1. Survey dan Marking. Survey atas kerusakan kapal dapat dilakukan sebelum kapal naik dock atau dapat juga setelahkapal berada diatas dock. Survey sebelum kapal naik dock dilakukan oleh owner surveyor dari perusahaan pemilik kapal tersebut, sedangkan survey yang dlakukan diatas dock dilakukanbersama-sama antara owner surveyor, class surveyor dan wakil dari pihak dock / galangan kapalyaitu kepala proyek (kaPro) dan dapat didampingi juga oleh divisi lainnya yang terkait denganperbaikan kapal. Hasil survey yang dilakukan sebelum kapal naik dock biasanya akan tertuang dalam sebuah repair list atau daftar perbaikan kapal yang akan diberikan oleh perusahan pemilik kapal atauwakil pemilik kapal (owner surveyor) kepada pihak galangan kapal sebagai bahan acuan untukmemprediksi seberapa besar biaya (estimasi) perbaikan kapal dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan tersebut. Hasil survey yang dilakukan bersama-sama dengan pihak galangan kapal setelah kapal beradadi atas dock akan dipakai sebagai repair list yang disepakati bersama oleh pihak owner surveyor,class surveyor, dan pihak galangan kapal. Didalam repair list tertulis ukuran plat yang diperbaiki,letak bagian yang diperbaiki, ukuran profil, dll. bahkan dapat juga ditambahkan semua pekerjaanlainnya diluar pekerjaan perbaikan lambung kapal.Umumnya bersamaan dengan survey tersebut dilakukan marking atau penandaan bagian-bagiandari lambung kapal yang akan diperbaiki. Marking dapat dibuat dengan menggunakan kapur minyak (sejenis crayon) atau menggunakan cat (spray). Marking dibuat sejelas mungkin atau mudah untuk dilihat dan terbaca jelas,. Pada marking tertera garis batasan dari area yang akan diperbaiki (replating) dan ukurannya serta letak dari area tersebut (no framenya). Setelah marking dibuat dilakukan dokumentasi berupa pencatatan atau pengambilan foto pada daerah-daerah yang akan diperbaiki untuk bukti adanya kerusakan pada daerah tersebut. pedoman dalam menentukan apakah bagian lambung kapal harus dilakukan perbaikan atau tidak, pedomannya antara lain sebagai berikut :
Plat kapal berlubang karena karat. Plat sekitar lubang diuji, jika ternyata masih tebal makapergantian plat hanya sebagian kecil saja yaitu untuk mengganti plat yang berlubang saja dengan cara croping. Ukuran plat untuk croping minimum 300 x 300 mm. Jika hasilpengujian didapati ketebalan plat disekitar lubang telah tipis, maka pergantian plat dapatdiperluas sampai didapati batas ketebalan plat yang mencukupi.
Plat kapal berlubang-lubang dengan area yang cukup luas. Pergantian dapat dilakukan sesuai dengan besarnya area kerusakan atau jika kerusakan hampir mencapai 3/4 bagianplat dari 1 lembar plat maka sebaiknya bagian plat yang berlubang atau rusak digantiseluruhnya sampai batas sambungan antara plat atau seam welds.
Plat diuji ketebalannya dengan cara Ultrasonic Test, jika ketebalan plat telah berkurang sebesar 20% dari ketebalan yang seharus terpasang, maka plat harus diganti baru.
Plat dengan karat yang cukup tebal belum tentu harus diganti baru, pengujian ketebalan plat dengan menggunakan Ultrasonic Test harus dilakukan.
Plat mengalami deformasi atau terdesak kedalam. Bagian yang mengalami deformasi atau cekungan yang terdalam diukur, jika deformasi mencapai kedalaman 2,5 x tebal plat (mm)atau lebih maka plat harus diganti dengan yang baru. Jika kedalaman deformasi tidakmencapai 2,5 x tebal plat (mm) dan bentuk deformasi tidak curam melainkan landai maka plat tidak perlu diganti baru.
Plat mengalami deformasi atau terdesak kedalam. Jika deformasi berbentuk curam dan kedalamannya mencapai 20 mm, sebaiknya diganti baru.
Plat mengalami deformasi atau terdesak kedalam. Jika letak deformasi berada dibelakang frame atau sekat, sebaiknya dilakukan pengamatan pada bagian dalam kapal tepat ditempat terjadinya deformasi, jika pengelasan pada bagian frame atau sekat terlepas, maka harus dilakukan perbaikan / plat diganti baru.
Plat kulit terlipat atau berbentuk gelombang yang bersusun, walaupun tidak terdapatkebocoran sebaiknya diganti baru.
Dalam menentukan pergantian plat sebaiknya dipakai pemikiran apabila daerah yang mengalami deformasi mengalami lagi benturan atau gesekan maka kerusakan yang akan ditimbulkan akan lebih parah lagi.
2. Dokumentasi. Dokumentasi dilakukan bersamaan dengan dilakukannya survey baik sebelum atau setelah kapalberada diatas dock. Dokumentasi dapat berupa catatan dan atau foto yang berkaitan dengan kondisi kapal saat dilakukan survey. Dokumentasi meliputi :
Pencatatan waktu mulai dan berakhirnya docking.
Kondisi kapal secara keseluruhan; dibuatkan foto tampak depan, tampak samping kiri,tampak samping kanan dan tampak belakang kapal.
Kondisi, lokasi dan ukuran dari kerusakan yang terjadi, dibuatkan foto dimana terteraukuran atau besarnya kerusakan dan lokasi (no frame atau nama bagian).
Kondisi dari propeller, daun kemudi, poros propeller (jika dikeluarkan / dicabut), kotak seachest, jangkar dan rantai jangkar, kotak rantai jangkar, lambung kapal, mesin-mesin diatasgeladak, main engine, auxilary engine, pompa-pompa, instalasi pipa (terutama instalasi pipa pendingin mesin), valve, panel listrik, alat-alat navigasi dan komunikasi, lampu-lampupenerangan, alat-alat tambat, sistem kemudi, dll. selengkap mungkin. Jika ada kerusakanpada alat atau mesin maka dibuatkan catatan mengenai kerusakannya, merk, type, serialnumber dan part number atau data lainnya yang dibutuhkan untuk perbaikan ataupergantian. Mengingat banyaknya item yang harus diperiksa, sebaiknya dibuatkan checklist untuk mempermudah.
Untuk dokumentasi dalam bentuk foto, khususnya pada perbaikan lambung kapal,sebaiknya pengambilan foto dilakukan 3 kali yaitu sebelum dilakukan perbaikan, saatdilakukan perbaikan dan sesudah dilakukan perbaikan.
Selama kapal diperbaiki sebaiknya dilakukan pencatatan waktu (tanggal, bulan dantahun), jenis pekerjaan per-bagian (cutting, fitting dan welding) serta ukuran dan materialyang digunakan mulai dari awal hingga berakhirnya proses perbaikan serta kendala yangdialami seperti contoh; tidak tersedianya material atau bahan, padamnya aliran listrik,hujan, demo buruh, tidak tersedianya alat berat, dll. selama proses perbaikanberlangsung.
Buat
catatan
mengenai
semua
kegiatan
dan
pekerjaan
atau
jasa
selain
pekerjaanperbaikan kapal seperti; penyambungan aliran listrik dari darat ke kapal (shoreconnecting), penampungan sampah dari kapal, pekerjaan cleaning tangki, pumping,pemasangan scaffolding atau peranca, NDT, turun-naik jangkar dan rantai, blasting,pengecatan, lamanya kapal tambat di area galangan baik sebelum atau sesudah docking,dan hal-hal lainnya yang menyangkut biaya docking.Hasil dari dokumentasi ini (catatan dan foto-foto) akan dipakai sebagai bahan laporan pekerjaanperbaikan kapal. Bagi owner surveyor bentuk laporan ini biasanya dikirimkan ke perusahaantempatnya
bekerja setiap hari dalam bentuk daily report atau progress report selama kapal berada diatas dock.
3. Perbaikan. Perbaikan pada bangunan kapal dilakukan terbatas hanya pada daerah yang telah diberi penandaan atau marking saja bedasarkan permintaan dari owner surveyor atau kesepakatan bersama antara pihak owner surveyor, class surveyor dan pihak galangan kapal. Perbaikan konstruksi kapal terdiri atas 5 tahap yaitu : a) Pembersihan Beberapa cara telah kita kenal pembersihan badan kapal diantaranya :
Pembersihan dengan cara mekanis yaitu dengan peralatan penyekrapan dan pemukulan
Pembersihan dengan water jet cleaning
Pembersihan dengan sand blasting
Pembersihan badan kapal yang dilakukan terbagi menjadi 2 (dua) pembersihan, yaitu: Pembersihan terhadap binatang-binatang laut dan tumbuh-tumbuhan laut, yaitu 1. Pembersihan dengan cara mekanis yaitu dengan cara penyekrapan. Cara ini memakai sekrap baja yaitu semacam pisau pipih yang tajam ujugnya dan dengan memakai tangkai dari kayu. Pembersihan dengan cara ini secara manual menggunakan tenaga manusia. 2. Pembersihan dari sisa-sisa cat dan pengkaratan, yaitu: -Pembersihan dengan dengan memakai palu ketok, -Pembersihan dengan memakai alat sikat baja ( Wire Brush ) -Pembersihan dengan memakai alat gerinda listrik
b) Cutting atau pemotongan. Pada tahap ini akan dilakukan pekerjaan pemotongan plat dan bagian konstruksi lainnya yangterkait dengan perbaikan kapal, bagian kapal yang dipotong adalah bagian yang sesuai denganmarking yang telah disetujui bersama. Untuk menghemat waktu, pemotongan profil konstruksidapat dilakukan bersamaan dengan pemotongan plat kulit kapal, kecuali jika profil dipertahankanatau tidak diganti.Alat
yang
digunakan
umumnya memakai cutting torch (lampu potong) dengan memakaicampuran gas L.P.G dan Oksigen bertekanan atau memakai alat plasma cutting. Alat bantu yangdigunakan antara lain; palu (hammer) dan chains block. Bila lokasi perbaikan berada pada tempat yang tinggi maka dibutuhkan alat peranca atau staging. peranca dapat dibuat dengan memakaipotongan-potongan plat yang dibentuk menjadi flat bar (berbentuk persegi panjang) dandikombinasikan dengan papan kayu atau bambu yang disatukan sebagai tempat berpijaknyapekerja atau dapat juga menggunakan staging jenis portable atau scaffolding yang banyak dijualatau disewakan dipasaran, lengkap dengan catwalknya untuk tempat berpijaknya pekerja.Tenaga kerja yang digunakan disebut fitter atau tukang setel. Seorang fitter harus memilikiketerampilan memotong yang baik dan mampu melakukan penyetelan (fitting) pergantian konstruksi sesuai dengan bentuk orisinilnya, selain itu fitter juga harus mampu melakukan pekerjaan pengelasan yang berhubungan dengan penyetelan.
c) Fitting atau penyetelan. Fitting dilakukan terlebih dahulu terhadap bagian konstruksi yang berada dibagian dalam (dari dalam kearah luar) atau dimulai dengan membuat konstruksi kerangkanya terlebih dahulu seperti web frame, ordinary frame, wrang atau floors, girder, center keeel, side keel, dll. setelah itu disusul dengan pembuatan bagian kulit kapal. Profil dapat difabrikasi terlebih dahulu sebelumdipasang ditempatnya (sebelum fitting) ini akan menghemat waktu dan mempermudahpemasangan.Material yang digunakan sebagai penggantian bagian yang rusak seperti plat haruslah memakaimaterial yang memiliki sertifikat yang disetujui oleh pihak class dimana kapal tersebut diklaskan.Foto atau salinan dari heat number dan sertifikat plat (mill test sertificate) harus dilampirkansebagai
bukti
pemakaian material, dan lampiran tersebut diserahkan kepada pihak classsurveyor. Sertifikat plat tersebut diberikan oleh sipenjual plat kepada pembeli pada saat plat dibeliatau dapat dimintakan kepada sipenjual pada saat sertifikat tersebut dibutuhkan. Untuk lebihdetail mengenai heat number sebuah plat dapat dilihat pada artikel tentang Identifikasi Materialdan Komponen Kapal.Alat yang digunakan sama dengan alat yang dipakai waktu melakukan cutting hanya saja adatambahan alat bantu kerja berupa baji (bidang miring) dan plat L (plat tebal yang dibentuk sepertihuruf L), kedua alat tersebut
digunakan bersama-sama untuk merapatkan profil pada plat ataumeratakan permukaan antara plat yang baru dengan plat yang lama. Selain itu eye pad atau platmata (ada juga yang menyebutnya "kupingan") kerap kali digunakan bersama-sama dengan levelblock atau chains block. Tenaga kerja yang dibutuhkan, sama dengan waktu melakukan cutting. Dalam banyak kasusfitting atau penyetelan, seorang fitter tidak dapat bekerja seorang diri, seorang fittermembutuhkan pembantu atau helper untuk dapat melakukan pekerjaannya.
d) Welding atau pengelasan. Welding dilakukan setelah proses fitting selesai, welding dimulai dari bagian dalam kapal, bagianyang terlebih dahulu dilakukan pengelasan adalah profil konstruksi atau kerangka kapal,kemudian menyusul bagian kulit kapal. Pengelasan pada bagian plat kulit kapal dilakukanterhadap bagian plat dibagian dalam terleh dahulu, sedangkan bagian luar plat kulit kapalmenyusul kemudian setelah melalui proses gouging (baca: gojing) pada bagian gap antara plat dengan menggunakan kawat las khusus untuk gouging atau memakai kawat gouging khusus(berbahan karbon) dengan dibantu tekanan angin dari compressor. Prinsip dasar dari gougingadalah membuka atau membuat alur pengelasan sehingga akar pengelasan dari hasil pengelasan dibagian dalam atau sisi sebaliknya menjadi terlihat jelas dan bersih dari terak (slag) yang tersisa, sehingga diharapkan pengelasan yang dilakukan pada sisi luar plat kulit kapal,hasilnya dapat menyatu dengan baik dengan hasil pengelasan dari sisi dalam plat kulit kapal.Alat yang digunakan untuk pengelasan adalah welding machine atau mesin las (listrik). Ada 2jenis mesin las yaitu; mesin las AC (memakai arus listrik AC) dan mesin las DC (memakai aruslistrik DC). Pada saat mesin las digunakan, arus listrik (current range) harus disesuaikan denganukuran kawat las (electrode) yang dipakai dan juga disesuaikan dengan posisi pengelasan atau welding position (flat, horizontal, vertical atau overhead). Ukuran arus dapat memakai acuan yangterdapat pada kemasan atau pembungkus kawat las yang digunakan.
e) Inspection atau Pemeriksaan. Pemeriksaan setelah perbaikan dilakukan dalam 2 tahap yaitu ; tahap pertama dilakukan oleh personal dari bagian quality control (QC) dari pihak galangan kapal dan tahap kedua dilakukanbersama-sama oleh pihak galangan kapal, owner surveyor (OS) dan pihak class surveyor.Pemeriksaan tahap pertama bukan hanya mengenai selesai atau tidaknya perbaikan, tetapi juga mencakup pemeriksaan kualitas dari pekerjaan perbaikan tersebut apakah sesuai dengan standar yang ditetapkan atau tidak, jika tidak maka harus dilakukan perbaikan kembali.Kesalahan yang umum ditemui adalah mengenai pengelasan dan hal-hal yang berkaitan dengan sambungan antara bagian profil konstruksi yang lama dengan bagian profil konstruksi yang baru,serta slag atau terak hasil pengelasan yang belum dibuang atau dilepas dari kampuh las.
f) Finishing dan Grinding. Setelah selesai perbaikan harus dilakukan finishing yaitu membuka semua jenis peranca (staging) yang dipasang di lokasi perbaikan. Jika yang digunakan adalah peranca buatan sendiri,maka peranca harus dilepas dari lambung kapal / dipotong dan tempat bekas peranca menempel tersebut, harus dipoles dengan alat gerinda dan jika tempat bekas peranca menempel masih menyisahkan lubang atau cekungan pada plat, maka lubang tersebut harus diisi dengan pengelasan dan kemudian dipoles lagi dengan menggunakan alat gerinda sampai didapat permukaan plat yang benar-benar rata kembali.
g) Pengujian kekedapan. Setelah
selesai
semua
pekerjaan
perbaikan,
maka
tahap
selanjutnya
adalah
melakukan pengujian terhadap kekedapan dari pengelasan. Pengujian dilakukan terhadap sambungansambungan pengelasan dari antara lain; plat dari kulit kapal, plat sekat,
plat
geladak, plat transom,
manhole
dan
instalasi
pipa
dengan
menggunakan metode Air Pressure Test dan Vacuum Test atau Hydrostatic Pressure Test. Jika yang diperbaiki adalah pintu kedap air, plat disekitar jendela dan tutup palka maka pengujian dilakukan untuk menguji kekedapan dari pintu, jendela dan tutup palka dengan menggunakan metode Hose Test. Jika pada saat pengujian didapati kebocoran,
maka bagian yang bocor tersebut harus diperbaiki, setelah itu dilakukan kembali pengujian kekedapan sampai didapati hasil yang baik atau tidak adanya kebocoran.
h) Pengecatan bagian kapal yang berada pada bagian yang terendam air laut secara terus menerus, sehingga perlu penanganan dan perhatian secara khusus dan serius. Pada bagian ini perlu dengan 3 lapisan diantaranya : 1. Cat primer 2. Cat Intermediate 3. Cat Anti Fouling