BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beragam, salah
satunya adalah akibat penyakit jantung koroner "the silence killer”. Berdasarkan diagnosis dokter gejala PJK sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar 2.650.340 orang. Tingginya angka kematian di Indonesia akibat penyakit jantung koroner (PJK) mencapai 26%. Estimasi jumlah penderita penyakit jantung koroner terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat sebanyak 160.812 orang (0,5%) (Riskesda,2013). Belum ada data pasti jumlah PJK di Kota Cimahi, berdasarkan data dari RSUD Cibabat tahun 2013 didapat angka kejadian PJK kasus baru 266 dan kasus lama 3945 dengan total kejadian 4211 (Rekam Medik RSUD Cimahi, 2013). PJK di Rumah Sakit Tingkat II Dustira dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, dimana tahun 2014 sebanyak 829 pasien, tahun 2015 sebanyak 1047 pasien dan tahun 2016 sebanyak 2286 pasien. Berdasarkan data rekam medik diketahui bahwa periode Januari sampai Desember 2016 terdapat 404 pasien PJK yang menjalani katerisasi jantung (Rekam Medik RS Dustira, 2016). pada penyakit PJK diperlukan pemeriksaan diagnostik. Pemeriksaan dengan metode non invasive (pemeriksaan yang dilakukan tidak menimbulkan perlukaan pada pasien) seperti elektrokardiografi maupun metode invasive. Pemeriksaan non invasive ini tidak dapat menentukan seberapa besar derajad stenosis artery coronary yang terjadi, sehingga diperlukan pemeriksaan invasive yaitu katerisasi jantung (Yahya, 2010). Tindakan ini merupakan pemeriksaan standar untuk mendiagnosis penyakit jantung koroner dan dipakai sebagai metode utama untuk menggambarkan anatomi pembuluh darah koroner (Olade, 2008). Di rumah sakit Dustira, tindakan katerisasi jantung telah dioperasikan sejak Januari tahun 2016. Hal ini menyebabkan belum banyak informasi yang diterima masyarakat terkait prosedur katerisasi jantung. Kurangnya pengetahuan pasien tentang prosedur katerisasi jantung akan menimbulkan cemas dan perasaan takut. Kecemasan menimbulkan reaksi psikologis bagi pasien. Masalah yang muncul pada psikologisnya adalah perasaan seperti rasa tegang, gelisah, khawatir, dan perasaan tidak nyaman (Potter & Perry, 2014). Apabila pasien mengalami kecemasan, terjadi peningkatan fungsi vital, khususnya tekanan darah dan denyut jantung, yang dapat mempercepat kerja sistem kardiovaskuler dan peningkatan kebutuhan oksigen. Selain itu akan berisiko terjadinya komplikasi pada saat pelaksanaan kateterisasi jantung. Jika hal tersebut terjadi maka harus dilakukan pembatalan atau penundaan sampai kondisi pasien kembali stabil (Potter & Perry, 2014).
1
Secara mental, pasien harus dipersiapkan untuk menghadapi tindakan kateterisasi jantung karena selalu ada rasa cemas atau takut terhadap penyuntikan, nyeri, anestesi, bahkan terhadap kemungkinan cacat atau mati. Dalam hal ini hubungan baik antara pasien, keluarga dan tenaga medis sangat menentukan. Kecemasan dapat diatasi dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, terapi psikofarmakologi, psikoterapi keluarga, terapi psikoreligius serta dengan cara pemberian inform consent yang efektif. 1.
Profil Rumah Sakit Dustira Rumah Sakit Dustira adalah rumah sakit kebanggaan prajurit di wilayah Kodam III Siliwangi
dan sekaligus sebagai rumah sakit rujukan tertinggi di Kodam III Siliwangi karena mampu mengupayakan pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif yang terpadu dengan pelaksanaan kegiatan kesehatan promotif dan preventif. Rumah Sakit Dustira merupakan rumah sakit peninggalan Belanda didirikan tahun 1887 dan di beri nama Rumah Sakit Dustira pada tahun 1956. Rumah Sakit Dustira terletak di Jl. Rumah Sakit no. 1 Cimahi. Ruang kateterisasi jantung Rumah Sakit Dustira mulai berfungsi pada awal Januari 2016. Kegiatan ruang kateterisasi jantung adalah melakukan tindakan yang berfungsi untuk menegakkan diagnosa serta memberi penatalaksanaan gangguan kesehatan yang terjadi pada jantung dan pembuluh darah. Dalam penatalaksanaan kateterisasi jantung, pembuluh arteri atau vena yang berada pada lipatan lengan, paha seseorang akan dimasukkan sebuah pipa yang tipis dan panjang lalu diputar sedemikian rupa hingga mencapai jantung. Sehingga melalui pelaksanaan kateterisasi jantung ini dokter ahli mampu melaksanakan pemeriksaan untuk mendiagnosis dan sebagai bagian dari terapi penyakit jantung misalnya angioplasty koroner. 2.
Visi dan misi Rumah Sakit Dustira Di dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan RS Tk ll Dustira mempunyai visi dan misi
sebagai berikut: Visi : Menjadi rumah sakit kebangaan prajurit, PNS dan keluarganya serta masyarakat umum di wilayah Kodam lll/Siliwangi yang bermutu dalam pelayanan, pendidikan dan penelitian.
Misi : 1. Memberikan pelayanan kesehatan yang prima dan paripurna. 2. Memberikan dukungan kesehatan yang handal. 3. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan Pengembangan yang bermutu dalam rangka pelaksanaan rumah sakit pendidikan. Nilai-nilai : nondiskriminatif, professional, solid, komitmen, transparan dan akuntabel.
2
Tujuan : 1. Membangun budaya organisasi yang kondusif dan sense of service. 2. Mewujudkan pelayanan kesehatan prima berbasis kepuasan pelanggan. 3. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terintegrasi sesuai standar, menuju persaingan di tingkat nasional. Motto: TeRPESoNA : Tertib, ramah, professional, empati, solid, nyaman dan aman.
Maka untuk mewujudkan komitmen tersebut Rummah Sakit Tk ll Dustira senantiasa berusaha meningkatkan mutu pelayanan dan pengembangan di segala bidang.
Gambar 1.1 Tampak depan Rumah Sakit Dustira
3
Gambar 1.2 Tampak depan Rumah Sakit Dustira
3.
Tugas pokok dan fungsi
Tugas pokok perawat ruang kateterisasi jantung adalah : 1)
Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien kateterisasi jantung.
2)
Merencanakan strategi pelayanan tindakan kateterisasi jantung.
3)
Melaksanakan kegiatan pelayanan tindakan kateterisasi jantung.
4)
Melaksanakan dokumentasi Asuhan Keperawatan pada pasien kateterisasi jantung.
4
Gambar 2.1 Ruang kateterisasi jantung
Gambar 2.2 Ruang kateterisasi jantung
5
4. Stuktur Organisasi
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT TK. II DUSTIRA Peraturan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor 265/XII/2007 Tangal 31 Desemer 2007 KARUMKIT TK.II DUSTIRA WAKIL KEPALA
KOMITE MEDIK
KASI YANMED
KASI JANGMED
Eselon Pimpinan
Eselon Pembantu Pimpinan
KASIE JANGUM
SMF
KAUR INFOKES
Eselon Pelayanan
KASI TUUD
Eselon Pelaksana KADEP OBGYN & IKA
KADEP BEDAH & ANASTESI
KAINSTAL KABED
KAINSTAL WATLAN
IGD
KAINSTAL WATNAP
KADEP PENYAKIT DALAM, JANTUNG & PARU
KAINSTAL FARMASI
KADEP PENYAKIT MATA, THT, KULKEL
KAINSTAL JANGWAT
KAINSTALDIK
DEPO WATLAN DEPO WATNAP DEPO IGD DEPO OK GUDANG OBAT
6
KADEP GILUT
KAINSTAL JANGDIAGNO STIK
KADEP BEDAH & ANASTESI PENYAKIT SARAF & JIWA
KAINSTAL REHAB MEDIK
UNIT RIKES
STRUKTUR ORGANISASI RUANG KATETERISASI JANTUNG RUMKIT TK.03.05.01 DUSTIRA
KEPALA INSTALASI RAWAT INAP Asep Setiawan, SE.,MM.RS STAF MEDIS FUNGSIONAL dr. Prihati Pujowaskito, SpJP(K), MM.RS dr. Prihadi Estu w, SpJP(K), MARS KEPALA RUANGAN Dewi Eka Wijayanti, S.Kep Ners
ADMIN Asep Rudi L.H
PERAWAT Kuswanto, Amd.Kep
PERAWAT Marfi Taufik, S.Kep Ners
7
PERAWAT Awaliah W.S, Amd.Kep
PERAWAT Edi Irawan, Amd.Kep
B.
AREA PROYEK PERUBAHAN
1.
Isu straregis Salah satu faktor yang sangat mendukung untuk mengurangi kecemasan saat proses tindakan
kateterisasi jantung adalah pemberian informed consent yang efektif, seperti yang tercantum di dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.290/Menkes/per/III/2008 yaitu persetujuan tindakan kedokteran (informed consent) merupakan persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien. Pemberian informasi dan penerima persetujuan merupakan tanggung jawab dokter pemberi perawatan atau pelaku pemeriksan/tindakan untuk memastikan bahwa persetujuan tersebut diperoleh secara benar dan layak. Dokter dapat mendelegasikan proses pemberian informasi dan penerimaan persetujuan, namun tanggung jawab tetap berada pada dokter pemberi delegasi.
2.
Gejala-gejala
a. Kondisi Saat Ini Kateterisasi jantung merupakan suatu tindakan intervensi non bedah untuk membuka kembali arteri koroner yang menyempit dengan mengembangkan ballon atau stent pada pembuluh darah koroner yang menyempit melalui kateter yang di masukan ke dalam lumen arteri melalui insisi kecil pada kulit, dengan menggunakan sinar X ray. Selama tindakan pasien sadar dan dapat berkomunikasi dengan petugas karena menggunakan anastesi lokal. Dari semenjak mulai beroperasi sampai dengan sekarang, ruang kateterisasi jantung Rumah Sakit Dustira berjalan dengan lancar, di dukung oleh dokter spesialis jantung intervensionist 2 orang, perawat yang telah mengikuti pelatihan scrub nurse 2 orang, perawat yang telah mengikuti Basic Scrub Nurse 3 orang, semua perawat telah mengikuti pelatihan ACLS, staf administrasi 1 orang, disertai ruangan dengan alat-alat yang memadai. Jumlah pasien yang dilakukan tindakan 404 pasien pada tahun 2016, atau rata-rata 5 pasien perhari. Hambatan yang dihadapi saat proses tindakan adalah kecemasan pasien akan tindakan, Kecemasan menimbulkan reaksi psikologis bagi pasien. Respon kecemasan yang dialami merupakan mekanisme protektif dan adaptif untuk menyesuaikan diri. Masalah yang muncul pada psikologisnya adalah perasaan seperti rasa tegang, gelisah, khawatir, dan perasaan tidak nyaman. Kecemasan mengakibatkan peningkatan fungsi vital seperti peningkatan tekanan darah dan denyut jantung, yang dapat mempercepat kerja sistem kardiovaskuler dan peningkatan kebutuhan oksigen. Selain itu akan berisiko terjadinya komplikasi pada saat pelaksanaan kateterisasi jantung. Jika hal tersebut terjadi maka harus dilakukan pembatalan atau penundaan sampai kondisi pasien kembali stabil.
8
Data Peningkatan Tekanan Darah 2016
Tensi Turun, 27%
Tensi Naik, 63%
Tensi Tidak Naik, 10%
Tensi Naik
Tensi Tidak Naik
Tensi Turun
Secara mental, pasien harus dipersiapkan untuk menghadapi tindakan kateterisasi jantung karena selalu ada rasa cemas atau takut terhadap penyuntikan, nyeri, anestesi, bahkan terhadap kemungkinan cacat atau mati. Kecemasan dapat diatasi dengan persiapan mental yang kuat yang di dukung oleh pemberian informed consent yang efektif dan pengetahuan pasien tentang prosedur tindakan yang jelas. Saat ini pemberian informasi mengenai prosedur tindakan kateterisasi jantung adalah dengan komunikasi langsung/tatap muka, dilakukan di samping tempat tidur pasien (bed side teaching) atau di lorong ruang kateterisasi jantung dengan penggunaan media yang minimal.
b.
Pokok permasalahan Masalah yang terjadi saat ini adalah kurangnya pemahaman pasien dan keluarga mengenai
prosedur tindakan kateterisasi jantung, karena : 1) Tindakan kateterisasi jantung merupakan tindakan yang baru berjalan 1 tahun di Rumah Sakit Dustira, sehingga belum tersosialisasi dengan baik kepada masyarakat umum terutama pasien jantung dan keluarga. 2) Tindakan kateterisasi jantung menggunakan anastesi lokal, sehingga pasien akan tetap sadar selama proses tindakan. 3) Banyak pasien yang mengalami kecemasan saat tindakan dikarenakan kurang memahami prosedur tindakan kateterisasi jantung.
9
4) Metode pemberian informasi prosedur tindakan kateterisasi jantung yang selama ini digunakan adalah dengan komunikasi langsung/tatap muka, dilakukan di samping tempat tidur pasien (bed side teaching) oleh dokter yang merawat pasien, atau di lorong ruang kateterisasi jantung oleh perawat ruang kateterisasi jantung, dengan penggunaan media yang minimal. 5) Terbatasnya waktu yang digunakan dokter untuk pemberian informasi prosedur tindakan kateterisasi jantung karena jumlah pasien yang akan dilakukan tindakan cukup banyak.
c.
kondisi yang diinginkan Kondisi yang dinginkan adalah proses tindakan kateterisasi jantung berjalan dengan lancar dan
optimal, pasien yang akan dilakukan tindakan diharapkan siap secara mental dan sudah sepenuhnya mengerti tentang prosedur tindakan kateterisasi jantung, mengetahui tentang komplikasi, resiko tindakan, dan pada saat proses tindakan pasien tidak mengalami kecemasan yang berlebihan yang akan meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung sehingga tidak ada penundaan tindakan. Agar tercipta kondisi yang diinginkan maka diusulkan agar pemberian informasi prosedur tindakan kateterisasi jantung diberikan oleh dokter jantung, perawat kateterisasi jantung, dan perawat ruangan di ruang yang telah disiapkan sebagai pojok informasi di ruang perawatan jantung. Pemberian informasi dilakukan secara langsung/tatap muka, dengan menggunakan
audio visual seperti video,
gambar-gambar, foto-foto proses tindakan, data-data tentang jumlah pasien, tingkat keberhasilan, komplikasi, penggunaan radiasi, leaflet, banner disertai metode diskusi agar pasien dan keluarga memahami prosedur tindakan kateterisasi jantung dengan baik.
10
BAB II RENCANA PROYEK PERUBAHAN
A. Inovasi Terkait dengan area perubahan yang disetujui maka inovasi yang diusulkan adalah optimalisasi pemberian informasi prosedur tindakan kateterisasi jantung melalui penggunaan media audio visual. Adapun langkah-langkah untuk mewujudkan inovasi diatas adalah sebagai berikut : 1.
Menginventarisasi alat-alat pendukung pemberian informasi prosedur
tindakan kateterisasi
jantung dengan media audio visual. 2.
Mengumpulkan alat-alat pendukung pemberian informasi prosedur tindakan kateterisasi jantung dengan media audio visual.
3.
Menyiapkan pojok informasi di ruang perawatan jantung yang berfungsi sebagai tempat memberikan informasi prosedur tindakan kateterisasi jantung dan sebagai tempat tanya jawab antara pasien/keluarga dan dokter/tim.
4.
Membuat petunjuk teknis pemberian informasi prosedur kateterisasi jantung.
5.
Membuat formulir ceklis evaluasi pelaksanaan pemberian informasi.
6. Sosialisasi cara penggunaan alat-alat pendukung pemberian kateterisasi jantung sesuai dan petunjuk teknis pemberian informasi prosedur kateterisasi jantung. 7.
Melakukan uji coba pemberian informasi tentang prosedur tindakan kateterisasi jantung kepada setiap pasien dan keluarga yang akan dilakukan tindakan kateterisasi jantung.
8.
Mengajukan dukungan alat pemberian informasi yang tepat dan diperlukan kepada Kepala Rumah Sakit.
9.
Mengajukan revisi SPO Informed Consent tindakan kateterisasi jantung agar setiap pasien yang akan dilakukan tindakan kateterisasi jantung harus mendapatkan informasi tentang prosedur tindakan kateterisasi jantung di pojok informasi.
Langkah-langkah tersebut menghasilkan output : 1.
Daftar inventaris alat-alat pendukung pemberian informasi prosedur tindakan kateterisasi jantung.
2.
Alat-alat pendukung pemberian informasi prosedur tindakan kateterisasi jantung meliputi : TV atau komputer, video ilustrasi tindakan kateterisasi jantung, video/foto tahapan prosedur tindakan kateterisasi jantung, data-data yang disajikan dalam grafik
mengenai jumlah pasien, jumlah
tindakan, tingkat keberhasilan, komplikasi yang telah terjadi di ruang kateterisasi jantung, resiko komplikasi yang mungkin terjadi, penggunaan radiasi, leaflet, banner.
11
3.
Ruangan yang digunakan sebagai pojok informasi pemberian informasi prosedur kateterisasi jantung, yang berisi alat-alat pendukung.
4.
Petunjuk teknis pemberian informasi prosedur kateterisasi jantung.
5.
Formulir ceklis evaluasi pelaksanaan pemberian informasi.
6.
Alat pendukung pemberi informasi prosedur tindakan kateterisasi jantung yang tepat.
7.
SOP informed consent yang prosedur tindakan kateterisasi jantung yang baru/yang telah direvisi.
Tabel langkah-langkah kegiatan inovasi NO
JENIS KEGIATAN
OUTPUT KUNCI
1.
Menginventarisasi alat-alat mendukung
Daftar inventaris alat-alat pendukung
2.
Mengumpulkan alat-alat pendukung
Alat-alat pendukung pemberian informasi
3.
Menyiapkan pojok informasi
Ruangan khusus sebagai pojok informasi
4.
Membuat
petunjuk
teknis
pemberian Petunjuk
teknis
pemberian
informasi prosedur kateterisasi jantung
prosedur kateterisasi jantung
5.
Melakukan uji coba
Tindakan pemberian informasi
6.
Mengajukan
dukungan
alat
pendukung dukungan
pemberian informasi yang diperlukan 7.
alat
pendukung
informasi
pemberian
informasi yang diperlukan
Mengajukan revisi SPO Informed Consent SPO informed consent yang prosedur tindakan kateterisasi jantung
tindakan kateterisasi jantung yang baru / yang telah direvisi.
Manfaat inovasi Inovasi ini memberikan manfaat yaitu : 1.
Manfaat bagi tim kateterisasi jantung : a. Untuk memberi kelancaran pada proses tindakan kateterisasi jantung. Penggunaan media audio visual akan menambah pemahaman pasien dan keluarga tentang prosedur tindakan kateterisasi jantung, sehingga kecemasan pasien akan berkurang saat dilakukan tindakan yang akan meminimalisasi kenaikan tekanan darah dan nadi saat proses tindakan, sehingga tidak diperlukan penundaan tindakan. b. Penggunaan bahan habis pakai menjadi minimal sehingga pengeluaran biaya menjadi lebih efisien.
12
2.
Manfaat bagi rumah sakit : a. Memberikan pelayanan kesehatan yang prima dan paripurna sesuai dengan misi rumah sakit. b. Dapat menjadi masukan untuk pengambilan kebijakan dalam hak pasien dan keluarga, khususnya dalam pemberian informed consent. c. Menjadi sarana promosi kesehatan yang akan meningkatkan nilai rumah sakit di masyarakat.
3.
Manfaat bagi masyarakat : a. Menambah pengetahuan dan pemahaman pasien dan keluarga agar dapat mengambil keputusan yang tepat. b. Melindungi pasien terhadap segala tindakan medis yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasien. c. Agar masyarakat lebih mengerti dan memahami tentang prosedur tindakan kateterisasi jantung sehingga dapat meningkatkan mutu kesehatan masyarakat.
Tujuan inovasi : 1.
Jangka pendek : a. Tersedianya alat-alat pendukung pemberian informasi prosedur kateterisasi jantung meliputi : TV/komputer, gambar anatomi jantung dan pembuluh darah, foto-foto proses tindakan kateterisasi jantung, gambar alat-alat tindakan kateterisasi jantung, grafik yang berisi jumlah pasien, jumlah tindakan, tingkat keberhasilan, komplikasi yang pernah terjadi pada pasien kateterisasi jantung rumah sakit Dustira, kemungkinan komplikasi/resiko secara umum, video ilustrasi proses tindakan kateterisasi jantung. b. Tersedianya ruangan sebagai tempat pemberian informasi prosedur kateterisasi jantung (yang disebut pojok informasi). c. Tersedianya petunjuk teknis pemberian informasi prosedur kateterisasi jantung. d. Sosialisasi cara penggunaan alat-alat pendukung pemberian kateterisasi jantung sesuai dan petunjuk teknis pemberian informasi prosedur kateterisasi jantung. e. Terlaksananya proyek perubahan dalam kegiatan sehari-hari, disertai tersedianya formulir ceklis evaluasi pelaksanaan pemberian informasi. f.
2.
Mengajukan revisi SPO Informed Consent tindakan kateterisasi jantung.
Jangka menengah Tersedianya pojok informasi di ruangan selain ruangan jantung (misal : ruang pavilliun, ruang kelas I rumah sakit Dustira) yang digunakan sebagai tempat pemberian informasi prosedur tindakan kateterisasi jantung melalui audio visual, sehingga memudahkan pasien untuk mendapat informasi. 13
3.
Jangka panjang : Pelaksanaan proyek perubahan ini digunakan oleh seluruh tindakan bedah yang tidak menggunakan anastesi umum dan regional, sehingga pasien dan keluarga paham dengan tindakan yang akan diberikan, pasien dan keluarga lebih mandiri dalam mengambil keputusan tindakan dan semakin mantap untuk memberikan persetujuan tindakan.
B. Tahapan Kegiatan/ Milestone Waktu No
Tahap Kegiatan
Output I
1.
II
Jangka Pendek:
III
IV
V
VI
VII
VIII 4/4
a. Tahap Persiapan :
–
15/6
2017
1. Melaporkan ke Karumkit tentang
√
foto
area proyek perubahan
2. Koordinasi dengan mentor tentang
foto √
rencana proyek perubahan
&
pernyataan dukungan
3. Rapat dengan tim efektif tentang
Notulen
rencana proyek perubahan √
Surat undangan,
4. Sosialisasi
rencana
proyek
foto dan daftar
perubahan kepada stakeholder.
hadir √
b. Tahap Implementasi: 1.
Menginventarisasi pendukung
alat-alat pemberian
informasi √ 2.
Mengumpulkan
alat-alat
inventaris alat-
pendukung
3.
Mengajukan pemberian informasi
Daftar
alat alat-alat
Alat-alat √
pendukung
Dukungan alat √
14
4.
Menyiapkan tempat sebagai
Pojok
pojok
informasi
informasi
di
ruang √
perawatan jantung
5.
Membuat
petunjuk
teknis
Petunjuk
pemberian informasi prosedur
teknis √
kateterisasi jantung.
pemberian informasi
6. Membuat formulir ceklis evaluasi pelaksanaan
formulir ceklis
pemberian informasi.
evaluasi √
7.
Sosialisasi cara penggunaan
undangan,
alat-alat pendukung pemberian
foto,
kateterisasi jantung sesuai dan petunjuk
teknis
hadir
pemberian
√
informasi prosedur kateterisasi jantung.
8.
Terlaksananya proyek perubahan dalam kegiatan sehari-hari, disertai tersedianya formulir ceklis evaluasi pelaksanaan pemberian informasi.
9.
Merevisi
SPO
√
√
√
√
√
informed
consent tindakan kateterisasi jantung
10. Membuat banner SPO
11. Monitoring & evaluasi proyek
banner 12. Penyusunan laporan √ √
15
√
√
√
daftar
Laporan √
√
tindakan
√
2.
Jangka Menengah :
Juli
-Des
2017 Terlaksananya proyek perubahan di ruang perawatan lain, selain di ruang perawatan jantung. 3.
Juli 2017 –
Jangka Panjang :
Des 2018 Pelaksanaan proyek perubahan ini
Laporan
digunakan
evaluasi
oleh
seluruh
tindakan
bedah lain yang tidak menggunakan anastesi umum dan regional di seluruh bagian rumah sakit Dustira
C. Identifikasi Stakeholders Internal dan Eksternal Secara sederhana stakeholder sering dikaitkan sebagai pihak, pelaku, atau pihak-pihak yang terkait dalam suatu isu atau rencana. Stakeholder didalam proyek perubahan ini ada 2, yaitu: a. Stakeholder Internal 1. Karumkit rumah sakit Dustira selaku Pimpinan Tertinggi berperan : a) Sebagai sponsor, pelindung dan penanggung jawab. b) Memiliki kewenangan menetapkan kebijakan penerapan proyek perubahan ini. 2. Tim medis kateterisasi jantung rumah sakit dustira selaku mentor, berperan : a) Memberi masukan untuk mempermudah penerapan rancangan proyek perubahan. b) Sebagai pembimbing dan pengawas serta memberikan persetujuan atas terlaksananya implementasi proyek perubahan. c) Menjadi sumber inspirasi bagi peserta diklat dalam penerapan rancangan proyek perubahan. d) Memonitor progres pelaksanaan tahap Laboratorium Kepemimpinan. e)
Melakukan intervensi bila peserta mengalami permasalahan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan selama tahap Laboratorium Kepemimpinan. 16
f)
Memberi dukungan penuh kepada peserta dalam mempersiapkan, merumuskan, dan mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi dalam proyek perubahan.
3. tim perawat kateterisasi jantung selaku tim efektif bekerja sama dengan mentor untuk Memberi dukungan penuh kepada peserta dalam mempersiapkan, merumuskan, dan mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi dalam proyek perubahan. 4. kepala ruang perawatan jantung (Ruang Ciremai) selaku mentor lapangan, berperan : a)
Memberikan dukungan dan informasi mengenai permasalahan yang ada di lapangan.
b)
Memberi bimbingan dari segi ilmu pengetahuan dan cara pengelolaan poliklinik.
5. Peserta Diklatpim Tk.IV selaku project leader, berperan : a)
Merencanakan yang diperlukan dengan baik sebeum pertemuan dengan mentor.
b)
Melakukan diskusi dengan bertanya atau melaporkan perihal rancangan proyek perubahan yang akan disusun.
c)
Berkoordinasi dengan mentor dan coach setiap mengerjakaan tahapan proyek perubahan.
d)
Menggalang komunikasi dengan stakeholder terkait.
e)
Membuat dan melaksanakan laporan kerangka acuan kerja dan mengirimkan kepada coach.
f)
Membuat data informasi yang dibutuhkan untuk mengetahui output dari proyek perubahan.
g)
Membuat laporan tahap taking ownership dan dikumpulkan kepada penyelenggara Diklat pada waktu yang telah ditentukan.
Tim efektif lainnya memberikan dukungan penuh disetiap kegiatan yang dilakukan oleh poject leader dan berperan : 1. Kepala penunjang umum rumah sakit Dustira : a.
Membantu menyiapkan segala macam kebutuhan yang diperlukan agar proyek perubahan dapat tercapai.
b.
Memesan pembelian alat pendukung kepada suplier alat kesehatan.
2. Bendahara Yan Mas Um rumah sakit dustira a.
Membantu menghitung semua pengeluaran serta membayarkan peralatan yang dibutuhkan dengan persetujuan dari Karumkit.
b.
Membuat pembukuan dan perincian harga alat-alat yang akan dan sudah dibeli.
c.
Menyimpan kwitansi-kwitansi pembayaran. 17
b. Stakeholder Eksternal 1. Suplier percetakan sebagai rekanan alat-alat pendukung informasi seperti leaflet, gambar2, dan banner. 2. Pasien sebagai pihak yang terlibat dengan kepentingan proyek perubahan. Tabel stakeholder NO
STAKEHOLDER
NAMA
PRO
KONTRA
STRATEGI KOMUNIKASI
1.
Karumkit rumah sakit dustira
Persuasi
2.
Mentor
Persuasi
3.
Dokter jantung
Persuasi
4.
Tim perawat kateterisasi jantung
Persuasi
Project Leader
Persuasi
6.
Kepala instalasi rawat inap
Persuasi
7..
Kepala ruang perawatan jantung
Persuasi
8.
Perawat ruang perawatan jantung
Persuasi
9..
Perawat ruang perawatan lain
Persuasi
percetakan
Persuasi
Pasien
Persuasi
5.
1. 2.
Internal
Eksternal
18
Analisa stakeholder
Pengaruh + PROMOTOR
LATEN -
- Kepala & perawat ruang perawatan jantung - Perawat ruang perawatan lain
Ketertarikan interest
Karumkit Mentor Dokter spesialis jantung Dokter umum penanggung jawab ruangan jantung
+ APATHETIC
DEFENDER
Pasien & masyarakat
Perawat ruang kateterisasi Jantung
-
D. Identifikasi Tim Efektif
KOMITE KEPERAWATAN
KAINSTAL WATNAP
PROJECT LEADER
KEPALA RUANG PERAWATAN JANTUNG
PERAWAT RUANG KATETERISASI JANTUNG
19
KARUMKIT DUSTIRA
MENTOR
ADMIN RUANG KATETERISASI JANTUNG/NOTULEN
Ketertarikan interest
Tim efektif memberikan dukungan penuh disetiap kegiatan yang dilakukan oleh poject leader dan berperan : 1.
Mentor berperan memberikan arahan, monitoring dan evaluasi dalam proyek perubahan.
2.
Kainstal Watnap selaku mentor lapangan, berperan : a. Memberikan dukungan dan informasi mengenai permasalahan yang ada di lapangan. b. Memberi bimbingan dari segi ilmu pengetahuan dan cara pengelolaan ruang perawatan.
3.
Admin kateterisasi jantung a. Membantu menyiapkan segala macam kebutuhan yang diperlukan agar proyek perubahan dapat tercapai. b. Mencatat hasil rapat.
4.
Perawat kateterisasi jantung a. Membantu menyiapkan segala macam kebutuhan yang diperlukan agar proyek perubahan dapat tercapai. b. Membantu melakukan pemberian infomasi prosedur tindakan kateterisasi jantung, c. Mencatat hasil rapat.
5.
Peserta Diklatpim Tk.IV selaku project leader, berperan : a. Merencanakan yang diperlukan dengan baik sebelum pertemuan dengan mentor. b. Melakukan diskusi dengan bertanya atau melaporkan perihal rancangan proyek perubahan yang akan disusun. c. dengan mentor dan coach setiap mengerjakaan tahapan proyek perubahan. d. komunikasi dengan stakeholder terkait. e. Membuat dan melaksanakan laporan kerangka acuan kerja dan mengirimkan kepada coach. f. Membuat data informasi yang dibutuhkan untuk mengetahui output dari proyek perubahan. g. Merancang formulir permintaan alat. h. Membuat laporan tahap taking ownership dan dikumpulkan kepada penyelenggara Diklat pada waktu yang telah ditentukan.
20
C. Hambatan-hambatan dan strategi mengatasinya 1. Kelompok promotor yaitu kelompok yang memiliki kepentingan terhadap program dan juga kekuatan untuk membantu membuatnya berhasil atau sebaliknya. Strategi mengatasinya : - Komunikasi dengan cara menyampaikan maksud, tujuan, manfaat, output yang dihasilkan serta dampak dari proyek perubahan untuk meyakinkan bahwa proyek yang diusulkan sangat diperlukan dan berguna. - Menyampaikan dukungan yang diperlukan untuk suksesnya pelaksanaan proyek perubahan seperti : perlunya dukungan anggaran dan motivasi kepada tim. 2. Kelompok defender yaitu kelompok yang memiliki kepentingan pribadi dan dapat menyuarakan
dukungan
dalam
komunitas
tetapi
kekuatannya
kecil
untuk
mempengaruhi program. Strategi mengatasinya : - Komunikasi dengan memberikan motivasi bahwa kegiatan proyek perubahan ini harus dilaksanakan karena berkaitan dengan tugas pokok dan merupakan kesempatan untuk menunjukan kepada pihak lain bahwa kita mampu untuk mengemban amanah. - Mengajak diskusi dalam pembuatan perencanaan dan evaluasi permasalahan. - Mengingatkan terus menerus pencapaian upaya agar proyek dapat terselesaikan 3. Kelompok laten yaitu kelompok yang tidak memiliki kepentingan khusus maupun terlibat dalam program tetapi memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi program jika mereka menjadi tertarik. Strategi mengatasinya : - Membangun komunikasi dengan memberikan informasi mengenai maksud, tujuan, manfaat, output yang dihasilkan. - Komunikasi dengan memberikan motivasi bahwa kegiatan proyek perubahan ini harus dilaksanakan karena berkaitan dengan tugas pokok dan merupakan kesempatan untuk menunjukan kepada pihak lain bahwa kita mampu untuk mengemban amanah. - Memperlakukan mereka dengan baik.
21
4. Kelompok apathetic yaitu kelompok yang tidak memiliki kepentingan maupun kekuatan, tidak mengetahui adanya program. Strategi mengatasinya : - Memberikan informasi sepenuhnya dan menjaga agar tidak menjadi penghambat dari kegiatan proyek perubahan ini.
22
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil proyek perubahan mengenai Optimalisasi pemberian informasi
prosedur tindakan kateterisasi jantung melalui penggunaan media audio visual, maka dapat penulis simpulkan bahwa yang merupakan hasil akhir dari breakthrough II ini adalah sebagai berikut : 1. Output implementasi dari proyek perubahan ini adalah : a. Daftar inventarisasi alat-alat pendukung pemberian informasi. b. Terwujudnya SPO informed consent tindakan kateterisasi jantung. c. Semua pasien yang akan dilakukan tindakan kateterisasi jantung harus mendapat pemberian informasi prosedur tindakan kateterisasi jantung menggunakan media audio visual di ruang pojok informasi. d. Leaflet dan banner tentang kateterisasi jantung. e. Tersedianya ruangan sebagai tempat pemberian informasi prosedur kateterisasi jantung (yang disebut pojok informasi). f.
Tersedianya petunjuk teknis pemberian informasi prosedur kateterisasi jantung.
g. Terlaksananya proyek perubahan dalam kegiatan sehari-hari, Semua pasien yang akan
dilakukan tindakan kateterisasi jantung harus mendapat pemberian informasi prosedur tindakan kateterisasi jantung menggunakan media audio visual di ruang pojok informasi disertai tersedianya formulir ceklis evaluasi pelaksanaan pemberian informasi.
2. Kendala yang mungkin terjadi yaitu : a. Banyaknya pasien dan waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan proyek perubahan sangat singkat. b. Waktu yang dibutuhkan untuk konsultasi dengan mentor sangat singkat karena banyaknya pasien. c. Kurangnya motivasi dari stakeholder mengingat banyaknya tugas masing-masing. d. Proses pengajuan alat-alat pendukung pemberian informasi memerlukan waktu yang tidak sebentar (prosedural). 23
Dengan adanya pemberian informasi prosedur tindakan kateterisasi jantung melalui penggunaan media audio visual, diharapkan pasien bisa lebih mengerti dan memahami prosedur tindakan yang akan dilakukan sehingga lebih mantap dalam mengambil keputusan dan kecemasan pasien saat tindakan akan berkurang, sehingga tidak terjadi penundaan pelayanan.
B.
Rekomendasi Mengingat kemanfaatan proyek perubahan optimalisasi pemberian informasi prosedur
tindakan kateterisasi jantung melaui penggunaan media audio visual terhadap pasien, keluarga, kelancaran tindakan di ruang kateterisasi jantung, dan manfat terhadap rumah sakit serta masyarakat umum, mohon kiranya proyek perubahan ini bisa dilaksanakan di rumah sakit Dustira.
24