REVIVALISME DAN MOSERNISME ISLA, Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Metedologi Studi Islam Dosen Pembimbing: H. Khoirul Asfiyak, M.Hi
Di susun oleh: Mutiah
(21801012061)
Rizka Maulidiyanti
(21801012074)
Achmad Syarifuddin
(21801012067)
Muhammad Zulqifli Akbar
(21801012056)
M. Abdul Aziz Dawaamu Aliyuddin
(21801012046)
FAKULTAS AGAMA ISLAM AHWAL SYAKHSIYAH UNIVERSITAS ISLAM MALANG 2018
KATA PENGANTAR
Bismillahir-Rahmanir-Rahim Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah memberi rahmat dan hidayah-nya sehingga kami dapat mempersembahkan sebuah makalah Metedologi Studi Islam dengan judul “Revivalisme dan Modernisme Islam”. Ucapan terimakasih kami yang setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang telah bersedia dalam pembuatan makalah kami ini: 1. Dosen mata pelajaran Metedologi Studi Islam yaitu: H. Khoirul Asfiyak M.Hi 2. Teman-teman sekelompok yang telah bekerja dengan sebaik-baiknya dalam pembuatan makalah ini. Kami berharap, semoga makalah ini dapat menjadi bahan ajar yang baik, berguna, dan bermanfaat untuk kita semua yang mempelajarinya. Dan juga kritik dan saran kalian atas kekurangan makalah ini sangat-sangat kami harapkan dalam penyempurnaan pembuatan makalah kami yang selanjutnya.
Malang, 11 Desember 2018
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembaharuan Islam adalah upaya-upaya untuk menyesuaikan paham keagamaan Islam dengan dengan perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi madern. Gerakan pembaharuan Islam merupakan gerakan yang bertujuan untuk memperbaharui pemikiran atau pemahaman umat Islam yang sudah menyimpang dari ajaran Islam untuk kembali pada pemahaman agama yang sesuai dengan pemahaman dan pengamalan Rasulullah saw. dan bersumber pada AlQur’an dan As-Sunnah. Secara garis besar ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya proses pembaharuan Islam. Pertama faktor internal yaitu, faktor kebutuhan pragmatis umat Islam yang sangat memerlukan satu sistem yang betul-betul bisa dijadikan rujukan dalam rangka menjadikan muslim yang berkualitas, bertaqwa, dan beriman kepada Allah. Kedua faktor eksternal adanya kontak Islam dengan barat juga merupakan faktor terpenting yang bisa kita lihat. Adanya kontak ini paling tidak telah menggugah dan membawa perubahan pragmatik umat Islam untuk belajar secara terus menerus kepada barat, sehingga ketertinggalan yang selama ini dirasakan akan bisa terminimalisir. B. Rumusan Maslah 1. Apa itu revivalisme dan modernisme islam? 2. Bagaimana sejarah revivalisme dan modernisme islam? 3. Apa gagasan pemikiran revivalisme dan modernisme islam? 4. Bagaimana model gerakan revivalisme dan modernisme islam? 5. Apa saja karateristik revivalisme dan modernisme islam? C. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui pengertian revivalisme dan modernisme islam. 2. Mengetahui sejarah revivalisme dan modernisme islam. 3. Mengetahui gagasan pemikiran revivalisme dan modernisme islam.
4. Mengetahui model gerakan revivalisme dan modernisme islam. 5. Mengetahui karateristik revivalisme dan modernisme islam.
BAB II PEMBAHASAN A. Revivalisme dan Modernisme Islam Revivalisme Islam diartikan kebangkitan kembali Islam. Revivalisme Islam atau kebangkitan Islam merupakan suatu fenomena yang menjadi perbincangan menarik di kalangan umat Islam. Dalam perjalanan sejarah, umat Islam mengalami masa kejayaan dan juga masa kemunduran. Di sisi lain, bangkitnya Negara-negara yang berbasis Islam merupakan gerakan awal dari kebangkitan Islam secara intrernasional. Kelompok revivalis, pemikiran ini muncul diakibatkan adanya rasa keprihatinan yang dalam mengenai keterpurukan kaum muslimin. Sehingga hadirlah suatu gerakan pembaharuan yang mencoba mengangkat kembali derajat kaum muslimin. Gerakan mereka terutama berusaha menghindarkan umat Islam dari praktek tahayul dan khurofat dengan cara kembali kepada ajaran sumber utama Islam; AlQur’an dan Sunnah. Sebagai pembeda pemikiran kaum revivalis dengan pemikiran selanjutnya (modernis), mereka tidak mendasarkan pembaharuannya kepada konsepkonsep Barat. Tokoh sentral gerakan ini menurut Rahman adalah Ibn Abdul Wahab yang pada tahap selanjutnya menjelma menjadi kekuatan pemikiran besar yang disebut Wahabi. Istilah pembaharuan identik dengan modernisasi, yang berarti suatu proses pergeseran sikap dan mental suatu warga masyarakat agar bisa hidup sesuai dengan tuntutan hidup masa kini. 1 Modernisme dalam masyarakat Barat mengandung arti fikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk merobah faham-faham, adat-istiadat, institusiinstitusi lama dan sebagainya, untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.2
1
Moh. Asror Yusuf. Persinggungan Islam dan Barat, studi pandangan Badiuzzaman Said Nursi. h. 2
2
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam (Sejarah Pemikiran dan Gerakan), (Djakarta: Bulan
Bintang, 1975), h.9
Modernisasi identik dengan artian rasionalisasi. Maksudnya adalah proses perombakan pola berpikir dan tatakerja lama yang akliah (rasional), dan menggantikannya dengan pola berpikir dan tatakerja baru yang akliah. Yang fungsinya untuk memperoleh daya guna dan efisiensi yang maksimal.3 Ciri penting dari paham modernisme adalah usaha pemurnian agama islam dengan memberantas segala yang berbau khurofat dan bid’ah. Paham modern juga ingin melepaskan diri dari ikatan madzhab dan membuka kembali pintu ijtihad. B. Sejarah Revivalisme dan Modernisme Islam Sejak abad ke-18 dunia Islam mengalami kemunduran. Pemerintahan islam dengan konsep terbaiknya berganti menjadi pemerintahan yang despotis. Anarki dan pembunuhan demi perebutan kekuasaan terjadi dimana-mana. Banyak wilayah yang memisahkan diri dan mendirikan negara dengan memakai konsep barat. Selain itu, banyak kalangan yang tidak mempercayai lembaga-lembaga negara serta merebaknya kebencian terhadap yang berbau asing. Dalam pandangan masyarakat muslim, integritas kebudayaan Islam dan way of live itu telah terancam kekuatan non-Islam, seperti modernitas yang didukung oleh negara muslim sendiri. Sehingga, munculah gerakan revivalisme. Revivalisme Islam atau kebangkitan Islam merupakan suatu fenomena yang menjadi perbincangan menarik di kalangan umat Islam. Dalam perjalanan sejarah, umat Islam mengalami masa kejayaan dan juga masa kemunduran. Di sisi lain, bangkitnya Negara-negara yang berbasis Islam merupakan gerakan awal dari kebangkitan Islam secara intrernasional.Negara Islam yang melepaskan diri dari kolonialisme mulai muncul kesadaran untuk berkembang dan mengkritisi Barat. Revivalisme adalah Istilah lain dari kebangkitan Islam, merupakan gerakan keagamaan yang disebabkan oleh beberapa faktor. Umat Islam khawatir akan tergerusnya nilai dan ajaran Islam akibat dari meluasnya pengaruh kolonialisme dan imperialisme Barat.
3
Nurcholish Madjid, Islam Kemoderenan dan Keindonesiaan (Bandung: Mizan, 1987), Cet. I, h. 172.
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, dominasi bangsa Eropa telah mengakibatkan menyebarnya peradaban modern di berbagai kawasan dunia Muslim. Umat Islam sudah terbelenggu pemahaman agama seperti dirumuskan oleh para ulama abad pertengahan. Namun muncul pemikiran yang menganggap bahwa kaum muslimin harus memperbaharui pemahaman dan praktek keagamaan mereka sesuai dengan perkembangan modern. Hal inilah yang mendorong munculnya tokoh pembaharu (mujaddid) modernis di kalangan umat Islam seperti Sayid Jamaluddin al-Afghani (1839-1897), Muhammad Abduh (1849-1905), dan Rasyid Rida (1865-1935) yang mengembangkan gagasan pembaharuan Islam di Mesir. Disamping meneruskan seruan pada pembaharu abad sebelumnya agar umat Islam “kembali kepada Al-Qur’an dan Sunah Nabi SAW”, mereka juga menyerukan umat Islam agar mengambil peradaban modern guna mengatasi keterbelakangan mereka dan mencapai kemajuan. Kelompok pembaru ini berpendapat, modernisasi dalam arti yang benar, yaitu yang didasari rasionalisasi dan teknikalisasi, karena mujaddid ini bersikap positif terhadap modernitas, maka mereka dijuluki pembaru modernis, dan gerakan mereka disebut dengan gerakan modernis Islam. C. Gagasan Pemikiran Revivalisme dan Modernisme 1. Revivalisme Revivalisme adalah Istilah lain dari kebangkitan Islam, merupakan gerakan keagamaan yang disebabkan oleh beberapa faktor. Umat Islam khawatir akan tergerusnya nilai dan ajaran Islam akibat dari meluasnya pengaruh kolonialisme dan imperialisme Barat. Revivalisme Islam telah menyerukan rekonstruksi gagasan dan membangun sistem hukum yang komprehensif, birokrasi pemerintahan, pendidikan, dan etikadalam dunia modern dengan landasan teologis sumbersumber asli Islam. Dengan demikian, fondasi dan arah dari sebuah gerakan dengan mudah diterima oleh umat Islam. Pemikiran ini muncul diakibatkan adanya rasa keprihatinan yang dalam mengenai keterpurukan kaum muslimin. Sehingga hadirlah suatu gerakan
pembaharuan yang mencoba mengangkat kembali derajat kaum muslimin. Gerakan mereka terutama berusaha menghindarkan umat Islam dari praktek tahayul dan khurofat dengan cara kembali kepada ajaran sumber utama Islam; Al-Qur’an dan Sunnah. Sebagai pembeda pemikiran kaum revivalis dengan pemikiran selanjutnya (modernis), mereka tidak mendasarkan pembaharuannya kepada konsep-konsep Barat. Tokoh sentral gerakan ini menurut Rahman adalah Ibn Abdul Wahab yang pada tahap selanjutnya menjelma menjadi kekuatan pemikiran besar yang disebut Wahabi. 2. Modernisme Ciri penting dari paham modernisme adalah usaha pemurnian agama islam dengan memberantas segala yang berbau khurofat dan bid’ah. Paham modern juga ingin melepaskan diri dari ikatan madzhab dan membuka kembali pintu ijtihad. Umat islam sebenarnya telah maju selangkah meninggalkan budaya Abad Pertengahan sejak menerima dan menyerap nilai-nilai modern dari Barat yang pertama kali dibawa oleh Napoleon Bonaparte ketika datang ke Mesir. Modernisasi dimulai secara militer dan kenegaraan oleh Mohammad Ali dan diteruskan oleh Jamaluddin al-Afghani secara politik, serta dilanjutkan dengan modernisasi sosial-budaya oleh Mohammad Abduh, sebenarnya telah membawa perubahan dan kemajuan diseluruh Dunia Islam, termasuk di Indonesia. Namun, modernisasi Abduh itu telah didahului dengan pembaharuan yang diprakarsai oleh Muhammad bin Abdul Wahab di kawasan Masyriki, dan oleh Sanusi dikawasan Maghribi. Beberapa
kategori
dibuat
untuk
mengidentifikasi
tipe-tipe
pembaharuan, seperti oleh Emad Eldin yang membagi tipe pembaharuan kedalam tiga kelompok besar. Pertama, Islam Ortodok (misalnya Wahabiyah, Mahdiyah, dan Sanusiyah) yang menolak Barat dan mengambil kembali serta berpegang teguh pada tradisi, yang menganggap bahwa kehadiran Barat sebagai sebuah ancaman bagi identitas Islam. Kelompok ini menganggap modernisasi Barat sebagai anti-tesa dari nilai-nilai Islam. Kedua, Sekuler-Liberal, yang
menolak warisan sosial tradisional, dan menekankan perlunya mengikuti modernisasi Barat. Ketiga, Muslim Revivalis-Reformis, yang berusaha menggabungkan dua kebudayaan, Islam dan Barat. Kelompok ini misalnya diwakili oleh Muhammad Abduh, Jamal al-Din al-Afghani, dan Rashid Ridha.
D. Model Gerakan Revivalisme dan Modernisme 1. Gerakan Revivalis di Timur Tengah Gerakan Wahabi. Gerakan Wahabi yang dipelopori oleh Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhâb itu muncul tampaknya karena diguncang oleh kelemahan-kelemahan umat Islam di tempat ia dibesarkan dan tempat-tempat lain yang dikunjunginya, seperti pemujaan terhadap kuburan para syaikh atau wali dan lain-lain. Oleh karena itu, Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhâb sangat mengecam kepercayaan umat Islam terhadap kekuatan yang dimiliki oleh orang-orang yang dianggap keramat dalam rangka perbaikan moral dan spiritual. Di lain pihak, ia juga merasa kesal terhadap para ulama yang telah lama membiarkan praktekpraktek semacam itu. Dia juga mengecam orang-orang yang mau menerima secara taklid buta
otoritas pihak-pihak tertentu dalam masalah keagamaan.
Untuk itu, ia juga menyuruh dan
hati
nurani
mereka
umat Islam agar menyelaraskan nalar
dengan
Alquran
dan
sunah,
dan
bukan
menyandarkan diri pada penafsiran-penafsiran tradisional. Ajaran tauhid memang merupakan ajaran yang paling dasar dalam Islam. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhâb memusatkan perhatian pada masalah ini. Ia berpendapat bahwa (1) yang boleh dan harus disembah hanyalah Tuhan, dan orang-orang yang menyembah selain Tuhan telah menjadi musyrik, dan boleh dibunuh; (2) kebanyakan orang Islam bukan lagi penganut paham tauhid yang sebenarnya karena mereka meminta pertolongan bukan lagi kepada Tuhan, tetapi kepada para syaikh atau wali dan dari kekuatan gaib. Orang Islam demikian juga telah menjadi musyrik; (3) menyebut nama nabi, syaikh atau malaikat sebagai perantara dalam doa juga
merupakan syirik; (4) meminta syafaat selain kepada Tuhan adalah juga syirik; (5) bernazar kepada selain Tuhan juga syirik; (6) memperoleh pengetahuan selain dari Alquran, hadis, dan kias (analogi) merupakan kekufuran;(7) tidak percaya kepada kada dan kadar Tuhan juga merupakan kekufuran; dan (8) penafsiran Alquran dengan takwil (interpretasi bebas) adalah kufur. Harun Nasution mengemukakan tiga pokok pikiran Muhammad ibn ‘Abd alWahhâb yang mempunyai pengaruh terhadap perkembangan pemikiran pembaruan abad ke-19, yaitu (1) hanya Alquran dan hadislah yang merupakan sumber asli ajaran-ajaran Islam. Pendapat ulama tidak merupakan sumber; (2) taklid kepada ulama tidak dibenarkan; dan (3) pintu ijtihad tetap terbuka. Setelah berdiri kokoh di Nejd, Gerakan Wahabi segera tersebar ke negara-negara lain, seperti Indi, Sudan, Libia, dan Indonesia. Di India, ajaran Wahabi dibawa oleh Sayyid Ahmad, yaitu setelah ia menunaikan ibadah haji pada tahun 1822 dan 1823. Di India, ajaran Wahabi mendapat pengikut-pengikut yang kemudian siap melakukan perang melawan kaum kafir dan non-Muslim. Di Indonesia, ajaran Wahabi masuk melalui kaum Paderi di Minangkabau yang dimotori oleh tiga orang ulama Minangkabau, yaitu H. Sumanik dari Lunak Tanah Datar, H. Piobang dari Lunak 50 Kota, dan H. Miskin dari Lunak Agam. 2. Gerakan Revivalis di Indonesia 1. Gerakan Tarbiyah. Dalam kasus gerakan tarbiyah, peranan alumni Timur Tengah dalam proses transmisi ini sangat besar. Mereka berperan dalam membawa pemikiran IM secara lebih utuh kedalam kancah gerakan dakwah kampus yang telah eksis, dan menjadikan pemikiran IM sangat dominan dalam gerakan ini. Mereka juga terlibat sangat intensif dalam gerakan Tarbiyah, hingga pada pembentukan dan pergerakan Partai Keadilan Sejahtera hingga kini. Menurut gerakan tarbiyah, Islam adalah agama yang universal, kaffah dan syamil. Ia mengatur kehidupan pribadi, sosial hingga negara. Menurut kalangan Tarbiyah, islam meliputi lima sub sistem yaitu sub sistem moralitas, sub sistem politik, sub sistem sosial, sub sistem ekonomi dan sub
sistem spiritual. Antara masing-masing sub sitem ini harus saling berkaitan dan tidak bisa di pisah-pisahkan. Penjelasan lebih rinci tentang Islam mereka dapatkan dari konsepsi Sa’id Hawwa bahwa Islam meliputi tiga komponen, yaitu: A. Tiang penegak yang terdiri dari jihad, amar ma’ruf nahi munkar, hukum islam dan sanksinya. B. Bangunan yang meliputi sistem hidup yaitu politik, ekonomi, sosial, kemiliteran, pendidikan dan akhlak. C. Dasar/asas yang terdiri dari ibadah yaitu sholat, puasa, zakat dan haji. Akidah yaitu syahadatain dan iman kepada Allah, malaikat, kitab, rasul dan hari akhir. Sehingga dakwah yang mereka lakukan juga bervisi luas dari perubahan pribadi, masyarakat hingga negara. Hal ini dikuatkan Abdul hasib, aktifis dakwah tarbiyah, bahwa dakwah Tarbiyah sebagaimanamana dakwah Ikhwanul Muslimin, meliputi Keimanan, akidah, ibadah, akhlak, dan sistem hidup. 2. Hizbut Tahrir Indonesia. Dalam kasus Hizbut Tahrir Indonesia, peranan utama transmisi ini dilakukan oleh seorang aktivis Hizbut Tahrir dari Libanon, Abdurrahman Al-Baghdadi dan Muhammad Mustofa, seorang alumnus perguruan tinggi Yordania. Merekalah yang memperkenalkan pemikiran Hizbut Tahrir dan ikut serta menyebarkannya dikalangan dakwah kampus. Abdurrahman AlBaghdadi pulalah yang membuka jalan bagi para aktifis Hizbut Tahrir di Indonesia kepada jaringan Hizbut tahrir Internasional. Bagi Hizbut Tahrir Indonesia, teknologi internet juga memiliki peran sangat penting dalam transmisi dan sosialisasi pemikiran mereka. Sebab, alat komunikasi utama mereka dengan pusat Hizbut Tahrir di Yordania adalah ciber media. Melalui media virtual ini, transmisi, pemikiran, gagasan dan
informasi yang berkembang dikalangan Hizbut tahrir dari seluruh dunia, khususnya dari Timur tengah mengalir ke para aktivisnya di Indonesia.4[13] Hizbut Tahrir menegaskan bahwa syariat Islam telah mengatur segala urusantanpa kecuali, mulai dari hubungan manusia dengan penciptanya dalam konteks akidah dan ibadah, hubungan manusia dengan dirinya sendiriseperti dalam urusan pakaian, makanan dan akhlak, hingga hubungan manusia dengan sesamanya seperti dalam urusan pemerintahan, ekonomi, sosial, pendidikan, politik luar negri dan lain-lain. Secara konseptual, semuanya telah diatur oleh Islam secara sejelas-jelasnya. Dengan ungkapan lain, syariat islam sesungguhnya, meliputi keyakinan spiritual dan ideologi politik. Oleh karena itu organisasi ini mencita-citakan sebuah masyarakat dan negara yang Islami. Dimana seluruh kegiatan kehidupannya diatur sesuai dengan hukum-hukum syariat dibawah naungan dawlah Islamiyyah dalam bentuk negara khilafah. Dalam pandangan Hizbut Tahrir, berbagai krisis kehidupan terjadi akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh tindakan menyimpang (maksiat) manusia. Selama ini telah terbukti bahwa ditengah-tengah masyarakat, termasuk dalam penataan dalam urusan individu dengan Tuhannya. Sementara dalam urusan sosial kemasyarakatan, agama ditinggalkan. Maka, ditengah-tengah sistem sekularistik, lahirlah berbagai bentuk tatanan yang jauh dari nilai-nilai Islam, yakni tatanan ekonomi yang kapitalistik, perilaku politik yang oportunistik, budaya hedonistik, kehidupan sosial yang egoistik dan individualistik, sikap beragama yang sinkretik serta sistem pendidikan yang materialistik. 3. Dakwah Salafi.
Pada masa awal kemunculannya, tahun 1980-an, gerakan ini tidak berkembang, karena selalu dicurigai oleh rezim pemerintah Soeharto. Pemerintah menghambat gerak Salafi, karena mereka mengira bahwa gerakan Salafi sama dengan harakah yang berseberangan dengan sistem pemerintahan yang ada. Sehingga, bagi para aktifis Salafi, munculnya gerakan harakah dinilai telah merugikan kelancaran dakwah mereka. Gerakan Salafi mendirikan pesantren-pesantren Salaf dan mengajarkan kitab-kitab yang ditulis oleh seorang Salafi, seperti Muhammad Nasiruddin Al-Bani dan Abdullah Bin Baz. Sebagaimana disebut diatas, sarana utama penyebaran ajaran Salafi terpulang kepada tiga sasaran yaitu pesantren, masjid, dan kampus. Untuk ini bantuan dana dari Timur Tengah. Terutama Saudi dan Kuwait berdampak cukup besar bagi perkembangan gerakan ini. Ajaran Salafi juga disebarkan melalui majalah dan buku yang diterbitkan oleh kalangan Salafi termasuk penerjemah karya-karya para tokoh besar Salafi dari dunia Arab. Dalam perkembangan berikutnya, di Indonesia jamaah Salafi ini terpecah menjadi dua. Satu kelompok merujuk pada gerakan Salafi di Kuwait. Tokoh kelompok ini adalah Abdul Hakim, Yazid Jawaz, Yusuf Baisa dan Abu Nida. Sedangkan kelompok Salafi yang berkiblat kepada Arab Saudi imamnya adalah Ja’far Umar Thalib, alumni pesantren Persis Bangil yang kemudian melanjutkan sekolah ke LIPIA dan Maududi Institute di lahore Pakistan. 4. Gerakan Pembaharuan Islam Kelompok Minoritas. a. Lembaga Dakwah Islamiyyah Indonesia (LDII). Gerakan Islam Lembaga Dakwah Islamiyyah Indonesia (LDII) memandang dirinya sebagai gerakan pemurnian Islam. Gerakan ini melihat bahwa praktek keagamaan umat Islam selama ini dinilai belum sempurna, dan karena itu LDII berusaha menyempurnakan sesuai dengan keyakinannya. Tetapi justru banyak pihak menilai bahwa keberadaan LDII bukan pemurnian Islam tetapi penyimpangan. Hal ini karena LDII sebagai organisasi sosial keagamaan merupakan pengejawantahan dari gerakan
Islam jama’ah atau darul Hadist yang didirikan pada tanggal 3 januari 1951 di Kediri. Gerakan ini telah dilarang oleh pemerintah terutama karena dipandang telah menyimpang dari rel agama Islam yang benar. Karena ada pelarangan tersebut organisasi ini merubah jati diri menjadi Lembaga Karyawan Islam (LEMKARI), namun oraganisasi ini juga dilarang pemerintah, dan sampai akhirnya organisasi ini merubah jati dirinya menjadi LDII, dan pada era reformasi ini LDIIterus berkembang. b. Al-Irsyad Diantara berbagai gerakan Islam yang dinilai bercorak pembaharuan dan pemurnian ajaran Islam sejak masa penjajahan Belanda adalah Al-Irsyad. Sebagaimana gerakan pembaharuan pada umumnya, gerakan islam ini tergolong gerakan minoritas, namun memiliki pengaruh kuat terhadap komunitas keturunan Arab. Tokoh paling terkenal dalam gerakan islam ini adalah Ahmad Sukarti. Ia adalah salah seorang pendiri gerakan ini yang dinilai banyak orang memilikiwawasan yang luas. Ahmad Sukarti juga dinilai sangat dominan dalam mewarnai gerakan organisasi ini.5[19] c. Isa Bugis Gerakan Islam Bugis merupakan gerakan islam yang bersifat lokal. Para penganut gerakan islam ini memandang dirinya sebagai gerakan pembaharuan islam, terutama dalam bidang uamalah. Fokus dari gerakan ini adalah mengajak umat islam untuk menafsirkan Alquran yang lebih konstektual agar mampu merespon perkembangan zaman, termasuk perkembangan kapitalisme. Salah satu upaya yang sangat diidam-idamkan oleh gerakan islam ini adalah memangun sebuah sistem komunitas sosial yang adil dan merata terutama dalam hal tingkat kesejahteraan sosialnya. Namun pada prakteknya komunitas ini mendapat tantangan dari masyarakat sekitarnya dalam praktek keagamaanya gerakan islam ini bersifat ekslusif.
d. Gerakan Ahmadiyyah Gerakan islam Ahmadiyyah, merupakan salah satu gerakan pembaharuan islam yang bersifat internasional, terutama karena pengikut gerakan ini telah tersebar di berbagai belahan dunia. Namun pada prakteknya gerakan ini memperoleh penentangan yang kuat dari sebagian besar ulama dunia, termasuk sebagian besar ulama di Indonesia. Dibeberapa daerah gerakan Ahmadiyyah ini telah dilarang untuk berkembang, terutama karena kegiatan Ahmadiyah ini telah melahirkan keresahan umat Islam. E. Karateristik Revivalisme dan Modernisme 1. Revivalisme karakteristik gerakan revivalis ini juga mempunyai prinsip yang sama sebagai kerangka ideologis kebangkitan Islam. Prinsip-prinsip tersebut meliputi: a) Din wa dawlah, Islam merupakan sistem kehidupan yang total, yang secara universal dapat diterapkan pada semua keadaan, tempat dan waktu. Pemisahan antara agama dan negara tidak dikenal dalam Islam. Al-Qur’an memberikan syari’ah dan agama yang menjalankannya b) Fondasi Islam adalah Al-qur’an dan Sunah Nabi dan tradisi para sahabatnya. Umat Islam diperintahkan untuk kembali pada akar-akar Islam yang awal dan praktek-praktek nabi ynag puritan. c) Puritannisme dan keadilan sosial. Umat Islam diperintahkan untuk menjaga nilai-nilai Islami baik dalam pergaulan dan pembagian peran laki-laki dan perempuan maupun dalam kehidupan sehari-hari. Mereka wajib membentengi didi dari pengaruh budaya asing. d) Kedaulatan dan hukum Allah berdasarkan Syari’at. Tujuan umat Islam adalah menegakan kedaulatan Tuhan di buka. e) Jihad
sebagai
pilar
menuju
nizam
Islami.
Mereka
harus
menghancurkan jahiliah dan menaklukan kekuasaan–kekuasaan duniawi mereka melalui jihad dan perang suci. Tujuan jihad adalah
menaklukan semua halangan yang mungkin akan menghambat penyiaran Islam ke seluruh dunia.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Sebelum memasuki era modernisasi Islam, umat Islam berada pada masa statis dan kemunduran, dimana salah satu penyebabnya adalah masuknya Islam pada ke Jumud-an yang berakibat pada bekunya alam pemikiran dan pengetahuan. Kemudian adanya interaksi dengan Barat membuka mata umat Islam akan ketertinggalan mereka dan mendorong untuk melakukan modernisasi Islam. Istilah pembaharuan identik dengan modernisasi, yang berarti suatu proses pergeseran sikap dan mental suatu warga masyarakat agar bisa hidup sesuai dengan tuntutan hidup masa kini. Dalam Bahasa Arab, modernisasi sering diartikan dengan tajdid, artinya memperbaharui. Modernisasi identik dengan artian rasionalisasi. Maksudnya adalah proses perombakan pola berpikir dan tatakerja lama yang akliah (rasional), dan menggantikannya dengan pola berpikir dan tatakerja baru yang akliah. Yang fungsinya untuk memperoleh daya guna dan efisiensi yang maksimal Ciri penting dari paham modernisme adalah usaha pemurnian agama islam dengan memberantas segala yang berbau khurofat dan bid’ah. Paham modern juga ingin melepaskan diri dari ikatan madzhab dan membuka kembali pintu ijtihad. Kemudian muncul lah tipologi pembaharuan dalam Islam, seperti: Neo Modernisme, Revivalisme Revivalisme, pemikiran ini muncul diakibatkan adanya rasa keprihatinan yang dalam mengenai keterpurukan kaum muslimin. Sehingga hadirlah suatu gerakan pembaharuan yang mencoba mengangkat kembali derajat kaum muslimin. Tokoh pemikiran ini adalah Ibn Abdul Wahab yang pada tahap selanjutnya menjelma menjadi kekuatan pemikiran besar yang disebut Wahabi.