3. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Pertusis a. Anamnesis Dalam anamnesis ditanyakan identitas, kelushan utama serangan paroksismal dan bunyi whoop yg khas, serta gejala klinis pertusis lainnya, faktor resiko, riwayat keluarga, riwayat penyakit dahulu, riwayat imunisasi, dan riwayat kontak dengan pasien pertusis Daftar anamnesis 1. Tanyakan identitas dan usia pasien 2. Tanyakan keluhan utama : pada umunya batuk 3. Sudah berapa lama menderita batuk? 4. Bagaimana manifestasi batuk yang dialami setiap hari? 5. Bila batuk terjadi berlanjut lebih dari 7 hari: Apakah batuk berkepanjangan disertai atau tanpa batuk paroksismal? Apakah diikuti dengan whoop pada inspirasi? 6. Apakah pada akhir episode batuk selalu diikuti dengan muntah? 7. Apakah batuk muka merah, sianosis, mata menonjol, lidah menjulur, lakrimasi, salivasi, distensi vena leher, dan petekie di wajah dan konjungtiva? 8. Apakah anak menjadi apatis? 9. Apakah berat badan menurun? 10. Apakah batuk mudah dibangkitkan dengan stres emosional dan aktivitas fisik? 11. Selama terdapat gejala batuk apakah disertai demam? 12. Apakah disertai dengan gelisah dan sesak? 13. Apakah sudah diberi obat batuk dan obat penurun demam ? 14. Apakah ada yang menderita sakit serupa di lingkungan keluarga/ tetangga /sekolah? 15. Adakah riwayat alergi dalam keluarga?
b. Pemeriksaan fisik Gejala klinis yang didapat pada pemeriksaan fisik tergantung dari stadium saat pasien diperiksa.
Stadium kataral Selama 1-2 minggu
Gejala-gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas predominan rinore, conjuctival injection, lakrimasi, batuk ringan, panas tidak begitu tinggi Pada stadium ini biasanya diagnosis pertussis belum dapat ditetapkan Stadium paroksismal Selama 2-4/6 minggu Jumlah dan berat batuk bertambah Batuk khas, ada ulangan 5-10 batuk kuat selama ekspirasi yang diikuti oleh usaha inspirasi masif yang mendadak yang menimbulkan “whoop” ( udara dihisap secara kuat melalui glotis yang sempit) Mukanya merah atau sianosis, mata menonjol, lidah menjulur, lakrimasi, salivasi dan distensi vena leher selama serangan. Episode batuk-batuk yang paroksimal dapat terjadi lagi sampai obstruksi “mucous plug” pada saluran nafas menghilang Pada stadium paroksismal dapat terjadi petekia pada kepala dan leher atau perdarahan konjungtiva. Emesis sesudah batuk dengan paroksimal adalah cukup khas sehingga anak dicurigai menderita pertussis walaupun tidak ada “whoop”. Anak tampak apatis dan berat badan menurun. Serangan-serangan dapat dirangsang dengan menguap, bersin, makan, minum, aktivitas fisik atau malahan sugesti Diantara serangan penderita tampak sakit minimal dan lebih enak “Whoop” dapat tidak ditemukan pada beberapa penderita terutama bayi-bayi muda Stadium Konvalesens Selama 1-2 minggu Episode paroksimal batuk dan muntah sedikit demi sedikit menurun dalam frekuensi dan beratnya Batuk dapat menetap untuk beberapa bulan Pemeriksaan fisik umumnya tidak informatif Pada stadium paroksismal dapat terjadi petekia pada kepala dan leher / perdarahan konjungtiva