REVIEW HASIL DAN PEMBAHASAN DARI JURNAL PENETAPAN PARAMETER NON SPESIFIK DAN SPESIFIK EKSTRAK DAUN PACAR KUKU (Lawsonia inermis.L)
Disusun oleh: Monica Sekar Rosari Mutiara Garnistasari Novia Miko L Juveny Arshella
2162073 2162076 2162081 2162066
PRODI DIII FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA 2018
Dalam jurnal tersebut dilakukan Standarisasi parameter Non spesifik dan Spesifik Parameter Non spesifik yang dilakukan meliputi
Kadar air Kadar Abu Total Kadar Abu Tidak Larut Asam Cemaran Mikroba
Kadar air Dilakukan dengan cara destilasi toluen, yaitu ekstrak dimasukkan dalam labu tambahkan toluen P yang sudah dijenuhkan 18-24 jam kedalam labu dan alat dihubungkan dan dilakukan destilasi sampai adanya pemisahan antara air dan toluen. Pada jurnal ini menghasilkan kadar air (%v/b) 7,33±0,52 berdasarkan hasil tersebut menunjukkan kadar air yang terkandung kurang dari 10% sehingga dapat disimpulkan bahwa kadar air yang terkandung memenuhi persyaratan standar sehingga dapat meminimalisir tumbuhnya jamur dan kapang serta menghasilkan daya tahan penyimpanan dan mutu ekstrak daun pacar kuku tetap baik. Kadar abu total Dilakukan dengan metode gravimetri yaitu memasukkan sejumlah ekstrak ke dalam krus yang sudah ditimbang sebelumnya kemudian dipijarkan bertahap hingga suhu 600±25 ̊ C. Kadar abu yang dihasilkan dari ekstrak daun pacar kuku adalah 6,43±0,25 artinya kandungan anorganik didalam ekstrak masih terlalu tinggi karena melebihi kadar abu ekstrak yang baik yaitu 5%. Penetapan kadar abu total ini dapat digunakan untuk memberikan gambaran kandungan mineral ekstrak, mulai dari proses awal terbentuknya ekstrak, sehingga parameter kadar abu total terkait dengan kemurnian dan kontaminasi suatu ekstrak. Kadar Abu Tidak Larut Asam Dilakukan dengan cara Abu yang diperoleh dididihkan dengan asam klorida encer selama 5 menit. Pengumpulan bagian yang tidak larut asam, disaring melalui kertas saring bebas abu, dicuci dengan air panas. Abu yang tersaring dan kertas saringnya dimasukkan kembali ke dalam krus (dengan suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600±25 ̊ C kemudian ditimbang dengan bobot tetap dan didapatkan hasil sebesar 0,106±0,004 % sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kontaminasi mineral atau logam yang tidak larut asam dalam suatu ekstrak masih rendah. Cemaran Mikroba Dilakukan dengan sampel dimasukkan tabung reaksi yang telah berisi NaCl 0,9% steril (pengenceran 1:10; 1:100; 1:1000; 1:10000 dengan NaCl 0,9% steril ). Dimasukkan dalam lemari inkubator suhu 37 ̊ C selama 18-24 jam, lalu hitung koloni yang tumbuh. Hasil dari uji cemaran mikroba diperoleh 8,5 x 103 CFU/g, hasil tersebut masih tergolong di bawah batas maksimum cemaran mikroba yaitu syarat cemaran mikroba tidak lebih dari 104 koloni/g.
Parameter Spesifik yang dilakukan meliputi
Identitas Ekstrak Organoleptis Ekstrak Uji Kandungan Senyawa Secara KLT Kadar Total Naftokuinon Total secara Densitometri
Identitas ekstrak Meliputi deskripsi tatanaman dan ekstrak dapat mempunyai senyawa identitas tertentu yang menjadi petunjuk spesifik dengan metode tertentu. Deskripsi tanaman meliputi nama ekstrak, nama latin tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan, dan nama indonesia tumbuhan. Dalam jurnal ini disebutkan bahwa nama latin dari tumbuhan tersebut adalah Lawsonia inermis L , bagian tumbuhan yang digunakan adalah daun, dan nama Indonesia dari tumbuhan ini adalah daun pacar kuku. Senyawa identitas yang terkandung adalah Naftokuinon. Uji ini bertujuan untuk memberikan identitas objektif dari nama dan spesifik dari senyawa identitas. Organoleptis ekstrak Meliputi bentuk, warna, bau, dan rasa. Pada jurnal ini didapatkan bentuk ekstrak kental dengan warna coklat tua, bau khas pacar kuku dan rasa yang agak pahit. Uji ini bertujuan untuk pengenalan awal yang sederhana seobyektif mungkin. Uji Kandungan Senyawa Secara KLT Digunakan untuk mengetahui golongan senyawa yang terkandung dalam ekstrak daun pacar kuku. Adanya senyawa Naftokinon ditunjukkan dari bercak sampel no 1, 2, 3 dengan Rf 0,10; 0,21; 0,38 dengan bercak standar Rf 0,38, yang menunjukkan ciri bercak Naftokuinon karena terjadi pemadaman di bawah sinar UV 254nm, berfluoresensi merah kecoklatan pada sinar UV 365 nm dan bila disemprot KOH 10% terdapat bercak berwarna orange atau coklat kemerahan sehingga dapat disimpulkan ekstrak daun pacar kuku mengandung naftokuinon. Ekstrak ini juga mengandung polifenol ysng ditunjukkan dengan harga Rf ekstrak yang mendekati 0,51 dan berfluoresensi biru pada sinar UV 365 nm serta bercak bewarna hijau kehitaman pada sinar tampak apabila disemprot dengan FeC𝑙3 Selain polifenol dan Naftokuinon, ekstrak ini juga mengandung piperin yang ditunjukkan adanya Rf bercak sampel yang sama dengan Rf bercak standar yaitu 0,84 selain itu bercak berwarna orange kecoklatan dan kuning muda pada sinar visibel dan berfluoresensi biru pada sinar UV 365 nm yang merupakan karakteristik yang sama dengan standar piperin. Terdapat juga Kumarin serta Flavonoid pada ekstrak daun pacar kuku. Adanya Kumarin ditunjukkan dengan adanya warna kuning kecoklatan pada sinar tampak dan pemadaman dibawah sinar UV 254 nmserta menunjukkan fluoresensi biru pada sinar UV 365 nm setelah disemprot KOH 10% sedangkab adanya flavonoid ditandai dengan adanya Rf bercak sampel
yang sama dengan Rf bercak standar yaitu 0,51 selain itu ditunjukkan juga dengan adanya fluoresensi kuning pada sinar UV 365 nm dan berwarna kuning setelah disemprot AlC𝑙3 . Sehingga dari hasil KLT ekstrak daun pacar kuku mengandung Naftokuinon, Polifenol, Piperin, Kumarin dan Flavonoid. Kadar total Naftokuinon Penetapan kadar ini dilakukan dengan metode densitometri dan didapatkan hasil kadar Naftokuinon total yaitu 7,43% dalam bentuk hasil ekstraksi yang menggunakan air panas sehingga Naftokuinon lebih banyak yang terekstrak dengan metode Infudasi