Makalah Toilet Training.docx

  • Uploaded by: Nurul Nurul
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Toilet Training.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,138
  • Pages: 12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Toilet training yaitusuatu usaha melakukan latihan buangair besar dan buang air kecil. Toilet training dapat dilakukan pada anak usia 1-3 tahun ( Thompson,2006). Berdasarkan penelitian Dr. T. Berry Brazelton anak mulai dilatih melakukan toilet training pada usia 28 bulan dan hampir semua dilatih pada usia 3 tahun( Zweiback, 2009). Di Indonesia diperkirakan jumlah balita mencapai 30 % dari 250 juta jiwa penduduk Indonesia. Menurut survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) nasional diperkirakan jumlah balita yang susah mengontrol BAB dan BAK di usia sampai prasekolahmencapai 75 juta anak. Fenomena ini dipicu karena banyak hal, pengetahuan ibu yang kurang tentang melatih anak BAB dan BAK, pemakaian popok sekali pakai, hadirnya saudara baru dan masih banyak lainnya (Pusparini & Arifah, 2010). Masalah yang terjadi pada anak ketika melakukan toilet training adalahanak merasa takut dengan toilet. Sebagian orang tua tidak membangunkan anaknya pada malam hari untuk buang air sehingga anaknya mengompol. Anak menolak untuk pergi ke kamar mandi dan memilih menggunakan popok. Orang tua yang sibuk bekerja membiarkan anaknya menggunakan popok daripada membiarkan anak pergi ke kamar mandi(Gilbert,2006). B. Rumusan masalah 1. Apa definisi toilet training 2. Apa tahapan toilet trainnig 3. Apa hal – hal yang perlu diperhatikan pada toilet training 4. Bagaimana Cara yang Dilakukan Oleh Orang Tua Dalam Melatih Anak Untuk Toilet Training 5. Apa dampak latihan toilet training 6. Apa faktor faktor yang mempengaruhi toilet training. C. Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi toilet training 2. Untuk mengetahui tahapan toilet trainnig 3. Untuk mengetahui Apa hal – hal yang perlu diperhatikan pada toilet training 4. Untuk mengetahui Bagaimana Cara yang Dilakukan Oleh Orang Tua Dalam Melatih Anak Untuk Toilet Training 5. Untuk mengetahui dampak latihan toilet training 6. Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi toilet training.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Toilet Training Toilet training adalah suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) (Hidayat, 2008). Toilet training merupakan proses pengajaran untuk mengontrol BAB dan BAK secara benar dan teratur. Berdasarkan pengertian di atas maka toilet training adalah sebuah usaha pembiasaan mengontrol BAB dan BAK secara benar dan teratur. Latihan BAB dan BAK termasuk dalam perkembangan psikomotorik karena latihan tersebut membutuhkan kematangan otot-otot pada daerah pembuangan kotoran (anus dan saluran kemih). Latihan tersebut hendaknya dimulai pada waktu anak berusia 15 bulan dan kurang bijaksana bila anak pada usia kurang dari 15 bulan dilatih karena dapat menimbulkan pengalaman-pengalaman traumatik. Toilet training merupakan latihan moral yang pertama kali diterima anak dan sangat berpengaruh pada perkembangan moral anak selanjutnya (Suherman, 2010).

B. Tahapan Toilet Training Mengajarkan toilet training pada anak memerlukan beberapa tahapan seperti membiasakan menggunakan toilet pada anak untuk buang air dengan membiasakan anak masuk ke dalam WC anak akan lebih cepat adaptasi. Anak juga perlu dilatih untuk duduk di toilet mekipun dengan pakaian lengkap dan jelaskan kepada anak kegunaan toilet. Lakukan secara rutin kepada anak ketika anak terlihat ingin buang air. Anak dibiarkan duduk di toilet pada waktu-waktu tertentu setiap hari terutama 20 menit setelah bangun tidur dan setelah makan, ini bertujuan agar anak dibiasakan dengan jadwal buang airnya. Anak sesekali enkopresis (mengompol) dalam masa toilet training itu merupakan hal yang normal. Anak apabila berhasil melakukan toilet training maka orang tua dapat memberikan pujian dan jangan menyalahkan apabila anak belum dapat melakukan dengan baik (Pambudi, 2006). Prinsip dalam melaksanakan toilet training ada 3 langkah yaitu melihat kesiapan anak, persiapan dan perencanaan serta toilet training itu sendiri : a. Melihat kesiapan anak Salah satu pertanyaan utama tentang toilet training adalah kapan waktu yang tepat bagi orang tua untuk melatih toilet training. Sebenarnya tidak ada patokan umur anak yang tepat dan baku untuk

toilet training karena setiap anak mempunyai perbedaan dalam hal fisik dan proses biologisnya. Orang tua harus mengetahui kapan waktu yang tepat bagi anak untuk dilatih buang air dengan benar. Para ahli menganjurkan untuk melihat beberapa tanda kesiapan anak itu sendiri, anak harus memiliki kesiapan terlebih dahulu sebelum menjalankan toilet training. Bukan orang tua yang menentukan kapan anak harus memulai proses toilet training akan tetapi anak harus memperlihatkan tanda kesiapan toilet training. Hal ini untuk mencegah terjadinya beberapa hal yang tidak diinginkan seperti pemaksaan dari orang tua atau anak trauma melihat toilet. b. Persiapan dan perencanaan Prinsipnya ada 4 aspek dalam tahap persiapan dan perencanaan toilet training yaitu : 1. Gunakan istilah yang mudah dimengerti oleh anak yang menunjukkan perilaku BAB dan BAK. 2. Orang tua dapat memperlihatkan penggunaan toilet pada anak sebab pada usia ini anak cepat meniru tingkah laku orang tua. 3. Orang tua hendaknya segera mungkin mengganti celana anak apabila basah karena enkopresis (mengompol) atau terkena kotoran, sehingga anak akan merasa risih bila memakai celana yang basah dan kotor.

4. Orang tua meminta pada anak untuk memberitahu atau menunjukkan bahasa tubuhnya apabila anak ingin BAB atau BAK dan bila anak mampu mengendalikan dorongan buang air maka jangan lupa berikan pujian pada anak (Zaivera, 2008). c. Toilet training Ketika orang tua sudah melakukan 2 langkah di atas maka masuk ke langkah selanjutnya yaitu toilet training. Proses toilet training ada beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu : a) Membuat jadwal untuk anak Orang tua bisa menyusun jadwal dengan mudah ketika orang tua tahu dengan tepat kapan anaknya bisa BAB atau BAK. Orang tua bisa memilih waktu selama 4 kali dalam sehari untuk melatih anak yaitu pagi, siang, sore, dan malam bila orang tua tidak mengetahui jadwal yang pasti BAB atau BAK anak. b) Melatih anak untuk duduk di pispotnya Orang tua sebaiknya tidak menumpuk impian bahwa anak akan segera menguasai dan terbiasa untuk duduk di pispot dan buang air di situ. Awalnya anak dibiasakan dulu untuk duduk di pispotnya dan ceritakan padanya bahwa pispot itu digunakan sebagai tempat membuang kotoran. Orang tua bisa memulai memberikan rewardnya ketika anak bisa duduk di pispotnya selama 2 – 3 menit misalnya ketika anak bisa menggunakan

pispotnya untuk BAK maka reward yang diberikan oleh orang tua harus lebih bermakna daripada yang sebelumnya. c) Orang tua menyesuaikan jadwal yang dibuat dengan kemajuan yang diperlihatkan oleh anak Misalnya anak hari ini pukul 09.00 pagi anak BAK di popoknya maka esok harinya orang tua sebaiknya membawa anak ke pispotnya pada pukul 08.30 atau bila orang tua melihat bahwa beberapa jam setelah BAK yang terakhir anak tetap kering, bawalah anak ke pispot untuk BAK. Hal yang terpenting adalah orang tua harus menjadi pihak yang pro aktif membawa anak ke pada orang tua ketika anak ingin BAB atau BAK. C. Hal- hal yang Perlu Diperhatikan Selama Toilet Training Menurut Hidayat (2005), hal-hal yang harus diperhatikan dalam toilet training adalah sebagai berikut: a.

Hindari pemakaian popok sekali pakai

b.

Ajari anak untuk mengucapkan kata-kata yang berhubungan dengan buang air kecil dan buang air besar Motivasi anak untuk melakukan rutinitas ke kamar mandi seperti cuci tangan dan kaki sebelum tidur dan cuci muka disaat bangun tidur Jangan marahi anak saat anak melakukan toilet training

c. d.

D. Cara yang Dilakukan Oleh Orang Tua Dalam Melatih Anak Untuk Toilet Training Menurut Hidayat (2008) banyak cara yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam melatih anak untuk buang air besar dan buang air kecil diantaranya a.

Teknik lisan Merupakan usaha untuk melatih anak dengan cara memberikan instruksi dengan kata-kata sebelum atau sesudah buang air besar atau kecil. Cara ini kadang-kadang hal biasa yang dilakukan pada orang tua, akan tetapi apabila kita perhatikan bahwa teknik lisan ini mempunyai nilai yang cukup besar dalam memberikan rangsangan untuk buang air kecil atau buang air besar, dengan lisan ini persiapan psikologi pada anak akan semakin matang dan akhirnya anak mampu dengan baik dalam melaksanakan buang air kecil.

b.

Teknik lisan Merupakan usaha untuk melatih anak dengan cara memberikan instruksi dengan kata-kata sebelum atau sesudah buang air besar atau kecil. Cara ini kadang-kadang hal biasa yang dilakukan pada orang tua, akan tetapi apabila kita perhatikan bahwa teknik lisan ini mempunyai nilai yang cukup besar dalam memberikan rangsangan untuk buang air kecil atau buang air besar, dengan lisan ini persiapan psikologi pada anak akan semakin matang dan akhirnya anak mampu dengan baik dalam melaksanakan buang air kecil.

c.

Teknik lisan Merupakan usaha untuk melatih anak dengan cara memberikan instruksi dengan kata-kata sebelum atau sesudah buang air besar atau kecil. Cara ini kadang-kadang hal biasa yang dilakukan pada orang tua, akan tetapi apabila kita perhatikan bahwa teknik lisan ini mempunyai nilai yang cukup besar dalam memberikan rangsangan untuk buang air kecil atau buang air besar, dengan lisan ini persiapan psikologi pada anak akan semakin matang dan akhirnya anak mampu dengan baik dalam melaksanakan buang air kecil.

d.

Teknik lisan

e.

Merupakan usaha untuk melatih anak dengan cara memberikan instruksi dengan kata-kata sebelum atau sesudah buang air besar atau kecil. Cara ini kadang-kadang hal biasa yang dilakukan pada orang tua, akan tetapi apabila kita perhatikan bahwa teknik lisan ini mempunyai nilai yang cukup besar dalam memberikan rangsangan untuk buang air kecil atau buang air besar, dengan lisan ini persiapan psikologi pada anak akan semakin matang dan akhirnya anak mampu dengan baik dalam melaksanakan buang air kecil. Teknik modeling Merupakan usaha untuk melatih anak dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar dengan cara meniru untuk buang air kecil dan buang air besar atau memberi contoh. Dampak yang jelek pada cara ini adalah apabila contoh yang diberikan salah akhirnya anak juga mempunyai kebiasaan yang salah.

E. Dampak Latihan Toilet Training a.

Dampak yang paling umum dalam kegagalan toilet training seperti adanya perlakuan atau aturan yang ketat bagi orang tua kepada anaknya yang dapat mengganggu kepribadian anak yang cenderung bersifat retentive dan keras kepala. Hal ini dapat dilakukan oleh orang tua apabila sering memarahi anak pada saat BAB atau BAK atau melarang Teknik lisan Merupakan usaha untuk melatih anak dengan cara memberikan instruksi dengan kata-kata sebelum atau sesudah buang air besar atau kecil. Cara ini kadang-kadang hal biasa yang dilakukan pada orang tua, akan tetapi apabila kita perhatikan bahwa teknik lisan ini mempunyai nilai yang cukup besar dalam memberikan rangsangan untuk buang air kecil atau buang air besar, dengan lisan ini persiapan psikologi pada anak akan semakin matang dan akhirnya anak mampu dengan baik dalam melaksanakan buang air kecil. anak saat bepergian. Bila orang tua santai dalam memberikan aturan dalam toilet training maka anak akan dapat mengalami kepribadian eksprensif, lebih tega, cenderung ceroboh, suka membuat gara-gara, emosional, dan seenaknya melakukan kegiatan sehari-hari (Hidayat, 2008).

Berdasarkan uraian tentang dampak latihan toilet training di atas maka toilet training pada anak usia 1 – 3 tahun mempunyai pengaruh terhadap perkembangan selanjutnya dan kepribadian anak. F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Toilet Training Menurut Hidayat (2008) faktor yang mempengaruhi keberhasilan program toilet training sebagai berikut : a.

Motivasi orang tua, Orang tua akan mudah menerima dan mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang disebabkan oleh adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Dengan motivasi yang baik untuk melakukan stimulasi toilet training, maka keberhasilan toilet training akan terwujud. Motivasi orang tua sendiri dipengaruhi oleh faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik merupakan dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang yang berupa pengetahuan, sikap, keadaan mental, dan kematangan usia sedangkan

b.

faktor ekstrinsik yaitu berupa sarana, prasarana, dan lingkungan (Subagyo, dkk, 2010) Kesiapan anak Kesiapan anak sendiri yaitu kesiapan fisik, psikologis, dan intelektual: a) Kesiapan anak secara fisik, Indikator anak dalam kesiapan fisik adalah anak mampu duduk atau berdiri. Pengkajian fisik yang harus diperhatikan pada anak yang akan melakukan buang air kecil dan buang air besar dapat meliputi kemampuan motorik kasar seperti berjalan, duduk, meloncat dan kemampuan motorik halus seperti mampu melepas celana sendiri. Kemampuan motorik ini harus mendapat perhatian karena kemampuan untuk buang air ini lancar dan tidaknya dapat dilihat dari kesiapan fisik sehingga ketika anak berkeinginan untuk buang air besar dan buang air kecil sudah mampu dan siap untuk melakukannya. Selain itu, yang harus dikaji adalah pola buang air besar yang sudah teratur, sudah tidak mengompol setelah tidur (Ningsih, 2012) b) Kesiapan anak secara psikologis, Indikator kesiapan psikologis adalah adanya rasa nyaman sehingga anak mampu mengontrol dan konsentrasi dalam merangsang BAB dan BAK. Pengkajian psikologis yang dapat

c)

dilakukan adalah gambaran psikologis pada anak ketika akan melakukan buang air besar dan buang air kecil seperti anak tidak rewel ketika akan buang air besar, anak tidak menangis sewaktu buang air besar atau buang air kecil, ekspresi wajah menunjukan kegembiraan dan ingin melakukan secara sendiri, anak sabar dan sudah mau ke toilet selama 5 sampai 10 menit tanpa rewel atau meninggalkannya, adanya keingintahuan kebiasaan toilet training pada orang dewasa atau saudaranya, adanya ekspresi untuk menyenangkan pada orang tuanya (Ningsih, 2012) Kesiapan anak secara intelektual, Pengkajian intelektual pada latihan buang air besar dan buang air kecil antara lain kemampuan anak untuk mengerti buang air besar dan buang air kecil, kemampuan mengkomunikasikan buang air besar dan buang air kecil, anak menyadari timbulnya buang air besar dan buang air kecil, mempunyai kemampuan kognitif untuk meniru perilaku yang tepat seperti buang air besar dan buang air kecil pada tempatnya serta etika dalam buang air besar dan buang air kecil (Ningsih, 2012).

Related Documents

Makalah Toilet Training.docx
November 2019 72
Toilet
November 2019 58
Toilet
October 2019 59
Toilet Pria.docx
June 2020 36
Toilet Parts
June 2020 29
Toilet Training
June 2020 23

More Documents from ""