Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
I.
PENDAHULUAN
Kebijakan pemerintah menggunakan kurikulum berbasis kompetensi didasarkan pada Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah jis (berhubungan dengan) UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan PP Nomor 25 tahun 2000 tentang pembagian kewenangan pusat dan daerah. Pada PP ini, dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, dinyatakan bahwa kewenangan
pusat adalah dalam hal penetapan standar kompetensi peserta
didik dan warga belajar serta pengaturan kurikulum
nasional dan penilaian hasil belajar secara nasional serta pedoman pelaksanaannya, dan penetapan standar materi pelajaran pokok. Berdasarkan hal itu, Departemen Pendidikan Nasional melakukan penyusunan standar nasional untuk seluruh mata pelajaran di SMA, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator. Sesuai dengan jiwa otonomi, pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengembangkan silabus dan penilaiannya berdasarkan standar nasional. Bagian yang menjadi kewenangan daerah adalah dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang meliputi pembelajaran tatap muka dan pengalaman belajar serta instrumen penilaiannya. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan bagi daerah untuk mengembangkan standar tersebut apabila dirasa kurang memadai. Pendidikan berbasis kompetensi adalah pendidikan yang menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan. Kompetensi lulusan suatu jenjang pendidikan, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, mencakup komponen pengetahuan, keterampilan, kecakapan, kemandirian, kreativitas, kesehatan, akhlak, ketakwaan, dan kewarganegaraan. Menurut Wilson (2001) paradigma pendidikan berbasis kompetensi mencakup kurikulum, pedagogi, dan penilaian yang menekankan pada standar atau hasil. Kurikulum berisi bahan ajar yang diberikan kepada peserta didik melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pedagogi yang mencakup strategi atau metode mengajar. Tingkat keberhasilan belajar yang dicapai peserta didik dapat dilihat pada hasil belajar, yang dapat diketahui melalui proses penilaian baik berupa tes maupun nontes. Implikasi penerapan pendidikan berbasis kompetensi adalah perlunya pengembangan silabus dan penilaian yang menjadikan peserta didik mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar yang ditetapkan dengan mengintegrasikan life skill. Silabus adalah acuan untuk merencanakan dan melaksanakan program pembelajaran. Penilaian diperlukan untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi. Pengembangan penilaian meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen. Jenis tagihan adalah berbagai bentuk ulangan dan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta didik; sedangkan bentuk instrumen terkait dengan jawaban yang harus dikerjakan oleh peserta didik, baik dalam bentuk tes maupun nontes.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
1
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
II. KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN KEWARGANEGARAAN Karakteristik suatu mata pelajaran perlu diidentifikasi dalam rangka pengembangan silabus berbasis kompetensi dari mata pelajaran tersebut. Struktur keilmuan suatu mata pelajaran menyangkut dimensi standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi pokok atau struktur keilmuan mata pelajaran tersebut. Hasil identifikasi karakteristik mata pelajaran tersebut bermanfaat sebagai acuan dalam mengembangkan silabus dan rencana pembelajaran. Sebagaimana lazimnya suatu bidang studi yang diajarkan di sekolah, materi keilmuan mata pelajaran Kewarganegaraan mencakup dimensi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), dan nilai (values). Sejalan dengan ide pokok mata pelajaran Kewarganegaraan yang ingin membentuk warga negara yang ideal yaitu warga negara yang memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai sesuai dengan konsep dan prinsip-prinsip Kewarganegaraan. Pada gilirannya, warga negara yang baik tersebut diharapkan dapat membantu terwujudnya masyarakat yang demokratis konstitusional. Berbagai negara di dunia memiliki kriteria masing-masing tentang warga negara yang baik, yang sangat berhubungan dengan pandangan hidup bangsa yang bersangkutan yang tercermin dalam konstitusinya. Bagi bangsa Indonesia warga negara yang baik tersebut tentu saja adalah warga negara yang dapat menjalankan perannya dalam hubungannya dengan sesama warga negara dan hubungannya dengan negara sesuai dengan ketentuan-ketentuan konstitusi negara (Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945). Sehubungan dengan itu, mata pelajaran Kewarganegaraan mencakup dimensi pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kewarganegaraan, seperti nampak pada Gambar 1.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
2
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
Gambar 1:
Diagram Struktur Keilmuan Mata Pelajaran Kewarganegaraan
Pengetahuan Kewarganegaraan
Kompeten
Warga negara yang berpengetahuan, terampil dan berkepribadian
Keterampilan Kewarganegaraan
Percaya Diri
Nilai-nilai Kewarganegaraan Komitmen
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
3
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
Secara garis besar Mata Pelajaran Kewarganegaraan terdiri dari: a.
Dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civics knowledge) yang mencakup bidang politik, hukum dan moral. Secara lebih terperinci, materi pengetahuan kewarganegaraan meliputi pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintah dan non pemerintah, identitas nasional, pemerintahan berdasar hukum (rule of law) dan peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi, sejarah nasional, hak dan kewajiban warga negara, hak asasi manusia, hak sipil, dan hak politik.
b.
Dimensi keterampilan kewarganegaraan (civics skills) meliputi keterampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, misalnya: berperan serta aktif mewujudkan masyarakat madani (civil society), keterampilan mempengaruhi dan monitoring jalannya pemerintahan, dan proses pengambilan keputusan politik, keterampilan memecahkan masalah-masalah sosial, keterampilan mengadakan koalisi, kerja sama, dan mengelola konflik.
c.
Dimensi nilai-nilai kewarganegaraan (civics values) mencakup antara lain percaya diri, komitmen, penguasaan atas nilai religius, norma dan moral luhur, nilai keadilan, demokratis, toleransi, kebebasan individual, kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan berserikat dan berkumpul, dan perlindungan terhadap minoritas. Mata pelajaran Kewarganegaraan merupakan bidang kajian interdisipliner, artinya materi keilmuan kewarganegaraan dijabarkan dari beberapa disiplin ilmu antara lain ilmu politik, ilmu negara, ilmu tata negara, hukum, sejarah, ekonomi, moral, dan filsafat. Kewarganegaraan dipandang sebagai mata pelajaran yang memegang peranan penting dalam membentuk warga negara yang baik sesuai dengan falsafah bangsa dan konstitusi negara Republik Indonesia. Dengan memperhatikan visi dan misi mata pelajaran Kewarganegaraan yaitu membentuk warga negara yang baik, maka selain mencakup dimensi pengetahuan, karakteristik mata pelajaran Kewarganegaraan ditandai dengan pemberian penekanan pada dimensi sikap dan keterampilan civics. Jadi, pertama-tama seorang warga negara perlu memahami dan menguasai pengetahuan
yang
lengkap tentang konsep dan prinsip-prinsip politik, hukum, dan moral civics. Setelah menguasai pengetahuan, selanjutnya seorang warga negara diharapkan memiliki sikap atau karakter sebagai warga negara yang baik, dan memiliki keterampilan kewarganegaraan dalam bentuk keterampilan berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
serta keterampilan menentukan posisi diri,
serta kecakapan hidup (life skills).
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
4
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
Warga
negara
yang
memahami
dan
menguasai
pengetahuan
kewarganegaraan
(civics
knowledge)
dan
keterampilan
kewarganegaraan (civics skills) akan menjadi seorang warga negara yang berkompeten. Warga negara yang memahami dan menguasai pengetahuan kewarganegaraan (civics knowledge) serta nilai-nilai kewarganegaraan (civics values) akan menjadi seorang warga negara yang memiliki rasa percaya diri, sedangkan warga negara yang telah memahami dan menguasai keterampilan kewarganegaraan (civics skills) serta nilai-nilai kewarganegaraan (civics values) akan menjadi seorang warga negara yang memiliki komitmen kuat. Kemudian warga negara yang memahami dan menguasai pengetahuan kewarganegaraan (civics knowledge), memahami
dan
menguasai
keterampilan
kewarganegaraan
(civics
skills),
serta
memahami
dan
menguasai
nilai-nilai
kewarganegaraan (civics values) akan menjadi seorang warga negara yang berpengetahuan, terampil dan berkepribadian. Secara
garis
besar
karakteristik
mata
pelajaran
Kewarganegaraan
tercermin
pada
struktur
keilmuan
mata
pelajaran
Kewarganegaraan. Adapun dimensi dan bidang kajian mata pelajaran Kewarganegaraan SMA dapat dilihat pada Tabel berikut:
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
5
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
Tabel 1: Dimensi dan Bidang Kajian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
No. 1.
Dimensi Politik
Bidang Kajian
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Manusia sebagai zoon politikon Proses terbentuknya masyarakat politik Proses terbentuknya bangsa dan negara Unsur-unsur negara, tujuan negara, dan bentuk-bentuk negara Warga negara dan cara-cara memperoleh kewarganegaraan Model-model sistem politik Lembaga-lembaga Tinggi Negara dan Lembaga Non Pemerintahan Demokrasi Pancasila Indonesia dalam hubungan internasional
2.
Hukum
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Negara Hukum Konstitusi Sumber hukum Subyek hukum, obyek hukum, peristiwa hukum, dan sanksi hukum Pembidangan/penggolongan hukum Proses hukum Peradilan bebas
3.
Moral
1. 2. 3. 4. 5.
Pengertian nilai, dan norma Hubungan antara nilai dan norma Sumber-sumber ajaran moral Norma-norma dalam masyarakat Implementasi nilai-nilai moral Pancasila
4.
Keterampilan dan watak kewarganegaraan
1. 2. 3. 4.
Pengembangan Pengembangan Pengembangan Pengembangan
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
keterampilan intelektual kewarganegaraan keterampilan posisi diri keterampilan partisipasi watak kewarganegaraan
6
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
III. STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN KEWARGANEGARAAN A. Pengertian Standar Kompetensi Acuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran dan memantau perkembangan mutu pendidikan adalah standar kompetensi. Standar kompetensi dapat didefinisikan sebagai “pernyataan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa serta tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata pelajaran” (Center for Civics Education, 1997: 2). Menurut definisi tersebut, standar kompetensi mencakup dua hal, yaitu standar isi (content standards), dan standar penampilan (performance standards). Standar kompetensi yang menyangkut isi berupa pernyataan tentang pengetahuan, sikap dan keterampilan yang harus dikuasai siswa dalam mempelajari mata pelajaran tertentu seperti Kewarganegaraan, Fisika, Biologi, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Geografi, Ekonomi, Sejarah, dan sebagainya. Standar kompetensi yang menyangkut tingkat penampilan adalah pernyataan tentang kriteria untuk menentukan tingkat penguasaan siswa terhadap standar isi. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa standar kompetensi memiliki dua penafsiran, yaitu: (a) pernyataan tujuan yang menjelaskan apa yang harus diketahui siswa dan kemampuan melakukan sesuatu dalam mempelajari suatu bidang studi, dan (b) spesifikasi skor atau peringkat kinerja yang berkaitan dengan kategori pencapaian seperti lulus atau memiliki keahlian.
B. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kewarganegaraan Standar kompetensi mata pelajaran Kewarganegaraan dijabarkan dari standar kompetensi tamatan SMA. Seperti diketahui, profil tamatan siswa SMA seperti tercermin dalam standar kompetensi tamatan digunakan sebagai acuan untuk menentukan jenis-jenis mata pelajaran yang harus diajarkan dan standar kompetensi yang diharapkan dicapai dalam mempelajari mata pelajaran-mata pelajaran tersebut. Adapun kompetensi atau tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang digunakan sebagai acuan dalam menentukan standar kompetensi mata pelajaran Kewarganegaraan adalah sebagai berikut: Berkenaan dengan aspek afektif, siswa memiliki: keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai ajaran agama masing-masing yang tercermin dalam perilaku sehari-hari; memiliki nilai-nilai etika dan estetika, serta mampu mengamalkan dan mengekspresikannya dalam kehidupan sehari-hari; memiliki nilai-nilai demokrasi, toleransi, dan humaniora, serta menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara baik dalam lingkup nasional maupun global.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
7
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
Berkenaan dengan aspek kognitif, menguasai ilmu, teknologi, dan kemampuan akademik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berkenaan dengan aspek psikomotorik, memiliki keterampilan berkomunikasi, kecakapan hidup, dan mampu beradaptasi dengan perkembangan lingkungan sosial, budaya dan lingkungan alam baik lokal, regional, maupun global; memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang bermanfaat untuk melaksanakan tugas/kegiatan sehari-hari. Di samping mengacu pada standar kompetensi tamatan, standar kompetensi mata pelajaran Kewarganegaraan juga mengacu pada struktur keilmuan mata pelajaran Kewarganegaraan. Berdasar pada pokok-pokok pikiran tersebut, standar kompetensi mata pelajaran Kewarganegaraan SMA adalah sebagai berikut: Tabel 2: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kewarganegaraan SMA NO
STANDAR KOMPETENSI
1
Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan, dan menggunakan informasi tentang hakekat bangsa dan negara; nilai dan norma (agama, kesusilaan, kesopanan dan hukum); penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan implikasinya; masyarakat politik; prinsip-prinsip demokrasi; dan hubungan dasar negara dengan konstitusi.
2
Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan, dan menggunakan informasi tentang prestasi diri; keterbukaan dan jaminan keadilan; sistem politik; hubungan internasional; sistem hukum internasional dan pengadilan internasional; serta Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945.
3
Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan dan menggunakan informasi tentang sistem pemerintahan; peranan pers dalam kehidupan masyarakat demokratis; dan pengaruh globalisasi terhadap bangsa dan negara Indonesia.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
8
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
IV. PENGEMBANGAN SILABUS DAN PENILAIAN Silabus dan penilaian disusun berdasarkan prinsip yang berorientasi pada pencapaian kompetensi. Silabus dan penilaian di atas dapat berfungsi untuk mengetahui kemajuan belajar siswa, mendiagnosis kesulitan belajar, memberikan umpan balik, melakukan perbaikan, memotivasi guru agar mengajar lebih baik, dan memotivasi siswa untuk belajar lebih baik. Prinsip-prinsip yang harus dipenuhi adalah: valid, mendidik, berorientasi pada kompetensi, adil dan obyektif, terbuka, berkesinambungan, menyeluruh, dan bermakna. A.
Langkah-Langkah Penyusunan Silabus dan Penilaian Langkah-langkah dalam penyusunan silabus dan penilaian meliputi tahap-tahap: identifikasi mata pelajaran; perumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar; penentuan materi pokok; pemilihan pengalaman belajar; penentuan indikator; penilaian, yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen; perkiraan waktu yang dibutuhkan; dan pemilihan sumber/bahan/alat. Untuk lebih jelasnya dapat dibaca uraian berikut: 1.
Identifikasi. Pada setiap silabus perlu identifikasi yang meliputi identitas sekolah, identitas mata
pelajaran, kelas/program, dan semester. 2.
Pengurutan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Standar kompetensi dan kompetensi dasar
mata pelajaran Kewarganegaraan dirumuskan berdasarkan struktur keilmuan Kewarganegaraan dan tuntutan kompetensi lulusan. Selanjutnya standar kompetensi dan kompetensi dasar diurutkan dan disebarkan secara sistematis. Sesuai dengan kewenangannya, Depdiknas telah merumuskan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran. 3.
Penentuan Materi Pokok dan Uraian Materi Pokok. Materi pokok dan uraian materi pokok adalah butir-butir bahan pelajaran yang dibutuhkan siswa untuk mencapai suatu kompetensi dasar. Pengurutan materi pokok dapat menggunakan pendekatan prosedural, hirarkis, konkret ke abstrak, atau sebaliknya abstrak ke konkret, dan pendekatan tematik.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
9
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam menentukan materi pokok dan uraian materi pokok adalah: a) prinsip relevansi, yaitu adanya kesesuaian antara materi pokok dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai; b) prinsip konsistensi, yaitu adanya keajegan antara materi pokok dengan kompetensi dasar dan standar kompetensi; dan c) prinsip adekuasi, yaitu adanya kecukupan materi pelajaran yang diberikan untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Materi pokok inipun telah ditentukan oleh Depdiknas. 4.
Pemilihan Pengalaman Belajar. Proses pencapaian kompetensi dasar dikembangkan melalui pemilihan
strategi pembelajaran yang meliputi pembelajaran tatap muka dan pengalaman belajar. Pengalaman belajar merupakan kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan bahan ajar. Pengalaman belajar dilakukan oleh siswa untuk menguasai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Baik pembelajaran tatap muka maupun pengalaman belajar, dapat dilakukan di dalam maupun di luar kelas. Untuk itu, pembelajarannya dilakukan dengan metode yang bervariasi. Selanjutnya, pengalaman belajar hendaknya juga memuat kecakapan hidup (life skill) yang harus dimiliki oleh siswa. Kecakapan hidup merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problem hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya. Pembelajaran kecakapan hidup ini tidak dikemas dalam bentuk mata pelajaran baru, tidak dikemas dalam materi tambahan yang disisipkan dalam mata pelajaran, tidak memerlukan tambahan alokasi waktu dalam pembelajaran di kelas, tidak memerlukan jenis buku baru, tidak memerlukan tambahan guru baru, dan dapat diterapkan dengan menggunakan kurikulum apapun. Pembelajaran kecakapan hidup memerlukan reorientasi dari subject-mater oriented menjadi life-skill oriented. Secara umum ada dua macam life skill, yaitu general life skill (GLS) dan spesific life skill (SLS). General life skill dibagi menjadi dua, yaitu personal skill (kecakapan personal) dan social skill (kecakapan sosial). Kecakapan personal itu sendiri terdiri dari selfawareness skill (kecakapan mengenal diri) dan thinking skill (kecakapan berpikir). Spesific life skill juga dibagi menjadi dua, yaitu academic skill (kecakapan akademik) dan vocational skill (kecakapan vokasional/kejuruan).
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
10
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
Kecakapan-kecakapan hidup di atas dapat dirinci sebagai berikut. Pertama, kecakapan mengenal diri meliputi kesadaran sebagai makhluk Tuhan, kesadaran akan eksistensi diri, dan kesadaran akan potensi diri. Kedua, kecakapan berpikir meliputi kecakapan menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan, dan kecakapan memecahkan masalah. Ketiga, kecakapan sosial meliputi kecakapan komunikasi lisan, komunikasi tertulis, dan kecakapan bekerjasama. Keempat, kecakapan akademik meliputi kecakapan mengidentifikasi variabel, menghubungkan variabel, merumuskan hipotesis, dan kecakapan melaksanakan penelitian. Kelima, kecakapan vokasional sering disebut juga sebagai kecakapan kejuruan. Kecakapan ini terkait dengan bidang pekerjaan tertentu. Dalam memilih pengalaman belajar perlu dipertimbangkan kecakapan hidup apa yang akan dikembangkan pada setiap kompetensi dasar. Untuk itu diperlukan analisis kecakapan hidup setiap kompetensi dasar. Tabel berikut merupakan contoh format analisis kecakapan hidup. Tabel 3: Contoh Format Analisis Kompetensi Dasar dan Kecakapan Hidup
1
Kemampuan untuk menganalisis hakikat bangsa dan negara
v
v
v
2
Kemampuan menganalisis dan menerapkan nilai dan norma (agama, kesusilaan, kesopanan, dan hukum)
v
v
v
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
v
v
Melaksanakan penelitian
Merumuskan hipotesis
Menghubungkan variabel
Kecakapan Akademik Mengidentifikasi variaabel
Bekerjasama
Komunikasi lisan
Komunikasi tertulis
Kecakapan Sosial Memecahkan masalah
Mengolah informasi
Mengambil keputusan
Kompetensi Dasar
Kecakapan Berpikir Menggali informasi
No
Potensi diri
Eksistensi diri
Kesadaran Diri Makhluk Tuhan
Kecakapan Hidup
v
11
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
Dalam mata pelajaran Kewarganegaraan di SMA kecakapan hidup (life skill) yang dikembangkan adalah general life skill (GLS) dan academic skill (kecakapan akademik). Rumusan pengalaman belajar yang diturunkan dari kompetensi dasar hendaknya memuat kecakapan hidup di atas. Kecakapan hidup dalam pengalaman belajar ditulis dalam tanda kurung dengan cetak miring. Misalnya:
Mendiskusikan pembagian harta warisan (kecakapan hidup: kesadaran sebagai makhluk Tuhan, kesadaran akan
eksistensi diri, kesadaran akan potensi diri, menggali informasi, mengolah informasi, bekerjasama, dan mengambil keputusan). 5.
Penjabaran Kompetensi Dasar menjadi Indikator. Indikator merupakan kompetensi dasar secara spesifik yang dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian hasil pembelajaran. Indikator dirumuskan dengan kata kerja operasional yang bisa diukur dan dibuat instrumen penilaiannya. Seperti halnya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebagian dari indikator telah pula ditentukan oleh Depdiknas.
6.
Penjabaran Indikator ke dalam Instrumen Penilaian. Indikator dijabarkan lebih lanjut ke dalam instrumen penilaian yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen. Setiap indikator dapat dikembangkan menjadi 3 instrumen penilaian yang meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Jenis tagihan yang dapat digunakan antara lain: a.
Kuis. Bentuknya berupa isian singkat dan menanyakan hal-hal yang prinsip. Biasanya dilakukan sebelum pelajaran dimulai, kurang lebih 5 -10 menit. Kuis dilakukan untuk mengetahui penguasaan pelajaran oleh siswa. Tingkat berpikir yang terlibat adalah pengetahuan dan pemahaman.
b.
Pertanyaan Lisan. Materi yang ditanyakan berupa pemahaman terhadap konsep, prinsip, atau teori. Tingkat berpikir yang terlibat adalah pengetahuan dan pemahaman.
c.
Ulangan Harian. Ulangan harian dilakukan secara periodik di akhir pembelajaran satu atau dua kompetensi dasar. Tingkat berpikir yang terlibat sebaiknya mencakup pemahaman, aplikasi, dan analisis.
d.
Ulangan Blok. Ulangan Blok adalah ujian yang dilakukan dengan cara menggabungkan beberapa kompetensi dasar dalam satu waktu. Tingkat berpikir yang terlibat mulai dari pemahaman sampai dengan evaluasi.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
12
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
e.
Tugas Individual. Tugas individual dapat diberikan pada waktu-waktu tertentu dalam bentuk pembuatan klipping, makalah, dan yang sejenisnya. Tingkat berpikir yang terlibat sebaiknya aplikasi, analisis, sampai sintesis, dan evaluasi.
f.
Tugas Kelompok. Tugas kelompok digunakan untuk menilai kompetensi kerja kelompok. Bentuk instrumen yang digunakan salah satunya adalah uraian bebas dengan tingkat berpikir tinggi yaitu aplikasi sampai evaluasi.
g.
Responsi atau Ujian Praktik. Bentuk ini dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya. Ujian responsi bisa dilakukan di awal praktik atau setelah melakukan praktik. Ujian yang dilakukan sebelum praktik bertujuan untuk mengetahui kesiapan peserta didik melakukan praktik di laboratorium atau tempat lain, sedangkan ujian yang dilakukan setelah praktik, tujuannya untuk mengetahui kompetensi dasar praktik yang telah dicapai peserta didik dan yang belum.
h.
Laporan Kerja Praktik. Bentuk ini dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya. Peserta didik bisa diminta untuk mengamati suatu gejala dan melaporkannya.
Bentuk instrumen dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes dan nontes. Bentuk instrumen tes meliputi: pilihan ganda, uraian obyektif, uraian non-obyektif, jawaban singkat, menjodohkan, benar-salah, unjuk kerja (performans) dan portofolio, sedangkan bentuk instrumen nontes meliputi: wawancara, inventori, dan pengamatan. Para guru diharapkan menggunakan instrumen yang bervariasi agar diperoleh data tentang pencapaian belajar siswa yang akurat dalam semua ranah. Beberapa bentuk instrumen tes yang dapat digunakan, antara lain: a.
Pilihan Ganda. Bentuk ini bisa mencakup banyak materi pelajaran, penskorannya obyektif, dan bisa dikoreksi dengan mudah. Tingkat berpikir yang terlibat bisa dari tingkat pengetahuan sampai tingkat sintesis dan analisis.
b.
Uraian Obyektif. Jawaban uraian obyektif sudah pasti. Agar hasil penskorannya obyektif, diperlukan pedoman penskoran. Hasil penilaian terhadap suatu lembar jawaban akan sama walaupun diperiksa oleh orang yang berbeda. Tingkat berpikir yang diukur bisa sampai pada tingkat yang tinggi.
c.
Uraian Non-obyektif/Uraian Bebas. Uraian bebas dicirikan dengan adanya jawaban yang bebas. Namun demikian, sebaiknya dibuatkan kriteria penskoran yang jelas agar penilaiannya obyektif. Tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
13
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
d.
Jawaban Singkat atau Isian Singkat. Bentuk ini digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa. Materi yang diuji bisa banyak, namun tingkat berpikir yang diukur cenderung rendah.
e.
Menjodohkan. Bentuk ini cocok untuk mengetahui pemahaman atas fakta dan konsep. Cakupan materi bisa banyak, namun tingkat berpikir yang terlibat cenderung rendah.
f.
Performans. Bentuk ini cocok untuk mengukur kompetensi siswa dalam melakukan tugas tertentu, seperti demonstrasi pengambilan keputusan secara voting (pemungutan suara) atau perilaku yang lain.
g.
Portofolio. Bentuk ini cocok untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja siswa, dengan menilai kumpulan karya-karya dan tugas-tugas yang dikerjakan oleh siswa. Karya-karya ini dipilih dan kemudian dinilai, sehingga dapat dilihat perkembangan kemampuan siswa. 7.
Menentukan Alokasi Waktu. Alokasi waktu adalah perkiraan berapa lama siswa mempelajari suatu
materi pelajaran. Untuk menentukan alokasi waktu, prinsip yang perlu diperhatikan adalah tingkat kesukaran materi, cakupan materi, frekuensi penggunaan materi baik di dalam maupun di luar kelas, serta tingkat pentingnya materi yang dipelajari. 8.
Sumber/Bahan/Alat. Istilah sumber yang digunakan di sini berarti buku-buku rujukan, referensi atau
literatur, baik untuk menyusun silabus maupun mengajar. Sedangkan yang dimaksud dengan bahan dan alat adalah bahan-bahan dan alat-alat yang diperlukan dalam praktikum atau proses pembelajaran lainnya. Bahan dan alat dapat bervariasi sesuai dengan karakteristik mata pelajarannya. B.
Penyusunan dan Analisis Instrumen Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui apakah siswa telah atau belum menguasai suatu kompetensi dasar tertentu. Penilaian juga bertujuan untuk: (1) mengetahui tingkat pencapaian kompetensi siswa, (2) mengukur pertumbuhan dan perkembangan kemampuan siswa, (3) mendiagnosis kesulitan belajar siswa, (4) mengetahui hasil pembelajaran, (5)
mengetahui pencapaian
kurikulum, (6) mendorong siswa belajar, dan (7) mendorong guru agar memiliki kemampuan mengajar lebih baik.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
14
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
1.
Langkah Penyusunan Instrumen Langkah awal dalam mengembangkan instrumen adalah menetapkan spesifikasi, yaitu berisi uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu instrumen. Penyusunan spesifikasi instrumen mencakup kegiatan: (a) menentukan tujuan, (b) menyusun kisi-kisi, (c) memilih bentuk instrumen, dan (d) menentukan panjang instrumen. Tujuan penilaian telah disebutkan di muka. Kisi-kisi berupa matriks yang berisi spesifikasi instrumen yang akan dibuat. Kisi-kisi ini merupakan acuan bagi penyusun instrumen, sehingga siapapun yang menyusunnya akan menghasilkan isi dan tingkat kesulitan yang relatif sama. Matriks kisi-kisi tes terdiri dari dua jalur, yaitu kolom dan baris. Tabel 4: Kisi-Kisi Silabus dan Penilaian Berkelanjutan Standar Kompetensi: ............................................................................................ Kompetensi Dasar
Materi Pokok dan Uraian Materi Pokok
Pengalaman Belajar
Penilaian Indikator
Jenis Tagihan
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
Alokasi waktu
Sumber/ Bahan/ Alat
Pemilihan bentuk instrumen akan ditentukan oleh tujuan, jumlah peserta, waktu yang tersedia untuk memeriksa, cakupan materi, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Bentuk pilihan ganda misalnya, sangat tepat digunakan apabila jumlah peserta banyak, waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak. Bentuk instrumen yang digunakan sebaiknya bervariasi seperti pilihan ganda, uraian obyektif, uraian bebas, menjodohkan, jawaban singkat, benar-salah, unjuk kerja (performans), dan portofolio. Dengan cara ini diharapkan agar diperoleh data yang akurat tentang pencapaian belajar siswa. Panjang instrumen ditentukan oleh waktu yang tersedia dengan memperhatikan bahan dan tingkat kelelahan peserta tes. Pada umumnya ulangan dalam bentuk tes membutuhkan waktu 60 sampai 90 menit. Sedangkan ulangan dalam bentuk nontes dan
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
15
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
praktik bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Penentuan panjang tes dan nontes dapat ditentukan berdasarkan pengalaman para guru. Pada umumnya, setiap butir tes pilihan ganda memerlukan waktu pengerjaan sekitar 1 sampai 3 menit, tergantung pada tingkat kesulitan soal. Untuk tes bentuk uraian, lama tes ditentukan berdasarkan pada kompleksitas jawaban yang dituntut. Untuk mengatasi agar jawaban soal tidak terlalu panjang, sebaiknya jawaban dibatasi dengan beberapa kalimat atau beberapa baris. 2.
Bentuk Instrumen dan Penskorannya a.
Bentuk Instrumen Tes dan Penskorannya 1)
Pertanyaan Lisan. Penskoran pertanyaan lisan dapat dilakukan dengan pola kontinum 0 s/d 10, atau 0 s/d 100. Untuk memudahkan penskoran, dibuat rambu-rambu jawaban yang akan dijadikan acuan. Contoh soal: Uraikan pengertian otonomi daerah!
2)
Pilihan Ganda. Bentuk soal pilihan ganda dapat dipakai untuk menguji penguasaan kompetensi pada tingkat berpikir rendah seperti pengetahuan (recall) dan pemahaman, sampai pada tingkat berpikir tinggi seperti aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Pedoman pembuatan tes bentuk pilihan ganda adalah: (a) pokok soal harus jelas, (b) isi pilihan jawaban homogen, (c) panjang pilihan jawaban relatif sama, (d) tidak ada petunjuk jawaban yang benar, (e) hindari menggunakan pilihan jawaban: semua benar atau semua salah, (f) pilihan jawaban angka diurutkan, (g) semua pilihan jawaban logis, (h) jangan menggunakan negatif ganda, (I) kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes, (j) bahasa yang digunakan baku, (k) letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak, dan (l) penulisan soal diurutkan ke bawah. Contoh soal: Salah satu ciri bentuk negara Republik menurut Leon Duguit adalah … a. Parlemen tidak dapat menjatuhkan Presiden b.
Kepala Negaranya dipilih untuk masa jabatan tertentu
c.
Kepala Negaranya bertanggung jawab kepada Parlemen
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
16
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
d. Para Menterinya bertanggung jawab kepada Presiden e. Kepala Pemerintahan adalah Perdana Menteri Penskoran pilihan ganda dapat dilakukan dengan rumus:
Skor =
3)
B x100 N
B
= adalah banyaknya butir yang dijawab benar
N
= adalah banyaknya butir soal
Uraian Obyektif. Pertanyaan yang biasa digunakan adalah simpulkan, tafsirkan, dan uraikan. Langkah untuk membuat tes uraian obyektif adalah: (a) menulis soal berdasarkan indikator pada kisi-kisi, dan (b) mengedit pertanyaan. Untuk mengedit pertanyaan perlu diperhatikan: (1) apakah pertanyaan mudah dimengerti, (2) apakah data yang digunakan benar, (3) apakah tata letak keseluruhan baik, (4) apakah pemberian bobot skor sudah tepat, (5) apakah kunci jawaban sudah benar, dan (6) apakah waktu untuk mengerjakan tes cukup. Penskoran instrumen uraian obyektif dapat dilakukan dengan memberikan skor tertentu berdasarkan langkah-langkah dalam menjawab soal. Contoh soal: Uraikan langkah-langkah terbentuknya perjanjian antara dua negara atau lebih sehingga perjanjian itu mempunyai kekuatan mengikat!
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
17
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
4)
Uraian Bebas. Bentuk instrumen ini dapat dipakai untuk mengukur kompetensi siswa dalam semua tingkat ranah kognitif. Kaidah penulisan instrumen bentuk uraian bebas adalah: (a) gunakan kata-kata seperti mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, tafsirkan, hitunglah dan buktikan; (b) hindari penggunaan pertanyaan seperti siapa, apa, dan bila; (c) gunakan bahasa yang baku; (d) hindari penggunaan kata-kata yang dapat ditafsirkan ganda; (e) buat petunjuk mengerjakan soal; (f) buat kunci jawaban; dan (g) buat pedoman penskoran. Untuk memudahkan penskoran, dibuat rambu-rambu jawaban yang akan dijadikan acuan. Contoh soal: Bagaimanakah upaya untuk menegakkan negara hukum? Jawaban boleh bermacam-macam, namun pada pokoknya memuat hal-hal berikut: Tabel 5: Pedoman Penilaian Uraian Bebas Kriteria Jawaban 1.
Perlindungan hak-hak asasi manusia.
1
2.
Lembaga peradilan bebas dari pengaruh kekuasaan lain.
1
3.
Legalitas (disahkannya) peraturan hukum yang berlaku.
1
4.
Perlu pemisahan kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
1
Skor maksimum
5)
Skor
4
Jawaban Singkat atau Isian Singkat. Tes bentuk jawaban/isian singkat dibuat dengan menyediakan tempat kosong yang disediakan bagi siswa untuk menuliskan jawaban. Jenis soal jawaban singkat ini bisa berupa pertanyaan dan melengkapi atau isian. Penskoran isian singkat dapat dilakukan dengan memberikan skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Contoh soal: Sanksi terhadap pelanggaran norma kesusilaan adalah … .
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
18
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
6)
Menjodohkan. Bentuk ini cocok untuk mengetahui fakta dan konsep. Cakupan materi bisa banyak, namun tingkat berpikir yang terlibat cenderung rendah. Contoh soal: Jodohkanlah konsep-konsep di bawah ini:
7)
1
Pancasila
a.
Kebiasaan politik
2.
Pembukaan UUD 1945
b.
Hukum darurat tata negara
3.
UUD 1945
c.
Perjanjian antar negara
4.
Konvensi
d.
Hukum dasar tertulis
5.
Traktat
e.
Sanksi hukum
f.
Sumber hukum dasar
g.
Pokok kaidah negara yang fundamental
h.
Penafsiran hukum
Portofolio. Portofolio merupakan kumpulan hasil karya, tugas atau pekerjaan siswa yang disusun berdasarkan urutan kategori kegiatan. Karya-karya, tugas atau pekerjaan ini dipilih, kemudian dinilai sehingga dapat menggambarkan perkembangan kompetensi siswa. Portofolio sangat bermanfaat baik bagi guru maupun siswa dalam melakukan penilaian proses.
Contoh instrumen: Laporan kegiatan observasi lapangan tentang kriminalitas di wilayah hukum
setempat, meliputi: jenisnya, jumlahnya, penanganan oleh penegak hukum, serta pencegahannya. Agar penilaian terhadap hasil penugasan ini obyektif, maka guru perlu mengembangkan rubrik, yakni semacam kisi-kisi pedoman penilaian. Rubrik hendaknya memuat: (a) daftar kriteria kinerja siswa, (b) ranah-ranah atau konsep-konsep yang akan dinilai, dan (c) gradasi mutu. Sebagai alat penilaian tugas, sebelum rubrik digunakan, guru harus mengkomunikasikannya kepada siswa. Skor nilai bersifat kontinum 0 s.d. 10 atau 0 s.d. 100. Porsi untuk tiap keterlibatan berpikir dalam menjawab soal dari tahap pemahaman, aplikasi, dan analisis (juga sintesis dan evaluasi) disarankan sebesar 20%, 30%, dan 50%. Batas ketuntasan ditetapkan dengan skor 75% penguasaan kompetensi.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
19
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
8) Performans (Unjuk Kerja). Performans digunakan untuk kompetensi yang berhubungan dengan praktik. Performans dalam mata pelajaran Kewarganegaraan berupa praktik kewarganegaraan seperti demonstrasi pelaksanaan pengambilan keputusan, pemilihan umum, pelaksanaan sidang di pengadilan, dan menyajikan hasil pengamatan. Untuk melakukan penilaian terhadap praktik ini dapat digunakan format berikut:
....................................
.....................................
Kemampuan penalaran
Kemampuan kerjasama
Kemampuan komunikasi
Kualitas isi
Kelengkapan laporan
Ketepatan waktu
Keaslian tulisan
Nilai rata-rata (kualitatif/huruf)
Nama Siswa
Kerapihan tampilan
No.
Keanekaragaman sumber
Aspek
Keakuratan data
Tabel 6: Contoh Format Daftar Cek atau Skala Penilaian untuk Tugas Individual.
1 2 3 4 5 Dst
Penskoran tugas individual di atas dapat diisi dengan tanda silang (x) atau dengan rentang angka 1 s/d 5. Skor-skor itu kemudian dijumlahkan dan ditafsirkan secara kualitatif.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
20
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
b.
Bentuk Instrumen Nontes dan Penskorannya
Instrumen nontes meliputi: angket, inventori, dan pengamatan. Instrumen ini digunakan untuk menilai aspek sikap dan minat terhadap mata pelajaran, konsep diri dan nilai. Langkah pembuatan instrumen sikap dan minat adalah sebagai berikut: (1) pilih ranah afektif yang akan dinilai, misalnya sikap atau minat; (2) tentukan indikator minat, misalnya: kehadiran di kelas, banyaknya bertanya, ketepatan waktu mengumpulkan tugas, dan kerapihan buku catatan; (3) pilih tipe skala yang digunakan, misalnya skala Likert dengan empat skala: sangat senang, senang, kurang senang, dan tidak senang; (4) telaah instrumen oleh sejawat; (5) perbaiki instrumen; (6) siapkan inventori laporan diri; (7) tentukan skor inventori; dan (8) buat hasil analisis inventori skala minat dan skala sikap.
Nilai rata-rata (kualitatif/huruf)
Tanggung jawab
Kepedulian
Menepati janji
Kejujuran
Hormat pada guru
Kerjasama
Kedisiplinan
Tenggang rasa
Kerajinan
Ramah dg teman
No.
Ketekunan belajar
Indikator Sikap
Keterbukaan
Tabel 7: Contoh Format Lembar Pengamatan Sikap Siswa
Nama Siswa 1 2 3 4 5
Dst.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
21
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
Skor untuk masing-masing sikap di atas dapat berupa angka. Akan tetapi, pada tahap akhir skor tersebut dirata-ratakan dan dikonversikan ke dalam bentuk kualitatif. Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 s.d. 5. Penafsiran angka-angka tersebut adalah sebagai berikut: 1 = sangat kurang, 2 = kurang, 3 = cukup, 4 = baik, dan 5 = amat baik. Penilaian terhadap minat siswa dapat menggunakan skala bertingkat, misalnya dengan rentangan 4-1 atau 1-4 tergantung arah pertanyaan/pernyataan. Misalnya, jawaban sangat setuju diberi skor 4, sedangkan sangat tidak setuju 1. Skor keseluruhannya diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skor butir pertanyaan/pernyataan. Misalnya instrumen untuk mengukur minat siswa terdiri atas 10 butir. Jika rentangan yang dipakai 1 sampai 4, maka skor terendah adalah 10 dan skor tertinggi adalah 40. Jika dibagi menjadi 4 kategori, maka skala 10-16 termasuk tidak berminat, 17 – 24 kurang berminat, 25 – 32 berminat, dan skala 33 – 40 sangat berminat. Penilaian sikap dapat juga didasarkan pada frekuensi yaitu selalu, sering, jarang, dan tidak pernah. Seperti contoh berikut ini. Tabel 8: Contoh Format Penilaian Minat Siswa Terhadap Mata Pelajaran Kewarganegaraan Nama : ………………………… Kelas : ……………………….. Tugas : Berilah tanda silang (X) pada kolom frekuensi (Selalu, Sering, Jarang, dan Tidak Pernah) sesuai dengan kenyataan yang anda alami terhadap pernyataan berikut ini. Frekuensi No.
Pernyataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Saya senang pada materi mata pelajaran ini. Saya mengikuti pelajaran ini sesuai dengan jadwal. Saya mencatat penjelasan dari guru. Saya mengerjakan tugas mata pelajaran ini tepat waktu. Saya mencari informasi untuk mendalami materi pelajaran ini. Saya mengumpulkan klipping yang berhubungan dengan isi mata pelajaran ini. Saya menandai bagian-bagian penting dalam buku atau catatan mata pelajaran ini. Saya mendiskusikan dengan teman apabila mengalami kesulitan dalam mata pelajaran ini. Saya berusaha menguasai kompetensi mata pelajaran ini. Saya mempraktekkan pengetahuan dan keterampilan kewarganegaraan dalam kehidupan sehari-hari. Jumlah Skor
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
22
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
Keterangan: Jawaban Selalu diberi skor 4, Sering diberi skor 3, Jarang diberi skor 2, dan Tidak Pernah diberi skor 1. Skor terendah adalah 10 dan skor tertinggi adalah 40. Jika dibagi menjadi 4 kategori, maka skala 10-16 dikategorikan tidak berminat, 17 – 24 dikategorikan kurang berminat, 25 – 32 dikategorikan berminat, dan skala 33 – 40 dikategorikan sangat berminat. Penilaian konsep diri siswa dapat dilakukan melalui inventori. Instrumen konsep diri digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Tabel 9: Contoh Format Penilaian Konsep Diri Siswa No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pernyataan
Alternatif Ya Tidak
Saya mempunyai kemampuan untuk berprestasi. Saya berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar mendapat ridhonya dalam mencapai prestasi. Saya berusaha belajar sebaik-baiknya agar bisa menjadi pemimpin di masyarakat. Saya suka bekerja keras untuk mencapai hasil maksimal. Saya suka terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial. Saya tertarik pada masalah yang bersifat politik. Saya berusaha agar nama baik keluarga dapat terjaga. Saya berusaha membela kebenaran dan keadilan. Saya bertekad untuk menjadi warga negara Indonesia yang baik. Saya rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara. Jumlah skor
Keterangan: Jika jawaban Ya diberi skor : 2, jawaban tidak diberi skor : 1 Kriteria penilaian terhadap konsep diri yaitu: jika siswa memperoleh rentang skor antara 0-5 dikategorikan memiliki konsep diri tidak positif, jika siswa memperoleh rentang skor antara 6-10 dikategorikan memiliki konsep diri kurang positif, jika siswa memperoleh rentang skor antara 11 -15 dikategorikan memiliki konsep diri positif, dan jika siswa memiliki rentang skor antara 16-20 dikategorikan memiliki konsep diri sangat positif.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
23
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
3.
Analisis Instrumen Suatu instrumen hendaknya dianalisis dulu sebelum digunakan. Ada dua model analisis yang dapat dilakukan, yaitu analisis kualitattif dan kuantitatif. Analisis kualitatif adalah analisis yang dilakukan oleh teman sejawat dalam rumpun keahlian yang sama. Tujuannya adalah untuk menilai materi, konstruksi, dan apakah bahasa yang digunakan sudah memenuhi pedoman dan bisa dipahami oleh siswa. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengujicobakan instrumen yang telah dianalisis secara kualitatif kepada sejumlah siswa yang memiliki karakteristik sama dengan siswa yang akan diuji dengan instrumen tersebut. Jawaban hasil uji coba itu lalu dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan teknik pengolahan data yang telah ada. Hasil ujicoba bertujuan untuk melihat karakteristik instrumen seperti indeks kepekaan atau kesensitipan instrumen, yaitu dengan cara membagi jumlah siswa yang menjawab benar dengan jumlah peserta tes. Batas minimumnya adalah 75%. Untuk mengetahui efektivitas proses pembelajaran dapat dilakukan dengan cara melihat karakteristik butir instrumen dengan mengikuti acuan kriteria yang tercermin dari besarnya harga indeks sensitivitas. Hal ini dapat diketahui manakala dilakukan tes awal atau pretest dan tes setelah pembelajaran atau posttest. Indeks sensitivitas butir instrumen memiliki interval -1 sampai dengan 1. Indeks sentivitas suatu butir soal (I s) ujian formatif adalah sebagai berikut :
Is =
R A − RB T
RA RB T
= Banyaknya siswa yang berhasil mengerjakan suatu butir instrumen sesudah proses pembelajaran. = Banyaknya siswa yang berhasil mengerjakan suatu butir instrumen sebelum proses pembelajaran. = Banyaknya siswa yang mengikuti ujian.
Jika tidak ada tes awal, maka indeks sensitivitas dapat dilihat dari besarnya tingkat pencapaiannya berdasarkan hasil tes akhir. Jika tingkat pencapaian suatu butir instrumen kecil (banyak siswa yang gagal) maka proses pembelajaran tidak efektif. Namun demikian, seperti telah dikemukakan di atas, harus diperhatikan pula bagaimana kualitas butir tersebut secara kualitatif. Jika hasil analisis secara kualitatif sudah memenuhi syarat, dapat diartikan bahwa rendahnya indeks kesukaran menunjukkan tidak efektifnya proses pembelajarannya. Contoh analisis instrumen, dapat diperiksa pada Lampiran 3.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
24
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
4.
Evaluasi Hasil Penilaian Guru harus melakukan evaluasi terhadap hasil tes dan menetapkan standar keberhasilan. Sebagai contoh, jika semua siswa sudah menguasai suatu kompetensi dasar, maka pelajaran dapat dilanjutkan dengan materi berikutnya, dengan catatan guru memberikan perbaikan (remedial) kepada siswa yang belum mencapai ketuntasan, dan pengayaan bagi yang sudah. Evaluasi terhadap hasil belajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan siswa dalam menguasai kompetensi dasar. Dari hasil evaluasi tersebut dapat diketahui kompetensi dasar, materi, atau indikator yang belum mencapai ketuntasan. Dengan mengevaluasi hasil belajar, guru akan mendapatkan manfaat yang besar untuk melakukan program perbaikan yang tepat. Jika ditemukan sebagian besar siswa gagal, perlu dikaji kembali apakah instrumen penilaiannya terlalu sulit, apakah instrumen penilaiannya sudah sesuai dengan indikatornya, ataukah cara pembelajarannya (metode, media, teknik) yang digunakan kurang tepat. Jika ternyata instrumen penilaiannya terlalu sulit maka perlu diperbaiki. Akan tetapi, jika instrumen penilaiannya ternyata tidak sulit, mungkin pembelajarannya yang harus diperbaiki, dan seterusnya. Contoh evaluasi hasil belajar dapat diperiksa pada Lampiran 4. Evaluasi hasil belajar nontes, misalnya minat dan sikap, adalah untuk mengetahui minat dan sikap siswa terhadap mata pelajaran. Evaluasi ini berangkat dari skala minat siswa terhadap mata pelajaran Kewarganegaraan dan segala sesuatu yang terkait. Skala dibuat bertingkat, misalnya dengan rentangan 4-1 atau 1-4 tergantung arah pertanyaan atau pernyataannya. Misalnya, jawabannya sangat setuju diberi skor 4, sedangkan sangat tidak setuju diberi skor 1. Skor keseluruhannya diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skor butir pertanyaan atau pernyataan. Jika pernyataan itu berjumlah 10 butir, skor tertinggi seorang siswa adalah 40 dan terendah adalah 10. Jika ditafsirkan ke dalam empat kategori, maka skala 10-16 termasuk tidak berminat, 17 – 24 kurang berminat, 25 – 32 berminat, dan skala 33 – 40 sangat berminat. Apabila dari sekian banyak siswa ternyata tidak berminat dengan substansi mata pelajaran Kewarganegaraan, maka guru harus mencari sebab-sebabnya. Perlu dikaji dan dilihat kembali secara menyeluruh segala hal yang terkait dengan pembelajaran Kewarganegaraan, baik menyangkut metode, media maupun tekniknya.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
25
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
V.
Pelaporan Hasil Penilaian dan Pemanfaatannya Penilaian pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa dan hasil mengajar guru. Informasi hasil
belajar atau hasil mengajar berupa kompetensi dasar yang dikuasai dan yang belum dikuasasi oleh siswa. Hasil belajar siswa digunakan untuk memotivasi siswa, dan untuk perbaikan serta peningkatan kualitas pembelajaran oleh guru. Pemanfaatan hasil belajar untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran harus didukung oleh siswa, guru, kepala sekolah, dan orang tua siswa. Dukungan ini akan diperoleh apabila mereka memperoleh informasi hasil belajar yang lengkap dan akurat. Untuk itu diperlukan laporan perkembangan hasil belajar siswa untuk guru atau sekolah, untuk siswa, dan untuk orang tua siswa. Laporan hasil belajar siswa mencakup ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Informasi ranah kognitif dan psikomotor diperoleh dari penilaian yang digunakan untuk mata pelajaran yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Informasi ranah afektif diperoleh melalui kuesioner, inventori, dan pengamatan yang sistematik. A.
Pelaporan Hasil Penilaian Hasil penilaian ranah kognitif dan psikomotor dapat berupa nilai angka maupun deskripsi kualitatif terhadap kompetensi dasar tertentu. Misalnya untuk nilai angka dapat diberikan dalam bentuk nilai 75 sebagai batas penguasaan (mastery). Artinya, jika seorang siswa sudah mencapai nilai 75 atau lebih untuk kompetensi dasar tertentu maka dikatakan siswa tersebut berhasil. Tetapi jika seorang siswa belum mencapai nilai 75 dikatakan siswa tersebut belum berhasil. Sedangkan deskripsi kualitatif dapat dilaporkan dalam bentuk deskripsi mengenai kompetensi dasar tertentu dari pembelajaran Kewarganegaraan. Pelaporan hasil inventori afektif ini akan sangat bermanfaat khususnya untuk mengetahui sikap dan minat siswa terhadap pelajaran Kewarganegaraan dan hasilnya dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sikap serta minat siswa terhadap pembelajaran Kewarganegaraan. Pelaporan ranah afektif dilakukan secara kualitatif. 1.
Laporan untuk Siswa dan Orang tua Laporan yang berisi catatan tentang siswa diusahakan selengkap mungkin agar dapat memberikan informasi yang jelas. Laporan yang dibuat guru untuk siswa dan orang tua berisi catatan prestasi belajar siswa. Catatan itu dapat dibedakan atas dua cara,
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
26
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
yaitu lulus atau belum lulus. Prestasi siswa yang dilaporkan guru kepada siswa dan orang tua dapat dilihat dalam buku rapor yang diisi pada setiap semester. 2.
Laporan untuk Sekolah Selain membuat laporan untuk siswa dan orang tua, guru juga harus membuat laporan untuk sekolah, sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap berlangsungnya proses belajar-mengajar. Oleh karena itu pihak sekolah berkepentingan untuk mengetahui catatan perkembangan siswa yang ada di dalamnya. Dengan demikian hasil belajar siswa akan diperhatikan dan dipikirkan oleh pihak sekolah. Laporan yang dibuat guru untuk pihak sekolah sebaiknya lebih lengkap. Guru tidak semata-mata melaporkan prestasi siswa tetapi juga menyinggung problem kepribadian mereka. Laporan tidak hanya dalam bentuk angka tapi juga dalam bentuk deskripsi tentang siswa.
3.
Laporan untuk Masyarakat Pada umumnya laporan untuk masyarakat berkaitan dengan jumlah lulusan sekolah. Setiap siswa yang telah lulus membawa bukti bahwa mereka memiliki suatu pengetahuan dan keterampilan tertentu. Namun pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa dari suatu sekolah tidaklah sama. Tingkat keberhasilan ini dinyatakan secara lengkap dalam laporan prestasi.
B.
Pemanfaatan Hasil Penilaian 1.
Untuk Siswa Informasi hasil belajar siswa dapat diperoleh melalui ujian, kuesioner, wawancara, atau pengamatan. Informasi hasil belajar ranah kognitif dan psikomotor diperoleh melalui ujian, sedangkan ranah afektif diperoleh melalui angket, inventori, dan pengamatan. Informasi hasil belajar dapat dimanfaatkan siswa untuk: (a) mengetahui kemajuan hasil belajar diri, (b) mengetahui konsep-konsep atau teori yang belum dikuasai, (c) memotivasi diri untuk belajar lebih baik, dan (d) memperbaiki strategi belajar.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
27
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
Untuk memberi informasi yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh siswa seoptimal mungkin, maka laporan yang diberikan kepada siswa harus berisi: (a) hasil pencapaian belajar siswa, (b) kekuatan dan kelemahan siswa dalam semua mata pelajaran, dan (c) minat siswa pada masing-masing mata pelajaran. 2.
Untuk Orang Tua Informasi hasil belajar dimanfaatkan oleh orang tua untuk memotivasi anak agar belajar lebih baik. Untuk itu diperlukan informasi yang akurat tentang hasil belajar siswa, yang meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Informasi ini digunakan orang tua untuk: (a) membantu anaknya belajar, (b) memotivasi anaknya belajar, (c) membantu sekolah meningkatkan hasil belajar siswa, dan (d) membantu sekolah melengkapi fasilitas belajar. Untuk memenuhi kebutuhan orang tua dalam meningkatkan hasil belajar, bentuk laporan hasil belajar harus mencakup semua ranah, serta deskripsi yang lebih rinci tentang kelemahan, kekuatan, dan keterampilan putranya dalam melakukan tugas, serta minat terhadap mata pelajaran.
3.
Untuk Guru dan Kepala Sekolah Hasil penilaian digunakan guru dan sekolah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan siswa dalam satu kelas dan sekolah dalam semua mata pelajaran. Hasil penilaian harus dapat mendorong guru untuk mengajar lebih baik, membantu guru untuk menentukan strategi mengajar yang lebih tepat, dan mendorong sekolah agar menyediakan fasilitas belajar lebih baik. Laporan hasil belajar untuk guru dan kepala sekolah harus mencakup hasil belajar dalam semua ranah untuk semua pelajaran. Informasi yang diperlukan adalah kompetensi dasar yang telah dikuasai dan yang belum dikuasai oleh siswa. Guru memerlukan informasi yang spesifik untuk masing-masing kelas yang diajar, sedangkan kepala sekolah memerlukan informasi yang umum untuk semua kelas dalam satu sekolah. Contoh laporan profil hasil belajar siswa dalam semua ranah, dapat dilihat pada Lampiran 5. Sedangkan laporan hasil belajar siswa untuk siswa, orang tua, guru dan sekolah dapat dilihat pada Lampiran 7.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
28
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
DAFTAR PUSTAKA Abdul Gafur (1986). Disain Instruksional: Langkah Sistematis Penyusunan Pola Dasar Kegiatan Belajar Mengajar. Sala: Tiga Serangkai. Abdul Gafur (2001) Pengembangan Materi Kewarganegaraan Aspek Keterampilan Intelektual, Posisi Diri, dan Partisipasi. Jakarta: Direktorat SLTP Dirjen Dikdasmen. Abdul Gafur (2001) Perencanaan Pembelajaran PPKn Berbasis Kompetensi. Jakarta: Direktorat SLTP-Dirjendikdasmen. Abdul Gafur (2001). Instructional Strategies for Teaching Tolerance and Human Rights. Paper presented in the Seminar of Civics Education conducted by CICED in Yogyakarta, August, 2001. Adams, Anna R. (1995) Competency Based Training. Directorate Vocational Education, IATVEP – A Project. Adams, Anna R. (1999) Industry Standards Based Curriculum. Australian National Training Authorirty. Bloom et al. (1956). Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Goals. New York: McKay. Bratton, Barry (1991) Professional Competencies and Certifcation in The Instructional Technology Field. Colorado: Englewood Cliffs, Inco. Briggs, Leslie (1977). The Principles of Instructional Design: Concepts and It’s Applications. New Jersey: Educational Technolgy Publications. Center for Civics Education (1997). National Standars for Civics and Goverment. Calabasas CA: CEC Publ. Djemari Mardapi (1997) Berbagai Bentuk Tes Obyektif. Makalah disampaikan pada Pelatihan Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Mahasiswa tanggal 18 Nopember 1997 pada Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan UGM. Djemari Mardapi (2001). Pedoman Umum Penilaian Hasil Kegiatan Belajar Mengajar Berbasis Kompetensi Dasar Siswa Sekolah Menengah Umum (SMU). Yogyakarta: Fakultas Pascasarjana UNY. Hall, Gene E & Jones, H.L. (1976) Competency-Based Education: a Process for The Improvement of Education. New Jersey: Englewood Cliffs, Inc. Marzano RJ & Kendal JS (1996). Designing Standard-Based Districs, Schools, and Classrooms. Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development. McAshan, H.H. (1989). Competency-Based Education and Behavioral Objectives. New Jersey: Educational Technology Publications, Engelwood Cliffs. Rosset, A. (1991) A Handbook of Job Aids. San Diego: Pfeiffer Publ. Salim, Peter (1987). The Contemporary English – Indonesian Dictionary. Jakarta: Modern English Press.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
29
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
GLOSARIUM afektif: berkenaan dengan perasaan dan atau sikap analisis: kajian/telaah terhadap sesuatu hal untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. asesmen: penilaian; penentuan baik buruk dan atau benar salah sesuatu hal. bentuk soal: golongan soal menurut macam jawaban yang harus dilakukan, misalnya: bentuk isian singkat, bentuk pilihan ganda, dan bentuk uraian. bentuk tes: golongan tes menurut penggolongan menjadi ‘tes pilihan ganda’, ‘tes uraian obyektif’, ‘tes uraian non obyektif’ (‘tes uraian bebas’), ‘tes jawaban singkat. berkesinambungan: berkelanjutan; tidak berhenti pada suatu saat, tetapi dilanjutkan pada periode-periode berikutnya. evaluasi: kegiatan untuk menentukan mutu atau nilai suatu program, yang di dalamnya ada unsur ‘pembuatan keputusan’, sehingga mengandung unsur subyektivitas; kegiatan yang sistematik untuk menentukan kebaikan dan kelemahan suatu program. Indikator: karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda, perbuatan, atau respons yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa untuk menunjukkan bahwa siswa itu telah memiliki kompetensi dasar tertentu. indikator pencapaian: tanda-tanda bahwa siswa telah memiliki kompetensi dasar tertentu, dan merupakan jabaran dari kompetensi dasar tertentu. jenis tagihan: golongan tagihan menurut klasifikasi menjadi ‘kuis’, ‘pertanyaan lisan di kelas’, ‘ulangan harian’, ‘tugas individu’, ‘tugas kelompok’, ‘ulangan akhir semester’, ‘ulangan kenaikan kelas’, ‘laporan kerja praktik’, ‘laporan praktikum’, ‘responsi’, ‘ujian praktik’, ‘ujian akhir’, dsb.; jenis kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk menunjukkan hasil belajar yang telah dicapainya. keandalan tes: kemampuan tes memberikan hasil yang ajeg atau konsisten. kecakapan hidup (life skill): kemampuan yang diperlukan untuk menempuh kehidupan dengan sukses, bahagia dan secara bermartabat, misalnya: kemampuan berfikir kompleks, berkomunikasi secara efektif, membangun kerjasama, melaksanakan peran sebagai warga negara yang bertanggung jawab, kesiapan untuk terjun ke dunia kerja. kecukupan (adequacy): mempunyai cakupan atau ruang lingkup materi pokok yang memadai untuk menunjang penguasaan kompetensi dasar maupun standar kompetensi. kemampuan: kesanggupan; kecakapan; kekuasaan; keterampilan. kemampuan afektif: kemampuan yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat, penerimaan atau penolakan terhadap suatu obyek.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
30
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
kemampuan kognitif: kemampuan berpikir; kemampuan memperoleh pengetahuan; kemampuan yang berkaitan dengan pemerolehan pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran. kemampuan lulusan SMA: kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan oleh lulusan SMA, meliputi lulusan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. kemampuan psikomotor: kemampuan melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan; kemampuan yang berkaitan dengan gerak fisik. kesahihan isi tes: petunjuk sejauh mana isi tes sesuai dengan kompetensi dasar dalam silabus yang hendak diukur kesahihan konstruk tes: petunjuk sejauh mana faktor yang diungkap oleh hasil tes itu sesuai dengan faktor yang hendak diukur. kesahihan prediktif tes: petunjuk sejauh mana hasil tes dapat memprediksi kemampuan yang akan ditunjukkan oleh data empirik. kesalahan pengukuran: ukuran ketidakcocokan antara hasil pengukuran dan ukuran sebenarnya. keterampilan intelektual kewarganegaraan: keterampilan intelektual rujukan materinya Kewarganegaraan.
bersumber pada mata pelajaran
keterampilan partisipatif: keterampilan mempengaruhi jalannya pemerintahan, pengambilan keputusan politik, berkoalisi, mengelola konflik, dsb. Keterampilan posisi diri: keterampilan mengevaluasi, menentukan, dan mempertahan- kan posisi diri. keterandalan alat tes: kemampuan alat ukur memenuhi fungsinya sebagai alat ukur, alat ukur itu mampu mengukur apa yang harus diukur. kompetensi: kemampuan yang dapat dilakukan oleh siswa, yang mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku. kompetensi dasar: kemampuan minimal dalam mata pelajaran yang harus dimiliki oleh lulusan; kemampuan minimum yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa untuk standar kompetensi tertentu dari suatu mata pelajaran. kompetensi lulusan SMA: kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan lulusan SMA yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. kompetensi lulusan: kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan lulusan suatu jenjang pendidikan yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. konsistensi (ketaatazasan): keselarasan hubungan antarkomponen dalam silabus (kompetensi dasar, materi pokok, dan pengalaman belajar). kuis: ulangan singkat atau ujian singkat, baik lisan maupun tertulis. materi pokok: bahan ajar minimal yang harus dipelajari siswa untuk menguasai kompetensi dasar.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
31
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
pembelajaran berbasis kompetensi: pembelajaran yang mensyaratkan dirumuskannya secara jelas kompetensi yang harus dimiliki atau ditampilkan oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. pendekatan hirarkis: strategi pengembangan materi pokok berdasarkan atas penjenjangan materi pokok. pendekatan prosedural: strategi pengembangan materi pokok berdasarkan atas urutan penyelesaian suatu tugas pembelajaran. pendekatan spiral: strategi pengembangan materi pokok berdasarkan atas lingkup lingkungan, yaitu dari lingkup lingkungan yang paling dekat dengan siswa menuju ke lingkup lingkungan yang lebih jauh. pendekatan tematik: strategi pengembangan materi pokok yang bertitik tolak dari sebuah tema. pendekatan terjala (webbed): strategi pengembangan pelajaran, dengan menggunakan topik dari beberapa mata pelajaran yang relevan sebagai titik sentral, dan hubungan antara tema dan sub-tema dapat digambarkan sebagai sebuah jala (webb). pengalaman belajar: pengalaman atau kegiatan yang perlu dilakukan oleh siswa untuk menguasai kompetensi dasar atau materi pokok. pengujian: pengukuran yang dilanjutkan dengan penilaian. pengukuran: proses penetapan angka bagi suatu gejala menurut aturan tertentu. penilaian: metode yang biasa digunakan untuk menentukan mutu unjuk kerja individu; pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau karakteristik sesuatu; penafsiran data hasil pengukuran. portofolio: kumpulan hasil karya seorang siswa; sejumlah hasil karya seorang siswa yang sengaja dikumpulkan untuk digunakan sebagai bukti prestasi siswa, perkembangan siswa itu dalam kemampuan berpikir, pemahaman siswa itu atas materi pokok, kemampuan siswa itu dalam mengungkapkan gagasan, dan mengungkapkan sikap siswa itu terhadap mata pelajaran tertentu, laporan singkat yang dibuat seseorang sesudah melaksanakan kegiatan. proses pengujian: pemilihan dan pengembangan teknik pengujian. ranah afektif: aspek yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu obyek. ranah kognitif: aspek yang berkaitan dengan kemampuan berpikir; kemampuan memperoleh pengetahuan; kemampuan yang berkaitan dengan pemerolehan pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran. ranah psikomotor: aspek yang berkaitan dengan kemampuan melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan; kemampuan yang berkaitan dengan gerak fisik. relevansi: keterkaitan. reliabilitas (ajeg): kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil pengukuran yang konstan atau ajeg. sahih: mengukur faktor yang seharusnya diukur. silabus: susunan teratur materi pokok mata pelajaran tertentu pada kelas/semester tertentu.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
32
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
sintesis: paduan berbagai pengertian atau hal yang merupakan kesatuan yang selaras. sistem: perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu kesatuan; susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas, dsb. sistematik: mengikuti suatu prosedur tertentu. sistem penilaian: uraian keterangan yang teratur sebagai penjelasan tentang prosedur dan cara mengembangkan kompetensi dasar menjadi indikator pencapaian kemampuan itu, dan cara mengembangkan indikator menjadi soal ujian. sistem ujian berkelanjutan: sistem ujian yang meliputi soal untuk semua indikator kemampuan mata pelajaran yang bersangkutan, yang hasilnya dianalisis dan digunakan untuk menentukan ujian berikutnya. soal aplikasi: soal yang menuntut penerapan prinsip dan konsep dalam situasi yang belum pernah diberikan. soal analisis: soal yang menuntut uraian informasi, penemuan asumsi pembedaan antara fakta dan pendapat, dan penemuan hubungan sebab-akibat. soal evaluasi: soal yang menuntut pembuatan keputusan dan kebijakan, dan penentuan “nilai” informasi. soal pemahaman: soal yang menuntut pembuatan pernyataan masalah dengan kata-kata penjawab sendiri, pemberian contoh prinsip atau contoh konsep. soal sintesis: soal yang menuntut pembuatan cerita, karangan, hipotesis dengan memadukan berbagai pengetahuan atau ilmu. standar kompetensi: kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan untuk suatu mata pelajaran; kompetensi dalam mata pelajaran tertentu yang harus dimiliki oleh siswa; kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan dalam suatu mata pelajaran. tagihan:
berbagai bentuk ulangan atau ujian untuk menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu.
teknik ujian: golongan ujian, yaitu ‘pertanyaan di kelas’, ‘kuis’, ‘ulangan harian’, ‘tugas pekerjaan rumah’ atau ‘ulangan akhir semester’. tes acuan kriteria: tes yang berdasarkan anggapan bahwa hampir semua orang dapat belajar (menguasai) materi pokok apa saja tetapi memerlukan waktu yang mungkin berbeda. tes acuan norma: tes yang berdasarkan anggapan bahwa kemampuan penempuh tes itu merupakan variabel yang mengikuti distribusi normal. tes obyektif: jenis ujian yang penskorannya obyektif, tidak bergantung pada subyektivitas pemberi skor. tes pilihan ganda: jenis ujian yang bagi setiap butir soalnya tersedia sejumlah jawaban yang harus dipilih salah satu oleh penempuh tes karena hanya salah satu dari jawaban-jawaban itu yang benar. ujian berkelanjutan: ujian yang hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang sudah dimiliki siswa peserta tes dan mengetahui kesulitan siswa, yang dilakukan sampai siswa menguasai semua kompetensi dasar.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
33
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
ujian: proses kuantifikasi (pemberian angka) kemampuan siswa pada ranah kognitif dan psikomotorik. validitas: kemampuan alat ukur yang memenuhi fungsinya sebagai alat ukur, alat ukur itu mampu mengukur apa yang harus diukur.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
34
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
Lampiran 1: Daftar kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam perumusan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Kata Kerja Operasional Standar Kompetensi Mendefinisikan Menerapkan Mengkonstruksikan Mengidentifikasikan Mengenal Menyelesaikan Menyusun
Kompetensi Dasar Menunjukkan Membaca Menghitung Menggambarkan Melafalkan Mengucapkan Membedakan Mengidentifikasikan Menafsirkan Menerapkan Menceriterakan Menggunakan Menentukan Menyusun Menyimpulkan Mendemonstrasikan Menterjemahkan Merumuskan Menyelesaikan Menganalisis Mensintesis Mengevaluasi
Keterangan: 1. Satu kata kerja tertentu (misal mengidentifikasikan) dapat dipakai pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Perbedaannya adalah pada Standar Kompetensi cakupannya lebih luas dari Kompetensi Dasar. 2. Satu butir Standar Kompetensi dapat dipecah menjadi 3 sampai 6 butir atau lebih Kompetensi Dasar. 3. Satu butir Kompetensi Dasar nantinya harus dapat dipecah menjadi minimal 2 butir indikator. 4. Pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar belum memuat indikator secara rinci.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
35
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
Contoh Daftar Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif Pengetahuan Mengutip Menyebutkan Menjelaskan Menggambar Membilang Mengidentifikasi Mendaftar Menunjukkan Memberi label Memberi indek Memasangkan Menamai Menandai Membaca Menyadari Menghafal Meniru Mencatat Mengulang Mereproduksi Meninjau Memilih Menyatakan Mempelajari Mentabulasi Memberi kode Menulis
Pemahaman Memperkirakan Menjelaskan Mengkategorikan Mencirikan Merinci Mengasosiasikan Membandingkan Menghitung Mengkontraskan Mengubah Mempertahankan Menguraikan Menjalin Membedakan Mendiskusikan Menggali Mencontohkan Menerangkan Mengemukakan Mempolakan Memperluas Menyimpulkan Meramalkan Merangkum Menjabarkan
Penerapan Menugaskan Mengurutkan Menentukan Menerapkan Menyesuaikan Mengkalkulasi Memodifikasi Mengklasifikasi Menghitung Membangun Membiasakan Mencegah Menggambarkan Menggunakan Menilai Melatih Menggali Mengemukakan Mengadaptasi Menyelidiki Mengoperasikan Mempersoalkan Mengkonsepkan Melaksanakan Meramalkan Memproduksi Memproses Mengaitkan Menyusun Mensimulasikan Memecahkan Melakukan Mentabulasi
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
Analisis Menganalsis Mengaudit Memecah Menegaskan Mendeteksi Mendiagnosis Menyeleksi Memerinci Menominasikan Mendiagramkan Mengorelasikan Merasionalkan Menguji Mencerahkan Menjelajah Membagankan Menyimpulkan Menemukan Menelaah Memaksimalkan Memerintahkan Mengedit Mengaitkan Memilih Mengukur Melatih Menstransfer
Sintesis Mengabstraksi Mengatur Menganimasi Mengumpulkan Mengkategorikan Mengkode Mengombinasikan Menyusun Mengarang Membangun Menanggulangi Menghubungkan Menciptakan Mengkreasikan Mengoreksi Merancang Merencanakan Mendikte Meningkatkan Memperjelas Memfasilitasi Membentuk Merumuskan Menggeneralisasi Menggabungkan Memadukan Membatasi Mereparasi Menampilkan Menyiapkan Memproduksi Merangkum Merekonstruksi
Penilaian Membandingkan Menyimpulkan Menilai Mengarahkan Mengkritik Menimbang Memutuskan Memisahkan Memprediksi Memperjelas Menugaskan Menafsirkan Mempertahankan Memerinci Mengukur Merangkum Membuktikan Mendukung Memvalidasi Mengetes Memilih Memproyeksi
36
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
Contoh Daftar Kata Kerja Operasional Untuk Ranah Psikomotor Peniruan Mengaktifkan Menyesuaikan Menggabungkan Melamar Mengatur Mengumpulkan Menimbang Memperkecil Membangun Mengubah Membersihkan Memposisikan Mengkonstruksi
Manipulasi
Artikulasi
Mengoreksi Mendemonstrasikan Merancang Memilah Melatih Memperbaiki Mengidentifikasikan Mengisi Menempatkan Membuat Memanipulasi Mereparasi Mencampur
Pengalamiahan
Mengalihkan Menggantikan Memutar Mengirim Memindahkan Mendorong Menarik Memproduksi Mencampur Mengoperasikan Mengemas Membungkus
Mengalihkan Mempertajam Membentuk Memadankan Menggunakan Memulai Menyetir Menjeniskan Menempel Mensketsa Melonggarkan Menimbang
Contoh Daftar Kata Kerja Operasional Untuk Ranah Afektif Menerima Memilih Mempertanyakan Mengikuti Memberi Menganut Mematuhi Meminati
Menanggapi Menjawab Membantu Mengajukan Mengompromikan Menyenangi Menyambut Mendukung Menyetujui Menampilkan Melaporkan Memilih Mengatakan Memilah Menolak
Menilai Mengasumsikan Meyakini Melengkapi Meyakinkan Memprakarsai Mengimani Mengundang Menggabungkan Memperjelas Mengusulkan Menekankan Menyumbang
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
Mengelola Menganut Mengubah Menata Mengklasifikasikan Mengombinasikan Mempertahankan Membangun Membentuk pendapat Memadukan Mengelola Menegosiasi Merembuk
Menghayati Mengubah perilaku Berbuat sesuai akhlak mulia Mempengaruhi Mendengarkan Mengkualifikasi Melayani Menunjukkan Membuktikan Memecahkan
37
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
Lampiran 2: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar No.
Standar Kompetensi
1
Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan, dan menggunakan informasi tentang hakekat bangsa dan negara; nilai dan norma (agama, kesusilaan, kesopanan dan hukum); penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan implikasinya; masyarakat politik; prinsipprinsip demokrasi; dan hubungan dasar negara dengan konstitusi. Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan, dan menggunakan informasi tentang prestasi diri; keterbukaan dan jaminan keadilan; sistem politik; hubungan internasional; sistem hukum internasional dan pengadilan internasional; serta Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945. Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan dan menggunakan informasi tentang sistem pemerintahan; peranan pers dalam kehidupan masyarakat demokratis; dan pengaruh globalisasi terhadap bangsa dan negara Indonesia.
2
3
Kompetensi Dasar 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
Kemampuan untuk menganalisis hakikat bangsa dan negara. Kemampuan menganalisis dan menerapkan nilai dan norma (agama, kesusilaan, kesopanan, dan hukum). Kemampuan menganalisis penegakan Hak Asasi manusia (HAM) dan implikasinya. Kemampuan menganalisis masyarakat politik. Kemampuan mengapresiasi prinsip-prinsip demokrasi. Kemampuan menganalisis hubungan dasar negara dengan konstitusi. Kemampuan menunjukkan prestasi diri. Kemampuan menganalisis keterbukaan dan jaminan keadilan. Kemampuan menganalisis dan merespons sistem politik. Kemampuan menganalisis hubungan internasional. kemampuan menganalisis sistem hukum Internasional dan Pengadilan Internasional. Kemampuan menganalisis dan menerapkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kemampuan mengevaluasi sistem pemerintahan. kemampuan menganalisis peranan pers dalam kehidupan masyarakat yang demokratis. Kemampuan mengevaluasi pengaruh globalisasi terhadap bangsa dan negara Indonesia.
38
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
Lampiran 3: Contoh Analisis Instrumen I. Telaah Butir Soal Bentuk Uraian JENIS PERSYARATAN A.
RANAH MATERI 1. Butir soal sesuai dengan indikator. 2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan jelas. 3. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran. 4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, dan tingkat kelas.
B.
RANAH KONSTRUKSI 5. Rumusan kalimat dalam bentuk kalimat tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai. 6. Ada petunjuk yang jelas cara mengerjakan/ menyelesaikan soal. 7. Ada pedoman penskorannya. 8. Tabel, grafik, diagram, kasus, atau yang sejenisnya bermakna (jelas keterangannya atau ada hubungannya dengan masalah yang ditanyakan). 9. Butir soal tidak bergantung pada butir soal sebelumnya.
C.
RANAH BAHASA: 10. Rumusan kalimat komunikatif. 11. Kalimat menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta sesuai dengan ragam bahasanya. 12. Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian. 13. Menggunakan bahasa/kata yang umum (bukan bahasa lokal) 14. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung perasaan peserta didik.
1
2
NOMOR SOAL 3 4 5 6
Keterangan: • Soal nomor 1, perlu dirumuskan kembali karena ruang lingkup pertanyaan dan jawabannya tidak menunjukkan batas-batas yang jelas, kurang memberikan petunjuk tentang cara mengerjakan, dan dapat menimbulkan penafsiran ganda atau salah makna. • Soal nomor 2, sudah baik dan tidak memerlukan perbaikan. • Soal nomor 3, memerlukan tambahan penjelasan tentang cara mengerjakan.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
39
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
2. Telaah Butir Soal Bentuk Melengkapi JENIS PERSYARATAN A.
B.
C.
RANAH MATERI 1. Butir soal sesuai dengan indikator. 2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan jelas. 3. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran. 4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, dan tingkat kelas. RANAH KONSTRUKSI 5. Rumusan kalimat dalam bentuk kalimat terbuka (yang belum lengkap) yang hanya memerlukan tambahan kata yang merupakan jawaban/kunci. 6. Butir soal tidak bergantung pada butir soal sebelumnya. RANAH BAHASA: 7. Rumusan kalimat komunikatif. 8. Kalimat menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta sesuai dengan ragam bahasanya. 9. Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian. 10. Menggunakan bahasa/kata yang umum (bukan bahasa lokal) 11. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung perasaan peserta didik.
1
2
v
v v v v
v
NOMOR SOAL 3 4 5 6
v v v
v
v
v
v
v
v v v v v
v v v v v
v
Keterangan: • Soal nomor 1, perlu dirumuskan kembali karena ruang lingkup pertanyaan dan jawabannya tidak menunjukkan batas-batas yang jelas. • Soal nomor 2, sudah baik dan tidak memerlukan perbaikan. • Soal nomor 3, memerlukan perbaikan dalam bahasa.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
40
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
3.
Telaah Butir Soal Bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choice) JENIS PERSYARATAN A.
B.
C.
RANAH MATERI 1. Butir soal sesuai dengan indikator. 2. Hanya ada satu kunci atau jawaban yang benar. 3. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran. 4. Isi materi sesuai dengan jenjang, jenis sekolah dan tingkatan kelas. 5. Pilihan benar-benar berfungsi, jika pilihan merupakan hasil perhitungan, maka pengecoh berupa pilihan yang salah rumus/salah hitung. RANAH KONSTRUKSI 6. Pokok soal (stem) dirumuskan dengan jelas. 7. Rumusan soal dan pilihan dirumuskan dengan tegas. 8. Pokok soal tidak memberi petunjuk/mengarah kepada pilihan jawaban yang benar. 9. Pokok soal tidak mengandung pernyataan negatif ganda 10. Bila terpaksa menggunakan kata negatif, maka harus digarisbawahi atau dicetak lain. 11. Pilihan jawaban homogen. 12. Hindari adanya alternatif jawaban : "seluruh jawaban di atas benar" atau "tak satu jawaban di atas yang benar" dan yang sejenisnya.. 13. Panjang alternatif /pilihan jawaban relatif sama, jangan ada yang sangat panjang dan ada yang sangat pendek. 14. Pilihan jawaban dalam bentuk angka/waktu diurutkan. 15. Wacana, gambar, atau grafik benar-benar berfungsi. 16. Antar butir soal tidak bergantung satu sama lain. RANAH BAHASA: 17. Rumusan kalimat komunikatif. 18. Kalimat menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta sesuai dengan ragam bahasanya. 19. Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian. 20. Menggunakan bahasa/kata yang umum (bukan bahasa lokal). 21. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung perasaan peserta didik.
1
2
NOMOR SOAL 3 4 5 6
v v v v v
v v v v v
v v v v v
v v v v v
v v v v v
v v v v v v v
v v v v v v v
v
v
v
v v v v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v v v v v
v v v v v
v v v v v
v
v v
v
v
v v v v v
Keterangan: • Soal nomor 1 dan 2 sudah baik dari ke tiga ranah dan tidak memerlukan perbaikan. • Soal nomor 3 dan 5 perlu perbaikan pada pilihan jawaban, karena ternyata terdapat lebih dari satu jawaban benar dan pilihan jawaban tidak homogen. • Soal nomor 4 perlu perbaikan dari segi homogenitas pilihan ganda dan bahasa.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
41
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
Lampiran 4: Contoh Evaluasi Hasil Penilaian Evaluasi Hasil Penilaian Jumlah Butir
Jumlah Betul
Kemampuan untuk menganalisis hakikat bangsa dan negara.
4
3
75
v
Menguasai sebagian besar kompetensi dalam memahami hakikat bangsa dan negara serta mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
Kemampuan menganalisis dan menerapkan nilai dan norma (agama, kesusilaan, kesopanan, dan hukum).
4
2
50
-
Belum menguasai kompetensi menganalisis dan menerapkan nilai dan norma.
Kompetensi Dasar
% Penguasaan Pencapaian
Keterangan
Keterangan: Batas lulus skor ranah kognitif dan psikomotor ≥ 75.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
42
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
Lampiran 5: Contoh Profil Hasil Belajar CONTOH FORMAT PROFIL HASIL BELAJAR SISWA NAMA SISWA : KELAS/PROGRAM : SEMESTER : MATA PELAJARAN :
……………………………. X 1 Kewarganegaraan
No. KD 1.1 1.2. 1.3
Kompetensi Dasar Kemampuan untuk menganalisis hakikat bangsa dan negara. Kemampuan menganalisis dan menerapkan nilai dan norma (agama, kesusilaan, kesopanan, dan hukum). Kemampuan menganalisis penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan implikasinya. …………………… Nilai Rata-rata:
NILAI K P 10–100 10-100 74 77
A A/B/C B
82
79
B
56
60
C
Komentar Sudah kompeten, hanya perlu lebih banyak mengkaji masalah melalui berbagai media belajar.. Sudah kompeten, hanya perlu lebih banyak menelaah berbagai masalah sosial melalui berbagai media informasi. Belum kompeten, perlu remedial..
……………………, ………………. 2004 •
Komentar Orangtua/wali siswa:
…………………………………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………………………………….. Orangtua/wali siswa,
Guru Mata Pelajaran Kewarganegaraan,
__________________
_______________________________
Keterangan: K : Kognitif P : Psikomotor A : Afektif
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
43
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
Lampiran 6: Contoh Format Penilaian Kecakapan Hidup Penilaian Kecakapan Hidup
Melaksanakan penelitian
Merumuskan hipotesis
Menghubungkan variabel
Kecakapan Akademik Mengidentifikasi variabel
Bekerjasama
Komunikasi tertulis
Komunikasi lisan
Kecakapan Sosial Memecahkan masalah
Mengolah informasi
Menggali informasi
Potensi diri
Kecakapan Berpikir Mengambil keputusan
Nama Siswa
Eksistensi diri
No.
Makhluk Tuhan
Kecakapan Hidup
Kesadaran Diri
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Keterangan: Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 s.d. 5. Penafsiran angka-angka tersebut adalah sebagai berikut: 1 = sangat kurang, 2 = kurang, 3 = cukup, 4 = baik, dan 5 = amat baik.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
44
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
Lampiran 7: Contoh Format Laporan Hasil Belajar LAPORAN HASIL BELAJAR SISWA UNTUK GURU DAN KEPALA SEKOLAH Mata Pelajaran
: ……..……………
Kelas/Semester
: X …./2…………
No
Nama Siswa
1
Aulia
2
Bramastha
3
4
5
6
7
8
Aspek
Kompetensi Dasar 1.1
1.2
Kognitif Psikomotorik Afektif Kognitif Psikomotorik Afektif Kognitif Psikomotorik Afektif Kognitif Psikomotorik Afektif Kognitif Psikomotorik Afektif Kognitif Psikomotorik Afektif Kognitif Psikomotorik Afektif Kognitif Psikomotorik Afektif
2.1
2.2
2.3
3.1
3.2
Ratarata 63 75 B 83 84 B
Keterangan Belum kompeten dalam aspek kognitif dan perlu remedial. Penguasaan kompetensi dasar sudah tercapai.
Keterangan: Batas lulus skor ranah kognitif dan psikomotor ≥ 75.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
45
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan
Lampiran 8: Contoh Format Rancangan Penilaian dan Tugas Contoh Format Rancangan Pengujian No
Kompetensi Dasar
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Blok 1 Blok 2 Blok 3
Contoh Format Rancangan Pemberian Tugas No
Kompetensi Dasar
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
K1 PR1 K2 PR2
K3 K4 PR3
Keterangan: K
= Kuis PR = Pekerjaan Rumah
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas
46