Rifqi Zakiya Rahmani-fikes.pdf

  • Uploaded by: nurul
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rifqi Zakiya Rahmani-fikes.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 20,982
  • Pages: 139
i

ANALISIS PENCEMARAN KROMIUM BERDASARKAN KADAR COD (CHEMICAL OXYGEN DEMAND) PADA HULU SUNGAI CITARUM DI KECAMATAN MAJALAYA KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT TAHUN

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH : RIFQI ZAKIYA RAHMANI NIM:

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA H/

ii

iii

FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN Skripsi, September Rifqi Zakiya Rahmani, NIM : “Analisis Pencemaran Kromium Berdasarkan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) pada Hulu Sungai Citarum Di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung Jawa Barat” (xv+ Halaman, Tabel, Gambar, Bagan, Grafik, Lampiran) ABSTRAK Pencemaran sungai semakin meningkat di Indonesia. Salah satu pencemaran tertinggi di Indonesia ialah Sungai Citarum. Tingginya perkembangan industri seperti industri tekstil di Majalaya membuat semakin tinggi jumlah limbah yang dihasilkan. Banyak industri tidak menaati peraturan terkait baku mutu limbah cair dan dibuang langsung ke badan air Sungai Citarum tanpa pengolahan terlebih dahulu. Limbah industri tekstil menghasilkan limbah logam berat kromium (VI) untuk digunakan dalam proses produksi. Kromium (VI) yang masuk ke dalam badan air dapat menjadi permasalahan kesehatan baik jangka pendek dan jangka panjang. Instrumen penelitian ini yaitu observasi dan uji sampel di laboratorium. Sampel diambil sebanyak hari berturut-turut pada stasiun di masing-masing lokasi. Metode pengambilan yang digunakan yaitu grab sampling dengan teknik pengambilan purposive sampling. Waktu pengambilan sampel air dilakukan pada malam hari. Sampel air diawetkan dengan cara pengasaman (HNO dan H SO ) serta pendinginan sesuai SNI . Menurut hasil uji sampel air di laboratorium, konsentrasi kromium (VI) pada stasiun A sebesar mg/l, stasiun A sebesar mg/l, pada stasiun A sebesar mg/l dan pada stasiun A sebesar mg/l. Selain itu, pada stasiun B , B , dan B konsentrasinya berada di bawah mg/l (batas minimum alat). Menurut PP No. tahun baku mutu kromium (VI) pada badan air kelas II sebesar mg/l. Air Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya telah tercemar kromium (VI). Selain itu tingkat pencemaran Sungai Citarum di Majalaya tergolong dalam cemar ringan dan cemar sedang yang diukur pada parameter tersebut. Diharapkan semua pihak terkait perlu bersinergitas dalam melakukan pelestarian lingkungan di Sungai Citarum dengan menjalankan peraturan yang berlaku tanpa mengenyampingkan sektor kesehatan dan ekonomi di Kecamatan Majalaya. Kata Kunci : Kromium, Sungai Citarum, Limbah Industri, Majalaya Daftar Bacaan :

(

-

)

iv

FACULTY OF HEALTH SCIENCES DEPARTEMENT OF PUBLIC HEALTH ENVIRONMENTAL HEALTH CONCENTRATION Undergraduate Thesis, January Rifqi Zakiya Rahmani, “Chromium Pollution Analysis Based on COD Levels (Chemical Oxygen Demand) on the Upper Citarum River in Majalaya District, Bandung Regency, West Java” (xv + Pages, Tables, Images, Charts, Charts, Attachments) ABSTRACT River pollution is increasing in Indonesia. One of the highest pollution in Indonesia is the Citarum river. The high development of industries such as the textile industry in Majalaya makes the higher amount of waste produced. Many industries do not comply with regulations related to the quality standard of liquid waste and are disposed of directly into the Citarum river water body without prior processing. Textile industry waste produces chromium (VI) heavy metal waste for use in the production process. Chromium (VI) that enters the water body can be a health problem both short and long term. This research instrument is observation and sample testing in the laboratory. Samples were taken as many as consecutive days at stations in each location. The retrieval method used is grab sampling with purposive sampling technique. Water samples are taken at night. Water samples were preserved by acidification (HNO and H SO ) and cooling according to SNI : . According to the results of the test of water samples in the laboratory, the concentration of chromium (VI) at A station was mg / l, A station was mg / l, at station A it was mg / l and at station A mg / l. There are also stations B , B , and B , the concentration is still below mg / l (minimum tool limit). According to PP No. of the quality standard for chromium (VI) in class II water bodies is mg / l. Citarum river water in Majalaya Subdistrict has been contaminated with chromium (VI). In addition, the level of pollution of the Citarum river in Majalaya is classified as mild pollutants and moderate pollutants which are measured on these parameters. It is suggested that all related parties need to be synergistic in carrying out environmental conservation in the Citarum River by implementing applicable regulations without excluding the health and economic sectors in Majalaya District. Keywords: Chromium, Citarum River, Industrial Waste, Majalaya Reading List: ( )

v

vi

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP 

Data Pribadi Nama Lengkap

: Rifqi Zakiya Rahmani

Tempat/Tanggal Lahir

: Jakarta,

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Ancol Selatan No.

Juli

RT.

..Kel.Sunter Agung - Kec.Tanjung Priok ...



Jakarta Utara,

Email

: [email protected]

No. Hp

:

Riwayat Pendidikan . TK Islam YAMPI, lulus pada tahun . SD Negeri . SMP Negeri . SMA Negeri

Sunter Agung - Jakarta, lulus pada tahun Jakarta, lulus pada tahun Jakarta, lulus pada tahun

. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, tahun 

– sekarang

Pengalaman Bekerja . Praktik Belajar Lapangan di Puskesmas Pondok Jagung pada Oktober

- Februari

.

. Magang di PT Karini Utama Bangka pada Januari - Februari

.

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur, penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pencemaran Kromium Berdasarkan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) pada Hulu Sungai Citarum Di Kecamatan Majalaya Tahun



dalam rangka memenuhi Mata Kuliah Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas

Islam

Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini tidak terlepas dari kontribusi dan dukungan dari berbagai pihak baik berupa ilmu, moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : .

Orang tua tercinta Bapak Taufiq Rahman Azhar dan Ibu Omah Rohmah serta Aa, Teteh, dan adik tercinta yang selalu mendukung baik secara moril maupun materil;

.

Bapak Prof. Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberi arahan substansi dan spesifik terkait ilmu kesehatan lingkungan dari awal hingga akhir penelitian;

.

Ibu Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

.

Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

ix

.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kabupaten Bandung yang telah memberikan izin dan mendukung penelitian ini.

.

Sdri. Indah Dwi Amanda yang telah membantu melaksanakan studi pendahuluan serta mendukung moril dan materil pada saat melakukan penyusunan penelitian ini.

.

Sdri. Annisa Fitriana dan Saffana Nuriyah (Tim Bimbingan Prof. Arif Sumantri) yang telah memberikan dukungan moril selama melaksanakan penelitian ini.

.

Teman-teman peminatan Kesehatan Lingkungan angkatan

: Maul,

Jule, Ridho, Nindy, Nisa Kebek, Fathiya, Filah, Nana, Wulan, Anya, Ita, Dwi, Nurul Siwa, Caca, Anin, Ririn, Siska, Nisa Dwi dan Zaujah. .

Teman-teman Pengurus HMPS Kesehatan Masyarakat periode . Teman-teman Gentlemen

-

;

: Upil, Jule, Ridho, Maul, Nyoman, Iman,

Irpan, FM, dan Abang. . Pada penulisan ini penulis menyadari masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Aamiin.

Jakarta, November

Penulis

x

DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAAN ............................................................ ii ABSTRAK ............................................................................................................. iii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. vii KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii DAFTAR ISI ........................................................................................................... x DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xv DAFTAR GRAFIK .............................................................................................. xvi DAFTAR ISTILAH ............................................................................................ xvii BAB

PENDAHULUAN .....................................................................................

A.

Latar Belakang ..........................................................................................

B.

Rumusan Masalah .....................................................................................

C.

Pertanyaan Penelitian ................................................................................

D.

Tujuan ....................................................................................................... . Tujuan Umum ........................................................................................... . Tujuan Khusus ..........................................................................................

E.

Manfaat ..................................................................................................... . Manfaat untuk Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Kesehatan ............... . Manfaat untuk Pelaku Industri .................................................................. . Manfaat untuk Masyarakat Kecamatan Majalaya dan Sekitarnya ............ . Manfaat untuk Fakultas Ilmu Kesehatan ..................................................

F.

Ruang Lingkup Penelitian.......................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... A.

Air ........................................................................................................... . Sumber Air .............................................................................................. . Klasifikasi Air Berdasarkan Peruntukannya ........................................... . Kemampuan Air untuk Melakukan Self Purification ............................. . Kualitas Air .............................................................................................

xi

. Parameter Kualitas Air ............................................................................ B.

Sumber Pencemaran Air ......................................................................... . Limbah Industri ....................................................................................... . Limbah Pertanian .................................................................................... . Limbah Domestik....................................................................................

C.

Dampak Pencemaran Air Sungai Citarum .............................................. . Potensi Ekonomi Sungai Citarum ........................................................... . Dampak Sosial dan Ekonomi Pencemaran Sungai Citarum ................... . Dampak Ekologi Pencemaran Sungai Citarum....................................... . Kondisi Iklim Hulu Sungai Citarum .......................................................

D.

Industri Tekstil ........................................................................................ . Kandungan Limbah Industri Tekstil ....................................................... . Dinamika Limbah Industri Tekstil ..........................................................

E.

Logam Berat............................................................................................ . Karakteristik Logam Berat Kromium (Cr) ............................................. . Logam Berat Kromium (Cr) di Air .........................................................

F.

Toksisitas Logam Berat ..........................................................................

G.

Gangguan Kesehatan Paparan Kromium (VI) ........................................

H.

Kerangka Teori .......................................................................................

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS ........................................................................................................... A.

KERANGKA KONSEP..........................................................................

B.

DEFINISI OPERASIONAL ...................................................................

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ A.

Desain Penelitian ....................................................................................

B.

Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................

C.

Sampel Penelitian.................................................................................... . Alur Pengambilan Sampel ...................................................................... . Sampel Air Sungai ..................................................................................

D.

Pengumpulan Data .................................................................................. . Data Primer ............................................................................................. . Data Sekunder .........................................................................................

xii

E. Teknik Pengambilan dan Pengukuran Sampel ............................................. F. Analisis Data ................................................................................................. BAB V HASIL ...................................................................................................... A.

Gambaran Umum Wilayah Penelitian .................................................... . Hulu Sungai Citarum .............................................................................. . Kecamatan Majalaya ...............................................................................

B. Kromium (Cr) pada Hulu Air Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya Tahun ....................................................................................................... C.

Gambaran Parameter Kimia Lain pada Sungai Citarum di Majalaya..... . Chemical Oxygen Demand (COD) ......................................................... . Dissolve Oxygen (DO) ........................................................................... . Derajat Keasaman atau pH...................................................................... D. ..... Tingkat Pencemaran Kualitas Air Hulu Sungai Citarum di Majalaya dengan Metode STORET Tahun ...................................................

F.

Gambaran Gangguan Kesehatan Masyarakat di Majalaya Tahun

BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................... A.

Keterbatasan Penelitian ...........................................................................

B.

Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. . Kromium (Cr) pada Hulu Sungai Citarum Majalaya Tahun

.........

. Gambaran Parameter Kimia Lain pada Hulu Air Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya Tahun .......................................................... . Tingkat Pencemaran Kualitas Hulu Air Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya Tahun ............................................................................. . Gambaran Gangguan Kesehatan Terbanyak di Puskesmas Majalaya Tahun ............................................................................................ C.

Pencemaran Kromium di Sungai Citarum dalam Perspektif Islam ........

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... A.

Kesimpulan ...........................................................................................

B.

Saran .....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... LAMPIRAN ........................................................................................................

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Parameter Fisika Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas............ Parameter Kimia Baku Mutu Air Sungai................................... Baku Mutu Kromium di perairan .............................................. Definisi Operasional................................................................... Parameter dan Metode Pengujiannya.......................................... Penentuan Sistem Nilai untuk Menentukan Status Mutu Air Status Kualitas Air....................................................................... Koordinat Titik Sampel per Stasiun............................................ Skoring Tingkat Kualitas Air Hulu Sungai Citarum Stasiun A Skoring Tingkat Kualitas Air Hulu Sungai Citarum Stasiun A Skoring Tingkat Kualitas Air Hulu Sungai Citarum Stasiun A Skoring Tingkat Kualitas Air Hulu Sungai Citarum Stasiun A Skoring Tingkat Kualitas Air Hulu Sungai Citarum Stasiun B Skoring Tingkat Kualitas Air Hulu Sungai Citarum Stasiun B Skoring Tingkat Kualitas Air Hulu Sungai Citarum Stasiun B

Hal

xiv

DAFTAR GAMBAR Hal Siklus Hidrologi............................................................... Pembuangan Limbah Industri Tekstil ke Sungai Citarum............................................................................ LC-

pada Ikan Nila......................................................

Port of Entry Kromium pada Tubuh................................ .

Peta Titik Sampling Hulu Sungai Citarum.......................

Contoh Alat Pengambilan Air Permukaan....................... Contoh Teknik Pengambilan Air Permukaan................... Lokasi Sampel Sungai berdasarkan Tingkat Pencemaran

xv

DAFTAR BAGAN

Bagan

Hal Kerangka Teori................................................................. Kerangka Konsep............................................................. Alur Pengambilan Sampel................................................

xvi

DAFTAR GRAFIK

Grafik

Hal Konsentrasi Kromium (VI) pada Hulu Air Sungai Citarum di Majalaya............................................. Kadar COD pada Hulu Air Sungai Citarum di Majalaya Kadar DO pada Hulu Air Sungai Citarum di Majalaya... Kadar pH pada Hulu Air Sungai Citarum di Majalaya.... Tingkat Pencemaran Hulu Sungai per Stasiun................. Gambaran Gangguan Kesehatan Masyarakat di Majalaya..........................................................................

xvii

DAFTAR ISTILAH

BBWS

: Balai Besar Wilayah Sungai

BOD

: Biochemical Oxygen Demand

BPLHD

: Balai Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah

BPS

: Badan Pusat Statistik

COD

: Chemical Oxygen Demand

Cr

: Kromium

DAS

: Daerah Aliran Sungai

DHHS

: Department of Health and Human Services

Dinkes

: Dinas Kesehatan

DLH

: Dinas Lingkungan Hidup

DNA

: Deoxyribonucleid Acid

DO

: Dissolve Oxygen

IPAL

: Instalasi Pengoolahan Air Limbah

Kel

: Kelurahan

Kab Kepmen

: Kabupaten : Keputusan Menteri

LC

: Lethal Consentration

LH

: Lingkungan Hidup

Mdpl

: Meter diatas Permukaan Laut

mg/L

: Miligram per liter

PDAM

: Perusahaan Daerah Air Minum

Permen

: Peraturan Menteri

pH

: Potensial Hidrogen

PLTA

: Pembangkit Listrik Tenaga Air

PP

: Peraturan Pemerintah

ppm

: Part per Million

SNI TDS

: Standar Nasional Indonesia : Total Dissolve Solid

TSS

: Total Suspended Solid

USDA

: United States Department of Agriculture

WHO

: World Health Organization

BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan senyawa kimia yang melimpah di alam. Jumlahnya menutupi hampir

permukaan bumi, tetapi kesediaan air memenuhi syarat

bagi keperluan makhluk hidup terutama manusia relatif sedikit. Air merupakan sumber kehidupan yang utama, seluruh aktivitas kehidupan baik untuk manusia, hewan, dan tumbuhan selalu melibatkan air di dalamnya. Akan tetapi, kualitas air terus menurun selama bertahun-tahun dikarenakan banyaknya pencemaran air terjadi di berbagai wilayah (Hikmawan,

).

Pencemaran air masih menjadi persoalan di berbagai negara, khususnya di negara berkembang termasuk Indonesia. Pada dasarnya sumber pencemaran air berasal dari industri, rumah tangga (pemukiman), dan pertanian (Sumantri, ). Keterbatasan infrastruktur dan sumber daya manusia disertai sistem monitoring dan penegakan hukum yang lemah juga menyebabkan tingkat pencemaran sungai semakin tinggi (Marganingrum, Blacksmith Institute (

). Menurut

), tingkat pencemaran sungai tertinggi di Indonesia

dan satu dari sepuluh sungai yang tercemar berat di dunia terdapat di Jawa Barat, yaitu Sungai Citarum. Padahal, Sungai Citarum menjadi sumber air utama yang dibutuhkan sehari-hari oleh masyarakat. Sungai ini merupakan sungai utama terbesar dan paling panjang di wilayah Provinsi Jawa Barat (Titiyoga,

).

Sungai Citarum memiliki potensi ekonomi, ekologi, dan sosial yang sangat penting di Jawa Barat. Luas daerah perairan Sungai Citarum sekitar

km

bersumber dari Gunung Wayang, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung mengalir sepanjang

km ke Laut Jawa dengan melintasi

pada

kota di Jawa Barat yaitu: Kabupaten Bandung, Kota

kabupaten dan

kecamatan

Bandung, Sumedang, Cianjur, Purwakarta, Bogor, Karawang, dan Bekasi (Imansyah,

).

Menurut Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat (

), Sungai

Citarum sejak lama telah dimanfaatkan untuk berbagai aspek kehidupan seperti irigasi pertanian, rumah tangga, budidaya perikanan, kegiatan industri, pengembangan pariwisata, dan bahan baku air bersih, serta Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Sungai Citarum digunakan sebagai sumber energi primer PLTA (Saguling, Cirata dan Jatiluhur menghasilkan hingga

MW

listrik yang merupakan penyangga stabilitas pasokan listrik interkoneksi Jawa, Madura, dan Bali. Citarum juga merupakan sumber air baku air minum (

), irigasi (

), sumber air perkotaan (

kegiatan rumah tangga dan industri (

), dan pemasok air

). Menurut BPS (

(Daerah Aliran Sungai) ini bermukim

% PDAM Jaya

), pada DAS

juta penduduk dan terdapat

sekitar lebih dari

industri sedang dan besar di sepanjang DAS Citarum

yang menopang

total produksi industri Indonesia dan

tekstil nasional. Terdapat sekitar yang dibuang mencapai

produksi

industri dengan potensi jumlah limbah

ton per hari yang sekaligus sebagai sumber

pencemaran paling dominan (Gunawan,

).

Sementara itu, hasil uji kualitas air anak-anak Sungai Citarum yang kemudian dihitung menggunakan metode Storet menurut Kepmen LH No.

,

pada tahun

titik pada tahun (DLH,

,

titik pada tahun

, dan

titik

). Hasil tersebut menggambarkan bahwa semua

titik yang diuji berstatus “cemar berat” dan hanya

-

“cemar sedang” yaitu hanya pada pengujian tahun

yang berstatus dan tahun

.

Parameter yang dominan melebihi baku mutu, yaitu DO (Dissolve Oxygen), BOD (Biochemical Oxygen Demand), dan COD (Chemical Oxygen Demand). Adapun anak sungai dengan kualitas terburuk pada tahun

adalah

Sungai Cipadaulun, Sungai Cibaligo Hilir, Saluran Sasak Benjol, dan Sungai Cikakembang Hilir. Anak-anak sungai tersebut umumnya menerima air limbah dari kegiatan industri. Daya tampung anak-anak Sungai Citarum juga telah terlampaui sehingga secara keseluruhan memerlukan penurunan beban pencemaran dengan parameter BOD sebesar masing-masing penduduk,

dari peternakan,

berasal dari

dari industri (DLH Kab.Bandung,

dari sumber

dari pertanian, dan yang terbanyak ).

Majunya perindustrian membuat banyak industri juga menghasilkan limbah cair yang di dalam kandungannya memanfaatkan unsur logam berat dalam produknya, seperti industri tekstil yang jumlahnya cukup banyak di Kecamatan Majalaya. Limbah cair yang dihasilkan dari industri tekstil kebanyakan terdiri dari zat warna, ion logam, padatan tersuspensi, dan kadar COD (Sundar,

). Kandungan limbah berbahaya yang sering digunakan

dalam industri tekstil adalah kromium yang termasuk salah satu unsur logam berat. Apabila limbah industri tekstil yang mengandung kromium dibuang

langsung ke dalam lingkungan tanpa melalui pengolahan lebih dahulu, berakibat menambah jumlah ion logam pada air. Air yang mengandung jumlah logam berat berlebih umumnya tidak dapat dikonsumsi sebagai air minum (Khairani dkk,

).

Salah satu wilayah industri yang banyak berkembang terdapat di sektor hulu Sungai Citarum terdapat di Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung. Kecamatan Majalaya sebagai kawasan zona industri namun akibat ekspansi industrialisasi besar-besaran di wilayah Kecamatan Majalaya, ternyata dapat menimbulkan berbagai permasalahan, khususnya masalah lingkungan dari mulai masalah tata ruang, eksploitasi sumber daya alam sampai pada penurunan kualitas ekosistem (Riswandani, Majalaya semester I (satu) tahun

). Data monografi Kecamatan

menunjukkan bahwa jumlah industri

yang terdapat di Kecamatan Majalaya sebanyak industri di Majalaya meningkat menjadi

)

industri. Industri tersebut terbagi

ke dalam kategori industri besar sedang sebanyak sebanyak

industri. Data BPS (

buah dan industri kecil

buah..

Dalam penelitian Miryanti, dkk (

), logam berat dalam limbah cair

tekstil berasal dari zat warna pada proses pewarnaan (dyeing) dan pencetakan (printing). Logam berat yang umumnya terkandung dalam limbah cair industri tekstil adalah kromium (Cr (III) & Cr (VI)), seng (Zn (II)), timbal (Pb (II)), kadmium (Cd (II)), kobalt (Co (II)), tembaga (Cu (II)), dan nikel (Ni (II)). Limbah cair industri tekstil memiliki kandungan logam kromium yang relatif cukup tinggi dibandingkan ion logam lainnya.

Logam tersebut memberi dampak yang sangat buruk bagi lingkungan karena sifatnya yang sangat toksik terutama bagi kesehatan manusia (Lakherwal,

). Kandungan kromium (VI) dalam air dapat menimbulkan

efek kesehatan bagi manusia. Selain itu, para pekerja yang menggunakan kromium pasti juga berisiko tinggi terkontaminasi oleh kromium. Kulit yang bersentuhan kromium maupun hidung yang menghirup kromium secara berlebihan akan mengganggu juga untuk metabolisme tubuh maupun napas (Khairani dkk,

).

Berdasarkan data

besar penyakit, di Puskesmas Majalaya diketahui

bahwa masyarakat mengeluhkan penyakit kulit, saluran pernapasan dan pencernaan (Iqbal,

). Masyarakat yang bermukim di Desa Ciwalengke,

Desa Sukamaju, Kecamatan Majalaya mengeluhkan gatal-gatal di tubuhnya. Penyakit gatal-gatal itu dirasakan merata oleh hampir

keluarga di

Kampung Ciwalengke. Selama puluhan tahun, warga menggunakan air dari Sungai Sasak Benjol, anak Sungai Citarum yang melewati Majalaya. Kampung di desa tersebut sangat padat. Rumah warga yang rata-rata berukuran

m berimpitan dalam gang yang memiliki lebar sekitar

meter.

Di sekitar kampung adalah perusahaan tekstil yang setiap hari menghasilkan limbah beracun. Limbah tersebut yang masuk ke dalam badan air dikonsumsi oleh warga (Pusparini, Menurut Palar (

). ), paparan kromium (VI) dapat membahayakan

kesehatan manusia dikarenakan dapat menyebabkan gangguan saluran pernapasan, gangguan kulit,

gangguan pembuluh darah, gangguan ginjal,

kerusakan DNA hingga kanker. Paparan kontaminasi logam berat yang

ditemukan, meskipun dalam konsentrasi rendah di lingkungan dapat menjadi berbahaya bagi kesehatan manusia. Limbah industri merupakan toksikan yang sangat berbahaya, terutama yang melibatkan logam berat dalam proses produksinya (Priadi,

). Logam berat banyak digunakan pada industri,

seperti industri kimia, semen, peleburan logam, pertambangan, baterai, cat, dan industri lainya. Kontaminasi oleh logam berat menjadi perhatian serius karena dapat mencemari tanah maupun air tanah serta dapat menyebar ke daerah sekitarnya melalui air, angin, dan terakumulasi oleh tumbuhan (Rismawati,

).

Logam kromium (VI) yang terlarut di dalam air sangat berbahaya bagi kehidupan organisme di dalamnya. Hal ini karena logam berat bersifat bioakumulatif yaitu logam berat berkumpul dan meningkat kadarnya dalam jaringan tubuh organisme hidup, walaupun kadar logam berat pada perairan rendah tetapi dapat diabsorbsi oleh tubuh organisme. Ikan yang telah tercemar logam berat bila dikonsumsi akan berpotensi menimbulkan berbagai penyakit baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Prasetyo,

).

Oleh karena itu, terdapat peraturan terkait baku mutu kualitas air kromium (VI), COD, serta parameter lainnya di perairan sungai. Mengacu pada Baku Mutu Lingkungan (BML), berdasarkan yang ditetapkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.

Tahun

tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air, dengan batas kadar logam untuk kromium (VI) tidak boleh melebihi boleh melebihi

mg/L untuk badan air kelas II. Kadar COD tidak

mg/L untuk badan air kelas II. Dalam laporan pengukuran

yang dilakukan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum pada tahun

kadar kromium (VI) pada badan air Sungai Citarum di Majalaya sebesar mg/L dan Marganingrum (

mg/L. Selain kromium (VI), dalam penelitian ), pengukuran kadar COD di Majalaya melebihi baku

mutu kelas II menurut peraturan badan air, yaitu sebesar

mg/L. Dari

data sekunder tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui pencemaran kromium berdasarkan kadar COD pada hulu Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan

latar

belakang

yang

sudah

dijelaskan

sebelumnya,

pencemaran air di Sungai Citarum sudah masuk ke fase tingkat yang cukup mengkhawatirkan

kondisinya.

Tingginya

perkembangan

industri

dan

penduduk di hulu Sungai Citarum membuat tinggi pula limbah yang dihasilkan. Banyaknya limbah yang dibuang langsung dari hulu Sungai Citarum seperti limbah industri, limbah domestik rumah tangga, limbah dari pertanian maupun peternakan menyebabkan kualitas air menjadi sangat rendah. Pertumbuhan industri terutama di Kecamatan Majalaya seperti industri tekstil meningkat setiap tahunnya. Indutsri tekstil menghasilkan limbah logam berat seperti kromium (VI) karena digunakan di dalam proses produksinya. Dalam laporan pengukuran Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum pada tahun

konsenterasi kromium pada badan air

Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya sebesar

mg/L dan

mg/L.

Jika konsenterasinya melebihi baku mutu yang ditetapkan di perairan, pemanfaatan air Sungai Citarum akan berpotensi menyebabkan permasalahan

kesehatan masyarakat terutama di Kecamatan Majalaya dan umumnya di Jawa Barat. C. Pertanyaan Penelitian . Bagaimana gambaran pencemaran kromium (Cr) pada hulu Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya? . Bagaimana gambaran kadar COD (Chemical Oxygen Demand) , DO, dan pH pada hulu Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya ? . Bagaimana tingkat pencemaran kualitas air pada hulu Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya? . Bagaimana gambaran gangguan kesehatan masyarakat di Kecamatan Majalaya? D. Tujuan . Tujuan Umum Untuk mendapatkan gambaran pencemaran kromium (Cr) berdasarkan kadar COD hulu Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya. . Tujuan Khusus a. Mengetahui pencemaran kromium (Cr) pada hulu Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya. b. Mengetahui kadar COD, DO, dan pH pada hulu Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya. c. Mengetahui tingkat pencemaran kualitas air pada hulu Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya.

d. Mengetahui

gambaran

gangguan

kesehatan

masyarakat

di

Kecamatan Majalaya. E. Manfaat . Manfaat untuk Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Kesehatan Dapat

berkontribusi

pengambilan

kebijakan

dalam

memberikan

terkait

upaya

pertimbangan

meminimalisir

kepada

pencemaran

kandungan kromium pada hulu Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya. . Manfaat untuk Pelaku Industri Dapat menjadi informasi bagi masyarakat mengenai kualitas hulu air Sungai Citarum dan menjadi bahan evaluasi bagi para pelaku industri untuk lebih peduli dengan lingkungan. Diharapkan adanya perubahan sistem pengelolaan pembuangan limbah industri agar dapat mengurangi tingkat pencemaran limbah di hulu Sungai Citarum. . Manfaat untuk Masyarakat Kecamatan Majalaya dan Sekitarnya Dapat

menjadi

bahan

masukan

kepada

masyarakat

terkait

pengonsumsian air Sungai Citarum untuk digunakan dalam kebutuhan sehari-hari di Kecamatan Majalaya. . Manfaat untuk Fakultas Ilmu Kesehatan Dapat menjadi referensi tambahan kepada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan ataupun bagi peneliti selanjutnya mengenai analisis kromium (Cr) dan COD pada hulu Sungai Citarum.

F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berjudul “Analisis Pencemaran kromium (Cr) berdasarkan kadar COD pada hulu Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Oktober tahun

” Penelitian

ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pencemaran kromium dikarenakan semakin bertambahnya jumlah industri tekstil. Lokasi penelitian ini dilakukan di hulu Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya. Pengambilan air dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan teknik grab sampling. Pengujian konsenterasi kromium (VI), COD, serta parameter kimia lainnya dilakukan di laboratorium terakreditasi. Pengambilan sampel dilakukan pada malam hari. Sampel diambil sebanyak pada

stasiun di masing-masing lokasi.

kali berturut-turut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Menurut Peraturan Pemerintah Nomor

tahun

, air adalah semua air

yang terdapat pada di atas atau di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. Air menutupi sekitar

permukaan bumi dengan jumlah sekitar

juta km dalam bentuk uap air, es, cairan, dan salju. Agar air yang masuk ke tubuh manusia baik berupa makanan dan minuman tidak menyebabkan penyakit, maka pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang diperlukan (Hikmawan, ). . Sumber Air Sekalipun air jumlahnya relatif konstan, tetapi air tidak diam, melainkan bersirkulasi akibat pengaruh cuaca sehingga terjadi suatu siklus yang disebut siklus hidrologis. Siklus ini penting, karena jalan yang mensuplai daratan dengan air (Soemirat,

). Selanjutnya yang

dimaksud dengan air adalah air tawar yang tidak termasuk salju dan es. Di Indonesia, jumlah dan pemakaian air bersumber pada air tanah, air permukaan dan air atmosfer, yang ketersediannya sangat ditentukan oleh atmosfer atau sering dikenal dengan air hujan (Sumantri,

).

Siklus hidrologi memiliki beberapa tahapan yang dilaluinya, mulai dari proses penguapan air (evaporasi), pembentuakan awan (kondensasi), peristiwa jatuhnya air ke bumi/hujan (presipitasi), penyebaran air di permukaan bumi, penyerapan air ke dalam tanah, sampai berlangsungnya proses daur ulang (Kodoatie dkk,

).

Gambar . Siklus Hidrologi Sumber : Sumantri, Sinar matahari sebagai sumber energi akan mengeluarkan panas matahari sehingga air dapat menguap. Penguapan ini terjadi pada air permukaan, air yang berada di dalam lapisan tanah bagian atas (evaporasi), air yang ada di dalam tumbuhan (transpirasi), hewan, dan manusia (transpirasi, respirasi). Uap air ini memasuki atmosfer. Di dalam atmosfer uap ini akan menjadi awan dan dalam kondisi cuaca tertentu dapat mendingin serta berubah bentuk menjadi tetesan-tetesan air dan jatuh kembali ke permukaan sebagai air hujan. Air hujan ini akan mengalir langsung masuk ke dalam air permukaan (run off), ada yang meresap ke

dalam tanah (perkolasi) dan menjadi air tanah, baik yang dangkal maupun yang dalam, ada yang diserap oleh tumbuhan. Air tanah dalam akan timbul ke permukaan sebagai mata air dan menjadi air permukaan. Air permukaan bersama-sama dengan air tanah dangkal dan air yang berada di dalam tubuh akan menguap kembali menjadi awan. Maka siklus hidrologi ini kembali berulang (Soemirat,

).

Dari siklus hidrologi ini dapat dilihat adanya berbagai sumber air tawar. Berdasarkan siklus hidrologi, sumber air dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya, air dibedakan menjadi tiga, yaitu air hujan, air permukaan, dan air tanah (Arsyad dkk,

).

a. Air Hujan Air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Air hujan pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, namun cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Air hujan akan melarutkan partikel debu dan gas yang terdapat dalam udara, misalnya gas CO , gas N O , dan gas S O . Sumber pencemaran air hujan ialah partikel debu, mikroorganisme, dan gas seperti karbondioksida, nitrogen, dan amonia. Air hujan biasanya bersifat asam dengan pH sekitar

.

b. Air Permukaan Air permukaan merupakan salah satu sumber penting bahan baku air bersih. Air permukaan meliputi sungai, danau, waduk, rawa, sumur permukaan yang sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Dibandingkan dengan sumber air lannya, air

permukaan lebih tercemar akibat kegiatan manusia membuang limbah industri, rumah tangga, dan sampah. c. Air Tanah Air tanah permukaan merupakan air yang bersumber dari air tanah yaitu air yang tersimpan atau terperangkap di dalam lapisan batuan yang mengalami pengisian atau penambahan secara terus menerus oleh alam. (Kodoatie dkk,

).

. Klasifikasi Air Berdasarkan Peruntukannya Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.

Tahun

tentang

pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, klasifikasi mutu air dibagi ke dalam empat kelas yaitu: a) Kelas I (satu): air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; b) Kelas II (dua): air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan/atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; c) Kelas III (tiga): air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut;

d) Kelas IV (empat): air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi,

pertanaman

dan/atau

peruntukan

lain

yang

mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. . Kemampuan Air untuk Melakukan Self Purification Kemampuan badan air untuk memurnikan diri (self purification) merupakan kemampuan untuk menghilangkan bahan organik, nutrisi tanaman, atau pencemar lainnya dari suatu danau atau sungai oleh aktivitas biologis dari komunitas yang hidup di dalamnya. Pemurnian diri sering berhubungan dengan oksidasi bahan organik oleh organisme aerobik. Proses oksidasi menimbulkan deoksigenasi dari air sungai dan tingkat deoksigenasi tergantung pada kekuatan air limbah, tingkat pengenceran yang diberikan oleh campuran dengan air sungai, dan kecepatan sungai (Arbie dkk,

).

Kehadiran oksigen terlarut atau DO (Dissolved Oxygen) di dalam badan air sungai, merupakan indikator kesehatan (sanitasi) badan air sungai. Semakin tingggi kandungan DO semakin sehat sungai tersebut. Oksigen terlarut di dalam air sungai adalah produk dari proses neraca asupan oksigen dan pemakaian oksigen terlarut di dalam air sungai. Asupan oksigen, berasal dari masukan aliran air dan re-aerasi di dalam sungai. Sedangkan penggunaan oksigen adalah untuk oksidasi material terdegradasi dari COD dan BOD yang berasal dari masukan aliran air anak-anak sungai yang mengandung air limbah atau dari pipa dan saluran keluaran air limbah (Harsono,

).

Menurut Harsono (

) kemampuan self purification suatu badan air

dipengaruhi faktor-faktor berikut : a. Kadar DO di badan air b. Beban pencemar zat organik yang masuk ke dalam badan air c. Debit aliran air d. Luas Penampang badan air . Kualitas Air Menurut KepMen LH Nomor

Tahun

, mutu air adalah

kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameterparameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan untuk menentukan status mutu perairan digunakan metode Storet. Metode Storet merupakan salah satu metode untuk menentukan status mutu air yang umum digunakan. Dengan metode Storet ini dapat diketahui tingkatan klasifikasi mutu parameter-parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air. Penentuan status mutu air dengan sistem Storet ini dimaksudkan sebagai acuan dalam melakukan pemantauan kualitas air tanah dengan tujuan untuk mengetahui mutu (kualitas) suatu perairan berdasarkan parameter baku mutu air pada Peraturan Pemerintah Nomor Pengelolaan Kualitas Air Sungai.

tahun

tentang

. Parameter Kualitas Air a. Parameter Fisika ) Suhu Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas air. Pada dasarnya suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan biota air. Tinggi rendahnya suhu suatu perairan sangat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain ketinggian suatu daerah, curah hujan yang tinggi, dan intensitas cahaya matahari yang menembus suatu perairan. Air yang dangkal dan memiliki daya tembus cahaya matahari yang tinggi dapat meningkatkan suhu perairan. Adanya variasi suhu yang cukup besar dapat memberikan dampak atau pengaruh yang cukup besar pula terhadap berbagai aktivitas metabolisme dari organisme yang mendiami suatu perairan (Maniagasi dkk, ). Dalam peraturan baku mutu air sungai, suhu disyaratkan deviasi . Deviasi lebih

yang dimaksud ialah suhu kurang atau

derajat dari suhu udara atau suhu normal air pada saat

melakukan sampling setempat (Desriyan,

).

) Kekeruhan atau Total Dissolved Solid (TDS) Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus),

maupun bahan organik dan anorganik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain. Nilai kekeruhan di perairan alami merupakan salah satu faktor terpenting untuk mengontrol produktivitasnya. Kekeruhan yang tinggi akan mempengaruhi penetrasi cahaya matahari oleh karenanya dapat membatasi proses fotosintesis. Kekeruhan di suatu sungai tidak sama sepanjang tahun. Air akan sangat keruh pada musim penghujan karena aliran air maksimum dan adanya erosi dari daratan (Wijaya,

).

) Residu Tersuspensi atau Total Suspended Solid (TSS) Total Suspended Solid (TSS) atau padatan tersuspensi total adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat langsung mengendap, terdiri dari partikelpartikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri, dan jamur. TSS berbanding lurus dengan kekeruhan. Jadi, apabila nilai TSS tinggi maka nilai kekeruhan pun akan tinggi. Penyebab lain tingginya nilai TSS juga bisa dari kecepatan aliran.. TSS mempengaruhi proses adsorpsi logam berat terlarut. Logam berat yang diadsorpsi oleh partikel tersuspensi akan menuju dasar perairan yang menyebabkan kandungan logam berat di air menjadi lebih rendah dan kandungan logam berat di sedimen semakin tinggi (Arifin,

).

Tabel .

Parameter Fisika Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas KELAS KETERANGAN

PARAMETER I Suhu (oC)

Deviasi

II

III

IV

Deviasi

Deviasi

Deviasi

Deviasi Temperatur

dari

keadaan alamiahnya TDS (mg/L) TSS (mg/L)

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, TSS ≤

Sumber : PP Nomor

tahun

mg/L

b. Parameter Kimia ) Chemical Oxygen Demand (COD) COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didekomposisi secara biologis (biodegradable) maupun yang sukar untuk didekomposisi secara biologis (unbiodegradable) (Sumantri,

). Hal ini

karena bahan an-organik yang ada sengaja diurai secara kimia dengan menggunakan oksidator kuat kalium bikromiumat pada kondisi asam dan panas dengan katalisator perak sulfat. Jika konsentrasi logam berat tinggi dalam air, ada kecenderungan konsentrasi logam berat tersebut tinggi dalam sedimen, dan akumulasi logam berat dalam tubuh hewan demersal semakin tinggi. Bila tingkat pencemaran air/ COD (chemical oxygen demand) perairan relatif tinggi, ada kecenderungan kandungan logam berat dalam air dan sedimen akan tinggi karena COD menunjukkan kadar bahan organik

yang

bersifat

non

biodegradable yang umumnya bersumber dari limbah industri (Atima,

).

) Biochemical Oxygen Demand (BOD) BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik (Atima,

).

) Derajat Keasaman (pH) pH

adalah

ukuran

konsentrasi

ion

hidrogen

untuk

menggambarkan tingkat keasaman dan kebasaan suatu larutan (Atima,

). pH sangat penting sebagai parameter kualitas

air karena dapat mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan dalam air. Selain itu, ikan dan makhluk hidup lainnya hidup pada rentang pH tertentu. Fungsi pH yaitu menjadi faktor pembatas karena masing-masing organisme memiliki toleransi kadar maksimal dan minimal nilai pH. Nilai pH yang rendah akan mempengaruhi kelarutan logam kromium (Cr) semakin tinggi sehingga menyebabkan toksisitas logam berat semakin besar (Oginawati,

).

) Dissolved Oxygen (DO) Menurut Desriyan (

), oksigen terlarut (Dissolved Oxygen)

atau sering disebut juga dengan kebutuhan oksigen (Oxygen Demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasa diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukkan jumlah oksigen (O ) yang

tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang baik. Sebaliknya, jika nilai DO rendah dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu, kemampuan air untuk membersihkan

pencemaran

atau

self

purification

juga

ditentukan oleh banyaknya oksigen di dalam air. Tabel . Parameter Kimia Baku Mutu Air Sungai KELAS KETERANGAN

PARAMETER I

II

III

IV

-

-

-

COD (mg/L) pH

-

Apabila

secara

alamiah

di

rentan

tersebut,

maka

luar

ditentukan

berdasarkan kondisi alamiah DO (mg/L)

Angka minimum

Sumber : PP Nomor

tahun

batas

c. Parameter Biologi ) Total Coliform Bakteri

total

coliform

merupakan

famili

dari

Enterobacteraceae. Total coliform terdiri dari dua yaitu yang berasal dari fecal seperti Escherichia coli dan non fekal seperti Enterobacter, Klebsiella, Citrobacter, Serratia, Lecrercia, Yersinia, dan lain-lain. Habitat bakteri total coliform antara lain saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas, tanah, tanaman dan air Keberadaan total coliform pada air sungai menandakan adanya kontaminasi feses (Edzwald,

).

) Fecal Coliform Escherichia coli (E. coli) merupakan fecal coliform yang hidup di saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas. Beberapa strain E.coli memproduksi toksin yang bisa menimbulkan diare atau bahkan kematian pada manusia, terutama pada lansia dan anak-anak. E.coli lebih reliabel digunakan sebagai indikator pencemaran feses dan keberadaan patogen pada air (Nollet,

).

B. Sumber Pencemaran Air Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor

Tahun

, pencemaran air adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu air limbah yang telah ditetapkan. Sumber pencemar yang paling utama berasal dari limbah industri, pertanian, dan domestik (rumah tangga). . Limbah Industri Limbah industri (industrial waste) yang berbentuk cair dapat berasal dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air pada proses produksinya. Selain itu, limbah cair juga dapat berasal dari bahan baku yang mengandung air sehingga didalam proses pengolahannya, air harus dibuang. Limbah industri yang bisa menyebabkan pencemaran air dan tanah berasal dari pabrik, manufaktur, industri kecil, dan industri perumahan yang merupakan limbah padatan, lumpur, bubur yang berasal dari pengolahan, misalnya sisa pengolahan pabrik tekstil, gula, pulp, kertas, rayon, plywood, sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam, dan industri kimia lainnya (Rama dkk,

).

Pembuangan limbah industri ke sungai menyebabkan air sungai tercemar. Pencemaran air sungai oleh logam-logam berat sangat berbahaya bagi manusia. Bahan pencemar yang berasal dari limbah industri dapat meresap ke dalam air tanah yang menjadi sumber air untuk minum, mencuci, dan mandi. Air tanah yang tercemar umumnya sulit dikembalikan menjadi air bersih (Achmadi,

).

. Limbah Pertanian Limbah pertanian berasal dari daerah atau kegiatan pertanian maupun perkebunan. Penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan dapat mengakibatkan pencemaran air. Kelebihan pupuk yang memasuki wilayah perairan akan menyuburkan tumbuhan air, seperti ganggang dan eceng gondok sehingga dapat menutupi permukaan air. Akibatnya sinar matahari sulit masuk ke dalam air sehingga mematikan fitoplankton dalam air. Akibat lebih lanjut, sampah organik dari ganggang dan eceng gondok akan menghabiskan oksigen terlarut sehingga ikan-ikan tidak dapat hidup. Sedangkan, sisa pestisida yang masuk wilayah perairan dapat mematikan ikan-ikan atau diserap oleh mikroorganisme kemudian masuk dalam rantai makanan. Sisa pestisida di perairan dapat meresap ke dalam tanah sehingga mencemari air tanah (Zulkifli

).

. Limbah Domestik Air limbah domestik (rumah tangga) adalah bekas yang tidak dapat dipergunakan lagi untuk tujuan semula baik yang mengandung kotoran manusia (tinja) atau dari aktivitas dapur, kamar mandi dan cuci. Air limbah domesik mengandung lebih dari

cairan. Zat-zat yang terdapat

dalam air buangan diantaranya adalah unsur-unsur organik tersuspensi maupun terlarut seperti protein, karbohidrat, dan lemak dan juga unsurunsur anorganik seperti butiran, garam, dan metal serta mikroorganisme. Unsur-unsur tersebut memberikan corak kualitas air buangan dalam sifat fisik, kimia, maupun biologi. Volume air limbah bergantung pada volume pemakaian air penduduk setempat. Penggunaan air untuk keperluan sehari-

hari kurang dari

liter per orang di daerah yang sumber airnya berasal

dari sumur pompa atau sambungan rumah sendiri, penggunaan air dapat mencapai

liter per orang (Kodoatie,

).

C. Dampak Pencemaran Air Sungai Citarum Menurut Desriyan ( padat sekali sejak daerah

), perkembangan industri di DAS Citarum sangat

tahun terakhir dengan pusat pengembangannya meliputi

Majalaya, Banjaran, Dayeuhkolot/Bandung Selatan, Padalarang,

Batujajar, Rancaekek, dan Purwakarta; yang pada umumnya didominasi oleh industri tekstil. Kondisi baku mutu air Sungai Citarum sudah memburuk diakibatkan oleh banyaknya limbah industri yang dibuang ke Sungai Citarum yaitu sekitar dalam Priyanto

L/detik/hari atau setara

ton/hari (DLH Kab Bandung

). Limbah industri yang masuk ke Sungai Citarum banyak

mengandung logam berat (Budiman dkk,

). Logam berat di Sungai

Citarum diduga berasal dari industri tekstil yang berada di sepanjang aliran Sungai Citarum (Priyanto

).

. Potensi Ekonomi Sungai Citarum Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum terbagi ke dalam tiga zona pengelolaan yaitu: zona hulu, zona tengah dan zona hilir. Zona hulu Citarum merupakan daerah tangkapan air yang menjadi sumber air bagi tiga waduk besar yang ada di zona tengah, yaitu Waduk Saguling, Waduk Cirata, dan Waduk Ir. H. Djuanda. Zona tengah DAS Citarum merupakan zona pemanfaatan, dimana ketiga waduk tersebut mempunyai fungsi utama sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang menghasilkan

energi listrik bagi kebutuhan listrik sistem interkoneksi Jawa-Bali (Kartamihardja dkk,

).

Selain itu waduk tersebut juga mempunyai fungsi pendukung lainnya seperti kegiatan pariwisata, perikanan, transportasi, sumber air irigasi dan sumber air baku air minum. Sungai Citarum juga memasok minum untuk Jakarta. Jakarta memerlukan sekitar detik, namun yang tersedia hanya pada

air

liter air per

liter air per detik. Diperkirakan

, defisit air di Jakarta sebesar

liter per detik (Iqbal,

). Sungai Citarum ditetapkan sebagai sungai stategis di Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor

Tahun

tentang Penetapan

Wilayah Sungai. Wilayah Sungai Citarum merupakan Wilayah Sungai Lintas Provinsi yang pengelolaannya harus tetap memperhatikan kebutuhan air baku DKI Jakarta. Total potensi air di wilayah Sungai Citarum adalah sebesar

milyar m /tahun. Potensi air yang sudah

dimanfaatkan sebanyak

milyar m /tahun (

dimanfaatkan

milyar m /tahun (

) (BBWS,

) dan yang belum ).

Berbeda dengan zona hulu dan zona tengah, zona hilir DAS Citarum merupakan area yang sebagian besar tidak digunakan sebagai konservasi air dan tanah, melainkan merupakan kawasan budidaya seperti kawasan pertanian (padi) ataupun kawasan industri. Bagian hilir DAS Citarum merupakan kawasan dengan aliran anak-anak sungai kecil dan sebagian besar merupakan sungai besar yang mengalir ke laut. Lahan di bagian hilir DAS merupakan kawasan dengan kemiringan landai sampai datar,

kemiringannya kurang dari (Kartamihardja dkk,

dan sebagian besar kurang dari

).

. Dampak Sosial dan Ekonomi Pencemaran Sungai Citarum Penurunan kualitas air Sungai Citarum akibat limbah dan sedimentasi juga

mengakibatkan

adanya

banjir

dan

kekeringan.

Sedimentasi

menyebabkan pendangkalan sehingga sungai tidak dapat menampung secara optimal. Kekeringan juga disebabkan karena aktivitas industri yang menggunakan air tanah berlebihan sehingga sumber air tanah berkurang terlebih pencemaran yang terjadi menyebabkan air menjadi kurang baik. Selain itu dampak pencemaran Sungai Citarum menyebabkan peningkatan biaya perawatan Pembangkit Listrik Tenaga Air Saguling. Total biaya perawatan perangkat waduk, mencapai Rp

miliar per tahun. Hal tersebut

dikarenakan limbah yang tersaring berupa pasir dan material lain mencapai juta m dan kondisi air Citarum yang sangat tercemar menyebabkan berdampak pada korosi bagian turbin waduk di Saguling (Indrawan, ). Selain itu, berdasarkan penelitian Indriatmoko dkk (

), kualitas

air tanah yang diambil dari berbagai lokasi mulai dari bagian bawah, tengah dan atas dari DAS Citarum Hulu telah diketahui bahwa kualitasnya buruk. Berdasarkan pengamatan terhadap

parameter kualitas air dapat

disimpulkan bahwa terdapat kaitan antara penurunan kualitas air permukaan dengan air tanah di hulu Sungai Citarum.

. Dampak Ekologi Pencemaran Sungai Citarum Dalam kaitannya dengan ekologi, sungai mempunyai fungsi vital. Sungai dan bantarannya biasanya merupakan habitat yang sangat kaya akan flora dan fauna sekaligus sebagai barometer kondisi ekologi daerah tersebut. Sungai yang masih alamiah dapat berfungsi sebagai aerasi alamiah yang akan meningkatkan atau menjaga kandungan oksigen air sungai (Sittadewi,

).

Komponen ekologi sungai adalah vegetasi daerah badan, tebing dan bantaran sungai. Karakteristik vegetasi dalam suatu ekosestem sungai secara langsung akan mempengaruhi jumlah dan keanekaragaman spesies hewan yang ada di sekitarnya. Sedangkan banyaknya vegetasi akan berpengaruh pada karakteristik saluran/sungai. Sistem perakaran di tebing sungai dapat mengikat sedimen dan memperlambat proses erosi (USDA, ). Aktivitas manusia yang mendorong terjadinya erosi antara lain menghilangkan tutupan vegetasi (penebangan pohon), alih fungsi lahan dari lahan tertutup vegetasi menjadi bentuk lainnya, teknik pertanian yang tidak ramah lingkungan (tanpa terasering), dan penambangan. Dampak erosi yang terjadi di dalam DAS adalah pelumpuran dan pendangkalan; menghilangkan mata air; menurunnya kualitas air; rusaknya ekosistem sungai; meningkatnya bencana banjir dan kekeringan. Sedimentasi terjadi karena penumpukan material padatan yang terbawa arus sungai. Material bisa berupa lumpur, pasir, sampah dan lainnya. Tebalnya sedimen menunjukkan tingginya tingat erosi di hulu sungai. Dampak sedimentasi

adalah pendangkalan sungai dan banjir. Pendangkalan sungai mengurangi luasan sungai dalam menampung air sehingga pada waktu pasang akan terjadi banjir. Dasar sungai yang tertutup lumpur akan mengganggu aktivitas biota di dasar perairan terutama gangguan metabolismenya (Alfiah,

).

Koridor sungai merupakan habitat bagi satwa liar yang paling banyak dibandingkan habitat lain dan merupakan sumber air utama bagi populasi satwa liar tersebut. Koridor sungai merupakan sumber makanan, air, dan tempat berteduh. Oleh karena itu, banyak jenis satwa yang menjadikan koridor sungai sebagai habitatnya, misalnya jenis hewan melata (reptil), ampibi, burung, dan mamalia (Sittadewi,

).

Kondisi permasalahan atau pencemaran yang terdapat di sungai ini akan menyebabkan terganggunya kelangsungan hidup biota yang ada di sekitarnya, seperti sumber daya perikanan dan ekosistem sungai dan pada akhirnya akan berdampak luas terhadap penurunan pendapatan masyarakat yang yang menggantungkan hidupnya pada produktivitas hayati di wilayah daerah aliran sungai. Pencemaran yang disebabkan oleh logam dapat mengubah struktur komunitas perairan, jaringan makanan, tingkah laku, efek fisiologi, genetik dan resistensi. Logam dapat terakumulasi dalam tubuh sehingga mengancam kehidupan manusia dapat juga mengakibatkan kematian bahkan kematian bila logam tersebut masuk dalam rantai makanan (Damaianto dkk,

)

. Kondisi Iklim Hulu Sungai Citarum Perubahan penutupan lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) memberikan pengaruh cukup dominan terhadap debit banjir. Fenomenafenomena ini sering terjadi pada setiap DAS khususnya di bagian hulu serta daerah hilir akibat tekanan jumlah penduduk. Yang paling berpengaruh terhadap debit banjir adalah lahan sawah, pemukiman, dan tegalan yang dapat menimbulkan banjir, tanah longsor, dan kekeringan. Berdasarkan tingkat curah hujan, tataguna lahan, dan topografi dapat diketahui apakah kondisi wilayah tersebut mudah kering atau mudah mengalami

penggenangan.

Perubahan

dari

penggunaan

lahan

mempengaruhi kondisi hidrologi dan iklim mikro suatu wilayah akan merubah kondisi neraca airnya. Pada umumnya pola curah hujan di DAS Citarum secara temporal memiliki pola curah hujan monsun yang curah hujannya tinggi pada bulan November, Desember, Januari, Februari, dan Maret, namun mulai pada bulan April akhir hingga September memiliki curah hujan rendah ketika massa udara bergerak dari selatan atau monsun Australia mengarah ke utara (Sipayung dkk,

).

D. Industri Tekstil . Kandungan Limbah Industri Tekstil Industri tekstil di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat baik dalam teknologi

yang digunakannya sampai jumlah

produksinya. Sumbangan produk tekstil Indonesia bagi peningkatan devisa juga cukup signifikan karena nilai ekspornya yang semakin tinggi seperti ke negara negara Amerika Serikat, Thailand, Jepang, dan Kanada. Di Kecamatan Majalaya terdapat sekitar industri tekstil, sekitar

industri yang mayoritas adalah

industri menghasilkan limbah berbahaya) dan

diduga masih membuang limbah hasil produksinya langsung ke sungai yang bermuara di Citarum (Wikiandy dkk,

).

Pembuangan limbah secara langsung ke sungai tentu menimbulkan pencemaan yang dampaknya dirasakan langsung oleh masyarakat sekitar Dengan perkembangan produksi dalam industri tekstil ini, limbah cair yang dihasilkannyapun semakin banyak. Sebab seperti diketahui dalam industri tekstil, hampir dalam setiap prosesnya menggunakan air seperti pada proses desizing – proses penghilangan kanji, scouring – pelepasan wax, bleaching – pemutihan bahan, mercerizing – proses menghasilkan warna yang berkilau, dyeing – proses pemberian warna pada kain dengan tinta pigmen, printing – proses pemberian warna pada kain, finishing – proses melembutkan kain menggunakan formaldehida (Wang,

).

Limbah cair yang dihasilkan dari industri tekstil kebanyakan terdiri dari zat warna, ion logam, padatan tersuspensi dan kandungan COD dan BOD yang relatif rendah (Sundar,

). Logam berat dalam limbah cair

tekstil berasal dari zat warna pada proses pewarnaan (dyeing) dan pencetakan (printing). Logam berat yang umumnya terkandung dalam limbah cair industri tekstil adalah tembaga (Cu (II)), kromium (Cr (III) & Cr (VI)), seng (Zn (II)), timbal (Pb (II)), kadmium (Cd (II)), kobalt (Co (II)) dan nikel (Ni (II)). Limbah cair industri tekstil memiliki kandungan logam kromium yang relatif cukup tinggi dibandingkan ion logam lainnya. Logam tersebut memberi dampak yang sangat buruk bagi lingkungan karena sifatnya yang sangat toksik terutama bagi kesehatan manusia (Miryanti dkk,

).

. Dinamika Limbah Industri Tekstil Kawasan industri pertama di hulu Citarum, persoalan limbah sudah mengakar di Kecamatan Majalaya. Hampir sebagian besar industry, tidak menggunakan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dalam proses produksinya “Pada prinsipnya, pabrik bukan tidak memiliki IPAL, pasti ada. Sebab berkaitan dengan persyaratan izin. Cuma, IPAL dijalankan atau tidak itu yang jadi masalahnya ” (Wandi dalam Iqbal

). Pabrik-

pabrik tekstil di Majalaya hingga kini masih membuang limbah cair ke Sungai Citarum, sedangkan industri tekstil tersebut rata-rata sudah memiliki Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL) sendiri atau komunal. IPAL tersebut tidak digunakan dengan alasan biaya operasioalnya mahal (Deni, ).

Limbah seharusnya diolah terlebih dahulu dalam IPAL agar mengalami proses perubahan fisik, kimia, dan biologi sebelum dibuang ke lingkungan atau badan sungai. Masalah utama mengatasi persoalan limbah adalah tidak adanya ketegasan dan tumpang tindih aturan pemerintah. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung (

),

Majalaya memang diperuntukkan sebagai wilayah pengembangan sentra industri tekstil. Di wilayah tersebut terdapat

pabrik yang didominasi

industri teksil. Lantaran, kawasan tersebut memiliki Daya Tampung Beban Pencemaran Air (DTBPA) rendah. Kenyataannya ialah limbah buangan sering dikeluhkan masyarakat dikarenakan dampak negatif yang ditimbulkannya seperti bau, warna, dan gangguan kesehatan (Iqbal,

)

Gambar . Pembuangan Limbah Industri Tekstil ke Sungai Citarum Sumber: Donny Iqbal/Mongabay Indonesia (

)

E. Logam Berat Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari

g/cm , mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur belerang (S) dan

biasanya bernomor atom

sampai

dari perioda

sampai . Adanya logam

berat di perairan, berbahaya baik secara langsung terhadap kehidupan organisme, maupun efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Bila logam-logam esensial yang masuk ke dalam tubuh dalam jumlah yang berlebihan, maka berubah fungsi menjadi racun (Fardiaz, Menurut Putra (

) terdapat

jenis dari

).

unsur kimia di muka bumi

ini yang telah teridentifikasi sebagai jenis logam berat. Kromium (Cr) adalah logam berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan. Di alam, logam sangat jarang ditemukan dalam elemen tunggal, biasanya dalam bentuk persenyawaan dengan unsur lain pula koefisien bioakumulasi adalah rasio antara kadar polutan dalam tubuh biota akuatik dan kadar polutan yang bersangkutan dalam kolom air. Menurut Palar (

) logam berat dalam perairan memiliki sifat sebagai

berikut: a) Memiliki kemampuan yang baik dalam penghantar listrik ; b) Memiliki kemampuan yang baik dalam penghantar panas; c) Memiliki rapatan yang tinggi; d) Dapat membentuk alloy dengan baik; e) Logam padat dapat ditempa dan dibentuk

Logam berat memiliki tingkat atau daya racun yang berbeda bergantung pada jenis, sifat kimia dan fisik logam berat. Kementerian Lingkungan Hidup membagi kelompok logam berat berdasarkan sifat toksisitas dalam

kelompok, yaitu bersifat toksik tinggi yang terdiri atas

unsur-unsur Cr, Hg, Cd, Cu dan Zn; bersifat toksik sedang terdiri dari unsurunsur Cr, Ni, dan Co (Sanusi,

).

Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat logam berat (Sanusi,

) yaitu:

a) sulit didegradasi sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan perairan

dan

keberadaannya

secara

alami

sulit

terurai

(dihilangkan); b) dapat terakumulasi dalam organisme termasuk ikan, serta akan membahayakan

kesehatan

manusia

yang

mengkonsumsi

organisme tersebut; c) mudah terakumulasi di sedimen sehingga konsentrasinya selalu lebih tinggi dari konsentrasi logam dalam air. Di samping itu, sedimen mudah tersuspensi karena pergerakan massa air yang akan melarutkan kembali logam yang dikandungnya ke dalam air. Logam berat dapat mempengaruhi ekologi tanah, kualitas produksi pertanian, dan kualitas air tanah. Hal tersebut akan merugikan kehidupan organisme dengan rantai makanan. Penentuan konsentrasi ion logam bebas dalam larutan tanah sangat penting. Konsentrasi ion logam tidak hanya tergantung pada total logam dalam tanah, tetapi juga pada spesies logam yang ada di tanah. Selain itu, beberapa kondisi lingkungan (misalnya, pH, konsentrasi larutan dalam tanah, dan koloid tanah) (Nazir dkk,

).

Sifat toksik dan sifat terurainya suatu logam berat dalam perairan ditentukan oleh karakteristik fisik dan kimia suatu jenis logam berat dan ditentukan juga oleh faktor lingkungan. Lingkungan atau ekosistem yang mengalami gangguan kesetimbangan akibat polutan, dapat bersifat tetap (irreversible) atau sementara (reversible) bergantung pada faktor-faktor berikut (Sanusi,

a)

): kemantapan ekosistem (constancy); terkait dengan kecilnya pengaruh perubahan.

b)

persistensi ekosistem (persistent); terkait dengan lamanya waktu untuk kelangsungan proses normal ekosistem.

c)

kelembaman ekosistem (inertia); terkait dengan kemampuan bertahan terhadap gangguan eksternal.

d)

elastisitas ekosistem (elasticity); terkait dengan kekenyalan ekosistem untuk kembali ke keadaan semula setelah mengalami gangguan.

e)

amplitudo ekosistem (amplitude); terkait dengan besarnya skala gangguan yang masih memungkinkan adanya daya pulih (recovery).

. Karakteristik Logam Berat Kromium (Cr) Logam berat kromium merupakan logam berat dengan berat atom g/mol; berwarna abu-abu, tahan terhadap oksidasi meskipun pada suhu tinggi, mengkilat, keras, memiliki titik cair didih

o

C dan titik

o

C, bersifat paramagnetik (sedikit tertarik oleh magnet),

membentuk senyawa-senyawa berwarna, memiliki beberapa bilangan oksidasi, yaitu + , + , dan + , dan stabil pada bilangan oksidasi + . Kromium bisa membentuk berbagai macam ion kompleks yang berfungsi sebagai katalisator (Widowati dkk,

).

Senyawa kromium (VI), seperti kalsium kromiumat, kromiumat seng, dan strontium kromiumat sangat beracun dan karsinogenik di alam. Di sisi lain, kromium (III) adalah suplemen gizi yang penting bagi hewan dan manusia yang memiliki peran penting dalam metabolisme glukosa. Penyerapan senyawa kromium (VI) melalui saluran udara dan saluran pencernaan lebih cepat dari pada senyawa kromium (III) (Martin dkk,

).

Pencemaran kromium berasal dari buangan industri-industri pelapisan kromium, pabrik tekstil, pabrik cat, penyamakan kulit, pabrik tinta, dan pengilangan minyak. Hal tersebut berasal dari natrium kromiumat dan natrium dikromiumat yang merupakan spesies kromium (VI) bersifat toksik sebagai bahan pokok untuk memproduksi bahan kimia kromium, seperti bahan pewarna kromium, garam-garam kromium yang dipergunakan penyamakan kulit, pengawetan kayu, bahan anti korosif pada peralatan otomotif, ketel, dan pengeboran

minyak. Keterangan ini menunjukkan perlu adanya upaya mengurangi sifat toksisitas kromium (VI) tersebut dengan cara mengadsorpsi atau mendegradasinya (Adhani dkk,

)

Kromium merupakan logam berat yang dapat dibedakan menjadi kromium (III) dan kromium (VI) di alam. Kromium (III) dibutuhkan untuk perkembangan manusia dan hewan. Kromium (III) berperan sebagai stimulan metabolisme glukosa, protein, dan lemak. Menurut WHO (World Health Organization), kromium (VI) adalah ion logam bersifat racun yang dapat menyebabkan gangguan sintesis DNA dan meningkatkan perubahan mutagen yang dapat menyebabkan tumor. Batasan maksimum air minum mengandung kromium (VI) sebesar mg/l. Pada air tanah, rata-rata kandungan kromium (VI) sebesar - mg/l. Pada umumnya, orang dewasa mengonsumsi kromium sebesar

-

(Lakherwal,

mg/hari. Kromium (VI) terakumulasi di ginjal dan hati ).

. Logam Berat Kromium (Cr) di Air Logam berat seperti kromium yang terlarut dalam badan perairan pada konsentrasi tertentu akan berubah fungsi menjadi sumber racun bagi bagi sistem kehidupan di perairan. Walaupun daya racun yang ditimbulkan oleh suatu logam berat terhadap biota perairan tidak sama, namun dapat menjadikan terputusnya satu kelompok rantai makanan. Pada tingkatan selanjutnya dapat menghancurkan tatanan suatu ekosistem perairan. Kadar logam berat meningkat apabila limbah

perkotaan, pertambangan, pertanian, dan perindustrian yang banyak mengandung logam berat masuk ke dalam perairan (Palar, Menurut Adhani dkk (

).

), secara alamiah masuknya logam berat

ke dalam sungai dapat melalui aliran dari daerah hulu sungai akibat erosi yang disebabkan oleh gerakan gelombang air, sedangkan pasokan logam berat yang berasal dari aktivitas manusia ke dalam lingkungan antara lain: . Hasil buangan kegiatan rumah tangga; . Limbah industri yang tidak terkontrol akan mengalir ke sungai dan akhirnya mengendap jadi sedimen; . Aliran langsung lumpur minyak yang terkandung di dalam logam berat dengan konsentrasi cukup tinggi yang terbuang dan mengendap jadi sedimen; . Hasil dari pembakaran hidrokarbon dan batu bara. Terlepasnya senyawa logam berat ke udara saat proses pembakaran dan bercampur dengan air hujan, mengalirkan logam berat melalui sungai. Berdasarkan peraturan pemerintah kandungan logam berat kromium yang boleh masuk ke perairan mempunyai batasan tertentu. Baku mutu kromium (VI) Pemerintah Nomer

Tahun

di perairan berdasarkan Peraturan tentang Pengelolaan Kualitas Air

dan Pengendelian Pencemaran Air yang dikriteriakan berdasarkan dapat dilihat pada Tabel

.

Tabel . Baku Mutu Kromium di Perairan Menurut PP No. KELAS PARAMETER

KETERANGAN I

II

III

IV

Kromium (VI) (mg/L)

Sumber : PP Nomor

-

tahun

F. Toksisitas Logam Berat Menurut Adhani

(

), mekanisme toksisitas logam berat di dalam

tubuh organisme dapat dikelompokkan menjadi

(tiga) kategori yaitu:

. Logam berat dapat menghalangi kerja gugus biomolekul esensial untuk proses-proses metabolisme; . Logam berat dapat menggantikan ion-ion logam esensial yang terdapat dalam molekul terkait; . Logam berat dapat mengadakan modifikasi atau perubahan bentuk dari gugus aktif yang dimiliki biomolekul. Klasifikasi toksisitas dapat digolongkan menjadi (Adhani,

):

. Berdasar durasi waktu timbulnya efek toksisitas dikelompokkan menjadi : toksisitas akut sifatnya mendadak, waktu singkat, efeknya reversibel, serta kronis, durasi lama, konstan serta terus menerus, efeknya permanen atau irreversibel. . Berdasar tempat bahan kimia (toksikan) tersebut berefek: yaitu toksikan lokal (efek terjadi pada tempat aplikasi atau exposure, di antara toksikan dan sistem biologis) dan toksisitas sistemik (toksikan

diabsorpsi ke dalam tubuh dan didistribusi melalui aliran darah dan mencapai organ di mana akan terjadi efek). . Berdasar respons yang terjadi dan organ di mana bahan kimia tersebut mempunyai efek toksisitas dibedakan : hepatotoksin, nefrotoksin, neurotoksin, imunotoksin, teratogenik karsinogenik serta allergen sensitizers atau bahan kimia/fisika yang bisa merangsang timbulnya reaksi alergi, karsinogenik. Logam berat dalam perairan merupakan jenis polutan utama yang mengancam kehidupan invertebrata, ikan, dan manusia serta menimbulkan efek buruk yang mengganggu keseimbangan ekologi lingkungan dan keragaman organisme akuatik (Atici dkk.,

dalam Adhani,

). Adanya

tingkatan rantai makanan menjadikan logam berat dapat berpindah dari lingkungan ke organisme dan pada akhirnya dari organisme satu ke organisme yang lain (Yalcin dkk.,

).

Dengan adanya hierarki rantai makanan, biota air yang mengandung oleh logam berat tersebut dikonsumsi oleh makhluk hidup yang akan meracuni tubuh makhluk hidup tersebut (Palar,

). Toksisitas logam berat

dalam lingkungan perairan telah menjadi perhatian utama karena mempunyai potensi risiko yang tinggi bagi sejumlah flora dan fauna, termasuk manusia, melalui rantai makanan (Boran dkk,

). Logam berat masuk ke dalam

jaringan tubuh biota perairan melalui beberapa jalan, yaitu saluran pernapasan (insang), saluran pencernaan (usus, hati, dan ginjal) maupun penetrasi melalui kulit (Ma’ruf

).

Pada penelitian Tyas, dkk ( atau LC-

), uji toksisitas Lethal Concentration-

dilakukan pada ikan nila (Oreochromis niloticus). Hasilnya

dinyatakan sebagai konsentrasi yang menyebabkan (LC-

kematian hewan uji

) dalam waktu yang relatif pendek satu sampai empat hari (Edwin dkk, ). Dalam penelitian tersebut menunjukkan rata-rata persentase kematian

ikan nila pada setiap perlakuan mengalami peningkatan mulai dari perlakuan kontrol (nol) sampai konsentrasi tertinggi, yaitu

ppm. Pada perlakuan

kontrol, tidak mengalami kematian karena hewan uji tidak terpapar kromium (VI). Peningkatan konsentrasi kromium (VI) berbanding lurus dengan persentase mortalitas ikan nila dalam waktu pemaparan jam pada kromium (VI) terhadap ikan nila sebesar

Gambar .

LC-

pada Ikan Nila

Sumber : Edwin (

)

jam. Nilai LC ppm.

-

G. Gangguan Kesehatan Paparan Kromium (VI) Logam atau persenyawaan Kromium (Cr) yang masuk ke dalam tubuh akan ikut dalam proses fisiologis atau metabolisme tubuh. Logam atau persenyawaan kromium akan berinteraksi dengan bermacam-macam unsur biologis yang terdapat dalam tubuh. Interaksi yang terjadi antara kromium dengan unsur-unsur biologis tubuh dapat menyebabkan terganggunya fungsifungsi tertentu yang bekerja dalam proses metabolisme tubuh. Senyawasenyawa yang mempunyai berat molekul rendah, seperti yang terdapat dalam sel darah merah dapat melarutkan kromium dan akan ikut terbawa ke seluruh tubuh bersama peredaran darah dan mengubah senyawa kromium menjadi bentuk yang mudah terdifusi sehingga dapat masuk ke dalam jaringan (Palar, ). Pencemaran kromium yang terdapat di lingkungan akan berdampak pada manusia yang masuk ke dalam tubuh melalui

jalan, yaitu:

a. jalan napas; b. jalan pencernaan; c. jalan kulit baik kontak dan masuk melalui pori-pori kulit. Setelah masuk ke dalam tubuh, komponen lingkungan tersebut atau hasil metabolisme akan berada dalam jaringan darah, lemak, otak, dan/atau berinteraksi dengan sistem pertahanan biologis. Proses ini sering tampak dari luar sebagai suatu gejala timbulnya keracunan. Bila jumlah komponen lingkungan tersebut sedikit, tentu tidak menimbulkan gejala yang jelas. Akan tetapi orang ini masuk ke dalam kategori “Chronic poisoning” atau bahkan sering menimbulkan “long term effect” kelak kemudian hari (Achmadi

).

Gambar Port of Entry Kromium pada Tubuh Sumber : Anna dkk ( ) World Health Organization (WHO), The Department of Health and Human Services (DHHS), dan The Environmental Protection Agency (EPA) dalam Widowati, dkk (

) telah menetapkan bahwa paparan senyawa

kromium (VI) bersifat karsinogenik pada manusia. Dengan terjadinya pencemaran lingkungan, kadar unsur kromium yang masuk ke dalam tubuh manusia dapat meningkat melebihi kadar normal baik melalui makanan maupun air minum, mencerna makanan yang mengandung kadar kromium tinggi bisa menyebabkan gangguan pencernaan, berupa sakit lambung, muntah, dan pendarahan, luka pada lambung, konvulsi, kerusakan ginjal, dan hepar, bahkan dapat menyebabkan kematian.

Pada umumnya paparan kromium berasal dari industri yang memproduksi kromium dan pigmen kromium (VI) dapat mengakibatkan kanker pada alat pernapasan dan mengakibatkan kanker paru-paru bagi manusia yang terpapar debu kromium (VI). Ditemukan

kasus kanker dalam industri yang

memproduksi kromiumat dan ditemukan

kasus kanker dalam industri yang

memproduksi pigmen kromium (Widowati dkk, Berdasarkan gambaran histologis, terdapat industri kromium,

kasus kanker kulit,

). kasus kanker pada pekerja

kasus tumor anaplasia, serta

kasus adenokarsinoma. Dimana sebagian besar kasus kanker disebabkan oleh paparan kromium (VI) yang larut asam dan tidak larut air yang terjadi pada proses roasting atau refining (Widowati dkk,

). Selain itu, paparan

senyawa kromium dapat menyebabkan pembentukan ulkus yang akan bertahan selama beberapa bulan dengan penyembuhan sangat lambat dan menyebabkan luka pada septum nasal (Jaishankar dkk,

).

Dampak negatif kromium (VI) adalah toksisitasnya bagi tubuh manusia. Logam ini dalam kadar yang berlebih dapat mengganggu saluran pernapasan, kulit, pembuluh darah, dan ginjal. Air yang tercemar kromium (VI) yang terkena kulit dapat berdampak pada kulit, berupa ulkus kronis pada permukaan kulit. Pada pembuluh darah diduga meningkatkan risiko penebalan oleh plak pada pembuluh aorta, sedangkan pada ginjal dapat berakibat kelainan berupa nekrosis tubulus ginjal (Adhani dkk,

).

Mengonsumsi air yang tercemar kromium (VI) dapat mengganggu fungsi organ di dalam tubuh. Paparan dengan jumlah yang tinggi dari senyawa kromium pada manusia juga dapat menyebabkan penghambatan eritrosit glutathione reduktase. Penghambatan tersebut dapat menurunkan kapasitas untuk mengurangi methemoglobin dengan hemoglobin. Hasil yang diperoleh dari berbagai in vitro dan in vivo percobaan telah menunjukkan bahwa senyawa kromium dapat menyebabkan kerusakan DNA dalam berbagai cara dan dapat

menyebabkan pembentukan

adduct

DNA, penyimpangan

kromosom, pertukaran kromatit, perubahan dalam replikasi dan transkripsi dari DNA (Adhani dkk,

).

Ion-ion kromium (VI) dalam proses metabolisme tubuh akan menghalangi atau menghambat kerja dari enzim benzopiren hidroksilase. Penghambatan kerja enzim tersebut dapat mengakibatkan perubahan kemampuan pertumbuhan sel-sel sehingga menjadi tumbuh secara tidak terkontrol yang dikenal sebagai sel-sel kanker. Dengan demikian, kromium dapat bersifat karsinogenik. Enzim benzopiren hidroksilase ini berfungsi untuk menghambat pertumbuhan kanker yang disebabkan oleh absestos. Kemampuan yang dimiliki oleh ion kromium (VI) untuk menghalangi atau menghambat kerja enzim tersebut akan memberikan efek yang sangat membahayakan. Percobaan laboratorium menunjukkan bahwa kromium (VI) dapat mengendapkan RNA dan DNA pada pH . Kromium (III) dan kromium (VI) dapat menyebabkan denaturasi pada albumin (Palar,

).

Di dalam tubuh manusia, logam berat yang masuk akan diakumulasi dalam jaringan tubuh dan tidak bisa diekskresikan lagi ke luar tubuh. Menurut Palar (

), pada kadar yang sudah tinggi dalam tubuh manusia akan

menyebabkan dampak negatif yang serius, yaitu : . Menghambat aktivitas enzim sehingga proses metabolisme terganggu; . Menyebabkan abnormalitas kromiumosom atau gen; . Menghambat perkembangan janin; . Menurunkan fertilitas wanita; . Menghambat spermatogenesis; . Mengurangi konduksi saraf tepi; . Menghambat pembentukan hemoglobin; . Menyebabkan kerusakan ginjal; . Menyebabkan kekurangan darah atau anemia; . Pembengkakan kepala atau encepalopati; . Menyebabkan gangguan emosional dan tingkah laku;

H. Kerangka Teori Konsenterasi kromium (VI) yang terdapat pada air Sungai Citarum berasal dari beberapa limbah yang berada di DAS Citarum terbagi menjadi tiga yaitu limbah industri, pertanian, dan domestik (Hikmawan,

).

Perilaku masyarakat dan industri yang langsung membuang limbahnya ke sungai menjadi permasalahan sehingga kadar pencemaran semakin tinggi. Menurut PP Nomor

tahun

, untuk dapat dimanfaatkan sesuai

peruntukannya, air Sungai Citarum memiliki parameter fisika, kimia, dan biologi, yang terdiri dari parameter fisika yaitu suhu, TDS, dan TSS, parameter kimia yaitu

pH, DO, BOD dan parameter biologi yaitu total

coliform dan fecal coliform. Parameter tersebut dapat menjadi indikator kualitas air sungai dan keberadaan pencemaran kromium dan kadar COD di hulu Sungai Citarum. Pencemaran kromium dapat menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat yang diakibatkan pemanfaatan Sungai Citarum Pencemaran kromium dapat menyebabkan kualitas air Sungai Citarum menurun sehingga pemanfaatan air sungai seperti irigasi pertanian, tambak, dan bahan baku air minum tidak dapat optimal dan mengakibatkan permasalahan kesehatan.

Bagan

Kerangka Teori

Sumber

Komponen Lingkungan

Penduduk

Limbah Industri

Kualitas Air Hulu

 Perilaku Masyarakat/

Limbah Pertanian

Sungai Citarum

Industri Membuang

Limbah Domestik

 Kimia : kromium (VI),

Limbah langsung ke

COD, DO, pH

TSS

Sungai Citarum

Coliform, Fecal Coliform

Variabel Lain yang Berpengaruh Modifikasi :

Sumantri (

), Adhani (

tahun

, Hikmawan (

), dan Iqbal (



)

),

Gangguan pencernaan (Luka pada lambung,

 Mengonsumsi Air

yang Berasal Dari

Gangguan kulit (Alergi/ruam pada kulit)

muntah, dan pendarahan)

atau Organisme Air

 Biologi : Total

), PP No.



Sungai

 Fisika : Suhu, TDS,

Achmadi (

Gangguan Kesehatan



Gangguan pernapasan (Batuk, sesak nafas)

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS A. KERANGKA KONSEP Berdasarkan kerangka teori yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, selanjutnya didapatkan kerangka konsep untuk menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti. penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran Kromium (Cr) berdasarkan kadar COD Hulu Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya. Pemerintah Indonesia telah membuat peraturan terkait variabel penelitian ini diambil berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.

tahun

tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air yang pada lampirannya memuat parameter baku mutu secara fisik, kimia, dan biologi. Namun tidak semua variabel dijadikan peneliti sebagai variabel independen. Berikut variabel yang tidak diteliti, yaitu: . Sumber Limbah Peneliti tidak menggunakan variabel asal sumber limbah untuk diteliti dikarenakan pencemaran hulu Sungai Citarum mendapatkan beban pencemaran tidak hanya dari satu sumber melainkan banyak sumber. Membutuhkan waktu yang lama untuk peneliti mengidentifikasi satu per satu asal sumber limbah yang dihasilkan baik dari domestik, pertanian, maupun industri. Oleh karena itu, peneliti hanya menguji kualitas air yang sudah masuk ke dalam badan air hulu Sungai Citarum.

. Parameter Biologi Berdasarkan aspek parameter biologis, pada kualitas badan air sungai terdapat parameter total coliform. Namun, pada penelitian ini parameter biologis tidak diteliti karena variabel yang ingin diteliti adalah kromium dan COD pada parameter kimia. Dalam beberapa penelitian lain, dalam menguji parameter logam kromium tidak disertakan variabel parameter biologis. Keterbasan peneliti untuk melakukan pemeriksaan secara biologis juga menjadi alasan tidak ditelitinya variabel parameter biologi. . Penduduk Peneliti tidak meneliti variabel penduduk dikarenakan ada keterbatasan yang dihadapi peneliti jika meneliti variabel tersebut. Pada saat studi pendahuluan di lapangan, industri di wilayah Kecamatan Majalaya memiliki prosedur yang ketat dan tertutup untuk penelitian terutama permasalahan limbah sehingga peneliti tidak melakukan observasi perilaku pembuangan limbah di industri. Serta peneliti tidak akan meneliti terkait pemanfaatan dari Sungai Citarum dalam pengonsumsian air atau organisme air yang berasal dari Sungai Citarum. . Variabel Lain yang Berpengaruh Variabel lain yang berpengaruh dipengaruhi oleh sumber faktor alamiah seperti faktor erosi, sedimentasi, dan hujan yang berada pada komponen lingkungan kualitas air Sungai Citarum. Perilaku yang berpengaruh termasuk intensitas konsumsi zat yang berasal dari Sungai Citarum. Serta budaya lainnya yang menyebabkan perilaku tersebut menjadi kegiatan sehari-hari dilakukan. Variabel yang memiliki dampak kesehatan juga

dipengaruhi pelayanan kesehatan serta kondisi iklim dan topografi di wilayah tersebut. Berdasarkan alasan yang telah dikemukan, maka kerangka konsep dari variabel yang akan diteliti yaitu variabel independen yang meliputi kromium (VI), COD, pH, dan DO sebagai berikut :

Bagan

Kerangka Konsep

Kualitas Air Hulu Sungai Citarum  Kimia : Kromium (VI), COD, DO, pH

Gangguan Kesehatan

B. DEFINISI OPERASIONAL Tabel Variabel

Definisi Operasional

Gangguan

Adanya gangguan yang dialami

Kesehatan

dikarenakan adanya

Definisi Operasional

Cara Ukur Rekam Medis

Alat Ukur

Hasil Pengukuran

Telaah

. Sakit

Dokumen

. Tidak Sakit

Metode Storet

.Baik :

Skala Ukur Ordinal

ketidaknormalan kondisi tubuh pada masyarakat berobat di Puskesmas Majalaya Kualitas Air Kondisi air yang diukur dan/atau Sungai

Perhitungan

diuji berdasarkan parameterparameter tertentu dan metode

. Cemar Ringan : - s/d -

tertentu berdasarkan peraturan yang berlaku. (Kepmen LH N

. Cemar Sedang : -

)

Ordinal

s/d . Cemar Berat : >

(Kepmen LH No.

)

Variabel

Definisi Operasional

Cara Ukur

Alat Ukur

Kromium

Konsentrasi kromium bervalensi (VI) yang

Pengukuran

Kolorimeter

(VI)

terdapat di perairan Sungai Citarum. (Martin,

COD

(Hach)

)

Jumlah oksigen yang diperlukan untuk

Pengukuran

mengoksidasi bahan organik secara

Kolorimeter (Hach)

kimiawi. (Sumantri, DO

)

Jumlah oksigen yang terlarut di suatu

Pengukuran

perairan.

(Merck)

(Sumantri,

pH

DO meter

)

Ukuran konsentrasi ion hidrogen untuk menggambarkan tingkat keasaman dan

Pengukuran

pH meter (Laqua)

Hasil Pengukuran . Memenuhi syarat : < mg/L . Tidak memenuhi syarat : > mg/L (PP No. , Kelas II) . Memenuhi syarat : ≤ mg/L . Tidak memenuhi syarat : > mg/L (PP No. , Kelas II) . Memenuhi syarat : ≥ mg/L . Tidak memenuhi syarat : < mg/L (PP No. , Kelas II) . Memenuhi syarat : rentang . Tidak memenuhi syarat :

kebasaan suatu larutan.

< dan >

(Atima,

(PP No.

)

, Kelas II)

Skala Ukur Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis

penelitian

ini

adalah

deskriptif

kuantitatif.

Penelitian

ini

menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik yang pengambilan sampelnya tidak berdasarkan random, daerah atau strata, melainkan berdasarkan adanya pertimbangan yang berfokus pada tujuan peneliti (Arikunto & Suhardjono,

). Variabel yang akan diteliti adalah kromium

(VI), COD, pH, dan DO pada badan air hulu Sungai Citarum. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April – Oktober tahun

di hulu

Sungai Citarum Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. C. Sampel Penelitian . Alur Pengambilan Sampel Penentuan titik sampel ditentukan atas dasar kriteria yang sudah ditetapkan oleh peneliti. Maka dari itu, teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan titik sampel dilakukan dengan menggunakan metode grab sampel. Grab sampel adalah contoh air yang diambil sesaat pada satu lokasi tertentu (SNI,

).

Bagan . Penentuan Titik Sampel

Alur Pengambilan Sampel

Pengambilan Sampel

Pengujian di Laboratorium

Kesimpulan Penelitian

. Sampel Air Sungai Menurut Standar Nasional Indonesia SNI

tentang

metoda pengambilan contoh air permukaan, ada tiga dasar yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi pengambilan contoh. a. Kualitas air sebelum adanya pengaruh kegiatan manusia yaitu pada lokasi hulu sungai yang dimaksudkan untuk mengetahui kualitas air secara alamiah sebagai base line station. b. Pengaruh kegiatan manusia terhadap pengaruhnya

untuk

pemanfaatan

kualitas air dan

tertentu.

Lokasi

ini

dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh kegiatan manusia yang disebut “impact station”. c. Sumber-sumber pencemaran yang dapat memasukkan zat-zat yang berbahaya ke dalam sumber air. Lokasi ini dimaksudkan untuk mengetahui sumber penyebaran bahan-bahan yang berbahaya sehingga dapat ditanggulangi. Letak lokasi dapat di hulu atau di hilir sungai, bergantung pada sumber dan jenis zat berbahaya tersebut apakah alamiah ataupun buatan.

Peneliti menentukan sampel dengan cara melihat potensi pencemaran yang berasal dari limbah industri, terutama industri tekstil. Pengambilan sampel dilakukan di anak sungai dan Sungai Citarum. Sampel air akan diambil pada

titik stasiun selama

hari berturut-turut.

Sampel air diambil pada titik di mana terdapat kepadatan industri tekstil di wilayah Majalaya pada beberapa titik. Masing-masing sampel akan diambil pada hari weekday atau hari aktif kegiatan produksi industri. Waktu pengambilan ialah pada malam hari pukul

-

WIB. Pengambilan sampel dilakukan pada malam hari dikarenakan dalam beberapa penemuan sidak yang dilakukan oleh petugas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bandung ditemukan industri tekstil membuang limbah cairnya langsung ke saluran pembuangan yang menuju sungai tanpa ada pengolahan yang sesuai pada peraturan (Aditya,

). Dalam

laporan kasus limbah lain, warga Majalaya yang bermukim di sekitar industri tekstil sering mencium bau limbah pada malam hari. (Riswandani,

). Oleh karena itu, peneliti mengambil sampel air di

semua stasiun di Kecamatan Majalaya pada malam hari. Pada DAS Citarum di stasiun A diambil sampel air sebanyak lokasi dan pada stasiun B diambil sampel air sebanyak stasiun A diambil

titik

titik lokasi. Pada

titik dikarenakan di DAS tersebut bermukim lebih

banyak industri tekstil dibandingkan di DAS Citarum stasiun B. Selain itu, peneliti mengobservasi pada saat meninjau kualitas air secara fisik, di stasiun A warna airnya berwarna lebih keruh dan baunya lebih menyengat

dibandingkan stasiun B sehingga peneliti lebih banyak mengambil sampel air di stasiun A dibandingkan B. Lokasi pengambilan stasiun titik sampel sebagai berikut :

U

Peta Majalaya Kab.Bandung Skala

Keterangan : Daerah Aliran Sungai Citarum Wilayah Provinsi Jawa Barat Wilayah Kab.Bandung Wilayah Kec.Majalaya Industri Titik Sampel

Peta Jawa Barat Gambar

Peta Titik Sampling Hulu Sungai Citarum

D. Pengumpulan Data . Data Primer Data primer merupakan sumber data yang langsung diberikan kepada pengumpul data. Pengumpulan data biasanya melalui angket, wawancara, jejak pendapat, dan lain-lain (Sugiyono,

). Data

primer dalam penelitian ini adalah data hasil dari sampel air yang diambil di lapangan dan diuji di laboratorium Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLHD) Kab.Bandung terkait pencemaran kromium, kadar COD serta parameter lain pada kandungan air hulu Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya. . Data Sekunder Data sekunder adalah sumber sekunder merupakan sumber data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari, dan memahami melalui media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku, serta dokumen perusahaan (Sugiyono,

). Data sekunder dalam

penelitian ini diperoleh dari instansi Dinas Lingkungan Hidup Kab.Bandung, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat, Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, buku-buku, buletin, berita serta jurnaljurnal penelitian terkait dengan penelitian ini.

E. Teknik Pengambilan dan Pengukuran Sampel Langkah-langkah dalam pengambilan sampel air permukaan mengacu pada SNI

. Alat pengambil contoh harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut : . Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat contoh (misalnya untuk keperluan pemeriksaan logam, alat pengambil contoh tidak terbuat dari logam) ; . Mudah dicuci dari bekas contoh sebelumnya ; . Contoh mudah dipindahkan ke dalam botol penampungan tanpa ada sisa bahan tersuspensi di dalammya ; . Mudah dan aman dibawa. Beberapa jenis alat pengambil contoh yang dapat digunakan meliputi alat pengambil contoh sederhana berupa : . botol biasa atau ember plastik yang digunakan pada permukaan air secara langsung ;

Gambar .

Contoh Alat Pengambilan Air Permukaan

Sumber : (Badan Standarisasi Nasional,

)

. botol biasa yang diberi pemberat yang digunakan pada kedalaman tertentu ;

Gambar .

Contoh Teknik Pengambilan Air Permukaan

Sumber : (Badan Standarisasi Nasional, Menurut data DLH ( Majalaya

)

), rata-rata debit air Sungai Citarum di

m . Oleh karena itu, seluruh sampel yang diambil peneliti

diambil pada titik tengah sungai di

x kedalaman dari permukaan air.

Titik pengambilan contoh dapat dilakukan di sungai, dengan penjelasan sebagai berikut : . sungai dengan debit kurang dari

m / detik, contoh diambil

pada satu titik di tengah sungai pada

x kedalaman dari

permukaan air ; . sungai dengan debit antara -

m /detik, contoh diambil

pada dua titik masing-masing pada jarak sungai pada

dan

lebar

x kedalaman dari permukaan air ;

. sungai dengan debit lebih dari

m /detik contoh diambil

minimum pada enam titik masing-masing pada jarak dan

lebar sungai pada

dari permukaan air.

x dan

,

x kedalaman

Pengawetan sampel atau contoh air dapat dilakukan beberapa cara diantaranya pengawetan secara fisika dan kimia. Pengawetan secara fisika dilakukan dengan cara pendinginan contoh pada suhu

C atau

pembekuan. Apabila pengawetan secara kimia dilakukan tergantung pada jenis parameter yang diawetkan. Beberapa cara pengawetan adalah sebagai berikut : .

pengasaman, yaitu penambahan asam nitrat pekat atau asam klorida pekat atau asam sulfat pekat ke dalam contoh sampai pH <

;

.

penambahan biosida ke dalam contoh, jenis, dan dosisnya;

.

penambahan larutan basa (larutan natrium hidroksida, NaOH) ke dalam contoh sampai pH

-

.

Sampel air yang diambil oleh peneliti dimasukkan ke dalam berukuran

ml yang terdiri dari

Terephthalate (PET) dan

botol

botol plastik berjenis Polyethylene

botol kaca. Tiga botol plastik tersebut terdiri

dari botol yang diisi oleh sampel air untuk pengujian parameter kromium, COD, dan pH. Sampel air untuk parameter kromium dan COD diawetkan dengan melakukan pengasaman masing-masing dengan menggunakan HNO

dan H SO

dengan menambahkan masing-masing

tetes,

sedangkan sampel air untuk pH dilakukan dengan menggunakan pendinginan. Sampel air pada botol kaca digunakan untuk paramater DO dengan menambahkan larutan Mn dan KI Azide masing-masing

tetes.

Pengukuran sampel dilakukan di laboratorium BPLHD Kab. Bandung dengan menggunakan metode : Tabel

Parameter dan Metode Pengujiannya

PARAMETER

SATUAN

Kromium (VI)

mg/L

METODE PENGUJIAN

ALAT UKUR Kolorimeter

SNI (Hach) Kolorimeter

COD

mg/L

IK-

(Kolorimetri) (Hach) DO meter

DO

mg/L

SNI- -

-

SNI- -

(Merck) pH meter

pH

(Laqua)

F. Analisis Data Analisis yang dilakukan untuk mendeskripsikan dan menghitung distribusi frekuensi masing-masing variabel. Variabel yang disajikan adalah hasil pengukuran kromium, COD, DO, dan pH. Kemudian data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik dengan membandingkan baku mutu yang terdapat di dalam Peraturan Pemerintah Nomor

tahun

pada badan air kelas II.

Kualitas air dinilai berdasarkan ketentuan metode Storet yang dikeluarkan EPA (Environmental Protection Agency) yang mengklasifikasikan mutu air ke dalam empat kelas. Status mutu perairan Sungai Citarum dianalisis per lokasi sampel yang ada di Kecamatan Majalaya. Klasifikasi indeks pencemaran Kepmen LH No.

dengan metode Storet digunakan dalam

. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air

(hasil pengukuran < baku mutu) maka diberi skor . Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran > baku mutu), maka diberi skor : untuk analisa kualitas air adalah sebagai berikut : Tabel Jumlah Parameter

<

>

Penentuan Sistem Nilai untuk Menentukan Status Mutu Air Parameter Nilai Fisika

Kimia

Biologi

Maksimum

-

-

-

Minimum

-

-

-

Rata-rata

-

-

-

Maksimum

-

-

-

Minimum

-

-

-

Rata-rata

-

-

-

Sumber : Kepmen LH No. Dari hasil skor tersebut kemudian diakumulasikan dan diklasifikasikan sesuai dengan status kualitas air yang terdapat pada tabel Tabel . Status Kualitas Air Nilai Skor

Mutu Perairan Baik

- s/d -

Cemar Ringan

-

Cemar Sedang

s/d ≥

Cemar Berat

Sumber: Kepmen LH No.

:

BAB V HASIL A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian . Hulu Sungai Citarum Sungai Citarum merupakan sungai yang memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS) terbesar di Provinsi Jawa Barat. Wilayah Sungai Citarum seluas kurang lebih

km

mencakup

wilayah administrasi

kabupaten/kota di lingkungan Provinsi Jawa Barat, yaitu: Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, Kabupaten Sumedang, Kota Bandung, Kota Bekasi, dan Kota Cimahi. Curah hujan tahunan di wilayah Sungai Citarum rata-rata sebesar

mm (BBWS Citarum,

). Mata air

Sungai Citarum berasal dari Gunung Wayang dan bermuara di Laut Jawa sebelah utara Kabupaten Karawang. Panjang Sungai Citarum ± dengan luas daerah sungai ±

km . Kegiatan yang ada di DAS

Citarum meliputi pemukiman dengan jumlah populasi (BPS,

km

juta jiwa

).

Bentuk Penggunaan lahan di DAS Citarum hulu terdiri dari hutan, perkebunan,pertanian lahan kering, sawah, pemukiman, dan industri. Hutan lindung yang terdapat di DAS Citarum umumnya merupakan hutan alam yang ditumbuhi vegetasi asli seperti Rasamala (Altingia excelsa), Saninter (Castonipsis javanica), Pasang (Quersus sundaica), jamuju (Podocarpus nerlifolius), Puspa (Schima walicii), Paku-pakuan dan rotan.

Pada hutan produksi terbatas didominasi Pinus (Pinus merkusii). Perkebunan di DAS Citarum hulu oleh teh. Pada pertanian lahan kering terdapat kebun campuran yang selain dengan tanaman pangan, juga ditanami pohon-pohonan seperti kelapa, albizia, cengkeh, kopi, dan lainlain. . Kecamatan Majalaya Secara administrasi, Kecamatan Majalaya masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Bandung. Untuk klasifikasi topografi wilayah terdapat di ketinggian yaitu dan

mdpl dan untuk luasnya Kecamatan Majalaya

m , dan terdapat

desa/kelurahan,

dusun,

RW

RT. Sebelah utara : Kecamatan Solokan Jeruk, sebelah selatan :

Kecamatan Ibun, sebelah barat: Kecamatan Ciparay, sebelah timur: Kecamatan Paseh. Luas area di Kecamatan Majalaya dari terluas terdapat pada Desa Biru dengan luas area terkecil luas areanya terdapat pada Desa Bojong Kecamatan Majalaya memiliki

desa yang m dan yang

m.

desa yaitu :



Desa Bojong



Desa Padamulya



Desa Majakerta



Desa Padaulun



Desa Majasetra



Desa Sukamukti



Desa Majalaya



Desa Wangisagara



Desa Sukamaju



Desa Neglasari



Desa Biru

Kecamatan Majalaya sebagai kawasan zona industri tekstil namun akibat ekspansi industrialisasi yang besar-besaran di wilayah Kecamatan Majalaya, ternyata dapat menimbulkan berbagai permasalahan, khususnya masalah lingkungan dari mulai masalah tata ruang, eksploitasi sumber daya alam sampai pada penurunan kualitas ekosistem (Riswandani,

)

Stasiun sampel penelitian dibagi menjadi dua aliran Sungai Citarum yaitu stasiun A dan B. Stasiun A dibagi menjadi dibagi menjadi

titik dan stasiun B

titik yaitu : Tabel . Koordinat Titik Sampel per Stasiun

Kode Stasiun

Alamat

Koordinat

A

Jl. Rancajigang Kel. Padamulya

-

;

A

Jl. Raya Laswi Kel. Padamulya

-

;

A

Jl. Randukurung Kel. Padaulun

-

;

A

Jl. Galinya Kel. Padaulun

-

;

B

Jl. Raya Laswi Kel.Sukamaju

-

;

B

Jl. Bojong Reungas Kel. Sukamaju

-

;

B

Jl. Leuwi Dulang Kel. Majasetra

-

;

,

Sampel pengambilan air yang dilakukan oleh peneliti yaitu di perairan sungai di dekat stasiun berkumpulnya banyak industri. Waktu pengambilannya diambil pada malam hari. Menurut Riswandani (

),

banyak industri tekstil membuang limbahnya pada malam hari ketika warna limbah yang masuk ke dalam air tidak terlalu terlihat. Pada stasiun sampel A , A , A , dan A , debit sungai tidak sebesar debit yang terdapat di stasiun B , B , dan B . Lebar sungai pada stasiun sampel A sekitar meter. Namun pada stasiun B lebar sungai bisa mencapai

meter.

B. Kromium (Cr) pada Hulu Air Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya Tahun Dari hasil uji sampel yang dilakukan pada

titik stasiun selama

hari di

Kecamatan Majalaya, terdapat hasil konsentrasi kromium (VI) pada grafik berikut : Grafik . Konsentrasi Kromium (VI) pada Hulu Air Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya Tahun (mg/L)

0.1 0.09 0.08

A1

0.07

A2

0.06

A3

0.05

A4

0.04

B1

0.03

B2

0.02

B3

0.01 0 12-07-2018'

(Hari Pertama)

16-07-18

17-07-18

(Hari Kedua)

(Hari Ketiga)

Berdasarkan grafik . diketahui bahwa terdapat dua stasiun pada air hulu Sungai Citarum, memiliki konsentrasi kromium (VI) tertinggi terdapat pada stasiun A sebesar terendah ialah sebesar <

mg/l pada hari kedua. Sedangkan kromium (VI) mg/l (batas minimum alat) pada hari ketiga.

C. Gambaran Parameter Kimia Lain pada Hulu Sungai Citarum di Majalaya . Chemical Oxygen Demand (COD) Dari hasil uji sampel yang dilakukan pada

titik stasiun selama

hari

di Kecamatan Majalaya, terdapat hasil kadar COD pada grafik berikut : Grafik . Kadar COD pada Hulu Air Sungai Citarum di Majalaya Tahun (mg/L)

700 600

A1

500

A2

400

A3

300

A4 B1

200

B2

100

B3

0 12-07-2018'

16-07-18

19-07-18

(Hari Pertama)

(Hari Kedua)

(Hari Ketiga)

Berdasarkan grafik .

diketahui bahwa kadar COD tertinggi ada di

stasiun A yaitu sebesar

mg/l pada pengambilan hari ketiga. Kadar

COD terendah terdapat di stasiun B

yaitu sebesar

mg/l pada

pengambilan hari ketiga. Rata-rata COD dari seluruh stasiun adalah mg/l.

. Dissolve Oxygen (DO) Dari hasil uji sampel yang dilakukan pada

titik stasiun selama

hari

di Kecamatan Majalaya, terdapat hasil kadar Dissolve Oxygen (DO) pada grafik berikut : Grafik . Kadar DO pada Hulu Air Sungai Citarum di Majalaya Tahun

(mg/L)

14 12 A1 10

A2

8

A3

6

A4 B1

4

B2

2

B3

0 12-07-2018'

16-07-18

17-07-18

(Hari Pertama)

(Hari Kedua)

(Hari Ketiga)

Berdasarkan grafik . diketahui bahwa kadar DO tertinggi ada di stasiun A yaitu sebesar

mg/l pada pengambilan hari ketiga. Kadar

DO terendah terdapat di stasiun A yaitu sebesar <

mg/l (batas minimum

alat) pada pengambilan hari kedua. Rata-rata DO dari semua stasiun adalah

mg/l.

. Derajat Keasaman atau pH Dari hasil uji sampel yang dilakukan pada

titik stasiun selama

hari

di Kecamatan Majalaya, terdapat hasil kadar pH atau derajat keasamaan pada grafik berikut : Grafik . Kadar pH pada Hulu Air Sungai Citarum di Majalaya Tahun

(mg/L)

8.2 8

A1 A2

7.8

A3 7.6

A4 B1

7.4

B2

7.2

B3 7 16-07-18

17-07-18

Berdasarkan grafik . diketahui bahwa kadar pH tertinggi ada di stasiun A yaitu sebesar

pada pengambilan hari ketiga. Kadar pH

terendah terdapat di stasiun A yaitu sebesar kedua. Rata-rata pH dari semua stasiun adalah

pada pengambilan hari .

D. Tingkat Pencemaran Kualitas Air Hulu Sungai Citarum di Majalaya dengan Metode STORET Tahun Dari hasil uji sampel yang dilakukan pada Kecamatan Majalaya, terdapat

hari di

parameter yaitu kromium (VI), COD, DO,

dan pH yang dilakukan scoring

dengan menggunakan metode STORET

menurut Kepmen LH No. Tabel

titik stasiun selama

.

Skoring Tingkat Kualitas Air Hulu Sungai Citarum Stasiun A di Kecamatan Majalaya Tahun

Hasil Pengukuran Stasiun Sampel

A

Parameter

Satuan

Krom (VI)

mg/l

COD

mg/l

DO

mg/l

pH

-

Baku Mutu

Maks

<

A yaitu ringan.

Ratarata

Skor

< -

> Jumlah Skor

Berdasarkan tabel

Min

-

diketahui bahwa jumlah skor pada stasiun

. Artinya tingkat pencemaran stasiun A dikategorikan cemar

Tabel . Skoring Tingkat Kualitas Air Hulu Sungai Citarum Stasiun A di Kecamatan Majalaya Tahun Hasil Pengukuran Stasiun Sampel

Parameter

A

Satuan

Krom (VI)

mg/l

COD

mg/l

DO

mg/l

pH

-

Baku Mutu

Maks

Min <

Ratarata <

-

> Jumlah Skor

Berdasarkan tabel A yaitu -

Skor

-

diketahui bahwa jumlah skor pada stasiun

. Artinya, tingkat pencemaran stasiun A dikategorikan cemar

sedang. Tabel . Skoring Tingkat Kualitas Air Hulu Sungai Citarum Stasiun A di Kecamatan Majalaya Tahun Hasil Pengukuran Stasiun Sampel

A

Parameter

Satuan

Krom (VI)

mg/l

COD

mg/l

DO

mg/l

pH

-

Baku Mutu

Maks

<

A yaitu sedang.

Ratarata <

Skor

-

>

-

Jumlah Skor

Berdasarkan tabel

Min

-

diketahui bahwa jumlah skor pada stasiun

. Artinya, tingkat pencemaran stasiun A dikategorikan cemar

Tabel . Skoring Tingkat Kualitas Air Hulu Sungai Citarum Stasiun A di Kecamatan Majalaya Tahun Hasil Pengukuran Stasiun Sampel

A

Parameter

Baku Mutu

Satuan

Krom (VI)

mg/l

COD

mg/l

DO

mg/l

pH

-

Maks

Min

Ratarata

<

<

-

<

>

-

Jumlah Skor

Berdasarkan tabel A yaitu -

Skor

-

diketahui bahwa jumlah skor pada stasiun

. Artinya, tingkat pencemaran stasiun A dikategorikan cemar

sedang. Tabel . Skoring Tingkat Kualitas Air Hulu Sungai Citarum Stasiun B di Kecamatan Majalaya Tahun Hasil Pengukuran Stasiun Sampel

B

Parameter

Satuan

Krom (VI)

mg/l

COD

mg/l

DO

mg/l

pH

-

Baku Mutu

Maks

Min

<

<

Skor

< -

> Jumlah Skor

Berdasarkan tabel

Rata rata

-

diketahui bahwa jumlah skor pada stasiun

B yaitu - . Artinya, tingkat pencemaran stasiun A dikategorikan cemar ringan.

Tabel . Skoring Tingkat Kualitas Air Hulu Sungai Citarum Stasiun B di Kecamatan Majalaya Tahun Hasil Pengukuran Stasiun Sampel

B

Parameter

Satuan

Krom (VI)

mg/l

COD

mg/l

DO

mg/l

pH

-

Baku Mutu

Maks

Min

<

Skor

Ratarata

<

< -

> Jumlah Skor

Berdasarkan tabel B yaitu -

-

diketahui bahwa jumlah skor pada stasiun

. Artinya, tingkat pencemaran stasiun B dikategorikan cemar

ringan. Tabel . Skoring Tingkat Kualitas Air Hulu Sungai Citarum Stasiun B Hasil Pengukuran Stasiun Sampel

B

Parameter

Satuan

Krom (VI)

mg/l

COD

mg/l

DO

mg/l

pH

-

Baku Mutu

Maks <

B yaitu sedang.

<

Ratarata

Skor

< -

>

-

Jumlah Skor

Berdasarkan tabel

Min

-

diketahui bahwa jumlah skor pada stasiun

. Artinya, tingkat pencemaran stasiun B dikategorikan cemar

Grafik . Tingkat Pencemaran Air Sungai Citarum per Stasiun di Kecamatan Majalaya Tahun 25 22 20

18 14

15

12 10

10

10

5 2 0 Tingkat Pencemaran Sungai Citarum per Lokasi A1

A2

A3

A4

B1

B2

B3

Berdasarkan grafik . , skor tingkat pencemaran tertinggi berada di stasiun A dengan skor -

yaitu termasuk pada tingkat “cemar sedang”

Skor tingkat pencemaran terendah berada di stasiun B dengan skor yaitu termasuk pada tingkat “cemar ringan”

U

Peta Majalaya Kab.Bandung Skala :

Keterangan Daerah Aliran Sungai Citarum Wilayah Provinsi Jawa Barat Wilayah Kab.Bandung Wilayah Kec.Majalaya Industri Titik Sampel Cemar Sedang

Peta Jawa Barat Titik Sampel Cemar Ringan

Gambar

Lokasi Sampel Sungai Berdasarkan Tingkat Pencemaran di Kecamatan Majalaya Tahun

F. Gambaran Gangguan Kesehatan Masyarakat di Majalaya Tahun

Pada penelitian ini gambaran

jenis penyakit terbanyak pada tahun

didapatkan dari data sekunder yaitu laporan tahunan Puskesmas Majalaya dapat dilihat pada grafik . Grafik . Gambaran

Jenis Penyakit Terbanyak di Puskesmas

Majalaya Tahun (orang)

9000 8000 7000

7652

6000 5000 4000

4895

4794

4644 3907

3000 2000

2112

1000

1427

0

267

Berdasarkan grafik . diketahui bahwa ke Puskemas Majalaya tahun sebesar

942

besar penyakit dari kunjungan

yang terbanyak adalah penyakit ISPA

orang. Sedangkan penyakit terendah dalam

adalah penyakit skabies sebesar

118

orang.

besar tersebut

BAB VI PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan yang berpengaruh terhadap hasil penelitian. Adapun keterbatasan penelitian ini sebagai berikut: . Waktu pengambilan sampel air pada malam hari dan pengujian di laboratorium baru pada keesokan harinya. Jadi ada jeda waktu kurang/lebih

jam dari waktu pengambilan dan pengujian sampel.

. Alat uji di laboratorium BPLHD memiliki angka minimal pada hasil uji sampel. Contohnya ialah uji kromium (VI) (<

mg/l) dan DO (<

mg/l) sehingga peneliti tidak bisa mengetahui angka sebenarnya pada sampel hasil uji. . Pada pengukuran Dissolve Oxygen (DO) dan pH sebaiknya dilakukan onsite di lapangan. Namun peneliti melakukan pengawetan pada pengujian DO dengan menggunakan Mn dan KI azide, serta pH diawetkan dengan cara pendinginan. . Peneliti tidak membuat kuesioner untuk menanyakan keluhan kesehatan kepada masyarakat di wilayah Kecamatan Majalaya sehingga tidak menemukan data spesifik terkait keluhan kesehatan masyarakat. Data yang didapat melainkan berasal dari data sekunder Puskesmas Kecamatan Majalaya, artikel, dan jurnal terkait.

B. Pembahasan Hasil Penelitian . Kromium (Cr) pada Hulu Sungai Citarum Kecamatan Majalaya Tahun Adanya kromium yang terdapat pada konsentrasi air hulu Sungai Citarum tidak terlepas dari adanya faktor limbah industri, limbah domestik dan faktor alamiah (Hikmawan,

). Faktor limbah industri paling dominan yang

menyebabkan adanya kromium di air hulu Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya. Menurut data BPS (

), industri di Majalaya meningkat menjadi

industri. Industri tersebut terbagi ke dalam kategori industri besar sedang sebanyak

buah dan industri kecil sebanyak

buah. Industri tersebut

menghasilkan limbah berbahaya dan diduga masih membuang limbah hasil produksinya langsung ke sungai yang bermuara di Citarum (Wikiandy dkk, ). Pencemaran kromium berasal dari buangan industri-industri pelapisan kromium, pabrik tekstil, pabrik cat, penyamakan kulit, pabrik tinta, dan pengilangan minyak. Hal tersebut berasal dari natrium kromiumat dan natrium dikromiumat yang merupakan spesies kromium (VI) bersifat toksik sebagai bahan pokok untuk memproduksi bahan kimia kromium, seperti bahan pewarna kromium, garam-garam kromium yang dipergunakan penyamakan kulit, pengawetan kayu, bahan anti korosif pada peralatan otomotif, ketel, dan pengeboran minyak. Keterangan ini menunjukkan perlu adanya upaya mengurangi sifat tokisisitas kromium (VI) tersebut dengan cara mengadsorpsi atau mendegradasinya (Adhani dkk,

).

Industri tekstil menghasilkan banyak konsentrasi limbah berbahaya seperti logam berat, yaitu kromium. Kromium membentuk senyawa-senyawa berwarna, memiliki beberapa bilangan oksidasi, yaitu + , + , dan + , dan stabil pada bilangan oksidasi + . Kromium bisa membentuk berbagai macam ion kompleks yang berfungsi sebagai katalisator (Widowati dkk,

).

Senyawa kromium (VI), seperti kalsium kromiumat, kromiumat seng, dan strontium kromiumat sangat beracun dan karsinogenik di alam. Berdasarkan hasil keberadaan konsentrasi kromium yang terdapat di air hulu Sungai Citarum, terdapat dua stasiun dimana konsentrasi krom (VI) melebihi baku mutu menurut PP No.

tahun

sungai yang ditetapkan pada kelas II adalah di dua stasiun tersebut ialah

. Baku mutu perairan mg/l. Hasil yang didapatkan

mg/l pada stasiun A dan

mg/l pada

stasiun A . Di sekitar stasiun A dan A merupakan bagian hilir dari stasiun Sungai Citarum sebelum melewati batas administratif dari Kecamatan Majalaya. A dan A adalah stasiun yang terletak di dataran lebih rendah dibandingkan A dan A sehingga ada kemungkinan akumulasi yang terjadi yang berasal dari pencemaran kromium di hulu yang menyebabkan angka konsentrasi di hilir yaitu stasiun A dan A menjadi cukup besar. Selain itu, di sekitar stasiun A

dan A

banyak industri tekstil yang tersebar bahkan

menjadi lokasi padat industri. Pada stasiun A dan A , konsentrasi kromium (VI) masih di bawah baku mutu yaitu,

mg/l dan

mg/l. Meskipun masih berada di bawah baku

mutu, akan tetapi jumlahnya mendekati baku mutu. Artinya ialah lokasi tersebut menyumbang pencemaran kromium pada hulu Sungai Citarum yang

nantinya akan terakumulasi menjadi bertambah tinggi di lokasi lainnya yang menuju hilir sungai. Pada stasiun A , terdapat tiga industri yang terdapat di wilayah tersebut dan pada stasiun A jumlah kepadatan industri meningkat. Karakteristik wilayah sekitar stasiun A ialah sungai yang memiliki lebar sungai sebesar - meter dan sangat dekat lokasinya dengan kegiatan industri. Terdapat tiga industri tekstil yang cukup besar yang berada di dekat stasiun A . Lokasi tersebut berada di jalan Rancajigang, Desa Padamulya. Desa ini adalah desa paling hulu yang berada di selatan Majalaya. Dari desa ini terdapat beberapa industri bermukim meskipun jumlahnya tidak sebanyak di desa lainnya. Air sungai yang mengalir di stasiun A adalah aliran paling awal percabangan Sungai Citarum yang masuk ke Kecamatan Majalaya. Selain industri, bermukim perumahan penduduk yang bersebelahan dengan kawasan industri tersebut. Karakteristik di stasiun A ialah sungai yang memiliki lebar juga

-

meter dan berada dekat dengan industri. Lokasi stasiun A masih termasuk satu desa dengan pengambilan sebelumnya yaitu A . Di wilayah sekitar stasiun A adalah wilayah yang banyak dipadati industri tekstil besar, pasar swalayan, dan perumahan padat penduduk. Aliran air sungai ini adalah air yang berasal dari stasiun A dan industri setelah lokasi stasiun A . Jarak pengambilan dari stasiun A ke A kurang lebih sekitar - km. Karakteristik di stasiun A ialah berada di kawasan paling padat industri tekstil dibandingkan di lokasi stasiun lainnya. Stasiun A termasuk ke dalam wilayah administratif Desa Padaulun. Pada saat peneliti melakukan observasi di wilayah stasiun A , bau dari proses produksi tekstil cukup menyengat saat

melewati jalan di sekitar lokasi tersebut. Industri tersebut banyak bermukim di bantaran Sungai Citarum sehingga outlet limbah yang dihasilkan langsung masuk ke dalam badan air sungai melalui pipa. Karakteristik di stasiun A ialah tidak jauh berbeda dengan lokasi A . Akan tetapi, industri tekstil yang bermukim di wilayah tersebut tidak sepadat yang berada di lokasi A . Di stasiun A juga termasuk dalam administratif Desa Padaulun. Limpahan air sungai di stasiun A ini juga berasal dari anak sungai yang di wilayah sekitarnya yang bermukim industri tekstil. Tingkat pencemaran di stasiun A adalah yang tertinggi jika dibandingkan stasiunstasiun lainnya. Hal ini bisa disebabkan di wilayah sekitar stasiun tersebut bermukim padat industri dan juga cemaran air yang berasal dari staisun sebelumnya. Karakteristik Stasiun B , B , dan B adalah Sungai Citarum di lokasi ini adalah sungai yang memiliki lebar

-

meter. Debit sungai di stasiun B

lebih besar dibandingkan stasiun A. Terdapat industri tekstil di sekitar stasiun B, namun di wilayah tersebut tidak sepadat di stasiun A. Pada stasiun B , tingkat pencemaran air masih tergolong cemar ringan. Begitu juga di lokasi stasiun B . Akan tetapi pada lokasi stasiun A , tingkat pencemaran meningkat dan menjadi cemar sedang. Hal tersebut bisa disebabkan karena adanya akumulasi zat pencemar yang dihasilkan dari hulu menuju hilir yang semakin meningkat.

Menurut data BPS (

), di Kabupaten Bandung terdapat

tekstil yang bermukim diantaranya termasuk

industri

industri yang terdapat di

Kecamatan Majalaya. Nilai produksi yang dihasilkan dari industri tersebut bisa mencapai

miliar rupiah dalam satu tahun. Pada industri tekstil besar,

produksi dilakukan sebanyak terjadi

shift kerja sehingga operasional porduksi

jam dalam sehari. Setiap perusahaan memiliki target pencapaian

produksi setiap bulannya. Besarnya tingkat produksi yang dihasilkan tidak sebanding dengan pengelolaan limbah industri yang dilakukan. Banyaknya industri yang masih kerap membuang limbahnya langsung ke sungai diduga menjadi penyebab terbesar tercemarnya ke air hulu Sungai Citarum. Dibuktikan pada hasil penelitian bahwa kromium pada sampel hari senin atau hari kedua pengambilan sampel terdapat kromium yang melebihi baku mutu pencemaran sungai.. Menurut Riswandani (

), industri yang

terdapat di Majalaya masih banyak yang tidak memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Jadi, limbah industri yang dibuang langsung ke sungai tanpa dilakukan diolah sesuai dengan baku mutu peraturan yang ditetapkan. Selain faktor tidak memiliki IPAL, banyak industri di Majalaya sudah memiliki IPAL. Akan tetapi, IPAL tersebut tidak difungsikan. Menurut Sudrajat (

) sebagai Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia, IPAL tidak

difungsikan karena dapat menekan biaya produksi

-

juta rupiah dalam

sebulan. Akibat dari banyaknya industri yang melakukan kecurangan tersebut, limbah yang terdapat kromium mencemari Sungai Citarum. Limbah cair industri tekstil memiliki kandungan logam kromium yang relatif cukup tinggi dibandingkan ion logam lainnya (Miryanti dkk,

).

. . Gambaran Parameter Kimia Lain pada Hulu Air Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya Tahun a) Chemical Oxygen Demand (COD) Berdasarkan hasil uji, kadar COD wilayah Sungai Citarum di Majalaya rata-rata berada melebihi baku mutu PP No.

tahun

kelas II (

mg/l). Hanya ada satu stasiun yang di bawah baku mutu yaitu B . Tingkat pencemaran COD tertinggi didominasi di stasiun A , A , A , dan A . Sama seperti kromium, COD tersebut sangat tinggi dan jauh melebihi dari baku mutu. Di stasiun A, nilai COD terendah dan tertinggi berada di stasiun A sebesar

mg/l dan tertingginya sebesar

mg/l. Selain di

stasiun A , di stasiun A , A , A juga memiliki kadar COD yang sangat tinggi. Jika dibandingkan dengan stasiun A, stasiun B juga rata-rata melebihi baku mutu. Di stasiun B, nilai tertinggi sebesar

mg/l di stasiun

B . Pengambilan di stasiun B juga disesuaikan dengan stasiun industri tekstil. Namun industri tekstil di stasiun B tidak sepadat di stasiun A. Pencemaran di stasiun A dan B juga dipengaruhi dengan debit sungai, luas penampang sungai, dan kecepatan aliran sungai (Alfiah, Menurut Atima (

).

), bila tingkat pencemaran air/ COD (chemical

oxygen demand) perairan relatif tinggi, ada kecenderungan kandungan logam berat dalam air dan sedimen akan tinggi karena COD menunjukkan kadar bahan organik yang bersifat non biodegradable. Nilai COD tersebut menunjukan bahwa kromium yang mencemari sungai terakumulasikan dengan zat kimia pencemar lainnya yang menyumbang akumulasi

pencemaran lainnya. Tingginya nilai COD yang berpengaruh tentang keberadaan kromium. Penyataan tersebut berbanding lurus dengan hasil yang menyatakan bahwa tingkat COD di stasiun A juga tinggi seperti konsentrasi kromium di stasiun A. b) Dissolve Oxygen (DO) Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang baik. Sebaliknya, jika nilai DO rendah dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar (Desriyan,

). Menurut

hasil sampel air yang diuji, kadar DO di titik stasiun A yang memiliki konsentrasi kromium

mg/l adalah <

mg/l. Kadar DO tersebut

adalah nilai yang terkecil diantara kadar DO di stasiun lainnya. Nilai < adalah nilai batas minimum alat yang digunakan. Artinya, alat tidak bisa mendeteksi apabila nilai DO <

mg/l. Menurut PP No.

baku mutu DO pada perairan sungai kelas II ialah

Tahun

,

mg/l.

Apabila nilai kadar DO dalam suatu perairan ialah rendah maka dapat diartikan bahwa kemampuan air untuk melakukan self purification di stasiun tersebut sangat rendah. Menurut Harsono (

), pencemaran air

yang terjadi di suatu badan air, dengan otomatis air dapat melakukan self purification. Akan tetapi, ada beberapa faktor kemampuan tersebut dapat dilakukan oleh air diantaranya ialah kadar DO dalam suatu perairan, tergantung pada jumlah beban pencemar yang masuk ke badan air, debit air, dan luas penampang badan air. Jika dilihat dari hasil observasi di lapangan, stasiun A memiliki beban pencemar yang cukup tinggi. Di DAS Sungai Citarum stasiun A banyak pemukiman penduduk dan industri di

bantaran sungai. Selain itu, debit dan luas penampang sungai juga tergolong lebih kecil jika dibandingkan stasiun B sehingga ada kecenderungan air sulit untuk melakukan self purification di aliran sungai tersebut. c) Derajat Keasaman atau pH Berdasarkan hasil uji, pH di hulu Sungai Citarum

-

. pH di

lokasi A memiliki pH tertinggi pada dua kali pengujian kualitas air yaitu sebesar

dan

. Menurut PP No.

(

), pH perairan memiliki

baku mutu yaitu berkisar - . Artinya, di semua titik stasiun sampel tidak ada yang melebihi syarat baku mutu pH. Derajat keasaman (pH) sangat penting sebagai parameter kualitas air karena pH mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air. Selain itu, organisme akuatik dapat bertahan hidup pada kisaran pH tertentu. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan biasanya bertahan hidup normal nilai pH sekitar

-

(Effendi,

). Fluktuasi pH sangat ditentukan oleh alkalinitas air tersebut. pH sangat penting sebagai parameter kualitas air karena dapat mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan dalam air. Kadar pH yang rendah akan mempengaruhi kelarutan logam kromium semakin tinggi sehingga menyebabkan toksisitas logam berat semakin besar (Oginawati, ).

. Tingkat Pencemaran Kualitas Hulu Air Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya Tahun Berdasarkan hasil uji sampel yang dilakukan dengan melihat perhitungan empat parameter (kromium (VI), COD, DO, dan pH), tingkat pencemaran yang dihitung dengan metode Storet menurut Kepmen LH No. dibagi menjadi dua klasifikasi tingkat pencemaran. Empat stasiun memiliki tingkat “cemar sedang” yaitu pada titik A , A , A dan B dan tiga stasiun memiliki tingkat “cemar ringan” yaitu pada titik A , B , dan B . Stasiun A lebih dominan mengalami pencemaran sedang. Sungai Citarum memiliki anak sungai (stasiun A) yang dimanfaatkan sebagai pembuangan limbah cair oleh penduduk dan industri di wilayah Kecamatan Majalaya selain terdapat Sungai Citarum besar (stasiun B). Di sekitar daerah aliran sungai stasiun A mulai dari hulu hingga hilir sungai di wilayah Majalaya dipadati dengan industri tekstil. Jumlahnya lebih banyak dibandingkan pada daerah aliran Sungai Citarum besar (stasiun B). Hal tersebut dapat menjadi alasan bahwa beban pencemaran kromium ditemukan di stasiun A dan A . Sungai Citarum di stasiun A memiliki debit air dan luas penampang sungai yang relatif lebih rendah dibandingkan stasiun B. Menurut sumber dari BPLHD, penertiban IPAL di kawasan industri Majalaya Kabupaten Bandung pada tahun yang taat IPAL sebanyak

terdapat

industri, untuk

industri dan yang tidak taat IPAL sebanyak

industri. Dari data tersebut menunjukkan bahwa penertiban instalasi pengolahan air limbah (IPAL) belum berjalan optimal (Pusparini,

).

Pencemaran yang terjadi di Sungai Citarum baik di aliran Sungai Citarum

stasiun A maupun B dapat berdampak pada kesehatan masyarakat dan kelestarian lingkungan yang berujung pada terancamnya permasalahan kesejahteraan. a) Dampak Sosial Pencemaran Sungai Citarum Pada saat peneliti melakukan pengambilan sampel air, penduduk sekitar mengeluhkan besarnya pencemaran limbah yang dihasilkan dari kegiatan industri tekstil. Limbah industri tekstil yang cukup melimpah melintasi Sungai Citarum dengan warna yang pekat serta baunya yang cukup menyengat. Masyarakat mengetahui keberadaan limbah tersebut berasal dari banyaknya industri yang menjalankan produksinya di Majalaya. Berdasarkan respon masyarakat terkait keberadaan limbah tersebut ialah masyarakat merasa terganggu, akan tetapi masyarakat tidak dapat melakukan pengendalian limbah yang dapat merubah kondisi pencemaran Sungai Citarum menjadi menurun. Terdapat konflik kepentingan antara masyarakat dan industri yang menyebabkan permasalahan pencemaran yang terjadi sulit dikendalikan. Adanya industri dimanfaatkan masyarakat sebagai peluang mendapatkan pekerjaan sehingga ada perubahan kesejahteraan masyarakat (Novitri, dkk,

).

b) Dampak Ekonomi Pencemaran Sungai Citarum Aktivitas industri di Kecamatan Majalaya mempengaruhi mata pencaharian masyarakat. Menurut data BPS (

), mayoritas penduduk

Kecamatan Majalaya memiliki mata pencaharian sebagai pekerja pabrik/industri yaitu sebesar

orang. Masyarakat bekerja sebagai

buruh atau pegawai yang berada di industri tekstil di wilayah Majalaya.

Hal tersebutlah yang menyebabkan adanya konflik kepentingan yang mengakibatkan selama ini masyarakat di posisi dilematis terkait pencemaran limbah tekstil yang terjadi di wilayah tersebut. Di satu sisi dari pihak industri ada indikasi tidak menjalankan aturan yang sudah ditetapkan terkait batas baku mutu limbah industri tekstil yang termuat dalam Permen LH No. tahun

dan peraturan lainnya yang dilanggar.

Di sisi lain yaitu masyarakat yang bekerja di industri tekstil di Majalaya tidak bisa berbuat banyak. Kendali perusahaan yang berada di top management yang tidak mengoperasikan IPAL yang rata-rata dikarenakan efisiensi anggaran yang dimiliki oleh industri tersebut. Menurut Sudrajat (

) sebagai Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia,

IPAL tidak difungsikan karena dapat menekan biaya produksi

-

juta rupiah dalam sebulan. Oleh karena itu, masyarakat tidak bisa berbuat banyak ketika melihat kondisi tersebut. Padahal jika diprediksi dampak jangka panjang, justru pencemaran kromium yang terjadi dapat mengakibatkan permasalahan kesehatan baik waktu dekat maupun waktu yang akan datang baik di wilayah Majalaya hingga wilayah bagian hilir yang dilalui Sungai Citarum. c) Dampak Ekologi Pencemaran Sungai Citarum Pencemaran logam kromium berdampak negatif pada ekosistem yang terjadi di sungai. Ada beberapa sebab dan akibat dari pencemaran kromium yang terdapat di Sungai Citarum. Menurut Alfiah (

), faktor

adanya pencemaran dan kerusakan ekologi diawali dengan pengalihan pemanfaatan lahan di sempadan sungai dikarenakan dapat mengganggu

bahkan menghilangkan fungsi ekologi sungai. Fungsi sempadan sungai adalah untuk pelestarian fungsi dan manfaat sungai dari perkembangan aktivitas di sekitarnya. Dibangun dan berkembangnya industri yang berada di sempadan sungai, mempermudah industri tekstil di Majalaya untuk membuang pencemaran limbahnya ke badan air sungai. Selain itu, sedimentasi terjadi karena penumpukan material padatan yang terbawa arus sungai. Tebalnya sedimen menunjukkan tingginya tingkat erosi di hulu sungai. Pencemaran yang terjadi di Majalaya mengandung logam berat kromium. Ada kemungkinan konsentrasi kromium di dalam air sudah berkurang karena adanya sedimentasi yang terjadi di hulu Sungai Citarum. (Wakida dkk,

). Dampak sedimentasi

adalah pendangkalan sungai dan banjir. Pendangkalan sungai mengurangi luasan sungai dalam menampung air sehingga pada waktu jumlah curah hujan cukup tinggi akan terjadi banjir. Air yang meluap naik ke daratan akan menyebabkan terganggunya aktivitas manusia dan terancamnya kesehatan masyarakat seperti penyakit kulit, diare, dan sebagainya. Dasar sungai yang tertutup lumpur akan mengganggu aktivitas biota di dasar perairan terutama gangguan metabolismenya (DLH Kota Yogyakarta, ). Dari semua dampak tersebut yang dapat terganggu pula yaitu siklus jaring makanan yang terdapat pada ekosistem sungai. Di dalam ekosistem sungai terdapat peran organisme autotrofik tidak hanya diambil alih oleh tanaman hijau tingkat tinggi. Berbagai jenis gangga dan fitoplankton juga berperan sebagai organisme autotrofik yang tentunya bisa menghasilkan

makanan sendiri. Namun adanya pencemaran kromium yang dapat mengakibatkan pencemaran air dan sedimentasi di Sungai Citarum dapat membuat jaring makanan tersebut terputus dan adanya ketidakseimbangan rantai makanan dari organisme trofik awal hingga trofik tingkat terakhir. Contoh organisme trofik yang terganggu akibat kromium yang terjadi pada penelitian Tyas, dkk ( atau LC-

), uji toksisitas Lethal Concentration-

dilakukan pada ikan nila (Oreochromis niloticus) sebagai ikan

yang habitatnya banyak terdapat di Sungai Citarum. Hasilnya dinyatakan sebagai konsentrasi yang menyebabkan

kematian hewan uji (LC

)

dalam waktu yang relatif pendek satu sampai empat hari (Edwin, dkk). Nilai LC

-

jam pada kromium (VI) terhadap ikan nila sebesar

ppm. Artinya adanya gangguan jaring makanan yang dialami organisme yang menyebabkan permasalahan jangka panjang yang tidak hanya berdampak pada organisme air sungai namun juga di daratan. . Gambaran Gangguan Kesehatan Terbanyak di Puskesmas Majalaya Tahun Kromium yang masuk ke dalam

perairan Sungai Citarum dapat

menyebabkan permasalahan kesehatan baik dalam jangka waktu dekat maupun lama. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kab. Bandung menunjukkan, selama

tercatat sebanyak

kunjungan pasien yang

berobat ke puskesmas karena penyakit kulit. Diduga warga menderita gatalgatal akibat limbah pabrik yang menggenangi areal persawahan, aliran sungai, ataupun jalanan. Meski jumlahnya relatif kecil, tetapi Dinkes Kab. Bandung membentuk tim untuk menyelidiki penyebab wabah penyakit kulit dan

pencernaan, termasuk kemungkinan dampak dari limbah pabrik. Menurut Achmad (

), jumlah

kunjungan relatif kecil karena hanya

persen dari jumlah kunjungan seluruh pasien. Bisa juga seorang pasien mendatangi puskesmas sampai dua kali, bahkan lebih. Kalau terdapat kunjungan pasien, bisa jadi yang datang hanya

atau

pasien, karena

seorang pasien bisa dua kali berobat ke puskesmas. Menurut data Puskesmas Majalaya (

)

penyakit terbesar adalah

yang tertinggi penyakit saluran pernapasan yaitu ISPA. Akan tetapi, terdapat penyakit pada pencernaan dan kulit yang masuk ke dalam terbesar di Majalaya. Terdapat penyakit tukak lambung sebanyak dan skabies

kasus. Menurut Widowati dkk (

penyakit kasus

), konsentrasi kromium

yang masuk ke dalam tubuh manusia dapat meningkat melebihi kadar normal baik melalui makanan maupun air minum, mencerna makanan yang mengandung kadar kromium tinggi bisa menyebabkan gangguan pencernaan, berupa sakit lambung, muntah, dan pendarahan, luka pada lambung. Warga Majalaya masih ada menggunakan air limbah untuk kebutuhan sehari-hari. Penduduk Desa Ciwalengke misalnya, memasang pipa di sungai untuk mengalirkan air Sungai Citarum yang penuh dengan limbah pabrik dan domestik ke tempat pemandian umum. Tempat pemandian umum ini digunakan warga untuk mandi, buang air, mencuci baju, piring, sayuran, dan segala macam kegiatan bersih-bersih yang membutuhkan air. Jadi, sudah barang tentu air yang digunakan untuk membasuh piring dan baju warga setempat, bukan air bersih, tapi air yang juga sama yang digunakan untuk kakus (Rahayu dkk,

).

Ratusan pabrik tekstil termasuk industri pencelupan kain berada di wilayah Kab. Bandung. Di Majalaya, limbah pabrik-pabrik tersebut sebagian dibuang ke saluran irigasi, sehingga mencemari areal persawahan. Sementara pada saat turun hujan, genangan air hujan bercampur dengan limbah pabrik meluap hingga ke jalan-jalan sehingga membuat banyak warga gatal-gatal. Selain gatal-gatal, pencemaran kromium yang memasuki perairan sungai juga akan berdampak fatal juga air tersebut sampai dikonsumsi. Menurut World Health Organization (WHO), The Department of Health and Human Services (DHHS), dan The Environmental Protection Agency (EPA) dalam Widowati dkk (

) telah menetapkan bahwa paparan senyawa

kromium (VI) bersifat karsinogenik pada manusia. Dengan terjadinya pencemaran, kadar unsur kromium (VI) yang masuk ke dalam tubuh manusia dapat meningkat melebihi kadar normal baik melalui makanan maupun air minum, mencerna makanan yang mengandung kadar kromium tinggi bisa menyebabkan gangguan pencernaan, berupa sakit lambung, muntah, pendarahan, luka pada lambung, konvulsi, kerusakan ginjal, dan hepar, bahkan dapat menyebabkan kematian.

C. Pencemaran Kromium di Sungai Citarum dalam Perspektif Islam Manusia diciptakan oleh Allah sebagai khalifah di muka bumi. Oleh karena itu, manusia dalam menjalani kehidupan menduduki posisi sentral dalam melakukan pengelolaan lingkungannya guna memenuhi kebutuhan hidupnya, demi mencapai kemaslahatan (Sumantri,

). Alam semesta termasuk di

dalamnya yaitu lingkungan hidup adalah karunia yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia, di mana beserta segala isinya diciptakan oleh Sang Khaliq untuk kelangsungan hidup manusia di muka bumi. Allah SWT memberikan langit, bumi, air, tumbuh-tumbuhan, laut, sungai dan segala keperluan hidup manusia dengan tujuan agar manusia dapat hidup dan menikmati segala fasilitas yang Allah SWT berikan. Seperti Firman Allah pada Surat Ibrahim (

) ayat

- :

‫ه‬ ‫ت‬ َ َ‫َّللاُ انه ِذي َخه‬ ‫ض َٔأَ أَشَ َل ِيٍَ ان ه‬ ‫ق ان ه‬ َ ‫ت َٔ أاْلَ أر‬ ِ ‫ظ ًَا ِء َيا ًء فَأ َ أخ َز َج بِ ِّ ِيٍَ انثه ًَ َزا‬ ِ ‫أا‬ َ ًَ ‫ظ‬ ۞‫ار‬ َ َٓ َ‫ط هخ َز نَ ُك ُى أاْلَ أ‬ َ َٔ ۖ ِِ ‫ي فِي ا أنبَ أح ِز بِأ َ أي ِز‬ َ ‫ط هخ َز نَ ُك ُى ا أنفُ أهكَ نِح أَج ِز‬ َ َٔ ۖ ‫ِر أسقًا نَ ُك أى‬ ۞‫ار‬ ‫ط هخ َز نَ ُك ُى ان ه‬ َ َٓ ‫ط هخ َز نَ ُك ُى انهه أي َم َٔانُه‬ َ َٔ ۖ ٍِ ‫ض َٔا أنقَ ًَ َز دَائِبَ أي‬ َ ً‫ش أ‬ َ َٔ ‫طأ َ أنحُ ًُُِٕ ۚ َٔإٌِأ جَ ُعذُّٔا َِ أع ًَثَ ه‬ ۗ ‫صَْٕا‬ ُ ‫َّللاِ ََل ج أُح‬ َ ‫َٔآجَا ُك أى ِيٍأ ُكم َيا‬ َ َ‫ظاٌَ ن‬ ۞‫ظهُٕ ٌو َكفها ٌر‬ َ َ‫اْل أ‬ ِ ‫إٌِه أ‬ Artinya:

‘‘Allah-lah yang Telah menciptakan langit dan bumi dan

menurunkan air hujan dari langit, Kemudian dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan dia Telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan dia Telah menundukkan (pula) bagimu sungaisungai. Dan dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan

bagimu malam dan siang. Dan dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).’’ Di dalam kitab Tafsir Al-Maraghy (

), surat Ibrahim ayat

menerangkan bahwa Allah menundukkan sungai-sungai bagi kalian yang membelah bumi dari satu belahan bumi yang lain, agar manusia dapat memanfaatkannya untuk minum dan membuat saluran-saluran, guna menyirami tanaman, taman dan lain sebagainya. Itu semua Allah beri untuk memenuhi seluruh kebutuhan makhluk hidup. Namun manusia sering mengingkarinya. Kesalahan dan kelalaian dalam melakukan pengelolaan lingkungan contohnya ialah terkait pemanfaatan sungai yang terjadi dapat berdampak buruk yang mengancam kelestarian lingkungan dan makhluk yang mendiaminya. Agar manusia tidak berbuat kerusakan terhadap lingkungan dalam surat Ar-rum ayat

. Allah memperingatkan bahwa terjadinya

kerusakan di muka bumi ialah akibat ulah dari manusia : ٌَُٕ‫ط انه ِذي َع ًِهُٕا نَ َعهه ُٓ أى يَ أز ِجع‬ َ ‫ص نِيُ ِذيقَ ُٓ أى بَ أع‬ َ ‫ظا ُد فِي ا أن َبز َٔا أنبَ أح ِز بِ ًَا َك‬ َ َ‫ظَ َٓ َز ا أنف‬ ِ ‫ظبَثأ أَ أي ِذي انُها‬ Artinya : “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Di dalam kitab Tafsir Al-Maraghy (

), surat Ar-rum ayat

dijelaskan

bahwa telah muncul berbagai kerusakan (sungai) di dunia ini, tiada lain karena akibat dari apa yang telah dilakukan oleh umat manusia berupa kezhaliman, banyaknya, lenyapnya perasaan dari pengawasan Sang Maha Pencipta. Dan mereka melupakan sama sekali akan hari perhitungan. Hawa nafsu terlepas bebas untuk mendapat keuntungan ekonomi setinggi-tingginya dengan membuang limbah

tanpa

melakukan

proses

pengolahan

terlebih

dahulu

sehingga

menimbulkan berbagai macam kerusakan seperti pada hulu Sungai Citarum. Dari tafsir tersebut menekankan bahwa agar manusia harus berlaku ramah terhadap lingkungan (environmental friendly) dan tidak berbuat kerusakan (pencemaran sungai) di bumi (Sumantri,

).

Sebagai manusia yang beragama Islam, selalu berkeyakinan untuk tidak terperosok pada kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Pencemaran Sungai Citarum yang sudah terjadi sejak bertahun-tahun lalu menjadi pelajaran berharga bagi pengambil kebijakan, pengusaha, dan masyarakat di wilayah tersebut untuk bergerak melakukan pembenahan dan pelestarian Sungai Citarum. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya pada surat Al Hasyr ayat

:

۞‫صا ِر‬ َ ‫ فَا أعحَبِ ُزٔا يَا أُٔنِي أاْلَ أب‬........ Artinya “Maka ambilah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai wawasan.

Di dalam kitab Tafsir Al-Maraghy (

), surat Al Hasyr ayat

di kalimat

terakhir yaitu jadikanlah pelajaran wahai orang-orang yang mempunyai penglihatan terbuka dan akal yang kuat, peristiwa-peristiwa besar yang terjadi atas mereka karena akal mereka bingung untuk memahami. Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa hulu Sungai Citarum telah tercemar logam berat kromium. Masih banyaknya limbah industri yang langsung dibuang tanpa ada pengolahan terlebih dahulu membuat perairan sungai menjadi tercemar. Padahal Rasulullah saw sudah mengingatkan sejak dahulu, jangankan limbah yang berbahaya pencemaran air yang skala kecil saja sudah diperingatkan oleh Rasulullah. Bentuk-bentuk pencemaran air yang dimaksud oleh ajaran Islam di sini seperti kencing, buang air besar dan sebab-sebab lainnya yang dapat mengotori sumber air. Di dalam kitab Al Fusshirat Hadits (Chaniago,

), Rasululullah saw

bersabda :

‫يق َٔانظم‬ ِ ‫… اجهقُٕا ا أن ًَ ََل ِعٍَ انثه ََلثَةَ ا أنبَ َزاسَ فِي ا أن ًَ َٕا ِر ِد َٔقَا ِر َع ِة انطه ِز‬ Artinya : Jauhilah tiga macam perbuatan yang dilaknat ; buang air besar di sumber air, di tengah jalan, dan di bawah pohon yang teduh (HR. Abu Daud). Pencemaran air di zaman modern ini tidak hanya terbatas pada kencing, buang air besar, atau pun hajat manusia yang lain. Bahkan banyak ancaman pencemaran lain yang jauh lebih berbahaya dan berpengaruh dari semua itu, yakni pencemaran limbah industri yang menghasilkan zat kimia dan zat beracun yang berbahaya seperti logam berat kromium.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan . Air Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya telah tercemar kromium (VI). Dari hasil, kromium (VI) sudah melebihi baku mutu perairan sungai menurut PP No. air kelas II (

tahun

pada badan

mg/l). Konsentrasi kromium (VI) yang melebihi

baku mutu yaitu

mg/l di stasiun A dan

mg/l di

stasiun A . . Parameter kimia lainnya yang terdapat di hulu Sungai Citarum : a. Kadar COD di seluruh titik stasiun A telah melebihi baku mutu perairan sungai menurut PP No. kelas II (

tahun

pada badan air

mg/l). Rata-rata` COD dari seluruh stasiun adalah

mg/l. b. Kadar DO di titik stasiun A ,A , A dan B telah melebihi baku mutu perairan sungai menurut PP No. pada badan air kelas II (< stasiun adalah

tahun

mg/l). Rata-rata DO dari seluruh

mg/l.

c. pH di seluruh stasiun yang diteliti memenuhi baku mutu perairan sungai menurut PP No.

tahun

pada badan air

kelas II ( - ). Rata-rata pH dari seluruh stasiun adalah

.

. Tingkat pencemaran kualitas air hulu Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya terdapat dua kategori yaitu “cemar ringan” dan “cemar sedang”. Sungai yang termasuk tingkat “cemar

ringan” terdapat pada stasiun A , B , dan B . Sedangkan sungai yang termasuk tingkat “cemar sedang” terdapat pada stasiun A , A , A , dan B . . Pada sepuluh gangguan kesehatan masyarakat yang terdapat di kecamatan Majalaya, terdapat gangguan pencernaan dan kulit. Meskipun tidak spesifik disebabkan dikarenakan faktor tertentu, tetapi ada indikasi salah satunya faktor mengonsumsi air yang tidak bersih. B. Saran . Penduduk Kecamatan Majalaya dan Sekitarnya Dalam upaya pencegahan penyakit, masyarakat diharapkan tidak mengonsumsi air yang berasal dari Sungai Citarum di Majalaya seperti dikonsumsi untuk bahan baku air minum serta untuk mandi, cuci, kakus (MCK) dikarenakan air sungai tersebut sudah tercemar kromium yang diduga berasal dari limbah industri setempat. . Dinas Lingkungan Hidup Kab.Bandung dan Provinsi Jawa Barat 

Melakukan inspeksi dan pengawasan secara ketat pada industri di Majalaya secara berkala dan berkelanjutan. Hal tersebut guna menegakkan aturan dan penertiban industri yang masih melanggar dalam proses pengolahan limbah industri.



Menegakkan aturan hukum yang termuat dalam peraturan terkait limbah industri bagi industri yang melanggar seperti memberikan sanksi administratif dan sanksi pidana.

. Pengusaha Industri Tekstil di Majalaya 

Agar mematuhi peraturan yang berlaku seperti Permen LH Nomor

tahun

tentang Baku Mutu Limbah Cair

Industri dan tidak berbuat kerusakan lingkungan seperti yang tercantum pada UU Nomor Perindustrian

yaitu

Tahun

wajib

tentang

melaksanakan

upaya

keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam dan penanggulangan pencemaran lingkungan hidup akibat kegiatan yang dilakukannya. 

Menerapkan

teknologi

dan

produk

bersih

guna

menghasilkan produk-produk yang bersih dan ramah terhadap lingkungan dalam aktivitas industri tekstil. Hal tersebut guna mengurangi dampak lingkungan di seluruh daur suatu produk mulai dari ekstraksi bahan mentah hingga ke pembuangan limbah produk tersebut. 

Guna mengurangi konsentrasi kromium (VI) pada limbah cair industri tekstil, dapat merubahnya menjadi kromium (III) yang kondisinya lebih stabil dan tidak berbahaya bagi makhluk

hidup

yang

terkena

paparannya

dengan

melakukan penambahan asam dan lumpur aktif pada proses pengolahan limbah tersebut. . Peneliti Selanjutnya Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya dapat meneliti lebih lanjut secara spesifik dampak pencemaran pada air Sungai Citarum pada air sumur tertutup maupun terbuka dan dampak kesehatan dari pencemaran kromium yang dialami oleh masyarakat Kecamatan Majalaya dan sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U.F.

. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jurnal Kesehatan

Masyarakat Nasional Vol. , No. . Achmadi, U.F.

. Dasar-dasar Penyakit Berbasis Lingkungan, Jakarta:

Rajawali Press. Adhani, Rosihan,. & Husaini.

. Logam Berat Sekitar Manusia. Cetakan II.

Lambung Mangkurat University Press. Aditya, Dicky.

. Terciduk Buang Limbah Cair,

Pabrik Tekstil di Majalaya

Disegel. Galamedianews. Dikutip dari http://wap.mi.baca.co.id/ pada tanggal

September

pukul

WIB.

Al Qur’anul Karim Alfiah, Cahyani.

. Ekosistem Sungai – Eksistensinya sebagai Penyangga

Kehidupan. Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Istimewa Yogyakarta. Al-Maraghy, Ahmad Mustofa.

. Terjemah Tafsir Al-Maraghi Juz

.

. Terjemah Tafsir Al-Maraghi Juz

.

. Terjemah Tafsir Al-Maraghi Juz

.

Semarang : Tohaputra. Al-Maraghy, Ahmad Mustofa. Semarang : Tohaputra. Al-Maraghy, Ahmad Mustofa. Semarang : Tohaputra. Anna M. Fan, George Alexeeff, Elaine Khan. Assessment.

. Toxicology and Risk

Broken Sound Parkway : CRC Press.

Arbie, Rahmat Randy,. Nugraha, Winardi Dwi,. Dan Sudarno.

. Studi

Kemampuan Self Purification Pada Sungai Progo Ditinjau Dari Parameter Organik DO dan BOD. Jurnal Teknik Lingkungan. Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Arifin, Zainal.

. Konsentrasi Logam Berat di Air, Sedimen, dan Biota di

Teluk Kelabat, Pulau Bangka. Arikunto & Suhardjono.

. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta : Bumi Aksara

Arsyad, Sitanala dan Rustiadi, Eman.

. Penyelamatan Tanah, Air, dan

Lingkungan. Issues of environmental and natural resources management. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Atima, Wa.

. BOD dan COD Sebagai Parameter Pencemaran Air dan Baku

Mutu Air Limbah. Jurnal Biology Science & Education Vol. No. -

x. Prodi Pendidikan Biologi IAIN Ambon.

Badan Pust Statistik (BPS).

. Jawa Barat dalam Angka. ISSN :

Badan Standardisasi Nasional.

-

. Metoda Pengambilan Contoh Air

Permukaan. Standar Nasional Indonesia SNI Balai Besar Wilayah Sungai Citarum. http://bbwsCitarum.com/ Pukul

ISSN

.

. Profil Sungai Citarum. Diakses dari /profil/ pada tanggal

Maret

WIB

Boran, M., & Altinox, I.

. A Review of Heavy Metals in Water, Sediment and

Living Organisems in The Black Sea. Turkish Journal of Fisheries and Aquatic Sciences,

,

-

.

Budiman, Bambang., Dhahiyat, Yayat., Hamdani, Herman.

. Bioakumulasi

Logam Berat Cr (Timbal) Dan Cd (Kadmium) Pada Daging Ikan Yang

Tertangkap Di Sungai Citarum Hulu. Vol. , No. , Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Unpad. Chaniago, Alfis. -

. Indeks Hadits dan Syarah (AlfusSirah Hadits). ISBN :

-

- - . Jakarta : Alonso Pratama

Damaianto, B Dan Masduqi, A.

. Indeks Pencemaran Air Laut Pantai Utara

Kabupaten Tuban Dengan Parameter Logam. Jurnal Teknik Pomits Vol. , No. , (

) ISSN:

-

. Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas

Teknik Sipil Dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Darma, Asep.

. Dampak Industrialisasi Terhadap Layanan Sumber Daya Air

Tanah Dangkal Di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung. Universitas Padjajaran Deni.

. Industri tekstil Majalaya Leluasa Buang Limbah ke Citarum. Dikutip dari

http://jabarprov.go.id/index.php/news/Industri_Tekstil_Majalaya_

Leluasa_Buang_Limbah_Ke_Citarum pada tanggal Desriyan.R, dkk.

Mei

.

. Identifikasi Pencemaran Logam Berat Kromium (Cr)pada

Perairan Sungai Citarum Hulu Segmen Dayeuhkolot sampai Nanjung. Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung.

. Rencana Strategi

-

DLH Kab.Bandung. Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat.

. Hasil Analisa Kualitas Air

Citarum Di Wangisagara, Majalaya. Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat.

. Citarum Semakin

Menantang. Diakses dari http://dlh.jabarprov.go.id/index.php/layanan/k -

categories- /item/ -Citarum-semakin-menantang pada tanggal

Edwin, Tivany, dkk.

Mei

. Uji Toksisitas Akut Logam Timbal (Pb), Krom (Cr)

Dan Kobalt (Co) Terhadap Daphnia magna. Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Andalas. Jurnal Teknik Lingkungan UNAND Edzwald, James K.

( ):

-

. Water Quality and Treatment Sixth Edition. USA: Mc

Graw Hills. Fardiaz, Srikandi. Gunawan.

. Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta.

. Citarum Semakin Rusak. Kompas : Edisi

Januari

.

Diakses dari https://www.pressreader.com/indonesia/kompas/ pada tanggal Harsono, Eko.

Mei

/

.

. Evaluasi Kemampuan Pulih Diri Oksigen Terlarut Air

Sungai Citarum Hulu. Puslit Limnologi-LIPI Hikmawan, Teguh.

. Proses Pengolahan Air yang Mengandung Tembaga,

Timbal dan Amonia Dengan Proses Ozonasi Gelembung Mikro dan Filtrasi Membran. Fakultas Teknik Universitas Indonesia Imansyah, MF.

. Studi Umum Permasalahan Dan Solusi Das Citarum Serta

Analisis Kebijakan Pemerintah. Jurnal Sosioteknologi Edisi

. Fakultas

Teknik Sipil Dan Lingkungan ITB Indrawan, Angga dan Mardian, Dewi. Citarum Makin Parah.

. Pencemaran Limbah Industri di

Berita edisi :

Juni

http://www.republika.co.id/berita/nasional/lingkungan/

. Dikutip dari /m d y -

pencemaran-limbah-industri-di-Citarum-makin-parah pada tanggal

Mei

Indriatmoko, Dkk.

. Evaluasi Lingkungan Air Tanah di Das Citarum Hulu.

Jurnal Teknik Lingkungan P TL-BPPT. .( ):

-

“Citarum Sebagai Sumber Air Potensial, Bisakah

Iqbal, Donny. Diandalkan?”

Dikutip

dari

https://www.mongabay.co.id/

/

Citarum-sebagai-sumber-air-potensial-bisakah-diandalkan/ pada tanggal Mei

.

Iqbal, Donny.

. Limbah yang Tak Pernah Henti Meracuni Sungai Citarum

(Bagian

).

Berita

edisi

:

February

http://www.mongabay.co.id/

.

dari

/limbah-yang-tak-pernah-henti-

meracuni-sungai-Citarum-bagian- / Pada tanggal

Mei

. “Toxicity Mechanism and Health Effects of

Jaishankar, Monisha, dkk.

Some Heavy Metals” Interdiciplinary Toxicology No. ( Kartamihardja, dkk.

Dikutip

):

- .

. Ekologi dan Pengelolaan Perikanan Waduk Kaskade

Sungai Citarum, Jawa Barat. Balitbang Kementerian Kelautan dan Perikanan. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor :

Tahun

Tentang

Pedoman Penentuan Status Mutu Air Khairani N, dkk. Tekstil

. Penentuan Kandungan Unsur Kromium Dalam Limbah

Dengan

Metode

Analisis

Pengaktifan

Neutron.

FMIPA,

Universitas Diponegoro dan Badan Tenaga Nuklir Nasional Yogyakarta. Vol

. , No. , Januari

Kodoatie, R.J.,

, hal

-

.

. Tata Ruang Air I., Yogyakarta: ANDI.

Kodoatie, RJ dan Sjarief, Roestam.

. Tata Ruang Air On Integrated Water

Resource Management In Indonesia. Jakarta : Penerbit Andi

Lakherwal, D.

. Adsorption of Heavy Metals: A Review. International

Journal of Environmental Research and Development ( ): Ma’ruf M

- .

. Analisis Konsentrasi Logam Berat pada Ikan Baronang

(Siganus Sp) dan Lingkungan Perairan Untuk Pengelolaan Wilayah Pesisir Bontang. (Tesis). Universitas Mulawarman. Maniagasi, R., dkk.

. Analisis Kualitas Fisika Kimia Air di Areal Budidaya

Ikan Danau Tondano Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Budidaya Perairan Vol.

No. :

- .

Marganingrum, Dyah Dan Estiaty, Lenny Marilyn.

. Evaluasi Kebijakan

Baku Mutu Air Limbah (Studi Kasus: Limbah Cair Industri Tekstil Di Bandung. Jurnal Lingkungan Dan Bencana Geologi. ISSN :

-

Marganingrum, Dyah., Roosmin, Dwina,. Pradono,. dan. Sabar, Arwin.

.

Diferesiasi Sumber Pencemar Sungai Menggunakan Pendekatan Metode Indeks Pencemar (IP) (Studi Kasus : Hulu DAS Citarum). Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Martin S, Griswold W.

. Human Health Ef Ects Of Heavy Metals.

Environmental Science and Technology Briefs for Citizens; Miryanti dan Witono. Reduksi Ion Cu

: - .

. Pengembangan Adsorben Activated Fly Ash untuk +

dan Cr

+

dalam Limbah Cair Industri Tekstil.

Universitas Katolik Parahyangan Nazir, Ruqia,. Khan, Muslim., Masab, Muhammad.

“Accumulation of

Heavy Metals (Ni, Cu, Cd, Cr, Pb, Zn, Fe) in the Soil, Water and Plants and Analysis of Physico-chemical Parameters of Soil and Water Collected

from Tanda Dam Kohat” Journal of Pharmaceutical Sciences and Research No. : Nollet, Leo M L.

- .

. Handbook of Water Analysis Second Edition. USA: CRC

Press. Novitri, E, dkk.

. Lingkungan Sekitar Kawasan Industri Di Kecamatan

Solokan Jeruk Kabupaten Bandung. Departemen Pendidikan Geografi, FPIPS UPI. Oginawati, Katharina.

. Analisis Kandungan Logam Berat dalam

Pemanfaatan Sedimen Sungai Citarum untuk Media Tanam Tanaman Pangan. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Palar, Heryando.

. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta:

Rineka Cipta. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor

Tahun

tentang Tata

Laksana Pengendalian Pencemaran Air Peraturan Pemerintah RI No.

Tahun

Tentang Pengelolaan Kualitas Air

dan Pengendalian Pencemaran Air. Prastyo, Deni,. dkk.

. Bioakumulasi Logam Kromium (Cr) Pada Insang,

Hati, dan Daging Ikan Yang Tertangkap di Hulu Sungai Cimanuk Kabupaten Garut. Jurnal Perikanan Kelautan Vol. VII No.

. Universitas

Padjadjaran Priadi, Cindy Rianti., Anita., Sari Putri N., Moersidik, Setyo S.

“Adsorpsi

Logam Seng dan Timbal pada Limbah Cair Industri Keramik oleh Limbah Tanah Liat” Reaktor

-

Priyanto, N. Dwiyanto, Ariyani, F.

. Kandungan Logam Berat (Hg, Cr, Cd,

dan Cu) pada ikan, Air, dan Sedimen Di Waduk Cirata, Jawa Barat. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. Pusparini, Nia.

. Pengendalian Dalam Penertiban Instalasi Pengolahan Air

Limbah (IPAL) Pabrik Di Kawasan Industri Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung (Studi Pada Bplhd Kabupaten Bandung). Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Langlangbuana Bandung Putra SE, Putra JA.

. Kategori Kimia. Logam: Bioremoval, Metode

Alternatif untuk Menanggulangi Pencemaran Logam Berat.. Rahayu, Ulfah dan Kusumadewi, Anggi.

. Sejuta Perkara Citarum. Diakses

dari https://kumparan.com/@kumparannews/sejuta-perkara-Citarum pada tanggal

Agustus

Rama, Bahaking, dkk. Rismawati, S. Ike.

. . Pengetahuan Lingkungan. Makassar: Alauddin Press. “Fitoremediasi Tanah Tercemar Zn Menggunakan

Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas)” ITS Jurnal Riswandani, D.

- .

. Majalaya Di Ambang Batas. Bandung: Suara Korban

Kerusakan Lingkungan Di Cekungan Bandung. Sanusi, H. S.

. Kimia Laut Proses Fisik Kimia dan Interaksinya dengan

Lingkungan. Bogor : Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sipayung, Sinta Berliana, dkk

. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Daerah

Aliran Sungai Citarum Berbasis Satelit Climate Change Impact On Citarum River Basin Based On Satellite Data Analysis. Pusat Pemanfaatan

Sains Atmosfer dan Iklim, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Sittadewi, E. Hanggari. Pengaruh Kondisi Ekosistem Darat Koridor Sungai Terhadap Danau Rawa Pening. Peneliti Madya Pada Pusat Teknologi Lahan, Wilayah dan Mitigasi Bencana. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Soemirat, J.S.,

. Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press. Sugiyono.

. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:

Sumantri, Arif.,

. Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam

st ed.,

Jakarta: Kencana. Sumantri, Arif.,

. Kesehatan Lingkungan. Edisi Revisi. Jakarta: Kencana.

Sundar, P. S., Karthikeyan, N., Prabhu, K.H.

. Wastewater and Its Treatment

in Textile Industry, Mumbai. Matunga, India, Department of Fibres and Textile Processing Technology, Institute of Chemical Technology, University of Mumbai. Titiyoga, Gabriel. Diakses

. Citarum, Sungai Paling Tercemar di Bumi. Berita pada

tanggal

https://nasional.tempo.co/read/

Februari

dari

/Citarumsungai-paling-tercemar-di-

bumi. USDA – Natural Resources Conservation Services.

. Stream Corridor

Restoration. Principal Processes and Practices. Wakida FT, dkk. Environ. Geol.,

. Heavy metals in sediments of the Tecate River, Mexico. :

-

.

Wang, S., Cao, Z., Lan, D., Zheng, Z., Li, G.

. Concentration distribution

and assessment of several heavy metals in sediments ofwest-four Pearl River Estuary. Environmental Geology,

,

-

.

Widowati, Wahyu., Sastiono, Astiana., Jusur, R. Raymond.

. Efek Toksik

Logam: Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset. Wijaya, Habib.

. Komunitas Perifiton Dan Fitoplankton Serta Parameter

Fisika-Kimia Perairan Sebagai Penentu Kualitas Air di Bagian Hulu Sungai Cisadane, Jawa Barat. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor Wikiandy, N., Rosidah,. Herawati, T.

. Dampak Pencemaran Limbah Industri

Tekstil Terhadap Kerusakan Struktur Organ Ikan yang Hidup di Daerah Aliran Sungai (Das) Citarum Bagian Hulu. Jurnal Perikanan Dan Kelautan Vol. . No. :

-

ISSN :

-

Yalcin, G., Narin, I., & Soylak, M. contents

of

sediments

Environmental Geology, Zulkifli, A.,

. Multivariate analysis of heavy metal

from ,

.

Gumusler -

Creek,

Nigde,

Turkey.

.

. Pengelolaan Limbah Berkelanjutan, Yogyakarta: Graha Ilmu.

LAMPIRAN

DOKUMENTASI PENELITIAN

Stasiun A

Stasiun A

Stasiun A

Stasiun A

Dokumentasi Penelitian

Stasiun B

Stasiun B

Stasiun B

Dokumentasi Penelitian

Proses Pengawetan dan Pengemasan Sampel Air dalam Botol

Penyeserahan Botol Sampel ke Lab BPLHD Kab.Bandung

Related Documents

Rifqi Azhar.docx
June 2020 13
Rifqi Akun.docx
December 2019 16
Rifqi I.docx
November 2019 17
Rifqi Fastantyo Putra.docx
December 2019 33
Rifqi Fastantyo P.docx
December 2019 35

More Documents from "Rifqi Fastantyo"