BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia termasuk Negara dengan jumlah penduduk terpadat di Dunia. Menurut, Pusat Data dan Informasi, Kementrian Kesehatan RI mengestimasi jumlah penduduk tahun 2013 sebanyak 248,4 juta jiwa. Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, tingginya jumlah penduduk di Indonesia karena beberapa faktor seperti kemiskinan, pendidikan rendah, buta huruf, sehingga perlu dilakukan penekanan jumlah penduduk di Indonesia untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas dan mencegah terjadinya ledakan penduduk. Pemerintah membentuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai badan yang menjalankan program keluarga berencana untuk menekan pertumbuhan penduduk dan meningkatkan kualitas penduduk. Data BKKBN (2014), menunjukkan pada tahun 2013 peserta KB terbanyak adalah suntik (48,56%), pil (26,60%), AKDR (7,75%), implant (9,23%), kondom (6,09%), MOW (1,52%), MOP (0,25%) Pada pasangan usia subur yang merupakan peserta KB baru. Bidan memiliki kewenangan dalam menjalankan praktik bidan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/IX/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan (PERMENKES, 2010). Ini bertujuan untuk membantu terwujudnya program pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia. IUD (Intra UterineDevices) memiliki keunggulan yaitu penggunaan jangka panjang, kontrol medis yang ringan, dan efektifitasnya cukup tinggi. Namun, penggunaan metode kontrasepsi IUD menimbulkan keluhan keputihan yang berlebih setelah menggunakan kontrasepsi IUD. Rasa ketidaknyamanan in imembuat akseptor KB IUD memilih untuk ganti cara dengan menggunakan alat kotrasepsi lain atau memilih untuk drop out. Kejadian drop out pada akseptor KB IUD akan meningkatkan kehamilan tidak diinginkan pada pasangan suami istri, diperoleh data UNFPA (United Nations Populations Fund) dalam compas 2008 mengungkap bahwa, 75 juta atau sepertiga kehamilan dari sekitar 200 juta kehamilan setiap tahun di seluruh dunia adalah kehamilan tidak diinginkan baik dari pasangan suami istri maupun kehamilan diluar nikah. Data yang diperoleh dari WHO dalam compas 2008, tiap tahun terjadi 50 juta pengguguran kandungan diseluruh dunia, 20 juta diantaranya dengan kategori unsafe (tidak aman) dan 95% dilakukan di Indonesia. Berdasarkan data Bimantara DC (2000) dalam Susanto (2012)melaporkan bahwa keputihan merupakan keluhan yang paling banyak ditemui pada kelompok pemakai AKDR CuT – 380 A yaitu sebanyak 30%. Hal ini disebabkan karena pada
kelompok akseptor AKDR, dengan adanya AKDR, dapat menimbulkan terjadinya reaksi terhadap benda asing dan memicu pertumbuhan jamur kandida yang semula saprofit menjadi patogen sehingga terjadi kandidiasis vagina dengan gejala timbulnya keputihan yang berlebihan.
B. Rumusan Masalah 1.
Siapa sajakah sasaran kesehatan reproduksi?
2.
Bagaimana kesehatan reproduksi pada Pasangan Usia Subur?
3.
Bagaimana masalah kesehatan reproduksi pada Pasangan Usia Subur dengan kontrasepsi IUD?
4.
Masalah apa saja yang akan timbul pada PUS dengan kontrasepsi IUD?
5.
Bagaimana peran bidan dalam menangani masalah tersebut?
C. Tujuan Masalah 1.
Mengidentifikasi sasaran kesehatan reproduksi.
2.
Mengidentifikasi kesehatan reproduksi pada Pasangan Usia Subur.
3.
Mengidentifikasi kesehatan reproduksi Pasangan Usia Subur dengan kontrasepsi IUD.
4.
Mengidentifikasi masalah dengan aseptor IUD.
5.
Mengidentifikasi peran bidan dalam masalah tersebut.