Skripsi Pengetahuan Pasien Stroke_unlocked.pdf

  • Uploaded by: Julius Habibi
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Skripsi Pengetahuan Pasien Stroke_unlocked.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 14,292
  • Pages: 77
UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP KELUARGA DALAM PEMBERIAN PERAWATAN PASIEN PASCA STROKE

SKRIPSI

BETTY SONATHA 0806333663

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI SARJANA DEPOK JUNI 2012

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP KELUARGA DALAM PEMBERIAN PERAWATAN PASIEN PASCA STROKE

SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan

BETTY SONATHA 0806333663

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN KEKHUSUSAN KEPERAWATAN DASAR DAN DASAR KEPERAWATAN DEPOK JUNI 2012

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

       

       

 

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

       

       

 

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

     

KATA PENGANTAR  

 

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menyertai  

penulis selama penyusunan skripsi ini. Berkat rahmat dan kasih-Nya penulis dapat  

menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul ” Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan   Sikap Keluarga dalam Pemberian Perawatan Pasien Pasca Stroke. Skripsi ini disusun segabai

syarat untuk meraih gelar sarjana Keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Sepenuhnya penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak, penyusunan skripsi ini tidak akan mungkin dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihakpihak yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan dan bantuan dalam proses penyusunan skripsi ini, terutama kepada Ibu Dewi Gayatri, S.Kp., M.Kes selaku Dosen pembimbing dan koordinator mata ajar Riset Keperawatan dan Ibu Kuntarti, S.Kp., M.Biomed selaku koordinator mata ajar Tugas Akhir. Peneliti juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dewi Irawaty, MA., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI); 2. Kedua orang tua saya Bapak Drs. M. Sihombing dan Ibu saya S. Siregar S.Pd dan kakak saya Huala ST, Dono ST, dan adek-adek saya yang selalu memberikan dukungan baik berupa doa, motivasi dan materi selama penyususna skripsi ini. 3. Ketua Komite Etik Penelitian Kesehatan FKUI_RSCM Prof.Dr.dr. Rianto Setiabudy, SpFK yang telah memberikan keterangan lolos kaji etik (ethical approval) sebagai syarat untuk melakukan penelitian di RSUPN Cipto Mangunkusumo.

 

4. Kepala Bagian Penelitian RSUPN Cipto Mangunkusumo Dr.dr. Andri Maruli Tua Lubis.Sp.OT(K) 5. Bapak dr. Herdiman Purba yang telah membimbing saya selama pengambilan data di Ruang Rehabilitasi Medik RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta 6. Pihak pengelola Perpustakaan UI sebagai tempat utama dalam pencarian referensi 7. Seluruh responden dan keluarga yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini

iii Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

     

8. Teman spesial saya Sardo Manullang yang tak bosan-bosannya membantu saya  

selama penyusunan skripsi ini khususnya dalam pengurusan perijinan di RSUPCM dan pengambilan sampel ke tempat tinggal keluarga responden.   9. Adek saya Kristina sihombing dan Friska naibaho, dan Merlin Sibarani yang selalu  

menghibur saya saat pengusunan skripsi ini.  

10. Rekan-rekan mahasiswa FIK-UI Reg 2008 yang ikut serta saling membantu selama penyusunan skripsi ini

 

11. Pihak lain yang tidak dapat disebutkan oleh peneliti satu-persatu tanpa mengurangi rasa terima kasih.

Demikian yang dapat saya sampaikan. Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan maupun kekeliruan yang dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang membaca hasil penelitian ini sehingga skripsi ini menjadi lebih baik dan bermanfaat untuk melanjutkan penelitian yang selanjutnya.

Depok, Juni 2012

Peneliti

 

iv Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

       

       

 

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

     

ABSTRAK  

Nama

: Betty Sonatha *; Dewi Gayatri**  

Progran studi

: Ilmu Keperawatan

Judul

: Hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap keluarga dalam pemberian  

 

perawatan pasien pasca stroke  

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dengan sikap keluarga terhadap pasien pasca stroke dan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 56 orang anggota keluarga dari pasien pasca stroke. Teknik sampling yang digunakan adalah consecutive sampling. Hasil menunjukkan faktor yang mempengaruhi sikap keluarga dalam memberikan perawatan kepada pasien pasca stroke adalah tingkat penghasilan keluarga ( p value 0,004; α =0,05), pengalaman keluarga sebelumnya ( p value 0,004; α = 0,05) dan tingkat pengetahuan kelurga (p value 0,027; α = 0,05 ). Oleh sebab itu, tingkat pengetahuan keluarga tentang stroke dan perawatannya perlu ditingkatkan untuk meningkatkan kelangsungan hidup pasien pasca stroke.

Kata kunci: keluarga, pengetahuan, perawatan, sikap, pasca stroke

 

vi Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

     

ABSTRACT  

Name

: Betty Sonatha *; Dewi Gayatri**  

Study Program

: Nursing

Title

: The correlation between  knowledge level and family attitude in caring Stroke survivor

 

 

The main aim of this study was to identify the correlation between knowledge and attitude family toward stroke survivor. This study used descriptive correlation design and developed a cross-sectional study. The participants of this research were about 56 family members of stroke survivor . Sampling technique that used in this research was consecutive sampling. The result of this research shown the factor that influenced family attitude in giving care to stroke survivor were family income (p value 0,004; α=0,05), experience of family before (p value 0,004; α=0,05) and knowledge degree (p value 0,027; α=0,05). Therefore researcher hope that knowledge level of familyabout stroke and caring stroke survivor should be advanced to make stroke survivor being survive.

Keyword : attitude, care, family, knowlegde stroke survivor,

 

vii Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

     

DAFTAR ISI  

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i   DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii   1. PENDAHULUAN   1.1 Latar Belakang ........................................................................................................1   1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................4 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................................4 1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................................5 2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Pengetahuan (knowledge) .......................................................................................6 2.1.1 Definisi Pengetahuan ..................................................................................6 2.1.2 Tingkatan Pengetahuan ...............................................................................6 2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ........................................8 2.1.4 Pengukuran Pengetahuan ............................................................................9 2.2 Sikap (attitude) ........................................................................................................9 2.2.1 Definisi Sikap ..............................................................................................9 2.2.2 Tingkatan Sikap ........................................................................................10 2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap .................................................10 2.2.4 Pengukuran Sikap .....................................................................................11 2.3 Konsep Stroke .......................................................................................................11 2.3.1 Definisi Stroke ..........................................................................................11 2.3.2 Etiologi Stroke ..........................................................................................11 2.3.3 Faktor Risiko Stroke .................................................................................12 2.3.4 Dampak Stroke ..........................................................................................15 2.3.5 Kecacatan Akibat Stroke ..........................................................................15 2.3.6 Pencegahan Stroke ....................................................................................16 2.4 Konsep Keluarga ...................................................................................................17 2.4.1 Definisi Keluarga ......................................................................................17 2.4.2 Fungsi Keluarga ........................................................................................17 2.4.3 Struktur Keluarga ......................................................................................17   2.5 Perawatan Stroke ..................................................................................................18 2.5.1 Perawatan Pasien Pasca Stroke di Rumah ................................................18 2.5.2 Prinsip Merawat Pasien Pasca Stroke Di Rumah .....................................19 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep ..................................................................................................22 3.2 Hipotesis ...............................................................................................................23 3.3 Definisi Operasional .............................................................................................23 4. DESAIN DAN METODOLOGI 4.1 Desain Penelitian ..................................................................................................26 4.2 Populasi dan Sampel .............................................................................................26 viii Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

     

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................................................27   4.4 Etika Penelitian .....................................................................................................27 4.5 Alat Pengumpulan Data ........................................................................................28 4.6 Metode Pengumpulan Data ...................................................................................29   4.7 Pengolahan Data ...................................................................................................30 4.8 Rencana Analisis Data ..........................................................................................30   5. HASIL PENELITIAN 5.1 Analisa Data Univariat ......................................................................................... 32   5.1.1 Karakteristik Responden ............................................................................32   5.1.2 Pengetahuan Responden .............................................................................34 5.1.3 Sikap Responden ........................................................................................35 5.2 Analisa Data Bivariat ............................................................................................36 5.2.1 Hhubungan Karakteritik Responden dengan Sikap responden ..................36 5.2.2 Hubungan Pengetahuan Responden dengan Sikap Responden ..................38 6. PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Responden .......................................................................................39 6.2 Variabel Penelitian ................................................................................................40 6.2.1 Tingkat Pengetahuan ..................................................................................40 6.2.2 Sikap Responden ........................................................................................40 6.3 Hubungan Karakteristik Responden dengan Sikap Responden ............................41 6.3.1 Hubungan Jenis Kelamin dengan Sikap Responden ..................................41 6.3.2 Hubungan Usia dengan Sikap Responden ..................................................41 6.3.3 Hubungan Pendidikan dengan Sikap Responden .......................................42 6.3.4 Hubungan Pengalaman dengan Sikap Responden .....................................43 6.3.5 Hubungan penghasilan dengan Sikap Respoden ........................................43 6.4 Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Responden ...............................................44 6.5 Keterbatasan Penelitian .........................................................................................48 6.5.1 Instrumen Penelitian ...................................................................................48 6.5.2 Pengambilan Data .......................................................................................48 6.5.3 Sampel Penelitian .......................................................................................48 6.6 Implikasi Penelitian ..............................................................................................49 7. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ...........................................................................................................50 7.2 Saran .....................................................................................................................50 DAFTAR REFERENSI  

LAMPIRAN

ix Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

     

DAFTAR TABEL  

 

Tabel 2.1. Klasifikasi hipertensi ...................................................................................... 13  

Tabel 2.2. Klasifikasi kadar glukosa darah ...................................................................... 14  

Tabel 2.3. Klasifikasi otak berdasarkan fungsinya .......................................................... 15  

Table 2.4 Klasifikasi cacat stroke menurut Skala Rankin ............................................... 16 Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................................ 23 Tebel 5.1 Distribusi Responden Menurut Karakteristik Responden ................................33 Tabel 5.2 Hubungan Karakteristik Responnden dengan Sikap Responden ......................36 Tabel 5.3 Hubungan Pengetahuan Respoden dengan Sikap Responden ..........................38

 

x Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

     

DAFTAR SKEMA  

3.1 Skema Penelitian ................................................................................................................ 22        

 

xi Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

     

DAFTAR DIAGRAM  

Diagram 5.1 .............................................................................................................................34  

Diagram 5.3 .............................................................................................................................35  

Diagram 5.3 .............................................................................................................................38    

 

xii Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

       

BAB 1  

PENDAHULUAN  

1.1 Latar Belakang

   

Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan berhentinya suplai darah ke bagian otak (Bruner dan Suddarth, 2002). Hal ini akan mengakibatkan gangguan fungsional otak

sesuai dengan bagian otak yang terkena. Gangguan

fungsional otak yang sering terjadi berupa gangguan fungsi pergerakan, perasaan, memori, peradaban, proses pikir dan gangguan bicara. Gangguan fungsional otak pada umumnya akan mengakibatkan kelumpuhan/kecacatan pada penderita serangan stroke. Bentuk kecacatan yang dialami dapat berupa cacat ringan dan cacat berat. Berdasarkan skala Rankin dikatakan penyandang stroke (stroke survivor) mengalami cacat ringan apabila klien masih mampu melaksanakan aktivitasnya sehari-hari atau memerlukan sedikit bantuan. Sebaliknya dikatakan cacat berat jika pasien tidak dapat berjalan dan memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan, berada di tempat tidur, inkontinensia, dan memerlukan perawatan dan perhatian sepenuhnya. Sebagian besar aktivitas kehidupan pasien stroke memerlukan bantuan, bahkan sampai aktivitas kehidupan yang paling dasar berupa makan, berkemih, dan mandi (Melcon, 2006). Pemenuhan kebutuhan pasien penyandang stroke di rumah pada umumnya dibantu oleh anggota keluarga. Hal ini dikarenakan stroke survivor pada umumnya  

tinggal bersama keluarga. Terdapat beberapa penelitian yang menggambarkan kondisi keluarga dalam memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang terkena stroke. Penelitian Smith, dkk (2004) pada 90 orang keluarga dekat penderita stroke menunjukkan bahwa 32,2% mengalami kecemasan terkait kondisi stroke penderita, 33,3% merasa kesehatannya menurun, dan 14,4% mengalami depresi ringan. Smith mengatakan kondisi keluarga menjadi cemas terhadap kondisi pasien pasca stroke.

1 Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

Universitas Indonesia

   

2

   

Merawat penyandang stroke secara langsung akan berdampak pada tersitanya waktu keluarga penyandang stroke. Penelitian Van Exel, et al (2005) pada 151 pasien  

stroke dan keluarganya menunjukkan bahwa seorang keluarga penderita stroke ratarata menghabiskan waktu 3,4 jam sehari  untuk bersama pasien stroke (mengantar ke dokter, mandi, dan berpakaian), dan 10,8   jam sehari untuk mengawasi pasien stroke (mengawasi saat jalan dan makan). Selain itu, keluarga (suami/istri, anak,dan kerabat  

lainnya) juga akan mengalami masalah kesehatan baik fisik, mental, maupun sosial. Anggota keluarga tidak jarang mengalami gangguan tidur, baik karena kelelahan maupun karena stres karena mereka selalu menunggu

pasien sembuh. Keluarga

mengalami gangguan sosial karena waktu mereka yang tersita untuk mengasuh pasien stroke. Terjalinnya hubungan yang baik antara keluarga dan penyandang stroke dipengaruhi oleh pengetahuan keluarga tersebut tentang apa itu stroke, penyebabnya, dampak, dan komplikasi yang mungkin terjadi jika tidak dilakukan perawatan rehabilitasi dengan baik. Pengetahuan keluarga akan mempengaruhi sikap dan perilaku keluarga dalam merawat korban stroke. Dengan adanya pengetahuan yang baik dari keluarga diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup korban stroke ditandai dengan kelumpuhan yang minimal dan terhindar dari serangan stroke berulang. Sebaliknya,

kurangnya pengetahuan tentang penyakit stroke akan

mengakibatkan penyakit bertambah parah, mungkin akan terjadi serangan ulang dan mengakibatkan pasien tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri, bahkan dapat terjadi kematian (Irdawati, 2009). Perawatan pasien pasca stroke oleh keluarga di rumah membutuhkan  

pengetahuan dan pemahaman akan hal-hal yang perlu dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh pasien. Dalam hal ini keluarga harus mempunyai pengetahuan yang benar tentang penyakit stroke dan penanganannya. Bentuk penangan pasien stroke di rumah sangat penting diketahui oleh keluarga. Oleh karena itu, tenaga kesehatan khususnya perawat diharapkan meningkatkan edukasi kepada setiap keluarga selama proses perencanaan pemulangan (discharge planning) dari rumah sakit. Bentuk edukasi yang perlu diajarkan perawat berupa ajakan kepada keluarga untuk tetap

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

Universitas Indonesia

   

3

   

menjalin hubungan dekat dengan pasien pasca stroke, mengerti akan keterbatasan pasien, dan bentuk-bentuk perawatan pasien pasca stroke di rumah. Hal ini tentu  

sangat bermanfaat mengingat peningkatan jumlah korban stroke yang sangat signifikan setiap tahunnya.

 

Data menunjukkan bahwa setiap  tahunnya stroke menyerang sekitar 15 juta orang di seluruh dunia (Syamsudin, 2009). Di Asia khususnya Indonesia insiden dan  

prevalensi stroke belum diketahui secara pasti. Diperkirakan 500.000 penduduk terkena stroke setiap tahunnya, sekitar 2.5% atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan hampir setiap hari, atau minimal rata-rata minimal 3 hari sekali ada seorang penduduk Indonesia, baik tua maupun muda meninggal dunia karena serangan stroke (Suyono, 2005). Pada peringatan Hari Stroke Sedunia tahun 2011, Menteri Kesehatan RI mengatakan bahwa stroke adalah penyebab kematian yang utama di Indonesia. Porsinya mencapai 15,4% dari total penyebab kematian. Artinya satu dari tujuh orang penduduk Indonesia meninggal dunia dikarenakan stroke. Selain itu, hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007 menyatakan bahwa angka kejadian (prevalensi) stroke adalah delapan dari seribu penduduk. Penduduk Indonesia yang mengalami serangan stroke pada umumnya adalah penduduk usia lanjut meskipun tidak jarang serangan stroke juga menyerang usia produktif. Hal ini dibuktikan dengan salah satu rumah sakit yang menyediakan pelayanan rehabilitasi stroke yaitu RSUPN Cipto Mangunkusumo yang memiliki data bahwa mayoritas pasien yang datang merupakan pasien lansia. Diantara pasien pasca stroke yang ada di rumah sakit ini terdapat pasien yang baru saja mengalami serangan stroke artinya menjalani kehidupan pasca stroke dalam beberapa bulan, namun ada  

juga yang sudah beberapa tahun. Menurut observasi peneliti, lama hidup pasien pasca stroke dengan berbagai ketergantungan ini berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Ada pasien pasca stroke yang meninggal dalam hitungan bulan, tetapi ada juga setelah satu atau dua tahun setelah serangan stroke. Sedangkan yang mengalami kesembuhan artinya mengalami sedikit gejala sisa stroke juga ditunjukkan beberapa korban stroke. Pada umumnya

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

Universitas Indonesia

   

4

   

pasien pasca stroke ini hidup bersama keluarga, ada yang diasuh oleh suami, istri, maupun oleh anaknya.  

Sehubungan dengan meningkatnya penderita pasca stroke saat ini dan   pemberian perawatan pasien pasca stroke, pentingnya pengetahuan keluarga dalam

peneliti merasa penting untuk melakukan penelitian untuk mengetahui tingkat   pengetahuan keluarga terkait stroke, gambaran sikap keluarga dalam pemberian  

perawatan pasien pasca stroke, serta melakukan analisis apakah ada hubungan tingkat pengetahuan keluarga dengan sikap keluarga dalam pemberian perawatan kepada pasien stroke.

1.2 Rumusan Masalah

Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) melaporkan bahwa jumlah penderita stoke di Indonesia semakin meningkat tiap tahunnya. Penderita stroke sebagian besar mengalami kecacatan (disability) atau bahkan kematian. Pasien pasca stroke yang mengalami kecacatan akan kehilangan kemandirian dan sangat tergantung pada orang lain. Peran serta keluarga sangat penting membantu pasien pasien dalam memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan rasa percaya diri pasien dan mencegah serangan ulang stroke. Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti ingin mengetahui hubungan tingkat pengetahuan keluarga dengan sikap keluarga dalam pemberian perawatan pasien pasca stroke.  

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1

Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan

keluarga dengan sikap keluarga dalam pemberian perawatan kepada pasien pasca stroke. 1.3.2

Tujuan khusus a. Mengidentifikasi karakteristik keluarga pasca stroke

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

Universitas Indonesia

   

5

 

b. Mengetahui

gambaran

 

tingkat

pengetahuan

keluarga

tentang

perawatan pasien stroke  

c. Mengetahui gambaran sikap keluarga terhadap pemberian perawatan pasien pasca stroke

 

d. Mengetahui hubungan karakteristik responden yang termasuk faktor   yang mempengaruhi pengetahuan dengan sikap responden  

e. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan keluarga dengan sikap keluarga dalam pemberian perawatan pasien pasca stroke

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1

Bagi Pelayanan Kesehatan Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi penderita stroke dan keluarga khususnya dalam proses pemulangan (discharge planning) pasien dan keluarga dari rumah sakit.

1.4.2

Bagi Institusi Pendidikan Meningkatkan

pengetahuan dan

pemahaman mahasiswa akan

pentingnya peran keluarga dalam merawat pasien pasca stroke sehingga mampu menghindari komplikasi ketika di rawat di rumah. 1.4.3

Bagi Penelitian Keperawatan Meningkatkan pengetahuan peneliti tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap keluarga dalam pemberian perawatan stroke, dan hubungan antara faktor usia, penghasilan, pendidikan, dan pengalaman  

keluarga terhadap sikap keluarga dalam memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang terkena serangan stroke.

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

Universitas Indonesia

       

BAB 2  

TINJAUAN KEPUSTAKAAN  

2.1 Pengetahuan (knowledge)

 

2.1.1 Definisi pengetahuan

 

Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui

pengamatan

inderawi.

 

Pengetahuan

muncul

ketika

seseorang

menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (Meliono, 2008). Menurut Sunaryo (2004) pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penghidu, perasa, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

2.1.2 Tingkatan pengetahuan Bloom (1956) dalam Notoadmodjo (2010) membagi pengetahuan menjadi enam tingkatan yaitu sebagai berikut: 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai ingatan akan suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya atau mengingat kembali. Tahu merupakan tingkat yang paling rendah dalam pengetahuan. Ukuran bahwa seseorang itu tahu  

adalah ia dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan. Contohnya dapat menyebutkan jenis-jenis stroke. 2) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan objek atau materi tersebut secara benar. Seseorang yang telah paham terhadap objek atau materi dapat menjelaskan, memberikan contoh, dan menyimpulkan objek yang

6 Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

Universitas Indonesia

   

7

   

dipelajari. Contohnya mampu menjelaskan bagaimana proses terjadinya  

stroke. 3) Aplikasi (application)

  Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi ini diartikan   sebagai kemampuan penggunaan informasi yang telah dipelajari pada   situasi nyata. Contoh : Keluarga melakukan pemenuhan kebutuhan  

individu stroke sesuai dengan piramida kebutuhan menurut Maslow. 4) Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam bagian-bagian kecil, tetapi masih dalam struktur objek sebelumnya dan saling berkaitan. Contohnya Seorang mahasiswa keperawatan mampu mampu membedakan stroke akibat adanya embolisme, stroke iskemik, ataupun stroke karena diabetes melitus tipe II (DM Tipe II). 5) Sintesis (synthesis) Sinstesis adalah kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang sudah ada. Ukuran kemampuan adalah seseorang dapat menyusun, meringkas, merencanakan, dan menyesuaikan suatu teori atau rumusan yang ada. Contoh sebuah keluarga yang mengasuh anggota keluarga pasca stroke mampu menyusun rencana perawatan dirumah berdasarkan teori-teori yang sudah ada baik berupa teori tentang kelumpuhan atau keterbatasan aktivitas individu (stroke survivor), cara pemenuhan kebutuhan, maupun proses rehabilitasi dini dan berkelanjutan.

 

6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek. Contoh, seorang perawat mampu membandingkan korban stroke yang mengalami depresi dengan korban stroke yang mengalami tawar-menawar dengan keadaannya atau bahkan yang mampu menerima kenyataan.

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012 Universitas Indonesia

   

8

   

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan `

  Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dikemukakan oleh

Notoatmodjo (2010), adalah pengalaman, tingkat pendidikan, keyakinan, fasilitas, penghasilan, dan sosial budaya.

 

1) Pengalaman : pengalaman yang   didapatkan oleh seseorang bisa berasal dari pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain. Pengalaman kadang  kadang sering dihubungkan dengan usia seseorang meskipun usia tidak  

mutlak mempengaruhi pengalaman seseorang. 2) Pendidikan : faktor pendidikan memberikan wawasan yang baru kepada seseorang. Secara umum, orang yang berpendidikan memiliki tingkat pengetahuan dan wawasan yang luas dibandingkan dengan orang yang tingkat pendidikannya rendah. 3) Keyakinan : keyakinan bisa bersifat turun-temurun yang kadang tanpa pembuktian sebelumnya yang bisa mempengaruhi tingkat pendidikan seseorang, baik keyakinan yang bersifat positif maupun negatif. 4) Fasilitas : fasilitas dapat berupa sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Misalnya radio, buku, televisi, koran, dan lain-lain. Penghasilan seseorang tidak berpengaruh langsung kepada tingkat pengetahuan. 5) Penghasilan/ekonomi: secara tidak langsung penghasilan yang didapat memungkinkan

seseorang

memperoleh

fasilitas

untuk

menambah

pengetahuan mereka. 6) Sosial budaya: Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang tentang  

sesuatu.

Tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh keluarga maupun masyarakat dapat mempengaruhi perilaku keluarga dalam memberikan perawatan klien yang menderita stroke. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Mant,J dkk (2000) dengan topik Family support for stroke: a randomised controlled trial mengatakan bahwa dukungan keluarga sangat bermanfaat pada perawatan pasien pasca stroke tidak hanya pasien itu sendiri. Dukungan keluarga dengan memberikan waktu untuk tinggal bersama klien stroke dan memenuhi kebutuhan

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012 Universitas Indonesia

   

9

   

pasien stroke baik kebutuhan dasar berupa makan, mandi, toileting, dan kebutuhan sosial, psikososial dan spiritual, dapat  meningkatkan harga diri klien dan menunjukkan sikap optimis kepada penyandang stroke untuk hidup dengan   menyandang gejala stroke. Selain itu, dukungan dari keluarga juga dapat

mengurangi stress yang dialami klien.    

2.1.4 Pengukuran pengetahuan

 

Pengetahuan dapat diukur berdasarkan jenis penelitiannya

apakah

penelitian bersifat kualitatif atau kuantitatif. Penelitian kualitatif dilakukan dengan wawancara yang mendalam dan diskusi kelompok terfokus. Sedangkan penelitian kuantitatif dilakukan dengan menggunakan wawancara tertutup atau wawancara terbuka dengan menggunakan instrument (alat pengukur/pengumpul data) kuesioner sehingga responden hanya mengisi/memilih

jawaban yang mereka

anggap paling tepat/benar sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.

2.2 Sikap (attitude) 2.2.1 Definisi sikap Sikap secara umum dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespon (secara positif dan negatif) terhadap orang, objek, dan situasi tertentu. Dengan kata lain sikap merupakan kecenderungan berpikir, berpersepsi dan bertindak. Sikap memiliki karakteristik seperti mempunyai daya pendorong, relative lebih menetap dibanding emosi dan pikiran. Sikap mengandung aspek penilaian atau evaluative terhadap objek dan mempunyai tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen emosional/afektif serta komponen konatif.  

Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia. Komponen kognitif ini adalah olahan pikiran manusia atau seseorang terhadap kondisi eksternal atau stimulus, yang menghasilkan pengetahuan. Komponen afektif merupakan aspek emosional yang berkaitan dengan penilaian terhadap apa yang diketahui manusia. Sedangkan komponen konatif adalah aspek visional yang berhubungan dengan kecenderungan atau kemauan bertindak (tend to behave).

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012 Universitas Indonesia

   

10

   

2.2.2 Tingkatan sikap

  Sikap terdiri dari berbagai tingkatan (Notoatmodjo, 2010), yaitu:

1) Menerima (receiving): diartikan bahwa seseorang (subjek) mau dan   yang diberikan (objek). memperhatikan stimulus

2) Merespon (responding):   merespon berarti memberikan jawaban atau

tanggapan

terhadap  

pertanyaan,

mengerjakan,

dan

menyelesaikan tugas yang diberikan.  

3) Menghargai (valuing): diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasanya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain untuk merespon. 4) Bertanggung jawab (responsible: bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani ambil risiko bila ada orang lain yang kana tau adanya risiko lain.

2.2.3

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap (Oskup & Schult, 2005): 1) Pengetahuan:

pengetahuan

manusia

dapat

diperoleh

dari

pengalaman langsung maupun pengetahuan yang didapat dari sumber terpercaya. Dengan adanya pengetahuan maka dapat mengubah keyakinan dan paradigma individu terhadap sesuatu yang akhirnya menimbukan sikap individu terhadap sesuatu tersebut. Pada penelitian Iman sudradjat

tentang hubungan

pengetahuan dan sikap terhadap penyakit HIV/AIDS mengatakan  

bahwa antara pengetahuan HIV/AIDS dengan sikap terhadap penyakit HIV/AIDS ada hubungan yang positif. 2) Kepercayaan: sikap individu dapat dilihat sebagai cerminan dari kepercayaan yang terhadap sesuatu hal. Misalnya kepercayaan keluarga

terhadap

pelayanan

rumah

sakit

tertentu

akan

mempengaruhi sikap keluarga untuk memilih berobat ke rumah sakit yang sudah dipercaya.

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012 Universitas Indonesia

   

11

   

3) Kebudayaan yang diperoleh dari pengalaman, pembacaan, kondisi   ( agama, pendidikan, paradigma). Peran serta kebudayaan dapat

mempengaruhi sikap individu untuk menerima maupun menolak sesuatu.

   

2.2.4

Pengukuran Sikap

 

Sikap diukur dengan hanya minta pendapat atau penilaian terhadap  

fenomena yang diwakili dengan pernyataan (bukan pertanyaan). Biasanya responden dimintakan pendapatnya terhadap pernyataan-pernyataan dengan mengatakan atau memilih setuju, tidak setuju; baik, tidak baik; menerima, tidak menerima; atau senang, tidak senang. Akan tetapi, karena dua pilihan tersebut kurang tajam, Likert membuat skala yaitu Skala Likert misalnya dengan memilih jawaban empat, bila sangat setuju; tiga, bila setuju; dua, bila tidak setuju; dan satu, bila sangat tidak setuju.

2.3 Konsep Stroke 2.3.1 Definisi stroke WHO mendefinisikan stroke sebagai adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejalagejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vasikular. Stroke sering menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, ganguan bicara, proses berpikir, daya ingat, dan bentuk-bentuk kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak.  

2.3.2

Etiologi stroke

1) Trombosis serebral Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan kongesti di sekitarnya. Trombosis dapat terjadi akibat aterosklerosis, hiperkoagulasi pada polisitemia, arteristis (radang pada arteri) dan emboli. 2) Hemoragi (perdarahan)

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012 Universitas Indonesia

   

12

   

Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang subaraknoid atau ke dalam  jaringan otak sendiri sebagai akibat dari pecahnya pembuluh darah. Pecahnya pembuluh darah diakibatkan

oleh

  adanya aterosklerosis dan hipertensi. Pecahnya pembuluh darah otak

menyebabkan perembesan darah  ke dalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan pemisahan jaringan otak yang   berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga  

terjadi infark otak, edema, dan mungkin herniasi otak. 3) Hipoksia umum Hipoksia umum disebabkan oleh hipertensi yang parah, henti jantung paru, dan curah jantung turun akibat aritmia yang mengakibatkan aliran darah ke otak terganggu.

4) Hipoksia setempat Hipokksia setempat diakibatkan oleh spasme arteri serebral yang disertai perdarahan subaraknoid dan vasokonstriksi arteri otak otak disertai sakit kepala migren.

2.3.3

Faktor risiko stroke Utami (2009) mengemukakan factor risiko stroke yang tidak dapat diubah

adalah sebagai berikut : 1) Keturunan Para ahli kesehatan meyakini terdapat hubungan antar risiko stroke dengan faktor keturunan, walaupun secara tidak langsung. Risiko stroke  

meningkat pada seseorang dengan riwayat keluarga stroke. Seseorang dengan riwayat keluarga stroke lebih cenderung menderita diabetes dan hipertensi (Hertzberg, dkk, 2006). Hal ini mendukung hipotesa bahwa peningkatan kejadian stroke pada keluarga penyandang stroke adalah akibat diturunkannya factor risiko stroke. 2) Jenis kelamin Menurut studi kasus yang sering ditemukan, laki-laki lebih berisiko terkena stroke tiga kali lipat dibanding dengan wanita. Namun, menurut

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012 Universitas Indonesia

   

13

   

laporan American Heart Association Statistics subcommittee and stroke   Statistics subcommittee (2007) menyebutkan bahwa kematian akibat stroke

lebih banyak dijumpai pada wanita yaitu daripada laki-laki. Hal ini diduga   akibat pengaruh hormone pascamenopause atau proses penuaan (degeneratif).

Keterkaitan hormone pascamenopause didukung oleh penelitian dari Women’s   Health Initiative (2004) yang mengemukkan bahwa pemakaian hormone   estrogen dan progesterone pada wanita pascamenopause meningkatkan risiko  

terjadinya stroke tipe iskemik sebesar 44%. 3) Umur Mayoritas stroke menyerang orang berusia di atas 50 tahun. Namun, dengan pola makan dan jenis makanan yang ada sekarang ini tidak menutup kemungkinan stroke bisa menyerang mereka yang usia muda. Factor risiko yang dapat diubah adalah hipertensi, diabetes, merokok, dislipidemia dan obesitas . 1) Hipertensi Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan darah sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Sedangkan pada lansia dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan darahnya 160/90 mmHg. Hipertensi dapat mengakibatkan stroke khususnya stroke hemogarik (perdarahan) akibat tekanan yang kuat ke pembuluh darah. Tekanan darah yang tinggi bias diakibatkan oleh diameter pembuluh darah yang kurang elastis atau adanya sumbatan berupa thrombus dan emboli (Brunner & Suddarth 2002 Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi menurut Badaredo, dkk( 2008): Tekanan darah

Tekanan darah

sistolik

diastolik

I

140-159

90-99

II

160-179

100-109

III

180-209

110-119

IV

>210

>120

Tingkat

 

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012 Universitas Indonesia

   

14

   

2) Diabetes

Diabetes merupakan salah   satu factor risiko stroke iskemik. Diabetes akan meningkatkan risiko stroke karena mengakibatkan peningkatan fiskositas   darah sehingga mempermudah terbentuknya emboli. Peningkatan kadar gula

darah berbanding lurus dengan risiko   stroke artinya semakin tinggi kadar gula darah seseorang maka semakin mudah terkena stroke.   Tabel 2.2 Klasifikasi Kadar glukosa darah ( mg/dl)  

menurut (ACE, 2003)

Gula darah puasa 2 jam setelah beban glukosa

Normal

GTT

DM

80-109

110-125

≥ 126

80-144

145-179

≥ 180

GTT: gangguan toleransi glukosa DM : diabetes mellitus

3) Merokok Berbagai penelitian menghubungkan kebiasaan merokok dengan peningkatan risiko penyakit pembuluh darah (termasuk stroke). Merokok memacu peningkatan kekentalan darah, pengerasan dinding pembuluh darah, dan penimbunan plak di dinding pembuluh darah. 4) Dislipidemia Banyak penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa kolesterol darah yang tinggi meningkatkan risiko stroke. Penelitian Amarenco, dkk (2006) pada 492 pasien stroke iskemik (sumbatan) menuunjukkan bahwa  

kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan kolesterol total yang tinggi meningkatkan risiko stroke sampai dua kali lipat. 5) Obesitas Seseorang dengan berat badan berlebih memiliki risiko yang tinggi untuk menderita stroke. Kurukulasuriya, et al(2006) mengatakan bahwa seseorang disebut mengalami obesitas jika indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 30kg/m2. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa seseorang dengan indeks massa tubuh ≥30kg/m2 memiliki risiko stroke 2,4 kali dibanding yang

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012 Universitas Indonesia

   

15

   

memiliki indeks massa tubuh <30kg/m2. Seseorang yang mengalami obesitas akan

memicu

  thrombosis,

terjadinya

penyakit

arteri

coroner,

dan

meningkatkan risiko stroke.  

2.3.4

Dampak stroke

 

Gejala stroke yang muncul sangat tergantung pada bagian otak yang   terganggu. Otak manusia terdiri atas otak besar (cerebrum), otak kecil  

(cerebellum), dan batang otak. Otak besar terdiri atas bagian besar yang disebut hemisfer, yaitu hemisfer kanan dan hemisfer kiri. Fungsi bagian tubuh sebelah kanan dikendalikan oleh hemisfer kiri dan fungsi bagian tubuh sebelah kiri oleh hemisfer kanan. Tabel 2.3 Klasifikasi otak berdasarkan fungsinya (Sherwood, 2001): No

1

2

3

4

5

6

2.3.5

Bagian

Dampak stroke

Fungsi

otak Lobus

gerakan,

pengambilan Kelumpuhan, kelamahan anggota

frontal

keputusan, pembauan

Lobus

pendengaran, memori, Gangguan

temporal

emosi

Lobus

rasa kulit, pemahaman Gangguan sensori, aphasia

parietal

bahasa

Lobus

Penglihatan

kerag (hemiplegia), disartria, pendengaran,

dimensia, marah

Gangguan pada bola mata

occipitas Cerebellum

keseimbangan

(otak kecil )

koordinasi

Batang otak

menelan,

dan Gangguan inkontinensia

keseimbangan,  

pernafasan, Kematian, kelumpuhan, disfagia

dan fungsi vital.

Kecacatan akibat stroke Kecacatan pasca-stroke pada umumnya dinilai dengan kemampuan

ppasien untuk melanjutkan fungsinya kembali seperti sebelum sakit dan keemampuan pasien untuk mandiri. Salah satu skala ukur yang paling sering

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012 Universitas Indonesia

   

16

   

dipakai untuk pasien menggambarkan kecacatan akibat stroke adalah skala  

Rankin.

Table 2.4 Klasifikasi cacat stroke menurut Skala Rankin No 1

 

Klasifikasi

  Tidak ada disabilitas dapat melakukan tugas harian seperti biasa

yang signifikan 2

Kriteria

Disabilitas ringan

 

tidak dapat melakukan beberapa aktivitas seperti  

sebelum

sakit,

namun

dapat

memenuhi

kebutuhannya sendiri tanpa bantuan 3

Disabilitas sedang

memerlukan sedikit bantuan tetapi dapat berjalan tanpa bantuan

4

5

Disabilitas

sedang- tidak dapat berjalan tanpa bantuan dan tidak dapat

berat

memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bantuan

Disabilitas berat

Di

tempat

tidur

Bed

rest,

inkontinensia,

memerlukan perawatan, dan perhatian.

2.3.6

Pencegahan stroke Berdasarkan perspektif kesehatan masyarakat maka pencegahan stroke

terdiri dari tiga tingkatan yaitu pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer ditujukan kepada populasi yang sehat dengan melakukan promosi kesehatan dan mengatasi factor risiko, social dan factor keturunan. Pencegahan sekunder ditujukan kepada populasi yang berisiko mengalami masalah kesehatan (stroke) yaitu dengan melakukan skrining pada individu yang  

berisiko stroke, mengendalikan factor risiko, dan melakukan intervensi dini. Sedangkan pencegahan tersier adalah untuk individu yang mengalami masalah kesehatan (stroke) yaitu dengan melakukan rehabilitasi, pencegahan komplikasi, meningkatkan kualitas hidup (Harsono, 2011).

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012 Universitas Indonesia

   

17

   

2.4 Konsep Keluarga 2.4.1

 

Definisi keluarga

Keluarga didefinisikan oleh Friedman (2003) dalam bukunya Family   yang dapat menimbulkan, mencegah, Nursing merupakan suatu kelompok

mengabaikan, atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya   itu sendiri. Keluarga mempunyai peran utama dalam pemeliharaan kesehatan   seluruh anggota keluarga. Peranan dari anggota-anggota keluarga akan mengalami  

perubahan bila salah satu anggota keluarga menderita sakit. Dalam pemeliharaan pasien sebagai individu, keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan.

2.4.2

Fungsi keluarga Friedman (2003) menyebutkan bahwa salah satu fungsi keluarga adalah

fungsi perawatan kesehatan.

Adapun lima tugas kesehatan keluarga yang

merupakan upaya keluarga dalam menjalankan fungsi perawatan kesehatan meliputi: 1) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga. Hal ini berhubungan dengan kesanggupan keluarga mengenal masalah kesehatan pada setiap anggota keluarganya. 2) Mengambil keputusan untuk tindakan yang tepat 3) Melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. 4) Melakukan modifikasi lingkungan sehingga menjadi aman dan menunjang tercapainya keluarga dan lingkungan keluarga yang sehat 5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan terdekat guna mendukung  

pencapaian optimal dalam perawatan anggota yang mengalami gangguan kesehatan.

2.4.3

Struktur Keluarga Struktur

keluarga

dapat

menggambarkan

bagaimana

keluarga

melaksanakan fungsi keluarga di lingkungan masyarakat. Ada empat elemen struktur keluarga menurut Paras dan Caplan (1965) yang diadopsi oleh Friedman (2003) :

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012 Universitas Indonesia

   

18

   

1) Struktur peran keluarga : menggambarkan peran masing-masing   anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya di lingkungan

masyarakat baik peran formal maupun informal 2) Nilai dan norma keluarga  : menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh   keluarga khususnya yang berhubungan dengan kesehatan

 

3) Pola komunikasi keluarga : menggambarkan bagaimana cara dan pola  

komunikasi ayah-ibu/orangtua, orang tua dengan anak., anak dengan anak, dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti 4) Struktur kekuatan keluarga : menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan.

2.3 Perawatan Stroke 2.4.1

Perawatan pasien pasca stroke di rumah

1) Perawatan mata dan mulut Pasien yang tidak dapat minum tanpa bantuan harus membersihkan mulutnya dengan sikat lembut. Perawatan mulut yang teratur sangat penting, terutama untuk pasien yang sulit atau tidak dapat menelan. Gunakan kain lembab yang bersih untuk membersihkan kelopak mata pasien jika diperlukan. 2) Pemberian makan Pasien stroke memerlukan makanan yang memadai, lezat, dan seimbang dengan cukup serat, cairan (2 liter atau lebih sehari), dan  

mikronutrien. Jika nafsu makan pasien berkurang, mereka dapat diberi makanan ringan tinggi-kalori yang lezat dalam jumlah terbatas setiap 2-3 jam, bersama dengan minuman suplemen nutrisional. Untuk mencegah tersedak dan pneumonia aspirasi maka posisi pasien yang terbaik adalah posisi duduk. 3) Pengendalian Buang Air Kecil Inkontinensia atau retensi pada umumnya terjadi pada pasien strok terutama

pada

pasien

yang

mengalami

penurunan

kesadaran

atau

kebingungan. Saat mereposisi pasien, pembalut inkontinensia yang basah atau

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012 Universitas Indonesia

   

19

   

tercemar kotoran harus diganti. Pasien yang dipasang kateter perlu diajarkan   kepada keluarga tentang perawatan kateter tersebut untuk menghindari

komplikasi yang mungkin terjadi. 4) Pengendalian buang air besar   Sembelit adalah masalah  yang umum dijumpai pada orang berusia lanjut dan pada orang yang mengalami stroke. Beberapa obat (misalnya,   opioid) juga dapat menyebabkan sembelit. Cara terbaik untuk mengatur buang  

air besar adalah makanan yang memadai dan seimbang serta banyak cairan (paling tidak dua liter sehari) dan serat (buah dan sayuran), serta aktivitas fisik yang cukup. Pelunak tinja (laksatif, pencahar), supositoria, dan enema dapat digunakan untuk sembelit yang terjadi sekali-sekali. 5) Mencegah jatuh Faktor risiko yang mempermudah pasien jatuh antara lain masalah ayunan langkah dan keseimbangan, obat-obat sedatif, kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari, inaktivitas, inkontinensia, gangguan penglihatan, dan berkurangnya kekuatan tungkai bawah. Apabila klien ingin berpindah dari tempat tidur maka pasien harus turun secara perlahan dan bertahap.

2.4.2

Prinsip merawat pasien pasca stroke di rumah

1) Menjaga kesehatan punggung pengasuh atau keluarga Keluarga berisiko mengalami cedera otot lumbal atau cedera punggung ketika mengangkat, memindahkan, atau mengubah posisi pasien pasca stroke yang mengalami imobilisasi. Untuk menghindari cedera punggung ini perlu diperhatikan:  

a. Posisi beban, tinggi objek, posisi tubuh, dan berat maksimun. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah anda dapat melakukannya sendiri atau membutuhkan bantuan. b. Mengangkat objek harus dari bawah pusat gravitasi, menempatkan kedua kaki sedikit terbuka untuk memperbesar dukungan, serta mempertahankan kesejajaran yang tepat pada kepala dan leher dengan vertebra. Keluarga/pengasuh harus menjaga tubuh untuk tetap tegak.

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012 Universitas Indonesia

   

20

   

c. Berdiri sedekat mungkin dengan objek untuk mencapai pusat   dengan objek. gravitasi yang lebih dekap

2) Mencegah terjadinya luka dikulit pasien akibat tekanan Pasien yang mengalami  imobilisasi perlu dibalik dan diposisikan secara reguler, bahkan pada malam   hari hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya luka akibat tekanan. Bagi pasien yang hanya dapat berbaring atau   duduk di kursi roda, bagian-bagian tubuh yang paling berisiko antara lain  

adalah punggung bawah (sakrum), bokong, paha, tumit, siku, bahu, dan tulang belikat (skapula). 3) Mencegah terjadinya kekakuan otot atau sendi Untuk mencegah kekakuan sendi keluarga perlu melakukan bebagai hal misalnya mengubah posisi lengan dan tungkai setiap 1 – 2 jam sepanjang siang dan malam hari, memijat tungkai yang lumpuh sekali atau 2 kali sehari, menggerakkan semua sendi di tungkai yang lumpuh secara lembut dan perlahan-lahan (yaitu, lurus dan menekuk) 5 – 7 kali. 4) Mencegah terjadinya nyeri bahu ( shoulder pain) Nyeri bahu merupakan masalah yang sering terjadi pada pasien stroke dialami oleh sekitar 1 dari 5 pasien dalam waktu enam bulan setelah stroke (Agustina, dkk 2009). Komplikasi ini disebabkan oleh peregangan dan peradangan sendi bahu yang melemah, dan sangat sering pada pasien dengan tungkai atas atau bawah yang lemah, atau mereka yang memiliki riwayat gangguan tungkai atas, diabetes melitus, dan tinggal sendiri di rumah. Tindakan pencegahan terbaik adalah penempatan posisi dan reposisi di tempat tidur menopang lengan yang lemah (lumpuh) dengan bantal atau sandaran  

tangan jika mungkin; menghindari peregangan sendi bahu, terutama oleh tarikan pada lengan lemah; dan menopang lengan yang lemah dengan lengan yang normal atau dengan menggunakan perban sportif saat berjalan sehingga lengan tersebut tidak terkulai ke bawah. 5) Memulai latihan dengan mengaktifkan batang tubuh atau torso Segera setelah pasien mampu, bantulah mereka turun dari tempat tidur dan duduk di kursi yang nyaman untuk jangka pendek. Peningkatan mobilitas pasien harus lambat dan bertahap, dan jika mungkin, mengikuti rangkaian

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012 Universitas Indonesia

   

21

   

berikut : bergerak di tempat tidur dengan tungkai ke bawah, berdiri di samping   tempat tidur, berjalan ke kursi, duduk di kursi, berjalan di lantai yang rata.

Pasien pada tahap-tahap awal setelah stroke perlu dibantu untuk turun dari   tempat tidur atau berpindah dari tempat tidur ke kursi.      

 

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012 Universitas Indonesia

     

BAB 3  

KERANGKA KONSEP PENELITIAN    

3.1 Kerangka Konsep  

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antar konsep yang satu   terhadap yang lainnya dari masalah yang diteliti. Kerangka konsep ini gunanya untuk

menghubungkan atau mejelaskan secara panjang lebar tentang suatu topic yang akan dibahas. Kerangka konsep ini biasanya digambarkan dalam suatu model hubungan antara variable bebas dengan variable terikatnya (Budiharto, 2008). Berdasarkan judul penelitian mengenai hubungan pengetahuan dengan sikap keluarga dalam pemberian perawatan pasien pasca stroke, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Skema 3.1 Teori Benyamin Bloom dalam Oskup & Schult (2005) Variabel Dependen

Variabel Independen

Sikap keluarga dinilai dari respon keluarga :  Positif  negatif

Tingkat Pengetahuan: menilai tingkat pengetahuan keluarga tentang stroke dan perawatannya

Variabel confounding Faktor yang mempengaruhi:  Pengalaman  Pendidikan  Usia  Penghasilan   

 

Keyakinan Kebudayaan Fasilitas

Keterangan : = Aspek yang tidak dinilai = Aspek yang dinilai

= berpengaruh

22Sonatha, FIK UI, 2012 Hubungan tingkat..., Betty

Universitas Indonesia

   

23

 

Kerangkan konsep di atas menjelaskan bahwa sikap seseorang dipengaruhi oleh tiga  

faktor yaitu

pengetahuan, keyakinan dan kebudayaan yang diperoleh dari pengalaman,

pembacaan, dan ajaran agama. Sedangkan pengetahuan individu dipengaruhi oleh pengalaman,   pendidikan, keyakinan, usia, kebudayaan, penghasilan dan fasilitas. Berdasarkan kerangka  

konsep tersebut peneliti ingin mengetahui hubungan pengetahuan keluarga yang diperoleh dari  

pengalaman, pendidikan, keyakinan, kebudayaan, dan sebagainya tentang perawatan pasien stroke terhadap sikap keluarga dalam pemberian  perawatan pasien stroke. 3.2 Hipotesis Menurut Hastono dan Sabri (2008) hipotesis di dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian, patokan dengan atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian sesuai dengan judul penelitian yang diambil yaitu ‘Hubungan pengetahuan dengan sikap keluarga dalam pemberian perawatan pasien pasca stroke maka hipotesis yang didapat adalah: Ada hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga dengan sikap keluarga dalam pemberian perawatan pasien pasca stroke.

3.3 Definisi operasional Defenisi operasional memberikan pengertian suatu variable dan menggambarkan aktivitas-aktivitas yang diperlukan untuk mengukur variable-variabel tersebut. Definisi operasional biasanya meliputi nama tes spesifik yang dipilih untuk mengukur variable dalam pertanyaan (Brockopp & Hastings-Tolsma 2000). Definisi operasional dalam penelitian ini disajikan dalam table berikut: Tabel 3.1 Definisi Operasional No

Variable

Definisi operasional

Alat ukur

Cara ukur

1

Tingkat

Kemampuan keluarga

Kuesioner

Mengisi

pengetahuan

menjawab pertanyaan

bagian B yang terdiri

jawaban benar ≥

seputar

dari 24 pertanyaan

75% (skor ≥ 18);

dengan

memilih

Rendah,

jika

benar,

jawaban

benar

stroke

yang

meliputi:

Hasil ukur kuesioner

1.

Penyebab;

jawaban

2.

faktor risiko,

salah, atau tidak tahu.

3.

dampak;

Jika benar skor 1

4.

cara

Salah: 0; tidak tahu :0

Tinggi,

Skala

  jika

Ordinal

<75%. (skor<18)

pencegahan

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

Universitas Indonesia

   

24

  5.

cara

 

perawatan 2

Sikap

Keinginan

keluarga

Kuesioner

untuk

melakukan

 

tindakan

perawatan

 

pasien pasca stroke di

Mengisi

kuesioner

Pada

analisis

bagian C yang terdiri

dikategorikan

dari 18 pernyataan

sebagai

dengan memberikan

1.

rumah; sikap diperoleh

 

respon/

bila skore < 85%

dari

 

terhadap

pendapat

respon

dan

keluarga

terhadap

pernyataan

sesuai skala Likert

pernyataan-

pernyataan

pendapat

Sikap

Ordinal

negatif

2. sikap positif, bila skore ≥ 85%

berupa:

yang

1.

diberikan.

Sangat tidak setuju;

2.

Tidak setuju;

3.

Setuju;

4.

Sangat setuju

3

Faktor

yang

mempengaruhi - Pengalaman

Pengalaman

yang

Kuesioner

Responden

diminta

Iya jika Pernah

dimiliki oleh anggota

untuk mengisi angket

Tidak

keluarga

tentang

belum/pertama

dalam

merawat pasien pasca

tidaknya

stroke

pasien

pernah merawat

Nominal jika

kalinya

stroke

sebelumnya.

- Pendidikan

- Usia

Tingkat

pendidikan

terakhir

responden

mengisi

angket

yang diperoleh dari

tentang

pendidikan

jalur

yang

pernah

SD, SMP, SMA, dan

dialaminya

secara

PT

formal.

formal

seperti

Tingkat

umur

responden

yang

diklasifikasikan

Kuesioner

Kuesioner

Responden

Responden

diminta

diminta

untuk mengisi angket tentang

Rendah ≤SMA Tinggi = PT

 

Muda ≤ 40 tahun

Ordinal

Ordinal

Tua > 40 tahun

demografi

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

Universitas Indonesia

   

25

  menjadi

4

bagian

yaitu:

 

yang mencakup usia.

a.Usia <20 tahun b.Usia ≤20-30 tahun

 

c.Usia ≤30-40 tahun

 

d.Usia ≤ 40 tahun

  -Penghasilan

-jenis kelamin

Tingkat

penghasilan

Kuesioner  

Responden

diminta

keluarga selama satu

untuk mengisi angket

bulan

tentang

yang

dibagi

menjadi 4 tingkatan

penghasilan

yaitu:

bulannya.

a.

<2 juta

b.

2-5 juta

c.

5-10 juta

d.

≥10 juta

Jenis

kelamin

responden

yang

kuesioner

Responden

Ordinal

Tinggi >2 juta

jumlah per

diminta

untuk mengisi kotak

diklasifikasikan

jenis kelamin pada

menjadi

kuesioner

perempuan

Rendah ≤ 2 juta

Laki-laki

atau

Nominal

perempuan

atau laki-laki

 

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

Universitas Indonesia

     

BAB 4  

DESAIN DAN METODOLOGI    

4.1 Desain Penelitian  

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif korelatif.   Desain penelitian ini dipilih karena peneliti ingin mengetahui hubungan tingkat pengetahuan

dengan sikap keluarga dalam pemberian perawatan pasien pasca stroke. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan crosssectional yaitu melakukan pengukuran pengetahuan terkait sroke dan perawatannya (variabel independen) serta sikap keluarga dalam memberikan perawatan (variabel dependen) pada satu waktu.

4.2 Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah semua keluarga pasien pasca stroke yang sedang menjalani proses rehabilitasi di RSUPN Cipto Mangunkusumo. pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode consecutive sampling yaitu memiliki sampel yang ditemukan dan memenuhi kriteria sampai junlah sampel yang diinginkan terpenuhii. Sampel dalam penelitian ini adalah keluarga pasien sroke yang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Memiliki anggota keluarga yang terkena serangan stroke 2. Anggota keluarga yang terkena stroke tersebut sedang menjalani perawatan di rumah oleh keluarga 3. Dapat membaca dan menulis 4. Mampu berkomunikasi dengan baik 5. Bersedia menjadi responden

 

Jumlah sampel dihitung berdasarkan berdasarkan rumus untuk populasi terbatas yaitu sebagai berikut: n=

Z2 1-α/2 P.Q d2

n=

(1,96)2 . 0,12.0,88 ( 0,1)2

26Sonatha, FIK UI, 2012 Hubungan tingkat..., Betty

Universitas Indonesia

   

27

 

n=

3,84.0,12.0,88

 

0,01 n = 40,56 digenapkan 41 orang Keterangan :

   

n

: Jumlah sampel

α

: derajat kepercayaan 95 %

Z2 1-α/2 : (1,96)2

   

P

: perkiraan proporsi 12%

Q

: 1-P

d

: Limit dari error atau presisi absolut 10%.

Dari perhitungan rumus di atas didapatkan jumlah minimal sampel yang akan diteliti adalah 41 orang. Dengan penambahan 10% untuk menganisipasi adanya kesalahan maka total sampel yang diteliti adalah 45 orang.

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilaksanakan di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Alasan dilakukan penelitian ditempat tersebut adalah karena RSUPN Cipto Mangunkusumo memiliki ruang rehabilitasi stroke dan merupakan rumah sakit terbesar serta rujukan tertinggi sehingga peneliti mudah untuk mendapatkan sampel sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Pengumpulan data dilakukan mulai April sampai dengan Mei 2012.

4.4 Etika Penelitian a. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)  : Peneliti memberikan kebebasan kepada responden untuk ikut serta atau menolak sebagai responden (autonomy). Akan tetapi, responden berhak mendapatkan informasi yang terbuka dan lengkap tentang pelaksaan penelitian sehingga peneliti terlebih dahulu menjelaskan prosedur secara terbuka. b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy and confidentiality): peneliti tidak akan mempublikasikan identitas responden kecuali jika pengandilan memintanya untuk barang bukti.

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

Universitas Indonesia

   

28

 

c. Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice inclusiveness) : penelitian ini  

dilakukan secara jujur,tepat, dan hati-hati. Peneliti juga memberikan keuntungan dan beban merata sesuai dengan kemampuan  dan kebutuhan subjek. d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harm and  

benefits) : hasil akhir penelitian ini memberikan manfaat kepada masyarakat Jakarta sehingga petugas kesehatan

 

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan

  memberikan keluarga edukasi tentang perawatan pasien pasca stroke di rumah sebelum

pemulangan (discharge planning) ataupun menyediakan pelayanan konsultasi yang mudah dijangkau oleh keluarga yang memiliki anggota keluarga yang terkena serangan stroke.

4.5 Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan dan pernyataan serta menggunakan wawancara tertutup. Akan tetapi, sebelum kuesioner disebarkan kepada responden penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba kepada sepuluh orang responden dengan karakteristik yang sama dengan penelitian yang diharapkan. Uji coba ini dilakukan untuk menguji reliabilitas dan validitas instrumen (kuesioner). Hasil uji coba ini di uji melalui program SPSS. Pertanyaan/pernyataan dikatakan valid jika r hasil > t table dengan r hasil dilihat dari kolom corrected item-total correlation. Sedangkan dikatakan reliable jika dilakukan uji statistic reabilitas didapatkan nilai cronbach’s alpha > dari standar cronbach’s alpha 0,6. Kuesioner yang sudah lulus uji kemudian disebarkan kepada responden yang sesungguhnya. Responden mengisi pertanyaan sesuai dengan jawaban yang sudah disediakan di lembar kuasioner. Responden mengisi pertanyaan sesuai dengan jawaban yang sudah  disediakan di lembar kuasioner. Kuesioner yang diberikan terdiri dari tiga bagian. Bagian A berisi data demografi meliputi nama (inisial), usia, jenis kelamin, pendidikan, penghasilan, serta pengalaman merawat sroke. Bagian B terdiri dari 24 pernyataan seputar pengetahuan tentang penyakit stroke, penyebab, dampak, faktor risiko, pencegahan dan cara perawatan pasien pasca stroke. Pertanyaan penyebab stroke pada pernyataan nomor 1,9,10,24; dampak stroke pada pernyataan nomor 4,5,8 dan 19; faktor risiko stroke pada pernyataan nomor 7,11,14,16,23; pencegahan stroke nomor 2,3,6,13,21; dan perawatan stroke nomor 12,15,17,18,20, dan 22.

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

Universitas Indonesia

   

29

 

Bagian C berisi 18 pernyataan tentang sikap keluarga dalam pemberian perawatan pasien pasca  

stroke. dan berisi jawaban Sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Pernyataan ini terdiri dari 14 pernyataan sikap favorable yaitu   pernyataan nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 15, 16 dan 17dan 4 pernyataan sikap unfavorable pernyataan yaitu nomor 6, 12, 14, dan 18.  

Keseluruhan pernyataan tersebut telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrument  

melalui uji SPSS. Pernyataan tentang sikap diklasifikasikan menjadi pernyataan sikap favorable dan pernyataan sikap unfavorable.

 

4.6 Metode Pengumpulan Data Peneliti melakukan pengumpulan data kepada keluarga yang memiliki anggota keluarga pasca stroke yang ada di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengajukan permohonan untuk membuat surat Keterangan izin pelaksanaan penelitian kepada pihak Fakultas Ilmu Kperawatan Universitas Indonesia. Kemudian surat tersebut diserahkan kepada Kepala Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Setelah mendapat izin, peneliti mulai mengumpulkan data dari responden. Adapun prosedur pengumpulan data meliputi: 1. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan serta prosedur penelitian yang akan dilakukan. 2. Responden menerima seperangkat instrument penelitian yang terdiri dari surat permohonan menjadi responden, informed concent, dan kuesioner. 3. Peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk membaca semua instrument yang diajukan termasuk kuesioner yang berisikan pertanyaan-pertanyaan terkait penelitian 4. Peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya mengenai semua hal yang berhubungan dengan penelitian sebelum memberikan persetujuan  untuk ikut dan menjadi responden penelitian. Pada saat responden mengisi kuesioner, peneliti menemani sehingga responden dapat bertanya jika ada hal-hal yang kurang dimengerti. 5. Kuesioner yang telah diisi kemudian dikumpulkan pada hari yang sama dan peneliti memeriksa kelengkapan jawaban yang telah diisi.

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

Universitas Indonesia

   

30

 

4.7 Pengolahan Data

 

Pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Editing : kegiatan untuk melakukan pengecekan kelengkapan pengisian formulir atau   angket apakah semua jawaban terbaca dan relevan dengan pertanyaan.  

2. Coding : kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka  

dengan tujuan untuk mempermudah proses analisis data dan mempercepat entry data.   Pada pernyataan dengan jawaban Benar siberi skor 1, jawaban salah skor 0 dan

jawaban tidak tahu skor 0. Sedangkan pada pernyataan sikap dilakukan pengklasifikasian terlebih dahulu pernyataan sikap favorable dan pernyataan sikap unfavorable.

Pada pernyataan sikap favorable, jawaban Sangat setuju (SS) diberi

skor 4, setuju (S) diberi skor 3, tidak setuju (TS) diberi skor 2 dan skor sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1. Sedangkan pada pernyataan sikap unfavorable, jawaban Sangat tidak setuju (STS) diberi skor 4, tidak setuju (TS) diberi skor 3, setuju (S) diberi skor 2 dan jawaban sangat setuju (SS) diberi skor 1. 3. Entry : data yang terkumpul kemudian dilakukan pengolahan dan pengecekan kembali terhadap data-data yang telah dikelompokkan 4. Cleaning : data yang telah dientry diperiksa kembali untuk memastikan bahwa data telah bersih dari kesalahan, baik pada waktu pengkodean maupun dalam membaca kode sehingga mudah dianalisa. 5. Analizing : data yang diperoleh diolah dan ditabulasi kemudian dianalisa dengan menggunakan program SPSS dalam computer. Data demografi dikelompokkan berdasarkan kategori masing masing. Data gambaran tingkat pengetahuan dikalsifikasi menjadi tingkat pengetahuan tinggi dan pengetahuan rendah, sedangkan   data gambaran sikap diklasifikasikan menjjadi sikap positif dan sikap negatif. Setelah

pengelompokan selesai kemudian dilakukan analisis hubungan antara variable tingkat pengetahuan dengan variiabel sikap dengan menggunakan uji statistic uji Chi square.

4.8 Rencana Analisis Data Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistic yaitu suatu pendekatan model matematika yang digunakan untuk menganalisis hubungan satu atau beberapa variable independen dengan variable dependen kategorik yang bersifat dikotom. Dalam

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

Universitas Indonesia

   

31

 

penelitian ini terdapat satu variabel independen yaitu tingkat pengetahuan dan satu variabel  

dependen yaitu sikap dalam pemberian perawatan yang dikategorikan dalam sikap positif dan sikap negatif. Tingkat pengetahuan dikategorikan   menjadi pengetahuan tinggi jika nilai yang diperoleh ≥ 75% dan pengetahuan rendah jika nilai yang didapatkan < 75%. Sedangkan tingkat  

sikap dikategorikan menjadi sikap yang positif dengan sikap yang negative. Sikap positif  

dikategorikan jika skore ≥ mean dan sikap negative jika skore < mean.   karakteristik responden yang mencakup usia, Data demografi dikategorikan berdasarkan

jenis kelamin, pendidikan terakhir, suku, agama, jenis kecacatan pasien, penghasilan, dan pengalaman akan pernah tidaknya merawat pasien stroke sebelumnya dan kemudian disajikan dalam bentul tabel. Setelah dilakukan pengelompokan tingkat pengetahuan dan sikap responden, kemudian dilakukan analisis hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap responden dengan menggunakan uji Chi square yaitu uji statistic yang digunakan untuk menganalisis ada tidaknya hubungan dua variabel yang bersifat kategorik dengan variable yang berisifat kategorik.

 

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

Universitas Indonesia

       

BAB 5  

HASIL PENELITIAN  

Penyajian hasil penelitian meliputi analisis univariat dan bivariat. Analisis   univariat menyajikan distribusi frekuensi data demografi responden, faktor yang   mempengaruhi pengetahuan dan sikap, variable pengetahuan dan sikap responden.  

Kemudian dilanjutkan dengan analisis bivariat dalam bentuk tabulasi silang antara variable pengetahuan dengan variable sikap.

5.1 Analisa Data Univariat Analisa data univariat dilakukan untuk menjelaskan/mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti (Hastono,2007). Dari hasil analisi bivariat diperoleh gambaran distribusi frekuensi dari masing-masing variable yang digunakan dalam penelitian ini 5.1.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, penghasilan dan pengalaman. Berikut gambaran hasil karakteristik responden dalam penelitian ini:

 

32 Sonatha, FIK UI, 2012 Universitas Indonesia Hubungan tingkat..., Betty

   

33

   

Tabel 5.1   Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin, Usia,

Pendidikan Terakhir, Penghasilan, dan Pengalaman No Variabel Jenis kelamin 1 Laki-laki Perempuan TOTAL Usia (tahun) 0-19 2 20-29 30-39 ≥40 TOTAL Pendidikan Terakhir SD 3 SMP SMA PT TOTAL

4

5

     

Frekuensi

Persentase (%)

15 41 56

26,8 73,2 100

7 11 12 26 56

12,5 19,6 21,4 46,4 100

2 14 20 20 56

3,6 25 35,7 35,7 100

30 16 7 3 56

53,6 28,6 12,5 5,4 100

10 46 56

17,9 82,1 100

 

Penghasilan/Bulan 0-2 juta >2-5 juta >5-10 juta >10 juta TOTAL Pengalaman merawat pasien stroke Pernah Tidak Pernah TOTAL

Tabel 5.1 menunjukkan gambaran karakteristik responden bahwa  

responden mayoritas jenis kelamin perempuan (73,2%) sedangkan usia responden paling banyak pada kelompok usia lenih dari 40 tahun (46,4%). Pendidikan terakhir responden dengan lulusan SMU dan Perguruan Tinggi masing-masing 37,5% dan penghasilan responden mayoritas kurang dari dua juta rupiah (53,6%). Klasifikasi menurut ada tidaknya pengalaman merawat pasien stroke sebelumnya menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak memiliki pengalaman merawat pasien stroke sebelumnya (82,1%)

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012 Universitas Indonesia

   

34

 

5.1.2 Pengetahuan Responden

 

  Kategori pengetahuan responden dikategorikan menjadi responden

berpengetahuan rendah dan pengetahuan tinggi. Berdasarkan penelitian ini   didapatkan data bahwa jumlah responden yang berpengetahuan tinggi lebih

banyak daripada responden kelompok  pengetahuan rendah. Kelompok responden dengan pengetahuan tinggi mendapat  proporsi yang lebih banyak yaitu sebanyak 55,4% sedangkan sisanya responden kelompok pengetahuan tinggi hanya 44,6% .  

Kategori pengetahuan responden disajikan dalam tabel berikut ini: Diagram 5.1. Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Terkait Stroke 60.00%

55.40% 44.60%

40.00% 20.00% 0.00% Pengetahuan Tinggi Pengetahuan Tinggi

Pengetahuan Rendah Pengetahuan Rendah

5.1.3 Sikap Responden Sikap responden diklasifikasikan menjadi responden kategori sikap negative dan kategori sikap positif. Jumlah responden dengan sikap negative lebih banyak daripada responden yang memiliki sikap positif yaitu sebanyak 53,6% sedangkan responden kategori sikap positif hanya 46,4%. Distribusi sikap responden dalam memberikan perawatan kepada pasien pacsa stroke disajikan dalam tabel berikut ini. Diagram 5.2. Gambaran Sikap Responden

 

Persentase

Sikap Negatif 54%

Sikap Positif 46%

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012 Universitas Indonesia

   

35

   

5.2 Analisis Data Bivariat

 

Analisa data Bivariat menggunakan uji tabel silang untk melihat hubungan   antara factor yang mempengaruhi pengetahuan dan sikap responden dengan

tingkar pengetahan responden dan sikap   responden. 5.2.1 Hubungan karakteristik responden dengan Sikap Responden   Hubungan karakteristik responden (jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan,  

pengalaman, dan Penghasilan) dengan sikap responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5.2 Hubungan Karakteristik Responden dengan Sikap Responden dalam Memberikan Perawatan Pasien Pasca Stroke

Variabel Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Usia Muda (≤40 thn) Tua (>40 thn) Tingkat Pendidikan Rendah (≤ SMA) Tinggi (>SMA) Pengalaman merawat pasien stroke Tidak Pernah Pernah Penghasilan/bulan (Rupiah) Rendah (≤ 2 juta) Tinggi (> 2 juta)

Sikap Negatif Positif n(%) n(%)

Total n(%)

X2

P value

8 (53,3) 22 (53,7)

7 (46,7) 19 (46,3)

15 (100,0) 41 (100,0)

0,000

1,0

16 (53,3) 14 (53,8)

14 (46,7) 12 (46,2)

30(100,0) 26 (100,0)

0,001

1,0

23 (63,9) 7 (35,0)

13 (36,1) 13 (65,0)

36 (100,0) 20 (100,0)

4,314

0,072

29 (63,0) 1 (10,0)

17 (37%) 9 (90%)

46 (100,0) 10 (100,0)

9,392

  0,004*

22 (73,3) 8 (30,8)

8 (26,7) 18 (69,2)

46 (100,0) 10 (100,0)

10,146

0,004*

*Bermakna pada α=0,05

Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan bahwa karakteristik responden meliputi jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan tidak mempengaruhi sikap responnden dalam memberikan perawatan kepada pasien pasca stroke. Jumlah responden yang memiliki sikap positif antara responden jenis kelamin laki-laki dengan perempuan

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012 Universitas Indonesia

   

36

   

tidak menujukkan perbedaan proporsi yang signifikan yaitu berturut-turut   sebanyak 46,7% dan 46,3%. Berdasarkan variabel usia diperoleh bahwa proporsi

responden kelompok usia muda dan kelompok usia tua yang memilki sikap positif   sama banyak yaitu berturut-turut 46,7% juga menunjukkan angka yang hamper

dan 46,2%. Pada kategori tingkat   pendidikan responden diperoleh bahwa responden dengan tingkat pendidikan  tinggi dan memiliki sikap positif sebanyak 65,0% sebaliknya responnden kategori pendidikan rendah dan memiliki sikap  

positif hanya 36,1%.

Pada variabel pengalaman didapatkan bahwa mayoritas responden yang memiliki pengalaman menunjukkan sikap yang positif (90%) sedangkan proposi responden yang tidak memiliki pengalaman dan menunjukkan sikap yang positif hanya 37%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengalaman responden dengan sikap responden dalam melakukan perawatan kepada pasien pasca stroke (p = 0,004; α=0,05). Variabel tingkat penghasilan diperoleh data bahwa responden dengan penghasilan tinggi menunjukkan sikap positif ada sebanyak 69,2% sedangkan responden dengan penghasilan rendah dan menunjukkan sikap positif hanya 26,7%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat penghasilan responden dengan sikap responden (p = 0,004; α=0,05). 5.2.2

Hubungan Tingkat Pengetahuan Responden dengan Sikap Responden Hubungan tingkat pengetahuan responden (variabel independen) dengan

sikap responden (variabel dependen) disajikan dalam tabel dibawah ini: Tabel 5.3 Hubungan tingkat Pengetahuan dengan Sikap Responden  

dalam Pemberian Perawatan Pasien Pasca Stroke Sikap Tingkat

Positif

n(%)

n(%)

n(%)

18 (72,0

7 (28,0)

25 (100,0)

19 (61,3)

31 (100,0)

Pengetahuan Rendah (<75%)

Total

Negatif

Tinggi (≥75%)

12(38,7)

Jumlah

30 (53,6)

26 (46,4

X2

6,166

P value 0,027*

56 (100,0)

*Bermakna pada α=0,05

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012 Universitas Indonesia

   

37

   

Berdasarkan Tabel 5.3 di atas diketahui bahwa pada kelompok tingkat   pengetahuan rendah yang bersikap positif hanya 28,0% sedangkan responden

dengan pengetahuan tinggi yang bersikap positif lebih banyak yaitu 61,3%. Hasil   uji statistic diperoleh bahwa antara tingkat pengetahuan responden dengan sikap

responden dalam memberikan perawatan kepada pasien pasca stroke mempunyai   hubungan yang bermakna ( p = 0,027;  α=0,05). Gambaran sikap responden berdasarkan tingkat pengetahuan responden disajikan dalan diagram berikut:

 

Diagram 5.3 Gambaran sikap Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahun Responden 80.0% 70.0%

72.00% 61.3%

60.0% 50.0% 40.0%

38.70%

28.0%

30.0% 20.0% 10.0% 0.0% Pengetahuan Tinggi Sikap Positif

Pengetahuan Rendah Sikap Negatif

 

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012 Universitas Indonesia

       

BAB 6  

PEMBAHASAN  

Pembahasan hasil penelitian ini  meliputi pembahasan hasil penelitian yaitu karakteristik responden, hubungan   karakteristik responden dengan sikap responden, hubungan pengetahuan (variabel independen) dengan sikap responden  

(variabel dependen), pembahasan keterbatasan penelitian, dan implikasi penelitian.

6.1 Karakteristik Responden Penelitian ini dilakukan kepada 56 orang keluarga pasien pasca stroke. Jumlah responden perempuan lebih banyak jumlahnya daripada responden lakilaki. Jumlah responden perempuan sebanyak 73,2% sedangkan responden lakilaki hanya 26,8%. Hal ini dikarenakan kebiasaan yang ada dimasyarakat bahwa yang merawat anggota keluarga yang sakit pada umumnya perempuan. Usia responden sesuai kelompok usia 0-19 tahun, 20-29 tahun, 30-39 tahun, dan 40 tahun ke atas berturut-turut 12,5%, 19,6%, 21,4% dan 46,4%. Jadi dapat disimpulkan bahwa hampir separuh dari responden berusi 4o tahun ke atas. Hal ini dikarenakan pada umumnya korban stroke adalah lansia dan yang merawat pasien stroke pada umumnya istri maupun suami dari pasien pasca stroke. Pendidikan terakhir responden yang paling rendah adalah SD sedangkan yang paling tinggi adalah lulusan perguruan tinggi. Jumlah responden lulusan SMA dan Perguruan tinggi mempunyai jumlah yang sama masing-masing 20  

orang (35,7%) sedangkan jumlah responden lulusan SD dan SMP berturut-turut adalah 3,6% dan 25% Berdasarkan penghasilan keluarga responden dikategorikan bahwa responden yang memiliki pendapatan 0-2 juta rupiah/bulan memperoleh proporsi lebih dari separuh jumlah responden yaitu sebanyak 53,6%. Sisanya proporsi responden dengan jumlah penghasilan /bulan antara 2-5 juta, 5-10 juta, dan lebih dari 10 juta masing-masing berturut-turut sebanyak 28,6%, 12,5% dan 5,4%. Berdasarkan kategori pernah atau tidak dalam merawat pasien pasca stroke sebelumnya didapatkan data bahwa mayoritas responden tidak memiliki

39 Sonatha, FIK UI, 2012 Universitas Indonesia Hubungan tingkat..., Betty

   

40

   

pengalaman dalam merawat pasien stroke sebelumnya (82,1%) sedangkan sisanya   menyatakan memiliki pengalaman sebanyak 17,9%.

6.2 Varibel penelitian

 

6.2.1

 

Tingkat Pengetahuan

Berdasarkan penelitian ini   diperoleh bahwa responden kelompok pengetahuan tinggi lebih banyak yaitu 55,4% sedangkan responden dengan  

pengetahuan rendah hanya 44,6%. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan responden lulusan SMA dan PT mencapai 71,4% dari semua responden. nilai skor minimum responden adalah 9 (39,1%)dan nilai maksimum 23(95,8%). Ketika dilakukan wawancara kepada keluarga responden banyak yang mengatakan bahwa serangan stroke baru pertama kali dialami oleh keluarga sehingga mereka tidak memperoleh informasi tentang penyakit yang diderita anggota keluarga sebelumnya. Pengetahun keluarga terkait prinsip merawat pasien pasca stroke sering kali tidak diketahui oleh. Terdapat pasien stroke yang terkena dekubitus akibat jarang dimobilisasi oleh keluarga. Pasien stroke mayoritas stress dan memiliki harga diri yang rendah karena kecacatan yang dialaminya dan akibat pengabaian oleh anggota keluarga. Beberapa pasien stroke mengalami stroke berulang karena keluarga tidak mengetahui cara yang tepat untuk merawat pasien sroke sehingga tidak terjadi komplikasi maupun stroke berulang. 6.2.2

Sikap responden Sikap responden dalam penelitian ini lebih banyak yang menunjukkan

sikap negatif (53,6%) sedangkan responden sikap positif hanya 46,4%. Hal ini  

mungkin dikarenakan lama perawatan pasien yang sudah bertahun-tahun mengakibatkan kejenuhan/kebosanan bagi keluarga untuk merawat pasien. Selain itu, ketika dilakukan wawancara singkat kepada responden mayotitas mengatakan bahwa keluarga mengatakan tidak mampu memberikan perhatian yang memadai kepada pasien pasca stroke akibat faktor financial. Dalam penelitian ini mayoritas (53,6%) responden mempunyai penghasilan kurang dari dua juta rupiah. Oleh sebab itu keluarga lebih mengutamakan biaya sekolah anak-anak dan biaya rumah tangga daripada biaya rehabilitasi maupun perawatan pasien pasca stroke.

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012 Universitas Indonesia

   

41

      dengan sikap responden 6.3 Hubungan karakteristik responden

6.3.1

Hubungan antara jenis kelamin responden dengan sikap responden   Berdasarkan tabek 5.2 diperoleh proporsi resonden laki-laki maupun

perempuan yang bersikap positif hampir sama yaitu berturut-turut 46,7% dan   46,3%. Berdasarkan hasil uji statistik  bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan sikap responden. Hal ini tidak sesuai dengan  

penelitian yang dilakukan oleh Yaslina (2011) terhadap 144 responden yang terdiri dari

proporsi perempuan 36,8% dan proporsi laki-laki 63,2%. Dalam

penelitian ini didapatkan bahwa responden perempuan yang bersikap baik ada sebanyak 94,3% sedangkan laki-laki yang bersikap baik hanya 25,3%. Hasil analisis statistik didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan perawatan pasien pasca stroke di rumah (p = 0,000; α=0,05). 6.3.2

Hubungan antara usia responden dengan sikap responden Hubungan usia responden dengan sikap responden dalam penelitian ini

didapatkan bahwa jumlah responden yang memiliki sikap positif antara responden yang berusia muda dan responden yang berusi tua tidak menunjukkan perbedaan porsi yang signifikan. Terdapat sebanyak 46,7% responden berusia muda menunjukkan sikap yang positif dan responden yang berusia tua juga mempunyai proporsi yang hampir sama banyak yaitu 46,2%. Pada alpha 0,05 didapatkan p value 0,481 artinya dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia responden dengan sikap responden dalam memberikan perawatan kepada pasien pasca stroke. Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Yaslina (2011) terhadap 144 responden bahwa  

terdapat 59,6% kategori usia dewasa menengah (>35 tahun) dan memiliki sikap yang baik sedangkan kelompok usia dewasa muda yang menunjukkan sikap yang baik hanya 22,9%. Hasil uji statistic menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara usia responden dengan perawatan pasca stroke (p = 0,000; α=0,05).

6.3.3

Hubungan tingkat pendidikan responden dengan sikap responden

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012 Universitas Indonesia

   

42

   

Pendidikan memberikan wawasan yang baru bagi individu. Jenjang pendidikan seseorang yang semakin  tinggi akan memberikan dampak pada pengetahuan seseorang yang semakin tinggi. Dengan pengetahuan tersebut   diharapkan mampu mengubah sikap seseorang sesuai dengan pengetahuan yang

dimilikinya. Komponen sikap menurut   Notoadmodjo (2010) ada tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen motorik.   Komponen kognitif merupakan aspek intelektual yang berkaitan dengan  

apa yang diketahui manusia. Artinya manusia diharapkan mampu menunjukkan sikap yang baik sesuai hasil dengan olahan pikirannya.

Misalnya

anggota

keluarga membaca atau diberi penjelasan tentang guna mengubah posisi pasien stroke setiap 2-3 jam sekali baik siang dan malam. Maka hasilnya adalah anggota keluarga tersebut mempunyai pengetahuan atau pemahaman bahwa pasien yang immobilisasi seperti stroke perlu dilakukan perubahan posisi setiap 2-3 jam sehari sepanjang siang dan malam guna untuk mencegah terjadinya luka dekubitus Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa responden yang memiliki jenjang pendidikan tinggi (diploma dan strata) ada sebanyak 65,0% menunjukkan sikap yang lebih baik dalam memberikan perawatan kepada pasien pasca stroke. Sebaliknya jika dibandingkan dengan sikap responden yang berpendidikan rendah yang menunjukkan sikap positif hanya 36,1%.). Selain itu, hasil uji statistik juga diperoleh bahwa p = 0,072 sehingga dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan responden dengan sikap responden (α=0,05). Hal di atas berbeda dengan pada penelitian Yaslina (2009) terhadap 144 responden tingkat pendidikan responden dikategorikan menjadi kelompok  

pendidikan tinggi (≥SMA) sebanyak 77,0% dan responden kelompok pendidikan rendah (<SMA) hanya ada 23%. Hasil analisis hubungan tingkat pendidikan dengan perawatan pasien pasca stroke dieroleh bahwa mayoritas responden dengan pendidikan tinggi menunjukkan sikap yang baik yaitu sebanyak 63,1% sedangkan responden dengan pengetahuan rendah menunjukkan sikap yang positif hanya 9,1%. Hasil uji statistic diperoleh bahwa antara tingkat pendidikan dengan perawatan pasien pasaca stroke diperoleh hubungan yang bermakna (p= 0,000; α=0,05)

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012 Universitas Indonesia

   

43

 

6.3.4

 

Hubungan antara pengalaman responden dengan sikap responden   penelitian ini diketahui melalui isian Pengalaman responden dalam

kuesioner yang diberikan peneliti kepada responden. Peneliti menyediakan kotak   pilihan apakar responden sudah pernah untuk dicenta ng responden yang berisi

merawat pasien stroke sebelumnya atau   masih pertama kalinya. Menurut Oskup & Schult (2005) pengalaman merupakan   salah satu factor yang mempengaruhi sikap individu. Dalam penelitian ini diperoleh bahwa responden yang berpengalaman  

mayoritas menunjukkan sikap yang positif (90%) sedangkan responden yang tidak memiliki pengalaman yang menunjukkan sikap positif sangat sedikit yaitu hanya 37,0% Pada alpha 0,05 didapatkan p=0,004 artinya ada hubungan yang signifikan antara pengalaman responden dengan sikap responden. Hal ini sesuai dengan penelitian kualitatif yang dilakukan Kurniawati (2010) yang berjudul Pengalaman keluarga merawat penderita pasca stroke di wilayah pesisir Kota Semarang didapatka bahwa pengalaman keluarga merawat pasien pasca stroke menunjukkan dampak yang positif berupa menambah pengetahuan dan pengalaman keluarga serta sebagai wujud kewajiban keluarga. Penelitian tersebut dilakukan dengan pendekatan fenomenologis menggunakan indepth interview dengan jenis wawancara semistruktur. Selain itu, didapatkan juga bahwa keluarga membutuhkan discharge planning mengenai perawatan di rumah dari petugas kesehatan guna untuk meningkatkan pengetahuan keluarga terkait perawatan stroke di rumah.

6.3.5

Hubungan tingkat penghasilan responden dengan sikap responden. Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden yang berasal dari keluarga  

yang penghasilan yang tinggi menunjukkan sikap yang postif dalam memberikan perawatan kepada pasien pasca stroke ada sebanyak 69,2%. Jika dibandingkan dengan sikap responden yang berasal dari keluarga berpenghasilan rendah hanya sebanyak 26,7% menunjukkan sikap yang negatif. Selain itu, hasil uji statistik juga diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap responden yang berpenghasilan tinggi dengan responden yang memiliki penghasilan yang rendah dalam memberikan perawatan kepada pasien stroke (p=0,004; α=0,05).

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012 Universitas Indonesia

   

44

   

Hasil penelitian di atas sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2010) bahwa penghasilan merupakan salah  satu factor yang mempengaruhi seseorang untuk memperoleh pengetahuann yang akhirnya dengan pengetahuan tersebut   menjadi lebih positif dalam menanggapi akan mampu mengubah sikap individu

sesuatu hal. Selain itu, peneliti juga   melakukan wawancara singkat dengan responden dan pada umumnya mengatakan bahwa keinginan mereka dalam   memberikan perawatan maupun mengikuti proses rehabilitasi dihalangi oleh  

faktor finansial.

6.4 Hubungan pengetahuan (variabel independen) dengan sikap responden (variabel dependen) Analisis hubungan tingkat pengetahuan responden dengan sikap responden dalam penelitian ini diperoleh bahwa responden yang dikategorikan pada pengetahuan rendah dan memiliki sikap positif hanya 28,0% sedangkan responden yang berpengetahuan tinggi mayoritas menunjukkan sikap positif yaitu ada sebanyak 61,3. Berdasarkan penelitian ini didapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan responden dengan sikap responden dalam memberikan perawatan kepada pasien pasca stroke (p=0,027; α=0,05). Hal ini sesuai dengan hipotesis yang ditetapkan oleh peneliti yaitu Ada hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga dengan sikap keluarga dalam pemberian perawatan pasien pasca stroke artinya Ho gagal ditolak. Dalam penelitian yang dilakukan Irdawati (2009), terdapat hubungan antara pengetahuan keluarga penderita stroke terhadap tingkat kesehatan penderita stroke itu sendiri. Rendahnya tingkat pengetahuan keluarga tentang stroke menyebabkan

meningkatnya

tingkat

keparahan,

pasien

tidak

 

memiliki

kemandirian, terjadi serangan ulang bahkan menyebabkan kematian. Sementara pengetahuan keluarga terkait stroke perlu dikaji oleh perawat sebelum pasien dan keluarga pulang dari rumah sakit (discharge planning). Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Linda (2009) kepada 43 orang keluarga pasien stroke

secara accidental sampling tentang

Hubungan pengetahuan dan sikap keluarga terhadap pencegahan stroke berulang diperoleh bahwa terdapat 58,1% responden

memiliki pengetahuan sedang,

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012 Universitas Indonesia

   

45

   

mayoritas responden memiliki sikap yang positif (60,5%) dan yang melakukan tindakan pencegahan stroke berulang  hanya 51,2%. Hasil analisis statistic juga diperoleh bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan denggan pencegahan stroke berulang (p=0,007;  α=0,05) dan hubungan yang bermakna juga antara sikap keluarga terhadap pencegahan stroke berulang (p=0,005; α=0,05).   Stroke berulang merupakan salah satu komplikasi yang sangat berbahaya bagi   pasien pasca stroke. Oleh sebab itu, dengan pengetahuan keluarga tentang  

komplikasi stroke akan mampu mencegah pasien stroke akan terjadinya stroke berulang. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Andhyantoro (2002) kepada 39 responden di Bagian Fisioterapi RSUP Dr. Kariadi Semarang dengan judul hubungan antara pengetahuan dan sikap keluarga tentang penyakit stroke dan upaya rehabilitasinya dengan praktik rehabilitasi fisik oleh keluarga diperoleh bahwa jumlah responden dengan pengetahuan baik sebanyak 56,4% dan yang menunjukkan sikap yang baik sebanyak 56,4%. Hasil analisis lanjut diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan sikap responden dengan p=0,478; α=0,05. Hubungan tingkat pengetahuan responden dengan sikap responden dalam penelitian ini sesuai dengan pendapat Oskup & Schult (2005) yang menyatakan bahwa salah satu factor yang memberikan pengaruh paling besar terhadap sikap individu adalah tingkat pengetahuan individu. Sedangkan sikap individu yang merupakan kecenderungan untuk bertindak disesuaikan dengan pengetahuan individu terhadap objek tersebut. Tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh keluarga maupun masyarakat  

dapat mempengaruhi perilaku keluarga dalam memberikan perawatan klien yang menderita stroke. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Mant,J dkk (2000) dengan topik Family support for stroke: a randomised controlled trial mengatakan bahwa dukungan keluarga sangat bermanfaat pada perawatan pasien pasca stroke tidak hanya pasien itu sendiri. Dukungan keluarga dengan memberikan waktu untuk tinggal bersama klien stroke dan memenuhi kebutuhan pasien stroke baik kebutuhan dasar berupa makan, mandi, toileting, dan kebutuhan sosial, psikososial dan spiritual, dapat meningkatkan harga diri klien dan

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012 Universitas Indonesia

   

46

   

menunjukkan sikap optimis kepada penyandang stroke untuk hidup dengan menyandang gejala stroke. Selain  itu, dukungan dari keluarga juga dapat mengurangi stress yang dialami klien.   responden yang dikaji meliputi penyebab Dalam penelitian ini pengetahun

stroke, faktor risiko stroke, dampaknya, pencegahan serta cara perawatan yang   penting diketahui oleh keluarga. Penyebab stroke yang paling sering adalah   hipertensi, stress, dan kadar kolesterol yang tinggi. Oleh sebab itu keluarga  

sebaiknya melakukan kontrol tekanan darah yang teratur kepada pasien stroke khususnya pasien stroke akibat hipertensi. Pengukuran tekanan darah secara teratur juga perlu dilakukan oleh keluarga kepada anggota keluarga lain sebagai wujud tindakan pencegahan primer (Harsono, 2011). Salah satu fungsi keluarga menurut Friedman (2003) adalah mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang mengalami

gangguan

kesehatan. Keluarga yang memiliki anggota keluarga yang pasca stroke sebaiknya mampu memberikan perawatan terhadap pasien pasca stroke. Penelitian yang dilakukan oleh Melcon 2006) menyatakan bahwa sebagian besar aktivitas kehidupan pasien stroke memerlukan bantuan, bahkan sampai aktivitas kehidupan yang paling dasar berupa makan, berkemih, dan mandi. Oleh sebab itu, orang yang paling tepat untuk memberikan bantuan khususnya berupa perawatann kepada korban stroke adalah keluarga. Perawatan yang baik akan terwujud jika pengetahuan keluarga terkait stroke maupun dampaknya sudah diketahui oleh keluarga. Salah satu bentuk perawatan pasien stroke adalah dengan memberikan diet yang sesuai kepada korban stroke. Pasien yang mengalami stroke akibat hipertensi tentu harus  

diperhatikan diet yang baik untuk hipertensi. Hal ini untuk mencegah stroke berulang. Pasien yang stroke akibat stress tentu harus diberikan perhatian yang sangat khusus oleh keluarga sehingga korban stroke tidak mengalami stress yang berkepanjangan. Pengetahuan keluarga tentang penyebab stroke tentu akan mengubah sikap keluarga untuk menanggapi serangan stroke dikemudian hari. Dampak stroke (Sherwood, 2001)dapat berupa kelumpuhan (hemiplegia), inkontinensia urin, kesulitan memahami bahasa (aphasia), kesulitan berbicara (disartria), kesulitan menelan (disfagia), dan lain-lain. Jenis-jenis dampak stroke

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012 Universitas Indonesia

   

47

   

ini sangat penting diketahui oleh keluarga supaya keluarga mampu memberikan   stroke. Pasien stroke yang mengalami perawatan yang sesuai dengan korban

kelumpuhan atau kelemahan pada anggota tubuh akan menyebabkan kehilangan kemandirian pasien stroke. Oleh sebab  itu, peranan keluarga sangat penting untuk memenuhi kebutuhan pasien, misalnya dengan membantu memberi makan,   toileting, mandi, berpakaian, bahkan melakukan pergerakan pada sisi tubuh yang   lemah untuk mencegah komplikasi stroke berupa kontraktur ataupun atrofi.  

Pasien stroke yang mengalami kesulitan dalam berbicara dan menelan tentu sangat membutuhkan peranan keluarga untuk memberi makan. Keluarga harus memrhatikan posisi pasien supaya makanan dapat masuk ke rongga mulut hingga ke lambung. Hal yang perlu diperhatikan oleh keluarga adalah posisi pasien saat memberikan makan dan wujud makanan yang mudah untuk ditelan. Keluarga juga perlu untuk memerhatikan diet makanan yang sesuai untuk penderita sroke guna menjaga kesehatan agar tidak mudah terjangkit penyakit. Hal ini dikarenakan penurunan system imum yang signifikan jika pasien stroke mengalami immobilisasi. Pasien stroke yang lebih sering berbaring di tempat tidur akan mudah terkena infeksi baik karena infeksi dekubitus atau bahkan infeksi paru (pneumonia). Hal lain yang perlu diperhatiakn oleh keluarga adalah risiko jatuh pada pasien pasca stroke. Menurut wawancara peneliti, jatuh sangat sering dialami oleh korban stroke. Korban stroke jatuh biasanya diakibatkan oleh lantai yang licin di kamar mandi, furniture yang menghalangi area jalan pasien, serta akibat gangguan keseimbangan dan ayunan langkah yang terganggu. Oleh sebab itu, keluarga perlu mengawasi pergerakan pasien serta mampu memodifikasi lingkungan rumah  

yang nyaman untuk pasien misalnya merapikan perkakas rumah, lantai tidak licin, penerangan yang cukup serta membantu pasien jika ingin melakukan pergerakan. Salah satu upaya peningkatan kesejahteraan pasien pasca stroke dilakukan melalui penyuluhan kepada keluarga seputar pengetahuan tentang stroke dan perawatannya sehingga dapat mengubah sikap keluarga kepada pasien stroke. Dengan sikap yang baik diharapkan akan diaktualisasikan dalam wujud perilaku selama merawat pasien stroke. Dalam kuesioner penelitian ini juga diperoleh

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012 Universitas Indonesia

   

48

   

bahwa seluruh responden menyatakan sikap yang positif (setuju) jika keluarga   memperoleh cara perawatan pasien stroke di rumah oleh tenaga kesehatan.

6.5 Keterbatasan Penelitian

 

6.5.1

 

Instrumen penelitian

Peneliti tidak melakukan uji ulang terhadap hasil revisi uji validasi dan   reliabilitas yang pertama kali dilakukan, tetapi menghapus pertanyaan yang tidak  

valid sehingga memungkinkan tidak mencakup topik yang dihapus. Instrument ini menggunakan kuesioner dengan jumlah pernyataan sebanyak 42 pernyataan sehingga memungkinkan terjadinya kejenuhan pada responden. hal ini mengakibatkan pengisian kuesioner dapat terjadi jawaban yang tidak konsisten. Instrumen penelitian dikembangkan sendiri oleh peneliti berdasarkan konsep yang ada sehingga tidak menutup kemungkinan instrument penelitian ini kurang memenuhi standar sehingga tidak representative meskipun sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas sebelumnya. Hal ini dapat terlihat pada beberapa responden yang memiliki skor rendah pada pertanyaan tersebut. 6.5.2

Pengambilan data Pada saat pengambilan data banyak pasien stroke yang datang sendiri ke

RS untuk melakukan rehabilitasi

sehingga mengharuskan peneliti untuk

berkunjung ke tempat tinggal pasien stroke tersebut untuk bertemu keluarga pasien sebagai responden. Ketidaksesuaian jadwal peneliti dengan jadwal rehabilitasi di rumah sakit mengharuskan peneliti untuk mencari responden di luar RSUPNCM sesuai usulan dokter pembimbing. 6.5.3

Sampel Penelitian  

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah keluarga responden yang paling berpengaruh dalam merawat pasien di rumah. Akan tetapi, terdapat responden yang memiliki pendidikan berkecimpung dalam bidang kesehatan sehingga memungkinkan bias pada hasil penelitian. Karakteristik responden yang tidak homogen berdasarkan lama perawatan mengakibatkan pengaruh terhadap pertanyaan sikap responden yang memungkinkanmenunjukkan sikap yang negatif akibat kebosanan merawat pasien karena factor lama perawatan.

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012 Universitas Indonesia

   

49

 

6.6 Implikasi Penelitian

 

  pasien pasca stroke sangat dipengaruhi Sikap keluarga dalam merawat

oleh tingkat pengetahuan keluarga tentang stroke tersebut. Memberikan   penyuluhan berupa edukasi kepada keluarga merupakan hal yang sangat penting

dilakukan oleh perawat sebelum melakukan pemulangan kepada pasien stroke dan   keluarga dari rumah sakit (discharge  planning). Salah satu topic yang harus dipastikan perawat selama discharge planning adalah menentukan pemberi  

bantuan yang akan bekerja sebagai partner dengan pasien untuk memberikan perawatan dan bantuan harian di rumah, dan mengajarkan tindakan yang dibutuhkan oleh pasien.

 

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012 Universitas Indonesia

     

BAB 7  

KESIMPULAN DAN SARAN  

7.1 Kesimpulan

 

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:   1. Penelitian ini dilakukan kepada anggota  keluarga pasien stroke sebanyak 56 responden dengan kelompok usia lebih dari 40 tahun mencapai hampir setengah dari jumlah responden dan mayoritas berjenis kelamin perempuan (73,2%). Tingkat pendidikan responden mayoritas lulusan SMA dan perguruan tinggi masing-masing 37,5% sedangkan tingkat penghasilan responden yang kurang dari dua juta rupiah mencapai lebih dari separuh jumlah responden. Responden pada umumnya tidak memiliki pengalaman dalam merawat pasien stroke sebelumnya (82,1%). 2. Berdasarkan penelitian bahwa kelompok responden dengan pengetahuan tinggi lebih banyak yaitu 55,4% daripada responden kelompok pengetahuan rendah hanya 44,6% 3. Jumlah responden kelompok sikap negative lebh bbanyak daripada kelompok responden dengan sikap positif. Responden sikap negative hanya 46,4% sedangkan responden sikap negative sebanyak 53,6%. 4. Karakteristik responden seperti jenis kelamin, usia, dan Tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan sikap responden pada α=0,05 sedangkan karakteristik seperti tingkat penghasilan dan pengalaman memiliki hubungan yang bermakna dengan sikap responden ( masing-masing p=0,004; α 0,05) 5. Berdasarkan penelitian ini didapatkan bahwa tingkat pengetahuan responden memiliki hubungan yang bermakna dengan sikap responden dalam memberikan perawatan kepada   pasien pasca stroke (p=0,027; α=0,05). 7.2 Saran 1. Bidang Pelayanan :Petugas kesehatan melakukan home visit kepada keluarga untuk memperhatikan tingkat perkembangan pasien pasca stroke. Selain itu, petugas kesehatan juga memastikan keluarga bertanggung jawab untuk merawat pasien pasca stroke di rumah setelah pemulangan. Selain itu hal yang paling penting berdasarkan hasil

50Sonatha, FIK UI, 2012 Hubungan tingkat..., Betty

Universitas Indonesia

   

51

 

penelitian ini adalah pentingnya dilakukan edukasi kepada keluarga tentang stroke dan  

cara perawatannya guna meningkatkan pengetahuan keluarga dan untuk kelangsungan hidup pasien pasca stroke.

 

  mahasiswa keperawatan tentang komunikasi 2. Bidang Pendidikan: Mengajarkan kepada

yang baik kepada pasien stroke dan keluarga selama di rumah sakit, serta mengajarkan   mahasiswa tentang bentuk penyuluhan yang tepat untuk merawat pasien pasca stroke di  

rumah (homecare) 3. Bidang Penelitian : Sikap responden dalam merawat stroke juga dipengaruhi oleh lamanya perawatan yang mengakibatkan kejenuhan ataupun stress yang dialami oleh keluarga maupun pasien. Oleh sebab itu, diharapkan adanya penelitian selanjutnya tentang hubungan lama perawatan dengan sikap keluarga, gambaran motivasi keluarga dalam melakukan rehabilitasi terhadap pasien stroke, maupun gambaran koping keluarga dalam menghadapi anggota keluarga yang terserang pasca stroke. Selain itu juga diharapkan penelitian selanjutnya untuk melihat perbedaan kualitas hidup pasien pasca stroke yang dirawat oleh keluarga dengan sikap yang positif dengan keluarga yang bersikap negatif.

 

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

Universitas Indonesia

     

DAFTAR PUSTAKA  

 

Agustina, H.R., Priambodo, A.P., & Somantri,I.(2009). Kajian kebutuhan perawatan di rumah  

bagi klien dengan stroke di RSUD Cianjur. Diambil dari http://www.pdfcoke.com/doc/   39997061/Kebutuhan-Perawatan-Di-Rumah-Pasien-Stroke. Pada tanggal 13 Februari  

2012 pukul 19:25WIB.

Andhyantoro, I.(2002). Hubungan antara pengetahuan dan sikap keluarga tentang penyakit stroke

dan upaya rehabilitasinya dengan praktik rehabilitasi fisik oleh keluarga.

Baradero, M., Dayrit, M.W., Siswadi, Y,.(2008). Klien gangguan kardiovasikuler seri asuhan keperawatan. Jakarta : EGC. Brockopp, D.Y., Hastings-Tolsma, M.T,.(2000). Fundamentals of nursing research. (Terj. Yasmin Asih, Aniek Maryunani). Jakarta: EGC. Brunner & Suddart. (2002). Textbook of medical surgical nursing 8th Ed. (Terj. Agung Waluyo). Jakarta : EGC. Budiharto.(2008). Metodologi penelitian kesehatan dengan contoh bidang ilmu kesehatan gigi. Jakarta:EGC. Friedman, M.M., Bowden, V.R., Jones, E. (2003). Family nursing: Research, Theory & Practice. Michigan USA : Prentice Hall. Harsono.(2011). Pencegahan Stroke Primer dan Sekunder. Handout. Hastono.(2007). Analsis data kesehatan. Jakarta:FKM UI (Fakultas Kesehatan  Masyarakat Universitas Indonesia) Irdawati.(2009). Hubungan antara pengetahuan dan sikap keluarga dengan perilaku dalam meningkatkan kapasitas fungsional pasien pasca stroke di wilayah kerja puskesmas kartasura. Kurukulasuriya, L.R., Govindarajan, G.,Sowers, J.(2006). Stroke prevention in diabetes and obesity.Diambildarihttp://search.proquest.com/docview/902109358/fulltextPDF/1378799 895E5F1A04C2/1?accountid=17242. Pada tanggal 07 Maret 2012 Pukul 17:20WIB

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

     

Linda, V.R,.(2009).Hubungan pengetahuan dan sikap keluarga terhadap pencegahan stroke  

berulang di ploklinik neurologi instalasi rawat jalan RSSN Bukit Tinggi. Mant, J., at al.(2000). Family support for stroke:  A Randomized controlled trial. Journal of  

medical sciences.

  Meliono, I., at al.(2008). Buku Ajar I: Logika, filsafat ilmu, dan pancasila. Jakarta: Lembaga  

Penerbitan FEUI.

Melcon, C.M,. Melcon, M.O,.(2006). Prevalence of stroke in an argentina community. Journal of neuroepidemiology. Notoatmodjo, S.(2010). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Oskup, S., Schult, P.w.(2005). Attitude and Opinions 3rd Ed .London:Lowrence Erlbaum associates Inc. Saifuddin, A. (2003). Hubungan psikologi, pekerjaan social, dan ilmu kesejahteraan social. Sherwood, L. (2001). Human Physiology: From Cells to systems. (Terj. Brahm U.Pendit.).Jakarta: EGC. Smith, G.R,.(2004). Verbal indicators of depression in conversations with stroke survivor. journal

of perspectives in psychiatric care.

Sunaryo. (2004). Psikologi untuk keperawatan. Ed ke-1. Jakarta: EGC. Van exel, N.J.A et al.(2005). Burden of informal caregiving for stroke patients: identification of caregivers at risk of adverse health effect.  

Yaslina., Sahar,J., & Rekawati,E.(2011). Hubungan dukungan keluarga, program pemulangan dari rumah sakit dan karakteristik klien dengan perawatan di rumah pada aggregate dewasa pasca stroke di Kota Bukittinggi.

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

         

 

UNIVERSITAS  INDONESIA  

Hubungan Tingkat Pengetahuan  dengan Sikap Keluarga dalam Pemberian Perawatan Pasien Pasca Stroke

KUESIONER PENELITIAN

Betty Sonatha 0806333663

 

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM REGULER DEPOK MEI 2012

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

     

Lampiran 1

 

LEMBAR INFORMASI PENLITIAN  

(INFORMED)  

Kepada Yth. Calon Responden penelitian

 

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:  Nama

: Betty Sonatha (NPM. 0806333663)  

No Hp

: 081398466383

Email

: [email protected]

Alamat

: FIK UI Depok

Adalah mahasiswa tingkat akhir Program Reguler 2008 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) yang sedang melakukan penelitian sebagai sebagai tugas akhir/Skripsi. Adapun masalah dalam penelitian ini adalah :”Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Keluarga dalam Pemberian Perawatan Pasca Stroke”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap keluarga dalam pemberian perawatan pasien pasca stroke. Saya bersedia ditanya jika ada prosedur penelitian yang tidak dimengerti. Partisipasi Saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela. Saudara berhak memilih untuk ikut atau tidak dalam penelitian ini tanpa ada sanksi apapun. Saya memohon ketersediaan saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dan menandatangani lembar persetujuan. Setelah itu, silahkan menjawab pertanyaan atau pernyataan yang berhubungan dengan peristiwa yang saudara alami. Saudara diminta untuk mengisi biodata dan memberikan jawaban yang sesuai dengan keadaan atau pengalaman sendiri. Sebelum mengisi mohon saudara membaca pertanyaan dan pernyataan dengan saksama. Semua jawaban   saudara adalah BENAR, asalkan sesuai dengan kejadian atau pengalaman saudara sehari-hari. Saya sangat menghargai kesungguhan dan kejujuran saudara, kerahasiaan indentitas dan jawaban saudara kami jamin sesuai dengan kode etik dalam penelitian. Informasi yang diberikan akan dimusnahkan setelah penelitian ini selesai. Selamat mengerjakan dan terima kasih atas kesediaan dan kesungguhan saudara dalam mengisi kuesioner ini. Depok, Mei 2012 Hormat saya,

Peneliti Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

     

Lampiran 2

 

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN  

(CONSENT) Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia menjadi responden  

penelitian yang dilakukan oleh :  

Nama

: Betty Sonatha

Judul Penelitian

  : Hubungan Tingkat Pengetahuan dan sikap keluarga dalam pemberian

perawatan pasca stroke   Saya mengetahui bahwa penelitian ini dilakukan dengan memberikan kuesioner yang harus saya isi sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Saya bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner tersebut. Saya telah mendapatkan informasi dari peneliti bahwa penelitian ini tidak merugikan dan tidak menimbulkan risiko yang berbahaya bagi saya. Saya mengerti bahwa penelitian ini bersifat sukarela dan identitas saya akan dirahasiakan oleh peneliti. Informasi yang saya berikan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Dengan demikian saya bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Demikian lah surat pernyataan ini saya tanda tangani tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun. Jakarta, Mei 2012 Mengetahui

Responden

 

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

       

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN Petunjuk umum penelitian:

 

 Responden diharapkan mengisi seluruh pertanyaan sesuai dengan petunjuk pengisian  

dan dengan jawaban yang sebenar-benarnya.  Baca petunjuk pengisian dengan teliti

 

   Isilah setiap pengisian dengan satu jawaban dengan member tanda checklist (√) pada

kolom yang tersedia

 

 Apabila Anda ingin mengganti jawaban, coretlah jawaban yang ingin diganti dengan tanda sama dengan (=) kemudian checklist (√) kembali jawaban lain.  Responden diperbolehkan bertanya langsung kepada peneliti jika ada hal-hal yang tidak dimengerti terkait dengan pengisian kuesioner.  Isilah data demografi terlebih dahulu dilanjutkan dengan pertanyaan dan pernyataan kuesioner berikutnya  Semua jawaban saudara adalah BENAR karena berhubungan dengan pengalaman dan kehidupan sehari-hari yang saudara jalani. Oleh karena itu, diharapkan responden dapat mengisi seluruh pertanyaan dalam kuesioner dengan jawaban sebenar-benarnya.  Sebelum menyerahkan kuesioner ini kepada peneliti, periksa kembali setiap pertanyaan, jangan sampai ada yang belum terjawab.  Setelah kuesioner terisi lengkap, serahkan kembali kuesioner kepada peneliti.

 

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

     

Lembar Kuesioner

 

No Responden:

(diisi oleh peneliti)

 

Judul penelitian : Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Keluarga dalam Pemberian Perawatan Pasien Pasca Stroke  

Petunjuk umum pengisian:  

1. Isilah pertanyaan pada data demografi di bawah ini dengan benar 2. Berilah tanda Checklist ( √ ) pada  kolom yang telah disediakan pada jawaban yang sesuai dengan keadaan Bapa/Ibu   yang sebenarnya A. DATA DEMOGRAFI Nama (Inisial) : ….. Jenis kelamin

:

Laki-laki

Perempuan

Umur

:

< 20 tahun

20- 30 tahun

30-40 tahun

>40 tahun

≤ 2 juta

>2 - 5 juta

>5 -10 juta

>10 juta

SD

SMP

Penghasilan/bulan

Pendidikan terakhir

:

SMU Pengalaman merawat pasien sebelumnya :

Pernah

Perguruan Tinggi tidak pernah

B. TINGKAT PENGETAHUAN Petunjuk umum :  

1. Bacalah pernyataan berikut ini dengan saksama

2. Anda diminta untuk memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan pengetahuan anda 3. Berikan tanda checklist (√ ) pada jawaban yang sesuai 4. Periksa kembali jawaban anda, dan pastikan tidak ada jawaban yang kosong No 1

Pernyataan Riwayat

hipertensi

(tekanan

Benar Salah Tidak tahu darah

tinggi)

dapat

menimbulkan stroke

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

     

2 3

4

Olah raga secara teratur dapat mencegah terjadinya stroke   Konsumsi buah-buahan, sayuran hijau, dan tanaman obat dapat mencegah terjadinya stroke

 

Stroke akan selalu menimbulkan kelumpuhan pada kaki dan  

tangan saja  

5

Stroke tidak menimbulkan kematian

6

Stroke dapat terjadi berulang

 

7

Stroke terjadi pada usia lanjut saja

 

8

Kecacatan akibat stroke bersifat permanen (tidak bisa disembuhkan)

9

Stroke disebabkan oleh tekanan darah yang tinggi

10

Menghindari makanan yang diawetkan dapat memicu terjadinya stroke

11

Merokok merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya stroke

12

Pasien stroke memerlukan terapi rehabilitasi

13

Stroke merupakan penyakit alami lansia sehingga tidak dapat dicegah

14

Stress dapat menimbulkan stroke

15

Memberi makan pada posisi berbaring akan mudah mengakibatkan tersedak

16

Konsumsi gula berlebihan dapat menimbulkan stroke

17

Melakukan

pergerakan

pada

tubuh

pasien

dapat

mempercepat pemulihan 18

Makanan seperti jeroan, cumi-cumi, gorengan, makanan bersantan sangat cocok untuk penyandang stroke.

19

Pasien stroke mengalami kesulitan dalam menelan

20

Pasien pada tahap awal setelah stroke perlu dibantu untuk turun dari tempat tidur atau berpindah dari tempat tidur

21

Mengurangi kegemukan dapat mencegah terjadinya stroke

22

Pasien stroke mudah mengalami sembelit

23

Faktor keturunan tidak berpengaruh terhadap timbulnya stroke

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

 

     

24

Konsumsi makanan berlemak dapat menyebabkan stroke    

C. TINGKAT SIKAP

 

Petunjuk umum :  

1. Bacalah pernyataan berikut ini dengan saksama   jawaban yang sesuai dengan pengetahuan 2. Anda diminta untuk memilih salah satu

anda

 

3. Berikan tanda checklist (√ ) pada jawaban yang sesuai 4. STS menyatakan Sangat Tidak Setuju; TS jika Tidak setuju; S jika setuju; dan SS jika Sangat Setuju. 5. Periksa kembali jawaban anda, dan pastikan tidak ada jawaban yang kosong

No 1 2

3

4

PERNYATAAN

STS

TS

Tekanan darah pasien stroke perlu dikontrol secara teratur Tempat tidur pasien stroke harus dipasang penyanggah untuk menghindari jatuh. Pasien pasca stroke sebaiknya diberi terapi rehabilitasi yang berkelanjutan Keluarga perlu menjalin hubungan yang dekat dengan pasien stroke. Dukungan spiritual sangat penting diberikan kepada pasien

5

korban stroke untuk meningkatkan harga diri / rasa percaya diri pasien

6

7

8

9 10

Pasien yang selalu berbaring ditempat tidur tidak boleh digerakkan Keluarga perlu diajari cara merawat pasien stroke di rumah oleh tenaga kesehatan Pengetahuan yang benar tentang stroke dan perawatannya penting diketahui oleh anggota keluarga Perawatan mulut yang teratur sangat penting, terutama untuk pasien yang sulit atau tidak dapat menelan. Pasien stroke memerlukan makanan yang memadai, dan gizi

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

 

S

SS

     

seimbang. 11

12

 

Pasien stroke sering mengalami sembelit sehingga diperlukan makanan yang cukup serat

 

Ketika mengangkat atau memindahkan pasien sebaiknya  

dilakukan sendirian  

13

14

15

16 17 18

Pasien stroke harus dilatih pergerakannya secara lambat dan bertahap sesuai kemampuan klien.

 

Memandikan pasien stroke sebaiknya   dilakukan jika pasien memintanya saja Pasien stroke perlu dimandikan untuk mencegah terbentuknya luka pada kulit Pasien dengan keadaan bersih dapat meningkatkan kenyamanan percaya diri Lantai rumah sebaiknya tidak licin untuk mencegah pasien jatuh Pasien pasca stroke yang mengalami depresi dan frustasi sebaiknya dibiarkan saja

 

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

         

       

 

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

         

       

 

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

         

       

 

Hubungan tingkat..., Betty Sonatha, FIK UI, 2012

Related Documents

Pengetahuan
June 2020 22
Skripsi
December 2019 83
Skripsi
May 2020 46
Skripsi
June 2020 43
Skripsi
May 2020 41

More Documents from "Syamsudin"