Santo Dan Santo Dalam Gereja Katolik.docx

  • Uploaded by: Yuni Simbolon
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Santo Dan Santo Dalam Gereja Katolik.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 14,667
  • Pages: 39
Santo Theodosius Theodosius Agung, Theodosius of Cappadocia, Theodosius the Coenobriarch



Perayaan 11 Januari



Lahir Tahun 423



Kota asal Asia Kecil (sekarang Turki)



Wilayah karya Yerusalem



Wafat Tahun 529 di Cathismus; oleh sebab alamiah



Kanonisasi

Santo Theodosius 

Hits : 2721



Diterbitkan : 23 Juli 2013



Diperbaharui : 09 Januari 2017

Santo Theodosius lahir dari keluarga Kristen yang saleh. Dari usia kanak-kanak ia sudah belajar agama dengan tekun. Pada masaa mudanya ia terinspirasi oleh kisah Abraham bapa kaum beriman, hingga iapun meninggalkan rumah untuk mengikuti panggilan Tuhan dan berangkat berziarah ke Yerusalem. Disana dia bertemu dengan para pertapa suci lainnya yang sama seperti dirinya; meninggalkan kehidupan duniawi dan mencari Tuhan dalam keheningan di padang gurun. Santo Simeon dari Antiokhia mengenali kesucian hatinya lalu mengundang Theodosius kepertapaannya untuk beberapa saat. Setelah itu Theodosius pergi ke Yerusalem di mana legenda mengatakan ia bertemu dan kemudian dibimbing oleh Santo Longginus the Centurian, seorang suci yang saat itu sudah berusia hampir 500 tahun. Theodosius membangun sebuah biara besar di Cathismus, dekat Betlehem. Tak lama kemudian, biaranya telah dipenuhi dengan para biarawan dari Yunani, Armenia, Arabia, Persia dan negaranegara Slav. Pada akhirnya, wilayah itu berkembang menjadi sebuah “kota kecil”. Satu bangunan diperuntukkan orang-orang sakit, satu untuk orang-orang lanjut usia, dan satu untuk kaum miskin dan kaum tuna wisma. Theodosius senantiasa murah hati. Ia memberi makan suatu antrian fakir miskin yang tanpa akhir. Terkadang tampaknya tak akan tersedia cukup makanan bagi para biarawan. Tetapi Theodosius menempatkan kepercayaan besar pada Tuhan. Ia tidak pernah membiarkan mereka yang datang pergi dengan tangan kosong, bahkan meski nyaris tak tersisa lagi makanan. Biara itu merupakan suatu tempat yang amat damai. Para biarawan hidup dalam keheningan dan doa. Semuanya berjalan begitu baik hingga Patriark Yerusalem menunjuk Theodosius sebagai pemimpin dari segenap biarawan di timur. Santo Theodosius wafat pada tahun 529 dalam usia 106 tahun. Patriark Yerusalem dan banyak orang menghadiri pemakamannya. Theodosius dimakamkan di mana ia pertama-tama hidup sebagai seorang biarawan. Tempat itu disebut Gua Para Majus. Orang percaya bahwa Para Bijak tinggal di sana ketika mereka datang dalam perjalanan mencari Yesus.

Santa Anna dan Santo Yoakim, Orangtua Santa Perawan Maria

Anna dan Yoakim adalah orangtua kandung Santa Perawan Maria, Bunda Yesus, Putera Allah. Keduanya dikenal sebagai keturunan raja Daud yang setia menjalankan kewajiban-kewajiban agamanya serta dengan ikhlas mengasihi dan mengabdi Allah dan sesamanya. Oleh karena itu keduanya layak di hadapan Allah untuk turut serta dalam karya keselamatan Allah. Dalam buku-buku umat Kristen abad ke-2, nama ibu Anna sangat harum. Diceritakan bahwa sejak perkawinannya dengan Yoakim, Anna tak henti-hentinya mengharapkan karunia Tuhan berupa seorang anak. Namun cukup lama ia menantikan tibanya karunia Allah itu. Sangat boleh jadi bahwa Anna sesekali menganggap keadaan dirinya yang tak dapat menghasilkan keturunan itu sebagai hukuman bahkan kutukan Allah atas dirinya, sebagaimana anggapan umum masyarakat Yahudi pada waktu itu. Karena itu diceritakan bahwa ia tak henti-hentinya tanpa putus asa berdoa kepada Allah agar kiranya kenyataan pahit itu ditarik Allah dari padanya. Setiap tahun, Anna bersama Yoakim suaminya berziarah ke Bait Allah Yerusalem untuk berdoa. Ia berjanji, kalau Tuhan menganugerahkan anak kepadanya, maka anak itu akan dipersembahkan kembali kepada Tuhan. Syukurlah bahwa suatu hari malaikat Tuhan mengunjungi Anna yang sudah lanjut usia itu membawa warta gembira ini: "Tuhan berkenan mendengarkan doa ibu! Ibu akan melahirkan seorang anak perempuan, yang akan membawa suka cita besar bagi seluruh dunia!" Dengan kegembiraan dan kebahagiaan yang besar, Anna menceritakan warta malaikat Tuhan itu kepada Yoakim. Setelah genap waktunya, lahirlah seorang anak wanita yang manis. Bayi ini diberi nama Maria, yang kelak akan memperkandungkan Putera Allah, Yesus Kristus, Juru Selamat dunia. Bagi Anna, Maria lebih merupakan buah rahmat Allah daripada buah koderat manusia. Kelahiran Maryam menyemarakkan bahkan menyucikan kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Kehidupan ibu Anna tidak diceritakan di dalam Injil-Injil. Kisah tentang hidupnya diperoleh dari sebuah cerita apokrif. Cerita ini secara erat berkaitan dengan kisah Perjanjian Lam tentang Anna, ibu Samuel. Ibu Anna dihormati sebagai pelindung kaum ibu, khususnya yang sedang hamil dan sibuk mengurus keluarganya. Orang-orang Yunani mendirikan sebuah basilik khusus di Konstantinopel pada tahun 550 untuk menghormati ibu Anna. Di kalangan Gereja Barat, Paus Gregorius XIII (1572-1585) menggalakkan penghormatan kepada ibu Anna diseluruh Gereja pada tahun 1584. Nama Yoakim dan Anna sungguh sesuai dengan maksud pilihan Allah. Yoakim berarti "Persiapan bagi Tuhan", sedangkan Anna berarti "Rahmat atau Karunia".

Santo Albrtus

St.Albertus dilahirkan pada tahun 1250 di Kerajaan Sicilia, tepatnya di kota Trapani dari pasangan suamiistri bernama Benedictus de’Abbati dan Joana de Salzi setelah mereka berdua menikah selama 26 tahun tanpa anak. Selama itu mereka memohon kemurahan Tuhan, khususnya dengan bantuan Bunda Maria, agar mereka dikaruniai anak. Mereka bahkan berjanji akan mempersembahkannya kembali kepada Tuhan jika permohonan itu dikabulkan. Janji itu tak dapat mereka ingkari ketika Tuhan menganugerahkan kemurahan-Nya dengan kelahiran Albertus yang ‘hanya’ sempat tinggal bersama mereka selama lebihkurang 14 tahun. Pada usia delapan tahun, Albertus sudah ditentukan oleh seorang pangeran sebagai calon mempelai putrinya jika mereka sudah dewasa. Namun Albertus menolak karena pada saat itu ia sudah berniat masuk Ordo Karmel. Protesnya kepada orangtuanya khas anak-anak: “Sebelum Ayah-Bunda memberikan izin kepada saya untuk hidup membiara, saya tidak akan menyentuh makanan maupun minuman!” Ketika ditolak masuk biara karena kemudaan usianya, kepada pembesar biara ‘St.Maria Menerima Kabar Gembira’ di Trapani, sambil bercucuran air mata ia mengatakan: “Pater, untuk memberikan bukti pertama dari ketaatan saya, pada saat ini juga saya akan pulang kembali ke rumah.” Karena perlindungan St.Maria terhadap niat kedua orangtuanya dan keistimewaan Albertus yang telah dipilih Tuhan, perjuangannya untuk menjadi biarawan Karmelit tak pernah dapat dipadamkan oleh berbagai kenikmatan hidupnya sebagai putra keluarga bangsawan. Tak ada lagi yang dapat menahan keinginannya. Pada tahun 1264 ia menerima pakaian biara. Segera sesudahnya ia membagi-bagikan pakaiannya sendiri kepada orang-orang miskin. Sejak awal hidup membiaranya Albertus memang tidak puas akan kebajikan yang biasa. Semakin sering ia menyangkal diri, semakin sering ia tertarik untuk meningkatkannya. Daya tahan dan kepandaiannya berbicara sangat luar biasa, sehingga seorang sarjana menamainya: ‘Sebuah Arus Nasihat’. Ia bekerja dengan tangannya ketika menulis buku-buku ilmiah atau tentang ketakwaan kepada Tuhan, atau bila ia melaksanakan pekerjaan-pekerjaan di biara. Ia bekerja dengan lidahnya bila ia menerangkan isi Injil Suci kepada umat. Ia bekerja dengan pikirannya bila ia mencermati karya tulisnya. Pendek kata, ia bekerja agar Tuhan berkenan kepadanya untuk mengenyahkan setan yang tak mampu lagi menembus jiwanya. Maka, dengan gagah berani ia dapat merebut para pendosa dari cakar-cakar kuasa kegelapan. Melalui matiraga yang ketat, ia mencapai kesempurnaan yang dikehendaki Tuhan. Meskipun demikian, Albertus tetap rendah hati. Ketika ia diminta menyiapkan diri untuk ditahbiskan menjadi imam, ia berkata: “Seorang imam harus suci, sedangkan saya hanyalah seorang yang berdosa besar; ia harus menyerupai matahari yang menerangi orang-orang lain, sedangkan jiwa saya sedemikian

lemah, sehingga membutuhkan bantuan yang kuat.” Tetapi Tuhan telah memilihnya menjadi imam. Maka ia pun ditahbiskan oleh Uskup Agung Messina. Beberapa tahun kemudian ia diangkat sebagai provinsial walaupun sudah berusaha menolaknnya karena merasa tak layak dibandingkan saudara-saudara seserikat yang memilihnya. Dalam segala hal, hidup Albertus diarahkan bagi bertambah besarnya keluhuran Tuhan, keselamatan jiwa-jiwa sesamanya, kecemerlangan dan perkembangan serikatnya. Meskipun ia menganggap pujian sebagai jebakan yang dipasang untuk menjerat kebajikannya, ia tidak dapat menghindari sorak-sorai umat yang tercengang karena Tuhan mengadakan berbagai mukjizat dengan perantaraannya. Meskipun pada usia 57 tahun kesehatannya masih sangat baik, tetapi karena mengetahui dari bisikan ilahi bahwa akhir hidupnya sudah dekat, ia meletakkan jabatannya sebagai provinsial dan mengasingkan diri di sebuah biara yang sudah hampir menyerupai timbunan reruntuhan akibat perang. Dalam waktu singkat, keadaan biara yang tak layak dihuni itu menyebabkan kesehatannya merosot tajam. Suatu malam ia memanggil para saudara seserikatnya di biara Messina dan menyampaikan pesanpesan terakhirnya agar mereka semua setia pada kaul-kaul kekal kebiaraan dan kepada Tahta Santo Petrus. Kemudian ia meninggalkan dunia fana ini dengan tenang sesudah mengulangi perkataan Sang Penebus menjelang wafat-Nya: “Bapa, ke dalam tangan-Mu, kuserahkan jiwaku!” Uskup Agung Messina dan Raja Frederik menjemput jenazah suci itu dan dibawa dalam perarakan ke gereja kathedral untuk disemayamkan di altar utama. Rakyat menuntut agar bagi Albertus dipersembahkan ‘Misa Pengaku Iman’, bukan ‘Misa Arwah’ (Requiem). Sesudah beberapa hari jenazahnya dimasukkan ke sebuah makam batu di gereja para Karmelit. Raja dan para rohaniwan maupun umat segera memohon ke Tahta Suci agar mengumumkan pengesahan Albertus sebagai orang kudus. Namun pelaksanaan keputusan itu selalu tertunda akibat suasana keruh yang ditimbulkan oleh perang yang yang berulang-ulang sehingga memorakporandakan Sicilia. Baru pada 31 Mei 1476, Paus Sixtus IV mengumumkan Bulla Caelestis aulae militum yang menyatakan Albertus sah mendapat sebuah tempat di antara para kudus untuk selamanya. (Sumber: “Sukses Alumni Dempo” – 1996, A-7)

Santo Yustinus Santo Yustinus, Martir

Yustinus lahir dari sebuah keluarga kafir di Nablus, Samaria, Asia Kecil pada permulaan abad kedua kira-

kira pada kurun waktu meninggalnya Santo Yohanes Rasul. Yustinus mendapat pendidikan yang baik semenjak kecilnya. Kemudian ia tertarik pada pelajaran filsafat untuk memperoleh kepastian tentang makna hidup ini dan tentang Allah. Suatu ketika ia berjalan-jalan di tepi pantai sambil merenungkan berbagai soal. Ia bertemu dengan seorang orang-tua. Kepada orang tua itu, Yustinus menanyakan berbagai soal yang sedang direnungkannya. Orang tua itu menerangkan kepadanya segala hal tentang para nabi Israel yang diutus Allah, tentang Yesus Kristus yang diramalkan para nabi serta tentang agama Kristen. Ia dinasehati agar berdoa kepada Allah memohon terang surgawi. Di samping filsafat, ia juga belajar Kitab Suci. Ia kemudian dipermandikan dan menjadi pembela kekristenan yang tersohor. Sesuai kebiasaan jaman itu, Yustinus pun mengajar di tempat-tempat umu, seperti alun-alun kota, dengan mengenakan pakaian seorang filsuf. Ia juga menulis tentang berbagai masalah, tertutama yang menyangkut pembelaan ajaran iman yang benar. Di sekolahnya di Roma, banyak kali diadakan perdebatan umum guna membuka hati banyak orang bagi kebenaran iman Kristen. Yustinus bangga bahwa ia menjadi seoranng Kristen yang saleh, dan ia bertekad meluhurkan kekristenan dengan hidupnya. Dalam bukunya, "Percakapan dengan Truphon Yahudi", Yustinus menulis: "Meski kami orang Kristen dibunuh dengan pedang, disalibkan, atau di buang ke moncong- moncong binatang buas, ataupun disiksa dengan belenggu api, kami tidak akan murtad dari iman kami. Sebaliknya, semakin hebat penyiksaan, semakin banyak orang demi nama Yesus, bertobat dan menjadi saleh." Di Roma, Yustinus ditangkap dan bersama para martir lainnya dihadapkan dihadapankan ke depan penguasa Roma. Setelah banyak disesah, kepala mereka dipenggal. Peristiwa ini terjadi pada tahun 165. Yustinus dikenal sebagai seorang pembela iman terbesar pada zaman Gereja Purba. Diposting oleh katolik info di 19.24 2 komentar:

Santa Clara dari Asisi

Clara adalah seorang puteri bangsawan dari kota Assisi ltalia. la dilahirkan pada tahun 1193 dari ibu yang bernama Hortulana dan ayah bernama Favarone. Meskipun Clara tinggal di dalam kemewahan istana kedua orang tuanya, namun ia tidak tarlarut di dalamnya. Menurut kesaksian, dalam proses peresmian Clara sebagai orang kudus, suster Pacifica de Guelfuccio – sebagai saksi I – yang merupakan teman dekat Clara dan bertempat tinggal dekat rumah Clara – mengatakan bahwa Clara adalah seorang puteri yang saleh, banyak melakukan ulah tapa dan berdoa. la iuga biasa mengunjungi orang-orang miskin, memberi derma dan membawakan makanan untuk mereka. Clara sebagai puteri bangsawan, mendapatkan pendidikan yang lazim bagi para puteri bangsawan di zaman itu. Pendidikan itu mencakup pendidikan agama, ketrampilan yang diperlukan sebagai seorang puteri bangsawan seperti: mengurus dapur rumah tangga besar, menjahit, memintal dan menyulam, juga pendidikan membaca, menulis dan bahasa Latin sebagai bahasa resmi yang digunakan pada masa itu. Seluruh pendidikan ditempuh di rumah dengan mendatangkan guru-guru. Clara seorang yang cerdas. Ini terbukti dari tulisan-tulisannya. la ternyata juga trampil. Dari kesaksian dalam proses kanonisasi, terungkap bahwa Clara biasa membuat corporal, kain penutup Altar yang kemudian dikirim ke gerejagereja di sekitar kota Assisi. la juga membuat alba, dalmatika, bahkan pernah membuat sepatu sandal dari kulit halus khusus untuk kaki Fransiskus dari Assisi yang terluka karena Stigmata. Clara seorang pribadi yang berani dan tegas. Ketika telah berusia sekitar 17 tahun, saat harus menentukan arah hidupnya, Clara menolak dengan tegas rencana pernikahan yang diperuntukkan baginya, Clara tidak mau menyesuaikan diri dangan pola hidup tradisional puteri bangsawan pada masa itu. Hari Minggu Palma malam, tanggal 18 Maret 1212, merupakan saat titik balik hidup Clara. Malam itu bersama Pacifica, Clara melarikan diri dari rumah untuk memulai suatu kehidupan yang dicitacitakannya; suatu pelarian yang telah direncanakan secara matang selama satu tahun bersama Fransiskus dan yang direstui oleh uskup kota Assisi yaitu Uskup Guido. Malam itu juga di kapel kecil

Portiuncula Clara menerima jubah seperti yang dikenakan olah Fransiskus beserta kawan-kawannya dan mendapat “tonsura“ para rubiah, Fransiskus sendirilah yang momotong rambut Clara dan memberinya kerudung. Untuk sementara Clara bersama Pacifica tinggal di biara Benediktines guna melindungi diri dari tindakan kekerasan ayah Clara yang ingin mengambil paksa dirinya. Pada awal bulan Mei 1212, Clara mendapat hadiah dari Uskup Guido yakni sebuah kompleks kecil dengan gereja San Damiano yang terletak kurang lebih satu kilometer jauhnya dari kota Assisi. Setelah menempati kompleks kecil di San Damiano itu, Clara dan para saudari menerima dari Fransiskus petunjuk/pedoman tentang pola hidup injili yang mau diikuti. Sejak Clara menempati biara kecil itu Allah terus menambah jumlah saudari-saudari di San Damiano. Tercatat pada tahun 1233 jumlah penghuni San Damiano mencapai 50 orang.

Jenasah santa clara masih tetap utuh

Pada tahun 1215/1216 Clara mengajukan kepada Paus Innocentius III suatu “Privilegium” (hak istimewa) untuk tidak memiliki harta milik tetap, maksudnya sabagai jaminan hidup bagi Clara dan para saudarinya. Pormohonan Clara tersebut dikabulkan oleh Paus Innocentius III. Berdasarkan “Privilegium Paupertatis” ini Clara dan kelompoknya yang belum memiliki Anggaran Dasar telah diakui sebagai suatu lembaga di dalam tata hukum Gereja. Dengan cara demikian Clara dapat melaksanakan cara hidup yang dicitacitakan dengan berpedoman “Pola Dasar Hidup” karangan Fransiskus dan “Privilegium Paupertatis” yang diterimanya.

Pada tahun 1219, ciri gaya hidup kelompok Clara yang lain dipertegas. Secara resmi San Damiano menerima pingitan. Praktek itu sebelumnya sudah ada, tetapi secara hukum dipertegas. Sejak semula Clara memilih gaya hidup kontemplatif dan dalam kerangka hidup kontemplatif itu ia mau mewujudkan cita-citanya, Ia mau menjadi Hati dan Jantung Gereja, penggerak dari dalam dan sumber hidup. Sejak semula Clara menyadari diri sebagai “pembantu Allah” dan “penopang Gereja.” Dengan caranya sendiri ia mau memberikan sumbangannya kepada seluruh umat Allah.

Pada tahun 1227 Kardinal Hugolinus, sahabat dan pendukung Clara dipilih menjadi Paus dengan nama Gregorius IX (tahun 1227-1241). Segera Clara mengajukan permohonan, agar “Privilegium Paupertatis” diteguhkan kembali secara tertulis. Clara ingin sejak awal mengamankan mutiara itu. Pada tanggal 25 Mei – 17 Juli 1228, Gregorius IX tinggal di Perugia dan Assisi. Pada tahun itu, di Perugia, Gregorius mengabulkan permohonan Clara. Paus Gregorius IX menyalin surat Paus Innocentius lll, tetapi dengan mempersingkatnya sedikit. Beliau tetap prihatin kalau-kalau kemiskinan seperti dicita-citakan Clara kurang realistis, apalagi mengingat situasi sosio-politik masa itu yang memang kurang mantap dan aman. Maka Paus tetap merasa perlu memberi jaminan hidup bagi kelompok di San Damiano. Beliau menawarkan kepada Clara harta milik tetap (tanah, kebun anggur, dll.) serta bersedia memberikan dispensasi, kalau mereka merasa diri terikat pada janji mereka dahulu. Namun Clara menjawab dengan tegas dan sekaligus menyingkapkan dasar terdalam bagi kemiskinan yang diinginkannya. Ia menegaskan: “Kami tidak ingin sama sekali dibebaskan dari hal mengikuti jejak Kristus.” Clara menyadari cita-cita dasariahnya dapat “terancam” dari pihak pimpinan tertinggi dalam Gereja. Clara juga tidak dapat menaruh terlalu banyak kepercayaan pada Saudara-Saudara Dina. Sebab pengikutpengikut Fransiskus terus bertikai satu-sama lain mengenai gaya hidup. Ada sejumlah saudara yang ingin meneruskan gaya hidup semula, yang mengandalkan kemiskinan mutlak, tatapi ada juga sekelompk saudara yang mendukung perkembangan ordo ke arah memperlunak praktek kemiskinan yang dihayati dan dijalani Fransiskus. Dalam situasi semacam itu Clara merasa perlu menyusun Anggaran Dasarnya sendiri dan mengusahakan pengesahan oleh takhta apostolik. Hal ini samakin mendesak oleh karena penyakit Clara semakin parah. Pada tahun 1250, ia mengalami masa kritis, sehingga sudah diberi sakramen pengurapan orang sakit. Memang Clara menjadi sedikit lebih baik, akan tetapi jelaslah bahwa hidupnya tidak lama lagi. Selanjutnya Clara hampir terus menerus berbaring di tempat tidurnya. Sekitar tahun 1251 Clara selesai menyusun Anggaran Dasarnya sendiri, yang mungkin sudah mulai disusun sajak tahun 1247. Anggaran Dasar Clara itu merupakan gabungan dari saduran Anggaran Dasar Fransiskus (th. 1221 dan 1223), beberapa dokumen dasariah (Pola Dasar Hidup, Wasiat Fransiskus, Privilegium Paupartatis) dan aturan-aturan yang disadur seperlunya dari konstitusi-konstitusi Paus Hugolinus dan Paus lnnocentius IV; ditambah beberapa hal dari pengalaman hidup Clara sendiri. Keseluruhan Anggaran Dasar itu disusun Clara dengan memakai latar belakang kebiasaan-kebiasaan yang ada di biara kecil San Damiano. Oleh karena Clara memanfaatkan berbagai dokumen rasmi yang telah disahkan, maka Anggaran Dasar Clara itu dapat diterima oleh para ahli hukum Paus. Selain menyusun Anggaran Dasar, ia juga menuangkan dengan utuh, panjang lebar dan terperinci mengenai panggilan dan cita-citanya ke dalam dokumen yang disebut sebagai wasiatnya. Di dalam wasiat inilah justru terungkap kepribadian Clara yang matang dan merupakan warisan bagi para saudarinya dan melalui mereka diwariskan kepada seluruh umat Allah yang selalu bergumul dangan lnjil

Yesus Kristus.

Diposting oleh katolik info di 19.16 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Santo Arnoldus Santo Arnoldus Janssen

Arnoldus Janssen dilahirkan pada 5 November 1837 di Goch, sebuah kota kecil di bagian barat dataran rendah sungai Rhein, Jerman. Ayahnya bernama Gerhard Janssen, seorang petani, dan ibunya Anna Katharina Wellesen, seorang ibu rumah tangga. Mereka adalah pasutri yang bekerja keras untuk menjaga keutuhan keluarga dan pendidikan anak-anaknya. Mereka diakruniai sebelas anak, tiga diantaranya meninggal dalam usia kecil. Keluarga Janssen adalah keluarga yang sangat religious. Mereka tidak pernah mengabaikan perayaan Ekaristi setiap hari, dan melakukan berbagai penghayatan devosi kepada Roh Kudus, Malaekat Pelindung, Hati Yesus, Rosario dan khususnya kepada Sabda Allah. Hampir setiap malam, sebelum waktu tidur, sang ayah membacakan Prolog Injil Yohanes (Yoh 1:1-18) untuk seluruh keluarga. Kebiasaan cinta akan hal-hal rohani keluarga Janssen ini sungguh melekat dalam diri Arnoldus Janssen. Dengan tekad bulat, ia masuk seminari di Gaesdonk tahun 1849, dan menerima tahbisan imamat pada tanggal 15 Agustus 1861. Selama masa pendidikan tersebut, ia juga belajar matematika dan ilmu pengetahuan alam, sehingga setelah tahbisan, ia berkarya sebagai seorang guru sekolah menengah atas di Bocholt (1861-1873). Namun ia juga sangat berminat terhadap karya kerasulan doa yang terarah pada

usaha untuk mempersatukan kembali umat Kristen, pewartaan Injil serta misi Gereja di antara bangsabangsa. Tidak heran, di tahun 1874, ia memprakrasai penerbitan majalah “Kleiner Herz-Jesu-Bote” (Utusan Hati Kudus Yesus) yang selalu menerbitkan gagasan tentang misi dan ekumene. Dari sinilah, tidak lama kemudian, ia melontarkan gagasan tentang pentingnya mendirikan Rumah Misi di Jerman untuk mendidik dan mengutus para misionaris ke berbagai belahan dunia. Gagasan ini diajukan kepada Uskup Raimondi, peserta pendiri seminari Misi di Milan, Prefek Apostolik dan tidak lama kemudian kepada Uskup di Hongkong, yang kebetulan menjadi tamu Pastor Ludwig von Essen di Neuwerk dekat Mönchengladbach. Tanggapan sungguh positif, bahkan Uskup Raimondi mendesak bahwa jika tidak ada yang mau bertindak, maka Arnoldus Janssen sendiri harus mendirikan Rumah Misi tersebut. Dengan bersusah payah, dan disertai keberanian yang luar biasa serta ketekunan yang ditopang oleh kesalehannya, akhirnya ia berhasil mendirikan rumah misi sekaligus seminari untuk mempersiapkan calon misionaris ke seluruh dunia. Dan akhirnya, pada tanggal 8 September 1875, bertempat di Steyl, Belanda, Arnoldus Janssen membuka Rumah Misi “St. Mikhael”, yang menjadi Rumah Induk “Serikat Sabda Allah (SVD).” Seiring dengan perjalanan waktu, ia juga mendirikan dua kongregasi misi para suster, yaitu SSpS pada 8 Desember 1889 dan SSpS Adorasi Abadi pada 8 Desember 1896, yang merupakan suatu Tarekat kontemplatif. Dari sini, Arnoldus Janssen sungguh menyadari bahwa karya misi haruslah selalu diletakkan pada 2 pilar utama, yakni karya dan doa. Berawal dari Cina, sebagai cinta pertama daerah misinya, ketiga kongregasi misi tersebut sungguh berkembang dan berkarya di seluruh belahan dunia. Arnoldus Janssen meninggal pada tanggal 15 Agustus 1909. Pada tanggal 19 Oktober 1975, ia digelari “Beato” oleh Paus Paulus VI dan pada tanggal 5 Oktober 2003, bersama dengan Josef Freinademetz (misionaris pertama SVD), ia digelari Santo. Ia membaktikan seluruh hidupnya untuk karya misi Allah dengan selalu berkeyakinan pada kehendak Allah, sebagaimana terungkap dalam kata-katanya, “Ketika saya mendirikan Serikat ini, orang umumnya berkata bahwa pekerjaan ini tidak akan berhasil. Memang sungguh benar karena mereka melihat pada diri saya yang menyedihkan. Kendati semua ini, Tuhan telah menghendaki bahwa pekerjaan itu berhasil dan teristimewa dengan suatu cara yang tidak pernah saya pikirkan bahwa itu mungkin.” Diposting oleh katolik info di 19.09 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Santa Brigita

Brigita dilahirkan sekitar tahun 1302 di Swedia dan termasuk keluarga ternama dan saleh. Tidak lama setelah kelahirannya, Brigita kehilangan ibunya yang kudus. Kemudian ayahnya memutuskan untuk membesarkan dan mendidik anaknya itu dengan bantuan seorang bibinya. Sebagai seorang anak perempuan yang masih muda, dia sudah menunjukkan suatu kecenderungan yang teguh bagi hal-hal rohani. Pada umur 10 tahun Tuhan telah mengaruniakan kepadanya penampakan dari Yang Tersalib. Pikiran perihal siksaan yang tak terperikan yang harus diderita oleh Tuhan di Kalvari, mempengaruhi anak ini sedemikian dalam sampai-sampai dia mencucurkan banyak sekali air mata dan mulai saat itu Sengsara Kudus itu menjadi bahan permenungannya. Dia ingin mempersembahkan keperawanannya kepada Tuhan, tetapi karena ingin patuh pada keinginan sang ayah, dia menikah dengan Pangeran Ulf, seorang pemuda yang kokoh dalam keutamaan dan sangat layak bagi Brigita dalam segala hal. Keduanya menggabungkan diri dalam Ordo Ketiga supaya dapat memperkuat diri dalam karya-karya kesalehan dan laku ulah tapa. Tuhan mengaruniakan delapan orang anak kepada mereka dan Brigita menganggap sebagai tugas yang suci untuk mendidik mereka ini dalam takut akan Allah. Dari antara karya kasihnya, sangat menonjollah pelayanannya bagi orang-orang miskin dan sakit; dia menjaga mereka dengan penuh perhatian, bahkan kadang-kadang membasuk kaki dan mencium mereka. Dalam perjalanan pulang dari Compostela, di mana mereka mengunjungi makam Rasul St. Yakobus, Ulf jatuh sakit keras di Arras. St. Denis lalu menampakkan diri kepada Brigita pada malam itu dan

meyakinkan dia bahwa suaminya akan sembuh. Dia juga meramalkan baginya kejadian-kejadian yang akan terjadi dalam hidup mereka. Tidak lama kemudian Ulf masuk biara Cistersian di Alvastra dan di sana dia meninggal pada 1344 dalam aroma kesucian nan semerbak. Brigita lalu membagi-bagikan harta kekayaannya di antara anak-anaknya dan orang miskin, lalu mengenakan pakaian kasar dengan tali sebagai ikat pinggangnya. Dan seterusnya dia menjalani suatu kehidupan yang sangat keras. Dia mendirikan sebuah biara bagi suster-suster di Vadstena dan memberi mereka Anggaran Dasar St. Agustinus. Demikianlah dia mendirikan Ordo Sang Penebus. Selanjutnya selama dua tahun lagi dia membagikan hidupnya sebagian di Vadstena dan sebagian lagi di Alvastra, tempat suaminya meninggal dunia. Kemudian, atas perintah Tuhan, dia pergi ke Roma dan di sana dia menjalani keutamaan-keutamaan yang tinggi mutunya. Dia berusaha keras demi kembalinya takhta kepausan (dari Avignon di Perancis) ke Roma dan ditugasi oleh Tuhan memberikan berbagai pesan bagi Paus Innocentius VI, Urbanus V dan Gregorius XI. Pada 1371 dia berziarah ke Tanah Suci seturut perintah dari Tuhan sendiri. Di sana dia memperoleh rahmat-rahmat yang luar biasa dan dianugerahkan kepadanya suatu pengetahuan perihal misterimisteri-Nya yang kudus. Sekembalinya di Italia, dia tertimpa sakit keras, yang dia derita selama satu tahun penuh. Dia pun diberitahu lebih dahulu hari kematiannya dan beralih ke kebahagiaan kekal pada 23 Juli 1373, pada usia 71 tahun. Dia dimakamkan di biara Para Klaris yang Miskin di St. Laurensius di Panisperna. Pada tahun berikutnya jenazahnya dipindahkan ke biara Vadstena di Swedia. Berkat pengantaraannya terjadilah banyak mukjizat dan Sri Paus Bonivasius IX memberikan kanonisasi kepadanya. Sumber: The Franciscan Book of Saints, ed. by Marion Habig, ofm., © 1959 Franciscan Herald Press. Diterjemahkan oleh: Alfons S. Suhardi, OFM. Diposting oleh katolik info di 19.03 1 komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Santa Agatha Santa Agata, Perawan dan Martir

Agata lahir di Kantania, pulau Sisilia, pada pertengahan abad ketiga. Riwayatnya dan kisah kesengsaraannya karena iman akan Kristus tidak diketahui secara pasti. Semuanya baru muncul bertahun-tahun sepeninggal perawan suci ini.

Tradisi lama menurunkan satu-dua riwayat seperti berikut: Agata adalah puteri seorang bangsawan kaya yang berkuasa di Palermo atau Kantania, Sisilia. Penderitaannya sebagai seorang Martir berawal pada masa pemerintahan kaisar Decius (249 - 251). Penderitaan itu berawal dari peristiwa penolakannya terhadap lamaran Quintianus, seorang pegawai tinggi kerjaan Romawi. Ia menolak lamaran itu karena ia telah berjanji untuk tetap hidup suci di hadapan Tuhan. SANTO AMBROSIUS

Santo Ambrosius (bahasa Latin: Sanctus Ambrosius, bahasa Inggris Saint Ambrose, bahasa Italia: Sant'Ambrogio; hidup sekitar 340 - 4 April 397), uskup Milan, salah satu uskup terpenting pada abad ke4. Bersama-sama dengan Augustinus Hippo, Hieronimus, dan Gregorius I, ia dianggap sebagai empat doktor Gereja Barat dalam Sejarah Gereja kuno. • Lahir antara AD 337 AD sampai 340 AD, Trier, Jerman Wafat 4 April AD 397, Milan, Italia • Dihormati di Anglikanisme, Ortodoks Timur, Lutheranisme, Ortodoks Oriental, Katolik • Roma Tempat ziarah utama Basilica of Sant'Ambrogio, Milan, where is his body • Hari peringatan 7 Desember[1] • Atribut Beehive, child, whip, bones • pelindung bee keepers; bees; candle makers; domestic animals; French Commissariat; learning; Milan, Italy; students; wax refiners 1. Karir duniawi Santo Ambrosius Dia adalah warga Roma, lahir sekitar 337-340 di Trier, Jerman, di lingkungan sebuah keluarga Kristen. Ayahnya adalah gubernur (prefect) Gallia Narbonensis, ibunya seorang wanita intelek dan saleh. Ada sebuah legenda yang mengatakan ketika anak-anak, sekelompok lebah hinggap di mukanya ketika ia berbaring di keranjangnya, meninggalkan setetes madu. Bapaknya berpikir bahwa ini adalah tanda kepandaian berbicara masa depannya dan berlidah-madu. Karena alasan ini, lebah dan sarang lebah sering tampak dalam simbol santo ini. Setelah kematian ayahnya dalam usia muda, Ambrosius direncanakan mengikuti jejak karier ayahnya, dan oleh karena itu disekolahkan di Roma, belajar sastra, hukum dan retorika. Praetor Anicius Probus awalnya memberikannya tempat di dewan kota dan sekitar tahun 372 menjadikannya kepala dewan kota

Liguria dan Emilia, dengan markas di Milano. Saat itu Milano adalah ibu kota kedua Italia selain Roma. Ambrosius menjadi administratur ulung dalam kedudukan ini dan segera menjadi popular. a. Uskup Milano Seperti banyak wilayah Gereja lainnya, Diosis Milano waktu itu sangat terpecah antara kelompok Trinitarian dan Arian. Pada 374, Auxentius, Uskup Milano meninggal dunia dan kelompok-kelompok ortodoks dan Arian saling bersaingan untuk menjadi penerusnya. Prefect pergi secara pribadi ke basilika, tempat pemilihan itu akan dilangsungkan, untuk mencegah kerusuhan yang mungkin akan terjadi dalam krisis ini. Pidatonya diinterupsi dengan seruan "Angkat Ambrosius menjadi uskup!" yang kemudian diikuti oleh orang lain sehingga ia secara aklamasi diangkat sebagai uskup. Ambrosius adalah seorang calon yang kuat dalam keadaan ini, karena ia dikenal bersimpati kepada kaum Trinitarian, tetapi juga diterima oleh kaum Arianis karena posisinya sebagai seorang politikus dianggap secara teologis netral. Ia sendiri mulanya menolak keras jabatan ini, karena ia sama sekali tidak siap. Hingga saat itu ia hanyalah seorang calon baptisan, tanpa pendidikan teologis. Hanya karena campur tangan kaisar ia menyerah adn dalam seminggu ia dibaptiskan serta ditahbiskan, lalu diresmikan menjadi uskup Milano. Menurut legenda, Santo Ambrosius segera dan dengan tegas menghentikan ajaran sesat di Milano. Sesungguhnya ia bergerak dengan lebih realistik dan penuh pertimbangan, karena ia tidak punya banyak masalah dengan Arianisme yang kuat pengaruhnya khususnya di antara kaum gerejawan dan kalangan atas masyarakat. ia mulai mempelajari teologi di bawah bimbingan Simplisianus, seorang presbiter Roma. Dengan menggunakan kecakapannya dalam bahasa Yunani, yang saat itu jarang terdapat di Barat, ia mempelajari Alkitab dan para pengarang Yunani seperti Filo, Origenes, Athanasius dan Basil dari Kaisaria, yang dengannya ia banyak berkorespondensi (Lih. surat Basil kepada Ambrosius). Ia menerapkan pengetahuannya yang baru sebagai pengkhotbah, sambil memusatkan perhatian pada eksegesis Perjanjian Lama, dan kecakapan retorikanya yang mengesankan Augustinus Hippo, yang saat itu menganggap remeh para pengkhotbah Kristen. Sebagai uskup, ia segera mengambil cara hidup asketik, membagi-bagikan uangnya kepada orang miskin, menyerahkan tanahnya kepada Gereja, setelah sebelumnya menyisihkan sbagian kecil untuk saudara perempuannya Marselina, dan menyerahkan pemeliharaan keluarganya kepada saudara laki-lakinya. b. Melawan kaum Arianis Kefasihan Ambrosius segera bermanfaat dalam pertikaian antara kaum Arianis dengan pihak ortodoks atau Katolik, yang didukung oleh uskup yang baru. Gratianus, anak penatua Valentinianus I, mengambil sisi yang sama; tetapi Valentinianus muda, yang kini telah menjadi koleganya di kekaisaran, mengambil pandangan kaum Arianis, dan semua argumen dan kefasihan Ambrosius tidak mampu meyakinkan pangeran yang muda itu akan iman ortodoks. Theodosius I, kaisar di Romawi Timur, juga menganut keyakinan ortodoks; tetapi di sana ada banyak pengikut Arius yang tersebar di seluruh wilayahnya. Dalam menghadapi pandangan keagamaan yang terpecah ini, dua pemimpin dari kaum Arianis Palladius dan Secundianus, yang merasa yakin akan kekuatan mereka, mengalahkan Gratianus untuk mengadakan konsili gereja dari seluruh wilayah kekaisaran. Permintaan ini tampaknya begitu adil sehingga tanpa ragu ia memenuhinya, namun Ambrosius yang memahami konsekuensinya, berhasil meyakinkan kaisar agar masalah ini ditentukan oleh sebuah dewan uskup Gereja Barat. Sebuah sinode yang terdiri atas 32 orang uskup, kemudian diadakan di Aquileia pada 381. Ambrosius

dipilih sebagai ketua persidangan; dan Pallaidus, karena dipanggil untuk mempertahankan pandanganpandangannya, menolak. Ia menegaskan bahwa pertemuan itu hanya sepihak, dan bahwa tidak semua uskup dari seluruh kekaisaran itu hadir, sehingga tidak akan dapat diperoleh pemahaman yang utuh mengenai keseluruhan Gereja Kristen saat itu. Kemudian diadakan pemungutan suara, dan Palladius dan pembantunya Sekundianus dipecat dari jabatan keuskupan. Makin kuatnya kaum Arian menjadi tugas berat yang harus dikerjakan Ambrosius. Pada 384, kaisar muda dan ibunya Justina, beserta sejumlah besar rohaniwan dan umat awam, khususnya kalangan militer, menganut ajaran Arian, dan meminta izin dari sang Uskup untuk menggunakan dua gedung gereja, satu di dalam kota, dan satunya lagi di pinggiran kota Milan. Ambrosius menolak, dan dituntut pertanggungjawabannya di hadapan dewan kekaisaran. Dalam sidang yang dihadiri khalayak ramai itu, kegigihannya menyebabkan para menteri kaisar Valentianus memperbolehkannya pulang tanpa harus menyerahkan kedua gedung gereja tersebut. Hari berikutnya, ketika memimpin ibadat suci dalam basilika, walikota datang membujuknya untuk menyerahkan setidaknya gedung gereja Portia di pinggiran kota. Karena dia tetap bersikeras menolak, dewan kekaisaran mulai menggunakan cara-cara kekerasan: para petugas rumah tangga kekaisaran diperintahkan mempersiapkan Basilika dan gedung gereja Portia sebagai tempat untuk melaksanakan peribadatan pada saat kaisar dan ibunya tiba menjelang perayaan Paskah. Sadar akan makin kuatnya pengaruh prelatus itu, dewan kekaisaran memutuskan lebih aman bila membatasi permintaan mereka menjadi salah satu saja dari kedua gedung gereja itu. Namun segala upaya terbukti sia-sia, dan justru membuat sang uskup mengeluarkan pernyataan keras berikut ini: "Jika engkau menginginkan saya, saya siap untuk takluk: bawalah saya ke dalam penjara atau kematian, saya tidak akan melawan; tetapi saya tidak akan mengkhianati gereja Kristus. Saya tidak akan menyeru rakyat untuk menolong saya; lebih baik saya mati di kaki altar dari pada meninggalkannya. Huru-hara rakyat tidak akan saya bangkitkan: namun hanya Allah yang mampu meredakannya." Ambrosius belum pernah sampai senekad itu. Diposting oleh D^va, Christina, Har*y di 22.51.00 Tidak ada komentar: Link ke posting ini

Senin, 12 April 2010

Santa Maria Magdalena

SANTA MARIA MAGDALENA Maria Magdalena adalah nama seorang tokoh di dalam Alkitab. Walaupun namanya hanya disebut sebagai orang yang pernah dirasuki tujuh setan dan setan-setan tersebut lalu diusir oleh Yesus (Markus 16:9), namun namanya sering dikaitkan dengan kisah perempuan yang kedapatan berbuat zinah di Yohanes 8 dan perempuan berdosa yang membasahi kaki Yesus dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian menciumnya dan meminyakinya dengan minyak wangi di Lukas 7. Perdebatan mengenai identitas Maria Magdalena telah berlangsung sejak masa Gereja Perdana. Dalam Injil, ada tiga tokoh yang diperbincangkan dalam perdebatan ini: Maria Magdalena, seorang pengikut Kristus (Yoh 20:11-18); wanita berdosa yang tak disebutkan namanya (Luk 7:36-50), dan Maria dari Betania, saudari Marta dan Lazarus (Luk 10:38-42). Di Barat, terutama sejak masa Paus St. Gregorius Agung, ketiga tokoh tersebut selalu diidentifikasikan sebagai St. Maria Magdalena. Namun demikian, di Timur, ketiga tokoh itu tetap merupakan tokoh yang berbeda, dengan pesta terpisah untuk St. Maria Magdalena dan St. Maria dari Betania. St. Ambrosius, St. Hieronimus, St. Agustinus, St. Albertus Agung dan St. Thomas Aquinas, semuanya tidak menetapkan keputusan akhir. Referensi dari kitab suci Pertama, kita perlu memeriksa keterangan-keterangan khusus sehubungan dengan perempuan bernama "Maria Magdalena" seperti yang dicatat dalam Injil. Ia adalah salah seorang dari perempuan-perempuan yang menyertai Yesus dan para rasul: "Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia, dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka." (Luk 8:1-3). (Injil St. Markus menegaskan bahwa Kristus telah mengusir tujuh setan dari Maria Magdalena (Mrk 16:9)). Maria Magdalena juga berdiri di kaki salib pada saat penyaliban (bdk Mrk 15:40, Mat 27:56, dan Yoh

19:25). Ia juga menjadi saksi pada pemakaman Kristus, dan pada hari Minggu Paskah merupakan orang pertama yang mendapati makam kosong dan kemudian orang pertama yang melihat Kristus yang Bangkit (bdk Yoh 20:1-18). Setelah mendapatkan keterangan-keterangan spesifik mengenai Maria Magdalena, langkah kedua adalah meneliti apakah Maria Magdalena mungkin juga adalah perempuan berdosa yang diceritakan dalam Injil St. Lukas (Luk 7:36-50). Ingat bagaimana perempuan berdosa itu masuk ke rumah Simon orang Farisi. Ia menangis dan air matanya membasahi kaki Yesus. Ia mengurapi kaki-Nya dengan minyak wangi serta mengeringkannya dengan rambutnya. Simon orang Farisi berkata kepada dirinya sendiri, "Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa," suatu keterangan yang jelas bahwa perempuan ini adalah orang tersingkir karena dosa yang amat serius seperti zinah atau hubungan di luar pernikahan. Pada akhir kisah, Yesus mengampuni perempuan berdosa itu. Peristiwa ini merupakan bagian dari pewartaan Yesus di daerah Danau Galilea. Juga, segera sesudah pernyataan pengampunannya dalam Lukas 7:50, Maria Magdalema disebut dengan namanya sebagai pengikut Yesus dan diidentifikasikan sebagai "yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat" (Luk 8:1-3). Perlu diingat bahwa Magdalena berasal dari kata Magdala. Magdala, terletak di pesisir Danau Galilea dekat Tiberias, merupakan kota makmur yang terkenal akan hasil perikanannya yang melimpah. Bangsa Romawi menghancurkan kota ini karena kebejatan moral masyarakatnya dan karena peran sertanya dalam pemberontakan bangsa Yahudi. Dalam Talmud (= ikhtisar undang-undang dan ajaran Yahudi), dari kata Magdalena terbentuklah istilah "rambut keriting wanita," yang berarti seorang pezinah. Meskipun perempuan berdosa dalam Lukas 7 tidak secara khusus diidentifikasikan sebagai Maria Magdalena "yang darinya diusir tujuh setan" seperti dinyatakan dalam Lukas 8, orang dapat dengan mudah menarik kesimpulan demikian, seperti juga Paus St. Gregorius. Lagipula, tradisi Gereja perdana pun menguatkan hubungan ini. 1. Maria dari Betania dan perempuan berdosa Langkah yang lebih sulit dalam penelitian ini adalah menyelidiki apakah Maria Magdalena mungkin adalah Maria dari Betania. Menyusul Lukas bab 8, injil bab sembilan dan sepuluh menceritakan kisahkisah seperti mukjizat penggandaan roti, Transfigurasi, pengusiran roh jahat dari seorang anak yang kerasukan setan, dan pengajaran tentang pemuridan. Kristus kemudian melanjutkan perjalanan ke "sebuah kampung" (yaitu Betania, meskipun tidak disebutkan oleh Lukas) ke rumah Marta, yang "mempunyai seorang saudara yang bernama Maria" (bdk Luk 10:38-42). Di sana Marta mempersiapkan jamuan bagi Yesus. Injil St. Lukas tidak secara istimewa mengidentifikasikan Maria Magdalena sebagai Maria dari Betania, Injil St. Yohanes membantu kita mengatasi masalah ini. Dalam Yohanes 12:1-11, Yesus tiba di Betania "tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati." Marta melayani dalam perjamuan. Maria mengurapi kaki Yesus dengan minyak wangi dan menyeka kaki-Nya dengan rambutnya. Harap ingat bahwa peristiwa ini berbeda dengan peristiwa perempuan berdosa yang mengurapi kaki-Nya di rumah Simon orang Farisi dalam Lukas 7; namun demikian, tindakan yang sama dalam kedua peistiwa tersebut mendorong kita untuk menarik kesimpulan akan pelaku yang sama, yaitu Maria Magdalena. Lagipula, dalam Yohanes 11, dalam peristiwa sebelumnya di mana Yesus membangkitkan Lazarus dari

orang mati, Injil mencatat, "Ada seorang yang sedang sakit, namanya Lazarus. Ia tinggal di Betania, kampung Maria dan adiknya Marta. Maria ialah perempuan yang pernah meminyaki kaki Tuhan dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya." (Yoh 11:1-2). Disini Maria diidentifikasikan sebagai ia yang meminyaki kaki Kristus. Sementara sebagian orang berpendapat bahwa pengidentifikasian dalam Yohanes 11 merujuk kepada pengurapan berikutnya seperti dicatat dalam Yohanes 12, mengapa Yohanes merasa perlu memberikan keterangan demikian jika kisah dalam Yohanes bab 11 langsung bersambung dengan kisah dalam Yohanes 12? Kelihatannya, pengidentifikasian tersebut menunjuk kepada tindakan sebelumnya, yaitu kisah di rumah Simon orang Farisi. Ikon St. Maria Magdalena membawa telur Paskah merah dengan kata-kata "Christ is Risen". Jika argumentasi ini benar, maka Maria Magdalena, perempuan berdosa yang bertobat, dan Maria dari Betania adalah orang yang sama. Tentu saja, kita masih ditinggalkan dengan sedikit kabut misteri. Namun demikian, saya pribadi sependapat dengan Paus St. Gregorius, yang menyimpulkan bahwa perempuan yang disebut Lukas sebagai perempuan berdosa, yang disebut Yohanes sebagai Maria (dari Betania), adalah yang kita yakini sebagai Maria yang darinya telah diusir tujuh roh jahat menurut Markus. St. Maria Magdalena, perempuan berdosa yang telah bertobat, yang memperoleh pengampunan sekaligus persahabatan dengan Kristus, yang berdiri dengan setia di bawah kaki salib, dan yang melihat Kristus yang bangkit, adalah teladan yang mengagumkan bagi setiap orang beriman. Gereja menghormati Maria Magdalena sebagai seorang kudus dan menjadikannya teladan bagi setiap orang Kristen yang dengan tulus hati berjuang mengejar kekudusan. Paus St. Gregorius memaklumkan keteladanan St. Maria Magdalena: seorang wanita yang menemukan hidup baru dalam Kristus. “Ketika Maria Magdalena datang ke makam dan tidak menemukan jenasah Kristus, ia berpikir bahwa jenasahnya telah diambil orang, maka ia pun memberitahukannya kepada para murid. Setelah para murid datang dan melihat makam, mereka juga percaya akan apa yang dikatakan Maria. Kemudian ayat selanjutnya mengatakan; “Lalu pulanglah kedua murid itu ke rumah,” dan selanjutnya: “tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis.” Patutlah kita merenungkan sikap Maria dan cinta kasihnya yang begitu besar kepada Kristus; karena meskipun para murid telah pergi meninggalkan makam, ia tetap tinggal. Ia tetap mencari Dia yang tidak ia jumpai, dan sementara ia mencari, ia menangis; terbakar oleh rasa kasih yang hebat kepada Tuhannya, ia merindukan Dia yang dikiranya telah diambil orang. Dan demikianlah terjadi bahwa perempuan yang tinggal untuk mencari Kristus adalah satu-satunya yang pertama melihat Dia. Karena ketekunan diperlukan dalam setiap perbuatan baik, seperti sang kebenaran mengatakan kepada kita: “orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat. Diposting oleh D^va, Christina, Har*y di 18.59.00 Tidak ada komentar: Link ke posting ini

Santo Michael

Mikhael Gambaran Guido Reni mengenai Michael sang malaikat pemanah (dalam Gereja Capuchin di Sta. Maria della Concezione, Rome) yang sedang menginjak Setan (Satan), merupakan suatu vitur yang dikenal dari Paus Innocent X. Malaikat Mikail (bahasa Ibrani ‫ מיכאל‬Micha'el atau Mîkhā’ēl, bahasa Latin Michael atau Míchaël) adalah penghulu malaikat atau pemimpin bala tentara surga yang disebut dalam Kitab Wahyu 12:7. Dalam Alkitab Ibrani Mikail hanya disebutkan namanya dalam konteks Persia dari Kitab Daniel pascapembuangan. Hanya dalam Daniel sajalah Mikail muncul— sebagai "salah seorang pangeran kepala" yang dalam penglihatan Daniel datang untuk menolong malaikat Gabriel dalam pergumulannya melawan malaikat Persia. Ia juga digambarkan sebagai pembela Israel (10:21, 12:1). Tradisi Talmud menerangkan bahwa namanya berarti dia "yang seperti El (Allah)" (tetapi secara harafiah berarti "Serupa dengan El") (bandingkan dengan Mikha, salah satu nabi yang belakangan), namun menurut Rabi Simeon ben Lakish (230-270 M), semua nama yang spesifik dari para malaikat dibawa kembali oleh orang-orang Yahudi dari Babel. Banyak penafsir modern yang setuju dengan pernyataan ini. Mikail adalah salah satu malaikat utama dalam tradisi Abrahamik. Namanya konon adalah seruan peperangan para malaikat dalam pertempuran yang mereka lakukan di sorga dalam melawan Setan dan para pengikutnya. Tokoh Mikail diduga berasal dari Khaldea sebagai dewa atau roh pelindung. Ia diterima oleh orang-orang Yahudi dan kemudian muncul sebagai malaikat penting dalam cerita rakyat Yahudi sehingga ia dihormati sebagai malaikat pelindung bangsa-bangsa (dari 70 atau 72 negara menurut sumber-sumber lain). Ia tidak kehilangan kehormatannya. Biasnya sepenuhnya dipahami karena ia merupakan favorit bangsa pilihan Allah. Banyak cerita yang lebih terinci dari Midrash yang belakangan tentang Mikail masuk ke dalam mitologi Kristen melalui Kitab Henokh dan dari situ diterima dan dikembangkan lebih jauh. Dalam Kekristenan Abad Pertengahan akhir, Mikail bersama-sama dengan St George menjadi pelindung kaum ksatria, dan

pelindung dari first ordo ksatria pertama dari Prancis, Ordo Santo Mikail pada 1469. Dalam sistem kehormatan Britania, sebuah kelas ksatria dibentuk pada 1818 dan juga dinamai mengikuti kedua santo ini, Order of St Michael and St George. Umat Katolik dan Kristen Ortodoks menyebutnya sebagai St. Mikail Penghulu Malaikat dan juga dalam bentuk yang lebih singkat sebagai Santo Mikail \ Tradisi Yahudi dan Kitab Suci Ibrani Nabi Daniel mendapatkan suatu penglihatan setelah berpuasa selama beberapa waktu lamanya. Dalam penglihatan itu, seorang malaikat yang disebut Mikail sebagai pelindung Israel (10:13, 21). Belakangan dalam penglihatan itu (12:1), kepada Daniel diberitahukan bahwa Mikail akan membela Israel pada masa kesengsaraan yang akan datang. Setelah itu Mikail tidak disebut-sebut lagi dalam Kitab Suci Ibrani. Kitab Yosua Penghulu malaikat Mikail Menginjak-injak Iblis dengan Kakinya (1676), oleh Simon Ushakov. "Panglima bala tentara Tuhan" yang dijumpai oleh Yosua pada tahap-tahap awal peperangannya di Tanah Perjanjian (Yosua 5: 13-15) mempunyai cirri-ciri Mikail Penghulu Malaikat, sebagai utusan sorgawi yang tidak disebutkan namanya, yang bersifat adikodrati dan kudus, dan kemungkinan diutus oleh Allah: Ketika Yosua dekat Yerikho, ia melayangkan pandangnya, dilihatnya seorang laki-laki berdiri di depannya dengan pedang terhunus di tangannya. Yosua mendekatinya dan bertanya kepadanya: "Kawankah engkau atau lawan?" Jawabnya: "Bukan, tetapi akulah Panglima Balatentara TUHAN. Sekarang aku datang." Lalu sujudlah Yosua dengan mukanya ke tanah, menyembah dan berkata kepadanya: "Apakah yang akan dikatakan tuanku kepada hambanya ini?" Dan Panglima Balatentara TUHAN itu berkata kepada Yosua: "Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat engkau berdiri itu kudus." Dan Yosua berbuat demikian. (Yosua 5: 13-15 TB ) Tradisi rabinik Menurut tradisi rabinik Yahudi, Mikail bertindak sebagai pembela Israel, dan kadang-kadang harus berperang melawan raja-raja bangsa-bangsa lain (bdk. Dan. 10:13) dan khususnya dengan malaikat Samael, penuduh Israel. Permusuhan Mikail dengan Samael berasal dari masa ketika ia dibuang dari sorga. Samael memegang sayap Mikail, yang ingin dibawanya bersamanya dalam kejatuhannya, namun Mikail diselamatkan oleh Allah (Midrash Pirke R. El. xxvi.). Para rabi menyatakan bahwa Mikail mulai menjadi pembela sejak masa para leluhur di Alkitab. Jadi, menurut Rabi Eliezer ben Jacob, Mikail-lah yang membebaskan Abraham dari api ketika ia dibuang ke dalamnya oleh Nimrod (Midrash Genesis Rabbah xliv. 16). Mikail pulalah, yang merupakan "seorang pelarian " (Kejadian 14:13), yang memberitahukan kepada Abraham bahwa Lot telah ditawan (Midrash Pirke R. El.), dan yang melindungi Sarah dari pencemaran yang akan dilakukan oleh Abimelekh. Ia mengumumkan kepada Sarah bahwa ia akan melahirkan seorang anak laki-laki dan ia melepaskan Lot dari kehancuran Sodom (Talmud B. M. 86b). Dikatakan pula bahwa Mikail-lah yang menghalangi Abraham dari mengorbankan Ishak dengan menggantikannya dengan seekor domba jantan, dan menyelamatkan Yakub, ketika ia masih berada di rahim ibunya, sehingga ia tidak dibunuh oleh Samael (Midr. Abkir, in Yalḳ., Gen. 110). Belakangan Mikail mencegah Laban melukai Yakub (Pirke R. El. xxxvi.). Menurut sebuah sumber, Mikail pulalah yang

bergumul dengan Yakub, dan yang belakangan memberkatinya (Targum pseudo-Jonathan to Genesis 32:25; Pirke R. El. xxxvii.). Midrash Exodus Rabbah mengatakan bahwa Mikail melakukan fungsinya sebagai pembela Israel pada masa pembebasan dari Mesir juga, ketika Satan (sebagai lawan) menuduh bangsa Israel melakukan penyembahan berhala dan menyatakan bahwa dengan demikian mereka layak mati dengan tenggelam di Laut Merah (Ex. R. xviii. 5). Tetapi menurut Midr. Abkir, ketika Uzza, malaikat pelindung Mesir, memanggil Mikail untuk memohon di hadapan Allah, Mikail tetap membungkam, dan Allah sendirilah yang membela Israel. Legenda menjadikan Mikail sebagai guru Musa; sehingga bangsa Israel berutang kepada pembela mereka untuk Torah yang sangat baik. Gagasan ini dirujuk dalam Midrash Deuteronomy Rabbah xi. 6 dalam pernyataan bahwa Mikail menolak untuk mengantarkan jiwa Musa kepada Allah dengan alasan bahwa ia adalah guru Musa. Mikail dikatakan telah menghancurkan bala tentara Sankherib (Midrash Exodus Rabbah xviii. 5), suatu perbuatan yang biasanya dikatakan telah dilakukan oleh malaikat yang tidak disebutkan namanya tetapi mungkin hal ini dilakukan oleh Uriel, Gabriel, atau lain-lainnya. Ia juga dikatakan sebagai malaikat yang berbicara kepada Musa di belukar yang terbakar (kehormatan ini biasanya diberikan kepada Zagzagel). Ia diterima dalam dongeng-dongeng rakyat pula sebagai pelindung khusus Adam. Konon dialah malaikat pertama di seluruh sorga yang sujud menyembah di hadapan umat manusia. Mikail kemudian tetap menjaga keluarga pertama, tetap waspada memelihara mereka bahkan setelah kejatuhan Adam dan Hawa dan setelah mereka dikeluarkan dari Taman Eden. Dalam Kitab Adam dan Hawa yang apokrif, Mikail mengajarkan Adam bagaimana caranya bercocok tanam. Penghulu Malaikat belakangan membawa Adam ke sorga dengan sebuah kereta berapi, dan mengantarkannya meninjau tempat kediaman kudus itu. Setelah kematian Adam, Mikail menolong meyakinkan Tuhan untuk mengizinkan agar jiwa Adam dibawa masuk ke sorga dan dibersihkan dari dosa-dosanya yang besar. Legenda Yahudi juga menyatakan bahwa Mikail adalah salah satu dari tiga “orang” yang mengunjungi Abraham. Dikatakan bahwa dialah yang berusaha melindungi Israel dari pembuangan oleh Nebukadnezar dan menyelamatkan Bait Allah dari kehancuran, tetapi dosa-dosa umat Israel begitu besarnya sehingga ia tidak berdaya untuk melaksanakan maksudnya itu. Ada sebuah legenda yang tampaknya aslinya adalah Yahudi, dan yang diambil oleh orang-orang Koptik, sehingga akibatnya Mikail menjadi orang pertama yang diutus Allah untuk membawa Nebukadnezar untuk melawan Yerusalem, dan bahwa Mikail setelah itu sangat aktif dalam membebaskan bangsanya dari Pembuangan di Babel (Amélineau, "Contes et Romans de l'Egypte Chrétienne," ii. 142 et seq.). Menurut sebuah midrash, Mikail menyelamatkan Hananya dan rekan-rekannya dari tungku api (Midrash Genesis Rabbah xliv. 16). Mikail juga aktif pada masa Ester: "Semakin Haman menuduh Israel di muka bumi, semakin kuat Mikail membela Israel di sorga" (Midrash Esther Rabbah iii. 8). Mikail pulalah yang mengingatkan Ahasveros bahwa ia berutang kepada Mordekhai (Targum to Esther vi. 1). Ada sebuah legenda bahwa Mikail menampakkan diri kepada imam agung Yohanes Hirkanus, dan menjanjikan bantuan kepadanya (bdk. Josephus, "Ant." xiii. 10, § 3). St. Mikail berjuang melawan naga, oleh Jean Fouquet Legenda tentang Mikail dengan naga yang terkenal itu muncul dari pergumulan Mikail melawan Samael

(dengan iblis, menurut Assumptio Mosis, x.). Legenda ini tidak ditemukan dalam sumber-sumber Yahudi kecuali sejauh Samael atau Setan disebut dalam Kaballah "si ular tua itu". Gagasan bahwa Mikail adalah pembela orang-orang Yahudi menjadi begitu meluas sehingga meskipun terdapat larangan para rabi agar umat tidak memohon kepadapara malaikat sebagai perantaraan antara Allah dan umat-nya, Mikail belakangan menduduki suatu tempat tertentu dalam liturgi Yahudi. Ada dua doa yang ditulis yang berisi permohonan kepadanya sebagai pangeran belas kasih agar menjadi perantara untuk membela Israel: yang satu dikarang oleh Eliezer ha-Kalir, dan yang lainnya oleh Judah b. Samuel he-Hasid. Tetapi permohonan kepada Mikail tampaknya jauh lebih umum pada masa-masa kuno. Jadi Yeremia dikatakan (Baruch Apoc. Ethiopic, ix. 5) pernah berdoa kepadanya. "Ketika seseorang sangat membutuhkan, ia harus berdoa secara langsung kepada Allah, dan bukan kepada Mikail ataupun Gabriel" (Yer. Ber. ix. 13a). Sehubungan dengan sifat persembahan yang dibawa oleh Mikail ke mezbah, salah satu pandangan mengatakan bahwa persembahan itu berupa jiwa-jiwa orang-orang yang benar, sementara menurut yang lainnya, persembahan itu berupa domba-domba yang berapi. Pandangan pertama, yang meluas dalam tulisan-tulisan mistik Yahudi, menjelaskan kedudukan penting yang diduduki oleh Mikail eskatologi Yahudi. Gagasan bahwa Mikail adalah Kharon dari masing-masing jiwa, yang lazim ditemukan di antara orang Kristen, tidak terdapat dalam sumber-sumber Yahudi, tetapi bahwa ia bertanggung jawab atas jiwa-jiwa orang yang benar muncul dalam banyak tulisan Yahudi. Mikail dikatakan pernah berdiskusi dengan Samael mengenai jiwa Musa (Midrash Deut. Rabbah xi. 6.) Menurut Zohar, Mikail mendampingi jiwa-jiwa orang yang saleh dan menolong mereka memasuki pintu gerbang sorgawi Yerusalem. Dikatakan bahwa Mikail dan bala tentaranya ditempatkan di pintu-pintu gerbang sorgawi Yerusalem dan mengizinkan masuk kepada jiwa orang-orang yang benar. Fungsi Mikail adalah membuka pintu-pintu gerbang, juga termasuk pintu gerbang keadilan bagi mereka yang adil. Juga dikatakan bahwa pada hari kebangkitan Gabriel akan meniup trompet dan kubur-kubur akan terbuka dan orang-orang mati akan bangkit. Islam Mikail (Arab: ‫ )مكايل‬adalah malaikat yang mengatur angin, menurunkan hujan/petir, membagikan rezeki pada manusia, tumbuh-tumbuhan juga hewan-hewan dan lain-lain di muka bumi ini. Dikatakan setiap satu makhluk yang memerlukan rezeki untuk hidup di dunia ini akan diselia rezekinya oleh satu malaikat Karubiyyuun. Malaikat Mikail adalah salah satu di antara Pembesar Malaikat yang empat. Ia dicipta oleh Allah selepas malaikat Israfil dengan selisih kira-kira lima ratus tahun. Dalam Islam Mikhael dikenal sebagai malaikat Mikail, satu dari malaikat utama Allah setelah Jibril. Menurut salah satu sumber, dalam tradisi Islam Mikail dikatakan memakai jubah berwarna hijau jamrud, memenuhi bentangan langit. Tiap helai rambutnya berisi ribuan wajah yang mengagungkan nama Allah. Menurut sumber lain dikatakan sejak neraka diciptakan Allah, Mikail tidak pernah lagi bisa tertawa. Wujud Mikail Dari kepala malaikat Mikail hingga kedua telapak kakinya berbulu Za'faron. Jika seluruh air di lautan dan sungai di muka bumi ini disiramkan di atas kepalanya, nescaya tidak setitikpun akan jatuh melimpah. Di atas setiap bulu-bulunya, terdapat sebanyak satu juta muka. Setiap muka malaikat Mikail ini pula mempunyai satu juta mulut dan setiap mulut mempunyai satu juta lidah manakala setiap lidah-lidahnya boleh berbicara satu juta bahasa atau lisan. Setiap satu juta lisan

tersebut adalah membaca istighfar pada Allah bagi orang-orang mukmin yang berdosa. Setiap satu juta muka atau wajahnya mempunyai satu juta mata. Tiap-tiap matanya sentiasa menangis kerana memohon rahmat bagi orang-orang mukmin yang berdosa. Tiap-tiap matanya yang menangis itu mengeluarkan tujuh ribu titisan air mata dan setiap titisan air mata itu Allah ciptakan satu malaikat Karubiyyuun yang serupa dengan kejadian malaikat Mikail Setiap malaikat-malaikat ini ditugaskan untuk bertasbih pada Allah sehingga hari kiamat. Imam Ahmad dengan sanadnya, dari Anas bin Malik, ketika Rasulullah Mikraj ke langit baginda ada bertanya pada malaikat Jibril: "Mengapa aku tidak pernah nampak malaikat Mikail tertawa?" Malaikat Jibril menjawab: "Malaikat Mikail tidak pernah tertawa semenjak neraka diciptakan" Mikail dalam Angelologi dan Okultisme Para okultis modern menghubungkan Mikail dengan warna merah, arah selatan dan unsur api. Dalam bentuk-bentuk okultisme lainnya, Mikail disebut sebagai roh planet Merkurius. Dia adalah penguasa hari Minggu dan Kamis. Ia adalah campuran dari movitasi, keaktifan dan keberhasilan. Konon ia adalah pembawa karunia kesabaran, dan malaikat karier, keberanian, keberhasilan, ambisi, motivasi, dan tugas-tugas kehidupan. Warna lilin Mikail adalah oranye, putih dan emas. Energi warnanya adalah oranye, ungu, putih, kristal, emas, dan coklat. Dalam Kitab Urantia, Yesus dan Mikail dianggap sama, seperti yang diyakini oleh Saksi Yehuwa. Diposting oleh D^va, Christina, Har*y di 18.54.00 Tidak ada komentar: Link ke posting ini Francis Xavier St. Fransiskus Xaverius (Fransiskus dari Xavier) digelari oleh Paus Pius X sebagai pelindung misi dan karya pewartaan iman. Ia adalah salah satu misionaris terbesar serta merupakan seorang perunding dan duta terbaik yang pernah ada. St. Fransiskus Xaverius dilahirkan pada tahun 1506 di Navarre, Spanyol, di puri Xavier, dekat Pamplona. Bahasa ibunya adalah bahasa Basque. Ia merupakan anak bungsu dari suatu keluarga besar. Pada usia delapan belas tahun ia belajar di Universitas Paris. Ia masuk college St. Barbara dan pada tahun 1528 meraih gelar magisternya (licentiate). Di sinilah ia bertemu dengan St. Ignatius Loyola (pendiri Serikat Yesus), dan St. Fransiskus adalah satu dari tujuh orang pertama dari Serikat Yesus yang pada tahun 1534 di Montmartre mengucapkan kaul untuk melayani Tuhan. Bersama mereka, St. Fransiskus menerima tahbisan imamatnya di Venice tiga tahun kemudian. Pada tahun 1540 St. Ignatius menunjuknya untuk bergabung dengan Rm. Simon Rodrigquez untuk ekspedisi misi pertama ke Hindia Timur. BERANGKAT MEMULAI MISI Mereka tiba di Lisbon sekitar akhir Juni, dan St. Fransiskus segera menemui Rm. Rodriguez yang saat itu bertugas di suatu rumah sakit. Mereka tinggal di rumah sakit tersebut untuk menolong orang-orang yang sakit, tetapi berkatekese dan memberikan pelajaran di kota serta mendengarkan pengakuan-pengakuan dosa pada hari Minggu dan hari-hari libur. Raja John III menghormati para religius ini, sehingga Rm. Rodriguez diminta tinggal di Lisbon olehnya. St. Fransiskus pun terpaksa tinggal di sana selama delapan bulan. Akhirnya, pada hari ulang tahunnya yang ke-35 (tanggal 7 April 1541), dengan disertai dua teman, yaitu Rm. Paul dari Camerino (seorang Italia) dan Fransis Mansilhas (seorang Portugis), ia berlayar menuju

India. Paus menunjuk St. Fransiskus sebagai nuncio (duta besar) kepausan di Timur. Kecuali beberapa pakaian dan buku, St. Fransiskus menolak semua hadiah dari raja. Ia juga menolak didampingi seorang pelayan, dengan mengatakan bahwa cara terbaik untuk memiliki kehormatan sejati adalah dengan mencuci pakaian sendiri, merebus masakan sendiri, dan tidak berhutang pada siapa pun. DI PERJALANAN St. Fransiskus naik kapal yang juga membawa Don Martin Alfonso de Sousa, Gubernur Hindia. Don Martin berangkat dengan lima kapal untuk memulai tugasnya. Kapal sang admiral terdiri dari para awak kapal, penumpang, tentara, budak, dan tawanan. St. Fransiskus melayani mereka. Ia berkatekese, berkotbah setiap Minggu di dek, melayani yang sakit, dan mengubah kabinnya menjadi tempat perawatan. Ia melakukan semua hal tersebut, padahal ia sendiri mengalami mabuk laut yang serius pada awal-awal pelayaran mereka. Bermacam-macam orang ada dalam kapal. St. Fransiskus harus menengahi pertikaian, menenangkan keluhan-keluhan, menghadapi sumpah serapah dan perjudian, dan memperbaiki ketidakteraturan lainnya. Wabah sejenis penyakit kulit melanda kapal itu dan tidak ada orang lain, kecuali ketiga Yesuit ini, yang merawat mereka yang sakit. Pelayaran mereka membutuhkan waktu tiga belas bulan (dua kali dari waktu pelayaran biasanya) untuk mencapai Goa. Mereka tiba pada tanggal 6 Mei 1542 dan St. Fransiskus pun menempatkan diri untuk menolong di rumah sakit. DI TANAH MISI Orang Portugis telah menetap di Goa sejak tahun 1510 dan di sana telah cukup banyak terdapat umat Kristen, gereja-gereja, para imam, dan seorang uskup. Tingkah laku orang-orang Kristen yang sangat bertentangan dengan Injil (misalnya: praktik tengkulak, pengabaian sakramen-sakramen, ketamakan, dll) sungguh merupakan tantangan bagi St. Fransiskus. Ketika seorang budak dipukuli secara tidak manusiawi, tuan-tuan mereka menghitung pukulan-pukulan tersebut dengan manik-manik rosario. Ia memulai misinya dengan mengajarkan prinsip-prinsip agama dan praktik-praktik kebajikan. Setelah melewatkan pagi harinya dengan menolong dan menghibur yang sakit di rumah sakit dan di penjarapenjara yang kotor dan bau, ia kemudian berjalan di jalan-jalan sambil membunyikan bel memanggil anak-anak dan para budak untuk berkatekese. Mereka berkumpul mengelilinginya dan ia mengajarkan syahadat iman (credo), doa-doa, dan nilai-nilai Kristiani kepada mereka. Ia mempersembahkan Misa bersama para penderita lepra setiap hari Minggu, berkotbah di depan umum (termasuk kepada orangorang India), serta mengunjungi rumah-rumah penduduk. Keramahan dan kelembutan karakternya, serta perhatiannya yang penuh kemurahan hati, sungguh sangat memikat hati banyak orang. Cinta dan kerendahan hatinya membuatnya menempatkan diri sebagai seorang di antara mereka. Makanannya sama dengan makanan orang-orang yang termiskin, yaitu nasi dan air, dan ia tidur di atas tanah dalam sebuah gubuk. Pengajaran-pengajaran tentang kebenaran-kebenaran agama juga dituangkannya dalam lagu-lagu populer. Cara ini begitu berhasil sehingga lagu-lagu ini dinyanyikan di mana-mana (di jalan-jalan, rumahrumah, dan tempat-tempat kerja). St. Fransiskus diberitahu bahwa di Teluk Pearl Fishery yang mulai dari Teluk Comorin sampai Pulau Manar, seberang Srilangka, ada orang-orang—yang disebut: orang Parava—yang telah dibaptis, namun, meskipun mereka memiliki semangat belajar, mereka masih memelihara takhyul, kepercayaan sia-sia,

dan melakukan kejahatan-kejahatan. St. Fransiskus pergi untuk menolong orang-orang ini. Ia belajar bahasa asli setempat, mengajar dan meneguhkan mereka yang telah dibaptis, dan terutama mengajarkan dasar-dasar agama kepada anak-anak. Begitu banyak jumlah mereka yang dibaptis sehingga kadangkala, karena kelelahan menerimakan sakramen ini, tangannya hampir tidak dapat digerakkan.

St. Fransiskus berhasil memperluas kegiatannya juga ke Travancore dan tempat-tempat lain. Tentunya, kedatangannya tidak selalu diterima dengan ramah oleh semua pihak. Diceritakan bahwa pada suatu peristiwa St. Fransiskus, hanya dengan salib di tangannya, bertahan sendirian menghadapi orang-orang yang menentang dan menyerbunya. Dikisahkan pula bagaimana ia berusaha sungguh-sungguh menolong seseorang yang dalam bahaya, padahal orang ini justru sering merintanginya. MISI DI MALAKA Pada musim semi tahun 1545, St. Fransiskus berlayar ke Malaka, di Semenanjung Malaya. Ia juga mengunjungi Maluku, Ambon, Ternate, Gilolo, dan tempat-tempat lainnya. Dalam misi ini dia mengalami banyak penderitaan, tetapi ia menulis kepada St. Ignatius, “Bahaya-bahaya yang saya hadapi dan tugastugas yang saya terima dari Tuhan sungguh-sungguh merupakan sumber air sukacita rohani, sehingga pulau-pulau ini merupakan suatu tempat di dunia di mana orang kehilangan pandangannya karena banyaknya air mata, yaitu air mata sukacita. Saya tidak ingat kapan saya pernah merasakan sukacita batin seperti ini. Penghiburan-penghiburan ini mengambil semua penderitaan badan dan semua kesulitan dari para musuh dan teman-teman yang tidak dapat dipercaya.” MUKJIZAT-MUKJIZAT Tuhan melakukan banyak mukjizat penyembuhan melalui St. Fransiskus. Di Malaka ia membangkitkan kembali seorang gadis muda yang tidak saja sudah mati, tetapi sudah dikubur selama tiga hari. Ibu dari anak tersebut datang kepada St. Fransiskus dan dengan penuh keyakinan akan kuasa Allah ia memohon

padanya untuk menghidupkan kembali anaknya. Kagum akan iman ibu tersebut yang baru saja mengimani Kristus, St. Fransiskus mendengarkan permohonannya. Ia menoleh kepada ibu ini, meyakinkannya bahwa anaknya hidup, dan menyuruhnya pergi ke kuburan untuk membuka kuburnya. Ibu itupun pergi dan melakukan apa yang diperintahkan St. Fransiskus. Dan, ia menemukan bahwa anaknya sungguh hidup! Peristiwa di Malaka ini hanyalah salah satu dari banyak mukjizat yang terjadi. Dalam proses kanonisasinya, tercatat bahwa ia beberapa kali membangkitkan orang mati selama perjalanannya sepanjang pantai Teluk Fishery, Tranvacore, Jepang, dan Pulau Sancian. Antonio Fernandez, seorang pemuda berusia sekitar 15-18 tahun, sakit keras. Ibunya seorang Jawa dan ayahnya seorang Portugis. Keduanya sudah putus harapan akan kesembuhan anaknya. Tanpa seijin ayahnya, ibunya membawa anak tersebut ke seorang wanita. Wanita ini mengikatkan tali di tangan anak tersebut dan menjanjikan kesembuhan, tetapi tidak ada hasilnya. Sebaliknya, anak tersebut menjadi kejang-kejang dan tidak bisa bicara. Selama tiga hari anak tersebut tidak bicara dan tidak makan. Ibunya dengan menangis memohon untuk memanggil St. Fransiskus dan segera ia pun datang. Begitu St. Fransiskus datang, pemuda yang berbaring kaku seperti kayu itu tiba-tiba bangkit dengan penuh amarah. Santo ini meliriknya dan ini cukup baginya untuk meyakinkan bahwa pemberontakan ini dari roh-roh jahat. Ia menyentuh pemuda yang meracau ini dengan salibnya. Ketika disentuh, pemuda ini bahkan lebih kejang-kejang lagi. Ia menyeringai menakutkan dan meludahi St. Fransiskus. St. Fransiskus berlutut, membacakan kisah sengsara Kristus dari Kitab Suci, dan berdoa. Setelah selesai ia berdoa, pemuda ini pun sudah tenang. St. Fransiskus menyuruh orang tuanya untuk memberinya makan dan menyuruh mereka untuk berjanji membawanya ke Kapel Our Lady of the Hill selama sembilan hari berturut-turut segera setelah ia pulih. Tengah malam pemuda tersebut bangun, dan telah terbebas dari gangguan roh jahat. Esok harinya ia dibawa ke kapel dan St. Fransiskus memberikan misa untuknya. Pemuda tersebut tidak pernah kerasukan lagi selama hidupnya. MISI DI JEPANG St. Fransiskus juga melakukan perjalanan-perjalanan sekitar Goa, Srilangka, dan Teluk Comorin. Di Goa ia sempat mendirikan apa yang dikenal sebagai “sekolah international St. Paulus”. Pada bulan April 1549 St. Fransiskus mulai berlayar ke Jepang, ditemani oleh seorang pastor Yesuit, seorang awam, juga dua orang Jepang yang telah bertobat. Pada pesta kenaikan Bunda Maria ke surga mereka mendarat di Jepang, di Kagoshima, di pulau Kyushu. St. Fransiskus sendiri belajar bahasa Jepang. Buah dari kerja keras selama dua belas bulan adalah beberapa ratus orang bertobat. Para penguasa mulai curiga dan melarang kotbah selanjutnya. Selain itu, St. Fransiskus juga mengunjungi Yamaguchi (Honshu) dan Miyako (Kyoto). Melihat bahwa kemiskinan dalam pewartaan Injil itu tidak menarik di Jepang sebagaimana di India, St. Fransiskus mengubah metode-metodenya. Dengan dandanan yang layak dan didampingi temantemannya yang berperan seolah-olah adalah para pembantunya, ia menghadirkan diri ke hadapan daimyo sebagai wakil dari negara Portugal. Ia memberikan surat dan hadiah-hadiah (a.l.: kotak musik, jam, dan kacamata). Daimyo menerima hadiah-hadiah tersebut dengan senang hati dan memberikan kebebasan kepada St. Fransiskus untuk mengajar serta menyediakan sebuah biara Budha yang kosong sebagai tempat tinggalnya. Karena ia mendapatkan perlindungan, maka St. Fransiskus berkotbah dan membaptis banyak orang di kota tersebut.

MISI DI CINA St. Fransiskus ingin meneruskan misinya ke Cina. Disertai Antony, seorang pemuda Cina, St. Fransiskus berharap menemukan cara-cara untuk mendarat diam-diam di Cina, negara yang tertutup bagi orang asing. Dalam minggu terakhir bulan Agustus 1552 mereka tiba di sebuah Pulau Sancian (Shang-chwan) yang berjarak enam mil dari pantai dan seratus mil di sebelah tenggara Hong Kong. AKHIR HIDUP Ketika di kapal, St. Fransiskus terserang demam pada tanggal 21 November. Esoknya ia dibawa ke pantai lagi, namun para awak kapal takut terhadap tuan mereka sehingga membiarkan St. Fransiskus di atas pasir pantai. Ia terkena angin utara yang menusuk, sampai seorang pedagang Portugis yang murah hati membawanya ke gubuknya yang sederhana. St. Fransiskus terkena demam tinggi, mengeluarkan darah, namun ia tak henti-hentinya berdoa di tengah-tengah kejang-kejang dan suara mengigaunya. Ia semakin lemah dan lemah. Pada hari Sabtu pagi tanggal 3 Desember 1552, “Saya [Antony] dapat melihat bahwa ia sekarat dan saya menyalakan lilin di tangannya. Kemudian, dengan nama Yesus di bibirnya, ia menyerahkan nyawanya kepada Tuhan, Sang Pencipta dengan tenang dan penuh kedamaian.” St. Fransiskus meninggal pada usia 46 tahun. Sebelas tahun dari hidupnya ia lewatkan di Timur. Tubuhnya dimakamkan pada hari Minggu sore dengan dihadiri oleh empat orang, yaitu Antony, seorang Portugis, dan dua orang budak. Berdasarkan usulan seseorang di kapal, peti mati ditutupi dengan kapur di sekitar tubuh kalau-kalau nanti harus dipindahkan. Lebih dari sepuluh minggu kemudian kuburan dan peti dibuka. Kapur diangkat dari muka dan ditemukan bahwa wajahnya tidak rusak dan tetap cerah warnanya, demikian juga bagian tubuh lainnya dan hanya bau kapur. Tubuhnya kemudian dibawa ke kapal dan dibawa ke Malaka di mana diterima dengan penuh hormat. Pada akhir tahun dibawa ke Goa, dimana tubuh itu dan ketidakrusakannya dibuktikan oleh para dokter. Hingga sekarang tubuhnya masih ada di Gereja Good Jesus. St. Fransiskus dikanonisasi pada tahun 1622, bersama dengan St. Ignatius Loyola, St. Teresa Avila, St. Filipus Neri, dan St. Isidore. PENUTUP Riwayat hidup St. Fransiskus Xaverius mengungkapkan betapa gembira hatinya menerima Kabar Gembira Kerajaan Allah, menerima Sang Mesias, sehingga ia tak segan-segan berkeliling dunia dan menghadapi segala tantangan untuk membagikan kegembiraannya dengan mewartakan Sang Mesias. Riwayatnya merupakan sebuah ajakan agar kita menyadari betapa berharganya Kabar Gembira Kerajaan Allah, betapa berharganya Kristus Sang Mesias. Dengan iman dan kesadaran ini marilah kita menyambut Sang Mesias dengan penuh sukacita. Harry setiawan h 9aks / 8 Diposting oleh D^va, Christina, Har*y di 18.52.00 Tidak ada komentar: Link ke posting ini

Santo Andreas Rasul

ASAL DAN LATAR BELAKANG Rasul Andreas adalah seorang dari keduabelas murid Yesus. Nama “Andreas” berasal dari bahasa Yunani yang berarti: berani, perkasa, kuat. Dia dijuluki “protocletus”, karena merupakan murid pertama yang dipilih dan dipanggil Yesus. Dia adalah nelayan di Galilea, asal Betsaida, dan merupakan saudara Simon Petrus, putra Yohanes (bdk. Yoh. 1:40.42.44). Mereka juga mempunyai rumah di Kapernaum (bdk. Mrk. 1:21.29), di mana Yesus sempat singgah dan menyembuhkan ibu mertua Petrus. Dalam berbagai teks Perjanjian Baru nama Andreas termasuk dalam urutan empat nama pertama dalam daftar para murid Yesus. Pada awalnya, Andreas adalah murid Yohanes Pembabtis (bdk. Yoh. 1:35-40). Hingga suatu saat Yohanes menunjuk Yesus yang sedang lewat, “Dialah sang Anak Domba Allah!”. Walau mungkin belum mengerti benar apa makna seruan Yohanes itu dan belum mengenal siapa Yesus, namun Andreas bersama seorang murid lainnya segera mengikuti Yesus. “Apakah yang kamu cari?”, tanya Yesus kepada mereka. “Guru, di manakah Engkau tinggal?”, tanya mereka. Jawab Yesus,"Marilah dan kamu akan melihatnya." Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia; waktu itu kira-kira pukul empat. Perjumpaan dengan Yesus dan pengalaman bersama-Nya membuat Andreas segera menyadari dan mengenal bahwa Yesuslah Sang Mesias. "Kami telah menemukan Mesias!", serunya dengan gembira kepada Petrus, saudaranya (Yoh. 1:41). Dia tidak menyimpan kegembiraan ini untuk dirinya sendiri, namun segera membagikannya kepada Petrus. Petrus diantarnya menemui Kristus. Kedua bersaudara ini diterima Yesus menjadi murid-Nya. Pada awalnya mereka masih melanjutkan pekerjaan mereka sebagai nelayan. Hingga suatu hari saat mereka sedang menebarkan jala, Yesus memanggil mereka, “Mari ikutlah Aku dan kamu kujadikan penjala manusia.”. Saat itu mereka meninggalkan jala dan segalanya untuk mengikuti Yesus. PEWARTAAN RASUL ANDREAS Dalam beberapa teks Perjanjian Baru disebutkan nama Andreas secara khusus meskipun tidak banyak. Andreaslah yang bersama dengan Petrus, Yakobus dan Yohanes mengajukan pertanyaan ke Yesus, pertanyaan yang membawa ke pembicaraan eskatologia (bdk. Mrk. 13:3). Pada mujizat pergandaan roti, Andreaslah yang mengatakan kepada Yesus, "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?". (bdk. Yoh. 6:9) Beberapa hari sebelum kematian Yesus, beberapa orang Yunani bertanya kepada Filipus apakah mereka bisa menemui Yesus. Filipus kemudian menanyakannya kepada Andreas sebagai seseorang yang lebih berwenang, lalu keduanya membawa mereka kepada Yesus (Yoh. 12:20-22). Selain itu, sebagai seorang dari keduabelas

rasul, kita tahu bahwa Andreas juga hadir saat perjamuan makan malam terakhir, saat Yesus menampakkan diri kepada para rasul sesudah kebangkitanNya, saat Yesus naik ke Surga, saat Pentekosta, dan dia hadir juga di tengah penganiayaan saat mewartakan Kristus di Palestina. Memenuhi amanat Sang Guru, para murid menyebar ke segala bangsa untuk mewartakan Injil. Rasul Andreas menyebarkan agama Kristen di Scythia, Epirus, Hellas, Kapadokia, Galatia, Bithynia, Byzantium, Thrace, Makedonia, Thessaly, dan Achaia. Menurut tradisi Gereja, dia memulai misinya di Provinsi Vithynia dan Pontus di bagian tepi selatan Laut Hitam. Kemudian menuju Kota Byzantium dan mendirikan gereja Kristen di sana, mentahbiskan uskup Byzantium yang pertama, Stachys. Banyak cerita atau legenda tentang dirinya, kuasa doanya, kelembutan hatinya, dan lain-lain. Antara lain: Ada seorang tua yang telah puluhan tahun hidup dalam dosa, datang kepadanya dan menceritakan ketidakmampuannya untuk membebaskan diri dari kelemahannya ini. Santo Andreas menangis mendengarnya dan mengatakan bahwa dia tidak akan makan daging sebelum orang itu diselamatkan. Setelah lima hari berpuasa, suatu suara mengatakan kepadanya bahwa Tuhan mengabulkan doanya dan dengan kerjasama dari si orang tua itu, yang ikut berpuasa selama enam bulan, si orang tua itu dibebaskan dari kelemahannya dan kembali merasakan damai Tuhan. Kisah yang lain menceritakan tentang misi Andreas di Achaia di mana dia melakukan banyak mukjizat dan penyembuhan dalam nama Yesus Kristus serta mempertobatkan banyak penyembah berhala, termasuk istri Aeges, prokonsul Roma dan Stratoklis, saudara yang paling pandai dari prokonsul Roma. Andreas mengangkat Stratoklis menjadi uskup Patras yang pertama. Aeges menjadi marah dan atas desakan para penyembah berhala dia memaksa orang-orang kristen untuk menyembah berhala. Andreas menghadap kepadanya dan menjelaskan bahwa hanya Tuhanlah yang patut disembah dan bahwa Kristuslah putra Allah yang telah datang ke dunia. Semua penyembahan berhala memurkakan Tuhan. Aeges mengatakan karena kesia-siaan yang diwartakan-Nya itulah maka Yesus harus menanggung akibatnya: harus menderita sengsara dan disalibkan. Andreas mengatakan bahwa Yesus disalibkan bukan secara terpaksa, tapi Dia dengan sukarela memanggul, menderita dan disalibkan demi keselamatan kita. MISTERI SALIB BAGI RASUL ANDREAS Andreas menegaskan bahwa dirinya adalah saksi atas semuanya itu karena dia hadir pada semua peristiwa ini. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa salib adalah misteri yang sungguh agung. Aeges menghinanya dan mengatakan bahwa itu bukan misteri melainkan kesengsaraan dan jika Andreas tidak mau menerima kata-katanya, Andreas akan dijadikannya sebagai bukti. Dengan berani, Andreas mengatakan bahwa jika dia mencemooh dan mengejek salib, dia tidak akan mewartakan kemuliaannya. Secara jujur, dia ungkapkan harapannya agar Aeges mendengar misteri salib ini sehingga percaya dan diselamatkan. Rasul Andreas memberikan lima alasan dari misteri salib: 1. Manusia pertama melanggar perintah Tuhan karena “pohon”, maka manusia kedua harus menyingkirkan maut tersebut dengan menderita di atas “pohon”. 2. Adam yang telah merusak dunia dan melanggar aturan, maka Adam baru menolak segala kelalain dan dilahirkan kembali oleh seorang perawan. 3. Adam telah mengulurkan tangannya ke buah terlarang, maka Adam baru harus merentangkan tanganNya pada salib.

4. Adam mengecap manisnya buah terlarang, maka Kristus perlu mengecap pahitnya empedu. 5. Kristus memberi kita keabadiaan dengan mengambil kefanaan atau kematian kita. Jika Kristus tidak wafat, manusia tidak akan memperoleh hidup kekal. RASUL ANDREAS DISALIBKAN Aeges memerintahkan untuk menyalibkan Andreas. Andreas dengan gembira mendatangi kayu salibnya. Saat dari jauh dilihat kayu salibnya, dia memberi salam: “Salam hai Salib Suci, engkau yang telah disucikan oleh tubuh Tuhanku, dan dihiasi oleh tungkai dan lengan-Nya bagai permata yang mahal. Aku datang kepadamu dengan bersorak gembira. Terimalah aku dengan gembira di tanganmu. O kayu salib yang baik, yang telah menerima keindahan dari tangan Tuhan; telah lama aku mengasihimu dan medambakanmu: sekarang engkau telah kutemukan dan engkau siap menerima kerinduan jiwaku; terimalah aku di tanganmu, ambillah aku dari antara manusia, dan hantarlah aku ke Tuhanku; agar Dia yang telah menebusku di atasmu, berkenan menerimaku melalui dirimu.” Andreas bahagia karena boleh semakin serupa dengan Kristus, Guru-Nya dan karena tahu bahwa salib itu akan mengantarnya kepadaNya. Dia menanggalkan jubahnya dan memberikannya kepada para algojonya. Mereka lalu mengikat dia dengan posisi kepala di bawah pada kayu salib yang berbentuk huruf X. Atas perintah Aeges mereka tidak memakukan dia agar penderitaannya lebih lama. Di sana dia bergantung selama dua hari dengan tetap berkotbah kepada kerumunan orang yang datang melihatnya. AKHIR HIDUP RASUL ANDREAS Dari salibnya, langit dilihatnya dengan gembira sebagai surga di mana dia akan bertemu dengan Tuhan. Atas desakan banyak orang maka Aeges dan beberapa orang datang kepadanya untuk membebaskannya. Namun Andreas menolaknya. Karena doanya, tangan orang-orang yang hendak membuka ikatannya menjadi lemas, tak bertenaga. Andreas tidak ingin turun dari salib dalam keadaan hidup. Dia mohon agar jiwanya boleh melayang kepada Sang Sumber Kebahagiaan. Pada saat itu dari langit muncullah suatu sinar yang sangat terang menyelimuti dirinya selama setengah jam sehingga tak seorangpun bisa melihatnya. Ketika sinar itu hilang, jiwa sang Rasul Suci melayang bersatu dengan Tuhan yang dicinta dan dirindukannya.Jenasahnya diturunkan dari salib dan dimakamkan oleh Maximila dan uskup Stratoklis. Dengan segera banyak orang berdatangan ke makamnya. Menyadari bahwa orang yang dibunuhnya sesungguhnya benar-benar seorang utusan Tuhan yang suci, Aeges akhirnya bunuh diri. Pada tanggal 30 November 60, dia menjadi martir di Patras, Achaia, setelah dua hari tergantung di atas salib atas perintah Aeges, seorang prokonsul Roma. Gereja merayakan pestanya setiap tanggal 30 November. Pada tahun 357 relikwi Santo Andreas dipindahkan dari Patras ke Konstantinopel dan disimpan di Gereja Para Rasul. Pada awal abad ketiga belas Kardinal Peter dari Capua memindahkannya ke katedral Amalfi, Italia. Jika Petrus secara simbolik mewakili Gereja Barat, Andreas mewakili Gereja Timur Selain itu, Andreas dikenal sebagai pelindung negara Rusia dan Skotlandia, juga pelindung para nelayan. TELADAN RASUL ANDREAS Jika kita merenungkan hidup rasul suci ini, maka ada begitu banyak teladan yang dia berikan. Namun secara singkat, kita bisa katakan bahwa seluruh hidupnya sejak perjumpaannya dengan Yesus adalah

suatu sorak kegembiraan: “Kami telah menemukan Mesias!”. Teriakannya mengajak kita untuk merefleksi diri: “Benarkah kita sudah mengenali Yesus sebagai Mesias dalam hidup kita? Seberapa jauh perjumpaan kita dengan Kristus, Sang Mesias, mengubah hidup kita? Seberapa jauh perjumpaan ini menggemakan sorak kegembiraan dalam hati kita? Dan seberapa jauh sorak ini memancar keluar dari diri kita?” Teladan sang rasul suci mengajarkan kita untuk senantiasa mengantar sesama kepada Sang Mesias, juga pada saat-saat di mana kita hanya mempunyai lima roti dan dua ikan. Diposting oleh D^va, Christina, Har*y di 18.48.00 Tidak ada komentar: Link ke posting ini Santo Paulus

Santo Paulus adalah penduduk asli Thebais Bawah, di Mesir. Kedua orang tuanya meninggal ketika ia berusia 15 tahun. Di usianya yang sangat muda, Santo Paulus telah menjadi seorang yatim piatu. Namun, ia memperoleh pendidikan agama yang baik dan benar. Selain sangat pandai dalam pengetahuan tentang Mesir dan Yunani, ia memiliki pribadi yang lemah lembut dan rendah hati serta takut kepada Tuhan. Pada tahun 250 Masehi, di Mesir terjadi penganiayaan berdarah terhadap umat Kristen oleh Decius yang mengganggu kedamaian Gereja. Penganiayaan yang sangat menyeramkan telah terjadi pada masa itu. Dengan mengunakan kelicikan yang tak kentara, setan berhasil menghancurkan jiwa-jiwa manusia dengan berbagai siksaan. Penganiayaan terhadap pengikut Kristus pada zaman itu banyak dilakukan, dimana setan berusaha menghancurkan manusia melalui kedengkian dan kehormatan sebagai tipu daya setan kepada mereka yang mengaku sebagai pengikut Kristus. Misalnya, seorang pengikut Kristus yang disiksa, di mana seluruh tubuhnya dioles dengan madu kemudian dibaringkan dengan posisi punggung menghadap matahari dan tangan terikat di belakang. Betapa besar penyiksaan terhadap manusia pada masa itu, dengan sengatan lalat dan lebah di sekujur tubuh, sungguh menyiksa dan menyakiti pengikut Kristus. Yang lainnya, diikat dengan tali sutra pada sebuah ranjang lalu diturunkan pada sebuah tempat dimana terdapat seorang wanita yang telah dipekerjakan untuk membujuknya ke dalam dosa. Betapa mereka harus bertindak bijaksana untuk tidak jatuh terhadap segala perangkap si iblis. Dan mereka telah menang karena mereka lebih takut untuk berbuat dosa daripada berpikir atas segala kesenangan badaniah sesaat. Selama keadaan bahaya ini, Santo Paulus bersembunyi di rumah seorang sahabatnya. Namun, tidak berlangsung lama karena akhirnya ia pun ditangkap dan dihadapkan ke depan pengadilan karena laporan seorang sahabatnya. Akan tetapi, ia berhasil melarikan diri ke padang gurun. Disana, Paulus menemukan banyak gua besar dari batu sebagai tempat persembunyian dari para pengumpul pada zaman Cleopatra, Ratu Mesir. Akhirnya, Paulus memilih salah satu tempat di sebuah gua itu sebagai tempat tinggalnya.

Tempat itu letaknya dekat pohon palma dan suatu mata air yang jernih. Dari dedaunan pohon palma itulah Paulus membuat pakaian untuknya dan buahnya itu menjadi makanannya. Di sana ia terus berdoa memohon kepada Tuhan agar penganiayaan itu segera berakhir, dan ia dapat kembali ke kampung halamannya. Namun, Tuhan mempunyai suatu rencana lain atas dirinya, yaitu hidup dalam kesunyian padang gurun dalam doa dan laku tapa, lebih dekat dan mesra bersatu dengan Tuhan. Akhirnya, Paulus memutuskan untuk menetap di padang gurun itu ketika itu Paulus berusia 22 tahun. Hidup jauh dari dunia luar tidak membawa kepada diri sendiri, tetapi Paulus begitu prihatin terhadap keadaan dunia saat itu, namun ia tidak mau terlibat secara langsung. Doa dan laku tapa dilakukannya, khususnya terhadap keadaan dunia, baginya cukup untuk mengetahui bahwa ada sebuah dunia dan ia hanya berdoa agar kebajikan meningkat. Selama tinggal di padang gurun sampai berusia 43 tahun, Santo Paulus hidup dari buah-buahan dan pohon miliknya yang terdapat di sekitar gua itu. Selanjutnya sampai saat meninggalnya, seperti Nabi Elia, ia selalu diberi makan secara ajaib berupa roti yang dibawakan setiap hari oleh seekor burung gagak. Bagaimana cara kehidupannya dan apa yang diperbuatnya selama 90 tahun, tidak diketahui. Dalam ketersembunyian yang selama ini dilakukannya, Tuhan pun berkenan agar hambanya ini dikenal sebelum meninggal dunia sebagai salah seorang saksi-Nya. Pada masa itu, hidup pula seorang pertapa seperti Santo Paulus, namanya Santo Antonius. Namun sayang, kalau Santo Paulus adalah seorang pertapa yang rendah hati, tetapi Santo Antonius seorang pertapa yang tergoda oleh kesombongan. St. Antonius membayangkan bahwa dirinya adalah orang yang pertama hidup bertapa, jauh dari manusia dan tidak ada seorang pun yang melayani Tuhan selama yang telah dilakukannya di hutan belantara. Tuhan berkenan mewahyukan kepada Santo Antonius dalam suatu mimpi, di mana St. Antonius diperintahkan untuk pergi mencari seorang hambanya yang sempurna ini, tersembunyi di daerah yang lebih terpencil di padang gurun dibandingkan dirinya. Hamba yang sempurna itu adalah Santo Paulus. Tak menunggu lama lagi, esok harinya Santo Antonius melakukan perjalanannya untuk mencari seorang pertapa yang belum diketahuinya seperti dalam mimpinya. Dalam perjalanannya, Santo Antonius bertemu dengan seorang Satyrs, seorang penduduk padang gurun tersebut dan salah satu orang bukan Yahudi yang ditipu untuk memuja dewa. Setelah dua hari satu malam, Santo Antonius akhirnya menemukan tempat kediaman Santo Paulus. Pertemuan antara dua pertapa ini sangat mengharukan. Mereka saling berpelukan, saling memanggil nama mereka masing-masing yang diketahui melalui wahyu Tuhan kepada mereka. Percakapan kedua pertapa ini sungguh mengharukan dan langsung terlibat percakapan yang akrab. Santo Paulus menanyakan kepada Santo Antonius, “Apakah pemujaan berhala masih merajalela?” Namun, di tengah percakapan itu, tiba-tiba seekor burung gagak terbang mendekati mereka dan menjatuhkan sepotong roti di antara mereka berdua. Santo Paulus langsung berkata kepada sahabatnya, Santo Antonius, “Tuhan yang baik telah mengirimkan kita makan malam, seperti yang telah diterima dirinya setiap hari sebagian dari potongan roti selama 60 tahun yang telah berlalu. Kini engkau datang untuk melihatku dan Kristus telah melipatgandakan bagian para hamba-hambanya.” Mereka mengucap

syukur kepada Tuhan atas makanan yang telah diterima, walaupun di hati mereka masing-masing muncul persaingan siapa yang harus membagi-bagikan roti tersebut. Perdebatan pun terjadi, Santo Antonius mengatakan bahwa Santo Paulus lebih pantas karena ia lebih tua, tetapi Santo Paulus mengatakan bahwa Santo Antonius merupakan tamunya. Akhirnya, mereka setuju untuk mengambil bagian mereka bersama-sama. Setelah itu, mereka menghabiskan sisa malam dengan berdoa dalam persatuan yang mesra dengan Tuhan. Pagi hari berikutnya, Santo Paulus mengatakan kepada Santo Antonius bahwa ajalnya sudah dekat. Ia berpesan kepada Santo Antonius agar jenazahnya dibungkus dengan mantel milik Santo Antonius yang didapat dari Santo Athanasius, Uskup Aleksandria. Hal ini dimaksudkan oleh Santo Paulus bahwa dirinya ingin ditinggal seorang diri, berdoa tanpa seorang pun saat-saat menjelang kematiannya. Memakai mantel Santo Athanasius yang merupakan Uskup yang gigih memperjuangkan persatuan erat dalam Gereja Katolik, tiada lain sebagai rasa hormatnya kepada Santo Athanasius. Dengan berat hati, Santo Antonius mengabulkan permohonan Santo Paulus dan meninggalkannya seorang diri. Ia bergegas kembali ke tempatnya untuk memenuhi permintaan terakhir dari pertapa ini. Setelah menemukan mantel yang diminta oleh Santo Paulus, bergegaslah Santo Antonius kembali karena takut Santo Paulus telah meninggal sebelum dirinya sampai. Dan hal itu memang terjadi. Di tengah perjalanannya, ia melihat jiwa Santo Paulus yang berbahagia terangkat ke surga disertai paduan suara malaikat, para rasul dan nabi. Dan apa yang telah dilihat oleh Santo Antonius adalah benar-benar sebuah kenyataan. Sesampainya di tempat Santo Paulus, Santo Antonius langsung menyandarkan tubuh Santo Paulus dengan posisi bersujud dan merentangkan tangannya, seolah-olah sahabatnya ini masih hidup dan dirinya sedang berlutut dan berdoa bersamanya dalam keheningan, seakan-akan ia merasakan kematian dirinya sendiri. Setelah memberikan penghormatan terakhir kepada jenazah Santo Paulus, ia mengeluarkan jenazah itu dari gua. Di saat dirinya sedang kebingungan bagaimana cara untuk menggali kuburan bagi sahabatnya ini, tiba-tiba dua ekor singa muncul dengan diam-diam seakan-akan ikut berkabung dan membuat sebuah lubang yang cukup besar untuk tempat membaringkan jenazah orang kudus ini. Santo Antonius menguburkan jenazah Santo Paulus dan menyanyikan puji-pujian dan mazmur baginya. Setelah peristiwa itu, ia pulang sambil memuji Tuhan dan menceritakan semuanya kepada para rahibnya atas apa yang telah dilihat dan dialaminya. Santo Antonius menyimpan mantel sahabatnya, Santo Paulus sebagai harta yang besar, dan mengenakannya pada perayaan besar. Mantel ini terbuat dari tempelan dedaunan pohon palem. Santo Paulus meninggal pada tahun 342 Masehi, dalam usia 113 tahun, dimana selama 90 tahun ia hidup dalam kesunyian. Santo Paulus biasa disebut sebagai Pertapa Pertama, untuk membedakannya dengan nama Paulus yang lainnya. Jenazahnya telah dibawa ke Konstantinopel, oleh Kaisar Michael Comnenus, pada abad XII, dan kemudian ke Venisia pada tahun 1240. Raja Hungaria bernama Lewis I, mendapatkan jenazahnya dari Venesia, dan membawanya kembali ke Buda, dimana kongregasi pertapaan ini meneladan cara hidup yang telah dijalani selama ini oleh Santo Paulus.

Dalam beberapa martirologi Barat Kuno, Santo Paulus pertapa diperingati setiap tanggal 10 Januari, tetapi pada martirologi Romawi diperingati setiap tanggal 15 Januari yang merupakan anthologium Yunani. Santo Paulus merupakan teladan pertapa kontemplatif. Seperti Nabi Elia dan Yohanes Pembaptis yang menyucikan diri di padang gurun dan Yesus sendiri yang merupakan model kehidupan para eremit. Semuanya itu tiada diragukan lagi, bahwa Roh Kuduslah yang memimpin para kudus untuk masuk ke dalam padang gurun dan mengalami persatuan yang mesra. Ditarik untuk merasakan kesunyian dan keterasingan sepenuhnya seorang diri, jauh dari keramaian merupakan salah satu jalan yang luar biasa tempat Tuhan memimpin jiwa-jiwa untuk melakukan laku tapa dan membawa pada kebahagiaan hidup yang akan datang. Seorang pertapa kontemplatif terkenal menggambarkan model terbaik dari kehidupan eremit yang dijalankan oleh Santo Paulus dengan mengatakan, “ Santo Paulus tidak dipanggil Allah untuk tugas di luar dari kehidupan aktif. Panggilannya adalah hidup sendirian, senantiasa berbicara hanya kepada Tuhan, di tengah hutan belantara yang luas. Dan selama hampir 100 tahun, ia telah mengabaikan seluruh yang terjadi di dunia baik kemajuan ilmu pengetahuan, perkembangan agama, dan juga revolusi dari negaranegara dan kerajaan-kerajaan, bahkan ia tidak tertarik terhadap barang-barang tersebut dimana tanpa barang-barang tersebut ia tidak dapat hidup. Seperti udara yang dihirupnya, air yang diminumnya, dan roti ajaib yang digunakan untuk menopang hidupnya.” Itulah kehidupan yang dijalankan oleh Santo Paulus, pertapa pertama yang menjadi teladan bagi mereka yang terpanggil menjadi pertapa, dewasa ini. Tuhan telah memilih Santo Paulus, seorang pertapa untuk menjadi teladan kita dengan segala kerendahannya, Santo Paulus telah menjadi besar dan contoh bagi kehidupan pertapa dewasa ini. Semoga, Santo Paulus membawa kita untuk lebih mengalami persatuan yang mesra dengan Allah. Diposting oleh D^va, Christina, Har*y di 18.45.00 Tidak ada komentar: Link ke posting ini Santa Teresa dari Avila, Pujangga Gereja

Di antara para wanita kudus di dalam sejarah Gereja, tak diragukan lagi St. Teresa dari Avila adalah orang yang menanggapi Kristus dengan hati yang bernyala-nyala. Ia dipanggil untuk menjadi sahabat Kristus.

Teresa juga membuka jalan-jalan baru bagi kesetiaan dan pelayanan kepada Bunda Gereja yang kudus. Masa Kanak-kanak dan Remaja Teresa lahir di Avila, Spanyol pada tanggal 28 Maret 1515. Ayahnya bernama Alonso Sanchez de Cepeda. Ibunya Beatrice de Ahumada berasal dari keluarga bangsawan yang beriman teguh akan Kristus. Sejak kecil Teresa sudah mendapatkan pendidikan yang baik dari keluarganya. Teresa memiliki seorang kakak perempuan, 4 orang kakak laki-laki dan 6 orang adik. Ibu Beatrice adalah istri ke-2. Istri pertama Alonso telah meninggal sebelum Alonso menikah dengan Ibu Beatrice, dan melahirkan 3 orang anak. Sejak kecil Teresa sering membicarakan Tuhan bersama kakaknya yang berusia 4 tahun lebih tua, yaitu Rodrigo. Keduanya sangat akrab dan memiliki hobi membaca mengenai kehidupan Santo/Santa. Mereka mengagumi orang-orang kudus yang untuk selamanya dapat berjumpa dengan Allah. Pada waktu berusia 7 tahun Teresa sudah berkeinginan untuk menjadi seorang martir, karena menurut anggapannya pada waktu itu, menjadi martir adalah jalan yang tercepat dan termudah menuju surga. Oleh karena itu, Teresa mengajak Rodrigo untuk pergi ke daerah orang Mur yang kafir, dengan harapan agar mereka dipenggal kepalanya sehingga menjadi martir. Akan tetapi, di tengah perjalanan menuju daerah orang Mur, mereka bertemu dengan paman mereka di perbatasan kota. Maka rencana mereka pun diurungkan oleh sang paman yang segera mengantar mereka kembali ke rumah. Pada saat Teresa berusia kurang lebih empat belas tahun, ibunya meninggal. Dengan penuh kesedihan dia berlutut di hadapan patung Bunda Maria saat ditinggal pergi oleh ibunya. Ia memohon agar sejak saat itu Bunda Maria menjadi Bunda pelindungnya. Karena ketulusan hati dan imannya, sejak saat itu segala permohonan doanya melalui perantaraan Bunda Maria selalu dikabulkan. Ketika remaja Teresa memiliki penampilan yang cantik dan menarik menyerupai ibunya. Pembawaannya juga cerdas, berbakat, dan lincah. Di Avila kecantikan Teresa sangat memikat setiap orang di sekitarnya, apalagi Teresa memiliki pribadi yang menarik, ramah, dan halus perasaannya. Banyak pemuda senang bergaul dan tertarik pada Teresa sehingga ayahnya menjadi cemas dan kemudian menitipkan Teresa di biara Santa Maria Bunda Kerahiman di Avila. Biara ini didirikan pada tahun 1508 dan terkenal karena suasananya yang suci, baik, dan tenang. Keluarga-keluarga yang terkemuka di kota Avila, dengan kepercayaan penuh, menyerahkan anak gadisnya kepada para suster Agustines itu untuk dididik di asrama susteran. Di sana Teresa mengalami pertobatan dan menyadari segala kelemahannya. Dan sejak tinggal di asrama Susteran itu, Teresa rajin mengikuti kegiatan doa di asrama juga setia melakukan doa rosario. Saat tinggal di asrama Teresa cukup kerasan karena dia merasakan sudah terbebas dari kesia-siaan duniawi dan ia berkeinginan untuk memusatkan hati dan pikirannya kepada Tuhan. Namun, saat itu dia belum memiliki ketertarikan pada panggilan hidup membiara karena masih beranggapan hidup membiara itu menakutkan dan membosankan. Pandangan ini berubah saat dia bergaul akrab dengan ibu asramanya Sr. Maria Briceno. Teresa sering bercakap-cakap dengannya dan mencurahkan segala isi hatinya kepada Sr. Maria Briceno. Tuhan memakai suster ini untuk menerangi hati dan pikiran Teresa.

Suster Maria sering bercerita mengenai kebahagiaan rohani yang disediakan Tuhan bagi mereka yang melepaskan segala-galanya demi cinta kepada Tuhan. Teresa pun mulai terbuka akan rahmat Tuhan. Setelah tinggal kira-kira satu setengah tahun di asrama, Teresa minta didoakan oleh Suster Maria agar Tuhan menunjukkan panggilan hidupnya karena Teresa memiliki kerinduan untuk mengabdi kepada Tuhan secara khusus. Menjadi Biarawati dan Saat Berahmat yang Dialaminya Pada saat berusia 20 tahun, Teresa diterima di Biara Karmel Avila, Spanyol. Keputusan untuk memasuki biara ini begitu mantap, meskipun pada mulanya ayahnya tidak mengizinkan putri kesayangannya itu menjadi seorang biarawati. Akan tetapi, cinta Teresa bagi Tuhan tak dapat dikalahkan oleh cintanya terhadap ayah dan keluarganya. Teresa sangat berbahagia berada di biara Karmel, dan kebahagiaan Teresa mencapai puncaknya setelah mengikrarkan kaul kebiaraannya. Sayangnya tak lama kemudian, meskipun jiwa Teresa rela mengikuti Tuhan, tubuhnya lemah. Teresa mengalami sakit keras dan menjadi lumpuh, bahkan hampir dijemput maut. Dalam penderitaan sakitnya itu Teresa semakin mendekatkan diri pada Tuhan. Pada saat-saat itu ia dikaruniai banyak rahmat oleh Tuhan. Di antaranya ialah kesabaran yang tidak tergoncangkan oleh penderitaan yang dialaminya. Dia senantiasa mengucap syukur dan terimakasih kepada Tuhan dan para suster yang merawatnya. Di dalam sakit lumpuh yang dideritanya beberapa tahun itu, Teresa banyak merenungkan tulisan-tulisan St. Gregorius, ajaran-ajaran Santo Hieronimus dan juga membaca bukubuku karangan santo Agustinus. Cinta kasih kepada Tuhan dan sesamanya semakin berkobar, sehingga ia juga banyak berdoa bagi pertobatan orang-orang berdosa. Selama sakitnya itu, Teresa juga bersahabat denga pamannya, Don Pedro. Ia diberi sebuah buku tentang doa mistik: Abjad Ketiga, karangan Osuna. Buku ini membimbing Teresa kepada doa kontemplasi. Selain itu, di dalam sakitnya ini Tuhan menganugerahkan kepada Teresa kesetiaan dalam doa keheningan batin dan mengangkat jiwanya kepada doa persatuan. Pengalaman doa Teresa ini menghasilkan kemajuan rohani yang besar. Meski lumpuh, ia tetap setia menghadiri Misa Kudus untuk memohon kesembuhan bagi dirinya. Ia juga secara khusus ia setiap hari memohon doa kepada Santo Yosef dan Bunda Maria untuk membebaskan ia dari segala kelemahan dan penyakitnya. Oleh karena kebaikan Tuhan, akhirnya Teresa mengalami mujizat yang membuat orang-orang di sekelilingnya terheran-heran. Teresa mengalami kesembuhan kendatipun amat perlahan-lahan dan disertai amat banyak penderitaan sampai-sampai terkadang ia harus merangkak menyeret tubuhnya di lantai. Namun pada akhirnya, ia dapat bangun dan berdiri lalu berjalan. Kesehatan Teresa dipulihkan oleh Tuhan berkat bantuan doa dari Santo Yosef dan Bunda Maria. Setelah mengalami kesembuhan kesucian Teresa semakin meningkat. Dorongan yang kuat untuk lebih mengabdi Tuhan semakin berkobar dalam hatinya. Teresa senantiasa mengucap syukur atas kesembuhannya dan tidak pernah jemu mengajak orang-orang untuk menghormati keluarga suci dari Nazareth yaitu Santo Yosef dan Bunda Maria yang telah menjadi perantara doa-doa untuk kesembuhannya.

Teresa sebagai Reformatris dan Pendiri Biara-biara Teresa adalah seorang reformatris yang melahirkan pembaharuan Karmel. Di tempat biara yang lama peraturan-peraturan bersifat longgar, sehingga para tamu mengalir ke biara tak kunjung henti. Teresa terlibat juga dengan para tamu itu karena Teresa cukup disukai dan dikenal. Namun, ternyata bagi Teresa semua hal itu hanyalah pemborosan waktu belaka. Doa dan persatuan dengan Tuhan lebih memikat hatinya. Teresa merasakan perlunya cara hidup yang lebih tertutup. Dengan mengalami banyak tantangan dari berbagai pihak, akhirnya berdirilah sebuah biara yang baru. Sifat biara yang diperbaharui oleh Teresa ini kecil, miskin, tertutup, dan juga disiplin. Biara pertama didirikan tanggal 24 Agustus 1562, dan diserahkan ke dalam perlindungan St. Yosef. Selanjutnya Teresa mengelilingi seluruh Spanyol dan mendirikan biara-biara lain. Berkat keuletan Teresa dan dukungan dari Bapa Suci yang mendukung usaha pembaharuan ini, dalam dua tahun berdirilah 17 biara. Selain itu, dia juga menyediakan rumah-rumah untuk kontemplasi pribadi. Teresa juga diberi izin oleh pimpinan biara untuk memperbaharui ordo Karmel pria. Memang pada masa itu sedang terjadi kebobrokan para imam. Rupanya Tuhan juga menghendaki pembaharuan tersebut, karena bersamaan pada waktu Teresa hendak memperbaharui ordo Karmel, ada seorang imam Karmelit muda yang sangat bersemangat untuk menjalani kehidupan Karmel yang lebih serius. Imam muda ini merasa apa yang dicita-citakan olehnya tidak ditemukan dalam ordonya. Tadinya ia bermaksud untuk pindah ke Biara Kartusia, suatu pertapaan yang amat keras, namun Tuhan mempertemukan imam muda ini dengan Teresa Avila. Imam muda ini tak lain adalah St. Yohanes dari Salib. Biara pertama untuk para imam Karmel ini didirikan tahun 1568 di sebuah desa kecil Duruelo, Spanyol dengan dua penghuni, yaitu Antonius dari Yesus dan Yohanes dari salib. Kelak Yohanes Salib dipandang Teresa sebagai orang yang kudus karena mencapai tingkat kerohanian yang amat tinggi. Kepada para susternya, Teresa menganjurkan untuk memilih Yohanes Salib sebagai pembimbing rohani karena saat itu bimbingannyalah yang terbaik dan teraman. Beberapa Karya dan Ajaran Teresa Avila Selama hidupnya di biara, Teresa banyak menulis karangan, di antaranya riwayat hidupnya, Jalan Kesempurnaan, dan Puri Batin. Beberapa karyanya yang ia tulis merupakan buah ketaatannya kepada Bapa Pengakuannya yang meminta ia untuk menulis. "Riwayat Hidup" mengisahkan tentang kerahiman Allah terhadap diri Teresa. Dia menceritakan kejadiankejadian penting di masa hidupnya. Isi dari buku ini lebih ditekankan pada pembahasan tentang doa. Bagi orang yang berniat untuk belajar mengenai doa bisa sangat terbantu dengan membaca buku ini "Puri Batin" melukiskan tentang perjalanan rohani seseorang. Di dalam buku ini, perjalanan doa diumpamakan seperti seseorang yang akan memasuki suatu puri atau istana. Banyak kesulitan dan rintangan yang harus dilaluinya sebelum sampai di ruang pusat, yaitu tempat Raja bersemayam. Maksud

dari pelukisan seperti itu adalah bahwa untuk mencapai persatuan doa yang mesra dengan Allah yang melebihi segala kebahagiaan duniawi, orang harus melalui pintu doa, dengan mengatasi segala kesulitan dan rintangan. Karya ini merupakan penyempurnaan dari karangan yang sudah ditulis sebelumnya, yaitu: "Jalan Kesempurnaan". "Jalan Kesempurnaan" ditulis oleh Teresa bagi suster-susternya dari biara pertama, Biara Santo Yosef di Avila. Tulisan ini didasari renungan-renungannya tentang doa Bapa Kami. Karya-karya Teresa Avila mampu menyentuh hati para uskup dan Imam agar tetap memperbaharui keinginan dan kebijaksanaan serta kekudusan sehingga menjadi 'cahaya Gereja'. Dia juga mengajak kaum religius untuk mengikuti nasihat Injil dengan sempurna, serta mengobarkan gairah kaum awam Kristen dengan ajarannya tentang doa dan cinta kasih, cara universal menuju kekudusan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh St. Teresa Avila, "Doa bukanlah banyak berpikir, tetapi banyak mencinta." Teresa meninggal pada tanggal 15 Oktober 1582. Digelarkan menjadi orang Kudus oleh Gereja tanggal 12 Maret 1622, dan juga diberi gelar Pujangga Gereja putri pertama tanggal 27 September 1970. Beberapa Teladan Hidup Santa Teresa Seringkali orang waktu menderita sakit mengalami pemberontakan bahkan keputusasaan. Juga dalam hidup doa adakalanya merasa kering secara rohani. Semoga dengan mengikuti teladan dan ajaran Teresa orang-orang dimampukan untuk menggunakan masa sakitnya dengan tujuan mencari kesempurnaan hidup sehingga menganggap penyakit adalah suatu rahmat yang dikehendaki Tuhan dan dapat membawakan hal-hal yang baik bagi jiwa seseorang . Juga tetap setia dalam kekeringan doanya dan selalu berusaha mencari kehendak Tuhan. Teresa Avila memiliki penghormatan yang besar kepada Santo Yosef dan Bunda Maria dan senantiasa mengucap syukur atas kesembuhan yang dialaminya berkat perantaraan doa-doa mereka. Teresa Avila senantiasa mengingat dan merenungkan kesetiaan Bunda Maria dan Santo Yosef yang sudah memelihara Yesus, juga menghadapi penderitaan dan kepahitan yang dialami oleh keluarga Nazaret ini. Marilah kita juga mengingat saat bayi Yesus dilahirkan. Ketika itu Maria dan Yosef harus mengalami krisis, ketakutan dan kecemasan karena bayi Yesus akan dibunuh oleh Raja Herodes. Maria dan Yosef harus pergi melewati padang gurun menembus pekat dan dinginnya malam dengan memeluk bayi Yesus. Maria dan Yosef selalu mencari dan melakukan kehendak Allah.

Related Documents

Santo Santo Santo
November 2019 44
Santo
June 2020 24
Santo Tz - Santo
October 2019 40
Santo, Santo Eres Tu
November 2019 25
Algo Santo
November 2019 12

More Documents from ""

Soal Telaah.docx
October 2019 7
Pembuktian Rumus.docx
October 2019 21
Body Parts Eagle.docx
November 2019 75
Wacana 13485.docx
October 2019 36