REFERAT SINDROM LENNOX-GASTAUT
PEMBIMBING dr.Mintarti, Sp.S
PENULIS Dera Des Robiah 030.14.046 i
KEPANITERAAN KLINIK ILMU SARAF RSUD K.R.M.T WONGSONEGORO PERIODE 18 FEBRUARI – 23 MARET 2019 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
PERSETUJUAN
REFERAT
Judul:
SINDROM LENNOX-GASTAUT
Oleh : Dera Des Robiah
ii
030.14.046
Telah disetujui untuk dipresentasikan Pada Hari,
Pembimbing
dr. Mintarti, Sp.S
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “Sindrom LennoxGastaut”.
iii
Referat ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di Rumah Sakit Umum Daerah K.R.M.T Wongsonegoro. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Mintarti, Sp.S selaku pembimbing, seluruh dokter dan staf bagian Ilmu Saraf di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro, serta rekan-rekan anggota Kepaniteraan Klinik Ilmu Saraf RSUD K.R.M.T Wongsonegoro yang telah memberi dukungan kepada penulis. Penulis menyadari dalam pembuatan referat ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran guna penyempurnaan presentasi kasus ini sangat penulis harapkan. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi profesi, pendidikan, dan masyarakat. Akhir kata, penulis mohon maaf atas segala kekurangan yang ada.
Semarang, 22 Maret 2019
iv
Dera Des Robiah 030.14.046 DAFTAR ISI HALAMAN HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................................. ii KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iii DAFTAR ISI..................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi....................................................................................................................... 3 2.2 Epidemiologi .............................................................................................................. 5 2.3 Klasifikasi ................................................................................................................... 8 2.4 Etiologi ........................................................................................................................ 5 2.5 Patofisiologi ................................................................................................................ 5 2.6 Gejala Klinis ............................................................................................................... 12 2.7 Diagnosis..................................................................................................................... 13 2.8 Pemeriksaan Penunjang .............................................................................................. 14 2.9 Tatalaksana ................................................................................................................. 18 2.10 Prognosis ................................................................................................................... 20 BAB III KESIMPULAN DAFTAR
PUSTAKA
v
BAB I PENDAHULUAN
Sindrom Lennox-Gastaut (SLG) merupakan salah satu sindrom epilepsi yang terdiri dari kumpulan gejala berupa epilepsi yang sangat sukar diatasi dengan obat-obatan dan bermanifestasi pada usia 1-8 tahun. Gambaran klinis kejang yang paling sering adalah bangkitan kejang tonik-aksial, atonik, dan bangkitan kejang absans atipik, serta retardasi mental. EEG interiktal berupa paku ombak lambat < 3 Hz dan EEG iktal 10-13 Hz. Kejadian sindrom ini sangat kecil, yaitu 0,5/ 100.000 per tahun. Laki-laki lebih sering dijumpai dibanding perempuan dengan rasio 20:14. Penyebab SLG bersifat multifaktor mencakup faktor idiopatik, genetik, cacat otak struktural, dan gangguan metabolisme otak. Tatalaksana SLG meliputi pemakaian obat antiepilepsi konvensional maupun generasi terbaru dengan hasil yang masih belum memuaskan. Tatalaksana bedah menunjukkan manfaat yang menjanjikan. Diperlukan penemuan obat yang lebih poten untuk kasus yang tidak memungkinkan dilakukan pembedahan. Epilepsi di masa lalu didefinisikan sebagai gangguan sistem saraf karena gangguan saraf otak pada otot. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kesadaran tiba-tiba, perubahan persepsi atau penurunan fungsi psikis, kejang, gangguan sensasi, atau kombinasi keduanya. Epilepsi adalah manifestasi gangguan otak dengan berbagai etiologi namun dengan gejala tunggal yang khas, yaitu serangan berkala yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik neuron kortikal secara berlebihan. 1,2,3 Dalam 5 tahun pertama kehidupan, kasus baru epilepsi biasanya bermanifestasi sebagai bangkitan kejang umum dan sindrom Lennox-Gastaut 1
(SLG) merupakan salah satu di antaranya. Oleh karena sukar mengatasi sindrom tersebut, Sindrom Lennox Gastaut dikelompokkan sebagai salah satu bentuk intractable epilepsy. Sindrom Lennox Gastaut tercakup kira-kira pada 1-2% kasus epilepsi anak dan kurang dari 50% kasus muncul sebelum usia 2 tahun.2
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI Sindrom Lennox-Gastaut didefinisikan sebagai: -
Epilepsi pada anak dengan beberapa jenis serangan, terutama serangan tonik, tapi juga atipikal absence dan atonik seizures.
-
Gambaran EEG menunjukkan Slow spike and wave (<2.5 Hz) dan fast rhythms pada 10–12 Hz sewaktu tidur
-
Ensefalopati statik dan keterbatasan dalam belajar, dan kebanyakan disertai dengan retardasi mental4
2.2 EPIDEMIOLOGI
3
Kejadian Sindrom Lennox Gastaut sangat kecil, yaitu 1-4% pada epilepsi anak tapi 10% dari onset epilepsi pada pasien anak kurang dari 5 tahun. Rasio jumlah pengidap Sindrom Lennox Gastaut laki-laki terhadap perempuan adalah 5:1.5
2.3 KLASIFIKASI Kejang diklasifikasikan sebagai parsial atau generalisata beradasarkan apakah kesadaran utuh atau lenyap. Kejang dengan kesadaran utuh disebut sebagai kejang parsial. Kejang parsial dibagi lagi menjadi kejang parsial sederhana (kesadaran utuh) dan parsial kompleks (kesadaran berubah tetapi tidak hilang). Kejang parsial dimulai di suatu daerah di otak, biasanya di korteks serebri. Gejala yang ditimbulkan bergantung pada fokus lokasi, apakah di korteks motorik maupun korteks sensorik. Kejang generalisata melibatkan seluruh korteks serebrum dan diensefalon serta ditandai dengan awitan aktivitas kejang yang bilateral dan simetrik yang terjadi di kedua hemisfer tanpa adanya tanda bahwa kejang berawal sebagai kejang fokal. Pasien tidak sadar dan tidak mengetahui keadaan sekeliling saat mengalami kejang.1,2,3 Adapun klasifikasi sindrom epilepsy yang dipakai saat ini berdasarkan ‘The International Classification of Epilepsies’ sebagai berikut:2
4
2.4 ETIOLOGI Lennox Gastaut Sindrom dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi menjadi idopatik dan simptomatik:5 - Idiopatik: ditemukan pada sekitar 22-30% pasien Sindrom Lennox Gastaut. Dikatakan idiopatik jika segi psikomotornya berkembang dengan baik sebelum onset gejala, tidak ada kelainan neurologik ataupun neuroradiologik
5
- Simptomatik: ditemukan sekitar 70-78% pasien Sindrom Lennox Gastaut adalah Sindrom Lennox Gastaut simptomatik. Keadaan patologik yang dapat menyebabkan Sindrom Lennox Gastaut meliputi encephalitis dan atau meningitis, malformasi otak (misalnya, displasia korteks), trauma lahir, trauma iskemia-hipoksia, lesi lobus frontal. Sebanyak 9-39% dengan sindrom Lennox Gastaut adalah mereka yang pada masa bayi menderita Spasme Infantil (sindrom West) - Genetik: sebanyak 2.5-47.8% memiliki riwayat epilepsi dan kejang demam dalam keluarga.
2.5 PATOFISIOLOGI Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari suatu fokus kejang atau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan patologik. Aktivitas kejang sebagian bergantung pada lokasi lepas muatan yang berlebihan tersebut. Lesi di otak tengah, thalamus, dan korteks serebrum kemungkinan besar bersifat epileptogenik, sedangkan lesi di serebellum dan batang otak umumnya tidak memicu kejang.1,2,3 Di tingkat membran sel, fokus kejang memperlihatkan beberapa fenomena biokimiawi, termasuk berikut:1 1. Instabilitas membran sel saraf, sehingga sel lebih mudah mengalami pengaktifan. 2. Neuron-neuron hipersensitif dengan ambang untuk melepaskan muatan menurun dan apabila terpicu akan melepaskan muatan secara berlebihan
6
3. Kelainan polarisasi (polarisasi berlebihan, hipopolarisasi, atau selang kejang dalam repolarisasi) yang disebabkan oleh kelebihan asetilkolin atau defisiensi asam gama aminobutirat (GABA). 4. Ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam basa atau elektrolit, yang mengganggu homeostasis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan pada depolarisasi neuron. Gangguan keseimbangan ini menyebabkan berlebihan
neurotransmitter
eksitatorik
atau
deplesi
neurotransmitter
inhibitorik. Perubahan-perubahan metabolik yang terjadi selama dan segera setelah kejang sebagian disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan energi akibat hiperaktivitas neuron. Selama kejang, kebutuhan metabolik secara drastis meningkat; lepas muatan listrik sel-sel saraf motorik dapat meningkat menjadi 1000 per detik. Aliran darah otak meningkat, demikian juga respirasi dan glikolisis jaringan. Asetilkolin muncul di cairan serebrospinalis (CSS) selama dan setelah kejang. Asam glutamat mungkin mengalami deplesi selama kejang.1 Berbagai
kemungkinan
patofisiologi
telah
diajukan.
Satu
hipotesis
menyatakan bahwa adanya permeabilitas yang berlebihan pada jalur eksitasi interhemisfer di daerah frontal ketika bagian anterior dari otak yang matur. Hipotesis lain menunjukkan adanya keterlibatan mekanisme immunogenetik dalam memicu beberapa kasus Sindrom Lennox Gastaut. Meskipun satu penelitian menemukan adanya hubungan yang kuat antara mencermati dan Human Limphocyte Class I antigen B7, penelitian yang lain tidak menunjukkan hal yang demikian.5
Beberapa nilai karakteristik berikut perlu untuk dipertimbangkan: 7
1.
Keberadaan Sindrom Lennox Gastaut terkait erat dengan lobus frontalis otak dengan aktivitas slow waves and spikes dominan di lobus tersebut.
2.
Dijumpai adanya sinkronisasi kedua lobus frontalis namun bukan akibat sinkronisasi bilateral secara sekunder dari satu fokus tunggal.
3.
Terdapat sejumlah kasus Sindrom Lennox Gastaut sebagai kesinambungan sindrom West.
4.
Pada sindrom West yang mengalami perbaikan umumnya tidak ditemukan lesi otak, dan bila ada minimal di bagian posterior.
Spike Waves dan Slow Spike Waves Mekanisme yang terlibat dalam bisynchronous spike wave dan slow spike wave melibatkan neuron kortikal dan thalamus4 Ada dua mekanisme utama untuk terjadinya spike-wave, dan slow spikes wave:4 1). Aktivasi abnormal yang kuat dari neuron GABAergic thalamic oleh serabut aferen corticothalamic 2). Hilangnya penghambatan yang diperantarai GABA reseptor antara thalamic retikuler sel yang menimbulkan potensi ledakan
Fast Rhythmic Waves Ledakan gelombang berirama cepat atau polyspikes merupakan ciri khas Sindrom Lennox-Gastaut. Kegiatan ini berhubungan dengan kejang tonik atau tidak dengan gambaran tonik. Selama kegiatan tersebut, kebanyakan sel-sel korteks mengalami depolarisasi tonik.4
2.6 GEJALA KLINIS 8
Gejala klinis yang paling sering terjadi pada LGS, terdiri dari : A. Manifestasi Klinik Interictal Gejala neurologis Interictal tidak spesifik untuk sindrom Lennox-Gastaut, tetapi mereka ditentukan oleh lokasi dan luas patologi yang mendasarinya. Meskipun sekitar 20% - 30% anak-anak dengan LGS bebas dari defisit neurologis dan defisit neuropsikologik terutama pada masa onset, tetapi jika padda masa onset tersebut masalah defisit neurologis tersebut tidak muncul,maka akan muncul pada masa perjalanan penyakit LGS tersebut. Faktor-faktor yang disertai dengan retardasi mental yang ringan sampai berat ditemukan etiologi LGS, riwayat West Syndrom, biasanya gejalanya muncul diantara umur 12-24 bulan dan memiliki frekuensi lebih sering. 6 Keterbelakangan mental dianggap sebagai komponen. Kebanyakan anak dengan sindrom Lennox-Gastaut memiliki tingkat intelektual yang rendah dan gangguan proses belajar ringan sampai parah. Masalah perilaku dan depresi juga umum tejadi, yang dapat disebabkan oleh cedera otak, sering kejang, kurangnya stimulasi sosial yang normal atau sebagai efek samping dari Obat Anti Epilepsi (OAE). Anak-anak dengan sindrom Lennox-Gastaut juga lebih cenderung memiliki cerebral palsy, penurunan progresif dalam IQ dan gangguan gaya berjalan progresif. Perkembangan anak sering terbelakang pada awal penyakit, tergantung pada etiopathogenesis penyakit otak. 7,8 Biasanya pasien dengan LGS memiliki IQ rata-rata yang rendah dari pada pasien kriptogenik. Pada pasien yang tidak ditemukan gejala-gejala LGS dapat disebut sebagai suspect LGS. Dalam kajian ditemukan pemeriksaan IQ menunjukkan variasi derajat untuk retardasi mental.
9
Terjadi korelasi yang signifikan antara umur, onset kejang dan disorientasi mental. Kebanyakan 98 % pada pasien yang onset kejangnya sebelum umur 2 tahun akan memiliki penurunan yang pasti secara kognitif, berbanding 63 % yang mengidap kejang dengan onset sampe umur 2 tahun. 5
Anak-anak dengan LGS mungkin memiliki gangguan mood, personality, perkembangan psikomotor yang menurun dan dari segi pembelajaran. Biasanya gejala ini memakan waktu yang lama. Karakteristik utama dari disorientasi mental dilaporkan sebagai apati, kehilangan ingatan dan kerusakan visuomotor. 5
B. Manifestasi Klinik Ictal Sindrom Lenox Gastaut ditandai dengan gangguan kejang campuran. sindrom ini selalu dimulai di masa kanak-kanak. 1. Kejang Tonik Jenis-jenis utama dari kejang yang biasanya terjadi adalah kejang tonik, yang sering malam hari.
biasanya singkat, berlangsung dari
beberapa detik untuk 1 menit, dengan durasi rata-rata sekitar 10 detik Bangkitan tonik terdiri atas ekstensi lambat keseluruhan anggota badan dan deviasi mata ke atas disertai perlambatan pernapasan. Keterlibatan fungsi motorik bervariasi dengan beberapa bangkitan kejang yang terbatas pada mata atau perubahan pernapasan. Bangkitan kejang yang ringan ini umumnya terjadi di saat tidur dan berlangsung tanpa sempat diketahui kecuali bila dimonitor dengan video disertai rekaman EEG. Selama kejang pasien tidak sadar, meskipun gairah dari tidur ringan dapat
10
terjadi dan dapat terjadi berulang-ulang sepanjang malam. Gambaran vegetatif terdiri atas pernapasan ireguler, henti napas, muka merah, takikardi, atau pelebaran pupil.. 7,8,9 2. Kejang Atonik Kejang atonik memiliki karakteristiknya yang ditandai dengan kehilangan tonus secara tiba-tiba dan melibatkan kepala/seluruh tubuh. Kejang atonik terjadi sangat singkat dan bisa disertai dengan kejang myoclonik pada awal kejang. 10
3. Bangkitan Absans Atipik Bangkitan kejang ini terdiri atas gangguan kesadaran fluktuatif yang waktu awal dan berakhirnya sulit ditentukan. Tonus aksial yang sering terganggu menyebabkan penderita terjatuh. Kekejangan kelopak mata, bangkitan kejang tonik ringan, gambaran otonomik atau otomatismus dapat pula terlihat. Keseluruhan manifestasi klinis bisa bervariasi dari absans yang khas hingga gejala yang sangat ringan. Pada anak dengan gangguan intelektual sering ditemukan kesulitan menghitung bangkitan kejang yang sifatnya ringan tersebut baru disebut, bahkan dengan video sekalipun. 9 17%
-
100%
absen
atipikal
adalah
hasil
dari
berbagai
ketidakmampuan orangtua dalam mengenali dan mengidentifikasi absen atipikal. Dalam sebuah penelitian menggunakan video / pemantauan EEG 27% orang tua mengenali kejang absen atipikal, 80% untuk kejang myoclonic dan 100% untuk tonik, lemah, tonik-klonik, klonik , dan kejang parsial
kompleks.
Absen
atipikal
mungkin
sulit
untuk
11
mendiagnosis sejak awal, mungkin secara bertahap dan mungkin tidak mengalami kehilangan kesadaran,dan pasien melanjutkan kegiatannya lagi. Pasien mungkin memiliki asosiasi myoclonis kelopak mata, yang tidak berirama seperti di absan khas tetapi sering dikaitkan dengan myoclonis perioral atau fleksi progresif kepala sekunder. Automatisms dapat diamati. Akhir kejang mungkin bertahap pada beberapa pasien dan mendadak pada orang lain. 5
4. Status Epileptikus Sekitar 54-97% pengidap SLG dilaporkan mengalami satu atau beberapa kali episode status epileptikus (SE) yang terdiri atas bangkitan kejang absans, tonik atau campuran. Pada seri itu 94% penderita memperlihatkan komponen tonik selama SE yang dicerminkan oleh irama EEG 10 Hz, identik dengan ciri-ciri sewaktu tidur. SE tonik tersebut
dapat
dipresipitasi
kemunculannya
oleh
pemberian
benzodiazepin intravena. Awal munculnya SE absans biasanya tersembunyi dan mungkin terabaikan untuk beberapa jam atau hari, terlebih pada penderita retardasi mental. 9 Berbagai bentuk status epilepticus terjadi, mulai dari keadaan bingung berbahaya yang dapat berlangsung selama berhari-hari atau bermingguminggu, untuk epilepticus status tonik murni, yang lebih sering terlihat pada remaja atau orang dewasa dari pada anak-anak. 6
5. Jenis-jenis Lain Tipe Bangkitan Kejang
12
Jenis lain dari kejang yang dicatat. kejang tonik-klonik Generalized dilaporkan dalam 15% pasien, sedangkan kejang kompleks parsial terjadi pada 5%. epilepticus status Absen, epilepticus tonik status, dan status epilepticus nonconvulsive semua bisa terjadi, dapat memiliki durasi panjang, dan dapat tahan terhadap terapi. 5
2.7 DIAGNOSIS Pemeriksaan Fisik Umum -
Pemeriksaan
fisik
dapat
menjadi
penting
dalam
membantu
mengindentifikasi penyebab spesifik yang mungkin terjadi antara sistemik dan gejala neurologis. Pada pemeriksaan fisik umum pada pasien dengan LGS biasanya normal, tidak ditemukan gejala patognomomic. -
Pasien mungkin akan mengalami keterlambatan dalam pertumbuhannya, Hasil pemeriksaan yang tidak spesifik lebih cenderung terjadinya kerusakan otak dari pada sindrom epilepsi yang spesifik. 5
Pemeriksaan Neurologis -
Pemeriksaan neurologis pada pasien LGS memberikkan hasil yang abnormal pada fungsi status mental, khususnya pada fungsi kortikal luhur dengan ketidakmampuan intelektual.
-
Kelainan pada tingkat kesadaran fungsi nervus kranial, pemeriksaan sensorik, motorik, refleks, cerebellar testing, atau gait memberikan hasil yang tidak spesifik dan lebih cenderung menggambarkan suatu kerusakan pada otak atau efek dari pemberiaan obat anti konvulsi.
13
-
Tidak ditemukan kelainan patognomonic pada pemeriksaan neurologis pasien LGS. 5
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG a. EEG Interiktal Latar belakang EEG interiktal sifatnya lambat, terutama selama periode bangkitan kejang berfrekuensi tinggi. Aktivitas tersebut memiliki korelasi dengan fungsi kognitif yang buruk. Pole slow waves and spikes adalah petanda EEG interiktal dalam keadaan sadar, terdiri atas letupan ireguler, gelombang umum paku atau tajam diikuti gelombang lambat sinus 35-400 milidetik yang simetris atau asimetris dengan pergeseran asimetris, terutama pada sadapan verteks. Lepas muatan listrik seringkali menyebar difus, tetapi kadangkala dominan di bagian anterior. POL tidak dipengaruhi oleh stimulasi fotik tetapi kadangkala berubah oleh hiperventilasi. Tiga perempat dari para penderita juga menunjukkan adanya paku fokal atau multifokal maupun gelombang tajam di daerah frontotemporal atau anterio temporal. 9 Gambaran EEG SLG tidak segera tampak pada saat kemunculan penyakit. Bangkitan kejang tertama terjadi saat usia 1 hingga lebih dari 8 tahun, kadang sekitar pubertas, sementara puncaknya terjadi antara 3-5 tahun. Bangkitan kejang terdiri atas absans atipik, tonik, atau tak terklasifikasi. Recruiting rhythm dapat mendahului ciri-ciri lain dari sindrom ini.2 SLG dapat timbul pada anak normal atau didahului epilepsi, mencakup epilepsi parsial, absans, dan SE. Tercatat 30-41% kasus dengan riwayat sindrom West yang positif. SLG dicirikan oleh fluktuasi frekuensi bangkitan kejang, episode SE yang rekuren, atau masa yang relatif baik. Pengobatan tidak berkaitan dengan
14
fluktuasi frekuensi bangkitan kejang. SLG memiliki prognosis yang buruk untuk frekuensi bangkitan kejang dan fungsi kognitif. Bangkitan kejang menetap pada 60-80% kasus. 9 Dalam semua kasus Elektroensefalogram (EEG) latar belakang tidak normal dan terdiri dari berdifusi lambat dan gelombang spike (1-1.5CPS), dominan di daerah frontal dan temporal. Dua puluh empat kasus memiliki polyspike-gelombang. Semburan ritme cepat (10-14CPS) yang diamati pada 29 pasien selama tidur. 11
Figure 1 – Interictal recording during sleep in a 6-year-old boy with drugresistant partial epilepsy and a left temporal DNET
b.
EEG Ictal EEG Iktal yang terbenuk sesuai jenis kejang yang terjadi.
15
Figure 2. – Ictal recording in the same patient. This seizure is characterized by behavioral arrest and retching
2.9 DIAGNOSIS BANDING Letak kesulian diagnosis SLG adalah dalam hal karakterisik kejang dan EEG. Sebagai contoh adalah drop attack yang dapat disebabkan oleh bangkitan kejang tonik, tonik klonik, atau atonik. Berikut ini adalah diagnosis banding SLG.9
Diagnosis Banding
Contoh Kelainan
Temuan Klinis
1. Kondisi nonepileptik
Paroxysmal dystonia
Bangkitan tonik paroksismal, EEG normal
2. Kelainan nonprogresif
Sindrom Angelman
Drop
attack,
atipik,
sesekali
absans
muncul
spikes
disertai bangkian
tonik
klonik
16
3. Kelainan progresif
a. Kelainan metabolism
Retardasi mental
(RM) Jansky-Bielschowsky
absans atipik,bangkitan tonikklonik, spikes
b. Subacute Schlerosing
Bangkitan absans Panencephalitis atipik, drop attack akibat klonus otot periodik.
4. Bangkitan Umum
a. Kalsifikasi oksipital dan penyakit celiac
Bangkitan kejang parsial dengan atau tanpa menjadi umum secara sekunder, kadangkala tonik, EEG
interiktal:
menunkkan POL oksipital unilateral
atau
bilateral. b. Enselopati pasca radiasi
RM,
bangkitan
umum kompleks, parsial /atonik POL, kalsifikasi subkorteks c. Epilepsi pascatrauma
POL-paku majemuk
lobus
frontal/temporal
17
d. Epilepsi lobus temporal e. Epilepsi area motorik
Kontraksi tonik,umum tambahan gelombang lambat ritmis,
EEG
normal atau
gelombang
paku disebuah
focus
frontal f. Epilepsi lesi frontal bilateral/ unilateral
5. Sindrom epilepsi
a. Epilepsi multifokal
Sinkroni bilateral sekunder
Riwayat Sindrom West (+) sklerosis tuberosum
b. Epilepsi mioklonik
Tahun I kehidupan ensefalopati nonprogresif gangguan kesadaran episode status mioklonik,POL
c. Sindrom bangkitan
RM, mioklonus
absans mioklonik
ritmis anggota gerak atas, spikes 3 Hz 5-20 “
d. Sindrom West awitan lambat
Umur 1-2 tahun, EEG interiktal tersinkronisasi
18
2.10 PENATALAKSANAAN 1.
Pertolongan Pertama Jika terjadi serangan bangkitan, hal yang paling pertama dilakukan adalah menghindarkan pasien dari hal-hal yang membahayakan. Buka pakaian dan perhiasan serta singkirkan barang-barang yang berbahaya. Pastikan jalan napas tetap terjaga. Untuk mencegah aspirasi, pasien dibaringkan miring, dan tetap diawasi hingga pasien sadar kembali. Keluarga perlu diberitahu untuk mencatat lamanya kejang dan segera mengubungi petugas kesehatan jika kejang erjadi lebih dari tiga menit. 12
2.
Medikamentosa SLG
bukanlah
kelainan
yang
homogen,
unuk
itu
dalan
penatalaksanaannya memerlukan pendekatan individual. Efek OAE pada tiap tipe bangkitan kejang tidaklah menentu untuk satu gangguan dengan beberapa tipe bangkitan kejang.9 Jenis Bangkitan
OAE Lini Pertama
OAE Lini kedua
OAE yang dipertimbangkan
Bangkitan
Sodium
Clobazam
Clonazepam
Umum
Valproat
Leviracetam
Phenobarbital
Tonik
Lamotrigine
oxcarbazepine Phenytoin
Klonik
Topiramite
OAE yang dihindari
Acetazolamide
Carbamazepine Bangkitan Lena
Sodium
Clobazam
Carbamazepin
Valproate
Topiramite
Gabapentine
Lamortigine
Oxcarbazepine
Bangkitan
Sodium
Clobazam
Carbamazepine
Mioklonik
Valproate
Topiramite
Gabapentin
Topiramite
Levetiracetam
Oxcarbazepine
19
Lamortigine Piracetam
Pemilihan OAE tersebut disesuaikan dengan jenis bangkitn yang terjadi, dengan dosis sebagai berikut:12
Obat
Phenytoin
Carbamazepine
Jenis Kejang
DOSIS (mg/kgbb) Dosis Awal
Dosis Harian
Dosis Maksimal
5-15
700
GM, CPS,
5 (oral) 10-20
SPS
(iv)
GM, CPS,
5-10
15-30
2000
10-15
15-60
3000
SPS As. Valproat
GM, PM, CPS, SPS, M
Clonazepam
M
0,01-0,03
0,025-0,2
20
Gabapentin
GM, CPS,
10-15
25-50
4800
10
10-30
1500
SPS Primidone
GM, CPS, SPS
Ket: GM, Grand mal; PM, petit mal; CPS, complex partial seizure; SPS, Simple partial seizure; M, Mioklonik.
3. Tatalaksana Diet Diet ketogenik merupakan salah satu alternatif tatalaksana epilepsi dan telah diperkenalkan sejak tahun 1921. Diet terdiri atas lemak sebagai sumber kalori utama dan sisanya karbohidrat (19%) serta protein (10%).8,9 Livingstone melaporkan bahwa dari 426 anak dengan epilepsi mioklonik, terdiri dari 341 anak sesudah menerima diet ketogenik, 221 (52%) anak dapat 20
dikontrol kejangnya, 116 (27%) menunjukkan perbaikan nyata, sedang sisanya 89 (21%) tidak memperlihatkan respons sama sekali.18 Meski diet ini dinyatakan bermanfaat bagi kasus epilepsi seperti di atas, namun sejauh mana pengaruhnya terhadap SLG masih belum jelas.9 4. Tatalaksana Bedah Kraniotomi untuk epilepsi pertama kali di era modern dilakukan oleh Sir Victor Horsley. Semasa perang dunia Foerster dan Penfield melaporkan keberhasilan mereka dalam menangani 12 pengidap epilepsi dengan cara mengeksisi bagian otak yang rusak seperti akibat luka tembak atau trauma kelahiran. Terdapat laporan tentang keberhasilan anterior callosotomy untuk mengatasi SLG. Tindakan itu kurang efektif untuk SLG dengan riwayat positif Sindrom West, kecuali dilakukan completion of callosotomy, dengan 2/3 kasus menunjukkan kemajuan seperti berkurangnya bangkitan kejang, perbaikan perilaku, serta kewaspadaan.9,12
2.11 PROGNOSIS Prognosis SLG tergantung pada banyak faktor. Prognosis dinyatakan buruk bila terdapat riwayat Sindrom West, awitan penyakit kurang dari 3 tahun, terdapat gangguan kognitif atau deficit neurologis sebelumnya, bersifat simtomatik, bangkitan kejang sangat sering, dan terdapat SE. Dengan tatalaksana konvensional, 15-20% penderita mengalami penurunan bangkitan kejang dan pengurangan obat, tetapi fungsi mentalnya tetap kurang baik. Hanya sekitar 5% penderita mengalami bebas bangkitan kejang dengan fungsi mental normal.9
21
BAB III KESIMPULAN
Sindrom Lennox-Gastaut merupakan epilepsi berat yang angat sukar diatasi dengan OAE dan merupakan sindrom yang terkait erat dengan umur, terdiri atas bangkitan kejang tonik, absans atipik, dan status epileptikus yang sangat sering, paku ombak lambat, serta paku majemuk 10-Hz dalam gelombang lambat tidur. SLG disebabkan oleh berbagai macam bentuk lesi otak atau sebagai kesinambungan Sindrom West serta sangat sulit dibedakan dengan sindrom epilepsi berat lainnya, terutama epilepsi umum sekunder dan epilepsy genetis seperti mioklonik astatik. Pada SLG dapat ditemukan gangguan mental tanpa tendensi sembuh spontan. Sindrom ini tidak banyak, namun demikian tetap diperlukan perhatian secara lebih seksama. Meskipun tindakan bedah member harapan, untuk kasus yang tidak memenuhi syarat pembedahan diperlukan upaya penemuan OAE spesifik untuk peningkatan kualitas hidup penderitanya.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Price SA, Wilson LM. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC 2. Ropper AH, Brown RH. 2005. Adams and Victor’s: Principles of Neurology Eight Edition. Massachusetts: Mc Graw Hill 3. Mardjono M, Sidharta P. 2006. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat. 4. Blume WT.Pathogenesis of Lennox-Gastaut syndrome: Considerations and hypotheses. [serial online] 2001 November [cited 2010 Jun 3]. Available from:
URL:
http://www.jle.com/e-
docs/00/03/FB/D2/article.md?fichier=images.htm 5. Glauser TA. Lennox-Gastaut Syndrome. Pediatric Neurology [serial online] 2010 april [cited 2010 Jun 3]. Available from: URL: http://emedicine.medscape.com/article/1176735-overview 6. Rima Nabbout, Olivier Dullac.Lennoux Gastaut Syndrom. Clinical Summary [serial online] 2007 Oktober. [citied 2010 June 4]. Available from ; URL : http://www.medlink.com/medlinkcontent.asp 7. Andrew Gibson. Syndrom Lennox-Gastaut. Lennox-Gastaut Group Support. [serial online] 2003 Januari. [citied 2010 June 4]. Available from ; URL : http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://professi onals.epilepsy.com/page/syndromes_lennox.html 8. Abu Saleh Tareq, Stephen Lawrence. Head & Face Medicine. Lennox Gastaut Syndrom. Review of the Literature and Caxe Report. [serial online] 2008
23
June. [citied 2010 June 4]. Available from ; URL : http://www.head-facemed.com/content/4/1/9. 9. Wijayanto Teguh, Masloman Nurhayati. Sindrom Lennox-Gastaut. Sindroma Lennox-Gastaut. 2005. Majalah Kedokteran Indonesia. Jakarta. Vol 55. 10. Motte Jacques,Prof. Lennox-Gastaut Syndrome (LGS). [serial online] 2004 September. [citied 2010 June 4]. Available from ; URL : http://www.orpha.net/data/patho/GB/uk-Lennox.pdf. 11. Zonghua Er Ka Za Hi. Characteristics of clinical manifestations and EEG of Lennox-Gastaut syndrome. [serial online] 2003 Januari. [citied 2010 June 4]. Available from ; URL : http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.nc bi.nlm.nih.gov/pubmed/14761315 12. Paul JF, Mahteny SC.2008. Current. Diagosis and treatment in Family Medicine. New York: Lange Medical Books/McGraw-Hill
24