Revivalisme Islam.docx

  • Uploaded by: Achmad Syarifuddin
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Revivalisme Islam.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,820
  • Pages: 12
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Umat islam adalah sebuah bangsa dengan satu misi, yakni untuk menegakkan visi bagi umat manusia. Ia menuntut setiap individu maupun masyarakat untuk berjuang menegakkan keadilan, menyeru umat manusia untuk menuju Tuhan-nya demi keselamatan mereka di dunia dan di akhirat. Jika umat islam telah melaksanakan peran sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah SAW , niscaya akan tercipta kemakmuran dimuka bumi dan keselamatan di hari kemudian.1[1] Munculnya gerakan islam bari ini, diasumsikan merupakan akibat dari pengaruh gerakan serupa yang ada di Timur Tengah. Pengaruh keagamaan dan politik dari Timur Tengah ke Indonesia bukanlah hal baru dalam sejarah. Semenjak islam masuk ke Nusantara, hubungan masyarakat Indonesia dengan Timur Tengah sangat kental. Dalam konteks keagamaan, pengetahuan dan politik, transmisi ini dimungkinkan karena posisi Timur Tengah sebagai sentrum yang selalu menjadi rujukan umat islam. Negara-negara yang memiliki kota-kota suci dan pusat ilmu pengetahuan selalu dikunjungi orang Indonesia, baik untuk berhaji, ziarah maupun belajar. Dari aktivitas ini kemudian muncul berbagai bentuk jaringan, baik jaringan keulamaan, jaringan gerakan dakwah maupun jaringan gerakan politik. Munculnya aktor lama gerakan semacam Muhammadiyah, NU, Persis, Al-Irsyad dan sebagainya, merupakan imbas dari gerakan revivalis Muhammad bin Abdul Wahhab, pemikiran pembaharuan Salafiyyah Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, dan sebagainya yang dibawa oleh para alumni Timur Tengah.2[2] Dari latar belakang diatas maka pemakalah akan membahas lebih lanjut lagi apa itu gerakan revivalis islam.

B. RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah : 1. Bagaimana pengertian gerakan revivalis Islam ? 2. Bagaimana karakteristik gerakan revivalis Islam? 3. Bagaimana Gerakan Revivalis Islam di Timur Tengah? 4. Bagaimana lahirnya gerakan revivalis islam di timur tengah? 5. Bagaimana Gerakan Revivalis Islam di Indonesia? C. TUJUAN MAKALAH Tujuan pembutaan makalah ini adalah : 1. Mahasiswa dapat menjelskan pengertian gerakan revivalis Islam 2. Mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik gerakan revivalis Islam 3. Mahasiswa dapat menjelaskan Gerakan Revivalisme Islam di Timur Tengah. 4. Mahasiswa dapat menjelaskan lahirnya gerakan revivalis islam di Indonesia. 5. Mahasiswa dapat menjelaskan Gerakan Revivalisme Islam di Indonesia.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Revivalis Islam Pengertian revivalis Islam sampai saat ini belum ada kesepakatan yang dibuat oleh para pengkaji islam tentang suatu istilah tertentu yang dianggap tepat untuk menggambarkan fenomena kebangkitan Islam kontemporer ini. Revivalis Islam diartikan kebangkitan kembali Islam.3[3] Sejak abad ke-18 dunia Islam mengalami kemunduran. Pemerintahan islam dengan konsep terbaiknya berganti menjadi pemerintahan yang despotis. Anarki dan pembunuhan demi perebutan kekuasaan terjadi dimana-mana. Banyak wilayah yang memisahkan diri dan mendirikan negara dengan memakai konsep barat. Selain itu, banyak kalangan yang tidak mempercayai lembagalembaga negara serta merebaknya kebencian terhadap yang berbau asing. Dalam pandangan masyarakat muslim, integritas kebudayaan Islam dan way of live itu telah terancam kekuatan nonIslam, seperti modernitas yang didukung oleh negara muslim sendiri. Sehingga, munculah gerakan revivalisme.4[4] Revivalis Islam hendak menjawab kemerosotan Islam kembali kepada ajaran Islam yang murni. Contoh dari gerakan Islam revivalis adalah Wahhabiyyah yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab. Tujuan gerakan wahabi adalah pemurnian atas ideologi islam yang telah banyak berubah dan disesuaikan dengan bentuk Islam di masa Nabi Muhammad Saw. Muhammad bin Abdul Wahab mendirikan sekolah untuk mencetak kader-kade. Salah satu kadernya adalah Su’ud yang memiliki pengaruh cukup dominan didunia Islam dan merebut tanah Nejed dan Hejaz kemudian mendirikan negara Saudi Arabia. Revivalisme Islam juga berhubungan dengan fundamentalisme. Gerakan dan pemikiran ini muncul sebagai reaksi terhadap akibat-akibat yang ditimbulkan oleh modernisme dan sekularisme

dalam kehidupan politik dan keagamaan. Peradaban modern-sekular menjadi sasaran kritik fundamentalisme Islam, dan di sini fundamentalsime memiliki fungsi kritik. Seperti ditipologikan oleh Fazlur Rahman, fundamentalisme Islam (atau revivalisme Islam) merupakan reaksi terhadap kegagalan modernisme Islam (klasik), karena ternyata yang disebut terakhir ini tidak mampu membawa masyarakat dan dunia Islam kepada kehidupan yang lebih baik, sesuai dengan ajaran Islam. Sebagai gantinya, fundamentalisme Islam mengajukan tawaran solusi dengan kembali kepada sumber-sumber Islam yang murni dan otentik, dan menolak segala sesuatu yang berasal dari warisan modernisme Barat.Salah satu karakteristik atau ciri terpenting dari fundamentalisme Islam ialah pendekatannya yang literal terhadap sumber Islam (al-Qur’an dan al-Sunnah).5[5] Jadi revivalis Islam merupakan kebangkitan kembali Islam ke ajaran yang murni dan bersumber pada al-Qur’an dan As-Sunnah. B. Karakteristik Gerakan Revivalis Islam Salah satu gerakan Islam revivalis adalah Wahhabiyyah yang memperoleh inspirasi dai Muhammad ibn Abd al-Wahhab di Arabia, Shah Wali Allah di India , Uthman Dan Fodio di Nigeria, Gerakan Padri di Sumatera, dan Sanusiyyah di Libya. Chouieri melihat adanya kemiripan agenda yang menjadi karakteristik gerakan-gerakan revivalis Islam tersebut, yaitu: (a) kembali kepada Islam yang asli, memurnikan Islam pada tradisi lokal dan pengaruh budaya asing; (b) mendorong penalaran bebas, ijtihad dan menolak taqlid, (c) perlunya hijrah dari wilayah yang didominasi oleh orang kafir; (d) keyakinan kepada adanya pemimpin yang adil dan seorang pembaru. Selain itu karakteristik gerakan revivalis ini juga mempunyai prinsip yang sama sebagai kerangka ideologis kebangkitan Islam. Prinsip-prinsip tersebut meliputi: 1)

Din wa dawlah, Islam merupakan sistem kehidupan yang total, yang secara universal dapat diterapkan pada semua keadaan, tempat dan waktu. Pemisahan antara agama dan negara tidak dikenal dalam Islam. Al-Qur’an memberikan syari’ah dan agama yang menjalankannya

2)

Fondasi Islam adalah Al-qur’an dan Sunah Nabi dan tradisi para sahabatnya. Umat Islam diperintahkan untuk kembali pada akar-akar Islam yang awal dan praktek-praktek nabi ynag puritan.

3) Puritannisme dan keadilan sosial. Umat Islam diperintahkan untuk menjaga nilai-nilai Islami baik dalam pergaulan dan pembagian peran laki-laki dan perempuan maupun dalam kehidupan seharihari. Mereka wajib membentengi didi dari pengaruh budaya asing. 4)

Kedaulatan dan hukum Allah berdasarkan Syari’at. Tujuan umat Islam adalah menegakan kedaulatan Tuhan di buka.

5) Jihad sebagai pilar menuju nizam Islami. Mereka harus menghancurkan jahiliah dan menaklukan kekuasaan–kekuasaan duniawi mereka melalui jihad dan perang suci. Tujuan jihad adalah menaklukan semua halangan yang mungkin akan menghambat penyiaran Islam ke seluruh dunia.6[6] C. Gerakan Revivalis Islam di Timur Tengah. Gerakan Wahabi. Gerakan Wahabi yang dipelopori oleh Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhâb itu muncul tampaknya karena diguncang oleh kelemahan-kelemahan umat Islam di tempat ia dibesarkan dan tempat-tempat lain yang dikunjunginya, seperti pemujaan terhadap kuburan para syaikh atau wali dan lain-lain. Oleh karena itu, Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhâb sangat mengecam kepercayaan umat Islam terhadap kekuatan yang dimiliki oleh orang-orang yang dianggap keramat dalam rangka perbaikan moral dan spiritual. Di lain pihak, ia juga merasa kesal terhadap para ulama yang telah lama membiarkan praktek-praktek semacam itu. Dia juga mengecam orang-orang yang mau menerima secara taklid buta dalam masalah keagamaan.

Untuk

itu,

ia

juga

otoritas pihak-pihak tertentu

menyuruh

umat

Islam

agar

menyelaraskan nalar dan hati nurani mereka dengan Alquran dan sunah, dan bukan menyandarkan diri pada penafsiran-penafsiran tradisional.7[7] Ajaran tauhid memang merupakan ajaran yang paling dasar dalam Islam. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhâb memusatkan perhatian pada masalah ini. Ia berpendapat bahwa (1) yang boleh dan harus disembah hanyalah Tuhan, dan orang-orang yang menyembah selain Tuhan telah menjadi musyrik, dan boleh dibunuh; (2) kebanyakan orang

Islam bukan lagi penganut paham tauhid yang sebenarnya karena mereka meminta pertolongan bukan lagi kepada Tuhan, tetapi kepada para syaikh atau wali dan dari kekuatan gaib. Orang Islam demikian juga telah menjadi musyrik; (3) menyebut nama nabi, syaikh atau malaikat sebagai perantara dalam doa juga merupakan syirik; (4) meminta syafaat selain kepada Tuhan adalah juga syirik; (5) bernazar kepada selain Tuhan juga syirik; (6) memperoleh pengetahuan selain dari Alquran, hadis, dan kias (analogi) merupakan kekufuran;(7) tidak percaya kepada kada dan kadar Tuhan juga merupakan kekufuran; dan (8) penafsiran Alquran dengan takwil (interpretasi bebas) adalah kufur.8[8] Harun Nasution mengemukakan tiga pokok pikiran Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhâb yang mempunyai pengaruh terhadap perkembangan pemikiran pembaruan abad ke-19, yaitu (1) hanya Alquran dan hadislah yang merupakan sumber asli ajaran-ajaran Islam. Pendapat ulama tidak merupakan sumber; (2) taklid kepada ulama tidak dibenarkan; dan (3) pintu ijtihad tetap terbuka. Setelah berdiri kokoh di Nejd, Gerakan Wahabi segera tersebar ke negara-negara lain, seperti Indi, Sudan, Libia, dan Indonesia. Di India, ajaran Wahabi dibawa oleh Sayyid Ahmad, yaitu setelah ia menunaikan ibadah haji pada tahun 1822 dan 1823. Di India, ajaran Wahabi mendapat pengikut-pengikut yang kemudian siap melakukan perang melawan kaum kafir dan nonMuslim. Di Indonesia, ajaran Wahabi masuk melalui kaum Paderi di Minangkabau yang dimotori oleh tiga orang ulama Minangkabau, yaitu H. Sumanik dari Lunak Tanah Datar, H. Piobang dari Lunak 50 Kota, dan H. Miskin dari Lunak Agam.9[9] D. Lahirnya Gerakan Revivalis Islam di Indonesia. Perkembangan gerakan Islam ynag terjadi di Timur Tengah sering kali memberikan pengaruh yang kuat bagi gerakan Islam di Tanah Air. Timur Tengah yang di persepsikan sebagai pusat Islam selalu menjadi rujukan bagi gerakan Islam di Indonesia. Maka, gagasan, pemikiran, dan gerakan yang berkembang di Timur Tengah memiliki daya tarik yang kuat, sehingga dengan mudah dianut, disosialisasikan dan di praktekan di Indonesia. Demikian juga dengan gerakan

Revivalisme Islam kontemporer di Timur Tengah. Gerakan ini telah di transmisikan ke Indonesia dan saat ini telah tumbuh dengan subur di negri berpenduduk muslim terbesar ini. Sebagai sebuah gerakan, munculnya Revivalisme Islam di Indonesia ditandai dengan lahir dan berkembangnya gerakan dakwah kampus pada awal 1980an. Gerakan dakwah yang dimotori kalangan mahasiswa diberbagai perguruan tinggi umum dengan metode “usroh” ini merupakan cikal bakal dari lahirnya tiga gerakan Islam baru yang menonjol, yakni Tarbiyah, Hizbut Tahrir Indonesia, dan Dakwah Salafi. Setelah runtuhnya rezim Orde Baru, berbagai organisasi tumbuh secara mencengangkan, seperti majlis Mujahidin Indonesia, Front Pembela Islam, berbagai kelasykaran yang tumbuh di berbagai kota serta tiga organisasi yang disebutkan diatas. Organisasi-organisasi baru inilah yang menjadi aktor utama revivalisme Islam di Indonesia kontemporer.10[10] E. Gerakan Revivalis Islam di Indonesia. 1.

Gerakan Tarbiyah. Dalam kasus gerakan tarbiyah, peranan alumni Timur Tengah dalam proses transmisi ini sangat besar. Mereka berperan dalam membawa pemikiran IM secara lebih utuh kedalam kancah gerakan dakwah kampus yang telah eksis, dan menjadikan pemikiran IM sangat dominan dalam gerakan ini. Mereka juga terlibat sangat intensif dalam gerakan Tarbiyah, hingga pada pembentukan dan pergerakan Partai Keadilan Sejahtera hingga kini.11[11] Menurut gerakan tarbiyah, Islam adalah agama yang universal, kaffah dan syamil. Ia mengatur kehidupan pribadi, sosial hingga negara. Menurut kalangan Tarbiyah, islam meliputi lima sub sistem yaitu sub sistem moralitas, sub sistem politik, sub sistem sosial, sub sistem ekonomi dan sub sistem spiritual. Antara masing-masing sub sitem ini harus saling berkaitan dan tidak bisa di pisah-pisahkan. Penjelasan lebih rinci tentang Islam mereka dapatkan dari konsepsi Sa’id Hawwa bahwa Islam meliputi tiga komponen, yaitu:

a. Tiang penegak yang terdiri dari jihad, amar ma’ruf nahi munkar, hukum islam dan sanksinya.

b. Bangunan yang meliputi sistem hidup yaitu politik, ekonomi, sosial, kemiliteran, pendidikan dan akhlak. c. Dasar/asas yang terdiri dari ibadah yaitu sholat, puasa, zakat dan haji. Akidah yaitu syahadatain dan iman kepada Allah, malaikat, kitab, rasul dan hari akhir. Sehingga dakwah yang mereka lakukan juga bervisi luas dari perubahan pribadi, masyarakat hingga negara. Hal ini dikuatkan Abdul hasib, aktifis dakwah tarbiyah, bahwa dakwah Tarbiyah sebagaimanamana dakwah Ikhwanul Muslimin, meliputi Keimanan, akidah, ibadah, akhlak, dan sistem hidup.12[12] 2.

Hizbut Tahrir Indonesia. Dalam kasus Hizbut Tahrir Indonesia, peranan utama transmisi ini dilakukan oleh seorang aktivis Hizbut Tahrir dari Libanon, Abdurrahman Al-Baghdadi dan Muhammad Mustofa, seorang alumnus perguruan tinggi Yordania. Merekalah yang memperkenalkan pemikiran Hizbut Tahrir dan ikut serta menyebarkannya dikalangan dakwah kampus. Abdurrahman Al-Baghdadi pulalah yang membuka jalan bagi para aktifis Hizbut Tahrir di Indonesia kepada jaringan Hizbut tahrir Internasional. Bagi Hizbut Tahrir Indonesia, teknologi internet juga memiliki peran sangat penting dalam transmisi dan sosialisasi pemikiran mereka. Sebab, alat komunikasi utama mereka dengan pusat Hizbut Tahrir di Yordania adalah ciber media. Melalui media virtual ini, transmisi, pemikiran, gagasan dan informasi yang berkembang dikalangan Hizbut tahrir dari seluruh dunia, khususnya dari Timur tengah mengalir ke para aktivisnya di Indonesia.13[13] Hizbut Tahrir menegaskan bahwa syariat Islam telah mengatur segala urusantanpa kecuali, mulai dari hubungan manusia dengan penciptanya dalam konteks akidah dan ibadah, hubungan manusia dengan dirinya sendiriseperti dalam urusan pakaian, makanan dan akhlak, hingga hubungan manusia dengan sesamanya seperti dalam urusan pemerintahan, ekonomi, sosial, pendidikan, politik luar negri dan lain-lain. Secara konseptual, semuanya telah diatur oleh Islam

secara sejelas-jelasnya. Dengan ungkapan lain, syariat islam sesungguhnya, meliputi keyakinan spiritual dan ideologi politik.14[14] Oleh karena itu organisasi ini mencita-citakan sebuah masyarakat dan negara yang Islami. Dimana seluruh kegiatan kehidupannya diatur sesuai dengan hukum-hukum syariat dibawah naungan dawlah Islamiyyah dalam bentuk negara khilafah.15[15] Dalam pandangan Hizbut Tahrir, berbagai krisis kehidupan terjadi akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh tindakan menyimpang (maksiat) manusia. Selama ini telah terbukti bahwa ditengah-tengah masyarakat, termasuk dalam penataan dalam urusan individu dengan Tuhannya. Sementara dalam urusan sosial kemasyarakatan, agama ditinggalkan. Maka, ditengah-tengah sistem sekularistik, lahirlah berbagai bentuk tatanan yang jauh dari nilai-nilai Islam, yakni tatanan ekonomi yang kapitalistik, perilaku politik yang oportunistik, budaya hedonistik, kehidupan sosial yang egoistik dan individualistik, sikap beragama yang sinkretik serta sistem pendidikan yang materialistik.16[16] 3.

Dakwah Salafi. Pada masa awal kemunculannya, tahun 1980-an, gerakan ini tidak berkembang, karena selalu dicurigai oleh rezim pemerintah Soeharto. Pemerintah menghambat gerak Salafi, karena mereka mengira bahwa gerakan Salafi sama dengan harakah yang berseberangan dengan sistem pemerintahan yang ada. Sehingga, bagi para aktifis Salafi, munculnya gerakan harakah dinilai telah merugikan kelancaran dakwah mereka. Gerakan Salafi mendirikan pesantren-pesantren Salaf dan mengajarkan kitab-kitab yang ditulis oleh seorang Salafi, seperti Muhammad Nasiruddin Al-Bani dan Abdullah Bin Baz. Sebagaimana disebut diatas, sarana utama penyebaran ajaran Salafi terpulang kepada tiga sasaran yaitu pesantren, masjid, dan kampus. Untuk ini bantuan dana dari Timur Tengah. Terutama Saudi dan Kuwait berdampak cukup besar bagi perkembangan gerakan ini.

Ajaran Salafi juga disebarkan melalui majalah dan buku yang diterbitkan oleh kalangan Salafi termasuk penerjemah karya-karya para tokoh besar Salafi dari dunia Arab. Dalam perkembangan berikutnya, di Indonesia jamaah Salafi ini terpecah menjadi dua. Satu kelompok merujuk pada gerakan Salafi di Kuwait. Tokoh kelompok ini adalah Abdul Hakim, Yazid Jawaz, Yusuf Baisa dan Abu Nida. Sedangkan kelompok Salafi yang berkiblat kepada Arab Saudi imamnya adalah Ja’far Umar Thalib, alumni pesantren Persis Bangil yang kemudian melanjutkan sekolah ke LIPIA dan Maududi Institute di lahore Pakistan.17[17] 4.

Gerakan Pembaharuan Islam Kelompok Minoritas.

a. Lembaga Dakwah Islamiyyah Indonesia (LDII). Gerakan Islam Lembaga Dakwah Islamiyyah Indonesia (LDII) memandang dirinya sebagai gerakan pemurnian Islam. Gerakan ini melihat bahwa praktek keagamaan umat Islam selama ini dinilai belum sempurna, dan karena itu LDII berusaha menyempurnakan sesuai dengan keyakinannya. Tetapi justru banyak pihak menilai bahwa keberadaan LDII bukan pemurnian Islam tetapi penyimpangan. Hal ini karena LDII sebagai organisasi sosial keagamaanmerupakan pengejawantahan dari gerakan Islam jama’ah atau darul Hadist yang didirikan pada tanggal 3 januari 1951 di Kediri. Gerakan ini telah dilarang oleh pemerintah terutama karena dipandang telah menyimpang dari rel agama Islam yang benar. Karena ada pelarangan tersebut organisasi ini merubah jati diri menjadi Lembaga Karyawan Islam (LEMKARI), namun oraganisasi ini juga dilarang pemerintah, dan sampai akhirnya organisasi ini merubah jati dirinya menjadi LDII, dan pada era reformasi ini LDIIterus berkembang.18[18] b. Al-Irsyad Diantara berbagai gerakan Islam yang dinilai bercorak pembaharuan dan pemurnian ajaran Islam sejak masa penjajahan Belanda adalah Al-Irsyad. Sebagaimana gerakan pembaharuan pada umumnya, gerakan islam ini tergolong gerakan minoritas, namun memiliki pengaruh kuat terhadap komunitas keturunan Arab. Tokoh paling terkenal dalam gerakan islam ini adalah Ahmad Sukarti.

Ia adalah salah seorang pendiri gerakan ini yang dinilai banyak orang memilikiwawasan yang luas. Ahmad Sukarti juga dinilai sangat dominan dalam mewarnai gerakan organisasi ini.19[19] c. Isa Bugis Gerakan Islam Bugis merupakan gerakan islam yang bersifat lokal. Para penganut gerakan islam ini memandang dirinya sebagai gerakan pembaharuan islam, terutama dalam bidang uamalah. Fokus dari gerakan ini adalah mengajak umat islam untuk menafsirkan Alquran yang lebih konstektual agar mampu merespon perkembangan zaman, termasuk perkembangan kapitalisme. Salah satu upaya yang sangat diidam-idamkan oleh gerakan islam ini adalah memangun sebuah sistem komunitas sosial yang adil dan merata terutama dalam hal tingkat kesejahteraan sosialnya. Namun pada prakteknya komunitas ini mendapat tantangan dari masyarakat sekitarnya dalam praktek keagamaanya gerakan islam ini bersifat ekslusif.20[20] d. Gerakan Ahmadiyyah Gerakan islam Ahmadiyyah, merupakan salah satu gerakan pembaharuan islam yang bersifat internasional, terutama karena pengikut gerakan ini telah tersebar di berbagai belahan dunia. Namun pada prakteknya gerakan ini memperoleh penentangan yang kuat dari sebagian besar ulama dunia, termasuk sebagian besar ulama di Indonesia. Dibeberapa daerah gerakan Ahmadiyyah ini telah dilarang untuk berkembang, terutama karena kegiatan Ahmadiyah ini telah melahirkan keresahan umat Islam.21[21]

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Dari pembahasan yang telah dipaparkan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Revivalis Islam merupakan kebangkitan kembali Islam ke ajaran yang murni dan bersumber pada al-Qur’an dan As-Sunnah 2. karakteristik gerakan-gerakan revivalis Islam tersebut, yaitu: kembali kepada Islam yang asli, memurnikan Islam pada tradisi lokal dan pengaruh budaya asing; (b) mendorong penalaran bebas, ijtihad dan menolak taqlid, hijrah dari wilayah yang didominasi oleh orang kafir, keyakinan kepada adanya pemimpin yang adil dan seorang pembaru. 3. Salah satu contoh dari gerakan revivalis Islam di Timur Tengah adalah Gerakan Wahabi. 4. Lahirnya gerakan revivalis Islam di Indonesia berawal dari dakwah kampus. 5. Gerakan-gerakan revivalis Islam di Indonesia antara lain HTI, Tarbiyyah, dan Dakwah Salafi, gerakan pembaharuan Islam kelompok minoritas (LDII, Al-Irsyad, Isa Bugis dan gerakan Ahmadiyah). B. PENUTUP Demikian makalah ysng dapat penulis sampaikan, penulis mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi para pembacanya, khususnya para mahasiswa mampu memahami mengenai gerakan revivalis Islam. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, pemakalah berharap kritik dan saran yang membangun untuk kebaikan makalah selanjutnya.

Related Documents


More Documents from "Achmad Syarifuddin"