dan Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung agar dapat disetujui untuk dilakukan penelitian di Puskesmas Pasar Ambon, Bandar Lampung. 3) Setelah peneliti memperoleh ijin dari pihak puskesmas Kecamatan Pasar Ambon untuk melakukan penelitian, maka peneliti melakukan pendekatan kepada kader kesehatan di untuk melakukan kerjasama untuk menentukan lokasi dan tanggal dilakukannya pendidikan kesehatan. 4) Setelah menentukan tanggal dan lokasi, maka dilakukanlah pendidikan kesehatan oleh pihak yang ditunjuk oleh peneliti. Pada hari pelaksanaan pendidikan kesehatan, peneliti akan mengecek tekanan
41
darah masyarakat yang hadir serta mengisi kuisioner dan ceklist peneliti.oleh tenaga kesehatan. 5) Setelah itu, 4 minggu selanjutnya peneliti akan meminta masyarakat kembali mengisi kuisioner dan ceklist peneliti serat pengecekan tekanan darah oleh tenaga kesehatan.
3.6.2 Metode Pengumpulan Data 1) Instrumen Penelitian Menggunakan daftar kuisioner tentang tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku pencegahan stroke yang diisi oleh responden berdasarkan tingkat pengetahuan dan motivasi responden sendiri. Kuisioner itu sendiri menurut Arikunto (2006) adalah sejumlah pertanyaan tertuls yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya.
Kuisioner dalam penelitian ini terdiri dari empat bagian yaitu, kuisioner A tentang identitas pribadi pasien, Kuisioner B tentang pengetahuan pasien yang terdiri dari 9 pertanyaan, Kuisioner C tentang sikap pasien yang terdiri dari 9 pernyataan, dan Kuisioner D tentang perilaku pencegahan stroke yang terdiri dari 10 pernyataan. Pada penelitian ini akan menggunakan alat dan media sebagai berikut: a) Sphygmomanometer (alat tensi darah) untuk mengukur tekanan darah pasien pada saat pertama kali diberikan kuisioner.
42
Pengukuran tekanan darah dibantu oleh rekan mahasiswa dan petugas kesehatan setempat. b) Penyuluhan dilakukan menggunakan slide power point. Slide ini telah divalidasi isinya oleh dokter Bagian Ahli Spesialis Syaraf Rumah Sakit Abdul Moeloek. Penyuluhan diberikan oleh ahli yang akan ditunjuk oleh peneliti. 2) Uji validitas dan reliabilitas a) Uji Validitas Uji validitas yang digunakan untuk mengukur relevan atau tidaknya suatu pengukuran dan pengamatan yang dilakukan pada penelitian (Notoadmodjo, 2002). Kevalidan kuisioner dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pasar Ambon sebanyak 20 responden dalam hal ini tentang tingkat pengetahuan (A), sikap (B) dan perilaku (C) tentang stroke pada penderita hipertensi. Uji validitas dapat dilihat dengan menggunakan koefisien korelasi product moment. Jika nilai r
hitung
> r
tabel,
pertanyaaan dinyatakan valid
(Ghazali, 2011). Pada penelitian ini berdasarkan tabel product moment nilai r tabel = 0,433. Uji validitas dilakukan pada kuisioner A hanya 9 dari 12 soal yang dinyatakan valid, kuisioner B hanya 9 dari 11 soal yang valid, sedangkan kuisioner C seluruh soal dinyatakan valid yakni 10 soal. Untuk mengetahui nilai r hitung pada setiap soalnya dapat dilihat pada bagian lampiran.
43
b) Uji reliabilitas Merupakan kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan. Tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan dengan angka yang disebut koefisien reliabilitas. Tinggi-rendahnya
reliabilitas
kuisioner dinilai oleh angka
cronbach alpha. Kategori koefisien reliabilitas (Guilford, 1956) adalah sebagai berikut: Tabel 3. Nilai Cronbach Alpha Nilai cronbach alpha 0,80 – 1,00 0,60 – 0,79 0,40 – 0,59 0,20 – 0,39 -1,00 – 0,19
Kualifikasi nilai Reliabilitas sangat tinggi Reliabilitas tinggi Reliabilitas sedang Reliabilitas rendah Tidak reliabel
Adapun hasil perhitungan reliabilitas secara otomatis dapat dilihat pada tabel 4. Dapat diketahui bahwa pada kuisioner pengetahuan (A) dan perilaku (C) hasil uji reliabilitas dikatakan sangat tinggi, pada kuisioner sikap (B) relibilitas dikatakan tinggi. Tabel 4. Hasil perhitungan uji reliabilitas
Variabel Pengetahuan Sikap Perilaku
Cronbach’s Alpha 0,842 0,709 0,875
N of Items 9 9 10
44
3.7 Pengolahan Data dan Analisis Data 3.7.1 Pengolahan data Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data diubah ke dalam bentuk tabel-tabel, kemudian data diolah menggunakan software komputer, proses pengolahan data menggunakan program komputer terdiri dari: 1) Editing Pada tahap ini, penulis mengkaji dan meneliti kembali data yang diperoleh kemudian memastikan apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam pengisian. Proses editing ini meliputi langkah-langkah yaitu mengecek nama dan identitas responden. Kemudian mengecek kelengkapan data, apabila ternyata ada kekurangan isinya degan cara memeriksa isi kuesioner, menentukan ada atau tidaknya kuesioner yang sobek atau rusak. Lalu, mengecek macam-macam isian data. Jika didalam instrumen sebuah atau beberapa item yang diisi “tidak tahu” atau isian lain yang tidak dikehendaki peneliti, padahal isian yang diharapkan merupakan variabel pokok, maka item itu perlu di drop (Arikunto, 2002). 2) Coding Coding merupakan pemeberian kode yang berupa angka-angka terhadap data yang masuk berdasarkan variabelnya masing-masing. Coding juga untuk menerjemahkan data yang dikumpulkan selama penelitian ke dalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis
45
3) Tabulating Tabulating adalah mengelompokkan data ke dalam suatu tabel tertentu menurut sifat-sifat yang dimilikinya. Maksud pembuatan tabel-tabel ini adalah menyederhanakan data agar mudah melakukan analisis sehingga dapat ditarik kesimpulan (Azwar, 2007). 4) Entry Data Proses memasukkan data kedalam program komputer untuk dapat di analisis.
3.7.2 Analisis Data Analisis statistika untuk mengolah data yang diperoleh akan menggunakan program komputer dimana akan dilakukan 2 macam analisa data, yaitu analisa univariat dan analisa bivariat. 1) Analisis Univariat Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari variabel independen dan dependen. Keseluruhan data yang ada dalam kuesioner diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. 2) Analisis Bivariat Analisa bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji statististik. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sebaran distribusi suatu data apakah normal atau tidak. Uji normalitas data berupa uji Shapiro Wilk, karena besar sampel dalam
46
penelitian <50. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk p dan diasumsikan normal. Jika nilainya di atas 0,05 maka distribusi data dinyatakan memenuhi asumsi normalitas, dan jika nilainya di bawah 0,05 maka diinterpretasikan sebagai tidak normal (Dahlan, 2009)
Uji statistik yang digunakan adalah uji t- berpasangan, merupakan uji parametrik (distribusi data normal) yang digunakan untuk mencari hubungan dua variabel atau lebih bila datanya berbentuk skala numerik, namun bila distribusi data tidak normal dapat digunakan uji Wilcoxon ( Dahlan, 2010). Adapun syarat untuk Uji T-berpasangan adalah : a. Data harus berdistribusi normal b. Varians data boleh sama, boleh juga tidak sama
Untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas kemaknaan 95 % artinya p value < 0,05 maka hasilnya bermakna yang berarti Ho ditolak atau ada pengaruh penyuluhan kesehatan tentang perawatan stroke di rumah terhadap tingkat pengetahuan keluarga. Tetapi bila p value > 0,05 maka hasilnya tidak bermakna yang berarti Ho diterima atau tidak ada pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan dan perubahan perilaku gaya hidup pasien penderita hipertensi mengenai materi tentang stroke (Dahlan, 2010).
47
3.8 Alur Penelitian Identifikasi populasi penderita hipertensi di kawasan wilayah kerja puskesmas Kecamatan Pasar Ambon
Menentukan sampel dengan teknik probability sampling dengan pendekatan simple random sampling
Informed consent pada pasien
Bersedia dan memenuhi kriteria inklusi
Pengisian kuesioner sebelum pendidikan kesehatan (pre test)
Penyuluhan kesehatan mengenai stroke dan hipertensi
Pengisian kuesioner setelah 4 minggu intervensi (post test)
Pengolahan dan analisis data
Uji normalitas Shapiro Wilk
Normal
Tidak Normal
Uji T berpasangan
Uji Wilcoxon
48
3.9 Etika Penelitian Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subyek, tidak boleh bertentangan dengan etika. Tujuan penelitian harus etis dalam arti hak pasien harus dilindungi (Nursalam, 2008 ). Pada penelitian ini, peneliti mendapat rekomendasi dari Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas lampung dan permintaan izin ke Kepala Puskesmas Pasar Ambon, Bandar Lampung. Setelah mendapat izin barulah peneliti melakukan penelitian dengan memperhatikan masalah etika penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti melewati ethical clearance dan dalam pelaksanaannya dilapangan telah melakukan informed consent. Penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan dikeluarkannya keterangan lolos uji etik (Ethical Approval) No: 053/UN.26.8/DL/2017.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa: 1) Terdapat perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan pada penderita hipertensi mengenai stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Ambon Kecamatan Teluk Betung Selatan. 2) Terdapat perbedaan sikap sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan pada penderita hipertensi mengenai stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Ambon Kecamatan Teluk Betung Selatan. 3) Terdapat perbedaan perilaku sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan pada penderita hipertensi mengenai stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Ambon Kecamatan Teluk Betung Selatan.
77
5.2. Saran Saran untuk peneliti selanjutnya: 1) Untuk peneliti lain bisa mencari tahu perbedaan pendidikan kesehatan antara penggunaan metode ceramah dengan metode laiinnya seperti metode role play, snow balling, curah pendapat, ataupun diskusi kelompok. 2) Untuk peneliti lain agar dapat memperluas sampel pada lokasi penelitian, contohnya diambil cluster sampling pada tiap kelurahan. 3) Untuk peneliti selanjutnya, agar dapat meminimalkan bias penelitian dengan melakukan kontrol pada sampel dari variabel pengganggu. Saran untuk fakultas: 1) Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan suatu bentuk kerja sama fakultas pada puskesmas untuk melakukan penelitian ataupun pendidikan kesehatan yang lain. Saran untuk institusi kesehatan 1) Sebagai upaya lanjut untuk meningkatkan pencegahan penyakit stroke. 2) Agar disetiap kelurahan dapat dilaksanakan program senam rutin sebulan sekali, selain program senam yang terpusat di puskesmas induk seminggu dua kali
DAFTAR PUSTAKA
Agus LS. 2013. Determinan keaktifan melakukan senam diabetes mellitus pada anggota komunitas diabetes sehat Puskesmas Ngrambe Kabupaten Ngawi. [skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Alimul H. 2007. Riset dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. American Heart Association. 2016. Risk factors for stroke, 1–2. Dallar. Texas: American Heart Association News Anggara FHD & Prayitno N. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tekanan darah di puskesmas telaga murni, cikarang barat tahun 2012 . Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes MH. Thamrin. Jakarta. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5(1):20-25. Arikunto S. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Edisi Revisi ke-4. Penerbit PT Rineka Cipta: Jakarta. Arikunto S. 2010. Manajemen penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. hal 85 Arikunto S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu pendekatan praktik. (Edisi Revisi). Jakarta : Rineka Cipta Azwar S. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. [Online Journal] [diunduh 15 November 2016]. Tersedia dari: http://depkes.go.id/downloads/riskesdas2013/Hasil%20Riskesdas%202013.pd f. Baehr MMF. 2005. Topical diagnosis in neurology. stuttgart: Thieme
Batubara & Sakti O. 2015. Hubungan antara penangan awal dan kerusakan neurologis pasien stroke di RSUD Kupang. Jurnal Keperawatan Soedirman. Bensley RJ & Fisher JB. 2003. Metode pendidikan kesehatan masyarakat: A Practical Guide. Edisi ke-2. Jakarta: EGC Bowman TS, Gaziano JM, Buring JE, Sesso HD. Clinical research hypertension. a prospective study of cigarette smokey and risk of inciden hypertension in Bringham and women hospital Massachucetts, 2007. Hal 1-3 Budi MS, Dewi PK. 2010. Pengaruh penyuluhan kesehatan tentang pengobatan non farmakologi terhadap perilaku penderita hipertensi dalam melaksanakan pengobatan non farmakologi di Puskesmas Sampung Kabupaten Ponorogo. [skripsi]. Kediri: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Mitra Husada Chobanian AV, et al. 2003. The seventh report of the joint national committee on prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure: The JNC 7 Report. JAMA. (289):2560-72. PR [Online Journal] [diunduh 02 Agustus 2016]. Christi DS. 2012. Gambaran tingkat pengetahuan tentang hipertensi pada masyarakat yang merokok di RW 01 Kelurahan Pondok Cina, Beji, Depok. [skripsi]. Depok: Universitas Indonesia. Dahlan MS. 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika Dahlan MS. 2010. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika. Dahlan MS. 2011. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Edisi ke-5. Jakarta: Salemba Medika. Depkes RI. 2006. pharmaceutical care untuk pasien penyakit jantung koroner : fokus sindrom koroner akut. Jakarta: Direktorat bina farmasi komunitas dan klinik ditjen bina kefarmasian dan alat kesehatan. Dosh SA. 2001. The diagnosis of essential and secondary hypertension in adults. J.Fam Pract. (50): 707-12 Ekowatiningsih D & Arifuddin. 2014. Hubungan tingkat pengetahuan dan gaya hidup dengan upaya pencegahan stroke pada penderita hipertensi di ruang rawat jalan RSU. Haji Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosisi Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014. Makassar
Fariz MI. 2008. Perilaku merokok remaja di lingkungan RW 22 Kelurahan Sukatani Kecamatan Cimanggis Depok tahun 2008. [skripsi]. Depok : Universitas Indonesia Ghaffari M, Sharifirad G, Malekmakan E, Hassanzadeh A. 2013. Effect of educational intervention on physical activity-related knowledge attitude,and behavior of among. The Journal of the Pakistan Medical Association, 63(10), 1235-1240. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro Glasper A, & Richardson J. 2006. A textbook of children’s and young people’s nursing. Philadelpia: Elsevier Go AS, et al. 2014. Heart disease and stroke statistics 2014 update: A report from the American Heart Association. Circulation, 129, 28- 292. Goldstein LB, Adams R, Alberts MJ, Sacco RL. 2006. AHA / ASA Guideline Primary Prevention of Ischemic Stroke: A Guideline From the American Heart Association / American Stroke Association Stroke Council [Online Journal] [diunduh 14 Mei 2016]. Tersedia dari: http://doi.org/10.1161/01.STR.0000223048.70103.F1. Graham L. 2005. Essential neurology. Massachusetts: Blackwell publishing. Green L. 1980. Health education planning a diagnostic approach. Baltimore. The John Hopkins University: Mayfield publishing Co. Green . 2007. Education in stroke prevention: Efficacy of an educational counselling intervention to increase knowledge in stroke survivors. Canadian Journal of Neuroscience Nursing. 29 (2): 13–20. Guilford JP. 1956. Fundamental Statistic in Psychology And Education. Edisi ke-3. New York: McGraw-Hill Book Company, Inc Jones & Bartlett. 2009. Metode pendidikan kesehatan masyarakat. Edisi Ke-2. Jakarta: EGC. Junaidi. 2010. Hipertensi: pengenalan, pencegahan, dan pengobatan. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. Katender G, Groves S, Becker K. 2014. Hypertension education intervention with Ugandan nurses working in hospital outpatient clinic: A pilot study. Journal Nursing Research and Practice. 2014 : 1-6
Kazemy T, Sharifzadeh GR. 2010. Comparisons of acute myocardial infarction (AMI) among women and men. Modern Care Journal. 7(1):5–11. Kemenkes RI. 2011. Promosi kesehatan di daerah bermasalah kesehatan. panduan bagi petugas kesehatan di puskesmas. Jakarta [Online Journal] [diunduh 15 Mei 2016]. Tersedia dari:www.promosikesehatan.com. Kemenkes RI. 2014. Infodatin. Pusat data dan informasi kementerian kesehatan RI. Hipertensi. Jakarta Kemenkes RI. 2015. Profil kesehatan Indonesia 2014. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2015. Jakarta Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke. 1999. Kelompok studi serebrovaskular dan neurogeriatri perdossi. Indonesia. Jakarta Kristanti & Handriani. 2013. Mencegah & Mengobati 11 Penyakit Kronis. Yogyakarta: Citra Pustaka Kuper H, Adami HO, Theorell T, Weiderpass E. 2007. The socioeconomic gradient in the incidence of stroke: a prospective study in middle-aged women in sweden. PubMedCen; 38(1):27-33 Lefrina & Yeni. 2009. Tangkal radikal bebes dengan antioksidan [Online Journal] [diunduh tanggal 03 Agustus 2016]. Tersedia dari: http://www. pikiranrakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=30087 Ludlow, Ron, Fergus P. 2000. the essence of effective communication. terj. Oleh Deddy Jacobs. Yogyakarta: Andi Mahajan H, Kazi Y, Sharma B, Velhal GD. 2012. Health education: an Effective intervention in hypertensive patients. International Journal of Recent Trends in Science And Technology. 4 (2): 77-82 Maulana H. 2009. Promosi kesehatan. Edisi ke-1. Editor: Nuraini. Jakarta: EGC Michael J & Aminoff D. 2002. Clinical neurology novato: Mc.Graw-Hill/Appleton dan Lange [Online Journal] [diunduh tanggal 03 Agustus 2016]. Tersedia dari: http://accessmedicine.mhmedical.com/content.aspx?bookid=398§ionid=3 9812238 Mubarak WI & Chayatin N. 2009. Ilmu kesehatan masyarakat : Teori dan aplikasi. Jakarta: Salemba Medika Muttaqin A. 2008. Buku ajar. asuhan keperawatan klien dengan ganggaun sistem persarafan. Jakarta: Salemba Medika. Notoadmojo S. 2003. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
hlm 133 Notoadmodjo S. 2007. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta. hlm 118 Notoatmodjo S. 2005, Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta. hlm 124-5 Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Edisi ke-2. Jakarta: Salemba Medika Oliveria SA, Roland SC,Bruce DM, Catherine CD, Martha N. 2005. hypertension knowledge, awareness, and attitudes in a hypertensive population. J Gen Intern Med: 20 (3). Hal 219-225 Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2012. Mengenal gejala dan kiat mencegah stroke [Online Journal] [diunduh tanggal 03 Agustus 2016]. Tersedia dari: http://www.yastroki.or.id/file/strokemengenal.pdf Price SA & Wilson LM. 2002. Pathophysiology : Konsep klinis proses terjadinya penyakit. Alih bahasa : Brahm U. Edisi ke-6. Jakarta : EGC. Prochaska JO, Velicer WF. 1997. The transtheoretical model of health behavior change. American Journal of Health Promotion. 12. Hlm 38-48. Purniawaty. 2010. Determinan penyakit hipertensi di provinsi kalimantan selatan berdasarkan riskesdas 2007. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Purwati RD, Bidjuni H, Babakal A. 2014. Pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan perilaku klien hipertensi di Puskesmas Bahu Manado. [skripsi]. Manado: Universitas Sam Ratulangi. Rafiei GH, Ranjbar M, Sayyadi A. Comparing sports activities of MSc students of nursing and midwifery, Kerman and Rafsanjan Universities of Medical Sciences before and after passing physical training courses. Rafsanjan Journal of Faculty of Nursing, Midwifery and Paramedics. 2008 and 2009. 1:21–8. Rustiana. 2014. Gambaran faktor risiko pada penderita hipertensi di Puskesmas Ciputat Timur tahun 2014. [skripsi]. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Santosa TA. 2012. Hubungan tingkat pengetahuan tentang stroke dengan perilaku pencegahan stroke pada klien hipertensi di puskesmas Depok II Sleman
Yogyakarta [Online Journal] [diunduh tanggal 03 Agustus 2016]. Tersedia dari: http://journal.respati.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/view/211/185 Satyanegara. 2010. Ilmu bedah syaraf. Edisi ke-4. Jakarta: Gramedia. hlm 137-138 Septiana. 2014. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMP Islam Ruhama Ciputat. [skripsi]. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Sugiyono. 2011. Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta Susalit E. 2001. Ilmu penyakit dalam. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. hlm 453-472 Susanti MT, Suryani M, Shobirun. 2010. Pengaruh pendidikan kesehatan tentang hipertensi terhadap pengetahuan dan sikap megelola hipertensi di Puskesmas Pandanaran Semarang. [skripsi]. Semarang: Politekes Semarang. Suzanne C, Smeltzer, BGB. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi ke8. Jakarta: EGC. hlm 230 Tamher & Noorkasiani. 2009. Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhan keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Wahyuningsih R. 2013. Pengaruh pendidikan kesehatan tentang stroke terhadap perilaku mencegah stroke pada penderita hipertensi di Kelurahan Jarum Kecamatan Bayat Klaten Jawa Tengah. [skripsi]. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah. Wibowo S. & Suryani D. 2013. Pengaruh promosi kesehatan metode audio visual dan metode buku saku terhadap peningkatan pengetahuan penggunaan msg pada ibu rumah tangga. Kesmas. Vol 7 No.2 September 2013 Hal. 55 Widjaja D. 2006. Perdarahan intraserebral primer : Patofisiologi, diagnosis, dan penatalaksanaan. Surabaya. Widodo AD. 2005. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku tentang Kehamilan, Persalinan serta Komplikasinya pada Ibu Hamil Nonprimigravida di RSUPN Cipto Mangunkusumo, Majalah Kedokteran Indonesia 55 (10). Wilson BW, Kasper MF, Harrison I. 2005. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, edisi 13 volume 3. Jakarta: EGC World Health Organization. 2008. Causes of death 2008 [Online Journal] [diunduh tanggal 02 Agustus 2016]. Tersedia dari:
http ://www.who.int/healthinfo/global_burden_disease/cod_2008_sources_me thods.pdf. Geneva: Swiss World Health Organization. 2013. A global brief on hypertension: Silent killer, global public health crisis. Geneva; WHO: Swiss World Health Organization. 2014. Global report on non communicable diseases 2014. Geneva; WHO: Swiss World Health Organization. 2015. Noncommunicable diseases. Geneva; WHO: Swiss Zhou R. 2009. The effect of health education lecture on hypertensive patients in a community in Guangzhou, China : an intervention study. (Thesis). University of Hong Kong, Pokfulam, Hong Kong SAR. Tersedia dari: http://dx.doi.org/10.5353/th_b4299819.