Sasbel 5 Skenario 2diagnosis Dan Komplikasi.docx

  • Uploaded by: Risa Carin
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sasbel 5 Skenario 2diagnosis Dan Komplikasi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 753
  • Pages: 4
5. Diagnosis dan Komplikasi  Diagnosis Anamnesis dan pemeriksaan fisis yang baik diperlukan untuk memilih pemeriksaan penunjang yang terarah dan tatalaksana selanjutnya. Anamnesis dimulai dari riwayat perjalanan penyakit sampai terjadinya kejang, kemudian mencari kemungkinan adanya faktor pencetus atau penyebab kejang. Ditanyakan riwayat kejang sebelumnya, kondisi medis yang berhubungan, obatobatan, trauma, gejala-gejala infeksi, keluhan neurologis, nyeri atau cedera akibat kejang. Pemeriksaan fisis dimulai dengan tanda-tanda vital, mencari tanda-tanda trauma akut kepala dan adanya kelainan sistemik, terpapar zat toksik, infeksi, atau adanya kelainan neurologis fokal. Bila terjadi penurunan kesadaran diperlukan pemeriksaan lanjutan untuk mencari faktor penyebab. Untuk menentukan faktor penyebab dan komplikasi kejang pada anak, diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang yaitu: laboratorium, pungsi lumbal, elektroensefalografi, dan neuroradiologi. Pemilihan jenis pemeriksaan penunjang disesuaikan dengan kebutuhan. Pemeriksaan yang dianjurkan pada pasien dengan kejang pertama adalah kadar glukosa darah, elektrolit, dan hitung jenis.

 Diagnosis Banding Ketika anak menampakkan gejala klinis seperti kejang, maka pemeriksa harus segera menentukkan sebab dari kejang tersebut. Penting untuk mengetahui apakah yang dialami seorang anak benar adalah kejang atau bukan kejang. Berikut adalah beberapa kondisi pediatrik yang dapat disalahartikan sebagai kejang : a. Sinkop Sinkop biasanya didahului oleh dizziness, pandangan yang kabur, penderita tahu jika sebentar lagi akan kehilangan kesadaran, dan pucat. Sinkop biasanya terjadi pada siang hari dan posisi penderita sedang berdiri. Sedangkan kejang terjadi secara tiba – tiba, kapan saja, dan dimana saja.

b. Breath holding spells

Breath holding spells merupakam salah satu episode apnea pada anak – anak, biasanya berkaitan dengan penurunan kesadaran. Breath holding spells terjadi pada 5% anak – anak berusia 6 bulan hingga 5 tahun. Ada beberapa tipe dari Breath holding spells yang menyerupai episode kejang, yaitu cyanotic spell dan pallid spell. Pada cyanotic spell, anak menangis kuat diikuti dengan menahan napas, sianosis, rigiditas otot dan pincang, serta seringkali disertai dengan gerakan seperti kejang pada ekstremitas. Pallid spell terjadi dengan rangsangan nyeri, diikuti dengan penderita tampak pucat dan kehilangan kesadaran yang singkat.

c. Migrain Pada anak dengan migrain, anak dapat kehilangan kesadaran, yang sering diawali dengan pandangan kabur, dizziness, dan kehilangan postur tubuh.

d. Paroxysmal movement disorders Paroxysmal movement disorders melibatkan aktivitas motorik yang abnormal dan dapat menyerupai kejang dan penurunan kesadaran jarang terjadi. Tics adalah gerakan berulang dan singkat dan dapat terjadi pada bagian tubuh manapun. Tics muncul terutama pada keadaan stres dan biasanya dapat ditekan kemunculannya. Shuddering attacks adalah tremor pada seluruh tubuh yang berlangsung selama beberapa detik dan setelah itu kembali ke aktivitas normal. Distonia akut ditandai dengan kontraksi wajah dan batang tubuh secara involunter dengan postur yang abnormal dan wajah yang meringis.

e. Pseudoseizures Pseudoseizures dapat muncul dengan gerakan seperti pada paroxysmal movement disorders. Pseudoseizures sulit dibedakan dengan kejang yang sebenarnya dan sering terjadi pada anak – anak dengan riwayat epilepsi.

f. Gangguan tidur

Gangguan tidur dapat dibedakan dengan kejang dengan melihat karaterisktik perubahan perilaku yang terjadi. Night terrors terjadi pada anak usia sebelum masuk sekolah. Anak tiba – tiba terbangun dari tidurnya, diikuti dengan menangis, berteriak dan tidak bisa didiamkan. Lalu anak kembali ke tidurnya dan tidak dapat mengingat kejadian tersebut. Sleepwalking atau somnabulisme dapat ditemukan pada anak usia sekolah yang terbangun dari tidurnya dan berjalan tanpa tujuan dan disertai dengan pandangan kosong lalu anak tersebut kembali ke tidurnya. Narcolepsy sering ditemukan pada anak usia remaja dengan perubahan kesadaran disertai rasa kantuk tak tertahan. Narcolepsy sering disertai dengan katapleksi, yaitu kehilangan tonus otot secara tiba – tiba

 Komplikasi Komplikasi Kejang Demam : a. Kerusakan neurotransmitter Lepasnya muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel ataupun membrane sel yang menyebabkan kerusakan pada neuron. b. Epilepsi Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsy. Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat yang dicirikan oleh terjadinya serangan yang bersifat spontan dan berkala. Bangkitan kejang yang terjadi pada epilepsi kejang akibat lepasnya muatan listrik yang berlebihan di sel neuron saraf pusat c. Kelainan anatomi di otak Serangan kejang yang berlangsung lama yang dapat menyebabkan kelainan di otak yang lebih banyak terjadi pada anak berumur 4 bulan sampai 5 tahun. d. Kecacatan atau kelainan neorologis karena disertai demam. e. Kerusakan jaringan otak Terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif sewaktu kejang melepaskan glutamat yang mengikat resptor M Metyl D Asparate (MMDA) yang

mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke sel otak yang merusak sel neuoran secara irreversible. f. Retardasi mental Dapat terjadi karena defisit neurologis pada demam neonatus. g. Aspirasi Lidah jatuh kebelakang yang mengakibatkan obstruksi jalan napas. h. Asfiksia Keadaan dimana bayi saat lahir tidak dapat bernafas secra spontan atau teratur.

Related Documents


More Documents from "ristieyen"