Devi Dwi Octafianti 0851393 AK-E
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA JL.Prof.Drg. Suria Sumantri,MPH No.65 Bandung Keberagaman agama terjadi secara nyata di kehidupan bermasyarakat kita sehari-hari. Lima agama besar di dunia yaitu Islam, Kristen, Hindu dan Budha saja sudah sangat beraneka ragam, belum lagi agama-agama dan kepercayaan-kepercayaan lain seperti Konghucu, Shinto, Yahudi dan lainnya. Dengan keberagaman yang ada sudah pasti menimbulkan banyak perbedaan antar umat beragama. Perbedaan ini sangat rentan menimbulkan permasalahan konflik antar agama. Jika tidak disikapi dengan benar kehidupan beragama di masyarakat tidak dapat berjalan dengan damai. Karena itu perlu adanya kesadaran dari diri kita dan upaya untuk memahami agama dan kepercayaan yang lain. Perlunya dialog-dialog antar pemuka agama untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman. Dialog tersebut dilakukan sebagai proses toleransi antar umat beragama, bukan untuk membanding-bandingkan antara satu agama dan agama
yang lain. Ketika minat untuk berdialog tumbuh, juga dalam praktek nyata, berbagai kelompok agama mulai mungkin untuk saling memahami dengan lebih baik dan bekerjasama dengan lebih akrab. Orang-orang yang terlibat dalam dialog mengalami bahwa iman mereka ditantang dan diperkaya oleh dimensi-dimensi baru dari kehidupan beragama yang mereka amati. Dialog ini merupakan upay pencarian bersama untuk hubungan yang lebih relevan dan bermakna dengan orang-orang yang memiliki kepercayaan lain. Banyak orang-orang hidup dalam satu lingkungan yang sama dengan penganut agama dan kepercayaan lain, namun mereka dapat berbaur dengan harmonis. Tinggal di satu lingkungan yang sama membuat mereka hidup bermasyarakat, bersosialisasi, berbudaya dengan orang-orang setempat. Hal itu membuat mereka menyadari tentang kemajemukan agama dalam situasi kehidupan mereka. Keberagaman agama dengan segala konsekuensinya telah menjadi kenyataan dalam hidup bermasyarakat. Tanggapan teologis terhadap kemajemukan agama ada bermacam-macam. Ada yang bersifat eksklusif yang mempertahankan sikap bahwa kebenaran dan keselamatan hanya melalui satu jalan yang diyakininya. Yang lain bersifat inklusif yang memiliki sikap dan pandangan bahwa kepercayaan yang diyakininya itu juga membawa kebaikan bagi seluruh umat manusia. Ada juga yang bersifat pluralis yang memiliki sifat bahwa kebaikan itu dapat dilakukan melalui banyak tradisi dan dapat melalui banyak jalan. Penciptaan merupakan tema pokok di dalam banyak tradisi agama. Cerita mengenai penciptaan tentu telah sering mengusik akal pikiran manusia, bagaimana segala sesuatu ini bermula pada awalnya? Rasa penasaran kita mengenai hal penciptaan merupakan hal yang sangat alami dan sangat manusiawi. Antara agama yang satu dan agama yang lain memiliki penekanan dan pengartian penciptaan yang berbeda-beda. Misalnya pada kepercayaan Shinto lebih menekankan pada penciptaan alam sebagai ekspresi dari kehadiran Tuhan. Pada kepercayaan Tao menekankan pada Tuhan yang memerintah seluruh kehidupan yang menhimbau seluruh ciptaan, temasuk kemanusiaan, untuk berada di dalam kehidupan yang selaras. Svetasyatara Upanishad berbicara tentang Pencipta yang pada satu pihak melampaui segala sesuatu dan merupakan asal mula dari semua yang ada. Agama-agama juga memiliki kitab suci sebagai sumber kepercayaan. Kitab-kitab suci ini memerankan peran penting di dalam pembentukan dan kehidupan rohaniah penganut agama dan kepercayaan tersebut. Dalam agama Islam, Kitab suci Al-Qur’an merupakan penegasan tolak ukur kebenaran. Berisi perintah-perintah dan larangan-larangan. Melalui apa yang dinilainya, penilaiannya selalu benar. Melalui apa yang diperbincangkannya, argumantasinya memberikan penentuan. Melalui apa yang dikatakannya, ia adalah
ekspresi kata-kata yang paling murni dan paling indah yang mungkin bagi manusia. Al’Qur’an memberi ketenangan dan dorongan untuk bertindak. Karena berasal langsung dari kehendak Ilahi, Al Qur’an adalah otoritas tertinggi bagi semua orang. Dalam agama Hindu, kitab veda disebut kekal, sedangkan penggubahnya hanyalah saluran melalui pernyataan-pernyataan dari Sang Maha Agung yang menjadi otoritas tertinggi bagi agama Hindu. Keselamatan merupakan sesuatu yang dijanjikan yang terdapat di dalam agama. Walau begitu keselamatan memiliki makna ganda yang berbeda-beda, tidak hanya perbedaan antar agama, tapi juga terkadang dalam satu agama bisa memiliki pandangan yang berbeda mengenai keselamatan. Keselamatan seringkali merupakan sesuatu yang amat pribadi dan sulit dinyatakan secara lisan. Keselamatan menurut Islam bahwa Allah Yang Maha Kuasa akan dan menaungi orang-orang yang datang kepadaNya. Keselamatan yang dijanjikanNya di hari akhir nanti. Keselamatan menurut Budha adalah tujuan mencapai rohaniah dari kehidupan. Keselamatan saat datangnya petunjuk kepada umatnya. Budha tidak pernah menganjurkan pendengar-pendengarnya untuk menerima seperangkat kepercayaan. Tujuannya adalah penghayatan, yang menyusup melalui apa yang terlihat dari realitas setiap gejala yang muncul dalam wilayah perhatian manusia. Keselamatan menurut agama Kristen memiliki banyak makna. Diantarannya adalah mengenai kehidupan kekal dan masuk pada kerajaan Allah. Keselamatan juga dikemukakan sebagai usulan untuk mengikuti kepercayaan Kristen, baik ketaatan maupun penolakan sama-sama dituntut. Adapula penekanan untuk percaya pada agama Kristen sebagai jalan keselamatan. Pemahaman keselamatan juga diberikan dalam dimensi yang lain lagi. Pemahaman keselamatan sebagai pembebasan dalam berbagai bentuk. Dimensi-dimensi ini meluas dan mempengaruhi gerakan sosial dan politik di dalam sejarah. Adapula keselamatan dalam dimensi kosmis, dimana keselamatan individul di hubungkan dengan penebusan seluruh ciptaan. Kesaksian dalam dunia beragam agama, orang-orang dari berbagi tradisi agama, juga memahami diri mereka sebagai pengembang kesaksian bagi iman mereka. Dalam islam dari
permulaan hingga akhir misinya, Nabi tidak pernah melupakan hakekat misinya yang universal, baik dalam mengajarkan pada sanak-saudara, orang-orang arab, maupun seluruh umat manusia. Misi itu adalah islam sebagai penaklukan diri secara total kepada satu Allah Yang Maha Benar, Sang Pencipta, Pemelihara, dan Penguasa Agung seluruh dunia. Karena itu, setiap umat muslim mengemban misi terhormat untuk membawa seluruh umat manusia kepada Allah., dan membebaskan diri dari ilahi yang palsu. Memberitakan islam pada semua orang adalah kewajiban religius yang harus dilakukan oleh semua umat muslim dengan
mengikuti teladan yang baik dari Nabi Muhammad. Dalam agama Kristen mereka sering menganggap diri sebagai pengemban berita dan orang-orang lain sekedar sebagai penerima dan memandang kesaksian hanya sebagai proses satu arah.
Orang tidak boleh menghormati agamanya sendiri dan mengutuk agama orang lain, tetapi ia harus menghormati agama orang lain, dengan berbuat demikian orang itu menolong agamanya sendiri untuk bertumbuh dan bertoleransi dengan agama-agama lainnya. Sebab kerukunan itulah yang baik, biarlah semua mendengarkan dan mau mendengarkan ajaranajaran yang dikemukakan orang lain. Selebihnya urusan pribadi masing-masing kepercayaan yang akan dianutnya. Konsep tentang hidup kerohanian berbeda-beda dari satu agama ke agama yang lain atau yang disebut spiritualitas dipahami secara beranekaragam. Setiap agama memiliki tata cara peribadatannya sendiri. Doa merupakan salah satu cara peribadatan yang dilakukan suatu agama. Dengan doa kita membuka hati kita pada Allah, memuja Tuhan seraya memohon petunjuk atau pertolongan. Di tengahtengah umat dengan kepercayaan agama lain, kita pernah dihadapkan untuk berdoa bersama ketika upacara nasional atau menghadapi musibah bencana alam misalnya, berdoa bersama bukan berarti menyatukan agama, tapi berdoa bersama sebagai seorang manusia yang memiliki Tuhan dan berdoa dengan doa yang paling universal. Konsep masyarakat merupakan sesuatu yang asasi bagi semua agama dan kepercayaan lain. Begitu juga mengenai hubungan umat tertentu dengan masyarakat dunia. Sekarang ini kebutuhan akan suatu kelompok agama yang lebih luas sangat tinggi. Melampaui batas-batas tradisional dari ras, bangsa dan agama. Dalam suatu dialog multilateral antar beberapa agama mengatakan bahwa orang-orang dalam berbagai tradisi agama telah saling mendengar satu sama lain. Dan dapat mengetahui dengan lebih jelas bahwa satu sama lain memiliki perbedaan. Tapi terdapat satu titik dimana mereka dapat menegaskan bersama-sama mengenai nilai-nilai dan harapan-harapan pokok sebagai orang-orang yang beragama. Bukan kesamaan yang tingkatnya rendah, tapi justru hal utama dari komitmen serta keyakinan mereka yang paling dalam. Penegasan bersama itu tentang kepenuhan dan saling keterjalinan yang dalam dari seluruh kehidupan-kehidupan manusia dengan kehidupan , kehidupan manusia dengan dunia alamiah, dan seluruh kehidupan dengan sumber Ilahinya. Mereka menegaskan bersama bahwa mereka sebagai umat manusia tidak hanya dikaruniai, tetapi juga dipercayakan anugerah kehidupan. Kepercayaan ini mengarah pada kewajiban kita untuk saling mengasihi sesama umat manusia dan tanggung jawab, baik hak milik pribadi maupun hak milik bersama. Di dalam dunia yang terbagi-bagi dalam kesenjangan antar ras, mereka merasakan dalam-dalam bahwa tradisi agama mereka mendorong untuk memperjuangkan keadilan tanpa henti, tidak hanya bagi kelompok agama tertentu, tetapi untuk semua.
Komentar/Pendapat : Bagi saya, kemajemukan agama menjadi suatu hal yang menarik, dimana begitu banyak perbedaan-perbedaan yang ada. Bukan hanya dari sisi ketuhanannya, tapi terutama dari sisi budaya yang ada, seperti tata cara beribadat, kebiasaan-kebiasaan, hari raya dan lain sebagainya. Penganut agama yang sama, tapi karena tempat lingkunga yang berbeda menyebabkan kebiasaan yang berbeda pula. Hal ini sangat menarik untuk dilihat dan difahami sebagai wujud rasa toleransi kita terhadap sesama umat beragama yang lain. Namun, kemajemukan agama ini juga memiliki peluang besar untuk menciptakan permasalahan-permasalahan. Sangat wajar adanya perbedaan-perbedaan pandangan dan agama yang sangat mungkin saling bergesekan atau bahkan sampai menimbulkan kesenjangan yang berlarut-larut. Tapi gesekan-gesekan perbedaan itu dapat diminimalisasikan sehingga tidak akan menimbulkan masalah antar satu agama dengan agama yang lain. Kita dapat belajar bukan hanya menghargai dari luar tapi acuh tah acuh di dalam, tapi juga ikut memahami agama-agama yang ada. Bukan berarti mempelajari secara utuh, tapi dimaksudkan dengan mengetahui agama-agama lain yang ada dapat memperkaya pemahaman kita mengenai sesama kita, sehingga kita bisa menghormati dan menghargai mereka dengan sebenar-benarnya. Jika kita bisa melakukan hal ini, tidak akan pernah ada peperangan atau konflik antar agama yang berakibat pada hal-hal pelanggaraan-pelanggaran sosial dan hukum. Dan membangkitkan kesadaran bahwa sesama kita juga memiliki iman yang hidup, yang kepercayaan-kepercayaan serta praktek-praktek keagamaannya harus menjadi bagian yang integral dari pemikiran teologis kita tentang dunia dan masyarakat manusia. Dengan memahami agama lain juga dapat memperkaya pengetahuan kita, dan yang paling penting akan menambah keimanan kita terhadap agama dan kepercayaan yang kita anut.