REFLEKSI KASUS
ORCHITIS
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kepanitraan Klinik Stase Bedah RSUD Dr. H. Soewondo Kendal
Disusun oleh : Harlina Nurlita NIM : 01.210.6174
Pembimbing: dr. Haris Tiyanto, Sp.B
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG RSUD dr. H. SOEWONDO KENDAL 2014 1
HALAMAN PENGESAHAN
Nama
: Harlina Nurlita
NIM
: 012106174
Fakultas
: Kedokteran Umum
Tingkat
: Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Bidang pendidikan
: Ilmu Bedah
Judul
: ORCHITIS
Pembimbing
: dr. Haris Tiyanto, Sp.B
Mengetahui :
Pembimbing
dr. Haris Tiyanto Sp.B
2
BAB I LAPORAN KASUS
STATUS PENDERITA I.
II.
Identitas Nama
: Tn. Suyitno
Umur
: 48 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Buruh
Alamat
: Bandungrejo RT 02/01 Patebon Kendal
Ruang
: Kenanga III
No. CM
: 461642
Tanggal Masuk
: 13 Desember 2014
Tanggal Keluar
: Desember 2014
ANAMNESIS ( Dilakukan secara Autoanamnesis dan alloanamnesis Pada Tanggal 16 Desember 2014, pukul 07.00 WIB ) A. Keluhan Utama : Kantong buah zakar membesar dan sakit B. Riwayat Penyakit Sekarang : -
Kronologis ± 3 hari SMRS pasien mengeluh kantong buah zakarnya membesar
dan semakin lama semakin membesar, buah zakar terasa sakit dan panas. Pasien juga mengeluh BAK tidak lancar dan harus mengejan. -
Kualitas
: keluhan kantong buah zakar membesar dirasakan tidak
nyaman, dan terasa sakit -
Kuantitas : kantong buah zakar membesar dan dirasakan sakit terus menerus
-
Faktor memperberat
:-
-
Faktor memperingan
:3
-
Gejala Penyerta
: - demam , pusing dan mual
C. Riwayat Penyakit Dahulu : 1. Riwayat sakit seperti ini
: Diakui
2. Riwayat penyakit hipertensi
: Diakui
3. Riwayat penyakit DM
: Diakui
4. Riwayat penyakit jantung
: Disangkal
5. Riwayat penyakit paru – paru : Diakui (asma) 6. Riwayat alergi
: Disangkal
7. Riwayat penyakit keganasan
: Disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga 1. Riwayat penyakit hipertensi
: Disangkal
2. Riwayat penyakit DM
: Disangkal
3. Riwayat penyakit jantung
: Disangkal
4. Riwayat penyakit paru – paru
: Disangkal
5. Riwayat penyakit keganasan
: Disangkal
E. Riwayat Pribadi dan Kebiasaan 1. Riwayat konsumsi alkohol
: Disangkal
2. Riwayat merokok
: Diakui
3. Riwayat konsumsi obat – obatan
: Disangkal
4. Riwayat makan makanan-makanan berlemak
: Diakui
5. Riwayat paparan bahan karsinogenik/radiasi
: Disangkal
6. Riwayat alergi obat/makanan
: Disangkal
7. Riwayat suka minum kopi / teh
: Diakui
F. Riwayat Sosial Ekonomi Pasien seorang buruh dan tinggal bersama istri dan 2 anak. Biaya pengobatan menggunakan BPJS Non PBI. Kesan sosial ekonomi cukup.
III.
PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan umum
: Baik
2. Kesadaran
: Composmentis
3. Tanda vital
: 4
a. Tekanan Darah
: 160/120 mmHg
b. Nadi
: 100 kali/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
c. Frekuensi respirasi
: 24 kali/menit, reguler
d. Suhu
: 36,7 0C (per axiller)
4. Kulit
: Warna sawo matang, turgor kulit normal, warna ikterik (-), kering (-), peteki (-)
5. Kepala
: Bentuk mesosefal, rambut warna hitam, lurus, mudah rontok (-), luka (-)
6. Wajah
: Tampak pucat (-)
7. Mata
: Mata cekung (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan subkonjungtiva (-/-), pupil bulat isokor dengan
diameter
(3mm/3mm),
edema
palbebra
(-/-),
eksoftalmus (-/-) 8. Telinga
: Sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), nyeri tekan tragus (-/-)
9. Hidung
: Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), fungsi penghidu normal
10. Mulut
: Bibir sianosis (-), bibir pucat (-), gusi berdarah (-) , bibir kering (-), lidah kotor (-), stomatitis (-), luka pada sudut bibir (-)
11. Leher
: Bentuk simetris (+), pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran limfonodi cervical (-), leher kaku (-), distensi vena-vena leher (-), Massa (-)
12. Thorax
:
Bentuk
simetris,
retraksi
intercostal
(-),
pernafasan
torakoabdominal, sela iga melebar (-), pembesaran KGB axilla (-/-), KGB supraklavikuler (-/-), KGB infraklavikuler (-/-)
a. COR Inspeksi
: Ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: Ictus cordis teraba di ICS V medial linea midclavicularis, sinistra, pulsus para sternal (-), pulsus epigastrium (-)
Perkusi
: Batas jantung 5
-
Kiri bawah : ICS V, 2 cm lateral linea midclavicularis sinistra
-
Kiri atas
-
Kanan atas : ICS II linea sternalis dextra
-
Pinggang jantung : ICS III linea parasternalis sinistra
Kesan
: ICS II linea sternalis sinistra
: Konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi Jantung I-II reguler, bising (-), gallop (-), murmur (-).
b. PULMO Depan
Belakang
I : Statis : simetris kanan kiri, retraksi I : Statis : simetris kanan kiri, retraksi (-/-) Dinamis
(-/-) :
pergerakan
paru
Dinamis
simetris, retraksi (-/-)
:
pergerakan
paru
simetris, retraksi (-/-)
Pa : Statis : simetris, sela iga tidak Pa : Statis : simetris, sela iga tidak melebar, tidak ada yang tertinggal,
melebar,
retraksi (-/-)
tertinggal, retraksi (-/-)
Dinamis
:
pergerakan
paru
Dinamis
tidak
:
ada
pergerakan
yang
paru
simetris, sela iga tidak melebar,
simetris, sela iga tidak melebar,
tidak ada yang tertinggal, retraksi
tidak ada yang tertinggal, retraksi
(-/-)
(-/-)
Stem fremitus kanan=kiri
Stem fremitus kanan=kiri
Pe : sonor / sonor seluruh lapang paru
Pe : sonor/sonor seluruh lapang paru
Aus: Suara dasar vesikuler (+/+), Aus: Suara dasar vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
ronki (-/-), wheezing (-/-)
13. Abdomen Inspeksi
: Datar, Meteorismus (-)
Palpasi
: Supel, Defans muskular (-), sakit tekan (-)
Perkusi
: Timpani (+) disemua kuadran abdomen.
Auskultasi
: Bising usus normal.
14. Ektremitas
: Superior
Inferior 6
Akraldingin
-/-
-/-
Oedem
-/-
-/-
Pucat
-/-
-/-
Gerak
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Capillary Refill
< 2”
< 2”
STATUS LOKALIS : Regio Scrotum
Inspeksi
: tampak scrotum membesar berdiameter ± 15 cm , berwarna
kemerahan
Palpasi
: sakit tekan (+), suhu meningkat, konsistensi kenyal,
permukaan rata
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG Hasil Pemeriksaan darah rutin :
Leukosit
: 12,5 x 103/uL(Nilai Rujukan : 4,0 – 10,0)
Hemoglobin
: 10.5 g/dL
(Nilai Rujukan : 13,0 – 18,0)
Hematokrit
: 37,9%
(Nilai Rujukan : 39,0 – 54,0)
Trombosit
: 184 x 103/uL (Nilai Rujukan : 150 – 500)
Waktu Protombin (PT)
: 12,7 Detik (Nilai Rujukan : 11,3-14,7)
APTT
: 33.5 Detik
(Nilai Rujukan : 27,4 – 39,3)
Ureum
: 50 mg/dl
Creatinin
: 0.78 mg/dl
GDS
: 228 mg/dl
V. ASSESMENT -
Orchitis
DD :
Epididimitis
Torsio testis
Tumor testis
-
DM
-
Hipertensi 7
VI. Rencana Pemecahan Masalah a. Ip Dx 1. Pemeriksaan Darah rutin dan kimia klinik ( GDS , ureum dan creatinin ) 2. USG 3. EKG b. Ip Tx Non medikamentosa : 1. Bed rest total 2. Diit Nasi 3. Monitor KU Medikamentosa : -
Infuse RL = 20 tpm
-
Injeksi Cefotaxim 3 x 1 gram
-
Asam mefenamat 3 x 500 mg
-
Captopril 2 x 12.5 mg
-
Actrapid 10 unit
c. Ip Mx 1) Keadaan umum 2) Vital sign
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ANATOMI DAN FISIOLOGI TESTIS Testis merupakan organ kelamin pria, terletak dalam scrotum. Testis akan turun sekitar umur janin 7 bulan menuju scrotum melalui canalis inguinalis dibawah pengaruh hormon testosterone dari testis. Testis sinistra biasanya terletak lebih rendah daripada testis dextra. Masing-masing testis dikelilingi capsula fibrosa yang kuat, disebut tunica albuginea. Dari permukaan dalam capsula terbentang banyak septa fibrosa yang membagi bagian dalam testis menjadi lobulus-lobulus testis. Di dalam setiap lobulus terdapat 1-3 tubuli seminiferi yang berkelok-kelok. Tubuli seminiferi bermuara ke rete testis, ductuli efferentes, dan epididimis Pengaturan suhu testis di dalam scrotum dilakukan oleh kontraksi musculus dartos dan cremaster yang apabila berkontraksi akan mengangkat testis mendekat ke tubuh. Bila suhu testis akan diturunkan, otot cremaster akan berelaksasi dan testis akan menjauhi tubuh. Temperatur testis dalam scrotum selalu dipertahankan dibawah temperatur suhu tubuh 2-3 oC untuk kelangsungan spermatogenesis. Molekul besar tidak dapat menembus ke lumen (bagian dalam tubulus) melalui darah, karena adanya ikatan yang kuat antar sel Sertoli yang disebut sawar darah testis. Fungsi dari sawar darah testis adalah untuk mencegah reaksi auto-imun. Tubuh dapat membuat antibodi melawan spermanya sendiri, maka hal ini dicegah dengan sawar. Selama
masa
pubertas,
testis
berkembang
untuk
memulai
spermatogenesis..Testis berperan pada sistem reproduksi dan sistem endokrin. Fungsi testis:
Spermatogenesis terjadi dalam tubulus seminiferus, diatur FSH
Sekresi testosterone oleh sel Leydig, diatur oleh LH. 9
10
Dinding scrotum terdiri dari : 1. Cutis 2. Fascia superficialis 3. Musculus dartos 4. Fascia spermatica externa 5. Fascia cremasterica 6. Fascia spermatica interna 7. Tunica vaginalis
11
ORCHITIS DEFINISI Orchitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis terhadap infeksi. Sebagian besar kasus berhubungan dengan infeksi virus gondong , namun, virus lain dan bakteri dapat menyebabkan orchitis. ETIOLOGI
Virus: orchitis gondong (mumps) paling umum. Infeksi Coxsackievirus tipe A, varicella, dan echoviral jarang terjadi.
Infeksi
bakteri
dan
pyogenik:
E.
coli,
Klebsiella,
Pseudomonas,
Staphylococcus, dan Streptococcus
Granulomatous: T. pallidum, Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium leprae, Actinomycetes
Trauma sekitar testis
Virus lain meliputi coxsackievirus , varicella , dan echovirus .
Beberapa laporan kasus telah dijelaskan imunisasi gondong, campak, dan rubella (MMR) dapat ,enyebabkan orchitis
Bakteri penyebab biasanya menyebar dari epididimitis terkait dalam seksual pria aktif atau laki-laki dengan BPH; bakteri termasuk Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia
trachomatis,
Escherichia
coli,
Klebsiella
pneumoniae
,
Pseudomonas aeruginosa , Staphylococcus, Streptococcus
Idiopatik
EPIDEMIOLOGI
Kejadian diperkirakan 1 diantara 1.000 laki-laki
Dalam orchitis gondong, 4 dari 5 kasus terjadi pada laki-laki prepubertal (lebih muda dari 10 tahun). 12
Dalam orchitis bakteri, sebagian besar kasus berhubungan dengan epididimitis (epididymo-orchitis), dan mereka terjadi pada laki-laki yang aktif secara seksual lebih tua dari 15 tahun atau pada pria lebih tua dari 50 tahun dengan hipertrofi prostat jinak (BPH).
Di Amerika Serikat sekitar 20% dari pasien prepubertal dengan gondong berkembang orchitis. Kondisi ini jarang terjadi pada laki-laki postpubertal dengan gondong.
FAKTOR RISIKO
Instrumentasi dan pemasangan kateter merupakan faktor risiko yang umum untuk epididymis akut. Urethritis atau prostatitis juga bisa menjadi faktor risiko.
Refluks urin terinfeksi dari urethra prostatik ke epididymis melalui saluran sperma dan vas deferens bisa dipicu melalaui Valsalva atau pendesakan kuat.
PATOFISIOLOGI Hippocrates pertama kali melaporkan orchitis pada abad ke-5 SM. Radang pada testis dapat disebabkan oleh berbagai virus ataupun bakteri. Hal ini akan menimbulkan proses inflamasi pada testis yang meliputi kalor, rubor, dolor, tumor, dan function laesa. DIAGNOSIS Anamnesis
Orchitis ditandai dengan nyeri testis dan pembengkakan.
Nyeri berkisar dari ketidaknyamanan ringan sampai nyeri yang hebat.
Kelelahan / mialgia
Kadang-kadang pasien sebelumnya mengeluh gondongan
Demam dan menggigil 13
Mual
Sakit kepala
Pemeriksaan Fisik o Pembesaran testis dan skrotum o Erythematous kulit skrotum dan lebih hangat. o Pembengkakan KGB inguinal o Pembesaran epididimis yang terkait dengan epididymo-orchitis
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis orchitis lebih dapat ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan darah tidak dapat membantu menegakkan diagnosis orchitis.
USG dapat digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan torsio testis.
DIFFERENSIAL DIAGNOSIS
Epididimitis
Hernia scrotalis
Torsio testis: kemungkinan besar jika nyeri memiliki onset tiba-tiba dan parah. Lebih umum pada pria di bawah 20 tahun (tetapi bisa terjadi pada usia
14
berapapun). Membedakan torsi testikular ini dalam diagnosis sangat penting dari segi bedah.
Tumor testis
Hydrocele
PENATALAKSANAAN Pengobatan suportif: Bed rest, analgetik, elevasi skrotum. Yang paling penting adalah membedakan orchitis dengan torsio testis karena gejala klinisnya hampir mirip. Tidak ada obat yang diindikasikan untuk pengobatan orchitis karena virus. Pada pasien dengan kecurigaan bakteri, dimana penderita aktif secara seksual, dapat diberikan antibiotik untuk menular seksual (terutama gonore dan klamidia) dengan
ceftriaxone,
doksisiklin,
atau
azitromisin.
Antibiotik
golongan
Fluoroquinolon tidak lagi direkomendasikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) untuk pengobatan gonorrhea karena sudah resisten. Contoh antibiotik: 1.Ceftriaxone Sefalosporin generasi ketiga dengan spektrum luas, aktivitas gram-negatif; efikasi lebih rendah terhadap organisme gram-positif. Menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara mengikat satu atau lebih penicillin-binding proteins. Dewasa IM 125-250 mg sekali, anak : 25-50 mg / kg / hari IV; tidak melebihi 125 mg / d
2. Doxycycline Menghambat sintesis protein dan pertumbuhan bakteri dengan cara mengikat 30S dan kemungkinan 50S subunit ribosom bakteri. Digunakan dalam kombinasi dengan ceftriaxone untuk pengobatan gonore. Dewasa cap 100 mg selama 7 hari, Anak: 2-5 mg / kg / hari PO dalam 1-2 dosis terbagi, tidak melebihi 200 mg / hari
15
3.Azitromisin Mengobati infeksi ringan sampai sedang yang disebabkan oleh strain rentan mikroorganisme. Diindikasikan untuk klamidia dan infeksi gonorrheal pada saluran kelamin. Dewasa 1 g sekali untuk infeksi klamidia, 2 g sekali untuk infeksi klamidia dan gonokokus. Anak: 10 mg / kg PO sekali, tidak melebihi 250 mg / hari
4.Trimetoprim-sulfametoksazol Menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis asam dihydrofolic. Umumnya
digunakan
pada
pasien
>
35
tahun
dengan
orchitis.
Dewasa 960 mg q12h untuk 14 hari. Anak 15-20 mg / kg / hari, berdasarkan TMP, PO tid / qid selama 14 hari
5.Ciprofloxacin Fluorokuinolon dengan aktivitas terhadap pseudomonas, streptococci, MRSA, S epidermidis, dan gram negatif sebagian besar organisme, namun tidak ada aktivitas terhadap anaerob. Menghambat sintesis DNA bakteri dan akibatnya pertumbuhan bakteri terhambat. Dewasa tab 500 mg PO selama 14 hari. Anak tidak dianjurkan KOMPLIKASI Sampai dengan 60% dari testis yang terkena menunjukkan beberapa derajat atrofi testis. Gangguan kesuburan dilaporkan 7-13%. Kemandulan jarang dalam kasus-kasus orchitis unilateral.
16
Hidrokel communican atau pyocele mungkin memerlukan drainase bedah untuk mengurangi tekanan dari tunika. Abscess scrotalis Infark testis Rekurensi Epididymitis kronis Impotensi tidak umum setelah epididymitis akut, walaupun kejadian sebenarnya yang didokumentsikan tidak diketahui. Gangguan dalam kualitas sperma biasanya hanya sementara. Yang lebih penting adalah azoospermia yang jauh lebih tidak umum, yang disebabkan oleh gangguan saluran epididymal yang diamati pada laki-laki penderita epididymitis yang tidak diobati dan yang diobati tidak tepat. Kejadian kondisi ini masih belum diketahui. PROGNOSIS • Sebagian besar kasus orchitis karena mumps menghilang secara spontan dalam 310 hari. • Dengan pemberian antibiotik yang sesuai, sebagian besar kasus orchitis bakteri dapat sembuh tanpa komplikasi.
17
BAB III PEMBAHASAN Anamnesis
Tn. Suyitno 48 tahun ± 3 hari Sebelum Masuk Rumah Sakit
mengeluh
kantong buah zakarnya membesar dan semakin lama semakin membesar, terasa sakit dan panas . pasien juga mengeluh sulit BAK, saat BAK pasien harus mengejan.
Pasien juga mengeluh demam, pusing dan mual tetapi tidak muntah .
Kemudian pasien datang ke igd RSUD H.SUWONDO KENDAL
Pemeriksaan Fisik 1.
Kulit
:
sawo matang, turgor kulit (N)
2.
Kepala
:
bentuk mesocephal, luka (-)
3.
Mata
:
konjungtiva palpebra anemis (+/+), sklera ikterik (-/-),
reflek cahaya (+/+) 4.
Telinga
:
Discharge (-/-)
5.
Hidung
:
septum deviasi (-), discharge (-/-)
6.
Mulut
:
Normal, sianosis (-),
7.
Leher
:
simetris, deviasi trachea (-), pembesaran kelenjar getah
bening(-), pembesaran kelenjar tiroid (-),distensi vena-vena leher (-) 8.
Thoraks
:
normochest, simetris, pembesaran kelenjar getah
bening aksilla (-) 9.
Abdomen
:
Dbn
10.
Cor
:
Pembesaran jantung
11.
Ekstremitas
:
dbn
STATUS LOKALIS Regio Scrotum
Inspeksi
: tampak scrotum membesar berdiameter ± 15 cm , berwarna
kemerahan 18
Palpasi
: sakit tekan (+), suhu meningkat, konsistensi kenyal,
permukaan rata Hal in sejalan dengan patofisiologi dari ochitis karena sebelum sakit pada kantong buah zakar pasien mengeluh kesulitan pada saat BAK, pasien harus mengejan untuk mengeluarkan air kencingnya. Disini pasien kemungkinan mengalami obtruksi pada uretra pars prostatika, hal tersebut dapat menyebabkan peningkatan tekana pada saat miksi. Sehingga dapat menimbulkan penyebaran bakteri yang berasal dari uretra pars prostatika dan prostat masuk ke dalam epididimis melalui ductus ejakulatorius, vesica seminalis, ampula dan vas deferens. Kemudian epididimis terinfeksi dan dapat menyebar ke testis dan scrotum juga ikut terjadi peradangan. Sehingga pada pasien ini terjadi pembengkakan pada testis, pasien juga mengeluh kesakitan dan terasa hangat pada saat perabaan . Dari keterangan klinis pasien diatas maka perlu dilakukan pemeriksaan fisik berupa inspeksi dan palpasi scrotum. Serta pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diferensial diagnosis. Pemeriksaan lab darah rutin didapatkan peningkatan leukosit yaitu 12,5 x 103/uL(Nilai Rujukan : 4,0 – 10,0) dan pnurunan
Hemoglobin (10.5 g/dL) .
sedangkan pada pemeriksaan lab darah kimia klinik didapatkan peningkatan GDS (228 mg/dl) Dari keterangan diatas dapat ditegakkan diagnosis infeksi epididimis dan testis yang dapat disebut dengan epididimo-orchitis. Oleh karena itu pasien memerlukan terapi non medika mentosa berupa bed rest dan terapi gizi dan untuk terapi famakologis berpa antibiotic dan untuk mengurangi rasa sakit perlu diberikan analgetik.
19
BAB IV KESIMPULAN Orchitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis terhadap infeksi. Sebagian besar kasus berhubungan dengan infeksi virus gondong , namun, virus lain dan bakteri dapat menyebabkan orchitis. Etiologi orchitis Virus: orchitis gondong (mumps) paling umum. Infeksi bakteri dan pyogenik: E. coli, Klebsiella, Pseudomonas, Staphylococcus, dan Streptococcus.
Granulomatous:
T.
pallidum,
Mycobacterium
tuberculosis,
Mycobacterium leprae, Actinomycetes, trauma, virus lain meliputi coxsackievirus , varicella , dan echovirus . Insidensi orchitis karena gondong, 4 dari 5 kasus terjadi pada laki-laki prepubertal (lebih muda dari 10 tahun). Dalam orchitis bakteri, sebagian besar kasus berhubungan dengan epididimitis (epididymo-orchitis), dan mereka terjadi pada lakilaki yang aktif secara seksual lebih tua dari 15 tahun atau pada pria lebih tua dari 50 tahun dengan hipertrofi prostat jinak (BPH). Gejala klinis: nyeri dan pembengkakan testis. Kelelahan, demam dan menggigil , mual, sakit kepala Pada pemeriksaan fisik tampak pembesaran testis dan skrotum, lebih hangat, kadang pembesaran KGB inguinal. Penatalaksanaan meliputi terapi supportif dan antibiotika yang sesuai jika penyebabnya bakteri. Komplikasi: sampai dengan 60% dari testis yang terkena menunjukkan beberapa derajat atrofi testis, gangguan kesuburan dilaporkan pada tingkat 7-13%, kemandulan jarang dalam kasus-kasus orchitis unilateral, abscess scrotal , infark testis, rekurensi
20
Prognosis sebagian besar baik, jika penyebabnya virus, dapat hilang 3 -10 hari, jika penyebabnya bakteri dengan pemberian antibiotik dapat sembuh tanpa komplikasi.
21
DAFTAR PUSTAKA
R. Sjamsuhidajat. Jong, W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Snell, R. A. 2000. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta : EGC.
Benninghoff. 2003. Testis Gross Anatomy. http://www.urology-textbook.com/testisanatomy.html. 2 December 2010
Mark,
B.
2010.
Orchitis-
Department
of
Emergency
Medicine.
http://emedicine.medscape.com/article/777456. 2 December 2010 .
22