Ceria Yang Siap Menghujam Kulihat sawah membentang warna hijau bagai permata alam kucoba telusuri jalan akankah tetap begitu Wahai pencipta alam Kekagumanku sulit untuk kupendam Dari siang hingga malam Pesonanya yg tak pernah padam Namun kini samar-samar ku lihat warna kelam Sayu mayu di musim semi, kini kering tak berpenghuni Naungan habitat yang dulu berseri, kini telah menjadi sepi Ratusan, ribuan, bahkan jutaan hilang hanya untuk sebuah mimpi Kicau burung yang dulu lewat kini terbang tinggalkan sarang Tak pernah terdengar lagi bagaikan sebuah misteri pada siapa rindu ini kubagi disela daun bersama hangatnya mentari Rintik hujan berjatuhan, payung-payung dikenakan Kulangkahkan kakiku menuju cakrawala Raut wajahmu tak seindah dulu selalu ceria dan tak pernah sendu kini kau simpan dendam menggebu pada kami yang merasa tak tahu Kau tatap kami dengan sinarmu yang tajam bagai ceria yang siap menghujam tanpa merasa ada batas yang menghadang Awan hitam semakin mengembang
Mengapa harus melawan saat bisa berkawan Walau sudah pudar namun tetap menawan Keindahan alam terasa sempurna Membuat semua orang terpana Membuat semua orang terkesima keindahannya takkan pernah sirna Jangan biarkan semua jadi kenangan Namun biarlah hijau-hijau itu tetap menjadi warisan Marilah kawan belum saatnya untuk menyerah Kekayaan alam boleh di manfaatkan tapi jangan biarkan lemah Bumi telah kepanasan, jangan biarkan tetap menjadi resah Jagalah karya Yang Kuasa agar tetap jadi sumber hidup ribuan masa