REFERAT RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK (RJPO) Pembimbing dr. Yudianto, Sp.An (K)IC Disusun Oleh : Arivia Alifah Saraswati 201810401011051 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2018
PENDAHULUAN RJP adalah serangkaian BLS pada cardiac arrest (REC,2015). Kegawatdaruratan kedua sistem tubuh ini dapat menimbulkan kematian dalam waktu 4-6 menit (AHA, 2010).
RJP dan defibrilasi yang diberikan antara 5 sampai 7 menit dari korban mengalami henti jantung memberikan kesempatan korban untuk hidup rata-rata sebesar 30% sampai 45% (AHA, 2010).
CARDIAC ARREST INCIDENT AS 300.000 orang, sekitar 92% penderita meninggal dunia (CDC, 2011). Inggris tahun 2013, 28.000 kasus, dari total kasus 80% kasus terjadi di rumah dan 20% kasus terjadi di rumah sakit (British Heart Foundation, 2015).
RESUSITASI JANTUNG PARU Prosedur tindakan kegawatan yang dilakukan pada penderita henti jantung atau henti napas yang terdiri dari kompresi dada untuk menjaga sirkulasi darah dengan disertai pernapasan buatan, dimana tindakan ini terus dilakukan sampai kembalinya sirkulasi spontan atau penderita telah dinyatakan meninggal (Harsoor S.S, 2010).
Resusitasi sendiri berarti menghidupkan kembali, dimaksudkan sebagai usahausaha untuk mencegah berlanjutnya episode henti jantung menjadi kematian biologis (Said A, Kartini A, M.Ruswan, 2010).
HENTI NAFAS Henti nafas (Charles, 2017): • Obstruksi jalan nafas • Penurunan usaha bernafas • Kelemahan otot pernafasan Diagnosis henti nafas (Nolan, J. P, 2010) : • Pergerakan dinding dada tidak ada • Tidak terdengar suara nafas dari lubang hidung dan mulut atau dari auskultasi • Tidak terasa hembusan nafas di pipi kita bila didekatkan wajah ke wajah penderita sambil mengamati pergerakan dinding dada.
HENTI JANTUNG Ketidaksanggupan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya secara mendadak dan dapat balik normal. Apabila tidak dilakukan tindakan penatalaksaan henti jantung yang tepat dan cepat maka akan menyebabkan kematian atau kerusakan otak yang menetap jika tindakannya tidak adekuat.
(Said A, Kartini A, M.Ruswan, 2010).
Henti jantung ditandai oleh: 1. Nadi besar tidak teraba (n.carotis, n.femoralis) 2. Sianosi 3. Gasping, apneu 4. Reflek cahaya pupil (-) 5. Pasien tidak sadar
TAHAPAN RESUSITASI 1. Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Suport) Resusitasi ABC (Airway control atau assessment, breathing support, circulatory support). Oksigenasi darurat (emergency oxygenation) 2. Bantuan Hidup Lanjut (Advanced Life Support)
Resusitasi DEF (Drug and fluids, ECG diagnosis, Fibrillation treatment). Pengembalian sirkulasi spontan. 3. Bantuan Hidup Perpanjangan (Prolonged Life Support) Resusitasi GHI (Gaunging, Human mentation, intensive care). Resusitasi otak, terapi otak pasca resusitasi
PANDUAN RJP (AHA 2005 2010 2015) ABC CAB
No Look, Listen, Feel
Hand only CPR
Kompresi lebih dalam
Recoil dada
Kompresi lebih cepat
No cricoid Pressure
Ventilasi saat CPR berlangsung dg saluran udara lanjutan
Algoritma Bantuan Hidup Dasar (Dewasa) ERC, 2015
RJP DILAKUKAN JIKA….. Jika pasien Cardiac Arrest Ada tanda Cardiac Arrest TIDAK TERABA nadi carotis (AHA, 2015)
LANGKAH PERTAMA Evaluasi napas pasien, apakah ada atau tidak? Cek respon pasien yang tidak sadar (suara, sentuhan/gerakan, nyeri)
LANGKAH KEDUA PERABAAN ARTERI CAROTIS Penolong awam tidak perlu meraba karotis Maksimal 10 detik
LANGKAH KETIGA HIGH QUALITY CPR Menggunakan kedua tangan Tumit tangan satunya diletakkan di atas tangan yang sudah berada tepat di titik tumpu pijat jantung (tengah-tengah sternum) Jari-jari kedua tangan dirapatkan dan diangkat pada waktu dilakukan tiupan nafas, agar tidak menekan dada.
Penolong mengambil posisi tegak lurus di atas dada pasien dengan siku lengan lurus menekan sternum sedalam 5-6 cm. Push Hard and Push Fast 100-120x per menit
5-6 cm
30 : 2 Saat pijat jantung, Hitung dengan suara keras Satu,dua,tiga,empat, SATU Satu,dua,tiga,empat, DUA, Satu,dua,tiga,empat,TIGA Satu,dua,tiga.empat,EMPAT Satu,dua,tiga,empat,LIMA Satu,dua,tiga,empat,ENAM Total = 30 x pijatan, disela dengan 2 x tiupan nafas
Tiupan nafas yang berlebihan berakibat tekanan intra-thoracal meningkat dan berdampak menghambat aliran darah yang ditimbulkan akibat pijatan jantung.
Tiupan nafas cukup asal dada mengembang 10-12 kali/ menit.
BEBASKAN JALAN NAFAS head tilt
neck lift
x chin lift Jaw thrust
Tehnik pemberian nafas buatan
mouth to mask mouth to mouth
Jackson Rees
Ambu bag
Algoritma Advanced Life Support Berdasarkan ERC 2015
CARDIAC ARREST = DENYUT KAROTIS (-) CEK EKG ! Asystole = ECG flat, tak ada gelombang Unshockable CPR + adrenalin
PEA = EMD = ada gelombang mirip ECG normal Unshockable CPR + adrenalin
Pulseless Electrical Activity
Electro Mechanical Dissociation
SHOCKABLE OR UNSHOCKABLE? VF / VT pulseless = ada gelombang khas shockable rhythm, harus segera defibrilasi
Fine Ventricular Fibrillation Unshockable
Coarse Ventricular Fibrillation Shockable
Ventricular Takikardi Shockable
AED Automatic Emergency Defibrillator
Jika defibrilasi diberikan sebelum 5 menit, 96% kemungkinan jantung berdenyut kembali
AED Automatic Emergency Defibrillator
•
VF / VT shock 1x segera pijat jantung
•
Jangan menghentikan CPR untuk cek denyut karotis bila belum 2 menit (6-7 siklus)
•
Diagnosis cepat penanganan cepat
DC
SHOCK
Oles dulu paddles dengan jelly ECG tipis dan rata, kemudian : 1. Nyalakan DC shock, Pasang paddles pada posisi apex dan parasternal 2. Charge DC shock, setelah terisi ucapkan dengan keras: Awas semua lepas dari pasien, nafas buatan berhenti dulu bawah bebas, samping bebas, atas bebas, saya bebas!
3. Shock!!! (tekan dua tombol paddles bersama) Lepas paddles dari dada, lanjutkan pijat jantung 4. Pijat jantung dilanjutkan, cek karotis & EKG setelah 2 menit, sambil menunggu DC shock terisi lagi
sternum apex
Position
of the paddles electrodes on thorax of an infant
sternum
apex
Size of paddle electrode - 4.5 cm diameter for infants and small children - 8-12 cm diameter larger children
OBAT-OBATAN DALAM CPR Epinephrine IV/IO 1mg setiap 3 – 5 menit
Amiodarone IV/IO Dosis I : 300mg bolus Dosis II : 150mg bolus
ASYSTOL/PEA/EMD Pijat 100-120x/menit Nafas 10-12x/menit
Intubasi : segera tanpa menghentikan CPR Cardiac arrest
evaluasi
ASYST 2 menit
CPR -1 30 : 2
CPR-2
Adrenalin-1
evaluasi 2 menit
CPR-3
evaluasi 2 menit
CPR-4
Adrenalin-2
evaluasi 2 menit
CPR-5
CPR-6
Adrenalin-3
PANGGIL BANTUAN PASANG MONITOR
Adrenaline: 1 mg, iv, repeated every 3-5 minutes
Evaluasi CPR : tiap 2 menit
VF/ VT Pijat 100-120x/menit Nafas 10-12x/menit
Intubasi : segera tanpa menghentikan CPR Cardiac arrest
CALL FOR HELP
PASANG MONITOR
adrenalin
3’
adrenalin
VF / VT 2 menit
CPR -1 30 : 2
3’
adrenalin
a single shock -I CPR-2
2 menit a single shock -II CPR-3
Adrenaline: 1 mg, iv, repeated every 3-5 minutes
Evaluasi CPR : tiap 2 menit
2 menit a single shock-III CPR-4
2 menit
- AMIODARON
- a single shock-IV CPR-5
a single shock-V CPR-6
Amiodaron is the first choice 300 mg, bolus. Repeated 150 mg for reccurrent VT/VF followed by 900 mg infusion over 24 hours or LIDOCAIN 1mg/kg. Can be repeated. Do not exceed a total dose of 3 mg/kg,during the first hour.
ELECTROCARDIOGRAPHY Teknik monitoring EKG selama RJPO: • Mempertahankan airway dengan menjaga ventilasi dan lakukan kompresi dada luar.
• Pasang elektroda pada dada pasien untuk mengetahui dengan cepat diagnosis EKG. •Segera pasang elektroda pada ekstremitas.
TANDA RESUSITASI Berhasil : Dihentikan : • Kulit berubah dari biru-merah • Kulit relatif hangat dibanding sebelumnya • Bernafas spontan dan adekuat • Teraba denyut pembuluh nadi Pupil tetap kecil dan refleks terhadap cahaya positif
• Terdapat tanda kehidupan/kematian • Penolong kelelahan • Jika datang pertolongan yang lebih ahli.
DRUGS THERAPY
Obat Epinefrin/ adrenalin
Indikasi
Sediaan
Henti jantung : ventrikel Ampul, Fibrilasi(VF), takikardi 1 ml = 1 mg ventrikel tanpa denyut nadi (pulselessVT), asistole, PEA (Pulseless Electrical Activity) bradikardia simtomatis hipotensi berat anafilaksis, reaksi alergi berat : kombinasi bersama sejumlah besar cairan, kortikosteroid, antihistamin
Dosis dewasa dan cara pemberian IV/IO : 1 mg diberikan/diulang setiap 3 – 5 menit Endotrakeal : 2 – 2,5 mg (2 – 2,5 kali dosis IV/IO), dilarutkan dalam 10 ml PZ/NS
Efek samping
Infus kontinu :1 mg dilarutkan dalam 500 ml NS atau D5%, kecepatan inisial 1 µg/menit dititrasi sampai mencapai efek
Dapat meningkatan tekanan darah dan frekuensi nadi dapat menyebabkan iskemia miokard, angina, dan peningkatan kebutuhan oksigen miokard Epinerfin dalam dosis besar dapat menyebabkan disfungsi miokard post-resusitasi
Obat Amiodaron
Indikasi
Sediaan
henti jantung tidak 1 Ampul 3 ml = 150 berespon mg (refrakter) terhadap RJP, shock, dan vasopresor ventrikel aritmia yang berulang dan mengancam nyawa (VF atau VT dengan hemodinamik tak stabil)
Dosis dewasa dan cara pemberian
henti jantung : 300 mg (dalam 20 ml – 30 ml D5%) IV/IO bolus, diikuti 150 mg IV bolus dalam 3 sampai 5 menit
aritmia ventrikel :150 mg IV dalam 10 menit (15 mg/menit)
Maintenance : 1 mg/menit IV dalam 6 jam, kemudian 0,5 mg/menit IV dalam 18 jam dosis maksimal : 2,2 g/hari
Perhatian hipotensi (pada pemberian berulang) waktu paruh panjang (sampai 40 hari)
Obat Lidokain
Indikasi
Alternatif terapi dari amiodaron pada henti jantung karena VF/VT VT yang stabil dengan ventrikel kiri yang baik
Sediaan
Dosis dewasa dan cara pemberian
Yang perlu diperhatikan
1 Ampul 2 ml = 40 mgHenti jantung karena Hati-hati pada VF/VT :dosis inisial 1 – penderita : 1,5 mg/kg IV/IO - Syok kardiogenik bolus - Dekompensasi kordis - Usia > 70 tahun VF refrakter :0,5 – - Penyakit liver 0,75 mg/kgBB IV Stop pemberian jika bolus, diulang tiap 5 – ada efek samping : 10 menit; maksimal 3 - somnolen kali pemberian (3 - gatal-gatal mg/kg) - konvulsi Endotrakeal : - bicara kabur/tak 2 – 4 mg/kgBB jelas
Obat Dopamin
Indikasi
Sediaan
obat pilihan kedua Ampul 5 ml = untuk bradikardia 200 mg simtomatis (setelah atropin) hipotensi (TDS 70 – 100 mmHg)
Dosis dewasa dan cara pemberian 5 – 10 µg/kg/menit, titrasi sampai respon tercapai
Perhatian
Turunkan bertahap (tapering) Janganmencampur/melarutkan dengan natrium bikarbonat, lakukan pengenceran dengan D5%, D5 1/2 NS, D10 0,18 NS; RL
Diberikan dengan syringe pump atauinfusion pump, harusselalu drip, bukan IV bolus
Bisa menyebabkan takiaritmia, vasokonstriksi.
Noradrenalin
Obat
Indikasi
Sediaan
Syok kardiogenik Ampul 4 ml = berat dan secara 4 mg hemodinamik : hipotensi signifikan (TDS < 70 mmHg) dengan resistensi perifer keseluruhan rendah
Dosis dewasa dan cara pemberian
Efek samping
Diberikanhanya melal Sakit Kepala, ui jalur IV sesak napas Campurkan 4 mg atau 8 mg noradrenalin ke dalam 250 ml D5%, D5NS (bukan NS), janganmemasuka n pada jalur yang sama dengan larutan alkalis Dibutuhkan dosis yang lebih besar untuk meningkatkan perfusi yang adekuat pada kasus drug-induced hypotension Meningkatkanoxygen demand miocard, TD dan HR Bisa menginduksi aritimia. Hati-hati penggunaan pada pasien iskemia akut; monitor cardiac output Ekstravasasi obat menimbulkan nekrosis jaringan, jika terjadi : campur phentolamin 5 – 10 mg ke dalam 10 – 15 ml NS,
Gelisah,
Obat
Sulfat Atropin
Indikasi
Sediaan
asistole atau PEA (setelah Ampul 1 ml = 0,25 epinefrin/vasopresor) mg
Jika terjadi blok AV node intoksikasi organofosfat bradikardia simtomatis
Dosis dewasa dan cara pemberian Asistole/PEA : 1 mg IV/IO bolus, diulang tiap 3 – 5 menit; maksimal 3 kali pemberian (3 mg) Bradikardia : 0,5 mg IV/IO tiap 3 – 5 menit; maksimal 3 mg Endotrakeal : 2 – 3 mg dilarutkan dalam 10 ml NS Dibutuhkandosis yang sangat besar untuk intoksikasi organofosfat
Efek samping
memperburuk iskemia miokard
menyebabkan bradikardia paradoksal pada dosis < 0,5 mg
Obat Furosemid
Indikasi
Sediaan
Dosis dewasa dan cara pemberian Terapi ajuvan untuk Ampul 2 ml = 0,5 – 1 mg/kg diberikan 1 – 2 edema paru akut 20 mg menit, jika tidak respon : 2 (ALO :Acute Lung mg/kg diberikan pelan 1 – 2 Oedem) pada menit (pemberian lazim dengan pasien dengan TDS drip/memakaisyringe pump) > 90 mmHg (tanpa gejala dan tanda syok) Hipertensi emergensi Peningkatan tekanan intrakranial
Perhatian Dehidrasi Hipovolemia Hipotensi Hipokalemia atau gangguan keseimbangan elektrolit lainnya
Obat
Dobutamin
Indikasi
Sediaan
Dipertimbangkan untuk Ampul 10 ml = 250 kasus pump mg problems(gagal jantung kongestif, kongesti paru/congestive pulmonum) dengan TDS 70 – 100 mmHg dan tidak ada tanda-tanda syok
Dosis dewasa dan Efek samping cara pemberian Laju pemberian Mual, Muntah, Nyeri dada yang lazim 2 – 20 µg/kg per menit, titrasi sehingga HR tidak sampai meningkat 10 % daribaseline Untuk penggunaan yang optimal, disarankan memonitor hemodinamik respon untuk pasien usia tua menurun signifikan Cegah pemberian pada TDS < 100 mmHg dan ada tanda-tanda syok Menyebabkan takiaritmia
DAFTAR PUSTAKA Alkatiri, J., Bakri Syakir. 2010. Resusitasi Jantung Paru. Dalam: Sudoyo, Aru S., dkk (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid I. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. American Heart Association, 2015, Guidelines Update for CPR and ECC volume 132 No.18, viewed 3 September 2017, https://www.iecscyl.com/textos/Guidelines-RCPAHA-2015-Full.pdf
British Heart Foundation, 2008. Cardiac Arrest. viewed 3 September 2017, http://www.nwas.nhs.uk/media/229797/BHF%20Cardiac%20Arrest.pdf British Heart Foundation, 2015. Consensus Paper on Out-of-Hospital Cardiac Arrest in England. viewed 3 September 2017, https://www.bhf.org.uk/~/media/files/publications/ohca-consensus-paper.pdf Charles D, 2017, Overview of Respiratory Arrest, viewed 3 September 2017, https://www.msdmanuals.com/professional/critical-care-medicine/respiratoryarrest/overview-of-respiratory-arrest European Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2015 Section. 2015. Adult Basic Life Support and Automated External Defibrillation and Adavanced Life Support. Elsevier
Harsoor S.S, 2010, Cardiopulmonary Resuscitation, Indian Journal of Anasthesia, viewed 3 September 2017, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2900761/ Lauralee Sherwood, 2015 Fisiologi Manusia, dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC, 2001:418-20, 447-56. Mansjoer, A. 2009. Resusitasi Jantung Paru. Dalam: Sudoyo, Aru W., dkk (editor).Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V jilid I. Jakarta: Interna Publishing. Nolan, J. P., et al. 2010. European Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2010. viewed 3 September 2017, https://www.erc.edu/index.php/docLibrary/ru/viewDoc/1195/3/ Said A, Kartini A, M.Ruswan, 2010). Petunjuk Praktis Anestesiologi, Edisi Kedua. Penerbit FKUI. Jakarta.
Siahaan, Olan SM. Resusitasi Jantung Paru dan Otak. Cermin Dunia Kedokteran. 1992 Silbernagl, Stefan, Florian Lang. 2006. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Soar Jasmeet et all, 2015, European Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2015 Section 3. Adult advanced life support, viewed 3 September 2017 http://genoplivning.dk/wp-content/uploads/2015/10/Adult-advancedlife-support.pdf Vania E, 2015, Mortalitas Operasi Jantung Ganti Katup Di Rsup Dr. Kariadi Semarang Periode Januari 2014 – Desember 2014, viewed 20 July 2017, eprints.undip.ac.id/46852/1/Vania_22010111120050_LapKTI_BAB0.pdf