LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN ALAM PERASAAN : DEPRESI
A. Definisi Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi seluruh keperibadiaan dan fungsi kehidupan seseorang. Gangguan alam perasaan ditandai oleh syndrom depresif sebagian atau penuh, selain itu juga ditandai oleh kehilangan minat atau kesenangan dalam aktifitas sehari-hari dan rekreasi. Gangguan Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi seluruh kepribadian dan fungsi hidup seseorang. Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan kegembiraan yang berlebihan, arus berpikir yang cepat, mudah tersinggung dan kegiatan motorik meningkat, sehingga menyebabkan energi banyak yang keluar (Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, DEPKES, 2000). Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, keindahan, rasa putus asa dan tidak ber daya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan, Sadock, 1998). Depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak berarti dan bersalah (menarik diri, tidak dapat tidur, kehilangan selera, minat dalam aktivitas sehari – hari) (Davison, 2004).
B. Klasifikasi 1.
Depresi Ringan (Dysthymic Disorder) Pada depresi ringan, mood yang rendah datang dan pergi dan penyakit datang setelah
kejadian stressful yang spesifik. Individu akan merasa cemas dan juga tidak bersemangat. Perubahan gaya hidup biasanya dibutuhkan untuk mengurangi depresi ini. Dalam jangka wkatu 2 (dua) tahun, separuh dari waktu tersebut individu ini mengalami kondisi depresif, minimal mengalami 2 gejala di bawah ini : a. Kehilangan nafsu makan atau sebaliknya b. Tidak terlalu banyak / terlalu sedikit c. Merasa diri tidak berharga d. Kesulitan berkonsentrasi dan mengambil keputusan Ardhia Winda Prastia 1501460038 D-IV Keperawatan Malang Poltekkes Kemenkes Malang
e. Merasa kehilangan harapan 2. Depresi Sedang a. Afek: Murung, cemas, kesal, marah, menangis b. Proses pikir: Perasaan sempit, berfikir lambat, berkurang komunikas verbal komunikasi non verbal meningkat. c. Pola komunikasi: Bicara lambat, berkurang komunikasi verbal, komunikasi non verbal meningkat d. Partisipasi sosial: Menarik diri tak mau bekerja sekolah, mudah tersinggung 3.
Depresi Berat (Major Depressive Disorder) Depresi berat ditandai dengan kondisi emosi sedih dan kehilanhan kemampuan untuk menikmati aktivitas yang biasa dilakukan, bersama dengan minimal 4 dari gejala di bawah ini: a. Tidur terlalu banyak (10 jam atau lebih) atau terlalu sedikit (sulit untuk tertidur, sering terbangun) b. Kekakuan motorik c. Kehilangan nafsu makan dan berat badan menurun drastis atau sebaliknya makan berlebihan sehingga berat badan meningkat drastis d. Kehilangan energy, lemas, tidak bersemangat, tidak tertarik melakukan apapun e. Merasa tidak berharga f. Kesulitan untuk berkonsentrasi, berpikir, dan membuat keputusan g. Muncul pikiran tentang kematian berulang kali atau bunuh diri Gejala – gejala ini muncul hampir sepanjang hari, selama minimal 2 (dua) minggu dan bukan dikarenakan kehilangan yang wajar, mislanya karena suami / istri meninggal.
C. Rentang Respon a.
Reaksi Emosi Adaptif Merupakan reaksi emosi yang umum dari seseorang terhadap rangsangan yang diterima
dan berlangsung singkat. Ada 2 (dua) macam reaksi adaptif : 1) Respon emosi yang responsif: Keadaan individu yang terbuka mau mempengaruhi dan menyadari perasaannya sendiri dapat beradaptasi dengan dunia internal dan eksternal.
2) Reaksi kehilangan yang wajar: Reaksi yang dialami setiap orang mempengaruhi keadaannya seperti:
Bersedih Ardhia Winda Prastia 1501460038 D-IV Keperawatan Malang Poltekkes Kemenkes Malang
Berhenti kegiatan sehari-hari Takut pada diri sendiri Berlangsung tidak lama. b. Reaksi Emosi Maladaptif Merupakan reaksi emosi yang sudah merupakan gangguan respon ini dapat dibagi 3 tingkatan yaitu : 1) Supresi: Tahap awal respon maladaptif individu menyangkal perasaannya dan menekan atau menginternalisasi aspek perasaan terhadap lingkungan. 2) Reaksi kehilangan yang memanjang: individu. Gejala : bermusuhan, sedih terlebih, rendah diri. 3) Mania/ Depresi: Gangguan alam perasaan kesal dan dimanifestasikan dengan gangguan fungsi sosial dan fungsi fisik yang hebat dan menetap pada individu yang bersangkutan.
D. Etiologi Depresi disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor. Jika seseorang di dalam riwayat kesehatannya memiliki keluarga yang mengalami depresi, maka terdapat kecenderungan untuk mengalami depresi juga. Menurut Kaplan (2002) dan Nolen – Hoeksema & Girgus (dalam Krenke & Stremmler, 2002), faktor – faktor yang dihubungkan dengan penyebab dapat dibagai atas : faktpr biologi, faktor psikologi dan faktor social. a. Faktor Predisposisi 1) Faktor Genetik Faktor genetik mengemukakan, transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melaluigaris keturunan. Frekuensi gangguan alam perasaan meningkat pada kembar monozigote. 2) Teori Agresi Berbalik pada Diri Sendiri Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang dialihkan pada diri sendiri. Freud mengatakan bahwa kehilangan objek/orang, ambivalen antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik menjadi perasaan menyalahkan diri sendiri dan dimunculkan dengan perilaku mania (sebagai suatu mekanisme kompensasi) 3) Teori Kehilangan Berhubungan dengan faktor perkembangan, misalnya kehilangan orangtua yang sangat dicintai. Individu tidak berdaya mengatasi kehilangan. Ardhia Winda Prastia 1501460038 D-IV Keperawatan Malang Poltekkes Kemenkes Malang
4) Teori Kepribadian Mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan seseorang mengalami mania. 5) Teori Kognitif Mengemukakan bahwa mania merupakan msalah kognitif yang dipengaruhi oleh penilaian terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa depan. 6) Model Belajar Ketidakberdayaan Mengemukakan bahwa mania dimulai dari kehilangan kendali diri lalu menjadi aktif dan tidak mampu menghadapi masalah. Kemudian individu timbul keyakinan akan ketidakmampuannya mengendalikan kehidupan sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respons yang adaptif. 7) Model Perilaku Mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya reinforcemant positif selama berinteraksi dengan lingkungan. 8) Model Biologis Mengemukakan bahwa dalam keadaan depresi/mania terjadi perubahan kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsinya endokrin dan hipersekresi kortisol. b. Faktor Presipitasi Stressor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi faktor biologis, psikologis dan sosial budaya. 1) Faktor Biologis Beberapa peneliti menemukan bahwa gangguan mood melibatkan patologik dan system limbiks serta ganglia basalis dan hypothalamus. Dalam penelitian biopsikologi, norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmiter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Peada wanita, perubahan hormon dihubungkan dengan kelahiran anak dan menoupose juga dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi. Penyakit fisik yang berkepanjangan sehingga menyebabka stress dan juga menyebabkan depresi. 2) Faktor Psikologis Individu yang dependent, memiliki harga diri yang rendah, tidak asertif, dan menggunakan ruminative coping. Nolen – Hoeksama & Girgus juga mengatakan bahwa ketika seseorang merasa tertekan akan cenderung fokus pada tekanan yang
Ardhia Winda Prastia 1501460038 D-IV Keperawatan Malang Poltekkes Kemenkes Malang
mereka rasa dan secara pasif merenung daripada mengalihkannya atau melakukan aktivitas untuk merubah situasi. Pemikiran irasional yaitu pemikiran yang salah dalam berpikir seperti menyalahkan diri sendiri atas ketidakberuntungan. Sehingga individu yang mengalami depresi cenderung menganggap bahwa dirinya tidak dapat mengendalikan lingkungan dna kondisi dirinya. Hal ini menyebabka pesimisme dan apatis. 3) Faktor Sosial Budaya
Kejadian tragis seperti kehilangan seseorang atau kehilangan peran
Paska bencana
Melahirkan
Masalah keuangan
Ketergantungan terhadap narkoba atau alkohol
Trauma masa kecil
E. Tanda dan Gejala Pada umumnya, individu yang mengalami depresi menunjukkan gejala psikis, fisik dan social yang khas. Beberapa orang
memperlihatkan gejala yang minim, beberapa orang
lainnya lebih banyak. Menurut Institut Kesehatan Jiwa Amerika Serikat (NIMH) dan Diagnostic dan Statistical manual IV – Text Revision (DSM IV – TR) (American Psychiatric Association, 200). Kriteria depresi dapat ditegakkan apabila sedikitnya 5 dari gejala dibawah ini telah ditemukan dalam jangka waktu 2 minggu yang sama dan merupakan satu perubahan pola fungsi dari sebelumnya. Gejala dan tanda umum depresi adalah sebagai berikut : 1. Gejala Fisik yaitu: a. gangguan pola tidur : sulit tidur (insomnia) atau tidur berlebihan (hipersomnia) b. menurunnya tingkat aktivitas, misalnya kehilangan minat, kesenangan atas hobi atau aktivitas yang sebelumnya disukai c. sulit makan atau makan berlebihan (bisa menjadi kurus atau kegemukan) d. gejala penyakit fisik yang tidak hilang seperti sakit kepala, masalah pencernaan (diare, sulit BAB dll), sakit lambung dan nyeri kronis e. terkadang merasa berat di tangan dan kaki f. energi lemah, kelelahan, menjadi lamban g. sulit berkonsentrasi, mengingat, memutuskan 2. Gejala Emosional yaitu: Ardhia Winda Prastia 1501460038 D-IV Keperawatan Malang Poltekkes Kemenkes Malang
a. rasa sedih, cemas, atau hampa yang terus – menerus b. rasa putus asa dan pesimis c. rasa bersalah, tidak berharga, rasa terbebani dan tidak berdaya/tidak berguna d. tidak tenang dan gampang tersinggung e. berpikir ingin mati atau bunuh diri f. sensitive g. kehilangan ras percaya diri 3. Gejala Perilaku a. Menurunnya aktivitas dan minat sehari – hari (menarik diri, menyendiri, malas) b. Tidak ada motivasi untuk melakukan apapun c. Hilangnya hasrat untuk hidup dan keinginan untuk bunuh diri Afektif
Sedih, cemas apatis, murung, kebencian, kekesalan, marah, perasaan ditolak, perasaan bersalah, meras tidak berdaya, putus asa, merasa sendirian, merasa rendah diri, merasa tak berharga.
Kognitif
Ambivalence, bingung, ragu-ragu, tidak mampu konsentrasi, hilang perhatian dan motivasi, menyalahkan diri sendiri, pikiran merusak diri, rasa tidak menentu, pesimis.
Fisik
Sakit perut, anoreksia, mual, muntah, gangguan pencernaan, konstipasi, lemah, lesu, nyeri kepal, pusing, insomnia, nyeri dada, over acting, perubahan berat badan, gangguan selera makan, gangguan menstruasi, impoten, tidak berespon terhadap seksual.
Tingkah laku
Agresif, agitasi, tidak toleran, gangguan tingkat
aktivitas,
kemunduran psikomotor, menarik diri, isolasi social, irritable, berkesan menyedihkan, kurang spontan, gangguan kebersihan.
F. Rentang Respon
Adaptif
Maldaptif
(2009), reaksi emosi dibagi menjadiMania/ dua yaitu: Reaksi Purwaningsih Reaksi kehilangan Responsif Menurut Supresi Depresi 1) Reaksi Emosi Adaptif yang memanjang kehilangan Merupakan reaksi emosi yang umum dari seseorang terhadap rangsangan yang wajar Ardhia Winda Prastia 1501460038 D-IV Keperawatan Malang Poltekkes Kemenkes Malang
Ada 2 macam reaksi adaptif: a) Respon emosi yang responsive Keadaan individu yang terbuka dan sadar akan perasaannya. Pada rentang ini individu dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal. b) Reaksi kehilangan yang wajar Merupakan posisi rentang yang normal dialami oleh individu yang mengalami kehilangan. Pada rentang ini individu menghadapi realita dari kehilangan dan mengalami proses kehilangan, misalnya bersedih, berhenti kegiatan sehari-hari, takut pada diri sendiri, berlangsung tidak lama. 2) Reaksi Emosi Maladaptif Merupakan reaksi emosi yang sudah merupakan gangguan, respon ini dapat dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu: a) Supresi Tahap awal respon emosional maladaptive, individu menyangkal, menekan atau menginternalisasi semua aspek perasaannya terhadap lingkungan. b) Reaksi kehilangan yang memanjang Supresi memanjang dapat mengganggu fungsu kehidupan individu. Gejala : bermusuhan, sedih berlebih, rendah diri c)
Mania / Depresi Merupakan respon emosional yang berat dan dapat dikenal melalui intensitas dan pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi social.
G. Mekanisme koping Mekanisme koping yang digunakan pada reaksi kehilangan yang memanjang adalah denial dan supresi, hal ini dilakukan untuk menghindari tekanan yang hebat. Pada depresi mekanisme koping yang digunakan adalah represi, supresi, mengingkari dan disosiasi. Tingkah laku mania merupakan mekanisme pertahanan terhadap depresi yang diakibatkan karena kurang efektifnya koping dalam menghadapi kehilangan.
H. Resiko yang Ditimbulkan Akibat Depresi 1. Bunuh Diri
Ardhia Winda Prastia 1501460038 D-IV Keperawatan Malang Poltekkes Kemenkes Malang
Orang yang menderita depresi memiliki perasaan kesepian, ketidakberdayaan dan putus asa. Sehingga mereka mempertimbangkan membunuh dirinya. 2. Gangguan tidur Insomnia atau hypersomnia, gangguan tidur dan depresi biasanya cenderung muncul bersamaan. Setidaknya 80% dari orang yang menderita depresi mengalami insomnia atau kesulitan untuk tidur. 15 % mengalami depresi dengan tidur yang berlebihan. 3. Gangguan interpersonal Individu yang mengalami depresi cenderung mudah tersinggung, sedih yang berkepanjangan sehingga cenderung menarik diri dan menjauhkan diri dari orang lain. Terkadang menyalahkan orang lain. Hal ini menyebabkan hubungan dengan orang lain maupun lingkungan sekitar menjadi tidak baik. 4. Ganggaun dalam pekerjaan Depresi meningkatkan kemungkinan dipecat atau penderita sendiri yang mengundurkan diri dari pekerjaan ataupun sekolah. Orang yang menderita depresi cenderung memiliki motivasi yang menurun untuk melakukan aktivitas ataupun minat pekerjaan dalam kehidupan sehari – hari. 5. Gangguan pola makan Depresi dapat menyebabkam gangguan pola makan atau sebaliknya gangguan pola makan juga dapat menyebabkan depresi. 6. Perilaku – perilaku merusak Beberapa orang yang menderita depresi memiliki perilaku yang merusak seperti, agresivitas dan kekerasan, menggunakan obat-obatan terlarang dan alkohol, serta perilaku merokok yang berlebihan.
I.
Pencegahan
1.
Usahakan untuk selalu punya seseorang yang dekat untuk bercurah hati. Jangan pernah untuk menyimpan sendiri beban hidup kita. Karena hal ini dapat memperburuk depresi yang sdah dialami mapun dapat mengakibatkan depresi
2.
Berpartisipasi dalam suatu kegiatan yang dapat membuat diri lebih baik, hal ini dapat mengalihkan perhatian kita terhadap masalah yang sedang kita hadapi. Ingat kita bkan lari dari masalah tetapi labih cenderung menyegarkn pikiran kita sehingga kita lebih siap untuk menghadapinya lagi nanti.
Ardhia Winda Prastia 1501460038 D-IV Keperawatan Malang Poltekkes Kemenkes Malang
3.
Berpikir realistis, jangan terlalu menghayal dan berimajinasi. Hilangkan kata “seandainya saya…” dalam hidup kita
4.
Melakukan olahraga, aktif dalam kelompok agama dan sosial, kegiatan tersebut membuat kita lebih jarang melamun
5.
Mengubah suasana hati, Usahakan untuk selalu membuat suasan hati kita gembira karena hal tersebut dapat menghindarkan diri dari menyalahkan diri sendiri
6.
Jangan banyak berpengharapan
7.
Berpikir positif
8.
Lapang hati dan sabar dalam mengadapi segala cobaan hidup dapat menjauhkan diri kita dari depresi
J. Penanganan Depresi Depresi dapat ditangani dengan perubahan pola hidup, terapi psikologi, dan dengan pengobatan (obat antiretroviral/ARV). Dilarang keras mengomati diri sendiri dengan alcohol, merokok yang berlebihan dan narkoba, karena zat yang terkandung di dalamnya dapat meningkatkan gejala depresi dan menimbulkan masalah lain. Beriku ini cara penanganan depresi : 1. Perubahan pola hidup a. Berolahraga Orang yang menderita depresi mengalami stress, kecemasan, galau, kebingungan dan kegelisahan yang berlarut – larut. Hal ini disebabkan oleh pikiran dan perasaan yang negatif. Slaah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghasilkan pikiran dan perasaan positif yang dapat menghalangi munculnya mood negatif adalah berolahraga. b. Mengatur pola makan Simptom depresi dapat diperparah oleh ketidakseimbangan nutrisi di dalam tubuh, yaitu : Konsumsi kafein secara berkala Konsumsi sukrosa (gula) Kekurangan biotin, asam folat, vitamin B, C , kalsium, magnesium atau kelebihan magnesium dan tembaga Ketidakseimbangan asam amino Alergi makanan c. Berdoa Ardhia Winda Prastia 1501460038 D-IV Keperawatan Malang Poltekkes Kemenkes Malang
Beberapa orang mempunyai kecenderungan untuk berpaling dari agama dalam memperoleh kekuatan dan hiburan. Dengan berdoa seseorang melakukan dan mengucap rasa syukur kepada Tuhan YME. d. Memiliki keberanian untuk berubah Penderita depresi harus memiliki keberanian untuk melewati kegelapan menuju terang, keberanian untuk berubah e.
Rekreasi Berjalan – jalan di temoat yang asri, menyejukkan agar tubuh dan pikiran menjadi lebih rileks dan nyaman. Selain itu, melakukan aktivitas yang menjadi minat sebelumnya seperti, membaca buku, memasak, memancing dll yang bisa membuat penderita rileks dan nyaman.
2. Terapi psikologi a. Terapi interpersonal Bantuan psikoterapi bisa dilakukan oleh psikolog dalam jangka pendek yang berfokus kepada hubungan antara orang – orang dengan perkembangan symptom gangguan kejiwaan. b. Konseling kelompok dan dukungan sosial Mengunjungi tempat layanan bimbingan konseling. Pelaksanaan wawancara konseling yang dilakukan antara seorang konselor professional dengan beberapa klien sekaligus dalam kelompok kecil. c. Terapi humor Profesional medis yang membantu pasien untuk mempertahankan sikap mental yang positif dan berbagai tawa merespons psikologi dari tertawa termasuk meningkatkan pernafasan, sirkulasi, sekresi hormone, enzime pencernaan, dan peningkatan tekanan darah. d. Terapi kognitif (CBT) Pendekatan CBT memusatkan perhatian pada proses berpikir klien yang berhubungan dengan kesulitan emosional dan psikologi klien. Pendektaan ini akan berupaya membantu klien mengubah pikiran – pikiran pasien yang tidak rasional. Fokus dalam teori ini adalah mengganti cara – cara berfikir yang tidak logis menjadi logis. 3. Pengobatan a
Litium karbonat, sebuah obat antimatik, adalah obat pilihan untuk klien yang menderita gangguan bipolar.
Ardhia Winda Prastia 1501460038 D-IV Keperawatan Malang Poltekkes Kemenkes Malang
b Pengobatan antipsikotik digunakan untuk klien yang menderita hiperaktivitas hebat dan untuk menangani perilaku manik. c
Antikonvulsan kadang-kadang diberikan karena keefektifannyadalam antimanik.
d Pengobatan antiansietas, misalnya klonazepam (klonopin) dan lotazepam (Antivan), kadang-kadangdigunakan untuk klien yang menderita episode manik akut dan untuk klien yang sulit ditangani. e
Kombinasi litium antikonvulsan sudah digunakan untuk gangguan bipolar siklus cepat,
Tiga fase penatalaksanaan farmakologis yang digambarkan dalam panel Pedolaman Depresi adalah fase akut, fase lanjut, dan fase pemeliharaan. Dalam fase akut gejalanya ditangan, dosis obat dsisesuaikan untuk mencegah efek yang merugikan, dan klien diberikan penyuluhan.pada fase lanjut klien dimonitor pada dosis efektif untuk mencegah terjadinya kambuh. Pada fase pemeliharaan, seorang klien yang berisiko kambuh seringkali tetap diberi obat baahkan selama waktu remisi. Untuk klien yang dianggap tidak berisikotinggi mengalami kambuh, pengobatan dihentikan.
a. Selsctive serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) terbukti sudah sangat berguna untuk menangani depresi, terutama karena obat tersebut lebih sedikit memiliki efek antikolinergik yang merugikan, lebih sedikit toksisitas jantung, dan reaksi lebih cepat daripada antidepresan trisiklik dan inhibitor oksidase monoamin (MAO) b. Trisiklik dan inhibitor MAO, generasi pertama antidepresan, jarang digunakan sejak adanya SSRI dan SSRIs atipikal. c. Antipsikotik kadang-kadang digunakan untuk menangani gangguan tidur dan ansietas sedang. d. Dokter dapat memprogramkan, tetapi elektrokonvulsif (ECP) jika terdapat depsresi hebat, klien sangat ingin mealkukan bunuh diri, atau jika klien tidak berespon terhadap protokol pengobatan antidepresan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Alasan utama masuk 2. Faktor presipitasi Stressor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasan melibuti faktor niologis, psikologis, dan social budaya. Faktor biologis meliputi perubahan fisiologis yang disebabkan oleh obat – obatan atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma dan Ardhia Winda Prastia 1501460038 D-IV Keperawatan Malang Poltekkes Kemenkes Malang
ketidakseimbangan metabolisme. Faktor psikologis meliputi kehilangan kasih sayang, termasuk kehilangan cinta seseorang dan kehilangan harga diri. Faktor social meliputi kehilangan peran dan kehilangan pekerjaan. 3. Faktor Predipsosisi a) Faktor Genetik Faktor genetik mengemukakan, transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis keturunan. Frekuensi gangguan alam perasaan meningkat pada kembar monozigote. b) Teori Agresi Berbalik pada Diri Sendiri Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang dialihkan pada diri sendiri. Freud mengatakan bahwa kehilangan objek/orang, ambivalen antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik menjadi perasaan menyalahkan diri sendiri dan dimunculkan dengan perilaku mania (sebagai suatu mekanisme kompensasi) c) Teori Kehilangan Berhubungan dengan faktor perkembangan, misalnya kehilangan orangtua yang sangat dicintai. Individu tidak berdaya mengatasi kehilangan. d) Teori Kepribadian Mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan seseorang mengalami mania. e) Teori Kognitif Mengemukakan bahwa mania merupakan msalah kognitif yang dipengaruhi oleh penilaian terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa depan. f) Model Belajar Ketidakberdayaan Mengemukakan bahwa mania dimulai dari kehilangan kendali diri lalu menjadi aktif dan tidak mampu menghadapi masalah. Kemudian individu timbul keyakinan akan ketidakmampuannya
mengendalikan
kehidupan
sehingga
ia
tidak
berupaya
mengembangkan respons yang adaptif. g) Model Perilaku Mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya reinforcemant positif selama berinteraksi dengan lingkungan. h) Model Biologis Mengemukakan bahwa dalam keadaan depresi/mania terjadi perubahan kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsinya endokrin dan hipersekresi kortisol. Ardhia Winda Prastia 1501460038 D-IV Keperawatan Malang Poltekkes Kemenkes Malang
4. Gangguan alam perasaan: depresi a. Data subyektif: Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.Sering mengemukakan keluhan somatik. Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa putus asa dan cenderung bunuh diri. b. Data obyektif: Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan sikap yang merosot, ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan langkah yang diseret.Kadang-kadang dapat terjadi stupor. Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan sering menangis.Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya kosong, konsentrasi terganggu, tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak mempunyai daya khayal Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak masuk akal (irasional), waham dosa, depersonalisasi dan halusinasi.Kadang-kadang pasien suka menunjukkan sikap bermusuhan (hostility), mudah tersinggung (irritable) dan tidak suka diganggu.
B. POHON MASALAH Resiko mencederai diri Gangguan alam perasaan : Depresi Koping maladaptif
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan alam perasaan: depresi 2. Resiko mencederai diri
D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa : Gangguan alam perasaan : Depresi a. Tujuan umum Klien dapat mengontrol perasannya dan meningkatkan harga diri b. Tujuan khusus Ardhia Winda Prastia 1501460038 D-IV Keperawatan Malang Poltekkes Kemenkes Malang
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan: a) Salam terapeutik – perkenalkan diri – jelaskan tujuan – ciptakan lingkungan yang tenang – buat kontrak yang jelas (waktu, tempat, topic) b) Beri kesempatan mengungkapkan perasaan c) Empati d) Ajak membicarakan hal – hal nyata yang ada di lingkungan 2. Klien dapat mengungkapkan perasaannya Tindakan: a) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasannya b) Beri kesempatan klien mengutarakan keinginan dan pikiran dengan teknik focusing c) Bicarakan hal – hal nyata dengan klien 3. Klien dapat menggunakan koping adaptif Tindakan : a. Beri dorongan untuk mengungkapkan perasaannya danmengatakan bahwa perawat memahami apa yang dirasakan pasien. b. Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan sedih/menyakitkan c. Diskusikan dengan pasien manfaat dari koping yang biasa digunakan d. Bersama pasien mencari berbagai alternatif koping. e. Beri dorongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling tepat dan dapat diterima f. Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah dipilih g. Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam menyelesaikan masalah. 4. Klien dapat melakukan kegiatan dengan baik Tindakan : a) Bantu klien mengatur kegiatan sehari – hari (misalnya: berolahraga, rekresi, dll ) b) Diskusikan dengan klien kegiatan yang paling disukai c) Evaluasi perasan klien setiap kali selesai melakukan kegiatan 5. Klien dapat meningkatkan harga diri Ardhia Winda Prastia 1501460038 D-IV Keperawatan Malang Poltekkes Kemenkes Malang
Tindakan : a) Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusaannya b) Kaji dn kerahkan sumber – sumber internal individu c) Bantu mengidentifikasi sumber – sumber harapan (misal : hubungan anatar sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan)
6. Klien dapat dukungan dari keluarga Tindakan: a. Beri pendidikan kesehatan pada pertemuan keluarga tentang gejala, cara memutus halusinasi, cara merawat, informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan b. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga 7. Klien dapat menggunakan obat dengan benar Tindakan: a.
Diskusikan tentang dosis, nama, frekuensi, efek samping minum obat
b.
Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama, pasien, obat, dosis, cara dan waktu)
c.
Anjurkan membicarakan efek samping ibat yang dirasakan
d.
Beri reinforcement positif bila klien minum obat yang benar
Diagnosa Resiko mencederai diri Tujuan Umum : Klien tidak mencederai diri, orang lain, dan lingkungan Tujuan Khusus : 1) Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan : a.
Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b.
Perkenalkan diri dengan sopan
c.
Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan
d.
Jelaskan tujuan pertemuan
e.
Jujur dan menepati janji
f.
Tunjukkan sikap empati, menerima klien apa adanya
g.
Beri perhatian pada klien dan perhatikan dasar klien
2) Klien terlindung dari perilaku mencederai diri Ardhia Winda Prastia 1501460038 D-IV Keperawatan Malang Poltekkes Kemenkes Malang
Tindakan : h. Pantau dengan seksama resiko bunuh diri/ melukai diri sendiri i. Jauhkan dan simpan alat – alat yang dapat digunakan oleh pasien untuk mencederai dirinya/orang lain, ditempat yang aman dan terkunci j. Jauhkan bahan alat yang membahayakan klien k. Awasi dan tempatkan pasien di ruang yang mudah dipantau oleh perawat/petugas 3) Klien dapat menggunakan obat dengan benar Tindakan: a. Diskusikan tentang dosis, nama, frekuensi, efek samping minum obat b. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama, pasien, obat, dosis, cara dan waktu) c. Anjurkan membicarakan efek samping ibat yang dirasakan d. Beri reinforcement positif bila klien minum obat yang benar
DAFTAR PUSTAKA
Hawari, D. (2001). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: EGC Kaplan dan Sadock. (2002). Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, edisi ketujuh, jilid satu. Jakarta : Binarupa Aksara Yosep Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa.Bandung : PT. REfika Aditama Purwaningsih, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta : Nuha Medika Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC. Defli. (2009). Depresi. http://mklh12depresi.blogspot.com. Last update 09 Mei 2012 pukul 09.03 Fauja. (2012). Askep depresi. http://wwwfaujabamuloputra.blogspot.com. Last update 29 April 2012 pukul 16.12
Ardhia Winda Prastia 1501460038 D-IV Keperawatan Malang Poltekkes Kemenkes Malang