RELATIONSHIP BETWEEN OBESITY AND SEVERITY OF PAIN IN KNEE OSTEOARTHRITIS PATIENTS AT WAHIDIN SUDIROHUSODO HOSPITAL
HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN DERAJAT NYERI PADA PASIEN OSTEOARTHRITIS LUTUT DI RUMAH SAKIT WAHIDIN SUDIROHUSODO
AHMAD ZAKY MUSTAHRIM 10542 0457 13
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2017
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TELAH DISETUJUI UNTUK DICETAK DAN DIPERBANYAK
Judul Skripsi :
HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN DERAJAT NYERI PADA PASIEN OSTEOARTHRITIS LUTUT DI RUMAH SAKIT WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR, 8 Maret 2017
Pembimbing,
dr. Andi Weri Sompa, M.Kes, Sp.S
PANITIA SIDANG UJIAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Skripsi dengan Judul “HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN DERAJAT NYERI PADA PASIEN OSTEOARTHRITIS LUTUT DI RUMAH SAKIT WAHIDIN SUDIROHUSODO” Telah diperiksa, disetujui, serta dipertahankan dihadapan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar Pada:
Hari/Tanggal
: 8 Maret 2017
Waktu
: 16.00 – 20.00
Tempat
:Ruang Rapat Seminar Lt. 2 Fakultas Kedokteran
Ketua Tim Penguji:
dr. Andi Weri Sompa, M.Kes, Sp.S
Anggota Tim Penguji :
Anggota I
(dr. A. Tenri Padad, M. Med.Ed)
Anggota II
(Dahlan Lamabawa, S.Ag M.Ag)
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya : DATA MAHASISWA : Nama Lengkap
: AHMAD ZAKY MUSTAHRIM
Tanggal Lahir
: 27 Mei 1994
Tahun Masuk
: 2013
Peminatan
: Kedokteran Klinis
Nama Pembimbing Akademik
: dr. Irwan Ashari, M.Med.Ed
Nama Pembimbing Skripsi
: dr. Andi Weri Sompa, M.Kes, Sp.S
JUDUL PENELITIAN: HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN DERAJAT NYERI PADA PASIEN OSTEOARTHRITIS LUTUT DI RUMAH SAKIT WAHIDIN SUDIROHUSODO Menyatakan bahwa yang bersangkutan telah melaksanakan tahap ujian usulan skripsi, penelitian skripsi dan ujian akhir skripsi untuk memenuhi persyaratan akademik dan administrasi untuk mendapatkan Gelar Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, 08 Maret 2017 Mengesahakan, Koordinator Skripsi
Juliani Ibrahim, M.Sc.,Ph.D
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :
Nama Lengkap
: AHMAD ZAKY MUSTAHRIM
Tanggal Lahir
: 27 Mei 1994
Tahun Masuk
: 2013
Peminatan
: Kedokteran Klinis
Nama Pembimbing Akademik
: dr. Irwan Ashari, M.Med.Ed
Nama Pembimbing Skripsi
: dr. Andi Weri Sompa, M.Kes, Sp.S
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan hasil penelitian skripsi saya yang berjudul : HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN DERAJAT NYERI PADA PASIEN OSTEOARTHRITIS LUTUT DI RUMAH SAKIT WAHIDIN SUDIROHUSODO
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Makassar, 08 Maret 2017
AHMAD ZAKY MUSTAHRIM NIM: 1054204571
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama
: Ahmad Zaky Mustahrim
NIM
: 10542045713
TTL
: Palopo, 27 Mei 1994
Agama
: Islam
Alamat
: BTN Minasa Upa blok B9 No.4, Makassar
Nama Ayah
: Drs. H. Mustahrim T. M.Hi
Nama Ibu
: Dra. Hj. Rostiah
Alamat
: Jl. Batam II no. 1 Palopo
E-mail
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan : 1. SDN 440 Salekoe Palopo (2000-2005) 2. MTs.N Model Palopo (2006-2008) 3. SMA Negeri 3 Palopo (2009-2011) 4. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar (2013-sekarang)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Skripsi, 08 Maret 2017 AHMAD ZAKY MUSTAHRIM Andi Weri Sompa “HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN DERAJAT NYERI PADA PASIEN OSTEOARTHRITIS LUTUT DI RUMAH SAKIT WAHIDIN SUDIROHUSODO” (xi + 53 halaman, 10 tabel, 2 gambar, 3 lampiran) ABSTRAK LATAR BELAKANG: Osteoartritis (OA) lutut adalah salah satu penyakit yang sering terjadi. Penyebab OA lutut belum jelas. Nyeri yang merupakan masalah utama berhubungan dengan berbagai faktor seperti umur, jenis kelamin, genetik, biomekanik, dan obesitas. Beberapa data menunjukkan bahwa obesitas akan meningkatkan stres mekanik dan nyeri pada OA namun mekanismenya masih belum jelas. Obesitas merupakan salah satu faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan dicegah untuk menghindari kejadian dan progresivitas penyakit, maka merupakan hal penting untuk mengetahui hubungan antara obesitas dan derajat nyeri sendi pada OA. TUJUAN: Untuk mengetahui hubungan antara obesitas dan derajat nyeri sendi pada osteoartritis lutut. METODE: Penelitian case control dilakukan terhadap data rekam medik pasien osteoarthritis lutut di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo. Penilaian dilakukan terhadap IMT dan skor Visual Analogue Scale (VAS). Hubungan antara obesitas dan skor VAS dianalisis dengan uji chi square. HASIL: Sebanyak 108 data rekam medik pasien OA lutut pada penelitian ini. Hasil analisis uji chi square menunjukkan hubungan yang bermakna antara obesitas dengan skor VAS (p=0,000) dan nilai Odd Ratio (OR) adalah 23,026 dengan 95% CI (7,207 – 73,564). KESIMPULAN: Ada hubungan positif yang bermakna antara obesitas dengan derajat nyeri sendi pada penderita osteoartritis lutut dimana pasien yang obesitas lebih beresiko 23 kali menderita nyeri berat dibandingkan yang tidak obesitas. KATA KUNCI: Osteoartritis lutut, obesitas, nyeri sendi, skor VAS. KEPUSTAKAAN: 31 (2004-2016).
i
MEDICAL FACULTY MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Undergraduated Thesis, 08th March 2017 AHMAD ZAKY MUSTAHRIM Andi weri sompa “RELATIONSHIP BETWEEN OBESITY AND DEGREE OF PAIN IN KNEE OSTEOARTHRITIS PATIENTS AT WAHIDIN SUDIROHUSODO HOSPITAL” (xi + 53 pages, 10 tables, 2 pictures, 3 appendices) ABSTRACT BACKGROUND: Knee osteoarthritis (OA) is a common disorder. While the cause of knee OA remains unclear. Pain in OA is the main problem that has been associated with various risk factors, such as age, sex, genetic predisposition, biomechanical, and obesity. Data showed that obesity will increase the mechanical stress and pain of knee OA however, its mechanism remains unclear. Moreover, since obesity is one of modifiable and preventable risk factors for the onset and progression of the disease, it is important to know the correlation between obesity and severity of pain in knee OA. OBJECTIVE: To investigate the relationship between obesity and severity of joint pain in knee osteoarthritis. METHOD: A case control study was conducted and subjects were osteoarthritis patients’s medical record data in Wahidin Sudirohusodo general hospital. Body mass index and visual analogue scale (VAS) score were measured. Correlation between obesity and VAS score were analyzed by chi square test. RESULTS: There were 108 medical record data of patients with knee osteoarthritis who participated in the study. Chi square test showed that there was significant correlation between obesity and VAS score (p=0,000) and Odd Ratio value (OR) is 23,026 with 95% CI (7,207 – 73,564). CONCLUSION: There was a positive and significant correlation between obesity and the severity of joint pain in knee osteoarthritis where obesity patient is more likely to suffer severe pain 23 times than non obesity patient. KEY WORDS: Knee osteoartritis, obesity, joint pain, VAS score. REFFERENCES: 31 (2004-2016).
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar
sarjana
kedokteran
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Muhammadiyah Makassar. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Untaian rasa terima kasih penulis haturkan kepada keluarga terkhusus kepada kedua orang tua yaitu Ayah (Drs. H. Mustahrim T. M.HI) dan Ibu (Dra. Hj. Rostiah) serta saudara-saudara saya (Muh. Makhatir, Mutia Mutmainnah, Ahmad Syafi’i Ma’arif) yang senantiasa memberikan semangat dan kasih sayang yang tiada terhingga. Penyusun menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1.
Dr. dr. H. Mahmud Gaznawie Ph.D, Sp. PA(K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar;
2.
dr. Andi Weri Sompa, Sp.S M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini;
iii
3.
dr. Andi Tenri Padad, M.Med.Ed. selaku dosen penguji yang memberikan banyak masukan dan kritikan yang membangun dalam penyusunan skripsi ini;
4.
Pihak Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Kota Makassar, yaitu Kepala Bagian Diklit dan staf serta bagian rekam medik yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan;
5.
Teman-teman Angkatan 2013 “RIBOFLAVIN” yang senantiasa
saling
menyemangati ketika berjuang dalam perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini 6.
Teman-teman Pembimbing : Nurmawati, Alfon, dan Kak Foffy yang bersama suka dan duka dalam menyelesaikan skripsi ini
7.
Sahabat-sahabat : Erdhy Fardani, Dody Abdullah, Gede Patmawijaya, Rahmat, Nurman, Kak Nurul Mustika dan teman-teman serta kakak-kakak yang lain yang tidak sempat saya sebutkan namanya yang senantiasa meberikan doa, dukungan, dan nasehat dalam pertukaran pendapat untuk menyusun skripsi ini Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Makassar, 13 Februari 2017 Penulis Ahmad Zaky Mustahrim
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI PERNYATAAN PENGESAHAN PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT RIWAYAT HIDUP PENULIS ABSTRAK .......................................................................................................i ABSTRACT .....................................................................................................ii KATA PENGANTAR .....................................................................................iii DAFTAR ISI ...................................................................................................v DAFTAR TABEL ............................................................................................ix DAFTAR GAMBAR .......................................................................................x DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xi BAB I : PENDAHULUAN .............................................................................1 A. Latar Belakang ..............................................................................1 B. Rumusan Masalah.........................................................................5 C. Tujuan Penelitian ..........................................................................5 1. Tujuan Umum .........................................................................5 2. Tujuan Khusus ........................................................................5 D. Manfaat Penelitian ........................................................................6 1. Bagi Pembaca dan Penulis ......................................................6 2. Bagi Dunia Pendidikan ...........................................................6
v
3. Bagi Masyarakat .....................................................................6 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................7 A. Osteoarthritis .................................................................................7 1.
Defenisi Osteoarthritis Lutut ..................................................7
2.
Epidemiologi ..........................................................................8
3.
Etiopatologi ............................................................................9
4.
Patogenesis .............................................................................10
5.
Faktor Resiko .........................................................................11
6.
Gejala dan Tanda Klinis .........................................................14
7.
Klasifikasi ..............................................................................15
8.
Langkah-langkah Diagnostik .................................................17
9.
Penatalaksanaan .....................................................................18
B. Obesitas .......................................................................................19 1.
Defenisi ..................................................................................19
2.
Epidemiologi ..........................................................................20
3.
Etiopatogenesis ......................................................................20
4.
Klasifikasi .............................................................................21
5.
Terapi dan Pencegahan ..........................................................22
C. Kerangka Teori ...........................................................................23 BAB III : KERANGKA KONSEP .................................................................24 A. Kerangka Konsep ........................................................................24 B. Definisi Operasional ...................................................................25 C. Hipotesis Penelitian ....................................................................26
vi
BAB IV : METODE PENELITIAN ...............................................................27 A. Objek Penelitian ..........................................................................27 B. Desain Penelitian ........................................................................27 C. Populasi dan Sampel ...................................................................28 D. Sampel dan Teknik Sampling ....................................................29 E. Cara Pengumpulan Data .............................................................30 F. Metode Pengolahan Data ............................................................30 G. Penyajian Data ............................................................................31 H. Alur Penelitian ............................................................................32 I. Etika Penelitian ...........................................................................33 BAB V : HASIL PENELITIAN .....................................................................34 A. Gambaran Umum Populasi dan Sampel .....................................34 B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...........................................34 C. Analisis Variabel.........................................................................35 BAB VI : PEMBAHASAN .............................................................................38 A. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................38 B. Keterbatasan Penelitian...............................................................42 BAB VII : TINJAUAN KEISLAMAN ..........................................................43 A. Yang Berlebihan Menurut Pandangan Islam ..............................43 B. Pandangan Islam terhadap Penyakit Sendi Degeneratif .............48 BAB VIII : PENUTUP ....................................................................................51 A. Kesimpulan .................................................................................51 B. Saran ...........................................................................................51
vii
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Klasifikasi Osteoarthritis Berdasarkan Etiologi .............................. 15 Tabel II.2 Klasifikasi Osteoarthritis Berdasarkan Sendi yang Terkena ........... 17 Tabel II.3 Klasifikasi diagnosis Osteoartritis Lutut berdasarkan Kriteria American College of Rheumatology (ACR) ................................... 18 Tabel II.4 Klasifikasi Overweight dan Obesitas Berdasarkan IMT menurut WHO................................................................................................ 24 Tabel II.5 Klasifikasi Overweight dan Obesitas berdasarkan IMT menurut Asia Pasific ..................................................................................... 24 Tabel V.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ....................................... 39 Tabel V.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ......................... 39 Tabel V.3 Distribusi Responden Berdasarkan IMT ......................................... 40 Tabel V.4 Distribusi Responden Berdasarkan Skala Nyeri ............................. 40 Tabel V.5 Hubungan Obesitas dengan Derajat Nyeri pada Pasien OA Lutut 41
ix
DAFTAR GAMBAR Gambar II.1 Kerangka Teori ............................................................................ 26 Gambar III.1 Kerangka Konsep ....................................................................... 27
x
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Permohonan Izin Penelitian dari Prodi S1 Pendidikan Dokter Universitas Muhammadiyah Makassar Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian dari BKPMD Provinsi Sulawesi Selatan Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian dari Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Kota Makassar
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif dengan etiologi kompleks yang mengakibatkan hilangnya fungsi sendi normal akibat kerusakan tulang rawan sendi.1 OA sering ditemukan pada seseorang yang mulai menginjak usia lanjut. OA didefinisikan pula sebagai penyakit yang diakibatkan oleh kejadian biologis dan mekanik yang menyebabkan gangguan keseimbangan antara proses degradasi dan sintesis dari matriks ekstraseluler tulang rawan sendi dan tulang subkondral.2 Osteoarthritis
dianggap
menjadi
masalah
aspek
morbiditas,
kelumpuhan serta isolasi sosial, khususnya bila mengenai sendi lutut dan panggul yang merupakan sendi penopang berat badan, sehingga berakibat langsung terhadap pengurangan aktifitas.1 Menurut
World
Health
Organization
(WHO),
osteoarthritis
merupakan salah satu penyebab utama kecacatan pada populasi tua di seluruh dunia khususnya di negara-negara maju karena OA menimbulkan nyeri dan gangguan fungsi dari sendi sehingga menjadi salah satu beban utama baik pada individu, komunitas, maupun sistem kesehatan dan terus meningkat seiring peningkatan jumlah populasi dan usia serta faktor-faktor resiko yang lain.
1
Di negara-negara yang sedang berkembang pasien osteoarthritis tidak memiliki akses untuk melakukan operasi penggantian sendi sehingga menurunkan kualitas hidup mereka. Berdasarkan data terakhir dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2004, OA menduduki peringkat kelima tertinggi penyebab kecacatan pada seluruh populasi di negara-negara dengan pendapatan tinggi dan peringkat kesembilan di negara-negara dengan pendapatan menengah kebawah dan dianggap sebagai penyakit yang paling menyusahkan dalam kelompok penyakit muskuloskeletal bersama dengan rheumatoid arthritis dan osteoporosis.3 Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 prevalensi penyakit sendi berdasarkan wawancara yang didiagnosis tenaga kesehatan meningkat seiring dengan bertambahnya umur, demikian juga yang didiagnosis tenaga kesehatan atau gejala. Prevalensi tertinggi pada umur ≥75 tahun (33% dan 54,8%). Prevalensi yang didiagnosis tenaga kesehatan lebih tinggi pada perempuan (13,4%) dibanding laki-laki (10,3%) demikian juga yang didiagnosis tenaga kesehatan atau gejala pada perempuan (27,5%) lebih tinggi dari laki-laki (21,8%). 4 Di Indonesia, prevalensi osteoartritis mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia >61 tahun. Prevalensi OA lutut berdasarkan radiologis di Indonesia cukup tinggi yaitu mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita.5
2
Osteoarthritis dapat dibagi menjadi OA primer dan OA sekunder dimana faktor resiko untuk terjadinya OA sekunder termasuk obesitas, cedera, dan aktivitas fisik.3 Obesitas merupakan kondisi dimana terdapat akumulasi lemak berlebihan dalam jaringan adiposa dimana terdapat suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dapat mengganggu kesehatan.6,7 Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliyar orang dewasa, 18 tahun ke atas menderita overweight dan lebih dari 600 juta menderita obesitas. 39% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas menderita overweight dan 13% menderita obesitas.6 Di Indonesia, prevalensi penduduk laki-laki dewasa (>18 tahun) obesitas pada tahun 2013 sebanyak 19,7 persen, lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%), sedangkan prevalensi obesitas perempuan dewasa (>18 tahun) 32,9 persen, naik 18,1 persen dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5 persen dari tahun 2010 (15,5%).4 Obesitas dapat disebabkan oleh beberapa faktor, dimana berat badan seseorang 40-70% ditentukan secara genetik. Namun, obesitas juga dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti kurangnya aktivitas fisik, lingkungan, kebiasaan makan, dan kemakmuran/kemiskinan.7 Peningkatan jumlah penderita obesitas berhubungan dengan urbanisasi dan mudahnya mendapatkan makanan serta banyaknya jumlah makanan. Urbanisasi dan peningkatan status ekonomi di negara-negara berkembang
3
meningkatkan prevalensi obesitas di negara-negara tersebut termasuk di Indonesia.7 Obesitas menjadi masalah serius karena berhubungan dengan beberapa kondisi penyakit kronis seperti DM tipe 2, hiperlipidemia, hipertensi, depresi, penyakit jantung, dan osteoartritis.8 Pada penyakit OA, obesitas merupakan salah satu faktor resiko terkuat yang dapat dimodifikasi. 2 Obesitas dianggap berperan dalam perkembangan dan peningkatan kejadian osteoartritis terutama pada sendi-sendi penopang beban tubuh melalui peningkatan beban mekanik dan yang terbaru dianggap melalui mekanisme hormonal dan metabolik.9 Vasilic-Brasnjevic S dkk menyatakan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dan lingkar pinggang atau Waist Circumference (WC) dengan keparahan OA lutut.10 Dalam ajaran Islam memang Allah SWT memerintahkan hambanya untuk senantiasa menjaga kesehatan salah satunya dengan menjaga pola makan agar terhindar dari kegemukan dan berbagai macam penyakit sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an : “Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu” (Q.S Al Baqarah : 168)
4
Berdasarkan data-data di atas, peneliti tertarik untuk meneliti apakah terdapat hubungan antara obesitas dengan derajat nyeri pada pasien osteoarthritis lutut di Rumah Sakit Umum Wahidin Sudirohusodo Makassar.
B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara obesitas dengan derajat nyeri pada pasien osteoarthritis lutut di Rumah Sakit Umum Wahidin Sudirohusodo Makassar?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum : Untuk mengetahui hubungan antara obesitas dengan derajat nyeri pada pasien osteoarthritis lutut di Rumah Sakit Umum Wahidin Sudirohusodo Makassar. 2. Tujuan Khusus : a. Menentukan kejadian osteoarthritis lutut di Rumah Sakit Umum Wahidin Sudirohusodo Makassar. b. Menentukan status obesitas pada pasien osteoarthritis lutut di Rumah Sakit Umum Wahidin Sudirohusodo Makassar. c. Menentukan derajat nyeri pasien OA lutut di Rumah Sakit Umum Wahidin Sudirohusodo Makassar.
5
d. Menentukan hubungan antara obesitas dengan derajat nyeri pada pasien OA lutut di Rumah Sakit Umum Wahidin Sudirohusodo Makassar.
D. Manfaat penelitian
1. Bagi pembaca dan penulis a. Secara teoritis, dapat
menambah khasanah keilmuan tentang
osteoarthritis lutut dan obesitas serta hubungannya. b. Secara praktis, dapat meningkatkan motivasi untuk mengaplikasikan perilaku hidup sehat agar terhindar dari obesitas dan osteoarthritis lutut. 2. Bagi dunia pendidikan a. Dapat dijadikan referensi atau masukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya tentang hubungan obesitas dengan derajat nyeri pada pasien osteoarthritis lutut. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam rangka meningkatkan
upaya-upaya
pencegahan
dan
penatalaksanaan
terjadinya osteoarthritis lutut dan obesitas. 3. Bagi masyarakat Sebagai informasi dan edukasi kepada masyarakat akan pentingnya menjaga berat badan ideal terutama bagi yang menderita OA lutut agar derajat nyeri yang dirasakan dapat dikendalikan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Osteoarthritis
1. Definisi
Osteoarhritis adalah penyakit degeneratif pada sendi yang paling sering ditemukan dimana terjadi gangguan proses sintesis dan degradasi pada
kondrosit dan matriks ekstrasel kartilago artikuler dan tulang
subkondral sehingga terjadi penipisan pada kartilago sendi yang menyebabkan tulang-tulang saling bergesek yang menimbulkan rasa nyeri, kekakuan, dan gangguan pergerakan.1,6 Osteoartritis lutut adalah osteoartritis yang terjadi pada sendi lutut, ditandai dengan rasa nyeri pada pergerakan yang hilang bila istirahat; kaku sendi terutama saat bangun tidur atau setelah istirahat lama, krepitasi dan dapat disertai sinovitis dengan atau tanpa efusi cairan sendi. Kartilago merupakan suatu jaringan keras bersifat licin yang melingkupi sekitar bagian akhir tulang keras di dalam persendian dimana jaringan ini berfungsi sebagai penghalus gerakan antar tulang dan sebagai peredam
(shock absorber)pada saat persendian bergerak.12 Pada OA
seluruh struktur sendi termasuk kartilago, tulang subkondral, ligamen, meniscus, sinovial, dan kapsul sendi terlibat. Secara patologi terdapat
7
peradangan yang signifikan pada sendi dan struktur sekitar sendi serta perubahan di dalam struktur kartilago sendi.15 2. Epidemiologi a. Prevalensi Berdasarkan data dari Center for Disease Control and Prevention (CDC),
secara keseluruhan di Amerika Serikat, OA
mengenai 13.9% orang dewasa berusia 25 tahun ke atas dan 33.6% (12.4 juta) pada orang berusia 65 tahun ke atas pada tahun 2005.16 Berikut data distribusi OA di Amerika Serikat : 1) OA Lutut a) Usia ≥60 tahun = 37.4% (42.1% perempuan; 31.2%laki-laki). b) Usia≥60 tahun = 47.8% c) Usia≥45 tahun= 19.2% (19.3%perempuan; 18.6%laki-laki). d) Usia≥45 tahun= 37.4% (42.1%perempuan; 31.2%laki-laki). e) Usia≥26 tahun=4.9% (4.9%perempuan; 4.6%laki-laki). 2) OA Panggul a) Usia ≥45 tahun = 28.0% (29.5% perempuan; 25.4% lakilaki).16 b. Insidensi Berikut data dari CDC untuk insidensi OA 1) Laju insiden OA radiografis yang bergejala pada orang dewasa berusia 20 tahun ke atas: a) OA tangan = 100 per 100,000 orang pertahun.
8
b) OA panggul = 88 per 100,000orang pertahun. c) OA lutut = 240 per 100,000orang pertahun. 2) Pada populasi wanita dewasa: a) Insidensi OA lutut berdasarkan radiografis 2-2.5% per tahun b) Insidensi OA lutut bergejala berdasarkan radiografis 1% per tahun c) OA lutut radiografis yang progresif 3-4% per tahun 3) Laju insidensi OA meningkat seiring pertambahan usiadan tingkat keparahan OA meningkat seiring pertambahan usia pada usia 80 tahun. 4) Distribusi pada wanita lebih tinggi dibanding pria khususnya pada usia di atas 50 tahun a) Pria memiliki 45% resiko lebih rendah pada insidensi OA lutut dan 36% lebih rendah pada OA panggul dibanding wanita.16 3. Etiopatologi Perubahan paling awal pada penyakit ini yaitu pembesaran dan disorganisasi kondrosit di bagian superfisial tulang rawan sendi yang disertai perubahan pada matriks tulang rawan termasuk pemisahan atau fibrilasi di permukaan sendi. Fisura secara bertahap meluas sampai mengenai seluruh ketebalan tulang rawan hingga mengenai tulang subkondral. Sebagian tulang rawan sendi lama-kelamaan mengalami erosi total dan permukaan tulang subkondral yang terpajan menjadi tebal dan mengkilap.
9
Potongan tulang rawan dan tulang sering terlepas dan membentuk “joint mice” yang mengapung bebas di rongga sinovial. Cairan sinovial kemungkinan bocor melaui defek di tulang rawan dan tulang di bawahnya sehingga terbentuk kista di dalam tulang. Tulang trabekular di bawahnya mengalami sklerosis sebagai respon terhadap peningkatan tekanan di permukaan. Proliferasi tulang tambahan yang terjadi di tepi sendi yang membentuk tonjolan tulang disebut osteofit. Seiring dengan penurunan integritas sendi, terjadi trauma pada membran sinovium yang menyebabkan peradangan nonspesifik.17 4. Patogenesis Ada beberapa mekanisme yang dianggap berperan pada patomekanisme osteoarthritis, yaitu : a. Kehilangan matriks yang disebabkan oleh adanya aksi dari matrix metalloproteinase seperti collagenase (MMP-1 and MMP-13) yang memisahkan kolagen dan stromelysin (MMP-3) yang berfungsi aktif melawan fibronectin dan laminin matriks ekstraseluler. MMPs disekresi oleh kondrosit dalam bentuk inaktif. Aktivasi ekstraseluler kemudian menyebabkan degradasi kolagen dan proteoglikan.15 b. Tissue inhibitors of metalloproteinases (TIMPs) mengatur MMPs. Adanya gangguan pada pengaturan ini kemungkinan meningkatkan degradasi kartilago dan berperan dalam perkembangan osteoarthritis.15 c. Terdapat inflamasi, dimana terjadi penigkatan C-Reactive Protein (CRP). Interleukin-1 (IL-1) dan Tumor Necrotic Factor (TNF-a) merangsang
10
produksi metaloproteinase dan IL-1 menghambat produksi kolagen tipe 2. IL-6 dan IL-8 kemungkinan juga terlibat.15 d. Growth factors, termasuk insulin-like growth factor (IGF-1) dan transforming growth factor (TGF-β), terlibat dalam sintesis kolagen sehingga defisiensi pada keduanya dapat menyebabkan gangguan pada perbaikan matriks tulang rawan.15 e. Vascular endothelial growth factor (VEGF) dari makrofagmerupakan stimulan poten untuk angiogenesis dan kemungkinan berkontribusi pada inflamasi dan pembentukan pembuluh darah baru atau neovascularisasi pada OA. Inervasi dapat menyertai vaskularisasi pada tulang rawan sendi dimana tekanan dan anoksia akan merangsang pembentukan saraf-saraf baru yang menimbulkan rasa nyeri bahkan ketika inflamasinya mereda.15 5. Faktor resiko a. Usia Usia merupakan faktor risiko tertinggi untuk OA. Prevalensi OA meningkat seiring dengan pertambahan usia. Pada suatu survei radiografik terhadap perempuan berusia dibawah 45 tahun, hanya 2% yang menderita OA sedangkan antara usia 45 dan 64 tahun, prevalensinya 30%, sedangkan untuk yang berusia dia ats 65 tahun meningkat menjadi 68 %. Penuaan meningkatkan kerentanan sendi melalui beberapa mekanisme. Fungsi kondrosit untuk menghasilkan matriks tulang rawan semakin berkurang seiring bertambahnya usia dan juga tulang rawan
11
semakin menipis sehingga membuat sendi mendapat tekanan yang lebih besar yang berdampak pada kerusakan kartilago sendi.18 b.
Genetik Terdapat bukti yang meindikasikan bahwa pada orang dengan mutasi genetik pada protein yang mengatur transkripsi molekul kartilago utama berisiko terkena OA.Salah satu gen yang terlibat yaitu gen FRZB yang meningkatkan risiko OA panggul pada wanita jika terjadi mutasi. Gen GDF5 berperan penting dalam sintesis matrik dan perkembangan bentuk sendi.18
c. Stress berulang dan trauma pada sendi Pada manusia insufisiensi ligamentum krusiatum anterior dan kerusakan atau pengangkatan meniskus dapat menyebabkan OA lutut. Kerusakan kartilago sendi dapat terjadi pada saat cedera atau sesudah cedera.18 d. Cacat kongenital Pada panggul ada beberapa kelainan perkembangan yang jarang, dapat terjadi selama dalam rahim atau pada masa kanak seperti congenital dysplasia,Legg-Perthes disease, dan slipped femoral capital epiphysis, yang menyebabkan distorsi pada anatomi sendi panggul yang berisiko menyebabkan OA di kemudian hari.18 e. Penyakit peradangan sendi sebelumnya : 1) Rheumatoid arthritis 2) Gout
12
3) Seronegative spondyloarthropathy 4) Septic arthritis 5) Paget’s disease 6) Avascular necrosis, e.g. corticosteroidtherapy Metabolic disease: 1) Chondrocalcinosis 2) Hereditary haemochromatosis 3) Acromegaly Systemic diseases: 1) Haemophilia – recurrent haemarthrosis 2) Haemoglobinopathies, e.g. sickle cell Disease 3) Neuropathies Penyakit-penyakit tersebut dapat menyebabkan OA dikemudian hari.15 f. Obesitas Obesitas dianggap berpengaruh terhadap perkembangan dan progresivitas penyakit melalui peningkatan beban pada sendi-sendi penopang beban tubuh, dan sekarang obesitas juga dianggap berpengaruh melalui mekanisme hormonalseiring peningkatan kejadian OA tangan pada pasien obesitas.18
13
6. Gejala dan Tanda Klinis a. Nyeri sendi Keluhan ini merupakan keluhan yang paling sering membawa pasien OA datang ke rumah sakit. Nyeri bertambah ketika bergerak dan berkurang ketika beraktivitas.7 Nyeri dapat disebabkan beberapa hal seperti adanya inflamasi sinovial, efusi sendi, dan edema sum-sum tulang. Nyeri juga dapat bersumber dari luar sendi seperti dari bursa, jika terjadi bursitis.18 b. Kaku sendi Kaku terjadi biasanya setelah imobilisasi lama seperti duduk lama dalam mobil bahkan setelah bangun tidur, tapi biasanya tidak lebih dari 30 menit.7 c. Hambatan gerakan sendi Berkurangnya gerakan sendi dapat disebabkan oleh hilangya tulang rawan sendi, spasme otot, dan kontraksi kapsul sendi. Adanya osteofit dan fragmen-fragmen kartilago juga mungkin menyebabkan hambatan gerakan sendi.19 d. Krepitasi Biasanya pasien dapat merasakan adanya rasa gemeretak pada sendi yang sakit yang juga kemungkinan disebabkan oleh adanya osteofit dan fragmen tulang rawan sendi.7,19
14
e. Pembesaran sendi ( deformitas) Pasien mungkin menunjukkan adanya pembesaran pada salah satu sendinya secara perlahan yang merupakan adaptasi terhadap adanya sklerosis (peningkatan densitas tulang) dan pembentukan osteofit.7,19 f. Perubahan gaya berjalan Hampir semua pasien OA pada ekstremitas bawah berkembang lama-kelamaan menjadi pincang yang dapat mengancam kemandirian pasien terutama pasien-pasien tua.7 g. Tanda-tanda peradangan Pada palpasi dapat ditemukan nyeri tekan, hangat, dan berwarna kemerahan. Disertai pula adanya pleositosis, dan protein sedikit meningkat.7,19 7. Klasifikasi Osteoarthritis (OA) bisa diklasifikasikan berdasarkan etiologi atau sendi yang terkena.20 a. Berdasarkan etiologi : 1) OA primer (idiopatik) 2) OA sekunder
15
Tabel II.1 Klasifikasi Osteoarthritis Berdasarkan Etiologi Kelainan anatomi / Metabolik Trauma struktursendi Artritis kristal (gout, calcium Pyrophosphate Slipped femoral Trauma sendi mayor Dihydrate epiphysis arthropaty/ Pseudogout) Akromegali Epiphyseal dysplasias Fraktur pada sendi Okronosis Penyakit blount’s Bedah tulang (alkaptonuria) (contoh: menisektomi Hemokromatosis
Inflamasi
Semua artropati Inflamasi
Penyakit legg-perthe Dislokasi koksa kongenital Panjang tungkai tidak sama
Penyakit wilson Deformitas valgus/varus
Jejas kronik (artropati Okupasional/terkait Pekerjaan), beban Mekanik kronik (obesitas)
Artritis septik
Sindrom hipermobiliti b. Klasifikasi OA berdasarkan sendi yang terkena Tabel II.2 Klasifikasi Osteoarthritis Berdasarkan Sendi yang Terkena OA tangan Nodus heberden dan bouchard Artritis erosif interfalang Karpalmetacarpal
OA lutut
OA kaki
OA panggul
OA vertebra
OA di tempat lain
OA generalisata
Bony enlargement
Haluks valgus
Eksentrik (superior)
Sendi apofiseal
Glenohumeral
Meliputi lebih dari 3 tempat dari yang disebutkan
Genu varus
Haluks rigidus
Sendi intervertebral
Akromioklavikular
Genu valgus
Jari kontraktur
Spondilosis (osteofit)
Tibiotalar
Konsentrik (axial, medial) Difus (koksa senilis)
Temporomandibular Sakroiliaka
16
8. Langkah-langkah diagnostik Penegakan diagnosis OA berdasarkan gejala klinis. Tidak ada pemeriksaan penunjang khusus yang dapat menentukan diagnosis OA. Pemeriksaan penunjang saat ini terutama dilakukan untuk meonitoring penyakit dan untuk menyingkirkan kemungkinan arthritis karena sebab lainnya.20 Tabel II. 3 Klasifikasi diagnosis Osteoartritis lutut berdasarkan kriteria American College of Rheumatology (ACR) Diagnosis Berdasarkan kriteria klinis
Klasifikasi
Nyeri sendi lutut danpaling sedikit 3 dari 6 kriteria di bawah ini: 1. Krepitus saat gerakan aktif 2. Kaku sendi < 30 menit 3. Umur > 50 tahun OA lutut
4. Pembesaran tulang sendi lutut
Berdasarkan kriteria klinis dan radiologis
Berdasarkan kriteria klinis dan laboratoris
Nyeri sendi lutut dan adanya osteofit danpaling sedikit 1 dari 3 kriteria di bawah ini:
Nyeri sendi lutut dan paling sedikit 5 dari 9 kriteria berikut ini:
1. Kaku sendi <30 menit
3. Krepitus pada gerakan aktif
2. Umur > 50 tahun 3. Krepitus pada gerakan sendi aktif
5. Nyeri tekan tepi tulang 6. Tidak teraba hangat pada sinovium sendi lutut
1. Usia >50 tahun 2. Kaku sendi <30 menit
4. Nyeri tekan tepi tulang 5. Pembesaran tulang 6. Tidak teraba hangat pada sinovium sendi terkena 7. LED ( Laju Endap Darah ) <40 mm/jam 8. RF (Rheumatoid Factor ) <1:40 9. Analisis cairan sinovium sesuai OA
9. Penatalaksanaan a.
Penatalaksanaan nonfarmakologi Berdasarkan rekomendasi dari American College of Rheumatology
17
1) Rekomendasi terapi untuk OA lutut 1) Melakukan latihan aerobic jantung dan land-based exercise. 2) Melakukan aquatic exercise. 3) Turunkan berat badan pada pasien dengan berat badan berlebih. 4) Mengikuti program self-management. 5) Terapi manual dengan kombinasi latihan yang diawasi ketat. 6) Memperoleh intervensi psikososial. 7) Gunakan tehnik patelar taping langsung. 8) Instruksikan untuk menggunakan kompres dingin atau panas untuk mengurangi nyeri 9) Berikan bantuan berjalan sesuai dengan yang dibutuhkan. 10) Mengikuti program senam tai chi. 11) Anjurkan untuk menggunakan stimulasi listrik transcutaneus. b.
Penatalaksanaa farmakologi 1) COX-2 selective inhibitor (celecoxib) 2) Acetaminophen 3) Tramadol 4) Muscle relaxant 5) Glukokortikoid intraartikular Obat-obat ini digunakan untuk meredakan nyeri dan inflamasi pada OA.14,21 1) Kondroitin sulfat 2) Glukosamin
18
3) Tetrasiklin 4) Asam hialuronat 5) Superokside dismutase 6) Vitamin C Obat-obat ini diberikan sebagai suplemen nutrisi untuk sendi.21 c.
Intervensi bedah 1) Artroskopi 2) Osteotomi 3) Fusion ( arthrodesis ) 4) Penggantian sendi ( artroplasti ) Penanganan bedah dilakukan jika terapi farmakologis sudah tidak mampu mengurangi rasa sakit dan juga digunakan untuk memperbaiki deformitas sendi yang mengganggu aktivitas.7,14
B. Obesitas 1. Definisi Obesitas adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh beberapa faktor yang mengakibatkan akumulasi jaringan lemak berlebihan sehingga bisa mengganggu kesehatan. Bila seseorang bertambah berat badannya berarti ukuran dan jumkah sel lemak dalam tubuhnya juga bertambah.7 Obesitas diklasifikasikan berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) dimana overweight yaitu ketika IMT berada diatas 30.22 2. Epidemiologi
19
Menurut WHO, orang-orang yang mengalami obesitas telah bertambah lebih dari dua kali lipat dibanding pada tahun 1980. Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar orang dewasa yaitu usia 18 tahun ke atas menderita overweight dan 600 juta menderita obesitas. Obesitas tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi juga menyerang anak-anak. Berdasarkan data WHO, pada tahun 2014 41 juta anak-anak usia dibawah 5 tahun menderita obesitas dan overweight.6 Di Indonesia, prevalensi penduduk laki-laki dewasa (>18 tahun) obesitas pada tahun 2013 sebanyak 19,7%, lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%), sedangkan prevalensi obesitas perempuan dewasa (>18 tahun) 32,9%, naik 18,1% dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5% dari tahun 2010 (15,5%).4 3. Etiopatogenesis Obesitas dapat disebabkan beberapa hal, berikut faktor-faktor yang diduga berperan dalam terjadinya overweight dan obesitas : a. Genetik Ditemukan gen yang diduga berperan dalam terjadinya obesitas yaitu ob gen. Ob gen ditemukan pada lemak putih dan lemak coklat, yaitu pada kromosom 7 dan menghasilkan protein dengan berat molekul 16 kDa yang disebut leptin. Leptin disekresikan oleh sel-sel lemak yang berperan dalam penyimpanan lemak melalui mekanisme feedback yaitu dengan mengatur pusat rasa lapar dan kenyang di otak.15
20
b. Intake makanan Seperti yang diketahui, kelebihan berat badan dapat terjadi akibat ketidakseimbangan antara sintesis lemak (lipogenesis) dan pemecahan lemak (lipolisis). Lipogenesis dapat dirangsang oleh diet tinggi karbohidrat dan bisa dihambat oleh diet tinggi asam lemak tak jenuh ganda dan dengan berpuasa.7 4. Klasifikasi obesitas dan overweight
Tabel II. 4: Klasifikasi obesitas dan overweight pada orang dewasa berdasarkan IMT menurut WHO Klasifikasi IMT (kg/m2) Berat badan kurang
<18,5
Normal Berat badan lebih Pra obes Obes tingkat 1 Obes tingkat 2 Obes tingkat 3
18,5-24,9 ≥25 25-29,9 30-34,9 35-35,9 ≥40
Tabel II. 5 Berat badan berlebih dan obesitas berdasarkan Asia Pasific berdasarkan IMT Klasifikasi IMT (kg/m2) Berat badan kurang ≤18,5 Normal 18,5-22,9 Berat badan lebih ≥23 Beresiko 23-24,9 Obes 1 25-29,9 Obes 2 ≥30
5. Terapi dan pencegahan
Obesitas dapat diobati dan dicegah dengan berbagai cara, yaitu mengatur diet yakni dengan menghitung kebutuhan energi menggunakan 21
rumus harris benedict, meningkatkan aktivitas fisik serta bila perlu dengan menggunakan obat-obatan seperti orlistat dan sibutramin. Intervensi bedah digunakan apabila IMT sudah melebihi 40 atau 35 dan disertai dengan faktor komorbid yang lain atau terapi yang lain sudah gagal.7 Kegemukan osteoarthritis,
merupakan
terutama
pada
faktor sendi
penting lutut.
untuk
Obesitas
terjadinya juga
dapat
meningkatkan prognosis menjadi lebih buruk. Pada Penelitian Marks dengan metode Cohort dilaporkan bahwa terdapat setidaknya 80% penderita osteoarthritis lutut yang obesitas dengan IMT yang lebih tinggi mengalami nyeri lebih dari individu dengan IMT yang lebih rendah (p <0,05) dan nyeri yang terkait dengan pengerahan tenaga fisik yang dirasakan (p <0,05).
22
C. Kerangka Teori
Obesitas
Usia
Trauma sendi
Genetik/cacat kongenital
Penyakit sendi sebelumnya
Faktor resiko: OA lutut
1. Genetik 2. Aktivitas kurang 3. Intake makanan berlebih
Gejala klinis :
1. 2. 3. 4.
Nyeri sendi Nyeri tekan Krepitasi Pembesaran sendi 5. Kaku sendi <30 menit 6. Usia > 50 tahun 7. Tidak teraba hangat pada sinovium sendi lutut
Terapi : Nonfarmakologi Farmakologi Bedah
23
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Nyeri ringan
obesitas
OA lutut
Nyeri berat
Tidak obesitas
Nyeri ringan
Bagan III.1 Kerangka Konsep
Keterangan :
= variabel independen
=
= variabel dependen
24
B. Defenisi operasional
1. Derajat nyeri pada pasien osteoarthritis lutut Yaitu tingkatan nyeri yang dirasakan oleh pasien osteoarthritis lutut yang dinilai dengan menggunakan Visual Analog Scale (VAS). a. Cara ukur : Melihat hasil pengukuran derajat nyeri berdasarkan data rekam medik pasien osteoarthritis lutut di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo. b. Alat ukur
: Rekam medik
c. Skala ukur : Kategorik nominal d. Hasil ukur : Nyeri ringan = 0-5 Nyeri berat = 6-10 2. Obesitas Yaitu keadaan berat badan berlebih pada seseorang yang dilihat dari indeks massa tubuh ≥25. a. Cara ukur : hasil penghitungan berat badan (BB) dalam kilogram dibagi kuadrat dari tinggi badan (TB) dalam meter, dengan satuan kg/m2 dimana BB dan TB dilihat dari data rekam medik. b. Alat ukur : - . c. Skala ukur : kategorik nominal d. Hasil ukur : Tidak obesitas = IMT <24,9 Obesitas = IMT ≥25
25
C. Hipotesis
1. H0 : Tidak terdapat hubungan antara obesitas dengan derajat nyeri pada
pasien
osteoarthritis
lutut
di
Rumah
Sakit
Wahidin
Sudirohusodo. 2. Ha : Terdapat hubungan antara obesitas dengan derajat nyeri pada pasien osteoarthritis lutut di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo.
26
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek Penelitian
1. Lokasi dan Waktu Penelitian a) Lokasi Lokasi penelitian ini yaitu di Rumah Sakit Umum Wahidin Sudirohusodo. b) Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 – Februari 2017.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan case control untuk mengetahui hubungan antara obesitas dengan derajat nyeri pada pasien osteoarthritis lutut yang berobat di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo. Desain tersebut dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu membuktikan adanya hubungan antara obesitas dengan derajat nyeri pada pasien osteoarthritis lutut. Dibandingkan dengan desain studi analitik lainnya, biaya studi case control lebih murah dan secara teknis lebih mudah dilakukan.
27
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi target Populasi target adalah semua pasien OA lutut yang datang berobat di poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo. 2. Populasi terjangkau Populasi terjangkau adalah populasi yang dibatasi oleh tempat dan waktu, serta dapat dijangkau oleh peneliti. 3. Sampel Sampel pada penelitian ini terdiri dari sampel kasus dan sampel kontrol yang diambil dari populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sebagai berikut : a. Kasus Pasien Osteoarthritis lutut yang mengalami obesitas. b. Kontrol Pasien OA lutut yang tidak obesitas. c. Kriteria inklusi 1) Subjek merupakan pasien OA lutut yang baru terdiagnosis yang berobat jalan di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar pada bulan Desember 2016 – Februari 2017. 2) Pasien berusia di atas 50 tahun. d. Kriteria eksklusi 1) Data rekam medik tidak lengkap. 2) Ada riwayat trauma lutut dalam 5 bulan terakhir.
28
3) Ada riwayat pengobatan dengan injeksi steroid sebelumnya. D. Sampel dan Teknik Sampling
1. Besar Sampel Rumus besar sampel yang digunakan : 2
Zα √2𝑃𝑄 + Zβ√(P1Q1 + P2Q2) n1 = n2 ( ) P1 – P2 Keterangan : Zα Zβ P2 Q2 Q1 P1-P2 P Q
= deviat baku alfa (20% hipotesis dua arah = 1,282) = deviat baku beta (20% hipotesis satu arah = 0,842) = proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya = proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgment peneliti = 1 – P1 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna = proporsi total = (P1 + P2)/2 =1–P
Jadi, besar sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu 54 untuk kasus dan 54 untuk kontrol. 2. Teknik pengambilan sampel Cara pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu dengan cara non probability sampling yaitu dengan teknik consecutive sampling, dimana semua subyek yang memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi baik kelompok kasus maupun kelompok kontrol.22
29
E. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu dari data rekam medik pasien osteoarthritis lutut yang datang berobat di poliklinik bagian penyakit dalam, di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar. Pengumpulan data dilakukan setelah meminta perizinan dari pihak Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar.
F. Metode Pengolahan Data
Setelah
data
terkumpul,
maka
langkah
selanjutnya
adalah
pengolahan data. Pengolahan data dilakukan secara manual. Pengolahan data dilakukan setelah pencatatan data pasien yang dibutuhkan ke dalam daftar tilik dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel dan SPSS 21.0 untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer. Adapun analisis yang dilakukan meliputi: 1. Analisis Univariat Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari variabel penelitian. Hasil analisis dari variabel kemudian dimasukkan ke tabel distribusi frekuensi. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan di antara kedua variabel. Dalam penelitian ini akan dibandingkan distribusi silang
30
antara kedua variabel yang berhubungan. Kemudian akan dilakukan uji statistik untuk menyimpulkan hubungan antara dua variabel tersebut bermakna atau tidak bermakna. Uji statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji chi square (x2). Uji x2 untuk 2 kelompok independen sahih apabila persyaratan berikut dipenuhi: a. Jumlah subyek total > 40, tanpa melihat nilai expected, yaitu nilai yang dihitung bila hipotesis 0 benar. b. Jumlah subyek antara 20 dan 40, dan semua nilai expected pada semua sel > 5. Jika syarat uji chi square tidak terpenuhi maka digunakan uji alternatifnya yaitu uji fisher. Nilai yang digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan dua variabel adalah nilai p, bila nilai p<0,05 berarti bermakna.
G. Penyajian Data
Penyajian data disajikan dalam bentuk tabel.
31
H. Alur Penelitian
Pasien OA lutut
Nyeri berat
VAS
Nyeri ringan
IMT
obesitas
Tidak obesitas
Kelompok case
Kelompok control
Tabulasi data
Analisis data
32
I. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin untuk mendapatkan persetujuan. Kemudian dilakukan penelitian kepada subjek yang dengan menekankan pada masalah etika yang meliputi : 1. Anonimity (tanpa nama) Kerahasiaan terhadap data pasien yang dijadikan sampel pada penelitian dengan cara tidak menyebutkan nama dalam pengumpulan data. 2. Confidentiallity (kerahasiaan informasi) Informasi atau data pasien akan terjamin kerahasiaannya karena peneliti hanya menggunakan untuk kebutuhan penelitian.
33
BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Populasi dan Sampel Telah dilakukan penelitian tentang hubungan obesitas dengan derajat nyeri lutut pada pasien osteoarthritis lutut di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar. Responden yang dipilih menjadi sampel adalah pasien yang terdaftar di rekam medik pada tahun 2015, dan 2016. Setelah data terkumpul, selanjutnya data tersebut disusun dalam tabel induk dengan menggunakan program komputer yaitu Microsoft Excel. Dari tabel induk kemudian data dipindahkan dan diolah menggunakan program SPSS 21 dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel frekuensi maupun tabel silang.
B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar yang beralamat di Jalan Perintis Kemerdekaan KM 11 Kecamatan Tamalanrea. Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo adalah rumah sakit milik pemerintah yang berakreditasi A dan berstandar Internasional.
34
C. Analisis Variabel 1. Analisis Univariat a. Umur
Table 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur 51-60 61-70 71-80 81-90 Total
Frekuensi 65 36 6 1 108
Persentase (%) 60,2 33,3 5,6 0,9 100
S Sumber : Data Sekunder 2015, dan 2016 Berdasarkan data penelitian didapatkan bahwa jumlah pasien OA lutut yang berumur 51-60 tahun sebanyak 65 orang (60,2%), pasien yang berumur 61-70 tahun sebanyak 36 orang (33,3%), pasien yang berumur 71-80 tahun sebanyak 6 orang (5,6%), dan pasien yang berumur 81-90 tahun sebanyak 1 orang (0,9%). b. Jenis Kelamin
Table 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
Frekuensi 36 72 108
Persentase (%) 33,3 66,7 100
Sumber : Data Sekunder 2015, dan 2016 Berdasarkan data penelitian didapatkan bahwa jumlah pasien OA lutut yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 36 orang (33,3%) sedangkan pasien yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 72 orang (66,7%).
35
c. Indeks Massa Tubuh Table 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan IMT Tidak Obesitas Obesitas Total
Frekuensi 54 54 108
Persentase (%) 50 50 100
Sumber : Data Sekunder 2015, dan 2016 Dari data penelitian juga didapatkan bahwa jumlah pasien yang mengalami obesitas sebanyak 54 orang (50%) sama dengan jumlah pasien yang tidak menderita obesitas yaitu 54 orang (50%). d. Skala Nyeri Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Skala Nyeri VAS Nyeri Berat Nyeri Ringan Total
Frekuensi 39 69 108
Persentase (%) 36,1 63,9 100
Sumber : Data Sekunder 2015, dan 2016 Dari data penelitian juga didapatkan bahwa jumlah pasien yang merasakan nyeri berat sesuai dengan skala nyeri VAS sebanyak 39 orang (36,1%) dan yang menderita nyeri ringan sebanyak 69 orang (63,9%).
36
2. Analisis Bivariat Tabel 5.5 Hubungan Obesitas dengan Derajat Nyeri pada Pasien OA Lutut Skala Nyeri
Variabel
Nyeri Berat
IMT
Nyeri Ringan
P
f
%
Obesitas
35
32,4%
19 17,6%
54
100 0,000
Tidak Obesitas
4
3,7%
50 46,3%
54
100
Total
f
%
Total f
OR
CI(95%)
23,026
7,20773,564
%
39 36,1% 69 63,9% 108 100
Untuk menguji adanya hubungan antara kedua variabel yakni obesitas dengan derajat nyeri pada pasien OA lutut maka dilakukan uji statistik dengan menggunakan metode uji chi square (x2). Dari hasil analisis statistik didapatkan bahwa uji chi square p value = 0.000 (p < 0.05)
yang berarti bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Berarti ada
hubungan antara obesitas dengan derajat nyeri pada pasien OA lutut. Nilai Odd Ratio (OR) adalah 23,026 dengan 95% CI (7,207 – 73,564) yang menunjukkan bahwa pasien OA lutut yang mengalami obesitas beresiko meningkatnya derajat nyeri 23,026 kali.
37
BAB VI PEMBAHASAN A. Pembahasan Hasil Penelitian Osteoartritis lutut merupakan penyakit degeneratif yang sampai sekarang masih belum diketahui dengan pasti penyebabnya. Osteoartritis juga merupakan penyakit rematik kronik yang paling sering ditemui. Banyak hal yang dapat menjadi faktor risiko penyakit ini, salah satu di antaranya adalah obesitas. Angka kejadian penyakit ini pun bertambah seiring dengan bertambahnya usia. OA umumnya menyerang pada usia di atas 50 tahun.23 Osteoartritis sendi lutut ditandai oleh adanya rasa nyeri pada pergerakan yang hilang bila istirahat, kaku sendi terutama setelah istirahat atau bangun tidur, krepitasi, dan dapat disertai sinovitis dengan atau tanpa efusi sendi. Umumnya penderita OA lutut datang berobat karena rasa nyeri lutut yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Gangguan tersebut bervariasi, mulai keluhan yang paling ringan yang tidak mengganggu aktivitas sehari-hari, sampai yang paling berat sehingga pasien tidak bisa berjalan.24 Pada penelitian yang dilakukan di rumah sakit Wahidin Sudirohusodo tentang hubungan obesitas dengan derajat nyeri pada pasien osteoarthirits lutut didapatkan kelompok umur tertinggi yaitu pasien yang berusia 51-60 tahun yaitu 60,2% dan kelompok umur terendah yaitu pada pasien dengan kelompok umur 81-90 tahun yaitu 0,9%. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa prevalensi penderita OA lutut bertambah seiring pertambahan usia dimana fungsi kondrosit untuk menghasilkan matriks tulang rawan semakin berkurang seiring bertambahnya usia dan juga tulang 38
rawan semakin menipis sehingga membuat sendi mendapat tekanan yang lebih besar yang berdampak pada kerusakan kartilago sendi.18. Hal ini dapat disebabkan oleh angka harapan hidup di atas 60 tahun yang masih rendah di kota Makassar. Pada penelitian ini juga didapatkan distribusi jenis kelamin yang terbanyak merupakan perempuan yaitu 66,7%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Fatin Binti Abdul Rahman pada tahun 2013 yang menyatakan bahwa wanita lebih banyak menderita OA dibanding pria pada usia di atas 50 tahun dan sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa wanita juga lebih cenderung terkena penyakit OA dibanding pria karena pinggul wanita lebih luas dan lebih memberikan tekanan jangka panjang pada lutut mereka.25 Pada penelitian yang dilakukan di rumah sakit Wahidin Sudirohusodo tentang hubungan obesitas dengan derajat nyeri pada pasien osteoarthirits lutut terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas yang diukur melalui Indeks Massa Tubuh dengan derajat nyeri yang diukur dengan VAS dengan nilai p=0,000 (p<0,05) dan memiliki OR (95% CI) = 23,026 (7,207-73,564) yang menunjukkan bahwa pasien obesitas memiliki resiko 23,026 kali menderita nyeri sendi berat dibandingkan pasien OA lutut yang tidak mengalami obesitas. Hal ini berarti obesitas merupakan faktor resiko meningkatnya derajat nyeri sendi pada pasien OA lutut. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Pottie P di Perancis yang membuktikan adanya hubungan yang positif antara berat badan berlebih dan rasa nyeri pada OA tidak hanya OA lutut namun juga OA
39
tangan. Lebih jauh lagi, pengurangan lemak tubuh tampak berpengaruh terhadap penurunan gejala pada OA. Jaringan adiposa saat ini mulai dianggap sebagai organ endokrin tersendiri yang mampu melepaskan berbagai mediator inflamasi seperti interleukin-1 (IL-1), tumor nekrosis faktor alfa (TNF-α), adiponektin, resistin, dan sebagainya. Penelitian menunjukkan kadar ekspresi leptin berhubungan dengan derajat kerusakan rawan sendi. Adanya peningkatan ekspresi leptin pada kartilago yang rusak berhubungan dengan kerusakan rawan sendi, khususnya jika dihubungkan dengan faktor-faktor lokal.26 Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maya Yanuarty di Semarang pada tahun 2014 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan nyeri dan disabilitas yang dirasakan dengan niai p=0,034.27 Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Inggris yang menyatakan bahwa adanya kaitan antara peningkatan IMT dengan nyeri sendi bilateral dan obesitas merupakan faktor resiko meningkatnya derajat nyeri sendi pada pasien OA lutut (OR=1,61; 95%CI:1,05-1,76; p=0,024).28 IMT yang tinggi telah terbukti menjadi faktor risiko terjadinya osteoartritis pada lutut, pinggul, dan tangan. American College of Rheumatology merekomendasikan penurunan berat badan bagi orang-orang yang menderita OA lutut dengan kelebihan berat badan. Obesitas telah terbukti sangat berhubungan dengan OA lutut untuk semua etnis dan jenis kelamin. Analisis
40
yang dilakukan oleh National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) menunjukkan data bahwa orang dewasa di Amerika Serikat dengan IMT lebih dari 30 kg/m2 memiliki prevalensi 4 kali lipat lebih tinggi terjadi OA lutut dibandingkan dengan IMT kurang dari 30 kg/m2. Terdapat hubungan kuat antara obesitas dan kejadian OA. Obesitas ditimbulkan oleh kelebihan nutrisi dan resistensi insulin, terkait erat dengan kelebihan produksi sitokin pro inflamasi. Hal ini terlihat pada inflamasi kronik. Gizi berlebih menghasilkan reaktif oksigen spesies dalam jumlah banyak, sehingga terjadi stres oksidasi yang merusak sel dan memicu respon inflamasi. Seiring dengan resistensi insulin yang berlangsung, proses inflamasi juga meningkat. Dapat dikatakan bahwa asupan nutrisi yang berlebih bisa menimbulkan obesitas dan resistensi insulin yang akan memicu stres oksidatif dan respon inflamasi. Target penyebab inflamasi dalam tubuh merupakan faktor penting dalam manajemen OA. Intervensi terhadap gaya hidup yang dilakukan secara agresif membantu mengurangi respon inflamasi. Aktivitas yang tidak banyak beban seperti berenang telah terbukti mengurangi gejala, meningkatkan mobilitas, dan mengurangi kerusakan dari OA. Menurunkan berat badan, mengurangi faktor risiko untuk terjadinya rasa nyeri pada lutut serta mengurangi sitokin pro-inflamasi dan adipokines yang diyakini memainkan peran dalam degradasi tulang rawan akan mengurangi nyeri terkait OA sehingga dapat meningkatkan aktivitas fisik.29
41
B. Keterbatasan Penelitian Pada penelitian ini terdapat keterbatasan-keterbatasan seperti jumlah sampel yang digunakan hanya jumlah sampel minimal sehingga tingkat kepercayaan kurang dan mempengaruhi hasil penelitian. Pada penelitian ini juga terdapat kekurangan-kekurangan seperti adanya data rekam medik yang tidak lengkap, perizinan ke pihak rumah sakit yang agak sulit dan keterbatasan waktu penelitian.
42
BAB VII TINJAUAN KEISLAMAN
A. Yang Berlebihan Menurut Pandangan Islam Berdasarkan yang terkait dengan judul di atas, pandangan Islam tentang sesuatu yang berlebihan dalam QS: Al-A’raf: 7: 31
Terjemahannya: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah disetiap (memasuki masjid) ,makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”. (QS: Al-A’raf: 7: 31)
Dalam ayat ini selain dikatakan mengenai memillih pakaian yang menutup aurat, dalam ayat ini juga Allah SWT mengatur pula perkara makan dan minum manusia agar tidak berlebih-lebihan hingga sampai yang haram. Makanan dan minuman manusia itu harus disempurnakan dan diatur untuk dapat memelihara kesehatannya. Dengan makan dan minum yang dapat memelihara kesehatan maka manusia lebih kuat melakukan ibadah. Dalam sahih Bukhari dan Muslim (261H): Dari ‘Imran bin Hushain ra. Rasulullah SAW bersabda : “yang paling baik dari kalian adalah orang yang hidup dimasaku, kemudian masa setelahnya. Sesungguhnya pada masa yang akan datang ada kaum yang suka berkhianat dan tidak bisa dipercaya, mereka bersaksi sebelum diminta kesaksiannya, bernazar tapi tidak melaksanakannya, dan nampak pada mereka kegemukan”.
43
Dilihat dari sudut pandang Islam, permasalahan mengenai gizi lebih sebenarnya diatur secara langsung. Seperti yang telah diuraikan di atas, permasalahan gizi lebih disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat, pemasukan energi lebih besar daripada pengeluaran energi. Hal ini tentu saja terkait
dengan
pola
makan
yang
berlebihan
yang
mengakibatkan
menumpuknya cadangan energi dalam tubuh. Dalam agama Islam diatur mengenai pola konsumsi makanan. Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi : “Tidaklah Anak Adam mengisi bejana yang lebih buruk selain dari perut. Cukuplah Anak Adam beberapa suapan yang bisa menegakkan tulang sulbinya. Jika tidak mungkin, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga lagi untuk napasnya” (Diriwayatkan AT-Tirmidzy, Ibnu Majah, Ahmad, dan AlBaghawy). Dalam hadits tersebut substansinya adalah Islam melarang manusia untuk makan dan minum secara berlebihan karena hal tersebut adalah perbuatan yang buruk. Rasulullah mengajarkan kita untuk makan sedikit meskipun tidak kegemukan, yang tentu saja tujuannya adalah untuk mencegah kegemukan. Dalam Hadits lain juga diterangkan : “Sesungguhnya Allah benar-benar ridha terhadap seorang hamba, karena dia menyantap makanan lalu memuji-Nya atas nama makanan itu dan mereguk minuman lalu dia memuji-Nya atas nama minuman itu” (diriwayatkan Muslim, At-Tirmidzy dan Ahmad). Dalam Islam diajarkan bahwa makan bukan hanya sebagai aktivitas pemenuhan gizi saja. Lebih dari itu, pemenuhan gizi melalui makan adalah
44
sebuah aktivitas dalam upaya perwujudan rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat dan rezeki yang telah diberikan. Islam juga memberikan solusi bagaimana mengobati obesitas yaitu salah satunya dengan berpuasa. Puasa merupakan
metode terbaik dalam
mengatur pola makan sehingga sangat penting untuk menurunkan berat badan berlebih. Riset para ahli menyatakan dengan berpuasa lambung akan kembali membentuk ukurannya yang alami. Penelitian di Undip juga menyatakan bahwa orang yang berpuasa
di bulan Ramadhan selama 29 hari akan
mengalami penurunan faktor-faktor risiko aterosklerosis yaitu profil lipid, gula darah, tekanan darah, dan berat badan dibandingkan orang-orang yang tidak berpuasa di bulan Ramadhan. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits yang berkaitan dengan puasa. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 2: 183
Terjemahannya: “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa”. (QS. Al-Baqarah: 2: 183). Selain puasa wajib di bulan Ramadhan, banyak puasa sunnah yang dapat dilakukan diluar bulan ramadhan seperti berikut : 1.
Puasa Senin Kamis sebagaimana dalam riwayat Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda: “Diangkat amalan seseorang pada Isnin dan
45
Khamis, maka aku lebih suka amalanku diangkat dalam keadaan aku berpuasa”. (HR. Tirmidzi). 2.
Puasa Nabi Daud as sebagaimana sabda rasulullah saw: Tidak ada puasa yang lebih baik selain puasa Nabi Daud AS. Beliau berpuasa sehari dan berbuka sehari. (HR. Bukhari).
3.
Puasa Asyura (10 Muharram) sebagaimana sabda Nabi saw dalam riwayat Abu Qatadah ra bahwa apabila Nabi SAW ditanya mengenai puasa Asyura beliau menjawab, “Mendapat keampunan setahun yang lampau”. (HR. Muslim 1/459).
4.
Puasa hari Arafah pada 9 Zulhijjah sebagaimana sabda rasulullah saw: Dari Abu Qatadah bahawa Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai puasa hari Arafah. Jawab baginda: “Pengampunan dosa bagi tahun lalu dan tahun akan datang”. (HR. Muslim 1/473).
5.
Puasa Hari-Hari Putih yaitu pada 13,14 dan 15 setiap bulan Islam sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW pernah berpesan dengan tiga perkara: Puasa tiga hari setiap bulan, dua rakaat solat Duha dan sholat witir sebelum tidur (HR. Bukhari).
6.
Puasa Muharram diriwayatkan dari Abu Hurairah bahawa Nabi SAW bersabda: “Sebaik-baik puasa selepas Ramadan ialah puasa bulan Muharram dan sebaik-baik sholat selepas sholat lima waktu ialah sholat malam. (HR. Muslim 1/474).
7.
Puasa enam hari pada Syawal sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Sesiapa yang berpuasa Ramadhan dan kemudian meneruskannya
46
dengan enam hari pada bulan Syawal, akan mendapat ganjaran seolaholah dia berpuasa setahun. (HR. Muslim, Tarmizi, Abu Daud, Ibn Majah). Jadi, sangat banyak puasa-puasa sunnah yang dapat dilakukan yang dapat dirasakan manfaatnya sebagai terapi untuk menurunkan berat badan karena Islam memang mengatur segala hal termasuk untuk menjaga kesehatan. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw. Dari Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: Berperanglah niscaya kalian akan mendapatkan harta rampasan perang, berpuasalah niscaya kalian akan sehat, dan bersafarlah niscaya kalian akan diberi kecukupan.”(Diriwayatkan oleh At Thabrani).
Meskipun ada yang berpendapat hadits ini dhaif namun maknanya benar, karena telah terbukti dari berbagain penelitian tentang manfaat puasa dalam kesehatan termasuk dalam menurunkan berat badan. Ingat, di dalam Islam baik perintah maupun larangan dari Allah SWT di dalam Al-Qur’an dan Nabi Muhammad SAW di dalam sunnahnya pasti ada makna, manfaat, dan hikmah yang tersurat dan tersirat yang sebagian besar dapat dibuktikan dengan ilmu pengetahuan. Di dalam sunnah Nabi Muhammad SAW segala sesuatu yang diperintahkan atau dilarang pasti ada manfaatnya bagi manusia sehingga benar yang tertera dalam QS. Al-Ahzab :33 :21.
47
Terjemahannya: “Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. AlAhzab :33 :21).
B. Pandangan Islam terhadap Penyakit Sendi Degeneratif Osteoarthritis merupakan penyakit sendi yang disebabkan oleh pertambahan usia atau yang dikenal dengan degeneratif. Proses degeneratif ini adalah proses alamiah yang akan dilalui oleh manusia dan merupakan kelanjutan proses pertumbuhan dan perkembangan manusia. Namun Allah SWT memberikan contoh, hanya sebagian manusia saja yang jatuh kepada pikun (salah satu bentuk degeneratif), sebagaimana firman Allah SWT dalam potongan ayat QS: Al-Hajj: 22 :5
Terjemahannya: ....Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsurangsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya....(QS: Al-Hajj: 22 :5).
48
Dalam potongan ayat lain juga dijelaskan,
Terjemahannya: “Barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian(nya), maka apakah mereka tidak memikirkan?” (QS. Yaasin: 36: 68).
Dalam ayat-ayat di atas dijelaskan bahwa manusia semakin tua setelah melewati puncak kedewasaan maka ia akan kembali kepada kejadiannya. Manusia akan menjadi lemah dan mengalami kemunduran dan dalam ilmu kedokteran saat ini dikenal dengan proses degeneratif. Proses degeneratif ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan mengagungkan kebesaran Tuhan (tujuan tauhid) (QS. Al-Hajj: 22: 5), namun juga bertujuan untuk stimulasi agar manusia mau berfikir dan menggali aspek yang ada dibalik itu. Dengan kata lain, menurut Al-Qur`an proses degeneratif yang ada juga harus digali menurut ilmu pengetahuan (QS. Yaasin: 36: 68).29 Tentunya sinyal-sinyal ini harus digali dengan ayat-ayat kauniyah (ilmu kedokteran) siapa yang bisa jatuh ke dalam degeneratif tersebut. Osteoarthritis merupakan salah satu penyakit sendi degeneratif yang menyebabkan rasa nyeri pada sendi yang terkena seperti sendi lutut yang ternyata rasa nyeri tersebut dapat dikurangi atau dicegah sedari dini salah satunya melalui shalat. Dalam ajaran Islam, anak-anak muslim dianjurkan untuk mengerjakan shalat sejak usia tujuh tahun sesuai dengan hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. 49
“Ajarkanlah anak-anak kalian shalat ketikah berumur tujuh tahun. Pukullah mereka jika enggan mengerjakannya pada usia sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur mereka” (HR Al-Haitsami). Di Qatar telah dilakukan penelitian tentang manfaat shalat secara dini dimana dilakukan pembedahan tulang dan otot yang menghasilkan teori baru yaitu “jika seseorang mulai melatih dan melemaskan bagian bawah dari tulang punggung sejak dini, dan kebiasaan ini terus berlangsung dipelihara sampai dewasa maka kecil kemungkinan orang tersebut merasakan sakit yang teramat sangat pada bagian bawah tulang punggung dan terhindar dari pergeseran tulang rawan pada bagian tersebut. Penelitian lain yang dilakukan kepada 188 relawan dewasa ketika mereka mengeluh rasa sakit yang berat pada pangkal paha. Mereka lalu ditanya tentang shalat, mulai kapan mengerjakannya dan apakah senantiasa menjaga shalatnya secara teratur. Hasilnya menunjukkan hanya 2,6% orang yang mulai melaksanakan shalat sebelum menginjak usia sepuluh tahun yang merasakan sakit sedangkan lebih dari 70% penderita sakit merupakan orangorang yang tidak melaksanakan shalat.30 Hal ini menunjukkan bahwa semua kajian dalam ilmu kedokteran ini merupakan pembuktian dari firman Allah SWT dan sabda Rasulullah SAW sehingga sebagai seorang muslim segala perintah dan larangan Allah SWT dan Rasulullah SAW wajib kita yakini akan memberi manfaat bagi kita baik dari aspek kesehatan maupun aspek-aspek kehidupan lainnya.
50
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan obesitas dengan derajat nyeri pada pasien osteoarthritis (OA) lutut di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Obesitas berhubungan dengan nyeri berat yang dirasakan pasien OA lutut. 2. Pasien OA lutut yang obesitas memiliki resiko menderita nyeri berat 23 kali dibandingkan pasien OA lutut yang tidak obesitas. B. Saran 1. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan mengadakan penelitian dengan metode lain dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan mengendalikan variabel-variabel perancu lainnya untuk mendukung hasil penelitian yang sudah ada serta memperoleh hasil penelitian yang lebih valid. 2. Bagi Instansi Kesehatan Dokter dan petugas kesehatan lainnya perlu melakukan upaya serta edukasi kepada pasien OA lutut dan masyarakat pada umumnya untuk mempertahankan berat badan ideal agar mengurangi rasa nyeri yang dirasakan dan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.
51
3. Bagi Masyarakat Masyarakat perlu melakukan upaya penurunan berat badan yang berlebihan dan mempertahankan berat badan yang ideal sebagai upaya pencegahan terjadinya OA lutut dan jika sudah terkena agar tidak terlalu merasakan nyeri berat ketika beraktivitas.
52
DAFTAR PUSTAKA
1. Elen, Mahmud Lukum, Muhammad Ilyas dkk. Hubungan Derajat Nyeri Berdasarkan Visual Analogue Scale (VAS) dengan Derajat Radiologi Berdasarkan Kelgren Lawrence Score pada Foto Konvensional Lutut Pasien Osteoarthritis Sendi Lutut. 2011; 2. Nursyarifah RS, Herlambang KS, A MT. Hubungan Antara Obesitas dengan Osteoartritis Lutut di RSUP Dr . Kariadi Semarang Periode OktoberDesember 2011 The Association Between Obesity and The Incidence of Osteoarthritis of the Knee in RSUP of Dr . Kariadi Semarang Period October-December 2011. 2011;(2):80–5. 3. Wittenauer R, Smith L, Aden K. Priority Medicines for Europe and the World “ A Public Health Approach to Innovation ”. Update on 2004 Background Paper Background Paper 6.12 Osteoarthritis. World Heal Organ [Internet]. 2013;1–31. Available from: http://www.who.int/medicines/areas/priority_medicines/BP6_12Osteo.pdf 4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Lap Nas 2013. 2013;1–384. 5. Arismunandar R. The Relations Between Obesity And Osteoarthritis Knee In Elderly Patients. 2015;4:110–6. 6. World Health Organization, 2016. Obesity and Overweight. Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/# . [Accessed 12 oktober 2016]. 7. Setiadi S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Ke 6. Jakarta: Interna Publishing; 2014. 2559-2568 p. 8. EG WSFSB-MEMTOSJCC. Predictors of weight loss in overweight veterans with knee osteoarthritis who participated in a clinical trial. J Rehabil Res Dev. 2010;47(3):171–82. 9. I.N. A. Obesity and increased burden of hip and knee joint disease in Australia: results from a national survey. BMC Musculoskelet Disord [Internet]. 2012;13:no pagination. Available from: http://ovidsp.ovid.com/ovidweb.cgi?T=JS&PAGE=reference&D=emed10b& NEWS=N&AN=23253742 10. Singh-Manoux A, Sabia S, Bouillon K, Brunner EJ, Grodstein F, Elbaz A, et al. Association of body mass index and waist circumference with successful aging. Obesity (Silver Spring) [Internet]. 2014;22(4):1172–8.Availablefrom:
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=3968224&tool=p mcentrez&rendertype=abstract 11. Thompson GS. Understanding Anatomy & Physiology. second. Philadelphia: F.A. Davis Company; 2015. 12. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology. 14th ed. Wiley. United States of America: ; 2014. 1127 p. 13. Helmi, Zairin Noor. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta Selatan. Penerbit Salemba Medika. 2011. p308-311p. 14. Kumar P, Clark ML. Kumar and Clark’s Clinical Medicine, 8e. Elsevier. 2012. p1017-1019 p. 15. Centers for Disease Control and Prevention, 2016. Osteoarthritis. Available from: http://www.cdc.gov/arthritis/basics/osteoarthritis.htm [Accessed 12 oktober 2016]. 16. Robbins. Buku Ajar Patologi Robbins, Ed 7, Vol.2. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007. p843 17. Harrison S. Internal Medicine. 19th ed. McGrawHill; 2012. 18. Sarwark, John F. Essentials of Musculoskeletal Care, 4th ed. United State of America. American Academy of Orthopaedic Surgeons. 2010. p108-116p. 19. Perhimpunan Reumatologi Indonesia (IRA). Diagnosis dan Penatalaksanaan Osteoartritis. 2014. 6-16 p. 20. Hochberg MC, Altman ROYD, April KT, Benkhalti M, Guyatt G, Gowan JMC, et al. American College of Rheumatology 2012 Recommendations for the Use of Nonpharmacologic and Pharmacologic Therapies in Osteoarthritis of the Hand , Hip , and Knee. 2012;64(4):465–74.
21. World Health Organization, 2016. Obesity and Overweight. Available from: http://www.who.int/mediacentre/factfiles/obesity/facts/en/# . [Accessed 12 oktober 2016]. 22. Sudigdo Sastroasmoro SI. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. 4th ed. Sagung Seto; 2011. 348 p.
23. Isbagio H. Tiga hal yang paling menonjol dari 100 lebih jenis rematik. Jakarta: Smart Living edisi 16; 2011. 24. Isbagio H. Pendekatan diagnostik penyakit reumatik.Cermin Dunia Kedokteran; 2010. 25. Fatin. Hubungan antara obesitas dengan kejadian osteoartritis di RSUP Haji Adam Malik. Medan. 2013. 26. Pottie P, Presle N, Terlain B, Netter P, Mainard D, Berenbaum F. Obesity and osteoarthritis: more complex than predicted. Ann Rheum Dis 2006;65:140305. 27. Yanuarty M. Hubungan antara Faktor Resiko Osteoartritis Lutut dengan Nyeri, Disabilitas, dan Berat Ringannya Osteoartritis. 2014 p15. 28. Kertia N. Status gizi berhubungan positif dengan derajat nyeri sendi penderita osteoartritis lutut. 2012 Vol.8 No.3 p144-150. 29. Wolhurter T, Till A. Nutritional management of osteoarthritis. Medical Chronicle 2010;73. 30. Al-Qur`an dan terjemahannya, Departemen Agama RI, Jakarta. 31. Thalbah Hisham, Zindami Abdul Majid, Sayyid Abd Al-Basith Muhammad, dkk. 2008. Ensiklopedia Mukjizat Al-qur’an dan Hadits. Jakarta. PT Sapta Sentosa.