Rendahnya Kualitas Pendidikan Di Indonesia

  • Uploaded by: nurul
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rendahnya Kualitas Pendidikan Di Indonesia as PDF for free.

More details

  • Words: 5,904
  • Pages: 22
Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia

Rendahnya Kualitas Pendidikan Di Indonesia Oleh Umi Kulsum Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang [email protected] Abstrak Karya ilmiah ini berisi tentang bagaimana kualitas pendidikan yang ada di Indonesia. Penjelasan arti pendidikan, maksud dari kualitas dan kualitas pendidikan di Indonesia serta solusi untuk mengatasi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.Pendidikan merupakan modal yang sangat penting dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, didalam pendidikan kita dapat memperoleh banyak pengetahuan seperti pengetahuan tentang moral, agama, kedisiplinan dan masih banyak lagi yang lainnya. Namun pendidikan di Indonesia pada saat ini tergolong rendah dibanding dengan negara-negara lain. Hal tersebut terbukti dengan adanya data yang berasal dari UNNESCO dan Balitbang pada tahun 1996-2000. Pada tahun 2008 pendidikan di Indonesia berada diperingkat ke-69 tingkat dunia. Dalam mengatasi masalah tersebut pemerintah berupaya untuk meningkatkan akses terhadap masyarakat untuk bisa menikmati pendidikan Indonesia, menghilangkan ketidak merataan dalam akses pendidikan, meningkatkan anggaran pendidikan dan penggunaan teknologi informasi dalam aplikasi pendidikan. Kata kunci : kualitas, pendidikan, pendidikan indonesia, kualitas pendidikan di indonesia, standarisasi pendidikan. 1. Pendahuluan Kualitas merupakan sesuatu yang menjadikan suatu barang atau jasa memiliki arti, namun tergantung dari sisi mana orang melihatnya (aldialbani.blogspot.com, 2013). Sedangkan kualitas pendidikan menurut Ace Suryadi dan H.A.R Tilaar adalah kemampuan lembaga pendidikan dalam mendayagunakan atau memanfaatkan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan belajar secara optimal (pengertianpengertian.blogspot.com, 2011). Undang-undang system pendidikan nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual-keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (lihat selengkapnya pada Munib et al., 2010:30). Sedangkan tujuan dari pendidikan nasional itu, seperti yang tercantum dalam UndangUndang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 bab II pasal 3 tentang sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (lihat zuwaily.blogspot.com, 2013). Mencerdaskan kehidupan bangsa itu mempunyai 3 komponen yang mempunyai arti yang sangat penting yaitu (1) cerdas, Cerdas disini bukan berarti hafal seluruh mata pelajaran, yang bingung saat ditanya bagaimana menciptakan solusi bagi kehidupan nyata. Namun yang dimakisud cerdas disini adalah memiliki ilmu yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang nyata, kreatif serta inovatif. (2) Hidup, Hidup itu memiliki filosofi untuk menghargai kehidupan dan melakukan hal yang baik untuk kehidupan itu sendiri. Filosofi hidup ini sangat erat akan makna individualisme yang mempunyai arti mengangkat kehidupan seseorang, memanusiakan seorang manusia, memberikannya makna kehidupan berupa semangat, nilai moral dan tujuan hidup. (3) Bangsa, Manusia selain sebagai sosok individu, dia juga sebagai makhluk sosial, dimana antar manusia saling membutuhkan satu sama lain. Kewajiban sebagai individu yaitu untuk menyebarakan pengetahuannya kepada masyarakat, berusaha meningkatkan derajat kemuliaan masyarakat sekitarnya dan berperan aktif dalam dinamika masyarakat. Yang dimaksud masyarakat disini adalah identitas bangsa yang menjadi ciri suatu masyarakat. Namun tujuan pendidikan diatas yang mempunyai arti sangat penting bagi kelangsungan pendidikan di Indonesia belum tercapai secara optimal atau sepenuhnya, sehingga kualitas pendidikan di Indonesia saat ini dalam kategori rendah, hal ini dibuktikan berdasarkan data dari UNESCO (2000) tentang peringkat indeks pengembangan manusia yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan dan penghasilan per kepala yang menunjukan bahwa indeks pengembangan masyarakat Indonesia mengalami penurunan. Pada tahun 1996 Indonesia menempati peringkat ke-102, pengembangan masyarakat Indonesia mengalami kenaikan menjadi peringkat ke-99 pada tahun 1997, namun pada tahun 1998-1999 pengembangan masyarakat Indonesia mengalami penurunan hingga menjadi peringkat ke-105 dan ke-109 (lihatmeilanikasim.wordpress.com, 2009). Sedangkan berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang diluncurkan di New York, Senin (1/3/2011), indeks pembangunan pendidikan atau education development index(EDI) berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia. EDI dikatakan tinggi jika mencapai 0,95-1. Kategori medium berada di atas 0,80, sedangkan kategori rendah di bawah 0,80 (lihat azharmind.blogspot.com, 2012). Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia bukan hanya dibuktikan berdasarkan data dari UNESCO (2000 dan 2008) saja, tetapi dibuktikan pula berdasarkan data dari balitbang yang menyatakan bahwa dari 146.052 Sekolah Dasar (SD) yang ada di Indonesia hanya 8 sekolah saja yang memperoleh pengakuan dari dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP), ditingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) hanya 8 sekolah yang memperoleh pengakuan dari dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dari 20.918 Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ada di Indonesia, sedangkan ditingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) hanya 7

sekolah yang memperoleh pengakuan dari dunia dalam kategori The Diploma Program (DP) dari 8.036 Sekolah Menengah Atas yang ada di Indonesia (lihatmeilanikasim.wordpress.com, 2009) . Memasuki abad ke-21 bangsa Indonesia mulai sadar akan bahaya keterbelakangan atau ketertinggalan dalam kualitas pendidikan. Salah satunya adalah adanya gelombang globalisasi yang dirasakan semakin kuat dan terbuka serta kemajuan teknologi yang semakin pesat dan canggih itu memberikan kesadaran baru kepada bangsa Indonesia bahwa bangsa Indonesia itu berada ditengah-tengah dunia yang baru yaitu dunia yang lebih terbuka sehingga setiap orang bebas membandingkan kehidupan bangsa Indonesia dengan negara lain, dimana perkembangan teknologi dan kualitas pendidikan di negara lain lebih maju dibandingkan dengan Indonesia. Setelah kita membandingkan kualitas pendidikan Indonesia dengan negara lain yang kita rasakan sekarang adalah adanya keterbelakangan atau ketertinggalan didalam mutu pendidikan di negara kita ini, baik dalam pendidikan formal maupun non formal (lihatmeilanikasim.wordpress.com, 2009). Pada masa orde baru kehidupan bangsa indonesia berkembang pesat sehingga bangsa indonesia digolongkan sebagai salah satu dari Miracle Asia dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat. Dalam erea tersebut Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) memprioritaskan pada perekembangan ekonomi, menjadikan sektor pendidikan sebagai penunjang bagi perkembangan ekonomi dan stabilitas keamanan. Dengan demikian pendidikan nasional mementingkan kepada pemerataan agar semakin banyak rakyat indonesia yang memperoleh pendidikan. Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia dapat menimbulkan dampak yang mempengaruhi berbagai sisi kehidupan di Indonesia, misalnya : kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia sangat tertinggal. Hal ini dapat dilihat dari hasil riset ciputra yang menyatakan bahwa Indonesia hanya mempunyai 0,18 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Karena jumlah pengusaha di Indonesia rendah maka jumlah pendapatan negara yang diperoleh dari pajak para pengusaha juga rendah. Pendapatan negara juga akan mempengaruhi kualitas pendidikan, misalnya : adanya Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang diberikan oleh pemerintah untuk sekolah-sekolah yang dananya berasal dari pendapatan negara yang diperoleh dari pajak. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia Pada umumnya faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia antara lain masalah efektifitas, efisiensi dan standarisasi pengajaran. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi adalah sebagai berikut: Pertama, rendahnya sarana fisik, Kualitas sarana fisik dalam menunjang pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan, terbukti dengan masih banyaknya sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, koleksi buku perpustakaan yang tidak lengkap, laboratorium yang tidak sesuai dengan standard, serta pemakaian teknologi informasi yang tidak memadai. Bahkan masih ada sekolah yang tidak mempunyai gedung sendiri, tidak mempunyai perpustakaan serta tidak mempunyai laboratorium. Kedua, rendahnya kualitas guru, Tugas guru sebagaimana diatur dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 39 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil

pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat, namun banyak guru di Indonesia yang belum memiliki profesionalisme yang memadai dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru. Ketiga, rendahnya kesejahteraan guru, Pasal 10 UU guru dan dosen menyebutkan bahwa guru dan dosen akan mendapat penghasilan yang pantas dan memadai, antara lain meliputi : gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, dan/atau tunjangan khusus serta penghasilan lain yang berkaitan dengan tugasnya. UU No. 14 Tahun 2005 mengenai guru dan dosen, UU tersebut merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan profesionalisme guru serta meningkatkan kesejahteraan guru atau meningkatkan kualitas hidup ekonomi para guru. Namun muncul masalah lain yang terjadi dilingkungan pendidikan swasta kesejahteraan gurunya masih sulit untuk mencapai taraf yang ideal. Keempat, rendahnya prestasi siswa, Dengan rendahnya sarana fisik, kualitas guru dan kesejahteraan guru pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. United Nations for Development Programme (UNDP) mengumumkan hasil studi tentangt kualitas manusia melalui laporannya yang berjudul Human Development Report 2004 pada tanggal 15 september 2004, dalam laporan tersebut Indonesia menempati peringkat ke-111 dari 177 negara.Ternyata anakanak Indonesia hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan mereka sulit untuk menjawab soal-soal yang berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Kelima, rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, Mahalnya biaya untuk memperoleh pendidikan di Indonesia itu menyebabkan masyarakat yang berpendapatan atau yang kondisi ekonominya rendah lebih memilih untuk tidak menyekolahkan anaknya dan anakanak tersebut pun lebih memilih bekerja untuk membantu orang tuanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal tersebut adalah salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan di Indonesia. Keenam, mahalnya biaya pendidikan, mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat miskin lebih memilih untuk tidak sekolah. Semakin mahalnya pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). Pada realitanya MBS di Indonesia lebih dimaknai sebagai suatu usaha untuk melakukan mobolisasi dana. Oleh karena itu, komite sekolah/dewan pendidikan sebagai organ MBS memiliki syarat adanya unsur pengusaha (lihat ikasp.wordpress.com, 2012). 3.

Ciri-ciri pendidikan di Indonesia Pendidikan merupakan modal yang sangat penting dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Dalam pendidikan di Indonesia kita dapat memperoleh banyak pengetahuan seperti pengetahuan tentang moral, agama, kedisiplinan dan masih banyak lagi yang lainnya. Ciri-ciri pendidikan di Indonesia yaitu pendidikannya dilaksanakandengan tidak terlepas dari tujuan pendidikan di Indonesia, karena yang dimaksud dengan pendidikan Indonesia disini adalah pendidikan yangdilaksanakan di bumi Indonesia serta untuk kepentingan bangsa Indonesia. Dalam pendidikan Indonesia aspek ketuhanan sudah dikembangkan dengan banyak cara seperti melalui pendidikan-pendidikan agama yang ada di sekolah maupun perguruan tinggi,

melalui ceramah-ceramah agama di lingkungan masyarakat, melalui pendidikan agama di asrama-asrama, lewat mimbar-mimbar agama dan ketuhanan melalui televisi, melalui radio. Dalam pendidikan Indonesia pengembangan pikiran sebagian besar dilakukan di sekolahsekolah atau di perguruan tinggi melalui bidang studi yang dipelajari dengan cara pemecahan soal-soal, pemecahan berbagai masalah, menganalisis sesuatu serta menyimpulkannya (lihat ikasp.wordpress.com, 2012). 4. Kualitas pendidikan Pendidikan tidak terlepas dari ungkapan berkualitas apalagi di era globalisasi saat ini dimana terjadi persaingan dalam berbagai lapangan kehidupan. Seperti yang telah kita ketahui bahwa kualitas pendidikan di Indonesia semakin menurun. Hal ini terbukti dari kualitas guru, sarana belajar dan murid-murid. Belum lagi masalah yang saat ini muncul mengenai gaji guru. Jika fenomena ini dibiarkan berlanjut, mungkin pendidikan di Indonesia akan hancur mengingat banyak guru berpengalaman yang pensiun. Sarana pembelajaran juga mempengaruhi rendahnya mutu pendidikan di Indonesia terutama di daerah terbelakang, namun menurut daerah terbelakang dalam pendidikan yang terpenting adalah ilmu terapan yang benar-benar dipakai buat hidup dan kerja. Profil pendidikan nasional Indonesia menunjukan suatu profil yang beragam, karena adanya perbedaan yang mencolok antar daerah khususnya perbedaan antar pulau jawa dan pulau lainnya, perbedaan antar kota dan desa, perbedaan antar daerah seperti daerah maju di pulaupulau sumatera, jawa, sulawesi dibandingkan dengan pendidikan di daerah-daerah terpencil seperti di papua. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui bagaimana gambaran yang jelas mengenai standar pendidikan di masing-masing daerah. Dalam teori perencanaan pendidikan dikenal ada tiga komponen besar yang menentukan standar pendidikan yaitu: (1) Komponen standar kurikulum, Kurikulum disusun berdasarkan berbagai sudut pandang seperti : kurikulum yang berorientasi pada mata pelajaran, kurikulum yang berorientasi pada kebutuhan anak, kurikulum yang berorientasi pada kebutuhan kehidupan yang nyata. Selain itu kurikulum juga disusun berdasarkan pada falsafah mengenai manusia. (2) Standarisasi performance, Performance didalam proses pendidikan merupakan suatu kumpulan dari berbagai faktor yang sangat kompleks. Performance seorang siswa dalam sekolah tidak hanya ditentukan oleh performancenya saat di dalam kelas atau dilingkungan sekolah, tetapi ditentukan oleh faktor ekstren dan faktor intern. Faktor ekstren disini adalah tingkat sosial ekonomi siswa, budaya dari lingkungan siswa berasal, keadaan politik dalam suatu negara atau daerah. Faktor intern antara lain mengenai kualitas guru, budaya sekolah, faktor kepemimpinan dalam sekolah seperti: kepemimpinan kepala sekolah, kepemimpinan pemilik sekolah juga sangat menentukan performance proses belajar dari sekolah tersebut. (3) Kesempatan belajar, Dalam kesempatan belajar mencangkup biaya yang tersedia untuk melaksanakan tugas-tugas rutin dan tugas-tugas inovatif didalam lingkungan sekolah. Termasuk didalamnya fasilitas fisik gedung yang menyenangkan, dana rutin dan dana untuk aktivitas (lihat selengkapnya di Tilaar, 2006). 5. Standarisasi pendidikan

Pada konteksnya pendidikan nasional Indonesia memerlukan standar yang perlu dicapai dalam kurun waktu tertentu untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Namun yang dimaksud standar disini adalah bukan standar dalam pengertian yang kaku, tetapi standar yang terus menerus meningkat maksudnya kualitas pendidikan nasional semakin lama semakin meningkat, dalam artian : Pertama, standarisasi pendidikan nasional merupakan suatu tuntutan politik, maksudnya sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memerlukan patokan untuk menilai sejauh mana warga negara Indonesia mempunyai kesamaan visi, pengetahuan dan keterampilan yang dapat mengembangkan negara kesatuan tersebut. Kedua, standarisasi pendidikan nasional merupakan suatu tuntutan globalisasi. Bahwa didalam kehidupan global terjadi persaingan yang semakin tajam, maksud dari persaingan disini adalah persaingan yang bukan berupa permusuhan, tetapi persaingan untuk memperbaiki diri dengan meningkatkan kemampuan diri agar tidak menjadi budak dari bangsa lain. Ketiga, standarisasi pendidikan nasional merupakan tuntutan dari kemajuan maksudnya bahwa setiap negara tentunya tidak ingin tertinggal dari negara lain, agar negaranya tidak tertinggal maka diperlukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang tinggi, yang tidak hanya bisa menjadi konsumer produk dari negara lain tetapi juga dapat berpartisipasi didalam meningkatkan mutu kehidupan manusia (untuk lebih jelasnya lihat Tilaar, 2006). 6. Upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia Ada beberapa langkah yang akan dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia yaitu: Meningkatkan akses terhadap masyarakat untuk dapat menikmati pendidikan Indonesia,menghilangkan ketidakmerataan dalam akses pendidikan, meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan kualifikasi guru dan dosen, menambah jumlah jenis pendidikan dibidang kompetensi, pemerintah berencana membangun infrastruktur seperti : menambah jumlah komputer dan perpustakaan disekolah,meningkatkan anggaran pendidikan dan penggunaan teknologi informasi dalam aplikasi pendidikan (lihat meilanikasim.wordpress.com, 2009). Selain upaya dari pemerintah dalam mengatasi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia, ada 2 solusi dalam mengatasi masalah pendidikan di Indonesia yaitu : Pertama, solusi sistemik yaitu solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Contohnya untuk mengatasi rendahnya sarana fisik, kesejahteraan guru dan mahalnya biaya pendidikan. Seperti yang kita ketahui bahwa sistem pendidikan berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan Indonesia saat ini, menerapkan sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang mempunyai prinsip meminimalkan peran dan tanggungjawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan. Kedua, solusi teknis yaitu solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkaitan langsung dengan pendidikan. Contohnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa. Masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Solusi dalam mengatasi rendahnya kualitas guru dapat dilakukan dengan

cara peningkatan kesejahteraan, dan pemberian pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Sedangkan solusi dalam mengatasi prestasi siswa dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kuantitas dan kualitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dll (lihatwiare.blogspot.com, 2013). 7.

Kesimpulan Berdasarkan analisis dan paparan diatas, dapat kita simpulkan bahwa betapa tertinggalnya kualitas pendidikan di Indonesia dibandingkan dengan negara lain yang pendidikannya lebih maju. Hal tersebut dibuktikan oleh beberapa data hasil penelitian dari UNESCO dan Balitbang. Kesadaran bangsa Indonesia akan bahaya keterbelakangan atau ketertinggalan dalam kualitas pendidikan mulai dirasakan pada saat memasuki abad ke-21. Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia disebabkan oleh rendahnya sarana fisik, rendahnya kualitas guru, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, dan mahalnya biaya pendidikan. Profil pendidikan nasional di Indonesia menunjukan profil yang beragam, hal itu disebabkan karena adanya perbedaan yang mencolok antar daerah seperti perbedaan antar pulau, perbedaan antar kota dan desa, dan perbedaan antar daerah maju dengan daerah terpencil. Ada tiga komponen besar untuk menetukan standar pendidikan menurut teori perencanaan pendidikan yaitu komponen standar kurikulum, standarisasi performance dan kesempatan belajar. Dalam mengatasi masalah pendidikan di Indonesia upaya yang akan dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia adalah dengan meningkatkan akses terhadap masyarakat untuk dapat menikmati pendidikan Indonesia, menghilangkan ketidakmerataan dalam akses pendidikan, menambah jumlah jenis pendidikan dibidang kompetensi, menambah jumlah komputer dan perpustakaan seekolah, meningkatkan anggaran pendidikan serta penggunaan teknologi informasi dalam aplikasi pendidikan.

Daftar Pustaka Referensi buku Munib, A. dkk. (2012). Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Pusat Pengembangan MKU/MKDKLP3 Universitas Negeri Semarang. Tilaar, H. A. R. (2006). Standarisasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.

Referensi Media Masa Albani, A. (2013). “Teori Kualitas Mutu” diunduh dari (http://aldialbani.blogspot.com/2013/01/teorikualitasmutu.html), pada tanggal 28 desember 2013 Anonim. (2011). “Pengertian Kualitas Pendidikan” diunduh dari (http://pengertianpengertian.blogspot.com/2011/12/pengertian-kualitas-pendidikan.html), pada tanggal 28 desember 2013

Azharmind. (2012). “Kualitas Pendidikan Indonesia Rangking” diunduh dari (http://azharmind.blogspot.com/2012/02/kualitas-pendidikan-indonesia-ranking.html), pada 24 Desember 2013 Kasim, M. (2009). "Makalah Masalah Pendidikan di Indonesia" diunduh dari (http://meilanikasim.wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalah-pendidikan-di-indonesia/), pada 20 September 2013. Purnamasari, I. S. (2012). "Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia" diunduh dari (http://ikasp.wordpress.com/2012/12/28/faktor-faktor-penyebab-rendahnyakualitas-pendidikan-di-indonesia/), pada 28 Oktober 2013. Wibawa, W. A. (2013). "Rendahnya Kualitas Pendidikan di Negara" diunduh dari (http://wiare.blogspot.com/2013/02/rendahnya-kualitas-pendidikan-di-negara.html), pada 20 September 2013. Zuwaily. (2013). "Tujuan Pendidikan Nasional" diunduh dari (http://zuwaily.blogspot.com/2013/03/tujuan-pendidikan-nasional.html), pada 28 Oktober 2013. http://jurnalilmiahtp2013.blogspot.com/2013/12/rendahnya-kualitas-pendidikan-di_29.html

RENDAHNYA KUALITAS PENDIDIKAN DI NEGARA INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Hal ini dibuktikan antara

lain

dengan

dataUNESCO (2000)

tentang

peringkat

Indeks

Pengembangan

Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999). Di Asia kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Kualitas pendidikan di Indonesia dipengaruhi oleh rendahnya daya saing. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Berdasarkan survei dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia. Abdul Malik Fadjar (2001) menyatakan bahwa “sistem pendidikan di Indonesia adalah yang terburuk di kawasan Asia”. Indonesia mengalami ketertinggalan dalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Hasil itu diperoleh setelah kita membandingkan dengan negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain. Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya.

Permasalahan-permasalahan yang tersebut akan menjadi bahasan dalam makalah yang berjudul “ Rendahnya Kualitas Pendidikan di Negara Indonesia” ini. Namun sebelum membahas lebih lanjut perlu kita ketahui terlebih dahulu mengenai konsep dasar pendidikan. Tujuannya agar kita lebih faham tentang arti pendidikan yang sebenarya. 1.2

Rumusan Masalah

1.

1. Apa pengertian pendidikan?

2.

2. Apa sajakah yang menjadi teori pendidikan?

3.

3. Apa fungsi pendidikan?

4.

4. Bagaimana ciri-ciri pendidikan di Indonesia?

5.

5. Bagaimana kualitas pendidikan di Indonesia?

6.

6. Apa saja yang menjadi penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia? 7. Bagaimana solusi yang dapat diberikan dari permasalahan-permasalahan pendidikan di Indonesia?

1.3

Tujuan Penulisan

1. Mendeskripsikan pengertian pendidikan 2. Mendeskripsikan pengertian teori pendidikan 3. Mendeskripsikan pengertian fungsi pendidikan 4. Mendeskripsikan ciri-ciri pendidikan di Indonesia 5. Mendeskripsikan kualitas pendidikan di Indonesia 6. Mendeskripsikan hal-hal yang menjadi penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia 7. Mendeskripsikan solusi yang dapat diberikan dari permasalahan-permasalahan pendidikan di Indonesia.

BAB II PEMBAHASAN 2.1

Pengertian Pendidikan

Pendidikan

berarti

berusaha

membimbing

anak

untuk

menyerupai

orang

dewasa. Sebaliknya bagi Jean Piaget (1896) menyatakan “pendidikan berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu penciptaan dibatasi oleh pembandingan dengan penciptaan yang lain”. Pandangan tersebut memberi makna bahwa pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Dalam dunia pendidikan kemudian tumbuh konsep pendidikan seumur hidup (lifelong education), yang berarti pendidikan berlangsung sampai mati, yaitu pendidikan berlangsung seumur hidup dalam setiap saat selama ada pengaruh lingkungan. Untuk memberi pemahaman akan batasan pendidikan berikut ini dikemukakan sejumlah batasan pendidikan yang dikemukan para ahli yaitu. Kamus

Besar

Bahasa

Indonesia

(1991) mengartikan “pendidikan

ialah

proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan”. Mc Leod (1989) dalam pengertian yang sempit menyatakan bahwa “pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan”. Mudyahardjo (2001:6) menyimpulkan “pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup serta pendidikan dapat diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal”. Muhibinsyah (2003:10) dalam pengertian yang agak luas menyatakan bahwa “pendidikan diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan”. Dictionary of Psychology (1972) menerangkan bahwa “pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya”. Poerbakawatja dan Harahap (1981) dalam arti luas mengartikan bahwa. Pendidikan meliputi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, dan ketrampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah. Artinya pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa

untuk ...meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya. Menurut John Dewey “pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir atau daya intelektual, maupun daya emosional atau perasaan yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya”. Kesimpulannya pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, keserdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat serta bangsa dan negara. 2.2

Teori Pendidikan Mudyahardjo (2001:91) menegaskan bahwa “sebuah teori berisi konsep-konsep, ada yang berfungsi sebagai asumsi atau konsep-konsep yang menjadi dasar/titik tolak pemikiran sebuah teori dan definisi konotatif atau denotatif atau konsep-konsep yang menyatakan makna dari istilah-istilah yang dipergunakan dalam menyusun teori”. Asumsi pokok pendidikan adalah :

1.

pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar dan lingkungan belajarnya,

2.

pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yan baik atau norma-norma yang baik, dan

3.

pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian kegiatan bermula dari kondisi-kondisi aktual dan individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan. Pendidikan dipandang dari sudut keilmuan tertentu seperti :

1.

sosiologik memandang pendidikan dari aspek sosial, yaitu mengartikan pendidikan sebagai usaha pewarisan dari generasi ke generasi,

2.

antrophologik memandang pendidikan adalah enkulturasi yaitu proses pemindahan budaya dari generasi ke generasi,

3.

psikologik memandang pendidikan dari aspek tingkah laku individu, yaitu mengartikan pendidikan sebagai perkembangan kapasitas individu secara optimal. psikologi menurut woodward dan maquis (1955:3) adalah “studi tentang kegiatan-kegiatan atau tingkah laku individu dalam keseluruhan ruang hidupnya”,

4.

ekonomi, yaitu memandang pendidikan sebagai usaha penanaman modal insani (human capital) yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa,

5.

politik

yang

melihat

pendidikan

adalah

proses

menjadi

warga

negara

yang

diharapkan (civilisasi) sebagai usaha pembinaan kader bangsa yang tangguh. Pendidikan selalu dapat dibedakan menjadi teori dan praktek. Teori pendidikan adalah pengetahuan tentang makna dan bagaimana seharusnya pendidikan itu dilaksanakan. Praktek adalah tentang pelaksanaan pendidikan secara konkretnya. Teori pendidikan disusun seperti latar belakang yang hakiki dan sebagai rasional dari praktek pendidikan serta pada dasarnya bersifat direktif. Istilah direktif memberi makna bahwa pendidikan itu mengarah pada tujuan yang pada hakekatnya untuk mencapai kesejahteraan bagi subjek didik. 2.3

Fungsi Pendidikan Fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan. Sedangkan menurut UUSPN No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

2.4

Ciri-ciri Pendidikan di Indonesia Cara melaksanakan pendidikan di Indonesia sudah tentu tidak terlepas dari tujuan pendidikan di Indonesia, sebab pendidikan Indonesia yang dimaksud di sini ialah pendidikan yang dilakukan di bumi Indonesia untuk kepentingan bangsa Indonesia. Aspek ketuhanan sudah dikembangkan dengan banyak cara seperti melalui pendidikanpendidikan agama di sekolah maupun di perguruan tinggi, melalui ceramah-ceramah agama di masyarakat, melalui kehidupan beragama di asrama-asrama, lewat mimbar-mimbar agama dan ketuhanan di televisi, melalui radio, surat kabar dan sebagainya. Bahan-bahan yang diserap melalui media itu akan berintegrasi dalam rohani para siswa/mahasiswa.

Pengembangan pikiran sebagian besar dilakukan di sekolah-sekolah atau perguruanperguruan tinggi melalui bidang studi yang mereka pelajari. Pikiran para siswa/mahasiswa diasah melalui pemecahan soal-soal, pemecahan berbagai masalah, menganalisis sesuatu serta menyimpulkannya. 2.5

Kualitas Pendidikan di Indonesia Kualitas pendidikan di Indonesia semakin memburuk. Terbukti dari kualitas guru, sarana belajar, dan murid-muridnya. Guru-guru tentuya punya harapan terpendam yang tidak dapat mereka sampaikan kepada siswanya. Guru-guru saat ini kurang kompeten. Banyak orang yang menjadi guru karena tidak diterima dijurusan lain atau kekurangan dana. Kecuali guru-guru lama yang sudah lama mendedikasikan dirinya menjadi guru. Selain berpengalaman mengajar murid, mereka memiliki pengalaman yang dalam mengenai pelajaran yang mereka ajarkan. Belum lagi masalah gaji guru. Jika fenomena ini dibiarkan berlanjut, tidak lama lagi pendidikan di Indonesia akan hancur mengingat banyak guru-guru berpengalaman yang pensiun. Sarana pembelajaran juga turut menjadi faktor semakin terpuruknya pendidikan di Indonesia, terutama bagi penduduk di daerah terbelakang. Namun, bagi penduduk di daerah terbelakang tersebut, yang terpenting adalah ilmu terapan yang benar-benar dipakai buat hidup dan kerja. Ada banyak masalah yang menyebabkan mereka tidak belajar secara normal seperti kebanyakan siswa pada umumnya, antara lain guru dan sekolah. “Pendidikan ini menjadi tanggung jawab pemerintah sepenuhnya,” kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono usai rapat kabinet terbatas di Gedung Depdiknas, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (12/3/2007). Presiden memaparkan beberapa langkah yang akan dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, antara lain yaitu: 1.

langkah pertama yang akan dilakukan pemerintah, yakni meningkatkan akses terhadap masyarakat untuk bisa menikmati pendidikan di indonesia,

2.

langkah

kedua,

menghilangkan

ketidakmerataan

dalam

akses

pendidikan,

seperti

ketidakmerataan di desa dan kota, serta jender, 3.

langkah ketiga, meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan kualifikasi guru dan dosen, serta meningkatkan nilai rata-rata kelulusan dalam ujian nasional,

4.

langkah ke empat, pemerintah akan menambah jumlah jenis pendidikan di bidang kompetensi atau profesi sekolah kejuruan. untuk menyiapkan tenaga siap pakai yang dibutuhkan,

5.

langkah kelima, pemerintah berencana membangun infrastruktur seperti menambah jumlah komputer dan perpustakaan di sekolah-sekolah,

6.

langkah keenam, pemerintah juga meningkatkan anggaran pendidikan,

7.

langkah ketujuh, adalah penggunaan teknologi informasi dalam aplikasi pendidikan,

8.

langkah terakhir, pembiayaan bagi masyarakat miskin untuk bisa menikmati fasilitas penddikan.

2.6

Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia Di bawah ini akan diuraikan beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di

Indonesia secara umum. 2.6.1

Efektifitas Pendidikan Di Indonesia Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna.

2.6.2

Efisiensi Pengajaran Di Indonesia Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses yang lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia. Kita kurang mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat meraih standar hasil yang telah disepakati.

2.6.3

Standardisasi Pendidikan Di Indonesia Jika kita ingin meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, kita juga berbicara tentang standardisasi pengajaran yang kita ambil. Tentunya setelah melewati proses untuk menentukan standar yang akan diambil.

Peserta didik Indonesia terkadang hanya memikirkan bagaiman agar mencapai standar pendidikan saja, bukan bagaimana agar pendidikan yang diambil efektif dan dapat digunakan. Tidak perduli bagaimana cara agar memperoleh hasil atau lebih spesifiknya nilai yang diperoleh, yang terpentinga adalah memenuhi nilai di atas standar saja. Hal seperti di atas sangat disayangkan karena berarti pendidikan seperti kehilangan makna saja karena terlalu menuntun standar kompetensi. Hal itu jelas salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Selain beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di atas, berikut ini akan dipaparkan pula secara khusus beberapa masalah yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. 2.6.3.1 Keterbatasan Aksesibilitas dan Daya Tampung Gerakan wajib belajar 9 tahun merupakan gerakan pendidikan nasional yang baru dicanangkan oleh pemerintahan Suharto pada tanggal 2 Mei 1994 dengan target tuntas pada tahun 2005, namun kemudian karena terjadi krisis pada tahun 1997-1999 maka program ini diperpanjang hingga 2008/2009. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (2004), menunjukkan bahwa. Angka partisipasi sekolah anak usia 7-12 tahun adalah 96,77 persen, usia 13-15 tahun mencapai 83,49 persen, dan anak umur 16-18 tahun 53,48 persen. Hasil riset UNDP 2004, yang kemudian dipublikasikan dalam Laporan Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2006, juga memperlihatkan gejala serupa. Rasio partisipasi pendidikan rata-rata hanya mencapai 68,4 persen. Bahkan, masih ada sekitar 9,6 persen penduduk berusia 15 tahun ke atas yang buta huruf. 2.6.3.2 Rendahnya Kualitas Sarana Fisik Sarana fisik yang ada kualitasnya sangatlah rendah. Banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya. 2.6.3.3 Rendahnya Kualitas Guru

Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya. Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru. 2.6.3.4 Rendahnya Kesejahteraan Guru Kesejahteraan guru merupakan aspek penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah dalam menunjang terciptanya kinerja yang semakin membaik di kalangan pendidik. Namun kenyataannya masalah kesejahteraan guru belum mendapatkan perhatian besar dari pemerintah. Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Guru sebagai tenaga kependidikan juga memiliki peran yang sentral dalam penyelenggaraan suatu sistem pendidikan. 2.6.3.5 Rendahnya Mutu SDM Pengelola Pendidikan Sumber daya pengelola pendidikan bukan hanya seorang guru atau kepala sekolah, melainkan semua sumber daya yang secara langsung terlibat dalam pengelolaan suatu satuan pendidikan. Rendahnya mutu dari SDM pengelola pendidikan secara praktis tentu dapat menghambat keberlangsungan proses pendidikan yang berkualitas, sehingga adaptasi dam sinkronisasi terhadap berbagai program peningkatan kualitas pendidikan juga akan berjalan lamban. 2.6.3.6 Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Selain itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.

2.6.3.7 Rendahnya Relevansi Pendidikan Dengan Kebutuhan Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Hal tersebut disebkan adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja. 2.6.3.8 Mahalnya Biaya Pendidikan Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah. 2.6.3.9 Rendahnya Prestasi Siswa Dengan keadaan yang demikian itu pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. 2.7

Solusi dari Permasalahan-permasalahan Pendidikan di Indonesia Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, secara garis besar ada dua solusi yang dapat

diberikan. Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme, yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan. Maka, solusi untuk masalah-masalah yang ada, khususnya yang menyangkut perihal pembiayaan seperti rendahnya sarana fisik, kesejahteraan guru, dan mahalnya biaya pendidikan– berarti menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang ada. Akan sangat kurang efektif kita menerapkan sistem pendidikan Islam dalam atmosfer sistem ekonomi kapitalis yang kejam. Maka sistem kapitalisme saat ini wajib dihentikan dan diganti dengan sistem ekonomi Islam

yang menggariskan bahwa pemerintah-lah yang akan menanggung segala pembiayaan pendidikan negara. Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa. Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan saranasarana pendidikan, dan sebagainya. BAB III PENUTUP 3.1

Kesimpulan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, keserdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat serta bangsa dan negara. Dalam pendidikan ada dua hal pokok yaitu teori dan praktek, teori pendidikan adalah pengetahuan tentang makna dan bagaimana seharusnya pendidikan itu dilaksanakan, sedangkan praktek adalah tentang pelaksanaan pendidikan secara konkretnya. Fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Ciri-ciri pendidikan di Indonesia selalu menerapkan aspek ketuhanan di setiap tingkat pendidikan. Hal ini sudah dikembangkan dengan banyak cara seperti melalui pendidikanpendidikan agama di sekolah maupun di perguruan tinggi, melalui ceramah-ceramah agama di masyarakat, melalui kehidupan beragama di asrama-asrama, lewat mimbar-mimbar agama dan

ketuhanan di televisi, melalui radio, surat kabar dan sebagainya. Bahan-bahan yang diserap melalui media itu akan berintegrasi dalam rohani para siswa/mahasiswa. Ini berbeda dengan pendidikan di negara barat. Kualitas pendidikan di Indonesia memang masih sangat rendah bila di bandingkan dengan kualitas pendidikan di negara-negara lain. Hal-hal yang menjadi penyebab utamanya yaitu efektifitas, efisiensi, dan standardisasi pendidikan yang masih kurang dioptimalkan. Masalah-masalah lainya yang menjadi penyebabnya yaitu keterbatasan aksesibilitas dan daya tampung,rendahnya sarana fisik, rendahnya kualitas guru, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya mutu SDM pengelola pendidikan, rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, mahalnya biaya pendidikan, rendahnya prestasi siswa. Adapun solusi yang dapat diberikan dari permasalahan di atas antara lain dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan, dan meningkatkan kualitas guru serta prestasi siswa. 3.2

Saran Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut perubahan kesistem pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu bersaing secara sehat dalam segala bidang. Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa Indonesia agar tidak semakin ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikannya terlebih dahulu. Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir akan semakin baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia internasional.

DAFTAR RUJUKAN Fatamorghana. Pendidikan, (Online), (http://fatamorghana.wordpress.com/category/pendidikan/), diakses 24 Oktober 2011. Fauziah, R. 2007. Pendidikan, (Online), (http://rivafauziah.wordpress.com/2007/06/11/makalahpendidikan/), diakses 22 Oktober 2011.

Hasbullah. 2005. Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grasindo Persada. Joesoef, S. 1992. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Khairudin. 2010. Institusi dan Kelembagaan Pendidikan. (Online), (http://khairuddinhsb.blogspot.com/2010/02/institusi-dan-kelembagaan-pendidikan.html), diakses 23 Oktober 2011. Meilani, K. 2009. Masalah pendidikan di Indonesia, (Online), (http://meilanikasim.wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalah-pendidikan-di-indonesia/), diakses 22 Oktober 2011. Pidarta, M. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta. Putri. Jenjang Pendidikan, (Online), (http://putrinet.wordpress.com/jenjang/Jenjang Pendidikan), diakses 22 Oktober 2011. Sadiman, A. 2009. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Silmya. 2010. Definisi dan Jalur Pendidikan di Indonesia, (Online), (http://silmya.wordpress.com/2010/03/02/definisi-dan-jalur-pendidikan-di- indonesia/), diakses 21 Oktober 2011. Tanpa Nama. 2007. Masalah Pendidikan di Indonesia, (Online), (sayapbarat.wordpress.com), diakses 24 Oktober 2011. Tanpa Nama. 2009. Ilmu Pendidikan tentang Sisitem, (Online), (http://www.anakciremai.com/2009/02/makalah-ilmu-pendidikan-tentangsistem.html), diakses 24 Oktober 2011. Tanpa nama. 2010. Pengelolaan pendidikan, (Online), (http://anatomiestreetsoldier.wordpress.com/2010/06/26/pengelolaan-pendidikan/), diakses 23 Oktober 2011.

Tanpa Nama. Dasar Pendidikan dalam Konsep dan Makna Belajar, (Online), (http://mjieschool.multiply.com/journal/item/36?&show_interstitial=1&u= %2Fjournal %2Fitem), diakses 24 Oktober 2011. Tirtarahardja, U. & La Sulo, S.L. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Wikipedia. Pendidikan, (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan), diakses 20 Oktober 2011. Wikipedia. Pendididkan di Indonesia, (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_di_Indonesia), diakses 24 Oktober 2011.

Zain, E & Sati, D. 1997. Ilmu Mendidik (Metode Pendidikan). Jakarta: Mutiara Sumber Widya. Zoel. 2009. Dasar dan Tujuan Pendidikan, (Online), (http://zoel.web.id/2009/09/makalah-dasardan-tujuan-pendidikan/), diakses 23 Oktober 2011.

http://wiare.blogspot.com/2013/02/rendahnya-kualitas-pendidikan-di-negara.html

Related Documents


More Documents from ""