RESUME KOMUNIKASI
NAMA
: NI KADEK CANDRA AYU SETYAWATI
NIM
: 17.321.2683
KELAS
: A11 – A
STIKes WIRA MEDIKA PPNI BALI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 2018
Komunikasi Terapeutik Komikasi terapeutik merupakan komunikasi antara perawat dan klien yang bertujuan untuk mengkomunikasikan tentang kesehatan si klien agar bisa sembuh dari penyakit tersebut. Komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya di pusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik juga dapat di persepsikan sebagai proses interaksi terhadap klien dan perawat yang membantu klien mengatasi stress sementara untuk hidup harmonis dengan orang lain, menyesuaikan dengan sesuatu yang tidak dapat diubah dan mengatasi hambatan psikologi yang menghalangi realisi diri. -
Fungsi Komunikasi Terapeutik Untuk mendorong dan menganjurkan kerjasama antara perawat – klien melalui hubungan
perawat
–
klien.
Perawat
berusaha
mengungkapkan
perasaan,
mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan. a. Meningkatkan tingkat kemandirian klien melalui proses realisasi diri, penerimaan diri dan rasa hormat terhadap diri sendiri b. Identitas diri yang jelas dan rasa integritras yang tinggi c. Kemampuan untuk membina hubunga interpersonal yang intim dan saling tergantung dan mencintai d. Meningkatkan kesejahteraan klien dengan peningkatan fungsi dan kemampuan memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistic -
Prinsip Komunikasi Terapeutik Tujuan komunikasi terapeutik akan tercapai apabila perawat tercapainya “ Helping Relasionship”: 1. Keiklasan 2. Empati 3. Kehangatan
-
Perawat harus mengenali kliennya dengan baik dan memahami dirinya sendiri terhadap nilai – nilai yang dianutnya
-
Komunikasi dengan sikap saling percaya satu sama lain
-
Perawat harus mampu memotivasi kliennya
-
Perawat harus mampu menguasai perasaannya sendiri agar klien nyaman berhadapan dengan perawat
-
Kejujuran dan keterbukaan yang harus terjalin antara perawat dank lien
-
Perawat harus mampu menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang jika berada di dekat klien
-
Mengambil keputusan atas dasar dan prinsip kesejahteraan manusia
-
Bertanggung
jawab
terhadap
perbuatan
perawat
sendiri
dan
bertanggung jawab terhadap orang lain yang kita rawat. “Helping Relasionship “ 1. Keiklasan Saat perawat membantu klien, perawat harus membantunya dengan perasaan senang dan tidak ada beban yang di simpan pada perasaan si perawat saat berhadapan atau saat menangani penyakit klien. 2. Empati Memahami lebih dalam apa yang di rasakan oleh si klien dan kemampuan merasakan kehidupan pribadi si klien. 3. Kehangatan Perawat harus mampu mendorong klien untuk mengekspresikan apa yang di rasakan tanpa adanya rasa takut.
Tujuan komunikasi terapeutik a.
Membantu klien dang mengurangi beban pikiran klien
b.
Membantu mengambil tindakan keperawatan
c.
Mempengaruhi orang lain/ diri sendiri dalam hal peningkatan kesehatan
d.
Mempererat hubungan antara klien dan perawat untuk menyelesaikan masalah keperawatan
Sikap Dalam Berkomunikasi 1. Kehadiran secara fisik Menghadap ke klien dengan perasaan tenang, sopan, dan berusahan untuk menjalin suatu komunikasi yang saling terbuka antara klien dan perawat 2. Kehadiran secara psikologi Self Awareness -
Yang di awali dengan komunikasi antara perawat dengan klien agar proses keperawatan yang di akan di berikan kepada klien berjalan dengan bail dan efektif
-
Sebelum bertemu klien perawat harus menganalisa diri sendiri dulu seperti : 1. Kesadaran diri Kesadaran diri memiliki 4 komponen menurut Stueart dan Sundeen (1995) yaitu : a. Yang di ketahui diri dan orang lain Kuadran ini disebut dengan kuadra terbuka karena di kuadran ini perasaan dan pikiran seseorang di ketahui dirinya sendiri dan orang lain. b. Hanya di ketahui orang lain Kuadran ini disebut dengan kuadran buta karena di kuadran ini hanya orang lain yang mengetahui bagaimana perasaan dan pemikiranya sendiri.
c. Hanya di ketahui diri sendiri Kuandran ini di sebut dengan kuadran rahasia karena di kudran ini perasaan dan pemikiran seorang individu hanya diketahui sendiri tanpa ada orang lain yang tau tentang hal tersebut. d. Tidak di ketahui diri dan orang lain Kuadran ini lebih ke kuadran yang orang lain dan individu tidak tau perasaan dan pemikiran dari masing – masing orang tersebut. 2. Klarifikasi diri Perawat harus mengklarifikasi dirinya sendiri terlebih dahulu mengeani kenyamanan dan kepuasan terhadap nilai yang dianut untuk mengidentifikasi situasi dengan nilai yang di milikinya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dan klien tidak akan terganggu. 3. Eksplorasi perasaan Perawat harus bisa menjaga perasaannya di saat perawat berhadapan langsung dengan klien dan harus bisa menjadi komunikator yang baik di hadapan pasien. Maka, jika perawat sudah bisa mengontrol perasaan terbsebut perawat akan mendapatkan respon positif dan akan mendapat 2 informasi penting yaitu: a. Respon terhadap diri perawat sendiri b. Respon terhadap cara perawat tersebut berhadapan langsung dengan si klien Dari ungkapan klien tersebut, perawat menjadi tau respon klien positif atau negative terhadap dirinya. Jika respon pasien positive, maka perawat akan merasa didukung dan akan mengembangkanya. Jika respon klien negative terhadap dirinya, maka perawat harus bisa mengerahkan dan memberi alternative lain agar klien bisa mengelola perasaannya sendiri.
4. Kemampuan menjadi model Menjadi model merupakan bentuk tanggung jawab seorang perawat kepada kliennya berkenaan dengan berbagai hal yang disampaikan oleh si klien. Perawat harus bisa mencontohkan yang baik – baik terhadap klien agar bisa di juluki sebagai model kesehatan untuk klien sendiri, karena apa yang di lakukan si perawat terhadap kliennya, itu juga yang akan di lakukan klien untuk perawat tersebut., 5. Tanggung jawab Seorang perawat harus bisa mempertanggung jawabkan apa yang di lakukan. Jika perawat tersebut adalah seorang perawat professional ia akan mempertanggung jawabkan apa yang dia lakukan ke klien. Dimensi Respond an Dimensi Tindakan 1. Dimensi respon Perawat bersikap merespon dengan baik, tulus dan menghargai suatu respon dari klien itu sendiri. Disaat berkomunikasi harus di awali dengan komunikasi yang membina suatu kepercayaan dan suatu keterbukaan antara satu sama lainnya. a. Kesejatian Mengirim pesan pada orang lain tentang gambaran orang lain tentang diri kita sendiri b. Empati Memahami dan merasakan apa yang di rasakan orang lain. c. Respek/Hormat Menunjukan keperdulian kepada klien, agar perawat tau apa yang klien perlukan saat ini, dan mengertikan apa yang di rasakan oleh si klien 2. Dimensi tindakan
Berkomunikasi dalam konteks kehangatan dan perhatian. Yang meliputi : a. Kontrofontasi, Bertujuan untuk agar orang lain sadar adanya ketidak sesuaian pada dirinya. b. Kesegeraan, Kesediaan dalam mengatasi masalah klien dan perasaan klien c. Keterbukaan, Membuka perasaan dan pikiran terhadap diri sendiri, untuk di ungkapkan dengan orang lain agar orang lain mengetahui. d. Emosional Chatarsis Klien di dorong untuk mengungkapka apa yang membuat dia terganggu agar mendapatkan efek terapeutik e. Bermain Peran Perawat mencoba untuk mendorong klien agar klien mencobakan situasi baru agar klien merasa lebih nyaman dan aman Tahapan – Tahapan Komunkasi Terapeutik 1. Fase Pre-interaksi Fase dimana mempersiapkan alat – alat dan mempersiapkan catatan – catanan keperawatan medis dan keperawatan sebelum berhadapan dengan klien. 2. Fase Orientasi Fase dimana perawat menanyakan semua keluhan yang di rasakan klien agar perawat tau bagaimana kondisi terkini klien.
3. Fase Kerja Fase dimana perawat melakukan tindakan kepada klien agar keadaan klien merasa lebih membaik dari sebelumnya. 4. Fase Terminasi Fase dimana perawat menanyakan kembali keluhan klien dan menanyakan apakah keluhannya sudah berkurang atau masih seperti sebelum perawat memberikan tindakan kepada klien Hubungan terapeutik merupakan hubungan inteaksi yang bersifat menyembuhkan yang berbeda dengan hubungan social. Teraputik intimacy merupakan hubungan yang saling menolong antara perawat dengan klien. Teknik Komunikasi Terapeutik 1. Mendengarkan Perawat harus berusaha untuk mendengarkan informasi yang disampaikan oleh klien dengan penuh empati dan perhatian. 2. Menunjukan Penerimaan Menerima bukan berarti menyetujui, melainkan bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukan sikap ragu atau penolakan. Dalam hal ini perawat tidak boleh menunjukan ekspresi wajah yang menunjukan ketidaksetujuan atau penolakan. 3. Mengulang Pernyataan Klien Dengan mengulang pernyataan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya mendapat respond dan berharap komunikasi dapat berlanjut.
4. Klarifikasi Apabila terjadi kesalahpahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan untuk meminta penjelasan dengan menyamakan penegrtian. 5. Memfokuskan Pembicaraan Tujuan penerapan metode ini untuk membatasi materi pembicaraan agar lebih spesifik dan mudah dimengerti. 6. Menyampaikan Hasil Pengamatan Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk mengetahui bahwa pesan tersampaikan dengan baik. 7. Menawarkan Informasi Penghayatan kondisi klien akan lebih baik apabila ia mendapatkan informasi yang cukup dari perawat 8. Diam Dengan diam akan terjadi proses pengorganisasian dipihak perawat dank lien. 9. Menunjukan Penghargaan Menunjukan penghargaan dapat dilakukan dengan mengucapkan salam kepada klien, terlebih disertai menyebutkan namanya 10. Refleksi 1. Refleksi isi tujuan untuk mengesahkan sesuatu yang didengar. Klarifikasi ide yang diungkapkan oleh klien dan pemahaman perawat tergolong dalam kalsifikasi reflek ini. 2. Ungkapan yang bertujuan memberi respon terhadap ungkapan perasaan klien tergolong ke dalam refleksi perasaan. Refleksi ini bertujuan agar klien dapat
menyadari eksistensinya sebagai manusia yang mempunyai potensi sebagai individu yang berdiri sendiri.