BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan merupakan salah satu disiplin ilmu dan profesi yang selalu megalami perkembangan dari waktu ke waktu, dalam pengaplikasiannya di harapkan pelayanan berorientasi pada suatu pelayanan profesional bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencangkup seluruh proses kehidupan manusia oleh karena besarnya tuntutan akan pelayanan keperawatan professional di era sekarang ini, maka di butuhkan suatu metode yang dapat mengelolah agar pelaksanaan asuhan keperawatan dapat berjalan secara optimal. Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu system, struktur, proses dan nilai-nilai profesional yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termaksud lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Setiadi, 2016). Keperawatan sebagai profesi yang merupakan bagian dari masyarakat akan terus berubah sejalan dengan masyarakat yang terus berkembang dan mengalami perubahan. Keperawatan dapat dilihat dari berbagai aspek antara lain keperawatan sebagai bentuk asuhan profesional kepada masyarakat, Keperawatan sebagai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), Serta keperawatan sebagai kelomok masyarakat ilmuan dan kelompok masyarakat profesional. Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada era globalisasi akan terus
1
berubah karena masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat juga terus mengalami perubahan (Nursalam, 2016). Struktur dalam MPKP meliputi penetapan dalam jumlah tenaga keperawatan, penetapan jenis keperawatan, dan penetapan rencana asuhan keperawatan, beberapa metode dapat digunakan dalam praktik keperawatan professional seperti metode keperawatan primer, metode tim dan manajemen kasus. MPKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan profesi lain dalam melaksanankan asuhan keperawatan, dengan MPKP perawat dapat memahami tugas dan tanggung jawab terhadap pasien sejak masuk hingga keluar rumah sakit, Implementasi MPKP harus ditunjang dengan sumber daya manusia, Sarana, dan prasarana yang memadai ( Setiadi, 2016). Era globalisai, hendaknya oleh para penggiat keperawatan dipersiapkan secara benar dan menyeluruh mencangkup seluruh aspek keadaan atau peristiwa yang telah sedang dan akan berlangsung pada era tersebut. Perawat harus mempunyai ketrampilan dalam proses perubahan. Ketrampilan pertama adalah proses keperawatan. Proses keperawatan merupakan pendekatan dalam menyelesaikan masalah yang sistematis dan konsisten dengan perencanaan perubahan, Ketrampilan ke dua adalah ilmu teoretis dan pengalaman praktik (Nursalam, 2016).
2
Untuk mewujudkan pelayan keperawatan yang berkualitas sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit tidak terlepas dari proses manajemen, yang merupakan suatu pendekatan dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan organisasi. Dalam organisasi keperawatan, pelaksanaan manajemen dikenal sebagai manajemen keperawatan. Sebagaimana proses keperawatan, dalam manajemen keperawatan terdiri dari pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi akhir/hasil. Karena manajemen keperawatan mempunyai kekhususan terhadap mayoritas tenaga dari pada pegawai, maka setiap tahapan didalam proses manajemen lebih rumit jika dibandingkan dengan proses keperawatan. Pelaksanaan praktek profesi manajemen yang ada menekankan pada penerapan konsep dan prinsip kepemimpinan dalam manajemen keperawatan untuk membentuk pelayanan yang optimal sesuai harapan dalam praktek profesi ini (Nursalam, 2016). Setiap unit keperawatan memiliki upaya untuk menerapkan model yang paling tepat berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, Sarana dan prasarana, dan kebijakan rumah sakit. Kategori pasien didasarkan atas, tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan oleh pasien, Usia, Diagnosa atau masalah kesehatan yang dialami pasien dan terapi yang dilakukan (Setiadi, 2016). Manajemen merupakan pendekatan yang dinamis dan pproaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dalam 3
manajemen tersebut mencangkup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana, dan orasarana dalam mencapai tujuan. Manajemen sebagai keperawatan sebagai proses bekerja melalui anggota staf untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan keperawatan sebagai salah satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional sehingga diharapkan keduanya saling menopang. Ruangan atau bangsal sebagai salah satu unit terkecilnya pelayanan kesehatan merupakan tempat yang memungkinkan bagi perawat untuk menerapkan ilmu dan kiatnya secara optimal ( Nursalam, 2016). Oleh karena meningkatnya tuntunan akan pelayanan profesional seperti yang sudah dijabarkan diatas maka, kami Mahasiswa Program Studi profesi Ners UIN Alauddin Makassar angkatan XII, melaksanakan praktik dengan lingkup manajemen keperawatan di RSUD Syekh Yusuf Kab. Gowa. B. Tujuan Praktik 1. Tujuan Umum Pelayanan atau asuhan keperawatan di Rumah Sakit Syekh Yusuf Kab. Gowa dapat diberikan secara profesional sesuaidengan metode proses keperawatan professional (MPKP). 2. Tujuan Khusus a. Melakukan pengkajian di Ruang Perawatan Tulip RSUD Syekh Yusuf Kab. Gowa
4
b. Melakukan
pengorganisasian
proses
penerapan
metode
penugasan tim c. Melaksanakan metode proses
keperawatan profesional di
Ruangan Tulip RSUD Syekh Yusuf Kab. Gowa d. Melakukan dokumentasi sesuai standar atau pedoman pencatatan asuhan keperawatan C. Manfaat Penulisan 1. Bagi rumah sakit Mahasiswa dapat membantu atau memberikan masukan di RSUD Syekh Yusuf Kab. Gowa dalam memecahkan masalah yang bersifat tekhnis, operasional dari satu aspek managemen pelayanan keperawatan tertentu, yang dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan secara umum yang akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. 2. Bagi profesi Ners UIN Alauddin Makassar Peningkatan kualitas proses pembelajaran yang melibatkan mahasiswa secara aktif dalam kegiatan administrasi dan manajemen rumah sakit.
5
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Manajemen Manajemen adalah sebuah kegiatan yang sangat kompleks namun teratur, sehingga bila manajemen dilaksanakan dengan baik akan mencapai hasil kegiatan yang maksimal. (Suyanto, 2008:2) Menurut Harsey dan Blanchard (1977) dalam Suyanto (2008:2), pengertian manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan pencapaian tujuan organisasi melalui kerjasama dengan orang lain. Sedangkan menurut Taylor (1911) dalam Suyanto (2008:2), manajemen adalah di ibaratkan sebagai sebuah mesin produksi yang bekerja secara efisien dan cepat menghasilkan produk maksimal yang memerlukan motivasi dan kerja sama. Menurut Grant dan Massey (1999) dikutip dari Nursalam (2015) manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan pro aktif dalam menjalankan suatu kegiataan dalam organisasi. Manajemen mencakup
kegiatan
POAC
(Planning,
Organizing,
Actuating,
Controlling) terhadap staff, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi. B. Sejarah singkat manajemen Manajemen sebagai ilmu, berkembang dari berbagai ilmu yang melatarbelakanginya seperti ilmu psikologi dan sebagainya. Berbagai ilmu tersebut berinteraksi dan menghasilkan dasar-dasar manajemen yang berkembang hingga saat ini termasuk cabang-cabang keilmuan seperti: manajemen keperawatan, manajemen keuangan, manajemen pemasaran, manajemen resiko, manajemen industri dan sebagainya. Manajemen juga mempelajari bagaimana meningkatkan hasil kerja
6
dengan memperhatikan faktor motivasi dan kepuasan. Hal ini dipelajari oleh Mc. Gregon (1960) dalam Suyanto (2008:3), yang menyatakan bahwa kepuasan dan motivasi kerja seseorang sangat berpengaruh terhadap hasil kerja yang dicapai. Jika harga diri, otonomi dan kebutuhan staff terpenuhi maka akan tercapai kepuasan dan motivasi kerja yang tinggi sehingga produktivitas akan meningkat. C. Manajemen sebagai suatu proses Menurut Suayantu (2008) manajemen adalah sebagai suatu proses dapat dipelajari dari fungsi-fungsi manajemen yang dilaksanakan oleh seorang manajer. Adapun yang dimaksud fungsi manajemen adalah langkah-langkah penting yang wajib dikerjakan oleh seorang manajer untuk mencapai tujuan. Masing-masing pakar mengidentifikasi fungsi-fungsi manajemen yang berbeda-beda. Keperawatan lebih sering mengadopsi fungisi manajemen menurut Marquis dan Huston (2010), fungsi manajemen keperawatan adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan Dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, kebijaksanaan, prosedur, dan peraturan; termasuk perencanaan jangka pendek dan jangka panjang; menentukan tindakan fiskal ; dan mengelola perubahan terencana. 2. Pengorganisasian Meliputi
pembentukan
struktur
untuk
melaksanakan
perencanaan, menetapkan metode pemberian asuhan keperawatan kepada pasien yang paling tepat, mengelompokkan kegiatan untuk
7
mencapai tujuan unit serta melakukan peran dan fungsi dalam organisasi dan menggunakan kekuatan serta otoritas dengan tepat. 3. Ketenagaan Meliputi
merekrut,
mewawancarai,
mengontrak,
dan
orientasi dari staf baru, penjadwalan, pengembangan staf, sosialisasi staf dan pembentukan tim. 4. Pengarahan Mencangkup tanggung jawab dalam mengelola sumber daya manusia seperti motivasi untuk semangat, manajemen konflik, pendelegasian, komunikasi, dan memfasilitasi kolaborasi 5. Pengawasan/pengendalian Meliputi
penilaian
kinerja,
tanggung
gugat
fiskal,
pengawasan mutu, pengawasan hukum dan etika, dan pengawasan hubungan profesional dan kolegial. D. Pengertian Manajemen Keperawatan Manajemen
keperawatan
diartikan
secara
singkat
roses
pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien/ keluarga/ masyarakat (Suyanto, 2008:8). Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta, mengawasi sumber-sumber yang ada baik sumber daya manusia, alat maupun dana, sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif, baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Suyanto, 2008:5).
8
Proses manajemen keperawatan dilakukan dengna pendekatan sistem terbuka, dimana masing-masing komponen saling berhubungan, berinteraksi dan dipengaruhi oleh lungkungan terdiri dari lime elemen. Elemen manajemen keperawatan, dalam sistem terbuka, terdiri: 1. Input Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personel, dan fasilitas. 2. Proses Proses adalah kelompok manajer/ dari ringkat pengelola keperawatan
tertinggi
sampai
ke
perawat
pelaksana
yang
mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, perorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. 3. Output Dari
proses
manajemen
keperawatan
adalah
asuhan
keperawatan, pengembangan staf dan riset. 4. Kontrol Dalam proses manajemen keperawatan termasuk antara lain budget keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, standar prosedur, dan akreditasi. 5. Umpan balik Proses manajemen keperawatan berupa laporan finansial dan hasil audit keperawatan.
9
E. Prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan Menurut Suyanto (2008) prinsip yang mendasari manajemen keperawatan yaitu: a. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan, karena melalui fungsi perencanaan pimpinan dapat menurunkan resiko kesalahan, memdahkan pemecahan masalah. b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif. Manajer keperawatan
yang menghargai
waktu akan menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanaan kegiatan sesuai waktu yang telah ditentukan. c. Manajemen
keperawatan
melibatkan
para
pengambilan
keputusan. Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi saat mengelola kegiatan keperawatan memerlukan keterlibatan pengambilan keputusan berbagai tingkatan manajerial. d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus
perhatian
manajer
keperawatan
dengan
mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini, dan ingini. Kepuasaan paien merupakan point utama dari seluruh tujuan keperawatan. e. Pengarahan
merupakan
elemen
kegiatan
manajemen
keperawatan yang meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengembalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan. f. Devisi keperawatan yang baik dapat memotivasi perawat untuk memperlihatkan penampilan kerja yang terbaik. g. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif
10
h. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawtan pelaksanaan mendadaki posisi yang lebih tinggi atau utnuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan perawat. i. Pengendalian merupakan elemen manajemen yang meliputi: penilaian pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi, menetapkan standar dan membandingkannya dengan penampilan serta memperbaiki kekurangan yang terjadi. F. Kerangka Konsep dan Filosofi Manajemen keperawatan dalam memberikan arah kepada pencapaian tujuan serta menghadapi masalah-masalah manajerial dimasa mendatang perlu untuk merumuskan kerangka konsep, keyakinan dasar, filosofi dan tujuan manajemen keperawatan. 1. Kerangka Konsep Kerangka
konsep
manajemen
keperawatan
adalah
manajemen partisipatif yang berlandaskan kepada paradigma keperawatan yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan. Kerangka konsep manajemen keperawatan ini perlu dipahami sehingga para manajer keperawatan akan dapat menatalaksanakan
pekerjaannya
guna
menunjang
praktik
keperawatan. Adapun kerangka konsep manajemen keperawatan adalah sebagai berikut: a. Manusia akan tertarik dan terikat pada pekerjaannya dan akan memberikan upaya yang selayaknya dia berikan. b. Jika diberikan informasi yang bermanfaat dan layak, individu akan membuat keputusan terbaik
11
c. Tujuan kelompok akan lebuh mudah dicapai kelompok. d. Setiap individu memiliki karakteristik latar belakang motivasi, minat dan cara untuk mencapai tujuan. e. Fungsi koordinasi dan pengendalian amat penting dalam pencapaian tujuan. f. Persalinan
kualifikasi
harus
dipertimbangkan
dalam
pembagian kewenangan dan tanggung jawab. g. Individu memiliki hak dan tanggung jawab untuk membagi dan mendelegasikan kewenangannya pada mereka yang terbaik dalam organisasi. h. Pengetahuan dan keterampilan amat diperlukan dalam pengembalian keputusan yang profesional. i. Semua sistem berfungsi untuk mencapai tujuan dan merupakan tanggung jawab bersama untuk secara terusmenerus (Suyanto, 2008). 2. Filosofi manajemen keperawatan Manajemen keperawatan memiliki filosofi sebagai berikut: a. Mengerjakan hari ini lebih baik dari pada hari esok b. Manajerial keperawatan merupakan fungsi utama pimpinan keperawatan c. Meningkatkan mutu kinerja perawat. d. Perawat memerlukan pendidikan berkelanjutan e. Proses keperawatn menjamin perubahan tingkat kesehatan hingga mencapai keadaan fungsi optimal f. Tim keperawatan bertanggung jawab dan bertanggung gugat untuk setiap tindakan keperawatan yang diberikan
12
g. Menghargai pasien dan haknya untuk mendapatkan asuhan keperawatan yang bernutu. h. Perawat adalah advokasi pasien i. Perawat
berkewajiban
untuk
memberikan
pendidikan
kesehatan pada pasien dan keluarga (Suyuanto, 2008) 3. Misi Menurut Nursalam (2007) misi manajemen keperawtan adalah: a. Meneyediakan asuhan keperawatan yang efektif dan efisien dalam membantu kesehatan pasien yang optimal setelah pulang dari rumah sakit. b. Membantu mengembangkan dan mendorong suasana yang kondusif bagi pasien dan staf keperawatan/non keperawatan. c. Mengajarkan, mengarahkan, dan menbantu dalam kegiatan profesional keperawatn d. Turut serta dan bekerja sama dengan semua anggota tim kesehatan yang ada di rumah sakit/tempat kerja. Inti konsep dasar manajemen saat ini dan yang akan datag, adalah keseimbangan anatara visi, misi, dan motifasi yang jelas dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Proses keperawatan yaitu pengakuan masyarakat atau profesi lain tentang
ekstensi
profesi
keperawatan,
partisipasi
profesi
keperawatan dalam pengembangan kesehatan, dan citra profesi keperawatan. Penjabaran visi dan misi dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit, menurut Gillies (1989) dalam Nursalam (2002) di
13
kutip dari filosofi pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Pedleton Memorial, New Orleans, Lousiana USA adalah sebagai berikut: 1. Mengaplikasikan
kerangka
konsep
dan
acuan
dalam
pelaksanaan ashuna keperawatan 2. Mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan 3. Menerapkan strategi dalam meningkatkan kualitas dan pelayanan yang efisien kepada semua konsemen 4. Menuingkatan hubungan yang baik dengan semua tim kesehatan menilai kualitas pelayanan yang diberikan berdasarkan standar kriteia yang ada 5. Mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dalam menilai dan memberikan intervensi keperawatan kepada pasien 6. Meningkatkan pendidikan berkelanjutan (formal maupun nonformal) bagi perawat dalam usaha meningkatkan kinerjanya. 7. Berpartisipasi secara aktif dalam upaya perubahan model asuhan keperawatan dan peningkatan kualitas pelayanan 8. Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan melibatkan staf dalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut tentang asuhan keperawatan 9. Memberikan penghargaan kepada staf yang dianggap berprestasi 10. Konsisten
untuk
selalu
meningkatkan
produksi
atau
pelayanan yang terbaik.
14
11. Meningkatkan pandangan masyarakat yang positif tentang profesi keperawatan. G. Lingkup Manajemen Keperawatan Keperawatan merupakan disiplin praktik klinis. Manajer keperawatan yang efektif memahami dan fasilitasi pekerjaan perawat. Menurut Suyanto (2008) manajer keperawatan mengelola kegiatan keperawatan meliputi: 1. Menetapkan penggunaan proses keperawatan 2. Mengetahui intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan diagnosa 3. Menerima akontabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat 4. Memilih akontabilitas hasil kegiatan keperawatan Munurut Suyanto (2008) keperawatan terdiri dari: 1. Manajemen pelayanan keperawatan Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang perawatan yang terdiri dari 3 tingkatan manajerial, yaitu: a. Manajemen puncak (kepala bidang keperawatan) b. Manajemen menengah (kepala unit pelayanan/supervisor) c. Manajemen bawah (kepela ruang keperawatan) 2. Manajemen asuhan keperawatan Manajemen keperawatan yang dilakukan dengan menggunakan proses keperawatan pada prinsipnya menggunakan konsepkonsep manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi (Suyanto, 2008).
15
H. Proses Manajemen Keperawatan Proses manajemen keperawatan menurut Nursalam (2007) yaitu: 1. Pengkajian atau pengumpulan data Pada
tahap
ini
seorang
manajer
dituntut
tidak
hanya
mengumpulkan informasi tentang keadaan pasien, melainkan juga mengenai institusi (rumah sakit atau puskesma): “tenaga keperawatan, administrasi, dan bagian keuangan yang akan mempengaruhi
fungsi
organisasi
keperawatan
secara
keseluruhan. Msnajer perawat yang efektif harus mampu dimanfaatkan proses manajemen dalam mencapai suatu tujuan melalui usaha orang lain 2. Perencanaan Menyusun suatu perencanaan yang srategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan disini dimaksud keperawatan
untuk
menentukan
kepada
semua
kebutuhan pasien,
dalam
asuhan
menegakkan
tujuan,
mengalokasikan anggaran belanja, menetapkan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan 3. Pelaksanaan Manajemen keperawatan yang memerlukan kerja melalui orang lain, maka tahap implementasi dalam proses manajemen terdiri atas
bagaimana
manajer
memimpin
orang
lain
untuk
menjalankan tindakan yang telah direncanakan. 4. Evaluasi Tahap akhir manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai
16
seberapa jauh staf mampu melaksakan perannya sesuai dengan organisasi yang telah ditetapkan serta mengidentifikasi faktorfaktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan. I. Struktur Organisasi Keperawatan Metode Penugasan Kasus Menurut Nursalam dalam metode penugasan kasus: 1. Perawat mampu memberi askep seluruh aspek keperawatan yang dibutuhkan pasien pemberian asuhan keperawatan harus baik dan pasien puas 2. Membutuhkan kualitas profesional pada perawat dan perlu banyak tenaga perawat 3. Cocok untuk ruang rawat khusus misalnya ICCU Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang-orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya diterapkan satu pasien satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat private untuk perawatan khusus seperti: isolasi, intensive care (Rahmawati, 2010) J. Metode Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) 1.
Pengertian Metode Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) Metode praktik keperawatan profesional atau MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang
memfasilitasi
perawat
profesional,
mengatur
dan
17
pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Sitorus, 2006). Metode Praktik Keperawatan Profesional adalah bentuk dari pemberian asuhan keperawatan yang diterapkan dengan menggunakan nilai-nilai profesionalisme atau pelayanan prima keperawatan. 2.
Jenis-jenis Metode Praktek Keperawatan Profesional a.
Metode
Proses Keperawatan Professional
(MPKP)
Fungsional 1) Defenisi metode fungsional Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas (tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2002).
3) Keuntungan metode fungsional a) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik b) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
18
c) Perawat senior diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum berpengalaman d) Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana. e) Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik yang praktek untuk ketrampilan tertentu. 4) Kelemahan metode fungsional a) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat b) Pelayanan keperawatan terpisah pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan c) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja d) Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan e) Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan f) Pelayanan terputus-putus g) Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai b.
Metode Proses Keperawatan Professional (MPKP) Kasus 1) Defenisi metode kasus Setiap
perawat
ditugaskan
untuk
melayani
seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu
19
perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi,
intensive
care.Metode
ini
ber-dasarkan
pendekatan holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu (Nursalam, 2002). 2) Keuntungan metode kasus a) Perawat lebih memahami kasus per kasus b) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih muda 3) Kelemahan metode kasus a) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab b) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama c) Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh d) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah pasien banyak sehingga tugas rutin yang sederhana terlewatkan e) Pendelegasian perawatan pasien hanya sebagian selama perawat penaggung jawab pasien bertugas. c.
Metode Proses Keperawatan Profesional (MPKP) Tim 1) Defenisi metode tim Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat. Kelompok ini dipimpin
oleh
perawat
yang
berijazah
dan
20
berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya. Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan
oleh
pemimpin
pemimpin
kelompok
kelompok,
bertanggung
selain
jawab
itu
dalam
mengarahkan anggota tim sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan. Selanjutnya pemimpin tim yang melaporkan kepada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan atau asuhan keperawatan klien. Metode tim adalah metode yang berdasarkan kelompok pada filosofi keperawatan. Terdapat sekitar 6-7 perawat profesional dan perawat associate bekerja sebagai suatu tim, disupervisi oleh ketua tim. Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/group yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu. 2) Keuntungan metode team a) Memungkinkan
pelayanan
keperawatan
yang
menyeluruh b) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
21
c) Memungkinkan komunikasi antar tim, sehinggah konflik mudah di atasi dan memberikan kepuasaan pada anggota tim d) Saling memberi pengalaman antar sesama tim e) Pasien dilayani secara komfrehesif f) Terciptanya kaderisasi kepemimpinan g) Tercipta kerja sama yang baik h) Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal i) Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda dengan aman dan efektif. 3) Kelemahan metode team a) Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung jawabnya b) Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan komunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat c) Perawat
yang
belum
terampil
dan
belum
berpengalaman selalu tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim. d.
Metode Proses Keperawatan Professional (MPKP) Primer 1) Defenisi metode primer Metode primer adalah metode dalam pemberian asuhan keperawatan yang ditandai dengan keterikatan
22
kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan mengkoordinasikan asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Metode primer merupakan metode yang berdasarkan pada tindakan yang komprehensif dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap semua aspek asuhan keperawatan dari hasil pengkajian kondisi pasien untuk mengkoordinir asuhan keperawatan. Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selma 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawatan, ada kejelasan antara pembuat rencana suhan dan pelasksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus anatar pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merancanakan, melakukan, koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. 2) Keuntungan metode primer a) Bersifat kontunuitas dan komprehensif b) Perawatan primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi
terhadap
hasil,
dan
memungkinkan
pengembangan diri c) Mendorong kemandirian perawat d) Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat
23
e) Memberikan kepuasan kerja bagi perawat f)
Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan keperawatan. Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa
di manusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan.,
dukungan,
proteksi,
informasi,
dan
advokasi. 3) Kelemahan metode primer a) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan
klinis,
akuntabel,
serta
mampu
berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu b)
Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat
c) Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional d) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain. e.
Metode
Proses
Keperawatan
Profesional
(MPKP)
Modifikasi Tim-Primer 1) Defenisi metode modifikasi Selain Metode Praktik Keperawatan Profesional di atas, di Indonesia mengembangkan MPKP Modifikasi: Tim – Primer. MPKP Modifikasi ini dikembangkan
24
oleh
Sitorus
(1997)
di
RSUPN
dr.
Cipto
Mangkunkusumo. Pada model MPKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Metode
primer
modifikasi
adalah
metode
gabungan antara metode penugasan tim dengan metode perawatan primer. Metode ini menugaskan sekelompok perawat merawat pasien dari datang sampai pulang. Pada model ini, digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut Ratna S.Sudarsono (2000), penerapan sistem model ini didasarkan pada beberapa alasan : a) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan atau setara. b) Keperawatan tim tidak di gunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim c) Melalui kombinasi kedua model tersebut di harapkan komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer. Disamping itu, karena saat ini perawat yang ada di rumah sakit sebagain besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat
primer/
ketua
tim
tentang
asuhan
keperawatan. Untuk ruang model ini di perlukan 26 perawat. Dengan menggunakan model modifikasi keperawatan
25
primer ini diperlukan 4 (empat) orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping seorang kepala ruang rawat, juga Ners, Perawat Associate(PA) 21 orang, kualifikasi pendidikan perawat asosiasi terdiri atas lulusan D3 Keperawatan ( 3orang) dan SPK (18 orang).
26
BAB III ANALISA SITUASI A. GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa merupakan Rumah sakit Klasifikasi B yang terletak di Ibukota kabupaten Gowa ± 500 m ke timur dari jalan raya menghubungkan kota-kota yang berada di Sulawesi Selatan ± 10 Km dari arah arah Timur kota Makassar yang luasnya 4,62 Ha dengan batas – batasnya: 1. Sebelah timur, berbatasan dengan Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo Sungguminasa 2. Sebelah Barat, berbatasan dengan Jl. Dahlia Sungguminasa 3.
Sebelah
Utara,
berbatasan
dengan
Jl.
Perintis
AMD
Sungguminasa 4. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Jl. Kamboja Sungguminasa Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa terletak di jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo No 48 Sungguminasa pada wilayah kelurahan batangkaluku kecamatan somba opu, Kabupaten Gowa, dengan kode pos 92111 Telp. 0411 – 866536 Fax. 0411 - 840892. Wilayah cakupan Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa meliputi seluruh kecamatan yang ada di kabupaten Gowa.Jumlah pasien sebagian besar berasal dari 4 (empat) kecamatan yang terdekat dari 18 (delapan belas) Kecamatan dengan radius 10 Km dari pusat dan terdapat pula pasien yang berasal dari pinggiran wilayah Kota Makassar.
27
1.
Sejarah RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa a. Periode Tahun 1983 – 1986 Rumah
Sakit
Umum
Daerah
Kabupaten
Gowa
merupakan rumah sakity milik Pemerintah Daerah Tingkat II kabupaten
Gowa
yang
didirikan
pada
tahun
1982,
pembangunan gedung perawatan, poliklinik dan P3K yang digunakan untuk kegiatan rawat jalan, rawat inap dan pasien gawat darurat. Pada tahun 1983 rumah sakit ini di operasikan dan menjadi status Rumah Sakit Umum Daerah Kelas D, yang dipimpin oleh seorang dokter umum yaitu dr. H. Rahman Sulaiman. Pada masa kepemimpinan beliau sarana dan fasilitas masih agak terbatas sesuai pula dengan jumlah kunjungan pasien yang belum terlalu banyak. b. Periode 1987 – 1992 Pada tahun 1987 sampai dengan tahun 1992, terjadi pergantian pimpinan Rumah Sakit berdasarkan Surat Keputusan Kepala Daerah TK.I Gowa dari dr. H. Rahman Sulaiman ke dr. Hj. Nadira Darmawan Mas’ud. Pada masa kepemimpinannnya sudah mulai banyak perkembangan baik jumlah kunjungan maupun fasilitas yang dibutuhkan. c. Periode Tahun 1993 – 1998 Tahun 1993 kembali Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa mengadakan pergantian direktur berdasarkan Surat Keputusan Bupati Gowa, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa beralih dari dr. Hj. Nadira Darmawan Kepada dr. Hj. Muljana
28
Boestan, dalam masa jabatan beliau yakni tahun 1994 berdasarkan surat keputusan menteri kesehatan tentang penetapan kelas RSU Daerah sebagai RSU Pemerintah Kelas D dan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk.I tahun 1995 tentang organisasi dan Tata Kerja RSU Sungguminasa Kabupaten Gowa TK.II Gowa. Pada tahun 1996 mengalami kembali peningkatan kelas menjadi Rumah Sakit Umum Daerah dengan kelas C, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Peningkatan Kelas Rumah Sakit. d. Periode Tahun 1999 – 2004 Pada 1999 RSUD Sungguminasa Kabupaten Gowa berganti Direktur, yakni Dr. Hj. Nuraeni Sirajuddin, Sp.A.Beliau sehari – harinya bertugas sebagai dokter spesialis Anak pada di RSUD Sungguminasa Kabupaten Gowa.Dengan menindaklanjuti Surat keputusan Menteri Kesehatan dan sejalan dengan pemberlakuan otonomi daerah, maka lahirlah perda tentang struktur Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Sungguminasa. Dan berdasarkan surat keputusan bupati gowa tahun 2003 rumah sakit umum daerah sungguminasa mengalami perubahan nama menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa. e. Periode Tahun 2004 – 2009 Tahun 2004 terjadi kembali pergantian direktur dan dr. Hj, Nuraeni Sirajuddin Sp.A ke dr. H. Muhammad Rizal,
29
MM yang tugas sebelumnya sebagai dokter pemeriksa di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa. Pada masa kepemimpinan nya beliau, Rumah Skit Umum Daerah
Syekh
Yusuf
Kabupaten
Gowa
mengalami
peningkatan kelas dari kelas C menjadi kelas B berdasarkan surat keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia tahun 2008. Dengan peningkatan kelas rumah sakit maka secara pertumbuhan Rumah Sakit Juga mengalami peningkatan baik sarana, prasarana dan struktur kelembagaan f. Periode Tahun 2009 Sampai dengan Sekarang Pada tahun 2009 terjadi pergantian direktur dari dr. H. Muhammad Rizal, MM kepada dr. H. Salahuddin M.Kes yang sebelumnya menjabat sebagai kepala puskesmas bajeng di limbung kabupaten gowa. Masa kepemimpinan direktur terjadi perubahan susunan organisasi dan tata kerja, yang berdasarkan peraturan bupati gowa tahun 2009 tentang tugas pokok, fungsi dan rincian jabatan struktur rumah sakit umum daerah syekh yusuf kabupaten gowa. 2. Direktur RSUD Dari Masa Ke Masa Daftar Nama Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf NO
Kabupaten Gowa Dari Tahun 1983 – Sekarang NAMA TAHUN KET
1
Dr. H. Rahman Sulaeman
1983 – 1987
2
Dr. Hj. Nadira Darmawan
1987 – 1992
Mas’ud 3
Dr. Hj. Muljana Boestan
1993 – 1999
30
4
1999 – 2004
Dr. Hj. Nuraeni Sirajuddin, Sp.A
5
Dr. H, Muhammad Rizal,
2004 – 2009
MM 6
Dr. H. Salahuddin, M.Kes 2009– sekarang
3. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa di bangun sejak tahun 1982 dengan nama rumah sakit umum daerah sungguminasa dengan klasifikasi D. kemudian melalui surat keputusan menteri kesehatan RI Nomor 537/menkes/SK/6/1996 Tanggal 5 juli 1996, menjadi Rumah Sakit kelas C, kemudian berubah menjadi kantor pelayanan kesehatan
berdasarkanperda
nomor 48 tahun 2001, tanggal 31 desember 2001. Pada tahun 2003 melalui surat keputusan bupati gowa nomor 90/tahun 2003 berubah nama dari kantor pelayanan kesehatan menjadi rumah sakit umum daerah syekh yusuf kabupaten gowa.Berdasarkan keputusanmenteri kesehatan RI.Nomor 995/Menkes/SK/X/2008 tanggall 29 oktober 2008 mengalami peningkatan dari kelas C menjadi kelas B. berdasarkan perda kabupaten gowa nomor 7 tahun 2009 tanggal 4 mei 2009 tentang perubahan atas perda nomor 8 tahun 2008 tentang organisasi
dan
tata
kerja
inspektorat,
badan
perencanaan
pembangunan, lembaga teknis daerah kabupaten gowa, yang mempunyai fungsi kordinasi dan perumusan kebijakan pelaksanaan serta fungsi pelayanan masyarakat yang di pimpin oleh seorang direktur yang berada dan tanggung jawab kepada bupati melalui sekretaris daerah.
31
Struktur organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa terdiri dari seorang direktur pada eselon II, dua orang wakil direktur yaitu wakil direktur administrasi umum dan wakil direktur medik dan keperawatan. Dua orang kepala bagian yaitu bagian umum dan bagian program dan informasi yang masingmasing bagian memiliki 3 kepala sub bagian. Dua orang kepala bidang yaitu bidang pelayanan medic dan bidang pelayanan keperawatan yang masing-masing bidang memiliki dua orang kepala seksi. Jumlah keseluruhan sebanyak 17 ( Tujuh Belas) orang ditambah sekelompok non struktural, yakni sekelompok jabatan fungsional dan komite medik dengan susunan organisasi sebagai berikut : 1) Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa di pimpin oleh seorang direktur yang mempunyai tugas pokok membantu bupati dalam menyelenggarakan pelayanan medis dan penunjang medis di bidang pelayanan kesehatan, pelayanan keperawatan, penyusunan program dan informasi rumah sakit serta
pembinaan
administrasi
umum
sesuai
dengan
kewenangannya berdasarkan peraturan per undang- undangan yang berlaku. 2) Wakil Direktur Administrasi Umum Wakil direktur administrasi umum di pimpin oleh seorang wakil direktur yang mempunyai tugas pokok membantu direktur dalam mengkoordinasikan tugas bagian umum, program dan informasi
32
serta tugas-tugas bagian sesuai dengan peraturan perundangundangan. a)
Bagian Umum: Bagian umum dipimpin oleh seorang kepala bagian yang mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan teknis dan administrasi kepada semua satuan organisasi di bidang ketatausahaan, rumah tangga, kepegawaian dan keuangan. Adapun sub bagian dari bagian umum yaitu: (1) Sub Bagian Tata Usaha dan R
umah Tangga
(2) Sub Bagian Kepegawaian (3) Sub Bagian Keuangan b) Bagian Program dan Informasi Bagian program dan informasi di pimpin oleh seorang kepala
bagian
yang
mempunyai
tugas
pokok
mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan penyusunan program, pengolahan serta penyajian data dan informasi di lingkungan RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa. Adapun sub bagian dari bagian program dan informasi yaitu: (1) Sub Bagian Penyusunan Program (2) Sub Bagian Rekam Medik dan Informasi (3) Sub Bagian Monitoring dan Evaluasi 3) Wakil Direktur Medik dan Keperawatan Wakil direktur medik dan keperawatan di pimpin oleh seorang wakil direktur yang mempunyai tugas pokok membantu direktur dalam mengkoordinasikan tugas bidang pelayanan medik,
33
keperawatan, dan tugas – tugas bidang sesuai dengan peraturan perundang – undangan a) Bidang pelayanan medik Bidang pelayanan medik dipimpin oleh seorang kepala bidang yang mempunyai tugas pokok, melaksanakan dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas di bidang pelayanan medic dan pelayanan penunjang medik. (1) seksi pelayanan medik (2) Seksi Pelayanan penunjang Medik b) Bidang pelayanan keperawatan Bidang pelayanan keperawatan di pimpin oleh seorang kepala bidang yang mempunyai tugas pokok melaksanakan dan mengkoordinasikan pengeloloaan asuhan, etika dan profesi keperawatan serta pengelolaan logistic keperawatan. (1) Seksi Asuhan, Etika dan Profesi Keperawatan (2) Seksi Logistik Keperawatan (3) Kelompok jabatan (4) Komite medik Terdiri dari ketua, sekertaris, tenaga administrasi (staf ) dan sub komite yang anggota-anggitanya masing-masing tenaga dokter ahli, dokterumum dan dokter gigi. 4. Visi, Misi, Dan Motto a. VISI “Terwujudnya Rumah Sakit Yang Berkualitas dan Berdaya Saing” b. MISI
34
1) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif, bermutu yang berorientasi pada keselamatan pasien. 2) Meningkatkan tata kelola administrasi Rumah Sakit yang akuntabel, efektif dan efisien. 3) Meningkatnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang humanis dan berdaya saing 4) Meningkatnya sarana dan prasarana sesuai standar rumah sakit klasifikasi B. c. MOTTO “SIPAKALABBIRI” (Saling Menghargai) 5. Fasilitas Pelayanan `
Adapun Fasilitas/Jenis Pelayanan di Rumah Sakit Umum
Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa adalah: 1.
Instalasi Gawat Darurat (IGD) Umum Sistem pelayanan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa merupakan sistem terpadu pelayanan 24 jam. Pelayanan sistem triage, penderita dipilah dan dilayani berdasarkan kondisi dan riwayat penyakit pasien serta tingkat kegawatannya. Tersedianya Ambulans dengan 8 (delapan) Unit, yaitu 4 (empat) unit Ambulans rujukan, 2 (dua) Ambulans jenazah dan 2 (dua) unit Ambulans siaga bencana, yang dilengkapi dengan radio komunikasi dan alat bantu di dalam ambulans RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa.
2.
Instalasi Gawat Darurat (IGD) Material
35
3.
Instalasi Rawat Jalan (IRJ) Instalasi Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa terdiri dari: a. Polikilnik Penyakit Dalam b. Poliklinik Bedah c. Poliklinik THT d. Poliklinik Syaraf e. Poliklinik Anak f. Poliklinik Gigi dan Mulut g. Poliklinik Mata h. Poliklinik Jiwa i. Poliklinik Kulit dan Kelamin j. Poliklinik Orthopedi k. Poliklinik KIA/ObsGyn l. Poliklinik Gizi
4.
Instalasi Rawat Inap (IRNA) Pelayanan di Instalasi Rawat Inap dibagi menjadi 5 (lima), yaitu: a. Rawat Inap Perawatan I Penyakit Dalam/Interna (Asoka) b. Rawat Inap Perawatan II Penyakit Anak (Melati) c. Rawat
Inap
Perawatan
III
Obstetri,
Gynecologi,
Perinatologi (Mawar) d. Rawat Inap Perawatan V Penyakit Bedah (Seruni) e. Rawat Inap Perawatan VII Penyakit Dalam/Interna (Tulip)
36
5.
Instalasi Penunjang yang terdiri dari: a. Instalasi Farmasi b. Instalasi Radiologi c. Instalasi Laboratorium d. BDRS (Bank Darah Rumah Sakit) e. Instalasi Kamar Operasi f. Instalasi Rehabilitasi Medik/Fisioterapi g. Pelayanan Jenazah h. Intensive Care Unit (ICU) i. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS) j. Instalasi Gizi k. Instalasi Central Sterile Supply Departement (CSSD) l. Instalasi Laundry
6. Sarana Dan Prasarana Adapun sarana gedung yang dimiliki Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa adalah sebagai berikut: a.
Gedung Kantor/Administrasi
b.
Gedung Poliklinik Ahli
c.
Gedung Perawatan I, II, III, V dan Tulip
d.
Gedung Instalasi Laboratorium
e.
Gedung Instalasi Radiologi
f.
Gedung Instalasi Kamar Bedah
g.
Gedung Instalasi Gawat Darurat
h.
Gedung Instalasi Gawat Darurat Maternal
i.
Gedung Instalasi Farmasi
j.
Gedung Instalasi Gizi
37
k.
Gedung Fisioterapi
l.
Gedung IPSRS
m. Gedung Instalasi CSSD & Laundry n.
Gedung Pelayanan Jenazah
o.
Gedung Intensive Care Unit (ICU)
p.
Gedung Rekam Medis
q.
Gedung Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)
r.
Gedung Incenerator
s.
Ruang Komite Medis
t.
Komite PPI
u.
Ruang Pertemuan
v.
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
w. Alat Pemadam Kebakaran x.
Perangkat Komuikasi (telephone) air dan listrik
y.
Ruang PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit)
z.
Ambulance, Ruang Media Center, Ruang Sekretariat Akreditasi dan Masjid
B. Laporan Audit Mutu Pelayanan 1.
Kejadian HAIs (Health Associated Infection) Bulan
Jumlah
HAIs
% Juli
Agustus
September
HAIs
IDO
0
0
0
0
0
ISK
0
0
0
0
0
VAP/HAP
0
0
0
0
0
0
0
Jumlah Triwulan I
38
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tidak ada laporan kejadian HAIs pada bulan Juli-September 2017 di RSUD Syekh Yusuf Kab. Gowa baik infeksi Daerah Operasi (IDO), Infeksi Saluran Kemih (ISK), akibat pemasangan kateter dan VAP/HAP. 2.
Laporan Kejadian Flebitis di Ruang Tulip Bulan Juli-September 2017 Jumlah hari
No.
Bulan
Flebitis
Jumlah
pemasangan
Dekubitus
pasien jumlah
%
%
infus
jumlah
%
Bedreast
1.
Juli
576
0
0
0
0
0
0
2.
Agustus
480
0
0
0
0
0
0
3.
September
796
0
0
0
0
0
0
1852
0
0
0
0
0
0
Triwulan I
Berdasarkan tabel diatas 1852 pasien yang dengan terpasang infus pada bulan Juli-September Tahun 2017, tidak ditemukan kejadian infeksi karena jarum infus (Flebitis). C. Analisa Situasi Ruangan 1. Struktur Organisasi Ruang Tulip (perawatan VII) yang merupakan ruang perawatan Perawat asosiet/pelaksana. Jumlah kamar 16, terdapat 4 kamar yang merupakan kamar VIP, dan 6 kamar yang merupakan perawatan kelas 1, dan terdapat 6 kamar yang merupakan perawatan kelas 2 . Jumlah bed keseluruhan yaitu 34 bed.
39
KEPALA RUANGAN Hj. Wahyuni Hardiman, S.ST
KETUA TIM
KETUA TIM B
KETUA TIM C
AMursalim, S.Kep, Ns
Hj. Hartati, S.Kep, Ns
Muh. Sukri, S.Kep, Ns
PERAWAT PELAKSANA
PERAWAT PELAKSANA
1. 2. 3. 4.
1. 2. 3. 4.
a.
PERAWAT PELAKSANA 1. 2. 3. 4.
Jumlah dan kualifikasi tenaga di ruangan Tulip
No.
Tenaga keperawatan
Jumlah
1
Ners
18
2
S1 Keperawatan
1
3
D4 Keperawatan
1
4
D3 keperawatan
8
Total
28
40
Kebutuhan tenaga perawat di ruang perawatan Tulip dari hasil pengkajian tanggal 5 Januari 2018 berdasarkan rumus Dougles: Klasifikasi
Jumlah
Kebutuhan Tenaga Perawat
Pasien
Pasien
Pagi
Sore
Malam
Total Care
0
0
0
0
Parsial Care
22
4.4
3.3
1.54
4
0.68
0.56
0.28
26
5.08
3.86
1.82
Minimal Care Total
Total Tenaga Perawat Shift Pagi
: 5 orang
Shift Sore
: 4 orang
Shift Malam
: 2 orang
Kesimpulan: Jadi, kebutuhan tenaga perawat di ruangan Tulip di lantai 2 dengan jumlah bad sebanyak 22 bad, yaitu pada shift pagi sebanyak 5 orang, shift sore sebanyak 4 orang, dan shift malam sebanyak 2 orang. Jumlah keseluruhan tenaga perawat di ruangan Tulip sebanyak 28 orang dengan jumlah Kepala Ruangan 1 orang, Ketua Tim 3 orang, dan Perawat Pelaksana sebanyak 24 orang. 2. Uraian Tugas Ruang a. Dimensi penugasan 1) Kepala ruangan Berdasarkan hasil wawancara pada Kepala ruangan Ruangan Tulip, pembagian tugas/peran di Ruangan Tulip bersifat umum. Artinya, pada saat pemberian pelayanan
41
keperawatan, dilakukan secara sama-sama dan tidak monoton pada pembagian tugas misalnya perawat primer dan
perawat
asosiet
hanya
melakukan
tugasnya
sebagaimana sesuai dengan teori yang ada, tetapi dalam pelaksanaannya bersifat fleksibel. Dan menurut observasi mahasiswa untuk dimensi penugasan sejalan dengan hasil wawancara kepala ruangan, dimana penugasan berjalan secara fleksibel. 2) Ketua TIM Berdasarkan hasil wawancara ketua TIM mengatakan untuk pembagian tugas sudah sangat sesuai dengan penetapan oleh kepala ruangan dan berjalan sebagaimana mestinya. Berdasarkan kuesioner yang diisi, secara keseluruhan pembagian tugas sudah sesuai dengan peran yang dimiliki masing masing perawat. Dan berdasarkan hasil observasi yang dilakukan uraian tugas sudah sesuai dengan hasil wawancara dan kuesioner yang diberikan kepada katim ruang tulip RSUD Syekh Yusuf Gowa. 3) Perawat Pelaksana Berdasarkan hasil pembagian kuesioner dengan perawat pelaksana dari jumalah total kesesuruhan 24(100%) perawat pelaksana hanya 15( 62.5%) perawat pelaksana yang dapat dibagikan kuesioner dan untuk uraian tugas sebanyak 15 (62.5%) menyatakan pelaksanaan tugas perawat diruang tulip sudah sesuai dengan uraian tugas yang diterapkan. Berdasarkan hasil wawancara 2 (8.3%)
42
dari 24 (100%) perawat mengatakan untuk pembagian tugas sudah sangat sesuai dengan penetapan oleh kepala ruangan
dan
berjalan
sebagaimana
mestinya.
Dan
berdasarkan hasil observasi yang dilakukan uraian tugas sudah sesuai dengan hasil wawancara dan kuesioner yang diberikan kepada katim ruang tulip RSUD Syekh Yusuf Gowa. Pembahasan:berdasarkan hassil wawancara, kuesioner dan observasi yang dilakukan hal tersebut sejalan dengan hasil
Lokakarya keperawatan
tahun
1983
perawat
melakukan pekerjaan sesuai dengan perannya, fungsi tersebut dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada. 3.
Kepemimpinan a. Pembinaan kinerja 1) Kepala Ruangan Berdasarkan
hasil
wawancara
dengan
kepala
ruangan mengatakan Terdapat pengarahan kepada perawat setiap sebelum dan setelah pekerjaan dilaukan untuk mengevaluasi setiap tindakan dan terdapat buku kinerja tiap perawat
(logbook),
yang
diisi
tiap
hari
sebagai
pendokumentasian kegiatan harian perawat secara manual dengan tulis tangan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 2-3 januari 2018 perawat mengisi lembar kinerja yang diisi setiap hari sesuai tindakan yang dilakukan.
43
2) Ketua tim Berdasarkan mengatakan
hasil
perawat
wawancara
diruangan
tulip
dengan
katim
punya
catatan
tersendiri untuk mendokumentasikan setiap tindakan yang dilakukan untuk pembinaan kinerja. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 2-3 januari 2018 perawat mengisi lembar kinerja yang diisi setiap hari sesuai tindakan yang dilakukan. Dan berdasarkan pembagian kuesioner mengenai pembinaan kerja terdapat buku kinerja tiap perawat yang berisi semua tindakan perawat. 3) Perawat pelaksana Berdasarkan
hasil
wawancara
dengan
perawat
pelaksana di ruang tulip mengatakan selain dalam lembar implementasi
tindakan
yang
dilakukan
perawat
juga
didokumentasikan dalam buku kinerja perawat setiap hari. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 2-3 januari 2018 perawat mengisi lembar kinerja yang diisi setiap hari sesuai tindakan yang dilakukan. Dan berdasarkan kuesioner yang diberikan sebanyak 15 (62.5%) perawat menyatakan pembinaan kinerja dikontrol dalam buku kinerja perawat setiap hari. Pembahasan : hal ini sejalan dengan tujuan pembinaan kerja (WHO), yaitu Mengkoordinir kegiatan staf pelaksana, agar kegiatan yang beragam terkoordinir pada satu arah atau satu tujuan dan menurut
KEMENKES
RI 2013 Perawat akan
mendapatkan penugasan di unit kerja sesuai dengan penugasan
44
klinik (clinical appointment) yang telah ditetapkan. Perawat melaksanakan
tugasnya
dalam
memberikan
asuhan
keperawatan dengan mempertahankan, mengembangkan dan meningkatkan kompetensi-kompetensi Selama melaksanakan penugasan, perawat mengisi logbook. b. Penilaian Kinerja 1) Kepala ruangan Menurut wawancara dengan kepala ruangan penilaian kinerja dilakukan oleh kepala ruangan terhadap semua anggotanya dan punya format penilaian khusus terhadap perawat. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruang tulip pada tanggal 2-3 januari 2018 belum melihat cara penilian kinerja oleh kepala ruangan. 2) Ketua tim Menurut wawancara dengan Katim penilaian kinerja dilakukan oleh kepala ruangan terhadap semua anggotanya. Berdasarkan pembagian kuesioner didapatkan penilaian kerja dilakukan oleh kepala ruanga. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruang tulip pada tanggal 2-3 januari 2018 belum melihat cara penilian dan format penilaian kinerja kepala ruangan. 3) Perawat pelaksana Menurut wawancara dengan perawat pelaksana penilaian kinerja dilakukan oleh kepala ruangan terhadap semua perawat diruangan tulip. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruang tulip pada tanggal 2-3 januari 2018
45
belum melihat cara dan format penilian kinerja kepala ruangan. Berdasarkan kuesioner sebanyak 15 (62.5%) perawat menyatakan penilaian kinerja dilakukan oleh kepala ruangan. Pembahasan : menurut depkes (1994) tugas kepala ruangan adalah Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah ditentukan, melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang
perawatan.
mencantumkan
kedalam
Melaksanakan Daftar
penilaian
Penilaian
dan
Pelaksanaan
Pekerjaan Pegawai (D.P.3) bagi pelaksana keperawatan dan tenaga lain di ruang yang berada di bawah tanggung jawabnya untuk berbagai kepentingan (naik pangkat / golongan, melanjutkan
sekolah)
mengawasi
dan
mengendalikan
pendayagunaan peralatan perawatan serta obat – obatan secara efektif dan efisien, hal ini sesuai dengan wawancara, observasi dan hasil pembagian kuesioner yang diberikan bahwa penilaian kinerja seutuhnya dilakukan oleh kepala ruangan dan dengan format khusus.
c. Peningkatan kinerja Terdapat kegiatan peningkatan kinerja seperti pelatihan peningkatan profesionalitas kerja seperti pelatihan IPCN, PPI Rumah sakit, BHD, Patient Safety, komunikasi efektif, BTCLS, Manajemen nyeri, Perawatan luka.
46
4. Standar a. Standar asuhan keperawatan (SAK) 1) Kepala ruangan Berdasarkan hasil wawancara dan Observasi pada kepala ruangan Tulip, standar asuhan keperawatan yang digunakan di Ruang Tulip adalah menurut NANDA 2014 NIC-NOC (North American Nursing Dignoses Nursing Income-Nursing Outcome). Dan terdapat 16 buah standar asuhan keperawatan. 2) Ketua tim Berdasarkan hasil wawancara dan Observasi pada Ketua tim, standar asuhan keperawatan yang digunakan di Ruang Tulip sebanyak 16 diantaranya adalah menurut NANDA 2014 NIC-NOC (North American Nursing Dignoses
Nursing
Income-Nursing
Outcome).
Dan
berdasarkan hasil pembagian kuesioner terdapat SAK . 3) Perawat pelaksana Berdasarkan hasil wawancara dan Observasi pada 15 (62.5%) perawat, standar asuhan keperawatan yang digunakan di Ruang Tulip sebanyak 16 diantaranya adalah menurut NANDA 2014 NIC-NOC (North American Nursing Dignoses Nursing Income-Nursing Outcome). Dan berdasarkan hasil pembagian kuesioner terdapat SAK .
47
b. Standar operation procedure (SOP) 1) Kepala ruangan Berdasarkan hasil wawancara pada kepala ruangan Tulip, terdapat Standard Operation Procedure (SOP) untuk semua tindakan keperawatan. SOP yang digunakan adalah hasil modifikasi dari pihak Ruangan Tulip RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa. SOP dibuat dalam bentuk pembukuan dengan jumlah SOP secara keseluruhan adalah 251 buah. Sedangkan standar asuhan keperawatan sebanyak 16 buah. 2) Ketua tim Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada Ketua tim, terdapat Standard Operation Procedure (SOP) untuk semua tindakan keperawatan. SOP yang digunakan adalah hasil modifikasi dari pihak Ruangan Tulip RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa. SOP dibuat dalam bentuk pembukuan dengan jumlah SOP secara. Dan berdasarkan kuesioner terdapat SOP untuk tindakan - tindakan yang sering dilakukan oleh perawat. 3) Perawat pelaksana Berdasarkan hasil wawancara dan observasi 15 (62.5%)
perawat,
terdapat
251
Standard
Operation
Procedure (SOP) untuk semua tindakan keperawatan. Dan berdasarkan kuesioner perawat mengerti dan memahami SOP untuk tindakan - tindakan yang sering dilakukan.
48
c.
Standar alat dan fasilitas ruangan Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan perawat penanggungjawab bagian inventaris di ruangan tulip mengatakan bahwa, sarana dan prasarana di Ruangan Tulip sudah cukup memadai dan adapun yang menjadi kendala
dalam
proses
tindakan
saat
ini
mengenai
ketersediaan Safety Box di ruangan. Pembahasan : mengingat fungsi Safety Box sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi silang dan terjadinya kejadian needle injury, maka pemecahan masalah mengenai ketidaktersediaan Safety Box sangat penting untuk diatasi demi kelancaran pekerjaan dalam pelayanan di ruangan. D. Proses MPKP di Ruangan Tulip 1. Penerimaan pasien baru a. Kepala ruangan Berdasarkan
hasil
wawancara
terhadap
kepala
ruangan Tulip, penerimaan pasien baru dilakukan secara optimal, dan hasil observasi pada tanggal 2-3 januari 2018 pukul 07.15-15.00 WITA di ruangan Tulip, didapatkan proses penerimaan pasien baru sudah berjalan sesuai dengan SOP, yaitu perawat segera menerima dan menvalidasi identitas pasien, serta mengarahkan pasien ke kamar perawatan. b.
Ketua tim Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua tim mengatakan bahwa proses penerimaan pasien baru berjalan
49
sesuai dengan SOP yang diterapkan diruangan ini. Hasil kuesioner didapatkan penerimaan pasien baru berjalan sesuai dengan SOP dimana pasien segera diterima dan dilakukan pengkajian dan orientasi ruangan. Dan hasil Observasi yang dilakukan pada tanggal 2-3 januari 2018 pukul 07.15-15.00 WITA perawat segera menerima dan menvalidasi identitas pasien, serta mengarahkan pasien ke kamar perawatan. c. Perawat pelaksana Berdasarkan hasil wawancara dengan 15 (62.5%) perawat pelaksana mengatakan bahwa proses penerimaan pasien baru berjalan sesuai dengan SOP yang sudah diterapkan diruangan ini. Hasil kuesioner yang diberikan kepada
15
(62.5%)
perawat
pelaksana
didapatkan
penerimaan pasien baru berjalan sesuai dengan SOP dimana pasien segera diterima dan dilakukan pengkajian dan orientasi ruangan. Dan hasil Observasi yang dilakukan pada tanggal 2-3 januari 2018 pukul 07.15-15.00 WITA perawat segera menerima dan menvalidasi identitas pasien, serta mengarahkan pasien ke kamar perawatan. Pembahaan: menurut Ragusti (2008) Orientasi y ang dilakukan perawat merupakan hal yang sangat penting bahwa perawat bekerjasama dengan pasien dan keluarga untuk menganalisa keadaan, sehingga mereka bersama-sama dapat memahami, menjelaskan dan menyimpulkan masalah yang ada.
50
2. Hand-over (Timbang-Terima) a. Kepala ruangan Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan mengatakan bahwa proses timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift perawat yang dilakukan di nurse station dan dilanjutkan ke kamar pasien. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 02-03 januari 2018 pukul 07.15-15.00 WITA didapatkan Proses hand over dilakukan di nurse station dimana PJ shift tidak membuka acara dengan salam
dan kemudian memimpin doa.
Selanjutnya hand over dilanjutkan di kamar pasien, perawat jaga malam menjelaskan pada perawat jaga pagi tentang tindakan yang sudah dilaksanakan dan tindak lanjut terapi pasien.Kemudian,
perawat
jaga
pagi,
mengklarifikasi
penjelasan yang sudah disampaikan oleh perawat malam. Berdasarkan pedoman hand over, pelaksanaan hand over pada saat itu kurang maksimal dimana langkah hand over Tim yang mengoperkan dinas memberi tidak memberikan kesempatan kepada tim yang akan menjalankan tugas untuk bertanya/berdiskusi. yang mempimpin operan merangkum informasi hand over, dan memberikan saran tindak lanjut, tidak dilakukan. b. Ketua tim Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua tim mengatakan bahwa proses timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift perawat yang dilakukan di nurse
51
station dan dilanjutkan ke kamar pasien. Berdasarkan hasil pembagian kuesioner didapatkan proses timbang terima sudah diterapkan diruangan dan dipahami oleh seluruh perawat pelaksana terkait dengan pelaksanaannya. c. Perawat pelaksana Berdasarkan hasil wawancara dengan 15 (62.5%) perawat
pada tanggal 3 januari 2018 mengatakan bahwa
hand over dilakukan di nurse station yang dipimpin oleh kepala ruangan jika sedang tidak dalam pekerjaan yang lain atau diganti oleh ketua tim. Berdasarkan hasil angket pada tanggal 3 januari 2018 bahwa kegiatan operan timbang terima diketahui oleh semua perawat dan dilaksanakan sebanyak 3 kali dalam 1 kali 24 jam yaitu dari shift malam ke pagi, shift pagi ke siang, dan shift siang ke malam. Perawat mengetahui hal yang perlu disampaikan selama kegiatan hand over baik di nurse station maupun di kamar pasien, pelaksanaan operan Pembahasan : Tidak sejalan Nursalam (2015) bahwa timbang terima/ operan harus dilakukan pembukaan dengan doa sebelum memulai aktivitas dinas pagi dan langkah hand over
Tim yangmengoperkan
dinas
memberi
harusnya
memberikan kesempatan kepada tim yang akan menjalankan tugas untuk bertanya/berdiskusi. yang mempimpin operan merangkum informasi hand over, dan memberikan saran tindak lanjut,
52
3. Pre dan Post Conference a. Kepala ruangan Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan mengatakan bahwa pre dan post conference dijalankan sebagaimana SOP yang diterapkan diruangan. Berdasarkan hasil
observasi
pre
dan
post
conference
terkadang
terlewatkan dikarenakan kesibukan perawat untuk segera memberikan tindakan kepasien dan selama observasi belum didapatkan SOP mengenai pre dan post conference diruangan tulip. Berdasarkan hasil observasi terdapat pasien yang memenuhi syarat untuk dilaksanakan ronde keperawatan akan tetapi selama observasi dari tanggal 2 sampai 16 januari 2018 ronde keperawatan belum terlihat pelaksanaan ronde keperawatan. Hal ini dikarenakan tingkat kesibukan oleh perawat di Ruang perawatan Tulip RSUD Syekh Yusuf Kab. Gowa. b. Ketua tim Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua tim mengatakan bahwa pre dan post conference dilakukan oleh perawat namun biasanya karena terkendala oleh kesibukan dan waktu sehingga terkadang pre dan post conference tidak dijalankan. Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan pre dan post conference dilakukan sesuai dengan SOP yang diterapkan. Berdasarkan hasil observasi pre dan post conference terkadang terlewatkan dikarenakan kesibukan
53
perawat untuk segera memberikan tindakan kepasien dan selama observasi belum didapatkan SOP mengenai pre dan post conference diruangan tulip. c. Perawat pelaksana Berdasarkan hasil wawancara terhadap 3 (12.5%) perawat pada tanggal 03 januari 2018 dikatakan bahwa pre post conference setiap hari dilakukan hanya saja dalam bentuk diskusi biasa. Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan didapatkan bahwa 15 (62.5%) perawat menyatakan pre dan post conference dilaksanakan sesuai dengan SOP yang telah diterapkan. Dan hasil observasi pada tanggal 3 januari 2018 dilakukan pre dan post conference, namun masih sangat sederhana. Pada pelakasanaan pre conference, PJ tim tidak membuka acara kemudian mengevaluasi masalah dan memberikan masukan dan tindak lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu. Selanjutnya PJ tim juga tidak dilakukan penutupan acara. PJ tim/katim tidak memberikan reinforcement. Sedangkan, post conference tidak dilakukan. Pembahasan :Tidak sejalan dengan teori menurut Sitorus (2012) yang mengatakan bahwa pre dan post conference dilakukan sebelum dan sesudah melaksanakan asuhan keperawatan yang dipimpin oleh ketua tim/PJ tim.
54
4. Ronde Keperawatan a. Kepala ruangan Hasil wawancara dengan kepala ruangan, dikatakan bahwa ronde dilakukan apabila ada pasien yang lama perawatannya melebihi ketentuan yang ada atau pasien tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan kondisi. Berdasarkan hasil observasi terdapat pasien yang memenuhi syarat untuk dilaksanakan ronde keperawatan akan tetapi selama observasi dari tanggal 2 sampai 16 januari 2018 ronde keperawatan belum terlihat pelaksanaan ronde keperawatan. Hal ini dikarenakan tingkat kesibukan oleh perawat di Ruang perawatan Tulip RSUD Syekh Yusuf Kab. Gowa. b. Ketua tim Berdasarkan
hasil
wawancara
dengan
Ketua
tim
mengatakan bahwa ronde dilakukan apabila ada pasien yang lama perawatannya melebihi ketentuan yang ada atau pasien tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan kondisi dan biasanya dilakukan ronde apabila terdapat mahasiswa praktik yang melakukan MPKP ronde keperawatan. Hasil kuesioner didapatkan ronde keperawatan dilakukan apabila ada pasien yang memenuhi kriteria untuk dilakukan ronde keperawatan. Berdasarkan hasil observasi terdapat pasien yang memenuhi syarat untuk dilaksanakan ronde keperawatan akan tetapi selama observasi dari tanggal 2 sampai 16 januari 2018 ronde keperawatan belum terlihat pelaksanaan ronde keperawatan.
55
Hal ini dikarenakan tingkat kesibukan oleh perawat di Ruang perawatan Tulip RSUD Syekh Yusuf Kab. Gowa. c. Perawat pelaksana Berdasarkan hasil wawancara dengan 15 (20.83%) perawat pelaksana mengatakan bahwa ronde dilakukan apabila ada pasien yang lama perawatannya melebihi ketentuan yang ada atau pasien tidak menunjukkan tandatanda perbaikan kondisi dan biasanya dilakukan ronde apabila terdapat mahasiswa praktik yang melakukan MPKP ronde keperawatan. Hasil kuesioner sebanyak 15 (62.5%) perawat
mengetahui
dan
memahami
tentang
ronde
keperawatan dan ronde keperawatan dilakukan apabila ada pasien yang memenuhi kriteria untuk dilakukan ronde keperawatan. Berdasarkan hasil observasi terdapat pasien yang
memenuhi
syarat
untuk
dilaksanakan
ronde
keperawatan akan tetapi selama observasi dari tanggal 2 sampai 16 januari 2018 ronde keperawatan belum terlihat pelaksanaan ronde keperawatan. Hal ini dikarenakan tingkat kesibukan oleh perawat di Ruang perawatan Tulip RSUD Syekh Yusuf Kab. Gowa. Pembahasan : Teori yang dikemukakan oleh Sitorus (2012) bahwa pelaksanaan ronde keperawatan hendaknya rutin dilakukan setiap bulannya yang melibatkan seluruh anggota tim dan berfokus pada klien yang membutuhkan perawatan khusus dengan keluhan yang lebih komplit, konsuler/CCM
56
memfasilitasi
kreatifitas
dan
validasi
hasil
asuhan
keperawatan yang diberikan 5. Pendelegasian a. Kepala ruangan Menurut
wawancara
dengan
kepala
ruangan
pendelegasian tugas tertulis jelas bila karu cuti dan terdapat laporan tertulis dari pihak yang menerima pendelegasian. Selama observasi belum ada pendelegasian. b. Ketua tim Menurut wawancara dengan Katim pendelegasian tugas tertulis jelas bila karu cuti dan terdapat laporan tertulis dari pihak yang menerima pendelegasian, dan pendelegasian biasanya disesuaikan dengan tugas yang didelegasikan, membutuhkan laporan tertulis atau tidak. Selama observasi belum
ada
pendelegasian.
Berdasarkan
kuesioner,
pendelegasian dilakukan secara jelas dan terarah oleh kepala ruangan atau katim. c. Perawat pelaksana Menurut wawancara dengan perawat pelaksana penilaian kinerja dilakukan oleh kepala ruangan terhadap semua perawat diruangan tulip. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruang tulip pada tanggal 2-3 januari 2018 belum melihat cara dan format penilian kinerja kepala ruangan. Berdasarkan kuesioner sebanyak 15 (62.5%) perawat menyatakan penilaian kinerja dilakukan oleh kepala ruangan.
57
Pembahasan : meurut WHO (2003) salah satu dari empat tugas pendelegasian adalah Perawat yang menerima delegasi baik eksplisit maupun implisit menimbulkan kewajiban dan tanggung jawab, hal ini sejalan dengan hasil wawancara, pembagian kuesioner bahwa delegasi dilakukan melalui limpahan tugas secara tertulis atau tidak dengan cara tertulis. 6. Discharge planning a. Kepala ruangan Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan didapatkan pengisian lembar discharge planning diisi saat pasien masuk dan dilengkapi kembali pada saat pasien segera selesai
masa
perawatannya
diruangan
dan
beberapa
tindakannya tertuang dalam lembar integrasi. Berdasarkan hasil obervasi yang dilakukan pada tangal 2-3 januari 2018 didapatkan pengisian discharge planning sudah sesuai dengan SOP yang diterapkan diruangan tulip RSUD Syekh Yusuf Gowa. b. Ketua tim Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua tim didapatkan pengisian lembar discharge planning diisi saat pasien masuk dan dilengkapi kembali pada saat pasien segera selesai masa perawatannya dimulai dari pasien masuk, pada saat didiagnostik, masuk ke fase stabilisasi dan sampai pada fase rehabilisasi . Hasil kuesioner didapatkan pengisian discharge planning dimulai sejak klien masuk rumah sakit. Dan Berdasarkan hasil obervasi yang dilakukan pada tangal
58
2-3 januari 2018 didapatkan pengisian discharge planning sudah sesuai dengan SOP yang diterapkan diruangan tulip RSUD Syekh Yusuf Gowa. c. Perawat pelaksana Berdasarkan hasil wawancara dengan 15 (62.5%) didapatkan pengisian lembar discharge planning diisi saat pasien masuk dan pada saat pasien akan pulang. Hasil pembagian kuesioner didapatkan sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada 15 (62.5%) perawat pelaksana yang mengatakan bahwa pembagian kuesioner diisi
sejak
masuk
kedalam
ruang
perawatan.
Dan
Berdasarkan hasil obervasi yang dilakukan pada tangal 2-3 januari 2018 didapatkan secara keseluruhan pengisian discharge planning sudah sesuai dengan SOP yang diterapkan diruangan tulip RSUD Syekh Yusuf Gowa, hanya saja masih ditemukan beberapa buku status pasien dengan lembar discharge planning yang tidak terisi pada bagian tahap stabilisasi. 7. Supervisi a. Kepala ruangan Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan pada tanggal 2-3 januari 2018, dikatakan bahwa diruangan tulip supervisi dilakukan secara terjadwal setiap satu bulan sekali untuk mengavaluasi bentuk pelayanan yang diterapkan di ruangan. Selama observasi ada tanggal 2-3 januari 2018 belum melihat pelaksanaan supervisi.
59
b. Ketua tim Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua tim pada tanggal 2-3 januari 2018, dikatakan bahwa diruangan tulip supervisi rutin dilakukan setiap satu bulan sekali untuk mengavaluasi bentuk pelayanan . Hasil pembagian kuesioner didapatkan supervisi dilakukan secara terjadwal oleh Ketua tim supervisor. Selama observasi ada tanggal 2-3 januari 2018 belum melihat pelaksanaan supervisi. c. Perawat pelaksana Berdasarkan hasil wawancara terhadap 3 (12.5%) perawat pada tanggal 3 januari 2018, dikatakan bahwa diruangan tulip supervisi dilakukan secara terjadwal. Dan hasil pembagian kuesioner sejalan dengan hasil wawancara bahwa supervisi rutin dan terjadwal dilaksanakan diruangan tulip. Selama observasi ada tanggal 2-3 januari 2018 belum melihat pelaksanaan supervisi. E. Pengkajian Nilai Islam di Ruang Tulip Observasi: berdasarkan hasil observasi pada tanggal 3 januari 2018, di Ruangan tulip terdapat sarana pendukung dalam hal pemenuhan kebutuhan spiritual berupa adanya petunjuk cara bertayammum dalam bentuk poster yang ditempel didinding dekat tempat tidur pasien serta adanya petunjuk kiblat diatas langit-langit ruangan pasien. Wawancara: berdasarkan hasil wawancara pada kepala ruangan, apabila ada pasien baru, maka pasien tersebut diberikan bimbingan
60
untuk mengikuti panduan bertayammum seperti yang difasilitaskan disetiap ruangan. Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner kepada pasien tentang mutu pelayanan di ruangan Tulip pada tanggal 03 Januari 2018 didapatkan klien merasa cukup puas dengan pelayanan yang diberikan di Tulip. Menurut beberapa pasien mengatakan bahwa selama di rumah sakit telah mendapatkan perawatan sesuai dengan yang dibutuhkan, perawat dalam melayani pasien bersikap sopan dan ramah, perawat menjelaskan tujuan perawatan
pada pasien,
perawat memperhatikan dan menanggapi keluhan pasien , perawat memberikan penjelasan dan persetujuan serta prosedur tindakan kepada pasien dan keluarga sebelum dan setelah melakukan tindakan keperawatan, menjelaskan tentang penyakit yang dialami dan prosesnya. Berdasarkan persentase untuk hasil kuesioner marketing/ mutu terhadap pasien didapatkan untuk persentase dari segi keandalan didapatkan cukup puas sebanyak 6 orang (46,3%), puas sebanyak 5 orang (45,1%), dan sangat puas sebanyak 4 orang (30,7%). Dari segi daya tanggap didapatkan hasil cukup puas sebanyak 5 orang (45,1%), puas sebanyak 6 orang (46,3%), dan sangat puas sebanyak 4 orang (30,7%). Untuk bagian Jaminan didapatkan, cukup puas sebanyak 6 orang (46,3%), puas sebanyak 7 orang (50,1%) dan sangat puas sebanyak 2 orang (15,3%). Dari segi empati didapatkan hasi cukup puas sebanyak 2 orang (15,3%), puas sebanyak 10 orang (76,9%), dan sangat puas 3 orang (26,3%). Dari segi bukti fisik didapatkan hasil cukup puas sebanyak 5 orang
61
(45,1%), puas sebanyak 6 orang (46,3%), dan sangat puas sebanyak 2 orang (15,3%). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama 2 hari yaitu pada tanggal 02 – 03 Januari 2018 terlihat bahwa perawat telah memberikan pelayanan kepada pasien sesuai dengan tingkat kebutuhan pasien, namun untuk menilai kinerja perawat saat penerimaan pasien baru perawat terkadang tidak melakukan pengkajian pasien baru secara komprehensif dan tidak dilakukan pemberian
pendidikan
kesehatan
Dengan
demikian
secara
keseluruhan mutu pelayananan keperawatan sudah bagus. F. Pengkajian Kebutuhan Spiritual Perawat sebagai tenaga kesehatan yang professional mempunyai kesempatan yang paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan
khususnya
pelayanan/asuhan
keperawatan
yang
komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik.Perawat memandang klien sebagai makhluk biopsikososio-kultural dan spiritual yang berespon secara holistik dan unik terhadap perubahan kesehatan atau pada keadaan krisis.Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat tidak bisa terlepas dari aspek spiritual yang merupakan bagian integral dari interaksi perawat dengan klien. Perawat berupaya membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai bagian dari kebutuhan menyeluruh klien, antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual klien tersebut, walaupun perawat dan klien tidak mempunyai keyakinan spiritual atau keagamaan yang sama (Hamid A.Y., 2000:3).
62
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha Kuasa.Sedangkan kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan. Kebutuhan
spiritual
merupakan
kebutuhan
dasar
yang
dibutuhkan oleh setiap manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan Tuhannya pun semakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal, tidak ada yang mampu membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali Sang Pencipta. Dalam pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan harus memiliki peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Perawat dituntut mampu memberikan pemenuhan yang lebih pada saat pasien akan dioperasi, pasien kritis atau menjelang ajal. Dengan demikian, terdapat keterkaitan antara keyakinan dengan pelayanan kesehatan dimana kebutuhan dasar manusia yang diberikan melalui pelayanan kesehatan tidak hanya berupa aspek biologis, tetapi juga aspek spiritual. Aspek spiritual dapat membantu membangkitkan semangat pasien dalam proses penyembuhan (Asmadi, 2008:28-29). Ketika penyakit, kehilangan atau nyeri menyerang seseorang, kekuatan spiritual dapat membantu seseorang kearah penyembuhan atau pada perkembangan kebutuhan dan perhatian spiritual. Selama penyakit atau kehilangan, misalnya saja, individu sering menjadi kurang mampu untuk merawat diri mereka dan lebih bergantung pada orang lain untuk perawatan dan dukungan. Distres spiritual
63
dapat berkembang sejalan dengan seseorang mencari makna tentang apa yang sedang terjadi, yang mungkin dapat mengakibatkan seseorang merasa sendiri dan terisolasi dari orang lain. Individu mungkin mempertanyakan nilai spiritual mereka, mengajukan pertanyaan tentang jalan hidup seluruhnya, tujuan hidup dan sumber dari makna hidup.Dengan jelas, kemampuan perawat untuk mendapat gambaran tentang dimensi spiritual klien yang jelas mungkin
dibatasi
oleh
lingkungan
dimana
orang
tersebut
mempraktikkan spiritualnya.Hal ini benar jika perawat mempunyai kontak yang terbatas dengan klien dan gagal untuk membina hubungan. Pertanyaannya adalah bukan jenis dukungan spiritual apa yang dapat diberikan tetapi secara sadar perawat mengintegrasikan perawatan spiritual kedalam proses keperawatan. Perawat tidak perlu menggunakan alasan “tidak cukup waktu” untuk menghindari pengenalan nilai spiritualitas yang dianut untuk kesehatan kilen (Potter & Perry, 2005:567). Dari data yang diperoleh berdasarkan hasil pembagian kuesioner spiritual yang dilakkukan pada tanggal 03 januari 2018 di ruang perawatan inap interna RSUD Syekh Yusuf Gowa, di dapatkan interpretasi data :
64
Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Kebutuhan Spritual
KATEGORI AMAT No. KARAKTERISTIK
TIDAK
AGAK
SANGAT SANGAT
F
%
F
%
F
%
F
%
4
3.48
6
5.22
3
2.61
2
1.74
2
1.74
8
6.96
2
1.74
3
2.61
5
4.35
5
4.35
3
2.61
2
1.74
6
5.22
4
3.48
4
3.48
1
0.87
Kebutuhan Lebih Di 1
Sayang dari Orang Lain Kebutuhan Berbicara Dengan Orang Lain
2
Mengenai Ketakutan Dan Kekhawatiran Anda Bahwa sesorang dalam lingkungan
3
kita (seperti pemuka agama) peduli dengan anda? Kebutuhan Merenungkan
4
Kembali Hidup sebelumnya
65
Kebutuhan Menghilangkan 5
9
7.83
4
3.48
1
0.87
1
0.87
4
3.48
5
4.35
4
3.48
2
1.74
3
2.61
7
6.09
2
1.74
3
2.61
2
1.74
11 9.57
1
0.87
1
0.87
3
2.61
7
6.09
2
1.74
3
2.61
2
1.74
8
6.96
2
1.74
3
2.61
3
2.61
7
6.09
2
1.74
3
2.61
Aspek Keterbukaan Dalam Hidup Anda Kebutuhan Menyatu 6
dengan keindahan alam Kebutuhan tinggal di
7
tempat yang tenang dan damai Kebutuhan
8
menenmukan kedamaian batin Kebutuhan menemukan makna
9 dalam sakit/penderitaan Kebutuhan berbicara dengan orang lain 10 tentang makna kehidupan Kebutuhan berbicara dengan orang lain tentang 11
kemungkinan kehidupan setelah meninggal
66
Kebutuhan beralih 12
menjadi orang yang
4
3.48
6
5.22
3
2.61
2
1.74
2
1.74
8
6.96
2
1.74
3
2.61
4
3.48
3
2.61
6
5.22
2
1.74
2
1.74
8
6.96
2
1.74
3
2.61
2
1.74
8
6.96
2
1.74
3
2.61
3
2.61
7
6.09
2
1.74
3
2.61
0
0
4
3.48
10
8.7
1
0.87
2
1.74
8
6.96
2
1.74
3
2.61
penuh cinta kasih Kebutuhan memberikan sesuatu 13 untuk diri anda sendiri Kebutuhan menjadi 14
pelipur lara orang lain Kebutuhan memaafkan
15
seseorang dari waktu yang berbeda dari hidup anda Kebutuhan
16 dimaafkan Kebutuhan berdo'a 17 dengan orang lain Kebutuhan bahwa 18
seseorang berdo'a untuk anda Kebutuhan berdo'a untuk diri anda
19 sendiri
67
Kebutuhan 20
berpartisipasi dalam
2
1.74
8
6.96
2
1.74
3
2.61
3
2.61
7
6.09
2
1.74
3
2.61
0
0
4
3.48
10
8.7
1
0.87
2
1.74
8
6.96
2
1.74
3
2.61
2
1.74
8
6.96
2
1.74
3
2.61
2
1.74
8
6.96
2
1.74
3
2.61
2
1.74
9
7.83
3
2.61
1
0.87
upacara keagamaan Kebutuhan membaca 21
buku spiritual atau buku keagamaan
22
Kebutuhan beralih dan mendekat dalam keagungan akan kehadiran yang lebih tinggi (Ke-Esaan, Tuhan, Malaikat)
23
Kebutuhan merasa lengkap dan aman
24
Kebutuhan merasakan terhubung (dekat) dengan keluarga
25
Kebutuhan berbagi pengalaman hidup kepada orang lain
26
Kebutuhan diyakinkan bahwa hidup anda bermakna dan punya arti
68
27
Kebutuhan dilibatkan kembali oleh keluarga anda
2.61
7
6.09
2
1.74
3
2.61
1
0.87
10
8.7
3
2.61
2
1.74
2
1.74
9
7.83
3
2.61
1
0.87
3 dalam berbagai urusan 28
Kebutuhan mendapat dukungan yang lebih dari keluarga
29
Kebutuhan berunding dengan anak atau cucu
Interpretasi Data: Pada pembagian kuesioner tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan asuhan keperawatan dan spiritual di ruang Tulip tiidak diberikan kepada semua pasien dikarenakan pada saat pembagian ada beberapa hambatan diantaranya pasien yang sedang beristirahat dan pasien yang keluar ruangan untuk melaukukan pemeriksaan, sehingga hanya diberikan kepada 15 pasien yang merupakan gabungan dari pasien pada TIM A dan Tim B. Karakteristik 01 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi Kebutuhan Lebih Disayang Dari Orang Lain dengan total 15 responden menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada karakteristik agak membutuhkan sebanyak 6 responden (5.22%), dan nilai terendah pada karakteristik amat sangat membutuhkan
sebanyak
2
responden
(1.74%).
Karakteristik
02
menunjukkan bahwa distribusi frekuensi Kebutuhan berbicara dengan orang
69
Lain mengenal ketakutan dan kekhawatiran dengan total 15 responden menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada karakteristik tidak membutuhkan sebanyak 19 responden (33,9%), dan nilai terendah pada karakteristik sangat membutuhkan sebanyak 9 responden (16,1%). Karakteristik 03 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi Kebutuhan Bahwa Seseorang Dalam Lingkungan Kita (Seperti Pemuka Agama) Peduli dengan total 15 responden menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada karakteristik tidak dan agak membutuhkan sebanyak masing – masing 5 responden (4.35%), dan nilai terendah pada karakteristik amat sangat membutuhkan
sebanyak
2
responden
(1.74%).
Karakteristik
04
menunjukkan bahwa distribusi frekuensi Kebutuhan Merenungkan Kembali Hidup Sebelumnya dengan total 15 responden menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada karakteristik tidak 6 responden (5.22%), dan nilai terendah pada karakteristik amat sangat membutuhkan sebanyak 1 responden (0.87%). Karakteristik 05 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi Kebutuhan Menghilangkan Aspek Keterbukaan Dalam Hidup (Menjadi Orang yang lebih Tertutup) dengan total 15 responden menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada karakteristik tidak membutuhkan
sebanyak 9 responden
(7.83%), dan nilai terendah pada karakteristik sangat dan amat sangat membutuhkan masing-masing sebanyak 1 responden (0.87%). Karakteristik 06
menunjukkan
bahwa
distribusi
frekuensi
Kebutuhan
Menyatu
(Menikmati) Keindahan Alam dengan total 15 responden menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada karakteristik agak membutuhkan sebanyak 5 responden
(4.35%),
dan
nilai
terendah
pada
karakteristik
tidak
membutuhkan sebanyak 2 responden (1.74%).
70
Karakteristik 07 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi Kebutuhan Tinggal Di Tempat Yang Tenang Dan Damai dengan total 15 responden menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada karakteristik agak membutuhkan sebanyak 7 responden (6.09%), dan nilai terendah pada karakteristik sangat membutuhkan
sebanyak
menunjukkan
bahwa
2
responden
distribusi
(1.74%).
frekuensi
Karakteristik
Kebutuhan
08
Menemukan
Kedamaian Batin dengan total 15 responden menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada karakteristik agak membutuhkan
sebanyak 11 responden
(9.57%), dan nilai terendah pada karakteristik sangat dan amat sngat tidak membutuhkan yaitu masing-masing sebanyak 1responden (0.87%). Karakteristik 09 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi Kebutuhan Menemukan Makna Dalam SakitPenderitaan dengan total 15 responden menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada karakteristik agak membutuhkan sebanyak 7 responden (6.09%), dan nilai terendah pada karakteristik sangat membutuhkan
sebanyak
2
responden
(1.74%).
Karakteristik
10
menunjukkan bahwa distribusi frekuensi Kebutuhan Berbicara Dengan Orang Lain Tentang Makna Akan Kehidupan dengan total 15 responden menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada karakteristik agak membutuhkan sebanyak 8 responden (6.96%), dan nilai terendah pada karakteristik tidak dan sangat membutuhkan masing-masing sebanyak 2 responden (1.74%). Karakteristik 11 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi Kebutuhan Berbicara Dengan Orang Lain Tentang Kemungkinan Kehidupan Setelah Meninggal dengan total 15 responden menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada karakteristik aggak membutuhkan sebanyak 7 responden (6.09%), dan nilai terendah pada karakteristik sangat membutuhkan sebanyak 2 responden (1.74%). Karakteristik 12 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi
71
Kebutuhan Beralih Menjadi Orang Yang Penuh Cinta Kasih dengan total 15 responden menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada karakteristik agak membutuhkan
sebanyak 6 responden (5.22%), dan nilai terendah pada
karakteristik amat sangat membutuhkan sebanyak 2 responden (1.74%). Karakteristik 13 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi Kebutuhan Memberikan Sesuatu Untuk Diri Sendiri dengan total 15 responden menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada karakteristik agak membutuhkan sebanyak 8 responden (6.96%), dan nilai terendah pada karakteristik tidak dan sangat membutuhkan masing-masing sebanyak 2 responden (1.74%). Karakteristik 14 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi Kebutuhan Menjadi Pelipur Lara Orang Lain dengan total 15 responden menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada karakteristik sangat membutuhkan sebanyak 6 responden (5.22%), dan nilai terendah pada karakteristik amat sangat membutuhkan sebanyak 2 responden (1.74%). Karakteristik 15 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi Kebutuhan Memaafkan Seseorang Dari Waktu Yang Berbeda Dari Hidup dengan total 15 responden menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada karakteristik agak membutuhkan
sebanyak 8 responden (6.96%), dan nilai terendah pada
karakteristik tidak dan sangat masing-masing membutuhkan sebanyak 2 responden (1.74%). Karakteristik 16 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi Kebutuhan Dimaafkan dengan total 15 responden menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada karakteristik agak membutuhkan sebanyak 8 responden (6.96%), dan nilai terendah pada karakteristik tidak dan sngat membutuhkan sebanyak 2 responden (1.74%). Karakteristik 17 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi Kebutuhan Berdoa Dengan Orang Lain dengan total 15 responden menunjukkan bahwa
72
nilai tertinggi pada karakteristik agak membutuhkan sebanyak 7 responden (6.09%), dan nilai terendah pada karakteristik sangat membutuhkan sebanyak 2 responden (1.74%).Karakteristik 18 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi Kebutuhan Kebutuhan Seseorang Berdoa Untuk Anda dengan total 15 responden menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada karakteristik sangat membutuhkan sebanyak 10 responden (8.7%), dan nilai terendah pada karakteristik tidak membutuhkan sebanyak 0 responden (0%). Karakteristik 19 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi Kebutuhan Berdoa Untuk Diri Sendiri dengan total 15 responden menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada karakteristik agak membutuhkan sebanyak 6 responden (6.96%), dan nilai terendah pada karakteristik tidak dan sangat membutuhkan
sebanyak
2
responden
(1.74%).Karakteristik
20
menunjukkan bahwa distribusi frekuensi Kebutuhan Berpartisipasi Dalam Upacara Keagamaan dengan total 15 responden menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada karakteristik agak membutuhkan
sebanyak 8 responden
(6.96%), dan nilai terendah pada karakteristik tidak dant sangat membutuhkan sebanyak 2 responden (1.74%). Karakteristik 21 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi Kebutuhan Membaca Buku Spiritual Atau Buku Keagamaan dengan total 15 responden menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada karakteristik agak membutuhkan sebanyak 7 responden (6.09%), dan nilai terendah pada karakteristik sangat membutuhkan
sebanyak
2
responden
(1.74%).
Karakteristik
22
menunjukkan bahwa distribusi frekuensi Kebutuhan Beralih Dan Mendekat Dalam Keagungan Akan Kehadiran Yang Lebih Tinggi (Keesaan, Tuhan, Malaikat) dengan total 15 responden menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada karakteristik sangat membutuhkan sebanyak 10 responden (8.7%), dan
73
nilai terendah pada karakteristik tidak membutuhkan sebanyak 0 responden (0%). Karakteristik 23 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi Kebutuhan Merasa Lengkap Dan Aman dengan total 15 responden menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada karakteristik agak membutuhkan sebanyak 8 responden (6.96%), dan nilai terendah pada karakteristik tidakk dan membutuhkan
sebanyak
2
responden
(1.74%).
sangat
Karakteristik
24
menunjukkan bahwa distribusi frekuensi Kebutuhan Merasa Dekat Dengan Keluarga dengan total 15 responden menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada karakteristik agak membutuhkan sebanyak 8 responden (6.96%), dan nilai terendah pada karakteristik tidak dan sangat membutuhkan masingmasing sebanyak 2 responden (1.74%). Karakteristik 25 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi Kebutuhan Berbagi Pengalaman Hidup Kepada Yang Lain dengan total 15 responden menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada karakteristik agak membutuhkan sebanyak 24 responden (42,9%), dan nilai terendah pada karakteristik amat sangat membutuhkan sebanyak 5 responden (8,9%).
Karakteristi 26
menunjukkan bahwa distribusi frekuensi Kebutuhan Diyakinkan Bahwa Hidup Bermakna Dan Punya Arti dengan total 15 responden menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada karakteristik agak membutuhkan sebanyak 9 responden (7.83%), dan nilai
terendah pada karakteristik sangat
membutuhkan sebanyak 1 responden (0.87%). Karakteristik 27 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi Kebutuhan Dilibatkan Kembali Oleh Keluarga Dalam Berbagi Urusan dengan total 15 responden menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada karakteristik agak membutuhkan
sebanyak 7 responden (6.09%), dan nilai terendah pada
74
karakteristik sangat membutuhkan masing-masing sebanyak 2 responden (1.74%). Karakteristik 28 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi Kebutuhan Mendapat Dukungan Yang Lebih Dari Keluarga dengan total 15 responden menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada karakteristik agak membutuhkan sebanyak 10 responden (8.7%), dan nilai terendah pada karakteristik tidak membutuhkan sebanyak 1 responden (0.87%).
Karakteristik 29
menunjukkan bahwa distribusi frekuensi Kebutuhan Berunding Dengan Anak Dan Cucu dengan total 15 responden menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada karakteristik agak membutuhkan
sebanyak 9 responden
(7.83%), dan nilai terendah pada karakteristik amat sangat membutuhkan sebanyak 1 responden (0.87%). G. Analisa SWOT No. 1.
Indikator Struktur Organisasi
Analisis SWOT Strength (S) 1. Jenis ketenagaan di ruang Tulip: a. Ners: 18 orang b. S1 keperawatan: 1 orang c. D4 Keperawatan: 1 orang d. D3 Keperawatan: 8 orang Weakness (W) 1. Terdapat struktur organisasi ruangan secara fisik, namun masih terdapat nama perawat yang sudah dipindahtempatkan dari ruangan tersebut. 2. Anggota/perawat Accosiate Tim A, B, dan C tidak dibagi secara spesifik
75
3. Kebutuhan tenaga perawat terhadap jumlah pasien di Ruang Tulip masih kurang Opportunity (O) 1. Adanya kesempatan bagi setiap perawat untuk melanjutkan pendidikan 2. Kerja sama antara mahasiswa profesi Ners dengan perawat
mampu
pengetahuan
secara
satu
sama
bersama-sama lain
untuk
berbagi perbaikan
strukturisasi ketenagaan Threated (T) 1. Persaingan pelayanan RS yang semakin kuat 2. Semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingya kesehatan 3. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan hukum 4. Adanya tuntutan tinggi dari masyarakat untuk pelayanan yang lebih professional 2. Uraian Tugas
Strength (S) 1. Pembagaian tugas sesuai dengan dimensi dan fungsinya, misalnya tugas kepala ruangan, perawat primer, dan perawat asosiat tergambar jelas dalam bentuk tempelan di ruangan (secara fisik). Weakness (W) a. Uraian tugas (kepala ruangan, perawat asosiet, perawat pelaksana) dalam pelaksanaannya kurang optimal.
76
Opportunity (O) 1. Adanya pembagian tugas yang sudah cukup jelas secara fisik 2. Aktifnya
kepala
bidang
keperawatan
dalam
mengevaluasi kinjera perawat 3. Adanya mahasiswa profesi Ners yang praktek di Ruagan Tulip sehingga dapat dilakukan sharing tentang MPKP Threated (T) 1. Semakin kritisnya pasien akan pelayanan kesehatan yang professional
3.
Standar
Strength (S) 1. Standar asuhan keperawatan yang digunakan di Ruang Tulip adalah menurut NANDA 2014 dan Dongoes, NICNOC
(North
AmericanNursing Dignoses
Nursing
Income-Nursing Outcome). 2. Terdapat Standard Operation Procedure (SOP) untuk semua tindakan keperawatan. 3. SOP dibuat dalam bentuk pembukuan dengan jumlah SOP secara keseluruhan adalah 251 buah. 4. Terdapat standar asuhan keperawatan yang terdiri dari 16 buah. Weakness (W) 1. Tidak terdapat standar alat dan fasilitas di ruangan Tulip secara spesifik, namun disesuaikan dengan kebutuhan di ruangan.
77
Opportunity (O) 1. Adanya
keinginan
bidang
keperawatan
dalam
pengembangan standar asuhan keperawatan yang lebih baik 2. Pengembangan SOP sesuai dengan kebutuhan rumah sakit Threated (T) 1. Semakin kritisnya pasien akan pelayanan kesehatan 2. Adanya
tuntutan
tinggi
dari
masyarakat
perihal
kelengkapan sarana dan prasarana
4.
Penerimaan
Strength (S)
Pasien Baru
Perawat selalu mengusahakan melakukan orientasi pada pasien baru Weakness (W) Pelaksanaan penerimaan pasien baru yang kurang optimal Opportunity (O) Sikap perawat yang welcome terhadap pasien tanpa pandang suku, agama dan ras. Threated (T) 1. Adanya
mahasiswa
profesi
ners
yang
parktik
manajemen keperawatan 2. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan keperawatan yang professional.
78
5.
Hand-over
Strength (S) 1. Adanya laporan jaga setiap tiga shift 2. Hand over sudah merupakan kegiatan rutin yang telah dilaksanakan Weakness (W) 1. PJ shift tidak membuka acara dengan salam dan kemudian memimpin doa. 2. Tim yangmengoperkan
dinas
memberi
memberikan kesempatan kepada tim
tidak
yang akan
menjalankan tugas untuk bertanya/berdiskusi. 3. yang mempimpin operan merangkum informasi hand over, dan memberikan saran tindak lanjut, tidak dilakukan. Opportunity (O) 1. Adanya
mahasiswa
profesi
ners
yang
parktik
manajemen keperawatan 2. Adanya kebijakan rumah sakit tentang timbang terima Threated (T) Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan keperawatan yang professional. 6.
Pre dan Post Strength (S) Conference
1. Bidang perawatan mendukung adanya kegiatan pre dan post conference 2. Adanya tenaga ners sebanyak delapan belas orang
79
Weakness (W) a. Pre dan post conference yang dilakukan masih belum sesuai dengan Standar Operasional b. PJ timtidak membuka acara kemudian mengevaluasi masalah dan memberikan masukan dan tindak lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu. c. PJ tim juga tidak dilakukan penutupan acara. PJ tim/katim tidak memberikan reinforcement. Sedangkan, post conference tidak dilakukan. Opportunity (O) Adanya mahasiswa profesi ners yang parktik manajemen keperawatan Threated (T) Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat unmendapatkan pelayanan keperawatan yang professional. 7.
Ronde
Strength (S)
keperawatan
1. Bidang perawatan mendukung adanya kegiatan pre dan post conference 2. Adanya tenaga ners sebanyak delapan belas orang Weakness (W) a.
Ronde keperawatan dilakukan apabila apabila terdapat pasien yang lama perawatannya melebihi dari ketentuan yang ada, akan tetapi jarang dihadiri oleh tenaga medis dokter.
b. dilakukan ronde apabila terdapat mahasiswa praktik yang melakukan MPKP ronde keperawatan.
80
c. Tim pelaksanaan ronde belum dibentuk Opportunity (O) Adanya
pelatihan
dan
seminar
tentang
manajemen
keperawatan. Threated (T) Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat unmendapatkan pelayanan keperawatan yang professional. 10.
Supervisi
Strength (S) 1. Bidang perawatan mendukung adanya kegiatan supervisi 2. Adanya tenaga ners sebanyak enam belas orang Weakness (W) a. Supervisi dilakukan tidak terjadwal b. Tidak terdapat SOP dan form supervisi di ruangan Opportunity (O) Adanya mahasiswa profesi ners yang praktik manajemen untuk mengembangkan system dokumentasi. Threated (T) Tingkat
kesadaran
(pasien
dan
keluarga)
tanggungjawab dan tanggung gugat
81
akan
H. Identifikasi Masalah No.
Data
Masalah
Alternatif Penyelesaian Masalah
1.
Operan / Hand over: a. Berdasarkan
Penerapan hasil Proses
Metode Operan, Ronde, Pre dan Keperawatan Post
observasi tanggal 2-3 Profesional
Conference
(MPKP) Keperawatan:
januari 2018 PJ shift belum optimal
oleh
tidak membuka acara
UINAM
dengan
salam
kemudian
Mahasiswa
dan
memimpin
doa. b. Tim yang mengoperkan dinas tidak memberikan kesempatan kepada tim yang akan menjalankan tugas
untuk
bertanya/berdiskusi. c. yang
mempimpin
operan
merangkum
informasi hand over, dan memberikan saran tindak
lanjut,
Roleplay
tidak
dilakukan
82
Ners
2.
Pre dan post conference: a. Berdasarkan
hasil
observasi pre dan post conference
terkadang
terlewatkan dikarenakan kesibukan perawat untuk segera memberikan
tindakan
kepasien dan selama observasi
belum
didapatkan
SOP
mengenai pre dan post conference
diruangan
tulip. b. Berdasarkan
hasil
wawancara terhadap 3 (12.5%) perawat pada tanggal 03 januari 2018 dikatakan bahwa pre post conference setiap hari dilakukan hanya saja
dalam
diskusi
bentuk biasa.
Berdasarkan
hasil
kuesioner
yang
dibagikan
didapatkan
83
bahwa
15
perawat
(62.5%)
menyatakan
pre dan post conference dilaksanakan
sesuai
dengan SOP yang telah diterapkan. 3.
Ronde keperawatan: a. Hasil
wawancara
dengan kepala ruangan, dikatakan bahwa ronde dilakukan apabila ada pasien
yang
lama
perawatannya melebihi ketentuan atau
yang
pasien
menunjukkan tanda
ada tidak tanda-
perbaikan
kondisi. b. Berdasarkan observasi
hasil terdapat
pasien yang memenuhi syarat
untuk
dilaksanakan
ronde
keperawatan
akan
tetapi selama observasi dari tanggal 2 sampai
84
16 januari 2018 ronde keperawatan terlihat
belum
pelaksanaan
ronde keperawatan. Hal ini dikarenakan tingkat kesibukan oleh perawat di
Ruang
Tulip
perawatan
RSUD
Syekh
Yusuf Kab. Gowa. c. Berdasarkan wawancara
hasil dengan
Ketua tim mengatakan bahwa ronde dilakukan apabila ada pasien yang lama
perawatannya
melebihi
ketentuan
yang ada atau pasien tidak
menunjukkan
tanda-tanda
perbaikan
kondisi dan biasanya dilakukan ronde apabila terdapat
mahasiswa
praktik
yang
melakukan
MPKP
ronde
keperawatan.
Hasil
kuesioner
85
didapatkan
ronde
keperawatan dilakukan apabila ada pasien yang memenuhi
kriteria
untuk dilakukan ronde keperawatan. d. Berdasarkan
hasil
wawancara dengan 15 (20.83%)
perawat
pelaksana mengatakan bahwa ronde dilakukan apabila ada pasien yang lama
perawatannya
melebihi
ketentuan
yang ada atau pasien tidak
menunjukkan
tanda-tanda
perbaikan
kondisi dan biasanya dilakukan ronde apabila terdapat
mahasiswa
praktik
yang
melakukan
MPKP
ronde
keperawatan.
Hasil
kuesioner
sebanyak 15 perawat
(62.5%)
mengetahui
86
dan memahami tentang ronde keperawatan dan ronde
keperawatan
dilakukan apabila ada pasien yang memenuhi kriteria untuk dilakukan ronde keperawatan.
87
1.
Prioritas Masalah di Ruangan Tulip RSUD Syekh Yusuf Gowa M: No
Masalah Kesehatan
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
N: Prioritas Total
1.
Belum optimalnya timbang terima, pre
3
2
2
3
3
5
2
2
2
2
2
3
31
dan post conference sehubungan
6
dengan pelaksanaan yang belum efisien 2.
Pelaksanaan Ronde keperawatan
3
3
3
3
3
4
2
4
4
3
2
4
40
5
4.
Pengadaan safety box
3
3
4
3
3
3
3
3
3
2
3
3
36
3
Keterangan : 1:Sangat rendah 2: rendah 3: cukup 4: tinggi 5:sangat tinggi
A: resiko terjadi B: resiko parah C: potensial untuk pelatihan D: minat perawat E: mungkin diatasi F: sesuai program G : tempat
H: waktu I : dana J : fasilitas kesehatan K : sumber daya L : sesuai dengan peran perawat M : skor total N : urutan prioritas
88
I. Plan of Action (POA) Penanggung No
Masalah
Tujuan
Program/Kegiatan
Waktu
Sasaran
Metode
Media Jawab
1
Belum
Timbang terima, pre
optimalnya
dan post conference
timbang terima, pre dan post conference
a. Mendiskusikan
8-19
Kepala ruangan,
a. Diskusi
hambatan
januari
ketua tim dan
b. Role play
terlaksana dengan
pelaksanaan
2018
optimal
timbang terima b. Membuat acuan
sehubungan
pendokumentasia
dengan
n timbang terima
pelaksanaan yang
sesuai dengan
belum efisien
aturan baku
a. Lampiran
Semua
materi singkat
anggota
perawat pelaksana
timbang
kelompok
ruang
terima
perawatanTulip
b. skenario
c. Melakukan pelaksanaan timbang terima
89
setiap shift yang dihadiri semua perawatan yang bertugas saat itu. Melakukan pre dan post conference 2
Pelaksanaan
Ronde keperawatan
Bekerja sama
16
Kepala ruangan,
Role play
Skenario
Semua
Ronde
terlaksana dengan
dengan kepala
januari
ketua tim dan
anggota
keperawatan
optimal sesuai
ruangan, ketua tim
2018
perawat pelaksana
kelompok
prosedur
dan perawat
ruang perawatan
pelaksana untuk
Tulip
menerapkan pelaksanaan ronde keperawatan
90
meliputi : a. Menetukan pasien untuk ronde keperawatan b. Mempersiapkan ronde keperawatan c. Melaksanakan ronde keperawatan (strategi dan materi dokumentasi ron de
91
4
Pengadaan safety
Meminamlisir
Pengadaan Safety
12
Ruang perawatan
box
resiko terjadinya
Box sekitar 5 unit
Januari
tulip RSUD
Tulip RSUD
needle stick injuries
dimasing masing
2018
Syekh Yusuf
Syekh Yusuf
dan infeksi sillang
ruangan
Gowa
Ruangan
Safety Box
Semua kelompok
Kab. Gowa
dalam melakukan tindakan.
92
BAB IV PEMBAHASAN A. Penerapan Praktek Manajemen Keperawatan MPKP
merupakan
salah
satu
sistem
pemberian
asuhan
keperawatan yang sedang dikembangkan untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan dan meningkatkan profesionalitas rumah sakit, dalam hal ini perawat mempunyai peran penting. Sistem model keperawatan
profesional
adalah
suatu
kerangka
kerja
yang
mendefinisikan 4 unsur, yakni standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem model penerapan keperawatan profesional (MPKP). Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan meningkatkan produksi/jasa pelayanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai tersebut sebagai pengambilan suatu keputusan yang independen, maka tujuan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud (Nursalam, 2007). Pengembangan MPKP di Indonesia berdasarkan UU No.36 tahun 2009 bahwa tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasi dan dalam melaksanakan
tugasnya
berkewajiban
mengembangkan
dan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki (Depkes, 2009). Diperlukan adanya pengetahuan dan motivasi perawat dalam pengembangan MPKP ini. Mahasiswa profesi ners UIN Alauddin Makassar melaksanakan kegiatan manajemen keperawatan professional di RSUD Syekh Yusuf kab. Gowa selama 3 minggu, dimana 1 bulan itu 1 minggu digunakan sebagai orientasi, 1 minggu digunakan untuk penerapan proses keperawatan professional di rumah sakit dan 1 minggu digunakan untuk penyelesaian tugas akhir manajemen. Dalam praktik penerapannya
93
mahasiswa mengikuti sistem yang ada dirumah sakit khususnya di ruang perawatan Tulip dan diberi tanggung jawab untuk mengelola 8 kamar. Meskipun demikian mahasiswa tidak terlepas dari binbingan dan arahan dari preceptor lahan maupun dari perawat yang ada diruangan. Selama praktik mahasiswa menggunakan proses keperawatan professional MPKP mengikuti yang ada di ruangan. A. Penyelesaian Masalah Selama Praktik Manajemen MPKP 1. M2 (Sarana dan Prasarana) Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan perawat penanggungjawab bagian inventaris di ruangan tulip mengatakan bahwa, sarana dan prasarana di Ruangan Tulip sudah cukup memadai dan adapun yang menjadi kendala dalam proses tindakan saat ini mengenai ketersediaan Safety Box di ruangan. Sebagai bentuk penanganan terhadap kondisi tersebut diadakan kesepakatan antara mahasiswa dan bagian inventaris ruangan serta Kepala ruangan, untuk
mengadakan Safety Box sebagai tempat
pembuangan benda tajam yang telah digunakan oleh pasien. Oleh karena itu mahasiswa profesi ners UINAM mengadakan Safety Box sebanyak 20 buah yang diserahkan langsung kepada kepala ruangan ruang perawatan Tulip RSUD Syekh Yusuf Kab. Gowa. Pada tanggal 16 Januari 2018 dilakukan pengadaan Safety Box yang diserahkan langsung kepada kepala ruangan dan dengan pengadaan Safety Box ini membantu lancarnya jalannya pemberian tindakan ke pasien seperti pemberian obat injeksi ke pasien dan sebagai perlindungan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
94
2. M3 (Metode) a. Pre Conference dan Post Conference Berdasarkan hasil wawancara terhadap kepala ruangan, Ketua tim dan 3 (12.5%) perawat pada tanggal 03 januari 2018 dikatakan bahwa pre post conference setiap hari dilakukan hanya saja dalam bentuk diskusi biasa. Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan didapatkan bahwa 15 (62.5%) perawat menyatakan pre dan post conference dilaksanakan sesuai dengan SOP yang telah diterapkan. Dan hasil observasi pada tanggal 3 januari 2018 dilakukan pre dan post conference, namun masih sangat sederhana. Pada pelakasanaan pre conference, PJ tim tidak membuka acara kemudian mengevaluasi masalah dan memberikan masukan dan tindak lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu. Selanjutnya PJ tim juga tidak dilakukan penutupan acara. PJ tim/katim tidak memberikan reinforcement. Sedangkan, post conference tidak dilakukan. Sebagai
bentuk
penatalaksanaan
untuk
membantu
mengoptimalkan pelaksanaan manajemen MPKP dalam hal ini pre dan post conference maka dilakukan kegiatan pre dan post conference setiap hari setelah operan dan sebelum melakukan operan kedinas berikutnya dan pelaksanaan kegiatan roleplay untuk mengetahui tahapan kegiatan pre dan post conference yang benar dan sesuai dengan SOP. Selama praktik penerapan metode proses MPKP, mahasiswa profesi ners UIN Alauddin Makassar melakukan pre dan post Conference selama 1 minggu masa Shift dinas. Pada
95
pelaksanaannya mahasiswa melakukannya
secara terpisah
dengan perawat yang ada diruangan, hal ini disebabkan karena perawat ruangan melakukannya secara tersirat dan menyita waktu yang banyak jika dilakukan secara formal, meskipun demikian pre dan post conference dilakukan sesuai dengan SOP yang ada. Setelah operan perawat biasanya melakukan perencanaan sebelum melakukan tidakan dan diakhir dinas mengumpulkan semua kegiatan yang telah dilakukan sebelum dioperkan ke dinas selanjutnya. Setelah pelaksanaan implementasi di ruangan Tulip selama 1 minggu proses pre post conference diikuti oleh perawat yang ada di ruangan tulip dengan benar sehingga terjalin kerjasama yang baik dalam proses penerapan manajemen MPKP untuk
pemberian
implementasi
pelayanan
yang
optimal,
dan
setelah
MPKP selesai pelaksanaan pre dan post
conference masih dilakukan secara berlanjut namun untuk pelaksanaan MPKP yang lebih maksimal kedepannya diharapkan penerapan pre dan post conference diruangan lebih sering dilaksanakan setiap pergantian dimasing-masing shift jaga. b. Hand Over (operan) Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan, Ketua tim dan 15 (62.5%) perawat pelaksana pada tanggal 3 januari 2018 mengatakan bahwa hand over dilakukan di nurse station yang dipimpin oleh kepala ruangan jika sedang tidak dalam pekerjaan yang lain atau diganti oleh
ketua tim.
Berdasarkan hasil angket pada tanggal 3 januari 2018 bahwa
96
kegiatan operan timbang terima diketahui oleh semua perawat dan dilaksanakan sebanyak 3 kali dalam 1 kali 24 jam yaitu dari shift malam ke pagi, shift pagi ke siang, dan shift siang ke malam. Perawat mengetahui hal yang perlu disampaikan selama kegiatan hand over baik di nurse station maupun di kamar pasien, pelaksanaan operan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 02-03 januari 2018 pukul 07.15-15.00 WITA didapatkan Proses hand over dilakukan di nurse station dimana PJ shift tidak membuka acara dengan salam dan kemudian memimpin doa. Selanjutnya hand over dilanjutkan di kamar pasien, perawat jaga malam menjelaskan pada perawat jaga pagi tentang tindakan yang sudah dilaksanakan dan tindak lanjut
terapi
pasien.Kemudian,
perawat
jaga
pagi,
mengklarifikasi penjelasan yang sudah disampaikan oleh perawat malam. Berdasarkan pedoman hand over, pelaksanaan hand over pada saat itu kurang maksimal dimana langkah hand over Tim yang mengoperkan dinas memberi tidak memberikan kesempatan kepada tim yang akan menjalankan tugas untuk bertanya/berdiskusi. yang mempimpin operan merangkum informasi hand over, dan memberikan saran tindak lanjut, tidak dilakukan. Selama
praktik
penerapan
metode
proses
MPKP,
mahasiswa profesi ners UINAM melakukan operan selama 1 minggu masa Shift dinas sebanyak 3 kali sehari. Profesi Ners UIN Alauddin melakukan prosedur operan sesuai dengan Pelaksanaan praktek proses MPKP oleh Ruang perawatan VII
97
Tulip. Proses hand over dilakukan dimana mahasiswa yang bertindak sebagai Kepala ruangan membuka acara dengan salam dan kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab shift. Setelah pelaksanaan implementasi selama 1 minggu proses hand over tetap berlanjut sesuai dengan penerapan yang dilakukan sebelumnya. c. Ronde Keperawatan Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan, ketua tim dan 15 (20.83%) perawat pelaksana mengatakan bahwa ronde dilakukan apabila ada pasien yang lama perawatannya melebihi ketentuan yang ada atau pasien tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan kondisi dan biasanya dilakukan ronde apabila terdapat mahasiswa praktik yang melakukan MPKP ronde keperawatan. Hasil kuesioner sebanyak 15 (62.5%) perawat mengetahui dan memahami tentang ronde keperawatan dan ronde keperawatan dilakukan apabila ada pasien yang memenuhi kriteria untuk dilakukan ronde keperawatan. Berdasarkan hasil observasi terdapat pasien yang memenuhi syarat untuk dilaksanakan ronde keperawatan akan tetapi selama observasi dari tanggal 2 sampai 16 januari 2018 ronde keperawatan belum terlihat pelaksanaan ronde keperawatan. Hal ini dikarenakan tingkat kesibukan oleh perawat di Ruang perawatan Tulip RSUD Syekh Yusuf Kab. Gowa
98
Sebagai bentuk penatalaksanaan hal tersebut dilakukan roleplay untuk mensosialisasikan kembali tahapan ronde yang sesuai dengan penerapan prosedur saat ini. Dan setelah pelaksanaan kegiatan tersebut menimbulkan kesan dan pengaruh yang positif terhadap perawat di ruangan untuk mereview penatalaksanaan ronde sebagai penanganan untuk pasien dengan keluhan yang
tidak mengalami perbaikan
kondisi yang signifikan.
99
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil praktik
profesi manajeman keperawatan
mahasiswa profesi ners UIN Alauddin Makassar angkatan XII kelompok 1 dan 2 di ruang Perawatan Tulip RSUD Syekh Yusuf Kab. Gowa didapatkan bahwa saat ini rumah sakit telah menerapkan praktek keperawatan profesional MPKP dimana RSUD Syekh yusuf Kab. Gowa telah berstandarisasi KARS sehingga pelaksanaan MPKP selalu berdasarkan dengan SOP yang ada. dan dalam mengobservasi langsung penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) di RSUD Syekh Yusuf Kab. Gowa, memberikan wawasan yang luas kepada mahasiswa sebagai generasi pelanjut dan pengembang ilmu keperawatan kedepan, baik di akademisi maupun di pelayanan. B. Saran 1. Bagi Rumah Sakit Diharapkan praktik keperawatan professional MPKP yang ada di RSUD Syekh Yusuf Kab. gowa dilaksanakan secara optimal. Pelayanan keperawatan yang professional mendukung
dalam hal
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. 2. Bagi institusi Pendidikan Diharapkan laporan akhir manajemen keparawatan ini dapat menjadi masukan dalam penyusunan dan penerapan konsep manajemen dengan inovasi berbeda dalam proses pembelajaran mahasiswa mengenai manajemen keperawatan di intitusi.
100
3. Bagi Mahasiswa Diharapkan laporan akhir manajemen ini menjadi salah satu sumber referensi bagi mahasiswa dalam mempelajari praktik keperawatan professional MPKP.
101
INSTRUMEN AUDIT DOKUMENTASI STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
Petunjuk: Beri tanda V bila kegiatan dilakukan Beri tanda O bila kegiatan tidak dilakukan No
A
Aspek yang dinilai
Kode Berkas Rekam Medik Pasien
Keterangan
Pengkajian 1 Mencatat data yang dikaji sesuai dengan pedoman pengkajian 2 Data dikelompokan ( bio-psiko-sosialspiritual ) 3 Data dikaji sejak pasien masuk sampai pulang 4 Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi hidup SUB TOTAL TOTAL PROSENTASE
B
Diagnosa 1 Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan 2 Diagnosa keperawatan actual dirumuskan 3 Merumuskan diagnose keperawatan risiko SUB TOTAL TOTAL
102
PROSENTASE C
Perencanaan 1 Rencana tindakan berdasarkan Dx. Keperawatan 2 Rencana tindakan disusun menurut urutan prioritas 3 Rumusan tujuan mengandung komponen pasien/subyek, perubahan prilaku, kondisi pasien dan atau criteria 4 Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan kalimat perintah, terinci dab jelas 5 Rencanatindakanmenggambarkanketerli batanpasien /eluarga 6 Rencana tindakan menggambarkan kerjasama dengan tim kesehatan lain SUB TOTAL TOTAL PROSENTASE
D
Tindakan 1 Tindakan dilaksanakan mengacu pada rencana keperawatan 2 Perawat mengobservasi respons pasien terhadap tindakan keperawatan 3 Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi 4 Semua tindakan yang telah dilaksanakn dicatat ringkas dan jelas SUB TOTAL TOTAL
103
PROSENTASE E
Evaluasi 1 Evaluasi mengacu pada tujuan 2 Hasil evaluasi dicatat SUB TOTAL TOTAL PROSENTASE
F
CatatanAsuhanKeperawatan 1 Menuli spada format yang baku 2 Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan yang dilaksanakan 3 Pencatatan ditulis dengan jelas,ringkas,istilah yang baku dan benar 4 Setiap melakukan tindakan/kegiatan, perawat mencantumkan paraf/nama jelas, dan tanggal, jam dilakukan tindakan 5 Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku SUB TOTAL TOTAL
PROSENTASE
104
INSTRUMEN PENGKAJIAN MUTU DI RUANG PERAWATAN VII TULIP RSUD SYEKH YUSUF KABUPATEN GOWA Berikan tanda cek list ( √ )pada pernyataan dibawah ini. 1. Perawat memperkenalkan diri kepada anda ya kadang-kadang
tidak
2. Dalam melayani pasien, perawat bersikap sopan dan ramah ya
kadang-kadang
tidak
3. Perawat menjelaskan peraturan atau tata tertib rumah sakit saat pertama kali anda masuk rumah sakit.... ya kadang-kadang tidak 4. Perawat menjellaskan fasilitas yang tersedia di rumah sakit pada pasien baru ya
kadang-kadang
tidak
5. Perawat menjelaskan dimana tempat-tempat yang penting untuk kelancaran perawatan (kamar mandi, ruang perawat, tata usaha dan lainlain) ya
kadang-kadang
tidak
6. Perawat menjelaskan tujan perawatan pada pasien ya
kadang-kadang
tidak
7. Ada perawat atau kepala ruangan yang mengonfirmasikan pasien tentang perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien ya
kadang-kadang
tidak
8. Perawat memperhatikan keluhan pasien ya
kadang-kadang
tidak
9. Perawat menanggapi keluhan pasien ya
kadang-kadang
tidak
105
10. Perawat memberikan keterangan tentang masalah yang dihadapi oleh pasien ya 11. Perawat memberikan keperawatan ya
kadang-kadang penjelasan
sebelum
kadang-kadang
tidak melakukan
tindakan
tidak
12. Perawat meminta persetujuan kepada pasien atau keluarga sebelum melakukan tindakan keperawatan ya
kadang-kadang
tidak
13. Perawat menjelaskan prosedur tindakan yang dilakukan sebelum melakukan tindakan ya
kadang-kadang
tidak
14. Perawat menjelaskan resiko atau bahaya suatu tindakan pada pasien sebelum melakukan tindakan ya
kadang-kadang
tidak
15. Perawat memberikan keterangan atau penjelasan dengan lengkap dan jelas ya
kadang-kadang
tidak
16. Perawat selalu memantau atau mengobservasi keadaan pasien secara rutin ya
kadang-kadang
tidak
17. Perawat selalu menjaga kebersihan rumah sakit ya
kadang-kadang
tidak
18. Perawat melakukan tindakan keperawatan dengan terampil dan percaya diri ya
kadang-kadang
tidak
106
19. Dalam melakukan tindakan keperawatan, perawat selalu berhati-hati ya
kadang-kadang
tidak
20. Setelah melakukan tindakan keperawatan, perawat selalu menilai kembali keadaan anda ya
kadang-kadang
tidak
107
LAMPIRAN
Operan/timbang terima di Nurse station Pasien
Timbang terima di Kamar
Pre dan Post Conference
Ronde Keperawatan
108
Supervisi
Kerohanian
109
Struktur Organisasi
Disharge Planning
Pengadaan Safetybox
110
DAFTAR PUSTAKA
Aditama. 2000. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: IV Press. Al-Ikhlas. 2012. Kejayaan Islam dalam Dunia Kedokteran. Diakses pada 20 Agustus 2017 Pukul 16.30 WITA. Asmadi. 2008. Konsep Dasar keperawatan. Jakarta: EGC. Asmadi. 2013. Konsep Dasar keperawatan. Jakarta: EGC. FKP. 2009. Buku Panduan Manajemen Keperawatan: Program Pendidikan Ners. Surabaya. Gillies, D.A. 2000. Manajemen Keperawatan: Suatu Pendekatan Sistem. Edisi kedua. Philadelphia: W. B. Saunders. Hamid, A.Y. 2000. Buku Ajar Aspek Spiritual Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC. Huber, Diane L. 2000. Leadership and Nursing Care Management. Philadelhia: W.B. Saunders Company. Keliat BK. 2010. Manajemen Asuhan Keperawatan. Jakarta. Kuntoro dan Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta :NuhaMedika. Marquis, B.L. dan Huston, C.J. 1998. Management Decision Making for Nurses (3rd ed) Philadelphia: Lippincot – Raven Publisher. Marquis, B.L dan Huston, C.J 2010. Kepemimpinandan Manajemen Keperawatan Teori dan Aplikasi, Ed 4. Jakarta: EGC. Median, Fenny Agria, 2012. Analisis Hubungan Faktor-faktor Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Non Medis di Gedung Administrasi RS.X Skripsi. VI.
111
Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. 2009. Konsepdan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. 2015. Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktek keperawatan professional edisi 3. Jakarta: Salemba Medika. Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4 volume 1. Jakarta: EGC. Sahalmahfudz. 2011. Professional Dalam Segala Hal, Reflexi 40 tahun RSI sultan Agung Mengabdi dan Melayani. Semarang: RSI Sultan Agung. Samantho, Ahmad. 2008. Bimaristan Konsep Ideal Rumah Sakit Islam. Diakses pada tanggal 20 Agustus 2017 pukul 14.00 WITA. Sitorus, R. 2006. Model Praktik Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta: EGC. Suarli dan Bahtiar, Yanyan. 2010. Manajemen Keperawatan. Jakarta: Erlangga. Sudarsono, Ratna. 2000. Buku Saku Prosedur Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC. Sugiharto, A.S, Keliat, A.B, dan Sri HT. 2012. Manajemen Keperawatan: Aplikasi MPKP di Rumah Sakit. Jakarta: EGC. Sumardi. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo. Sunardi. 2011. Revolusi Ilmuwan Muslim Bagi Dunia Kedokteran. Surakarta: Hilal Ahmar Press.
112
Swanburg, R.C. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Terjemahan. Jakarta: EGC. Zaidin, H. 2001. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya Medika.
113
114