Sap 6.docx

  • Uploaded by: aida
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sap 6.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,906
  • Pages: 17
PERILAKU ORGANISASI EMA 224 AP SAP 6

Oleh Kelompok 1: Ni Putu Arlita Ekayanti (1607531069 / 01) Putu Pradnyani (1607531072 / 02)

Disampaikan Kepada : Dr. I Gede Riana, S.E., M.M

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA 2018

1. PENGERTIAN KOMUNIKASI Istilah komunikasi sesungguhnya berpangkal dari perkataan latinCommunis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga memiliki akar kata berbahasa latinCommunico yang artinya membagi (Stuart dalam Cangara, 2004: 18). Ilmu komunikasi merupakan suatu upaya yang sistematis untuk merumuskan prinsipprinsip secara tegas, dan atas dasar prinsip-prinsip tersebut disampaikan informasi serta dibentuk pendapat dan sikap (Hovland dalam Cangara, 2004: 17). Kelompok sarjana komunikasi yang memfokuskan diri pada studi komunikasi antar manusia menyatakan bahwa “Komunikasi adalah suatu pertukaran, proses simbolik yang menghendaki orang-orang agar mengatur lingkungannya (1) dengan membangun hubungan antar sesame manusia; (2) melalui pertukaran informasi; (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain; (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu” (Book dalam Cangara, 2004: 18). Everett M. Rogers, seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika, membuat definisi “Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi terhadap satu sama lain, yang pada giliranya akan tiba kepada saling pengertian” (Rogers dan Kincaid dalam Cangara 2004: 19). Ada pula yang mendefinisikan bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Dalam makna yang sederhana, komunikasi ada proses bertukar pengertian (Sutrisna Dewi, 2007: 3). Miller (1996) dalam Nimran (1999) mengatakan bahwa komunikasi adalah kegiatan dengan nama seseorang (sumber) secara sungguh-sungguh memindahkan stimuli guna mendapatkan tanggapan. Indriyo Gitosudarmo dan I nyoman Sudita (1997) mendefinisikan komunikasi sebagai penyampaian atau pertukaran informasi dari pengirim kepada penerima baik lisan, tertulis maupun menggunakan alat komunikasi. Gibson (1996) mengatakan bahwa komunikasi out adalah pengiriman informasi beserta pemahamannya dengan menggunakan simbol verbal atau non verbal. Sementara itu Robbins dan Coulter (2004) mengatakan pengertian komunikasi itu adalah penyampaian dan pemahaman suatu maksud. Yang perlu diperhatikan dalam definisi ini adalah penekanannya 2

pada penyampaian maksud dan pemahaman maksud. Tanpa penyampaian maksud, komunikasi tak akan pernah terjadi. Tanpa pemahaman maksud komunikasi jarang berhasil. Umar Nimran (1999) akhirnya menyimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari satu sumber berita kepada penerima melalui saluran tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan tangapan dari penerima.

2. PROSES DAN UNSUR KOMUNIKASI 2.1 Proses Komunikasi Sebelum dilakukan, komunikasi emmerlukan suatu tujuan, suatu pesan yang akan disampaikan antara

pengirim

dan penerima. Pengirim

akan mengodekan

pesan

(mengubahnya menjadi bentuk simbolis) da meneruskannya melalui sebuah medium (saluran) kepada penerima, yang akan menguraikan isi kode tersebut. Hasilnya adalah perpindahan makna dari satu orang ke yang lainnya. Bagian utama dari proses komunikasi adalah (1) pengirim, (2) mengodekan, (3) pesan, (4) saluran, (5) menguraikan isi kode, (6) penerima, (7) kebisingan, dan (8) umpan balik. Pengirim memulai suatu pesan dengan mengodekan pemikirannya. Pesan adalah sebuah tindakan aktual produk fisik dari pengodean pengirim. Ketika berbicara, ucapan adalah pesan. Ketika menulis, makan tulisan adalah pesannya. Ketika melakukan isyarat gerakan, maka gerakan dari lengan dan ekspresi wajah merupakan pesan. Saluran adalah medium melalui mana pesan-pesan akan berjalan. Pengirim memilihnya, kemudian menentukan apakah menggunakan saluran yang formal atau informan. Saluran formal ditetapkan oleh organisasi dan mengirimkan pesan yang terkait dengan aktivitas profesional dari para anggotanya. Mereka secara tradisional mengikuti rantai wewenang di dalam organisasi. Bentuk lainnya dari pesan, seperti misalnya pribadi atau sosial, yang mengikuti saluran informal, yang mana berlangsung secara spontan dan berkembang sebagai tanggapan atas pilihan-pilihan individu. Penerima adalah orang kepada siapa pesan akan diarahkan, yang pertama-tama harus menerjemahkan symbol-simbol ke dalam bentuk yang dapat dipahami. Tahap ini adalah menguraikan isi kode dari pesan. Kebisingan mencerminkan hambatan dalam komunikasi yang memutarbalikkan kejelasan dari pesan, seperti misalnya permasalahan persepsi, informasi yang berlebihan, kesulitan semantik, atau perbedaan budaya. Kaitan terakhir dalam proses komunikasi ini adalah lompatan umpan balik. Umpan 3

balik dan pemeriksaan mengenai seberapa berhasilkah dalam proses memindahkan pesan. Ini menentukan apakah pemahaman telah tercapai atau belum. 2.2 Unsur Komunikasi Laswell yang diikuti oleh Onong Uchjana Effendy (1996) menegaskan bahwa komunikasi dalam prosesnya meliputi lima unsur yakni sebagai berikut: 1. Komunikator atau orang/pihak yang menyampaikan suatu pesan kepada orang/pihak lain. 2. Pesan, yang bisa berbentuk informasi, ide, ataupun sikap. 3. Media, sebagai saluran untuk melangsungkan suatu pesan. Media disini ada yang berupa Bahasa, isyarat dengan anggota tubuh, gambar dan warna, serta lain lambing yang dapat digunakan untuk mengekspresikan pikiran atau perasaan. 4. Komunikan atau orang/pihak yang menerima pesan. 5. Efek yakni dampak yang muncul pada pihak komunikan yang bisa berupa dampak kognitif misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu. Dampak yang lain adalah dampak apektif dari yang sebelumnya tidak suka menjadi suka yang tidak setuju menjadi setuju. Dampak yang berkait dengan sikap juga menjadi sasaran misalnya dari yang malas menjadi rajin yang sering ingkar menjadi patuh.

3. KOMUNIKASI ANTAR INDIVIDU DALAM KELOMPOK Nimran (1999) mengatakan bahwa ada bermacam-macam paradigma atau cara pandang yang dapat dipakai untuk membedakan berbagai bentuk komunikasi, yaitu: 1. Aspek Lingkup Organisasi a. Komunikasi intern, komunikasi yang terjadi antara pihak-pihak internal. b. Komunikasi

ekstern,

komunikasi

antara

suatu

organisasi

dengan

pihak

eksternal/pihak lain. 2. Aspek Sudut Arah a. Komunikasi searah, komunikasi yang ditandai oleh adanya satu pihak yang aktif yaitu pengiriman/penyampai informasi sedangkan pihak lainnya pasif dan menerima. b. Komunikasi dua arah, komunikasi yang ditandai peran aktif kedua belah pihak baik pemebri atau penerima informasi. 3. Aspek Tingkatan Organisasi 4

a. Komunikasi vertikal adalah komunikasi yang berlangsung antara bawahan dengan atasan dalam hirarki organisasi. b. Komunikasi horisontal adalah komunikasi yang terjadi di antara para pejabat yang sederajat/selevel. 4. Aspek Aliran Komunikasi dalam Organisasi a. Komunikasi dari atas ke bawah, komunikasi yang mengalir dari manajer ke bawah atau ke para karyawan. b. Komunikasi dari bawah ke atas, komunikasi yang mengalir ke atas yakni dari karyawan ke manajer. c. Komunikasi horizontal/lateral yang komunikasi yang terjadi di antara semua karyawan ditingkatan organisasi yang sama. d. Komunikasi diagonal, komunikasi antara orang-orang yang mempunyai hirarki berbeda dan tidak memiliki hubungan wewenang secara langsung. 5. Aspek Media atau Alat yang Digunakan a. Komunikasi visual, komunikasi yang memakai alat tertentu untuk mengiriam pesan yang dapat ditangkap oleh mata. Contoh memo, poster, surat kabar dan semacamnya. b. Komunikasi audial, komunikasi yang menggunakan alat tertentu yang dapat ditangkap oleh telinga. Contoh radio, telepon, radio. c. Komunikasi audio-visual, komunikasi yang memakai alat tertentu yang pesannya ditangkap oleh mata dan telinga secaraa bersamaan. Contoh: video, film, VCD, LD, dan sebagainya. 6. Aspek Cara Penyampaian a. Komunikasi verbal, komunikasi yang pesan-pesannya disampaikan dengan memakai kata-kata yang dapat dimengerti baik lisan maupun tulisan. b. Komunikasi nonverbal/komunikasi tanpa kata, komunikasi yang pesan-pesannya disampaikan melalui symbol, isyarat atau perilaku tertentu. Seperti gerakan- gerakan tubuh, intonasi suara, ekspresi wajah dan jarak antara pembicara dengan pendengar. 7. Aspek Strategi atau Teknik a. Komunikasi koersif, komunikasi yang dengan cara memaksa agar komunikasi mau menerima pesan yang disampaikan. Misalnya dengan teror, boikot, ancaman ataupun dengan menunjukkan kekuasaan. 5

b. Komunikasi persuasif, komunikan, sehingga ia tidak saja menerima, menyetujui tetapi mau melaksanakannya dalam bentuk kegiatan atau tindakan sebagaimana yang dikehendaki oleh sikomunikator. 8. Aspek Jaringan dimana Informasi Mengalir a. Komunikasi informal, komunikasi yang tidak resmi sumber dan maksudnya. Contohnya seperti pembicaraan desas-desus, gosip dan yang sejenisnya. b. Komunikasi formal, komunikasi yang berkaitan dengan tugas dan mengikuti rantai wewenang. 9. Aspek Manajerial a. Komunikasi interpersonal, yakni komunikasi antara dua orang atau lebih. b. Komunikasi organisasi, yakni semua pola, jaringan, dan sistem komunikasidalam suatu organisasi.

4. KOMUNIKASI KEORGANISASIAN Jaringan organisasi yang formal dapat menjadi lebih rumit, meliputi ratusan orang dan setengah lusin atau lebih banyak level hierarki. Rantai dengan ketat mengikuti rantai perintah yang formal atau resmi; jaringan ini mendekati saluran komunikasi yang akan anda temukan dalam ketiga level organisasi yang ketat. Roda bergantung pada sebuah sosok sentral untuk bertindak sebagai saluran bagi seluruh komunikasi kelompok; ini menstimulasi jaringan komunikasi yang akan anda temukan pada sebuah tim dengan seorang pemimpin yang kuat. Jaringan seluruh saluran memperbolehkan para anggota kelompok bebas untuk memberikan kontribusi dan tidak ada seorang pun yang mengambil peran pemimpin. 4.1 Kabar Selentingan (Gosip) Jaringan komunikasi informal dalam sebuah kelompok atau organisasi di sebut kabar selentingan.Meskipun rumor dan gossip dikirimkan melalui kabar selentingan yang informal, tetapi masih merupakan sumber informasi yang penting bagi para pekerja dan para kandidat (yaitu para pekerja yang dicalonkan menerima promosi). Kabar selentingan atau informasi melalui perkataan mulut dari para rekan mengenai sebuah perusahaan memiliki pengaruh yang penting pada apakah para pelamar pekerjaan akan bergabung dengan organisasi atau tidak.

6

Kabar selentingan merupakan bagian penting dari jaringan komunikasi dalam suatu kelompok atau organisasi. Kabar selentingan juga memenuhi kebutuhan dari para pekerja; pembicara kecil menciptakan rasa kedekatan dan persahabatan di antara mereka yang berbagi informasi, meskipun riset menyarankan bahwa hal ini sering kali terjadi dengan mengorbankan orang-orang yang berada di “luar” kelompok. Terdapat pula bukti bahwa gossip sangat didorong oleh jaringan sosial dari pekerja yang mana para manajer dapat belajar untuk mempelajari lebih banyak mengenaibagaimana informasi yang positif dan negative mengalir ke seluruh organisasi. Dengan demikian, kabar selentingan tidak akan dikenakan sanksi atau dikendalikan oleh organisasi. 4.2 Mode Komunikasi 1. Komunikasi Lisan Sarana utama dalam menyampaikan pesan adalah komunikasi lisan. Pidato, diskusi formal satu-satu dan diskusi kelompok, serta rumor secara informal atau kabar selentingan merupakan bentuk-bentuk yang terkenal dari komunikasi lisan. Keuntungan dari komunikasi lisan adalah kecepatan dan umpan balik. Jika penerima belum yakin dengan pesannya, maka umpan balik yang cepat memungkinkan pengirim untuk mendeteksi secara cepat dan memperbaikinya.Salah satu kelemahan utama pada komunikasi lisan munculnya saat sebuah pesan harus melewati sejumlah orang; semakin banyak orang, semakin besar resiko terjadi penyimpangan. a. Rapat Pertemuan dapat menjadi formal atau informal, meliputi dua atau lebih banyak orang, dan terjadi dalam hampir setiap kesempatan. Bahkan penyusunan interaksi bisnis biasa

dengan

orang

lain

sebagaimana

pertemuan

dapat

membantu

kita

menitikberatkan perhatian pada perkembangan. Setiap pertemuan adalah peluang untuk “menyelesaikan segala sesuatu hal,”kata CEO Kris Duggan di Badgeville, dan untuk “bersinar”. b. Videoconferencing Videoconferencing memungkinkan para pekerja dan para klien untuk melaksanakan pertemuan secara real-time dengan orang-orang di lokasi-lokasi berbeda. Live audiodan videoimage memungkinkan kita untuk melihat, mendengar, dan berbicara dengan orang lain tanpa hadir secara fisik pada lokasi yang sama. 7

c. Telepon Telepon ada di sekitar kita sejak lama yang justru cenderung kita abaikan efisiensinya sebagai model komunikasi. Komunikasi melalui telepon menawarkan banyak manfaat seperti pertemuan, dan begitu telepon berbunyi maka kita akan berusaha untuk segera memberikan tanggapan. Panggilan telepon dapat berupa pertemuan secara formal atau pembicaraan secara informal, juga dijadwalkan atau secara spontan. Komunikasi melalui telepon waktunya cepat, dan lebih sedikit ambiguitas daripada e-mail. Namun, pesan melalui telepon lebih mudah terabaikan. 2. Komunikasi Melalui Tulisan Komunikasi secara tulisan meliputi surat, e-mail, pesan singkat organisasional secara berkala, dan banyak metode lain yang menyampaikan tulisan dengan kata-kata atau simbol. a. Surat Dari semua bentuk komunikasi secara tulisan, menulis surat adalah yang paling kuno dan yang paling bertahan lama. b. Power Point Power point dan format slide lainnya seperti Prezi dapat menjadi mode komunikasi yang sangat sempurna karena perangkat lunak untuk mengumpulkan slide menggabunggkan kata-kata sengan elemen visual untuk melibatkan pembaca dan membantu dalam menjelaskan gagasan-gagasan yang kompleks. Power Point sering digunakan bersamaan dengan presentasi lisan, tetapi daya tariknya sangat intuitif yang dapat berfungsi sebagai mode komunikasi utama. c. Surat Elektrik (E-mail) Pesan e-mail dapat ditulis, diedit, dan disimpan dengan cepat. E-mail dapat di distribusikan kepada salah satu atau ribuan orang hanya menekan dengan satu tombol, meskipun beberapa perusahaan (seperti perusaan data Nielson) telah melarang fitur “balas ke semuanya”. Biaya untuk mengirimkan pesan e-mail secara formal kapada para pekerja adalah penghematan dari biaya cetak, duplikasi, dan distribusi surat yang setara dengan brosur. d. Pesan Singkat

8

Seperti e-mail, pesan singkat (IM) biasanya dilakukan via computer. Ini merupakan teknologi yang tersinkronisasi,artinya anda perlu berada disana untuk menerima pesan. Dengan cara ini IM beroperasional seperti telepon tanpa mesin penjawab. e. Pesan Teks Pesan teks (TM) (atau lebih dikenal SMS) mirip dengan pesan singkat yang mana keduannya merupakan teknologi yang tersinkronisasi, tetapi pesan teks biasanya dilakukan via telepon seluler dan sering kali sebagai alternative daripada panggilan telepon. f. Media Sosial Tidak ada satupun tempat yang memiliki komunikasi yang lebih ditransformasika daripada kenaikan jejaring sosial seperti misalnya Facebook dan Linkedln, dan bisnis mengambil keuntungan dari peluang hadirnya media sosial ini. g. Blog Sebuah blog (singkatan dari web log) adalah sebuah situs Web mengenai seseorang atau perusahaan. h. Lainnya Flickr, Pinterest, Google+, YouTube, Wikis, Jive, Socialtext, dan Sosial Cast hanya beberapa dari sekian banyaknya platform sosial untuk public dan industry tertentu, dengan meluncurkan hal baru setiap harinya. Beberapa hanya untuk satu tipe posting semata. 3. Komunikasi Non Verbal Komunikasi non-verbal meliputi gerakan tubuh, intonasi atau penekanan yang kita berikan atas kata-kata, ekspresi wajah, serta jarak fisik antara pengirim dan penerima.

5. HAMBATAN TERHADAP KOMUNIKASI 1. Penyaringan InformasI Komunikator cenderung memanipulasi informasi supaya lebih dapat diterima dengan baik oleh komunikan/penerima. Minat pribadi dan persepsi mengenai apa yang menurut komunikator penting bagi penerima sangat mempengaruhi penyaringan dan hasilnya. Semakinbanyak jumlah tingkatan struktur organisasi yang harus dilalui oleh suatu informasi semakin besar kemungkinan untuk peyaringan. Namun, hal ini wajar 9

terjadikarena dala struktur organisasi semakin ke bawah semakin spesialis dibidang maing-masing. 2. Persepsi Yang Selektif Penerimaan dalam proses komunikasi menyeleksi apa yang mereka terima berdasarkan kebutuhan, motivasi, latar belakang pengalaman dan karektiristik pribadi lainnya. Penerima atau komunikan juga memproyeksikan minat dan harapan mereka pada saat melakukan decoding (mengartikan simbol-simbol). 3. Emosional Bagaimana perasaan komunikan/penerima pada saat ia menerima pesan akan mempengaruhi interpretasinya mengenai pesan tersebut. Pesan yang sama akan diinterpretasikanberbeda pada keadaan marah atau emosi netral. Emosi-emosi yang ekstrim seperti gembira yang berlebihan atau sedih sangat mungkin menghalangi komunikasi yang efektif. 4. Bahasa Kata-kata yang sama dapat berarti berbeda untuk orang yang tidak sama. Usia, pendidikan dan latar belakang budaya merupakan tiga variabel yang biasanya mempengaruhi bahasa yang digunakan dan arti yang diberikan kepada kata-kata. Di dalam suatu organisasi, pegawai berasal dari latar belakangyang tidak sama. Ditambah lagi pengelompokan dalam unit kerja tertentu berdasarkan spesialisasi yang pada akhirnya menciptakan/mengembangkan istilah-istilah teknis dan ungkapan-ungkapan yang khas dan sering pegawai tidak tahu istilah-istilah khusus yang digunakan. Komunikator cenderung berpendapat bahwa kata-kata atau istilah yang mereka gunakan mempunyai arti yang sama bagi komunikan/penerima. 5. Kurang Perhatian Kesalahpahaman terjadi karena orang tidak membaca dengan benar suatu pesan atau informasi, baik dalam bentuk pengumuman, artikel, atau tidak mendengar percakapan orang dengan baik. 6. Faktor Hello Effect Terjadi jika komunikator adalah orang yang disenangi atau dihormati, maka audiens atau penerima langsung akan mempercayai apa yang dikatakan walaupun belum tentu benar atau sebaliknya. 10

7. Perilaku Defensif Ketika seseorang merasa terancam, ia cenderung akan bereaksi dengan cara mengurangi kemampuannya untuk mencapai saling pengertian. Yakni ia menjadi defensif terlibat dalam perilaku seperti secara verbal menyerang orang lain, memberikan jawaban kasar, berperilaku seperti penilai, dan mempertanyakan motif orang lain. Ketika individu menafsirkan pesan yang datang sebagai sesuatu yang mengancam, ia akan meresponnya dengan cara yang menghambat keefektifan komunikasi. 8. Kebanjiran Informasi Ketika informasi yang harus diterima melampaui kapasitas pemrosesan karena membanjirnya informasi (e-mail, telepon, faxs, notla rapat, bacaan) akan ada kecenderungan untuk membuang,mengabaikan, melewatkan atau dilupakan atau menunda pemrosesannya sampai situasi kebanjiran informasi selesai.

6. MENGATASI HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI Menurut Bovee dan Thill, 2003: 22 (Dalam Sutrisna Dewi, 2007: 18) terdapat beberapa cara mengatasi hambatan dan memperbaiki komunikasi agar menjadi efektif , yaitu sebagai berikut: 1. Memelihara iklim komunikasi terbuka Iklim komunikasi merupakan campuran dari nilai, tradisi, dan kebiasaan. Komunikasi terbuka akan mendorong keteresterangan dan kejujuran serta mempermudah umpan balik. 2. Bertekat memegang teguh etika berkomunkasi Etika merupakan prinsip – prinsip yang mengatur seseorang untuk bersikap atau membawa diri. Komunikasi etis termasuk semua informasi yang relevan, benar dalam segala segi, dan tidak memberdayakan orang lain dengan cara apapun. Perbedaan nilai – nilai

yang

dianut

bisa

menyebabkan

terjadinya

dilemma

etika.

Misalnya,

mengungkapkan atau merahasiakan kecurangan yang dilakukan organisasi. 3. Memahami kesulitan komunikasi antarbudaya Majunya perkembangan teknologi dan informasi telah menyebabkan terjadinya interaksi antar budaya. Memahami latar belakang, pengetahuan, kepribadian, dan persepsi

11

antarbudaya akan membantu mengatasi hambatan komunikasi yang terjadi karena perbedaan budaya. 4. Menggunakan pendekatan berkomunikasi yang berpusat pada penerima Berarti tetap mengingat penerima ketika berkomunikasi. Sikap empati, peduli, atau peka terhadap perasaan dan kepentingan orang lain bisa menjadi kunci keberhasilan dalam berkomunikasi. 5. Menggunakan teknologi secara bijaksana dan bertanggung jawab untuk memperoleh dan membagi informasi Penggunaan teknologi secara bijaksana dan bertanggung jawab untuk menyusun, merevisi, dan mendistribusikan pesan akan mendorong terciptanya komunikasi yang efektif. 6. Menciptakan dan memproses pesan secara efektif dan efisien. Hal itu dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti: a. Memahami penerima pesan b. Menyesuaikan pesan dengan penerima c. Mengembangkan dan menghubungkan gagasan d. Mengurangi jumlah pesan e. Memilih saluran atau media yang tepat f. Meningkatkan keterampilan berkomunikasi Sedangkan menurut Komang Ardana, dkk (2013: 64) terdapat beberapa cara dalam mengatasi atau mengurangi hambatan dalam komunikasi, yaitu sebagai berikut: 1. Mendengarkan dengan aktif Mendengar adalah menangkap vibrasi suara, sedangkan mendengarkan adalah memberi arti kepada yang didengar. Oleh sebab itu mendengarkan membutuhkan atensi, interpretasi dan mengingat rangsangan suara. Empat syarat mendengarkan dengan aktif, yaitu: a. Intensitas Berkonsentrasi

penuh

pada

apa

yang

disampaikan

oleh

pembicara

dan

menyampingkan pikiran – pikiran lain sehingga dapat menghubungkan informasi yang diterima dengan topik pembicaraan. 12

b. Empati Berusaha mengertikan apa yang diinginkan oleh pembicara dengan menyesuaikan apa yang dilihat dan rasakan dalam pembicaraan sehinggan bisa meningkatkan persamaan antara interpretasi kita dan maksud pembicaa. c. Penerimaan Pendengar yang aktif memiliki penerimaan yang obyektif atas apa yang didengar dan dilihat. Pendengar yang aktif adalah menyerap informasi dari seseorang tanpa menilai isinya sampai yang bersangkutan selesai berbicara. d. Tanggung jawab untuk melengkapi infomasi Komunikan harus melengkapi informasi yang diterima dan artinya. Bila perlu, mengajuka

pertanyaan

untuk

memperoleh

pengertian

yang

sama

dengan

komunikator. 2. Memberikan umpan balik (feedback) Setiap orang yang berbicara memperhatikan umpan balik yang diberikan lawan bicaranya baik bahasa verbal maupun non verbal, kemudian memberikan penafsiran terhadap umpan balik itu secara benar. Misalnya dengan ekspresi wajah tertentu bila si komunikan tidak mengajukan pertanyaan. Adapun cara lain dalam mengatasi hambatan dalam komunikasi, antara lain: 1. Pahami perbedaan individu atau kompleksitas individu dengan baik Setiap individu merupakan pribadi yang khas yang berbeda baik dari latar belakang psikologis, sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan. Dengan memahami, seseorang dapat menggunakan taktik yang tepat dalam berkomunikasi. 2. Gunakan komunikasi langsung (face to face) Komunikasi langsung dapat mengatasi hambatan komunikasi karena sifatnya lebih persuasif. Komunikator dapat memadukan bahasa verbal dan bahasa non verbal. Disamping itu kata - kata yang selektif dapat pula digunakan kontak mata, mimik wajah, dan bahasa tubuh lainnya yang membuat komunikasi lebih berdaya guna. 3. Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah Kosa kata yang digunakan hendaknya dapat dimengerti dan dipahami, jangan menggunakan istilah - istilah yang sulit untuk dimengerti pendengar. Gunakan pola 13

kalimat sederhana karena kalimat yang mengandung banyak anak kalimat membuat pesan sulit dimengerti.

7. ISU-ISU DALAM KOMUNIKASI Menurut Stephen P. Robbins (2006), ada empat isu terkini yang berhubungan dengan komunikasi dlam sebuah organisasi, yaitu : 1. Penghalang komunikasi antara pria dan wanita Adakalanya seorang pria merasa kesulitan untuk berkomunikasi dengan seorang wanita atau dengan kata lain perbedaan gender seringkali menjadi penghalang dalam melakukan komunikasi yang efektif. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Deborah Tannen (Stephen P. Robbins : 2006), yang menjadi penyebab dari hal itu adalah adanya perbedaan antara pria dan wanita dlam gaya pembicaraan mereka. Biasanya, pria menggunakan

pembicaraan

untuk

menekankan

status

sedangkan

wanita

menggunakannya untuk mendapatkan koneksi. Menurut Tannen (Stephen P. Robbins : 2006), komunikasi merupakan tindakan penyeimbangan yang berkesinambungan, yang mengubah kebutuhan kebutuhan yang berbenturan menjadi keakraban dan independensi. Keakraban menekankan kedekatan dan kebersamaan. Independensi menekankan keterpisahan dan perbedaan. Masalahnya adalah, wanita berbcara dan mendengar bahasa untuk menciptakan hubungan dan keakraban sedangkan pria berbicara dan mendengar bahasa untuk menekankan status kekuasaan dan independensi. Jadi untuk banyak pria, pembicaraan merupakan cara untuk mempertahankan independensi dan status dalam tertib social hierarkis. Sedangkan bagi banyak wanita, pembicaraan merupakan negosiasi untuk menciptakan kedekatan dimana mereka mencoba mencari dan memberikan informasi serta dukungan. 2. Diam sebagai komunikasi Pengertian diam dalam konteks komunikasi adalah tidak adanya pembicaraan atau suara, yang umumnya diabaikan sebagai bentuk komunikasi dalam perilaku organisasi karena menggambarkan tiadanya tindakan atau perilaku. Tetapi diam kadang bukan berarti tidak ada tindakan. Diam oleh banyak orang tidak dianggap sebagai gagal komunikasi, sebaliknya diam dapat menjadi bentuk komunikasi yang sangat kuat. Diam 14

dapat berarti seseorang sedang memikirkan sesuatu, cemas, takut berbicara, serta dapat mengisyaratkan kesepakatan, menolak, kecewa, atau marah. Kegagalan dalam memberikan perhatianpada bagian diam dari percakapan dapat berakibat kehilagan bagian penting dari pesan. Komunikasi yang cerdik memperhatikan kesenjangan, jeda, dan keragu-raguan. Mereka mendengar dan menginterpretasikan. Kadangkala pesan yang nyata dalam komunikasi terkubur dalam diam (Stephen P. Robbins : 2006). 3. Komunikasi yang benar secara politis Secara sederhana, komunikasi politik (political communication) adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang baru. Komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi antara ”yang memerintah” dan ”yang diperintah”. Mengkomunikasikan politik tanpa aksi politik yang kongkretsebenarnya telah dilakukan oleh siapa saja : mahasiswa, dosen, tukang ojek, penjagawarung, dan seterusnya. Tak heran jika ada yang menjuluki Komunikasi Politik sebagai neologisme, yakni ilmu yang sebenarnya tak lebih dari istilah belaka. Dalam pergaulan sehari-hari seringkali kita memodifikasikata-kata yang kita gunakan sehingga terkesan lebih halus dan lebih menjaga perasaan orang lain. Dan ini akan menjadi suatu bekal bagi kita agar dapat melakukan komunikasi yang efektif. Kita harus peka terhadap perasaan orang lain. Kata-kata tertentu dapat membuat stereotype, mengancam, dan menghina individu. Begitupula dalam sebuah organisasi yang memilik angkatan kerja yang beragam dan hierakri kepemimpinan yang berbeda pula. Tetapi kadang kitapun mengalami kesulitan untuk memodifikasi suatu kata yang memiliki ketepatan tertentu sehingga kita sulit untuk memodofikasinya menjadi sebuah kata yang lebih halus. Kata-kata merupakan alat promer untuk melakukan komunikasi. Semakin banyak perbendaharaan kata yang digunakan oleh pengirim dan penerima, makin besar kesempatan untuk menyampaikan pesan secara akurat. Dengan menghilangkan kata-kata tertentu dari perbendaharaan, kita akan lebih sulit untuk melakukan komunikasi secara akurat. Sedangkan bila kita menggantikan kata-kata dengan istilah yang baru yang 15

maknaya tidak begitu dipahami, kita telah memperkecil kemungkinan pesan kita akan diterima sesuai dengan maksud kita. Kita harus peka dengan pemilihan kata karena terkadang itu bisa melukai perasaan orang lain. Tetapi kitapun harus hati-hati dalam menghilangkan atau memodifikasi katakata yang kita gunakan karena hal tersebut bisamenjadi penghalang komunikasi yang efektif. Intinya adalah kita harus menyadari bahaya dan perlunya menemukan keseimbangan yang tepat. 4. Komunikasi lintas budaya Perbedaan kebiasaan dan kebudayaan kerap kali enjadipenghalang komunikasi yang efektif. Menurut Stephen P. Robbins (2006), sedikitnya ada empat masalah yang menjadikan factor budaya ini menjadi penghambat dalam komunikasi, yaitu: a. Hambatan yang disebabkan oleh semantik Makna kata bisa berlainan untuk orang yang berbeda. Hal ini dikarenakan beberapa kata ada yang tidak bisa diterjemahkan kedalam bahasa atau budaya lain. b. Hambatan yang disebabkan oleh konotasi kata Seringkali dalam bebrapa bahasa terdapat kata yang sama, baik dalam penulisan meupun dalam pengucapannya, tetapi memiliki makna yang bebeda. Tentu saja hal ini dapat menyebabkan kesalahpahaman dan menjadikan komunikasi menjadi tidak efektif. c. Habatan yang disebabkan oleh perbedaan nada Setiap daerah atau suku biasanya mempunyai kebudayaan yang berbeda tidak terkecuali dengan nada berbicara. Bagi orang batak misalnya, mereka sudah terbiasa berbicara dengan nada yang tingi. Tetapi bagi orang sunda, biasanya nada yang tingi ini sering diidentikan dengan keadaan marah atau tidak sopen dalam pembicaraan sehari-hari. d. Hambatan yang disebabkan oleh beda persepsi Biasanya orang yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda mempunyai pandangan yang berbeda dalam mempersepsikan sesuatu.

16

DAFTAR PUSTAKA Ardana, Komang., Mujiati, Ni Wayan., dan Ayu Sriathi Anak Agung. 2009. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: Graha Ilmu. Dewi, Sutrisna. 2007. Komunikasi Bisnis. Yogyakarta: Penerbit ANDI Robbin, Stephen P., dan Timothy A. Judge. 2015. Perilaku Organisasi, Edisi 16. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

17

Related Documents

Sap
June 2020 69
Sap
November 2019 86
Sap
June 2020 67
Sap
November 2019 82
Sap
November 2019 80
Sap
May 2020 58

More Documents from ""