Hematologi.docx

  • Uploaded by: Candra Ayu
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hematologi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 9,841
  • Pages: 47
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Di dalam tubuh manusia, ada alat transportasi yang berguna sebagai pengedar oksigen dan zat makanan ke seluruh sel-sel tubuh serta mengangkut karbon dioksida dan zat sisa ke organ pengeluaran. Alat transportasi pada manusia terkoordinasi dalam suatu sistem yang disebut sistem peredaran darah. Sistem peredaran darah manusia terdiri atas darah, jantung, dan pembuluh darah.Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi untuk mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo atau hemato yang berasal dari kata Yunani yang berarti haima yang berarti darah.Darah manusia berwarna merah, namun dalam hal ini warna darah ada dua jenis warna merah pada darah manusia. Warna merah terang menandakan bahwa darah tersebut mengandung banyak oksigen, sedangkan warna merah tua menandakan bahwa darah tersebut mengandung sedikit oksigen atau dalam arti lain mengandung banyak karbondioksida. Warna merah pada darah disebabkan oleh adanya hemoglobin. Hemoglobin adalah protein pernafasan (respiratory protein) yang mengandung besi (Fe) dalam bentuk heme yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.Darah juga mengangkut bahan-bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni. 1.2 Rumusan Masalah a. Bagaimana Anatomi, Fisiologi, Kimia, Fisika dan Biokimia terkait system hermatologi ? 1.3 Manfaat Makalah ini diharapkan dapat mempunyai manfaat sebagai berikut :

1

1. Dapat menambah wawasan tentang Anatomi, Fisiologi, Kimia, Fisika dan Biokimia pada system hermatologi

2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Sistem Hematologi Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan. Darah merupakan medium transport tubuh, volume darah manusia sekitar 7% - 10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan jumlah darah pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung pada usia, pekerjaan, serta keadaan jantung atau pembuluh darah. Darah terdiri atas 2 komponen utama, yaitu sebagai berikut : Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit,dan protein darah. &utirbutir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas komponen-komponen berikut ini : a) Eritrosit : sel darah merah (SD +- red blood cell) b) Leukosit : sel darah putih (SD +- White blood cell) c) Trombosit : butir pembeku darah + platelet.

1. Sel Darah Merah Eritrosit (Sel darah merah) merupakan cairan bikonka/ dengan diameter sekitar 7 mikron. & ikonkavitas memungkinkan gerakan oksigen masuk dan keluar sel secara cepat dengan jarak yang pendek antara membran dan inti sel. Warna kuning kemerahan-merahan, karena di dalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin. Komponen eritrosit adalah membrane eritrosit, sistem enzim, enzim G6PD (Glucose6-Phosphatedehydrogenase) dan hemoglobin yang terdiri atas hemedan globin. Jumlah eritrosit normal pada orang dewasa kira-kira 11,5mg% - 15gram dalam 100cc darah. Normal Hb wanita 11,5mg% dan Hb laki-laki 18,0 mg%. Antigen sel darah merah. Sel darah merah memiliki bermacam antigen : 

Antigen A, B dan O.

3



Antigen Rh.

Proses penghacuran sel darah merah terjadi karena proses penuaan dan proses patologis. Hemolisis yang tejadi pada eritrosit akan mengakibatkan terurainya komponen hemoglobin yaitu komponen protein dan komponen heme. 2. Sel Darah Putih (Leukosit) Bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantaraan kaki kapsul (pseudopodia). Mempunyai macam-macam inti sel, sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya serta warna bening dan tidak berwarna. Sel darah putih dibentuk di sumsum tulang dari sel-sel bakal. Jenis jenis dari golongan sel ini adalah golongan yang tidak bergranula, yaitu limfosit T dan B, monosit dan makrofag serta golongan yang bergranula yaitu : 

Eosinofil



Basofil



Neutrofil

Fungsi sel darah putih yaitu : 

Sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh kuman dan memakan bibit penyakit, bakteri yang masuk ke dalam tubuh jaringan RES (Sistem Retikuloendotel).



Sebagai pengangkut, yaitu mengangkut dan membawa zat lemak dari dinding usus mealui limpa terus ke pembuluh darah.

Jenis sel darah putih yaitu : 1) Granulosit Memiliki granula kecil di dalam protoplasmanya, memiliki diameter 1012mikron. Dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan pewarnaannya : 

Neutrofil Granula yang tidak berwarna mempunyai inti sel yang terangkai, kadang seperti terpisah pisah, protoplasmanya banyak berbintik-bintik halus/granula, serta banyaknya sekitar 60-70%.

4



Eusinoil Granula berwarna merah, banyaknya kira-kira 24%.



Basofil Granula berwarna biru dengan pewarnaan basa, sel ini lebih kecil dari padaeosinofil, tetapi mempunyai inti yang bentuknya teratur. Eusinofil, neutrofil dan basofil berfungsi sebagai fagosit dalam mencerna dan menghancurkan mikroorganisme dan sisa-sisa sel.

2) Granulosita a. Limfosit Limfosit memiliki nucleus berbentuk bulat dengan menempati sebagian besar sel limfosit berkembang dalam jaringan limfe. 

Limfosit T Limfosit T meninggalkan sumsum tulang dan berkembang lama, kemudian bermigrasi menuju timus. Setelah meninggalkan timus, selsel ini beredar dalam darah sampai mereka bertemu dengan antigen dimana mereka telah di program untuk mengenalinya. Setelah dirangsang oleh antigennya, sel-sel ini menghasilkan bahan-bahan kimia yang menghancurkan mikrooranisme dan memberitahu sel darah putih lainnya bahwa telah terjadi infeksi.



Limfosit B Berbentuk di sumsum tulang lalu bersirkulasi dalam darah sampai menjumpai

antigen

dimana

mereka

telah

deprogram

untuk

mengenalinya. Pada tahap ini limfosit dan mengalami pematangan lebih lanjut dan menjadi el plasma serta menghasilkan antibodi. b. Monosit Monosit dibentuk dalam bentuk imatur dan mengalami proses pematangan menjadi makrofag setelah msuk ke jaringan. Fungsinya sebagai fagosit. Jumlahnya 34% dari total komponen yang ada di sel darah putih. 3. Keping Darah (Trombosit) Trombosit adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sumsum tulang yang terbentuk cakram bulat, oval, bikonveks, tidak berinti, dan hidup sekitar

5

10hari. Trombosit berperan penting dalam pembentukan bekuan darah. Fungsi lain dalam trombosit yaitu untuk mengubah bentuk dan kualitas setelah berikatan dengan pembuluh darah yang cedera.

4. Plasma Darah Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya bening kekuningkuningan. Hampir 90% plasma terdiri atas air. Plasma diperoleh dengan memutar sel darah, plasma diberikan secara intravena untuk mengembalikan volume darah, menyediakan substansi yang hilang dari darah klien.

5. Limpa Limpa merupakan organ ungu lunak kurang lebih berukuran satu kepalan tangan. Limpa terletak pada pojok atas kiri abdomen dibawah kostae. Limpa memiliki permukaan luar konveks yang berhadapan dengan diafragma dan permukaan medialyang konka serta berhadapan dengan lambung, fleksura, linealis kolon dan ginjal kiri. Limpa terdiri atas kapsula jaringan fibroelastin, Folikel limpa (masa jaringan limpa) dan pilpa merah (jaringan ikat, sel eritrosit, sel leukosit). Suplai darah oleh arteri linealis yang keluar dari arteri coeliaca. Fungsi limfa yaitu : 

Pembentukan sel eritrosit (hanya pada janin).



Destruksi sel eritrosit tua.



Penyimpanan zat besi dari sel-sel yang dihancurkan.



Produksi bilirubin dari eritrosit.



Pembentukan lim/osit dalam /olikel limpa.



Pembentukan immunoglobulin.



Pembuangan partikel asing dari darah.

6

2.2 Fisiologi Sistem Hematologi FISIOLOGI SISTEM HEMATOLOGI

Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah serta jaringan yang membentuk darah. Darah merupakan bagian penting dari sistem transport. Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari 2 bagian besar yaitu plasma darah dan bagian korpuskuli. Dalam arti lain hematologi juga dikenal sebagai cabang ilmu kedokteran mengenai sel darah, organ pembentuk darah, dan kelainan yang berhubungan dengan sel serta organ pembentuk darah. Setiap orang mengetahui bahwa pendarahan pada akhirnya akan berhenti ketika terjadi luka atau terdapat luka lama yang mengeluarkan darah kembali. Saat pendarahan berlangsung, gumpalan darah beku akan segera terbentuk dan mengeras, dan luka pun pulih seketika. Sebuah kejadian yang mungkin tampak sederhana dan biasa saja di mata Anda, tapi tidak bagi para ahli biokimia. Penelitian mereka menunjukkan, peristiwa ini terjadi akibat bekerjanya sebuah sistem yang sangat rumit. Hilangnya satu bagian saja yang membentuk sistem ini, atau kerusakan sekecil apa pun padanya, akan menjadikan keseluruhan proses tidak berfungsi. Darah harus membeku pada waktu dan tempat yang tepat, dan ketika keadaannya telah pulih seperti sediakala, darah beku tersebut harus lenyap. Sistem ini bekerja tanpa kesalahan sedikit pun hingga bagian-bagiannya yang terkecil. Jika terjadi pendarahan, pembekuan darah harus segera terjadi demi mencegah kematian. Di samping itu, darah beku tersebut harus menutupi keseluruhan luka, dan yang lebih penting lagi, harus terbentuk tepat hanya pada lapisan paling atas yang menutupi luka. Jika pembekuan darah tidak terjadi pada saat dan tempat yang tepat, maka keseluruhan darah pada makhluk tersebut akan membeku dan berakibat pada kematian.

Hematologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang darah dan aspeknya pada keadaan sehat atau sakit, dalam keadaan normal volume darah

7

manusia 7-8% dari berat badan. Asal katanya dari bahasa yunani Haima artinya darah. Darah adalah kendaraan atau medium untuk transportasi missal jarak jauh berbagai bahan antara sel-sel itu sendiri. Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan kolid cair yang mengandung elektrolit dan merupakan suatu medium pertukaran antar sel yang terfikasi dalam tubuh dan lingkungan luar. Plasma adalah suatu cairan kompleks yang berfungsi sebagai medium transportasi untuk zat –zat yang diangkut dalam darah. Bahan interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan didalamnya terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan 1/12 berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55 persennya adalh cairan, sedangkan 45 persen sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau volume sel darah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47. Pada keadaan sehat volume darah konstan dan sampai batas tertentu diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan Susunan darah. Serum darah atau plasma terdiri atas: Air

91,0 persen

Protein

8,0 persen

Albumin,

globulin,

protrombin, dan fibrinogen Mineral

0,9 persen

Natrium

klorida,

natriumbikarbonat,garam kalsium,

fosfor,

magnesium, besi Sisanya diisi sejumlah bahan organik, yaitu: glukosa, lemak, urea, asam urat, kreatinin, kolesterol, dan asam amino. ● Plasma juga berisi: Gas oksigen dan karbon dioksida, hormon-hormon, enzim, dan Antigen. Fungsi Darah 1. Sebagi alat pengangkut yaitu: 

Mengambil O₂ di paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan

8



Mengangkut CO₂ dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru



Mengambil zat makanan dari usus halus untuk diedarkan keseluruh jaringan atau alat tubuh



Mengangkut dan mengeluarkan zat zat yang tidak berguna bagi tubuh melalui kulit dan ginjal

2. Sebagai pertahanan tubuh 3. Mengangkut ekskresi hormon dari organ yang satu ke organ lainnya 4. Mengatur keseimbangan air dalam tubuh 5. Mengatur suhu tubuh 6. Mengatur keseimbangan tekanan osmotik 7. Mengatur keseimbangan asam basa tubuh 8. Mengatur keseimbangan ion-ion dalam tubuh Sel Darah Sel darah terdiri atas 3 jenis, yaitu: a. Eritrosit (sel darah merah) Merupakan bagian utama dari sel darah. Berupa cakram kecil bikonkaf, cekung pada kedua sisimya, sehingga dilihat dari samping tampak seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak belakang. Dalam setiap milimeter kubik darah terdapat 5.000.000 sel darah. Kalau dilihat satu persatu warnanya kuning tua pecat, tetapi dalam jumlah besar kelihatan merah dan memberi warna pada darah. Strukturnya terdiri atas pembungkus luar atau stroma, berisi massa hemoglobin. Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terbentuk dari asam amino. Sel darah merah juga memerlukan zat besi, sehingga untuk membentuk penggantinya diperlukan diet seimbang yang berisi zat besi. Wanita memerlukan lebih banyak zat besi karena beberapa diantaranya dibuang sewaktu menstruasi. Sewaktu hamil diperlukan zat besi dalam jumlah yang lebih banyak lagi untuk perkembangan janin dan pembuatan susu. Sel darah merah dibentuk dalam sumsum tulang, terutama dari tulang pendek, pipih, dan tak beraturan, dari jaringan kanselus pada ujung tulang pipa, dari sumsum dalam batang iga-iga, dan dari sternum.

9

Bila terjadi perdarahan, sel merah denganhemoglobinnyasebagai pembawa oksigen hilang. Pada perdarahan sedang, sel-sel itu diganti dalam waktu beberapa minggu berikutnya. Tetapi bila kadar hemoglobin turun sampai 40% atau di bawah nya, di perlukaan transfusi darah.

Hemoglobin adalah protein yang kaaya akan zat besi. Hemoglobin memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen; dengan oksigen itu membentuk oksihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen di bawa paru-paru ke jaringan-jaringan. Jumlah hemoglobin dalam darah normal ialah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasa nya di sebut “100 persen” Golongan Darah. Kalau darah dari golongan yang bertentangan di tranfusi kan akan mengakibat kan bahan dalam plasma yang bernama aglutinin menggumpal dan juga terjadi hemolisis (memecahnya) sel darah merah. Penentuan golongan darah dan tes tentang kecocokan nya di lakukan sebelum pemberian tranfussi untuk meyakini keamanan nya. Sistem ABO menurut Landstainer di dasar kan atas adanya aglutinin dalam darah. Empat golongan utama yang di temukan menurut penyelidikan pada rakyat Inggris adalah : Golongan AB

3,0%

Golongan A

42,0%

Golongan B

8,5%

Golongan O

46,5%

b. Leukosit (sel darah putih) Rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar daripada sel darah merah, tetapi jumlahnya lebih kecil. Dalam setiap milimeter kubik darah terdapat 6.000 sampai 10.000 (rata-rata 8.000) sel darah putih. Granulosit atau sel polimorfonuklear merupakan hampir 75 persen dari seluruh jumlah sel darah putih. Granulosit terbentuk dalam sumsum merah tulang. Sel ini berisi sebuah nukleus yang berbelah banyak dan protoplasmanya berbulir, sehingga disebut granulosit.

10

Kekurangan granulosit disebut granulositopenia. Tidak adanya ganulosit disebut agranulositosis, yang dapat timbul setelah makan obat tertentu, termasuk juga beberapa antibiotika. Oleh karena itu, apabila maakan obat-obat tersebut, pemeriksaan darah sebaiknya sering dilakukan untuk mengetahui keadaan ini seawal mungkin. Pewarnaan. Bila setetes darah diletakkan diatas kaca objek dan ditambahkan dua macam pewarna untuk menghitung jenis sel-sel darah, sel darah putih ini dikenal menurut sifatnya dalam pewarnaan. Sel netrofil paling banyak dijumpa. Sel golongan ini mewarnai dirinya dengan pewarna netral, atau campuran pewarna asam dan basa, dan tampak bewarna ungu. Sel eosinofil. Sel golongan ini hanya sedikit dijumpai. Sel ini menyerap pewarna yang bersifat asam (eosin) dan kelihatan merah. Sel basofil menyerap pewarna basa dan menjadi biru. Limfosit membentuk 25 persen dari seluruh jumlah sel darah putih. Sel ini terbentuk didalam kelenjar limfe dan dalam sumsum tulang. Sel ini nongranuler dan tidak memiliki kemampuan bergerak seperti amuba.

Fungsi sel darah putih ● Fungsi defensip yaitu fungsi untuk mempertahankan tubuh terhadap benda-benda asing termasuk microorganisme penyebab infeksi. ● Fungsi reperatif yaitu fungsi yang memperbaiki / mencegah terjadinya kerusakan terutama kerusakan vaskuler / pembuluh darah. Leukositosis ialah istilah untuk menunjukkan penambahan jumlah keseluruhan sel putih dalam darah, yaitu kalau penambahan melampaui 10.000 butir per milimeter kubik. Leukopenia berarti berkurangnya jumlah sel darah putih sampai 5.000 atau kurang. Limfositosis−pertambahan jumlah limfosit. c. Trombosit (keping darah/sel darah pembeku) Trombosit adalah sel kecil kira-kira sepertiga ukuran sel darah merah. Terdapat 300.000 trombosit dalam setiap milimeter kubik darah. Peranannya penting dalam penggumpalan darah.

11

Gambar 2.3.3 keping darah Ringkasan Jumlah Sel Darah dalam Setiap Milimeter Kubik Darah Jumlah Normal Darah atau jumlah sel setiap milimeter kubik darah adalah kirakira: Sel Darah Merah 4.500.000 sampai 5.500.000

rata-rata 5.000.000

Sel Darah Putih

rata-rata 8.000

6.000

sampai 10.000

Dengan susunan berikut: Granulosit : rata-rata Persen

persen

Sel netrofil

60 sampai 70

66

Sel eosinofil

1 sampai

4

3

Sel basofil

½ sampai 2

1

Limfosit (besar dan kecil)

20 sampai 30

25

Monosi

4 sampai 8

5

Jumlah

100

Trombosit

250.000 sampai 500.000 Rata-rata

350.000

Mekanisme Pembekuan Darah Trombosit merupakan kepingan darah di dalam sel darah yang sangat berperan dalam proses koagulasi atau pembekuan darah ini. Dalam tubuh kita ini setidaknya ada 200 hingga 300 ribu keeping trombosit di setiap CC darah. Trombosit secara otomatis akan mengeluarkan trombokinase atau juga disebut tromboplastin pada saat ada jaringan tubuh yang terluka. Trombokinase ini nantinya akan berpengaruh dalam proses pembekuan darah. Proses Pembekuan Darah Di dalam darah juga ada plasma darah yang menghasilkan protein darah yaitu protombin dan fibrinogen selain juga plasma tersebut menghasilkan vitamn K dan ion calsium. Protrombin ini merupakan senyawa globulin yang, dengan bantuan vitamin K serta ion kalsium, akan secara otomatis diproduksi oleh hati.

12

Protein protrombin akan bereaksi kimia dengan enzim trombokinase dan vitamin K serta calcium dan menghasilkan enzim untuk pembekuan darah yang bernama thrombin. Jumlah thrombin harus seimbang, tidak boleh berlebihan apalagi kurang, sehingga thrombin hanya dibentuk oleh tubuh saat benar – benar dibutuhkan, yaitu saat adanya jaringan tubh yang terluka. Kemudian, protein – protein yang bernama fibrinogen dalam plasma darah akan membentuk jarring fibrin ketika thrombin yang terbentuk telah memadai. Jaring fibrin ini mirip serat yang berkumpul di tempat keluarnya darah sehingga darah tidak akan terus menerus mengalir. Jaringan fibrin terbentuk dan membeku melalui dua lintasan yakni, lintasan intrinsik dan ekstrinsik. 2.3 Kimia Sistem Hematologi Pada umumnya, darah terdiri dari dua komponen utama, yaitu: (1) 55% adalah sel plasma, cairan matriks ekstraselular yang mengandung zat-zat terlarut, dan (2) 45% adalah unsur yang diedarkan yang terdiri dari sel dan fragmen- fragmen sel. Pada umumnya, sekitar 99% dari unsur yang diedarkan merupakan sel darah merah (eritrosit), kurang dari 1% adalah sel darah putih (leukosit) dan platelet. (Tortora, 2009).

Hematopoiesis Hematopoiesis adalah proses dan perkembangan sel darah. Pada masa embrio dan fetus, proses ini melibatkan beberapa organ, yaitu hati, limpa, timus, getah bening, dan sumsum tulang. Akan tetapi, setelah fetus dilahirkan sampai dewasa, proses ini hanya melibatkan sumsum tulang dan sedikit peran dari getah bening. (Dorland, 2012) Sumsum tulang adalah jaringan lunak, berongga, dan terletak pada bagian dalam dari tulang tengkorak, tulang skapula, tulang rusuk, tulang panggul, dan tulang belakang. Semua jenis sel darah diproduksi

13

di sumsum tulang. Sumsum tulang terbentuk dari sejumlah kecil stem sel darah, sel pembentuk darah, sel lemak, dan jaringan yang membantu pertumbuhan sel darah (American Cancer Society, 2013). Pembentukan sel darah dimulai dari sel punca yang disebut sebagai pluripoten stem sel / hemositoblas. Sel ini mempunyai kapasitas untuk merubah diri menjadi berbagai macam tipe sel. Stem sel ini terdiri dari mieloid stem sel dan limfoid stem sel. Perkembangan awal dari mieloid stem sel hingga menjadi sel darah merah (eritrosit), patelet, monosit, neutrofil, eosinofil, dan basofil terjadi di sumsum tulang merah. Berbeda dengan limfoid stem sel (limfosit T, limfosit B, dan sel

NK),

perkembangan

awalnya sama dengan mieloid stem

sel.

Akan

tetapi,

penyempurnaan sel ini terjadi pada jaringan limfatik (Tortora, 2009)

Selama hematopoesis, stem sel mieloid

berdiferensiasi

menjadi

sel

progenitor. Akan tetapi, beberapa stem sel mieloid dan stem sel limfoid berkembang secara langsung menjadi sel. Sel – sel progenitor dikenal sebagai colony- forming units (CFUs), yaitu: CFU-E yang menghasilkan sel eritrosit, CFU-Meg menghasilkan megakariotik yang merupakan sumber platelet, sedangkan CFU-GM yang menghasilkan granulosit (terutama neutrofil) dan monosit. Sel ini juga disebut sebagai sel prekursor (sel blas). Secara

14

keseluruhan, pembelahan sel ini akan berkembang sesuai dengan sel pembentuknya. Contohnya, monoblas akan berkembang menjadi monosit, eosinofil mieloblas berkembang menjadi eosinofil, begitu juga selanjutnya (Tortora, 2009) Leukemia Limfoblastik Akut Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang, ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih. Pengaturan sel leukosit yang terganggu menyebabkan proliferasi sel leukosit menjadi tidak teratur dan tidak terkendali. Keadaan ini menyebakan fungsi sel leukosit menjadi tidak normal, sehingga fungsifungsi lain dari sel darah normal juga terganggu hingga menimbulkan gejala leukemia yang dikenal dalam klinik. Leukemia akut juga dibagi atas leukemia limfoblastik akut (LLA) dan leukemia mieloblastik akut (LMA) (Perwono dan Ugrasena, 2010). Leukemia Limfoblastik Akut (Acute Lymphoblastic Leukemia) disebut juga sebagai Acute Lymphatic Leukemia (American Cancer Association, 2013).

Klasifikasi Menurut WHO (2008), klasifikasi dilakukan berdasarkan sitogenik dan karakteristik molekulernya (Tabel 2.1), sedangkan menurut French-American- British (FAB), klasifikasi LLA berdasarkan morfologi (Tabel 2.2) dapat dibagi menjadi 3, yaitu: A. L1: terdiri dari sel-sel limfoblas kecil serupa, dengan kromatin homogen, anak inti umumnya tidak tampak dan sitoplasma sempit. B. L2: pada jenis ini sel limfoblas lebih besar, tetapi ukurannya bervariasi, kromatin lebih kasar dengan satu atau lebih anak inti. C. L3: terdiri dari sel limfoblas besar, homogen dengan kromatin berbercak, banyak ditemukan anak inti serta sitoplasma yang basofilik dan bervakuolisasi (Perwono dan Ugrasena, 2010).

15

Faktor Resiko Menurut American Cancer Society (2013), hanya beberapa faktor resiko yang telah diketahui dari LLA, yaitu: A. Paparan Radiasi Paparan radiasi yang tinggi merupakan faktor resiko untuk kedua tipe leukemia akut. Orang yang terpapar radiasi pada musibah bom di Jepang mempunyai resiko tinggi terkena leukemia akut, biasanya dalam 6 hingga 8 tahun Zat Kimia Resiko LLA meningkat dengan paparan zat kimia berupa benzene dan obat kemoterapi tertentu. Infeksi Virus Infeksi virus tertentu seperti HTLV-1 dapat menyebabkan LLA, tetapi jarang terjadi tipe yang seperti itu. Di Afrika, virus juga dihubunghubungkan dengan terjadinya LLA , yaitu virus yang menyebabkan “mono” (mononucleus) yang disebut sebagai Epstein Barr Virus atau EBV. Sindrom yang diwariskan (Inherited Syndromes) Sindrom adalah kumpulan dari tanda dan gejala yang secara bersamaan

menimbulkan

masalah.

Sindrom-sindrom

tertentu

tampaknya meningkatkan resiko terjadinya LLA. Adapun sindromsindrom tersebut adalah: - Down Syndrome - Klinefelter Syndrome - Fanconi Anemia - Bloom Syndrome - Ataxia-Telangiectasia

16

- Neurofibromatosis B. Ras atau etnik LLA lebih sering pada ras kulit putih dibandingkan dengan Afrika- Amerika, tetapi mekanismenya masih belum jelas. C. Jenis kelamin LLA lebih sering diderita anak laki-laki daripada perempuan. Namun, mekanismenya masih belum jelas. D. Kembar Identik dengan LLA Apabila salah satu dari pasangan kembar identik menderita LLA, maka hal ini akan meningkatkan resiko pada pasangan kembarnya pada awal kehidupan.

Patogenesis Leukemia merupakan istilah untuk beberapa jenis penyakit yang berbeda dengan manifestasi patofisiologis yang. Mulai dari penekanan sumsum tulang yang berat seperti pada leukemia akut sampai kepada penyakit dengan perjalanan penyakit yang lambat dan gejala ringan (indolent) seperti pada leukemia kronik. Pada dasarnya efek patofisiologi berbagai macam leukemia akut mempunyai kemiripan, tetapi berbeda dengan leukemia kronik (Perwono dan Ugrasena, 2010). Kelainan yang menjadi ciri khas sel leukemia diantaranya adalah asal mula “gugus” sel (clonal), kelainan proliferasi, kelainan sitogenik dan morfologi, kegagalan diferensiasi, petanda sel dan perbedaan biokimia terhadap sel normal (Perwono dan Ugrasena, 2010). LLA adalah hasil dari kegagalan genetik pada saat pembentukan sel darah, yaitu pada jalur pembentukan sel-T atau sel-B. Kegagalan ini disebabkan adanya mutasi yang menyebabkan pembentukan sel darah baru tanpa batas. Sel pada LLA ini telah disusun ulang struktur pembelahan immunoglobulin / reseptor gen pada sel-T-nya. Gambaran molekul antigen-reseptor yang

17

mengalami diferensiasi pada hubungan permukaan sel glikoprotein yang secara besar-besaran merekapitukasi sel progenitor limfosit yang belum matang pada permulaan perkembangan sel-T dan sel-B normal (Pui et al., 2008). Gejala Klinis Gejala klinis LLA, yaitu: A. Gejala sistemik yang sering ditemukan - Demam (60%) - Lemah, letih (50%) - Pucat (40%) (Lanzkowsky,2011). B. Efek hematologi sebagai pengaruh dari invasi dari sumsum tulang - Anemia: menyebabkan pucat, mudah lelah, takikardi, dispnea, dan kadang- kadang dapat menyebabkan Congestive Heart Failure. - Neutropenia: menyebabkan demam, ulserasi mukosa bukal, serta infeksi. - Trombositopenia: menyebabkan peteki, purpura, dan mudah memar, pendarahan dari membrane mukosa dan pendarah dalam (contoh: pendarahan intracranial) (Lanzkowsky,2011) Pada 1-2% pasien LLA, gejala utama yang ditemukan adalah pansitopenia, sehingga terjadi kesalahan diagnosa menjadi anemia aplastik atau kegagalan sumsum tulang (hanya 5% yang menggambarkan anemia aplastik) dan akhirnya berkembang menjadi LLA. Pada kasus ini dapat digambarkan sebagai berikut: - Pansitopenia atau sitopenia tunggal. - Sumsum tulang yang hiposelular. - Tidak ditemukan hepatosplenomegali. - Diagnosa

dari

leukemia

1-9

(Lanzkowsky,2011).

18

bulan

setelah

onset

dari

gejala

C. Manifestasi Klinis yang timbul dari invasi sistem limfoid - Limfadenopati:

kadang-kadang

muncul

dengan

limfadenopati

mediastinum yang besar (bulky mediastinal lymphadenopathy). - Splenomegali. - Hepatomegali (Lanzkowsky,2011). D. Manifestasi klinis dari invasi ekstramedula Sistem Saraf Pusat Ditemukan kurang dari 5% anak LLA dengan gejala seperti ini pada diagnosa awal. Ditemukan dengan ciri-ciri sebagai berikut: - Tanda dan gejala peningkatan tekanan intrakranial (contoh: sakit kepala, muntah di pagi hari, papiledema, kelumpuhan bilateral N VI). - Tanda dan gejala gangguan parenkim (contoh, tanda neuron fokal: hemiparesis, kelumpuhan saraf kranial, kejang, gangguan cerebral, seperti ataxia, dysmetria, hypotonia, hiperflexia). - Sindrom Hipotalamus (polifagia dengan penambahan berat badan, hirsutism, dan perubahan tingkah laku). - Diabetes Insipidus (gangguan pada pituitary bagian posterior). - Kloroma pada saraf spinal (sangat jarang pada LLA) dapat ditemukan dengan sakit punggung, sakit pada tungkai, kebas-kebas, Sindrom Brown- Se´quard, dan gangguan spinter pada kandung kemih dan usus. - Pendarahan otak adalah sebagai komplikasi dari LLA. Hal ini disebabkan

oleh:

leukostasis

pada

pembuluh

darah

otak,

menyebabkan leukotrombi, tersumbat dan pendarahan; trombositopenia dan koagulopati juga berperan dalam pendarahan otak (Lanzkowsky, 2011).

19

Sistem Perkemihan a. Gangguan pada testis - Biasanya ditemukan pembesaran testis yang tidak disertai nyeri. - Terjadi pada 10-23% laki-laki saat pertengahan perjalanan dari 13 bulan setelah didiagnosa. - 10-33% laki-laki menjalani biopsi bilateral (wedge biopsies). - Faktor resiko dari gangguan pada testis termasuk: sel -T LLA, leukositosis saat terdiagnosa (>20.000/mm3), ditemukan tumor mediastinum, hepatomegali dan limfadenopati (sedang-berat), dan trombositopenia (<30.000/mm3). b. Gangguan pada ovarium (jarang ditemukan) c. Priapism (jarang ditemukan) Disebabkan oleh gangguan pada saraf sakral atau terjadi obstruksi mekanik pada corpora cavernosa dan vena dorsalis oleh infiltrat leukemik atau oleh koagulasi dari platelet yang terjadi karena sel darah yang mengandung banyak leukosit di corpora cavernosa. d. Gangguan pada ginjal Pada gangguan ginjal dapat ditemukan hematuria (Lanzkowsky, 2011). i. Sistem Pencernaan Gangguan yang tersering adalah terjadinya pendarahan. Pendarahan disebabkan oleh infiltrat leukemik padasaluran cerna biasanya tidak terdeteksi sampai stadium akhir, ketika necrotizing enteropathy telah terjadi. Daerah yang paling sering terserang adalah caecum (usus besar) (Lanzkowsky, 2011). ii. Tulang dan Sendi Gejala ini telah dijumpai pada awal perjalanan penyakit. Sekitar 25% pasien LLA mengalami nyeri tulang dan sendi. Kejadian ini sebagai hasil dari infiltrasi leukemik langsung pada

20

periosteum, penyumbatan tulang, atau penyebaran ke celah sumsum tulang oleh sel leukemik. Pada radiologi dapat ditemukan: - Lesi dari osteolotik pada celah medulari dan cortex. - Tampak pita radiolusen yang transversal pada metafiseal dengan peningkatan densitas (growth arrest lines).

- Pembentukan tulang baru pada bagian subperiosteal (Lanzkowsky, 2011). iii.

Kulit Umumnya ditemukan pada neonatus (Lanzkowsky, 2011).

Selain dijumpai tanda-tanda pendarahan pada neonatus, dapat pula dijumpai makulopapular pada kulit yang mengalami infiltrasi sehingga berwarna merah gelap (leukemia kutis) (Imbach, 2001). iv. Jantung Setengah hingga dua pertiga pasien ditemukan gangguan jantung pada saat dilakukan otopsi, tetapi pasien yang mengeluhkan gangguan jantung tidak melebihi 5% kasus. Pemeriksaan patologi ditemukan adanya infiltrasi leukemik dan pendarahan pada bagian miokardium ataupun perikardium (Lanzkowsky, 2011). v. Paru-paru Jarang ditemukannya gangguan. Gangguan paru yang mungkin ditemukan karena disebabkan oleh infiltrasi leukemik atau pendarahan paru (Lanzkowsky, 2011).

Diagnosis Pendekatan diagnosis: A. Anamnese Dokter akan menanyakan beberapa pertanyaan tentang tanda dan gejala, penyakit terdahulu, faktor resiko, serta sudah berapa lama

21

keluhan dirasakan oleh anak (American Cancer Society, 2013). Gejala klinis yang ditanyakan berupa demam, lemah, letih, tidak bersemangat, pucat (penurunan kadar Hb), gusi berdarah, mimisan, memar, nyeri tulang, sakit kepala di pagi hari, muntah, tanda neurologi fokal (cranial nerve palsies, hemiparesis, pusing) maupun menstruasi yang memanjang (Imbach, 2005). B. Pemeriksaan Fisik i. Inspeksi - Mata: dapat ditemukan konjungtiva palpebra inferior pucat, papil edem dan pendarahan pada retina - Hidung: dapat ditemukan ada tidaknya pendarahan. - Rongga mulut: dapat ditemukan gusi yang berdarah maupun ulserasi mukosa yang dapat disertai infeksi. Infeksi biasanya disebabkan oleh jamur, bakteri maupun virus. Infeksi jamur Candida albicans (oral thrush) sering ditemukan pada saat diagnosa. Infeksi bakteri yang sering ditemukan disebabkan oleh Streptococcus viridans (S. mitis, S. sanguis, S. hominis), sedangkan infeksi virus adalah Herpes Simplex Virus (HSV) (Smith dan Hann, 2006) - Leher: pemeriksaan vena jugularis externa. Ada tidaknya peningkatan tekanan vena jugularis (Sindroma Vena Cava Superior) (Imbach, 2005). - Extremitas superior: dapat ditemukan pucat pada kuku dan telapak tangan. Selain itu, dapat ditemukan juga pembengkakan pada sendi (Imbach, 2005). - Secara keseluruhan tubuh: ditemukan petekie, purpura, dan mudah memar. ii. Palpasi Meraba ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening (umumnya di daerah cervical dan inguinal) (Simone et al., 2011) dan pembesaran organ. Pembesaran organ, umumnya pada hepar (kanan)

22

dan spleen (kiri) (American Cancer Society, 2013). Pada anak laki-laki sering ditemukan adanya pembesaran testis yang tidak disertai dengan nyeri (Lanzkowsky, 2011). iii. Perkusi Perkusi yang dilakukan di rongga dada, dapat ditemukan beberapa kelainan berupa tamponade jantung dan efusi pleura/ perikardium (Imbach, 2005). C. Pemeriksaan Laboratorium i. Status hematologi - Hemoglobin Nilai Hb yang rendah menunjukan perjalanan leukemia yang masih panjang, sedangkan nilai Hb yang tinggi menunjukan proliferasi leukemia yang tinggi (Lanzkowsky, 2011). Selain perubahan nilai Hb, juga ditemukan juga penurunan jumlah retikulosit pada pasien LLA (Imbach, 2005) Menurut Teuffel et al. (2008), pasien dengan kadar Hb yang tinggi (Hb≥8g/dl) pada saat terdiagnosa dapat meningkatkan resiko outcome yang buruk, jika dibandingkan dengan pasien yang mempunyai kadar Hb yang lebih rendah (Hb < 8g/dl). Hal ini dikarenakan pada leukemia sel-T prekursor sering ditemukan kadar Hb yang lebih tinggi pada saat terdiagnosa dibandingkan leukemia sel-B prekursor. Akan tetapi, diantara sesama anak-anak dengan leukemia sel-T prekursor, kadar Hb yang rendah pada saat terdiagnosa dapat meningkatkan resiko outcome yang buruk, jika dibandingkan dengan pasien yang mempunyai kadar Hb yang lebih tinggi. Kadar Hb pada saat terdiagnosa bukan merupakan faktor resiko yang mandiri karena kadar Hb tidak dapat dipakai sebagai stratifikasi terhadap uji klinis. Hubungan anemia dengan prognosis mungkin hanya sebatas kepentingan informasi biologikal dalam menjamin investigasi lebih lanjut (Teuffel et al., 2008).

23

- Leukosit Jumlah leukosit dapat meningkat, normal, maupun menurun. Jumlah

leukosit>

50.000/µl

menunjukkan

prognosis

buruk

(Lanzkowsky, 2011). Menurut Gustafsson et al. (2000) dalam Kanerva (2001), pada anak-anak dengan jumlah leukosit > 50.000/µl, umumnya beresiko tinggi terhadap kekambuhan penyakit, sehingga memerlukan pengobatan yang intensif. Jumlah leukosit yang meningkat, umumnya ditemukan sel blas. Jumlah leukosit > 100.000/ µl limfoblas sudah banyak dijumpai dan telah terjadi viseromegali (Imbach, 2005). Jumlah leukosit pada saat terdiagnosa sangat berhubungan dengan tingkat kelangsungan hidup. Kelompok anak dengan jumlah leukosit yang tinggi (≥50.000/µl) mempunyai tingkat kelangsungan hidup yang lebih rendah. Hal yang tidak dapat diduga adalah outcome dari kelompok dengan jumlah leukosit yang rendah (<30.000/µl) juga menunjukan hasil yang buruk jika dibandingkan dengan jumlah leukosit yang menegah (Yanada et al., 2006). Akan tetapi, pada pasien leukemia sel-T dengan jumlah leukosit yang < 10.000/µl pada saat terdiagnosa mempunyai perjalanan penyakit yang lebih buruk dibanding pasien dengan jumlah leukosit antara 10.000/µl - 50.000/µl (Pullen et al., 1999; Yanada et al., 2006). - Hapusan darah tepi Pada pemeriksaan hapusan darah tepi sering ditemukannya sel blas. Pada kondisi tertentu seperti pada pasien leukopenia, hanya ditemukan sedikit hingga tidak ditemukannya sel blas. Biasanya, apabila leukosit melebihi 10.000/mm3, sel blas ditemukan berlimpah-limpah. Eosinofil jarang ditemukan pada anak-anak LLA (Lanzkowsky, 2011). Menurut Patte et al. (2001), Reiter et al. (1999), Reiter et al. (1992) dalam Kanerva (2001), L3 pada LLA juga disebut sebagai Burkitt’s leukemia. Secara klinis, karakteristiknya mempunyai

24

perkembangan yang pesat dan biasanya terjadi lisis tumor. Pengobatan dilakukan secara intensif, tetapi hanya dalam waktu yang singkat. Dengan strategi seperti ini, outcome dari pasien anak ini adalah baik. L2 pada LLA tidak mempunyai hubungan apapun dengan faktor prognotik lain yang sifatnya berlawanan. Pada median dari leukosit yang rendah dan hiperdiploidi yang umumnya terdapat pada kelompok L2. Leukemia sel-T sedikit, tetapi tidak mutlak, berhenti pada gambaran L2. Sel blas L2 lebih resisten terhadap pengobatan anti-kanker dibandingkan sel blas L1. Faktor prognotik buruk ditemukan hanya pada pasien kelompok L2 dengan leukosit <50.000/µl, tetapi tidak pada kelompok jumlah leukosit ≥50.000/ µl yang dapat diperdebatkan sesuai dengan variasi

acak

dibandingkan

interaksi

nyata.

Selain

itu,

tidak

ditemukannya perbedaan dalam outcome antara pasien LLA antara L1 dan L2 pada saat jumlah leukosit >50.000/µl pada saat terdiagnosa (Kanerva, 2001). - Trombosit 92% dari pasien LLA mempunyai kadar trombosit di bawah normal. Pendarahan yang serius ( sistem pencernaan atau intrakranial ) terjadi pada platelet dibawah 20.000/ mm3 (Lanzkowsky, 2011). Jumlah platelet merupkan faktor prognosis yang mandiri. Jumlah platelet dapat menggambarkan luas dari infiltrasi sel leukemik pada sumsum tulang. Outcome pada pasien dengan jumlah platelet pada saat terdiagnosa >50.000/mm3 lebih baik daripada pasien dengan jumlah platelet yang lebih rendah (Simone et al., 1975). Menurut Hirt et al. (1997a), Hirt et al. (1997b) dan Pyesmany et al. (1999) dalam Kanerva (2001), anak-anak dengan jumlah leukosit yang tinggi pada saat terdiagnosa mempunyai perjalanan penyakit yang cepat dengan kecepatan proliferasi yang tinggi terhadap sel blas. Pada pasien ini dapat ditemukan kadar Hb dan platelet yang mendekati

25

kadar normal.Sebaliknya, anak-anak dengan jumlah leukosit yang rendah dapat ditemukan kadar Hb dan platelet yang rendah juga. Hal ini menunjukkan perkembangan yang lambat, sehingga memerlukan waktu yang panjang dalam mengganggu produksi dari prekursor normal sel darah. Kebanyakan dari pasien LLA ditemukan leukosit yang berlebihan, keterbatasan sel darah merah, dan platelet yang tidak mencukupi. Terlihat leukosit yang berupa sel blas. Pemeriksaan laboratorium juga digunakan untuk melihat seberapa bagus pengobatan tersebut (American Cancer Society, 2013). Analisa kimia darah Tujuan dilakukannya pemeriksaan analisa kimia darah adalah untuk mengetahui seberapa kerusakan yang terjadi, seperti fungsi ginjal (elektrolit, urea), asam urat, fungsi hati, dan tingkatan immunoglobulin. Pada pasien LLA umumnya terjadi peningkatan terhadap kadar serum asam

uratnya, derajat

peningkatan

ini

mencerminkan

tingkat

keparahannya. Peningkatan kadar asam urat ini terjadi pada pasien dengan tanda-tanda peningkatan jumlah leukosit dan penyakit ekstramedular yang meluas. Disfungsi dari ginjal juga dapat terjadi diantara pasien hiperuricemia. Kadar serum laktat dehidrogenase umumnya juga meningkat, peningkatan ini mencerminkan tingkat keparahan tumor (Rudolph et.al., 2003). Variasi dari ketidaknormalan elektrolit yang berhubungan dengan kalsium, fosfat, dan kalium, hal ini mungkin harus menjadi perhatian

untuk pasien yang baru didiagnosa LLA. Hiperkalsemia

merupakan hasil dari berlebihnya sel leukemik yang menginfiltrasi ke tulang., hiperfosfatemia sebagai hasil dari penghancuran sel tumor yang berlebihan, sedangkan hiperkalemia disebabkan oleh berlebihnya sel leukemik yang lisis (Rudolph et.al., 2003).

26

Penurunan imunoglobulin pada serum saat didagnosa ditemukan pada 30% anak LLA dan hal ini mengarah ke prognosis yang buruk (Rudolph et.al., 2003). Profil koagulasi: ditemukannya penurunan faktor koagulasi Gangguan koagulasi berat bukan merupakan tanda dan ciri khas LLA (Rudolph et al., 2003). Penurunan faktor koagulasi yang umumnya terlibat adalah hipofibrinogen, faktor V, IX dan X (Lanzkowsky, 2011). D. Tes sumsum tulang Aspirasi

sumsum

tulang

dan

biopsi

digunakan

untuk

mendapatkan sampel sumsum tulang . Tes ini bertujuan untuk menegakkan apakah seseorang menderita LLA atau tidak. Pemeriksaan ini juga dapat digunakan untuk

melihat

seberapa pengobatan

bagus yang

diberikan (American Cancer Society, 2013). Pa

Pa

Panel A adalah gambaran sel dari perkembangan sumsum tulang sehat. Tampak gambaran yang bervariasi dari sumsum normal. Panel B adalah gambaran sel dari pasien LLA. Tampak gambaran dengan karakteristik sama tanpa variasi tertentu dari sel blas leukemi (Leukemia & Lymphoma Society, 2014). Sumsum tulang umumnya digantikan oleh 80%-100% sel blas. Megakariosit umumnya tidak ditemukan. Seseorang diduga leukemia apabila sumsum tulang dipenuhi lebih dari 5% sel blas. Tanda dari leukemia akut adalah adanya sel blas. Sumsum tulang dapat diperiksa dengan cara histochemistry, immunophenotyping, dan sitogenik

27

Pengobatan Penanganan leukemia pada anak meliputi penanganan kuratif dan penanganan suportif. Penanganan suportif meliputi pengobatan penyakit lain yang menyertai leukemia dan pengobatan komplikasi, yaitu transfusi darah/trombosit, pemberian antibiotik, pemberian antijamur, pemberian obat untuk meningkatkan granulosit, pemberian nutrisi yang tepat, dan pendekatan psikososial (Perwono dan Ugrasena, 2010). Penanganan kuratif bertujuan untuk menyembukan leukemianya yang berupa kemoterapi (Perwono dan Ugrasena, 2010). Menurut American Cancer Society (2013), kemoterapi merupakan terapi yang dilakukan dalam tiga tahap, yaitu: A. Tahap Induksi Tujuan dari terapi ini adalah untuk mencapai remisi komplit hematologi, yaitu eradikasi sel leukemia yang dapat dideteksi secara morfologi dalam darah dan sumsum tulang sehingga kembalinya hematopoesis normal. B. Tahap Konsolidasi Terapi ini biasanya diberikan dalam siklus empat hingga enam bulan.Tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah sel leukemia yang masih tersisa. C. Tahap Maintenance. Terapi ini diberikan sekitar dua-tiga tahun. Pada anak-anak terapi ini memperpanjang disease free survival. Selain transplantasi

kemoterapi, sumsum

tulang

mungkin memberikan kesempatan untuk sembuh, khususnya bagi anak-anak dengan leukemia sel-T yang setelah relaps mempunyai

28

prognosis yang buruk dengan terapi sitostatika konvensional.

Masa Remisi Tujuan utama pengobatan LLA adalah agar tercapainya remisi. Pencapaian remisi penting dalam menentukan kelangsungan hidup yang lebih lama (Leukemia & Lymphoma Society, 2014). Remisi komplit dapat dilihat dari hasil laboratorium dan gejala klinis leukemia yang menghilang berupa demam dan nyeri tulang. Selain itu, tidak ditemukan hepatosplenomegali dan limfadenopati. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb>12g/dl tanpa transfusi, jumlah granulosit ≥500/µl, jumlah trombosit >75.000/µl, dan tidak ditemukannya sel blas dalam pemeriksaan hapusan darah (Lanzkowsky, 2011). Pada aspirasi sumsum tulang didapatkan jumlah sel blas <5% dari sel berinti. Jumlah leukosit >3.000/ µl dengan hitung jenis leukosit normal dan pemerikaan cairan serebrospinal normal (Perwono dan Ugrasena, 2010).

Prognosis Keberhasilan pengobatan leukemia semakin meningkat setiap tahunnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi prognotik LLA adalah: - Jumlah leukosit awal (saat diagnosis LLA ditegakkan), mungkin merupakan faktor prognostik yang bermakna tinggi. Ditemukan adanya hubungan linear antara jumlah leukosit awal dan perjalanan pasien LLA pada anak, yaitu bahwa pasien dengan jumlah leukosit >50.000 ul mempunyai prognostik buruk - Fenotip imunologis (immunophenotype) dari limfoblas saat didiagnosa berperan sebagai faktor prognostik. Leukemia sel-B (L3 pada klasifikasi FAB denga antibodi “kappa” dan “lambda” pada permukaan sel blas) diketahui merupakan faktor prognosis yang buruk. Dengan adanya protokol spesifik untuk sel-B, prognosisnya semakin membaik.

29

Sel-T leukemia juga mempunyai prognosis yang jelek, dan merupakan resiko tinggi. Dengan terapi yang intensif, sel-T leukemia murni tanpa faktor prognostik buruk yang lain, mempunyai prognosis yang sama dengan leukemia sel pre-B. LLA sel-T diatasi dengan protokol resiko tinggi. - Pasien dengan jumlah platelet pada saat terdiagnosa >50.000/mm3 lebih baik daripada pasien dengan jumlah platelet yang lebih rendah (Simone et al., 1975). Selain itu, jumlah platelet >100.000/ µl pada akhir pengobatan induksi juga ikut menentukan kelangsungan hidup lebih lama (Perwono dan Ugrasena, 2010). - Kadar Hb pada saat terdiagnosa bukan merupakan faktor resiko yang mandiri. Kadar Hb yang tinggi (≥ H8bg/dl) pada saat terdiagnosa dapat memiliki prognosis lebih buruk, jika dibandingkan dengan pasien

yang

mempunyai kadar Hb yang lebih rendah (Hb < 8g/dl). Hal ini dikarenakan pada leukemia sel-T prekursor sering ditemukan kadar Hb yang lebih tinggi pada saat terdiagnosa dibandingkan leukemia sel-B prekursor (Teuffel et al., 2008). Akan tetapi, apabila kadar Hb pada akhir induksi tidak mencapai Hb>12g/dl tanpa transfusi menunjukan prognosis yang kurang baik (Perwono dan Ugrasena, 2010). Hubungan anemia dengan prognosis mungkin hanya sebatas kepentingan informasi biologikal dalam menjamin investigasi lebih lanjut (Teuffel et al., 2008). 2.4 Fisika Sistem Hematologi Pemeriksaan panel hematologi (hemogram) terdiri dari leukosit, eritrosit, hemoglobin, hematokrit, indeks eritrosit dan trombosit. Pemeriksaan hitung darah lengkap terdiri dari hemogram ditambah leukosit diferensial yang terdiri dari neutrofi l (segmented dan bands), basofi l, eosinofi l, limfosit dan monosit. Pedoman Interpretasi Data Klinik

|

30

Rentang nilai normal hematologi bervariasi pada bayi, anak anak dan remaja, umumnya lebih tinggi saat lahir dan menurun selama beberapa tahun kemudian. Nilai pada orang dewasa umumnya lebih tinggi dibandingkan tiga kelompok umur di atas. Pemeriksaan hemostasis dan koagulasi digunakan untuk mendiagnosis dan memantau pasien dengan perdarahan, gangguan pembekuan darah, cedera vaskuler atau trauma. a) Hematokrit (Hct) Nilai normal:

Pria : 40% - 50 % SI unit : 0,4 - 0,5

Wanita

: 35% - 45% SI unit : 0.35 - 0,45 Deskripsi: Hematokrit menunjukan persentase sel darah merah tehadap volume darah total. Implikasi klinik: • Penurunan nilai Hct merupakan indikator anemia (karena berbagai sebab), reaksi hemolitik, leukemia, sirosis, kehilangan banyak darah dan hipertiroid. Penurunan Hct sebesar 30% menunjukkan pasien mengalami anemia sedang hingga parah. • Peningkatan nilai Hct dapat terjadi pada eritrositosis, dehidrasi, kerusakan paru-paru kronik, polisitemia dan syok. • Nilai Hct biasanya sebanding dengan jumlah sel darah merah pada ukuran eritrosit normal, kecuali pada kasus anemia makrositik atau mikrositik. • Pada pasien anemia karena kekurangan besi (ukuran sel darah merah lebih kecil), nilai Hct akan terukur lebih rendah karena sel mikrositik terkumpul pada volume yang lebih kecil, walaupun jumlah sel darah merah terlihat normal. • Nilai normal Hct adalah sekitar 3 kali nilai hemoglobin. • Satu unit darah akan meningkatkan Hct 2% - 4%. Faktor pengganggu • Individu yang tinggal pada dataran tinggi memiliki nilai Hct yang tinggi demikian juga Hb dan sel darah merahnya. • Normalnya, Hct akan sedikit menurun pada hidremia fi siologis pada kehamilan Pedoman Interpretasi Data Klinik • Nilai Hct normal bervariasi sesuai umur dan jender. Nilai normal untuk bayi lebih tinggi karena bayi baru lahir memiliki banyak sel makrositik.

31

Nilai Hct pada wanita biasanya sedikit lebih rendah dibandingkan laki-laki. • Juga terdapat kecenderungan nilai Hct yang lebih rendah pada kelompok umur lebih dari 60 tahun, terkait dengan nilai sel darah merah yang lebih rendah pada kelompok umur ini. • Dehidrasi parah karena berbagai sebab meningkatkan nilai Hct. Hal yang harus diwaspadai Nilai Hct <20% dapat menyebabkan gagal jantung dan kematian; Hct >60% terkait dengan pembekuan darah spontan b) Hemoglobin (Hb) Nilai normal : Pria : 13 - 18 g/dL SI unit : 8,1 - 11,2 mmol/L Wanita: 12 - 16 g/dL SI unit : 7,4 – 9,9 mmol/L Deskripsi: Hemoglobin adalah komponen yang berfungsi sebagai alat transportasi oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2). Hb tersusun dari globin (empat rantai protein yang terdiri dari dua unit alfa dan dua unit beta) dan heme (mengandung atom besi dan porphyrin: suatu pigmen merah). Pigmen besi hemoglobin bergabung dengan oksigen. Hemoglobin yang mengangkut oksigen darah (dalam arteri) berwarna merah terang sedangkan hemoglobin yang kehilangan oksigen (dalam vena) berwarna merah tua. Satu gram hemoglobin mengangkut 1,34 mL oksigen. Kapasitas angkut ini berhubungan dengan kadar Hb bukan jumlah sel darah merah. Penurunan protein Hb normal tipe A1, A2, F (fetal) dan S berhubungan dengan anemia sel sabit. Hb juga berfungsi sebagai dapar melalui perpindahan klorida kedalam dan keluar sel darah merah berdasarkan kadar O2 dalam plasma (untuk tiap klorida yang masuk kedalam sel darah merah, dikeluarkan satu anion HCO3). Penetapan anemia didasarkan pada nilai hemoglobin yang berbeda secara individual karena berbagai adaptasi tubuh (misalnya ketinggian, penyakit paruparu, olahraga). Secara umum, jumlah hemoglobin kurang dari 12 gm/dL menunjukkan anemia. Pada penentuan status anemia, jumlah total hemoglobin lebih penting daripada jumlah eritrosit. Pedoman Interpretasi Data Klinik

|

Implikasi klinik : • Penurunan nilai Hb dapat terjadi pada anemia (terutama anemia karena kekurangan zat besi), sirosis, hipertiroidisme, perdarahan, peningkatan asupan cairan dan kehamilan. • Peningkatan nilai Hb dapat terjadi pada

32

hemokonsentrasi (polisitemia, luka bakar), penyakit paru-paru kronik, gagal jantung kongestif dan pada orang yang hidup di daerah dataran tinggi. • Konsentrasi Hb berfl uktuasi pada pasien yang mengalami perdarahan dan luka bakar. • Konsentrasi Hb dapat digunakan untuk menilai tingkat keparahan anemia, respons terhadap terapi anemia, atau perkembangan penyakit yang berhubungan dengan anemia. Faktor pengganggu • Orang yang tinggal di dataran tinggi mengalami peningkatan nilai Hb demikian juga Hct dan sel darah merah. • Asupan cairan yang berlebihan menyebabkan penurunan Hb • Umumnya nilai Hb pada bayi lebih tinggi (sebelum eritropoesis mulai aktif) • Nilai Hb umumnya menurun pada kehamilan sebagai akibat peningkatan volume plasma • Ada banyak obat yang dapat menyebabkan penurunan Hb. Obat yang dapat meningkatkan Hb termasuk gentamisin dan metildopa • Olahraga ekstrim menyebabkan peningkatan Hb Hal yang harus diwaspadai 1. Implikasi klinik akibat kombinasi dari penurunan Hb, Hct dan sel darah merah. Kondisi gangguan produksi eritrosit dapat menyebabkan penurunan nilai ketiganya. 2. Nilai Hb <5,0g/dL adalah kondisi yang dapat memicu gagal jantung dan kematian. Nilai >20g/dL memicu kapiler clogging sebagai akibat hemokonsenstrasi Tatalaksana Manajemen anemia bertujuan untuk mengatasi penyebab rendahnya nilai hemoglobin. Dalam situasi terjadi penurunan darah yang akut, transfusi 12 |

Pedoman Interpretasi Data Klinik

merupakan terapi pilihan. Dalam situasi terjadi kekurangan atau penurunan nutrisi maka diperlukan penggantian besi, vitamin B12 atau asam folat. Pada penurunan fungsi ginjal dan penggunaan sitostatika, anemia biasanya terjadi karena menurunnya produksi eritropoetin sehingga terapi yang tepat adalah pemberian eritropoetin, namun apabila ada kendala biaya yang mahal, dapat diganti dengan tranfusi darah. Jika anemia terjadi akibat menurunnya produksi eritropoetin maka terapi penggantian eritropoetin dapat mengurangi kebutuhan tranfusi.

33

c) Eritrosit (sel darah merah) Nilai normal: Pria: 4,4 - 5,6 x 106 sel/mm3 SI unit: 4,4 - 5,6 x 1012 sel/L

Wanita: 3,8-5,0 x 106 sel/mm3 SI unit: 3,5 - 5,0 x

1012 sel/L Deskripsi:

Fungsi utama eritrosit adalah untuk mengangkut oksigen dari paru-

paru ke jaringan tubuh dan mengangkut CO2 dari jaringan tubuh ke paru-paru oleh Hb. Eritrosit yang berbentuk cakram bikonkaf mempunyai area permukaan yang luas sehingga jumlah oksigen yang terikat dengan Hb dapat lebih banyak. Bentuk bikonkaf juga memungkinkan sel berubah bentuk agar lebih mudah melewati kapiler yang kecil. Jika kadar oksigen menurun hormon eritropoetin akan menstimulasi produksi eritrosit. Eritrosit, dengan umur 120 hari, adalah sel utama yang dilepaskan dalam sirkulasi. Bila kebutuhan eritrosit tinggi, sel yang belum dewasa akan dilepaskan kedalam sirkulasi. Pada akhir masa hidupnya, eritrosit yang lebih tua keluar dari sirkulasi melalui fagositosis di limfa, hati dan sumsum tulang (sistem retikuloendotelial). Proses eritropoiesis pada sumsum tulang melalui beberapa tahap, yaitu: 1. Hemocytoblast (prekursor dari seluruh sel darah); 2. Prorubrisit (sintesis Hb); 3. Rubrisit (inti menyusut, sintesa Hb meningkat); 4. Metarubrisit (disintegrasi inti, sintesa

Hb meningkat; 5. Retikulosit (inti

diabsorbsi); 6. Eritrosit (sel dewasa tanpa inti). Implikasi klinik : • Secara umum nilai Hb dan Hct digunakan untuk memantau derajat anemia, serta respon terhadap terapi anemia • Jumlah sel darah merah menurun pada pasien anemia leukemia, penurunan fungsi ginjal, talasemin, hemolisis dan lupus eritematosus 13Pedoman Interpretasi Data Klinik

|

sistemik. Dapat juga terjadi karena obat (drug induced anemia). Misalnya: sitostatika, antiretroviral. • Sel darah merah meningkat pada polisitemia vera, polisitemia sekunder, diare/dehidrasi, olahraga berat, luka bakar, orang yang tinggal di dataran tinggi.

34

Susunan Sel Darah Merah 1).

Mean Corpuscular Volume (MCV) (Volume

korpuskuler rata – rata) Perhitungan : MCV (femtoliter) = 10 x Hct (%) : Eritrosit (106 sel/μL) Nilai normal : 80 – 100 (fL) Deskripsi

: MCV adalah indeks untuk menentukan ukuran sel darah merah. MCV

menunjukkan ukuran sel darah merah tunggal apakah sebagai Normositik (ukuran normal), Mikrositik (ukuran kecil < 80 fL), atau Makrositik (ukuran kecil >100 fL). Implikasi klinik : • Penurunan nilai MCV terlihat pada pasien anemia kekurangan besi, anemia pernisiosa dan talasemia, disebut juga anemia mikrositik. • Peningkatan nilai MCV terlihat pada penyakit hati, alcoholism, terapi antimetabolik, kekurangan folat/vitamin B12, dan terapi valproat, disebut juga anemia makrositik. • Pada anemia sel sabit, nilai MCV diragukan karena bentuk eritrosit yang abnormal. • MCV adalah nilai yang terukur karenanya memungkinkan adanya variasi berupa mikrositik dan makrositik walaupun nilai MCV tetap normal. • MCV pada umumnya meningkat pada pengobatan Zidovudin (AZT) dan sering digunakan sebagi pengukur kepatuhan secara tidak langsung. 2). Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) (Hemoglobin Korpuskuler rata – rata) Perhitungan : MCH (picogram/sel) = hemoglobin/sel darah merah Nilai normal : 28– 34 pg/ sel 2.5 Biokimia Sistem Hematologi A. PENGERTIAN DARAH Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk menunjang kehidupan. Tanpa darah yang cukup seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan dan

bahkan dapat mengakibatkan

kematian. Darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), keeping darah (trombosit) serta medium cair dimana bagian padat tersuspensi. Darah mengalir dalam arteri, kapiler dan vena untuk

35

mengirimkan oksigen dan zat-zat gizi ke jaringan dan membawa karbon dioksida dan hasil limbah lainnya. Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah) dan 45% sel-sel darah (darah padat). Jumlah darah yang ada pada tubuh kita yaitu sekitar sepertigabelas berat tubuh orang dewasa atau sekitar 5 atau 6 liter. Bobot jenis darah berfariasi antara 1,024-1,028. B. FUNGSI DARAH 

Pernafasan (transport oksigen dari paru-paru ke jaringan-jaringan dan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru).



Gizi (Transport zat-zat yang diabsorbsi melalui dinding usus).



Ekskresi (Transpor sisa metabolism ke ginjal, paru, kulit dan usus untuk dibuang).



Mengatur suhu tubuh dengan meratakan panas badan.



Mengatur keseimbangan asam dalam tubuh.



Mengatur keseimbngan air melalui efek darah terhadap pertukaran air antara cairan yang bersirkulasi.



Perlawanan terhadap peradangan



Transport hormone



Transport metabolit

C. PEREDARAN DARAH Peredaran darah besar yaitu peredaran darah yang berasal dari jantung membawa oksigen dan sari makanan ke seluruh tubuh dan kembali ke jantung membawa karbondioksida. Peredaran darah kecil yaitu peredaran darah dari jantung membawa karbondioksida menuju paru-paru untuk dilepas dan mengambil oksigen untuk dibawa ke jantung.

D. KOMPOSISI DARAH Menurut volumenya, 40-45% darah terdiri atas eritrosit, leukosit dan trombosit. Dalam jumlah rata-rata tanpa membedakan jenis kelamin dan

36

umur. Jika darah dilakukan pemusingan atau sentrifungsi, dalam kondisi tidak terjadi pembekuan, maka supernatannya disebut plasma, jika dalam kondisi pembekuan maka cairan yang terpisah darah disebut serum, serum tidak mengandung fibrinogen.

E. KOMPONEN-KOMPONEN DARAH Komponen – komponen dalam darah adalah : 

Cairan

plasma darah merupakan substansi kompleks yang

mengandung

protein

(albumin,

globulin,

dan

fibrinogen),

karbohidrat (%)  Eritrosit (Sel darah merah) Jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah. Bagian dalam eritrosit dari hemoglobin,

sebuah

biomolekul

yang

dapat

mengikat

oksigen.

Hemoglobin, akan mengambil oksigen dari paru-paru, dan oksigen akan dilepaskan saat entrosit melewati pembuluh kapiler. Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna haemoglobin yang unsur pembuatannya adalah zat-zat besi. Pada manusia, sel darah merah dibuat di sum-sum tulang belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah terdapat nucleus. Sel darah merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan. Warna dari eritrosit berasal dari gugus heme yang terdapat pada haemoglobin. Sedangkan cairan plasma darah sendiri berwarna kuning kecoklatan, tetapi eritrosit akan berubah warna tergantung pada kondisi haemoglobin. Ketika terikat pada oksigen, eritrosit akan berubah warna merah terang ketika oksigen dilepas maka warna eritrosit akan berwarna lebih gelap, dan akan menimbulkan warna kebiru-biruan pada pembuluh darah dan kulit.  Leukosit (sel darah putih) Jumlah sel darah putih pada orang dewasa berkisar antara 6000-9000 sel/CC darah. Fungsi utama dari sel tersebut adalah untuk fagosit (pemakan) bibit

37

penyakit atau benda asing yang masuk kedalam tubuh. Maka jumlah sel tersebut bergantung dari bibit penyakit atau benda asing yang masuk tubuh. Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6.000-9.000 sel/CC darah. Jumlah sel tersebut bergantung dari bibit penyakit atau benda asing yang masuk tubuh. Peningkatan jumlah leukosit merupakan petunjuk adanya infeksi (misalnya radang paru-paru). Lekopeni adalah berkurangnya jumlah leukosit sampai di bawah 6.000/CC darah. Leukosit adalah bertambah nya jumlah leukosit melebihi normal (di atas 9.000 sel/CC darah). Fungsi fagosit sel darah tersebut terkadang harus mencapai benda asing atau kuman jauh diluar pembuluh darah. 

Berdasarkan ada tidaknya granula, leukosit dibagi menjadi: 1. Leukosit Granuler

: eosinophil, basophil, neutrophil

2. Leukosit agranuler

: monosit dan limfosit

 Trombosit ((platelet) Koping darah tersirkulasi dalam darah dan terlibat dalam mekanisme homeostatis tingkat sel dalam proses pembekuan darah dengan membentuk darah beku. Rasio plasma koping darah normalberkisar antara 200.000300.000 koping/mm3, nilai di bawah rentang tersebut dapat menyebabkan pendarahan, sedangkan nilai di atas rentang yang sama dapat meningkatkan risiko thrombosis. Trombosit memilki bentuk yang tidak teratur, tidak berwarna, tidak berinti, berukuran lebih kecil dari eritrosit dan leukosit, dan mudah pecah bila tersentuh benda kasar.  PEMBEKUAN DARAH Pembekuan terjadi setelah mengalami kerusakan system pembuluh darah (vascular system) tetapi tidak harus terjadi jika yang mengalami kerusakan adalah sistem peredaran darah (circulatory sistem). Pembekuan fibrin dan konservasinya menjadi bekuan darah adalah puncak reaksi-reaksi berurutan yang melibatkan banyak enzim-enzim dalam plasma dan berinteraksi sebagai suatu sistem bertingkat.

38

F. KOMPONEN- KOMPONEN ANORGANIK DAN ORGANIK DALAM PLASMA Komponen- komponen ini didalam individu normal dapat mengalami fluktasi karena pengaruh beberapa faktor yang bervariasi termasuk status nutrisi. Komponen ini dipertahankan dalam tingkat yang menunjukkan keseimbangan antara proses anabolik dan proses metabolik normal. Terdapat penyimpangan nilai- nilai dari berbagai komponen dalam plasma ini menunjukkan sebuah status patologi. Beberapa contoh komponen organik normal adalah bilirubin, urea, kreatinin, asam urat, glukosa, total kolesterol, serta lipid. Sedangkan komponen anorganik antara lain adalah chloride, phospat, kalsium, sodium, magnesium, fe. a) Hemaglobin Hemaglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah (SDM). Protein tetramer yang dapat mengikat 4 atom oksigen per tetramer ( satu pada tiap subunit hem), atom oksigen terikat pada atom Fe2+ , yang terdapat pada hem, pada ikatan koordinasi ke 5. Protein tetramer kompak yang setiap monomernya terikat pada gugus prostetik hem dan keseluruhannya mempunyai berat molekul 64.450 Dalton. Darah mengandung 7,8 sampai 11,2 mMol hemoglobin monomer/ L( 12,6 sampai 18,4 gram/dL), tergantung pada jenis kelamin dan umur individu. Nilai normal Hb pada wanita dewasa 11,5 – 13,5 gr% pada pria dewasa yaitu 13,5- 17,5%. Hemoglobin memiliki fungsi sebagai berikut: 1. Mengikat dan membawa oksigen dari paru- paru ke seluruh jaringa tubuh. 2. Mengikat dan membawa CO2 dari seluruh jaringan tubuh ke paru- paru. 3. Memberi warna merah pada darah. 4. Mempertahankan keseimbangan asam-basa dari tubuh. Hemoglobin yang terikat pada oksigen disebut hemoglobin teroksidasi atau oksihemoglobin (HbO2), sedangkan hemoglobin yang sudah melepaskan oksigen disebut deoksihemoglobin (Hb). -

Oksihemoglobin dan Deoksihemoglobin

39

Hemoglobin dapat mengikat oksigen menjadi HbO2 dan senyawa ini dapat terurai kembali menjadi deoksiHb dan O2. O2 terikat lemah pada ion Ferro, dan mudah dilepas lagi. Misalnya dengan larutan stokes yaitu suatu reduktor lemah dihasilkan Hb tereduksi. Bila Hb tereduksi diberikan O2 lagi oksiHb akan terbentuk lagi HbO2. Hb tereduksi ungu muda; oksiHb berwarna kuning- merah. -

Hemolisis Eritrosit ( Fragilitas Globular Eristrosit) Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium sekeliling (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain: penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/ unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah.

Daftar Pustaka A.Halim Mubin. 2001.Panduan Praktis: Ilmu Penyakit Dalam edisi 3. EGC: Jakarta G. PENGERTIAN DARAH Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk menunjang kehidupan. Tanpa darah yang cukup seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan dan

bahkan dapat mengakibatkan

kematian. Darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), keeping darah (trombosit) serta medium cair dimana bagian padat tersuspensi. Darah mengalir dalam arteri, kapiler dan vena untuk mengirimkan oksigen dan zat-zat gizi ke jaringan dan membawa karbon dioksida dan hasil limbah lainnya.

40

Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah) dan 45% sel-sel darah (darah padat). Jumlah darah yang ada pada tubuh kita yaitu sekitar sepertigabelas berat tubuh orang dewasa atau sekitar 5 atau 6 liter. Bobot jenis darah berfariasi antara 1,024-1,028. H. FUNGSI DARAH 

Pernafasan (transport oksigen dari paru-paru ke jaringan-jaringan dan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru).



Gizi (Transport zat-zat yang diabsorbsi melalui dinding usus).



Ekskresi (Transpor sisa metabolism ke ginjal, paru, kulit dan usus untuk dibuang).



Mengatur suhu tubuh dengan meratakan panas badan.



Mengatur keseimbangan asam dalam tubuh.



Mengatur keseimbngan air melalui efek darah terhadap pertukaran air antara cairan yang bersirkulasi.



Perlawanan terhadap peradangan



Transport hormone



Transport metabolit

I. PEREDARAN DARAH Peredaran darah besar yaitu peredaran darah yang berasal dari jantung membawa oksigen dan sari makanan ke seluruh tubuh dan kembali ke jantung membawa karbondioksida. Peredaran darah kecil yaitu peredaran darah dari jantung membawa karbondioksida menuju paru-paru untuk dilepas dan mengambil oksigen untuk dibawa ke jantung. J. KOMPOSISI DARAH Menurut volumenya, 40-45% darah terdiri atas eritrosit, leukosit dan trombosit. Dalam jumlah rata-rata tanpa membedakan jenis kelamin dan umur. Jika darah dilakukan pemusingan atau sentrifungsi, dalam kondisi tidak terjadi pembekuan, maka supernatannya disebut plasma, jika dalam

41

kondisi pembekuan maka cairan yang terpisah darah disebut serum, serum tidak mengandung fibrinogen.

K. KOMPONEN-KOMPONEN DARAH Komponen – komponen dalam darah adalah : 

Cairan

plasma darah merupakan substansi kompleks yang

mengandung

protein

(albumin,

globulin,

dan

fibrinogen),

karbohidrat (%)  Eritrosit (Sel darah merah) Jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah. Bagian dalam eritrosit dari hemoglobin,

sebuah

biomolekul

yang

dapat

mengikat

oksigen.

Hemoglobin, akan mengambil oksigen dari paru-paru, dan oksigen akan dilepaskan saat entrosit melewati pembuluh kapiler. Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna haemoglobin yang unsur pembuatannya adalah zat-zat besi. Pada manusia, sel darah merah dibuat di sum-sum tulang belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah terdapat nucleus. Sel darah merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan. Warna dari eritrosit berasal dari gugus heme yang terdapat pada haemoglobin. Sedangkan cairan plasma darah sendiri berwarna kuning kecoklatan, tetapi eritrosit akan berubah warna tergantung pada kondisi haemoglobin. Ketika terikat pada oksigen, eritrosit akan berubah warna merah terang ketika oksigen dilepas maka warna eritrosit akan berwarna lebih gelap, dan akan menimbulkan warna kebiru-biruan pada pembuluh darah dan kulit.  Leukosit (sel darah putih) Jumlah sel darah putih pada orang dewasa berkisar antara 6000-9000 sel/CC darah. Fungsi utama dari sel tersebut adalah untuk fagosit (pemakan) bibit penyakit atau benda asing yang masuk kedalam tubuh. Maka jumlah sel tersebut bergantung dari bibit penyakit atau benda asing yang masuk tubuh.

42

Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6.000-9.000 sel/CC darah. Jumlah sel tersebut bergantung dari bibit penyakit atau benda asing yang masuk tubuh. Peningkatan jumlah leukosit merupakan petunjuk adanya infeksi (misalnya radang paru-paru). Lekopeni adalah berkurangnya jumlah leukosit sampai di bawah 6.000/CC darah. Leukosit adalah bertambah nya jumlah leukosit melebihi normal (di atas 9.000 sel/CC darah). Fungsi fagosit sel darah tersebut terkadang harus mencapai benda asing atau kuman jauh diluar pembuluh darah. 

Berdasarkan ada tidaknya granula, leukosit dibagi menjadi: 3. Leukosit Granuler

: eosinophil, basophil, neutrophil

4. Leukosit agranuler

: monosit dan limfosit

 Trombosit ((platelet) Koping darah tersirkulasi dalam darah dan terlibat dalam mekanisme homeostatis tingkat sel dalam proses pembekuan darah dengan membentuk darah beku. Rasio plasma koping darah normalberkisar antara 200.000300.000 koping/mm3, nilai di bawah rentang tersebut dapat menyebabkan pendarahan, sedangkan nilai di atas rentang yang sama dapat meningkatkan risiko thrombosis. Trombosit memilki bentuk yang tidak teratur, tidak berwarna, tidak berinti, berukuran lebih kecil dari eritrosit dan leukosit, dan mudah pecah bila tersentuh benda kasar.  PEMBEKUAN DARAH Pembekuan terjadi setelah mengalami kerusakan system pembuluh darah (vascular system) tetapi tidak harus terjadi jika yang mengalami kerusakan adalah sistem peredaran darah (circulatory sistem). Pembekuan fibrin dan konservasinya menjadi bekuan darah adalah puncak reaksi-reaksi berurutan yang melibatkan banyak enzim-enzim dalam plasma dan berinteraksi sebagai suatu sistem bertingkat. L. KOMPONEN- KOMPONEN ANORGANIK DAN ORGANIK DALAM PLASMA

43

Komponen- komponen ini didalam individu normal dapat mengalami fluktasi karena pengaruh beberapa faktor yang bervariasi termasuk status nutrisi. Komponen ini dipertahankan dalam tingkat yang menunjukkan keseimbangan antara proses anabolik dan proses metabolik normal. Terdapat penyimpangan nilai- nilai dari berbagai komponen dalam plasma ini menunjukkan sebuah status patologi. Beberapa contoh komponen organik normal adalah bilirubin, urea, kreatinin, asam urat, glukosa, total kolesterol, serta lipid. Sedangkan komponen anorganik antara lain adalah chloride, phospat, kalsium, sodium, magnesium, fe. b) Hemaglobin Hemaglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah (SDM). Protein tetramer yang dapat mengikat 4 atom oksigen per tetramer ( satu pada tiap subunit hem), atom oksigen terikat pada atom Fe2+ , yang terdapat pada hem, pada ikatan koordinasi ke 5. Protein tetramer kompak yang setiap monomernya terikat pada gugus prostetik hem dan keseluruhannya mempunyai berat molekul 64.450 Dalton. Darah mengandung 7,8 sampai 11,2 mMol hemoglobin monomer/ L( 12,6 sampai 18,4 gram/dL), tergantung pada jenis kelamin dan umur individu. Nilai normal Hb pada wanita dewasa 11,5 – 13,5 gr% pada pria dewasa yaitu 13,5- 17,5%. Hemoglobin memiliki fungsi sebagai berikut: 5. Mengikat dan membawa oksigen dari paru- paru ke seluruh jaringa tubuh. 6. Mengikat dan membawa CO2 dari seluruh jaringan tubuh ke paru- paru. 7. Memberi warna merah pada darah. 8. Mempertahankan keseimbangan asam-basa dari tubuh. Hemoglobin yang terikat pada oksigen disebut hemoglobin teroksidasi atau oksihemoglobin (HbO2), sedangkan hemoglobin yang sudah melepaskan oksigen disebut deoksihemoglobin (Hb). -

Oksihemoglobin dan Deoksihemoglobin Hemoglobin dapat mengikat oksigen menjadi HbO2 dan senyawa ini dapat terurai kembali menjadi deoksiHb dan O2. O2 terikat lemah pada ion Ferro, dan mudah dilepas lagi. Misalnya dengan larutan stokes yaitu suatu reduktor

44

lemah dihasilkan Hb tereduksi. Bila Hb tereduksi diberikan O2 lagi oksiHb akan terbentuk lagi HbO2. Hb tereduksi ungu muda; oksiHb berwarna kuning- merah. -

Hemolisis Eritrosit ( Fragilitas Globular Eristrosit) Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium sekeliling (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain: penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/ unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah.

45

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Darah adalah cairan yang ada pada manusia sebagai alat transportasi berfungsi untuk mengiirmkan zat – zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan – bahan kimia hasil metabolism, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah terdiri dari 55% Plasma Darah (bagian cair darah) dan 45% Korpuskuler (bagian padat darah). Plasma Darah (bagian cair darah) terdiri dari plasma. Korpuskuler (bagian padat darah) : 1. Sel Darah Merah (Eritrosit) 2. Sel Darah Putih (Leukosit) 3. Keping Darah (Trombosit) 3.2 Saran Demikian makalah yang dapat kami selesaikan, jika terdapat kesalahan pada penulisan kami ingin memohon bimbingan untuk kedepannya.

46

DAFTAR PUSTAKA

Bakta I.M.,2006.Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta.EGC. A.Halim Mubin. 2001.Panduan Praktis: Ilmu Penyakit Dalam edisi 3. EGC: Jakarta http:// gurungeblog.com/2008/11/24/ringkasan-hematologi https://www.pdfcoke.com/doc/258782025/ANATOMI-DAN-FISIOLOGIHEMATOLOGI-docx

47

More Documents from "Candra Ayu"

Tugas Resume Maternitas.docx
December 2019 31
Tugas Kd Ii.docx
December 2019 37
Bhs Inggris Paper
August 2019 45
Hematologi.docx
December 2019 34