9
BANYAKNYA KASUS PULPITIS PADA PASIEN YANG BEROBAT DI PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS BOJONGSARI TAHUN 2018 Karya Tulis Ilmiah Diajukan Kepada Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Semarang Untuk Memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Studi Diploma III Keperawatan Gigi
Oleh : MURSILAH NIM :
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JURUSAN KEPERAWATAN GIGI POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG 2018
9
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Menurut Henry H. Burchard (2009), pulpitis adalah fenomena peradangan dalam jaringan pulpa. Pulpitis merupakan peradangan pulpa, kelanjutan dari hiperemi pulpa, yaitu bakteri yang telah menggerogoti jaringan pulpa. Menurut Ingle, atap pulpa mempunyai persyarafan terbanyak dibanding bagian lain pada pulpa. Jadi, saat melewati pembuluh saraf yang terbanyak ini, bakteri akan menimbulkan peradangan awal dari pulpitis akut (Tarigan, 2002). Peradangan merupakan reaksi jaringan ikat vaskuler yang sangat penting terhadap cedera. Reaksi pulpa sebagian disebabkan oleh lama dan intensitas rangsangnya. Rangsang yang ringan dan lama bisa menyebabkan peradangan kronik, sedangkan rangsang yang berat dan tiba-tiba besar kemungkinan mengakibatkan pulpitis akut (Walton dan Torabinejad, 2003).
B. Klasifikasi Pulipitis Menurut Tarigan (2009), klasifikasi pulpitis adalah sebagai berikut. Berdasarkan sifat eksudat yang keluar dari pulpa, pulpitis terbagi atas: 1. Pulpitis akut serosa Secara struktur, jaringan pulpa sudah tidak dikenali lagi, tetapi sel-selnya masih
terlihat jelas. Pulpitis akut dibagi menjadi pulpitis akut serosa
parsialis yang hanya mengenai jaringan pulpa di bagian kamar pulpa saja dan pulpitis akut serosa totalis jika telah mengenai saluran akar. 2. Pulpitis akut fibrinosa Banyak ditemukan fibrinogen pada pulpa. 3. Pulpitis akut hemoragi di jaringan pulpa terdapat banyak eritrosit. 4. Pulpitis akut purulenta Terlihat infiltrasi sel-sel masif yang berangsur berubah menjadi peleburan jaringan pulpa Bergantung pada keadaan pulpa, dapat terjadi pernanahan dalam pulpa:
1
2 a. Pada beberapa bagian terjadi peleburan jaringan pulpa sehingga terbentuk abses. b. Pernanahan terajadi berkesinambungan sehingga terjadi flegmon pada pulpa yang menghancurkan keseluruhan jaringan pulpa. Berdasarkan ada tidaknya gejala , pulpitis terbagi atas: 1. Pulpitis simtomatis Pulpitis ini merupakan respons peradangan dari jaringan pulpa terhadap iritasi, dengan proses eksudatif memegang peranan. Rasa sakit timbul karena adanya peningkatan tekanan intrapulpa. Rasa sakit ini berkisar antara ringan sampai sangat hebat dengan intensitas tinggi, terus menerus, dan berdenyut. Yang termasuk dalam pulpitis simtomatis adalah: a. Pulpitis akut b. Pulpitis akut dengan periodontitis apikalis akut/ kronis c. Pulpitis subakut Gambaran radiografi memperlihatkan adanya karies yang luas dan dalam, kadang-kadang terjadi sedikit pelebaran ligamen periodontal. Pada pulpitis simtomatis yang disertai periodontitis apikalis terjadi kepekaan terhadap perkusi. Rangsangan panas akan menyebabkan sakit, sebaliknya rasa sakit berkurang dengan adanya rangsang dingin. Pada stadium awal, gigi menunjukkan kepekaan yang tinggi terhadap tes elektrik, selanjutnya kepekaan ini berkurang sejalan dengan keparahan penyakit. 2. Pulpitis asimtomatis Merupakan proses peradangan yang terjadi sebagai mekanisme pertahanan dari jaringan pulpa terhadap iritasi dengan proses proliferasi berperan di sini. Tidak ada rasa sakit karena adanya pengurangan dan keseimbangan tekanan intrapulpa. Yang termasuk pulpitis asimtomatik: a. Pulpitis kronik ulseratif b. Pulpitis kronik hiperplastik
3 c. Pulpitis kronis yang bukan disebabkan oleh karies (prosedur operatif, trauma, gerakan ortodonti)
Penelitian ini mengambil jenis kelamin untuk mengetahui prevalensi pulpitisnya, kami telah menghimpun hasil pencatatan data pasien yang berkunjung di Puskesmas Bojongsari sepanjang tahun 2018
Tabel 1.1 Prevalensi Pulpitis di Puskesmas Bojongsari Berdasarkan Jenis Kelamin pada tahun 2018 Jenis No.
Bulan
Kelamin L
P
Jumlah Keseluruhan
1.
Januari
9
10
19
2.
Februari
3
18
21
3.
Maret
2
4
6
4.
April
4
17
21
5.
Mei
6
8
14
6.
Juni
5
12
17
7.
Juli
10
17
27
8.
Agustus
6
13
19
9.
September
6
24
30
10.
Oktober
-
-
-
11.
Nopember
-
-
-
12.
Desember
-
-
-
51
123
174
Jumlah
Berdasarkan gambaran histopatologi dan diagnosis klinis, pulpitis terbagi atas: 1.
Pulpitis reversibel Yaitu vitalitas jaringan pulpa masih dapat dipertahankan setelah perawatan ortodonti. Yang termasuk pulpitis reversibel adalah: a. Peradangan pulpa stadium transisi b. Arofi Pulpa c. Pulpitis akut
4 2.
Pulpitis ireversibel Yaitu keadaan ketika vitalitas jaringan pulpa tidak dapat dipertahankan, tetapi gigi masih dapat dipertahankan di rongga mulut setelah perawatan endodonti dilakukan. Yang termasuk pulpitis ireversibel adalah: a.
Pulpitis kronis parsialis tanpa nekrosis
b.
Pulpitis kronis parsialis dengan nekrosis
c. Pulpitis kronis koronalis dengan nekrosis d.
Pulpitis kronis radikulairs dengan nekrosis
e. Pulpitis kronis eksaserbasi akut.
5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.Telaah Pustaka 1. Tinjauan Umum tentang Pulpitis Reversibel a. Pengertian Pulpitis Reversibel Pulpitis reversibel adalah inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika penyebabnya dihilangkan, inflamasi akan menghilang dan pulpa kembali normal (Walton dan Torabinejad, 2003). b. Patofisiologi Pulpitis awal dapat terjadi karena karies dalam, trauma, tumpatan
resin
komposit/
amalgam/
ionomer
gelas.
Gambaran
mikroskopis ditandai oleh lapisan odontoblas rusak, vasodilatasi, udem, sel radang kronis, kadang sel radang akut (Standar Pelayanan Medis, 1999). c. Faktor penyebab Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan pulpitis reversibel adalah stimulus ringan atau sebentar seperti karies insipien, erosi servikal, atau atrisi oklusal, sebagian besar prosedur operatif, kuretasi periodontium yang dalam, dan fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka (Walton dan Torabinejad, 2003). d. Gejala Pulpitis reversibel simtomatik ditandai oleh rasa sakit tajam yang hanya sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh makanan dan minuman dingin dari pada panas dan oleh udara dingin. Tidak timbul spontan dan tidak berlanjut bila penyebabnya ditiadakan. Perbedaan klinis antara pulpitis reversibel dan ireversibel adalah kuantitatif; rasa sakit pulpitis ireversibel adalah lebih parah dan berlangsung lebih lama. Pada pulpitis reversibel, penyebab sakit umumnya peka terhadap stimulus , seperti air dingin atau aliran udara, sedangkan pada pulpitis ireversibel rasa sakit datang tanpa stimulus yang nyata. Pulpitis reversibel asimtomatik dapat disebabkan karena karies yang baru mulai dan menjadi normal kembali setelah
5
6 karies dihilangkan dan gigi direstorasi dengan baik (Grossman et,al 1995). e. Pemeriksaan Diagnosis berdasarkan suatu studi mengenai gejala pasien dan berdasarkan tes klinik. Rasa sakitnya tajam, berlangsung beberapa detik, dan umumnya berhenti bila stimulusnya dihilangkan. Dingin, manis, atau asam biasanya menyebabkan rasa sakit. Rasa sakit dapat menjadi kronis. Meskipun masing-
masing
paroksisme
(serangan
hebat)
mungkin
berlangsung sebentar, paroksisme dapat berlanjut berminggu-miggu bahkan berbulan-bulan. Pulpa dapat sembuh sama sekali atau rasa sakit tiap kali dapat berlangsung lebih lama dan interval keringanan dapat menjadi lebih pendek, sampai akhirnya pulpa mati. Karena pulpa sensitif terhadap perubahan temperatur,
terutama
dingin, aplikasi dingin merupakan suatu cara untuk menemukan dan mendiagnosis gigi yang terlibat. Sebuah gigi dengan pulpitis reversibel secara normal bereaksi terhadap perkusi, palpasi, dan mobilitas, dan pada pemeriksaan radiografik jaringan apikal adalah normal (Grossman et al, 1995.). g. Perawatan Menghilangkan iritan dan menutup serta melindungi dentin
yang
terbuka atau pulpa vital biasanya akan menghilangkan gejala (jika ada) dan memulihkan proses inflamasi jaringan pulpa. Akan tetapi jika iritasi ini berlanjut atau intensitasnya meningkat, inflamasi akan berkembang menjadi sedang bahkan parah yang akhirnya menjadi pulpitis ireversibel dan bahkan nekrosis (Walton dan Torabinejad, 2003). h. Prognosis Prognosa baik, bila iritasi diambil cukup dini, jika tidak kondisinya dapat berkembang menjadi pulpitis irreversibel (Grossman et al, 1995).
7
2. Tinjauan Umum tentang Pulpitis Ireversibel a. Pengertian Pulpitis Ireversibel Pulpitis ireversibel seringkali merupakan akibat atau perkembangan dari pulpitis reversibel. Pulpitis ireversibel merupakan inflamasi parah yang tidak bisa pulih walaupun penyebabnya dihilangkan. Cepat atau lambat pulpa akan menjadi nekrosis (Walton dan Torabinejad, 2003). b. Patofisologi Radang pulpa akut akibat karies yang lama. Kerusakan jaringan pulpa mengakibatkan gangguan sistem mikrosirkulasi pulpa yang berakibat udem, dan menimbulkan nyeri hebat (Standar Pelayanan Medis, 1999). c. Faktor penyebab Kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang luas selama porsedur operatif atau terganggunya aliran darah pulpa akibat trauma
atau pergerakan gigi dalam perawatan ortodonsia dapat pula
menyebabkan pulpitis ireversibel (Walton dan Torabinejad, 2003). d. Gejala Gejala pulpitis ireversibel biasanya asimtomatik atau pasien hanya mengeluhkan gejala yang ringan. Akan tetapi, pulpitis reversibel dapat juga diasosiasikan dengan nyeri spontan (tanpa stimuli eksternal) yang intermiten atau terus-menerus. Nyeri pulpitis ireversibel dapat tajam, tumpul, setempat, atau difus (menyebar) dan bisa berlangsung hanya beberapa menit atau berjam-jam. Menentukan lokasi nyeri pulpa lebih sulit dibandingkan dengan nyeri periradikuler dan menjadi lebih sulit ketika nyerinya semakin intens. Aplikasi
stimulus
eksternal
seperti
dingin
atau
panas
dapat
mengakibatkan nyeri berkepanjangan (Walton dan Torabinejad, 2003). e. Pemeriksaan Jika inflamasi hanya terbatas pada jaringan pulpa dan tidak menjalar ke periapeks, respons gigi terhadap palpasi dan perkusi berada dalam batas normal. Penjalaran inflamasi hingga mencapai ligamen periodontium akan mengakibatkan gigi peka terhadap perkusi dan nyerinya lebih mudah ditentukan tempatnya (Walton dan Torabinejad, 2003).
8 f. Perawatan Perawatan endodontik disesuaikan dengan keadaan gigi, yaitu gigi apeks terbuka
dan
gigi
apeks
tertutup.
Pada
dewasa
muda
dengan pulpitis ringan dilakukan pulpotomi (Ca(OH)2) dan pada pulpitis yang berlangsung lama dilakukan pulpotomi foromoeresol menunggu apeksogenesis. Pada gigi dewasa dengan perawatan saluran akar dan dilanjutkan restorasi yang sesuai (Standar Pelayanan Medik, 1995).
9
3. Tinjauan Umum tentang Pulpitis Kronik Hiperplastik a. Pengertian Pulpitis kronik hiperplastik Pulpitis kronik hiperplastik adalah bentuk pulpitis ireversible akibat bertumbuhnya pulpa muda yang terinflamasi secara kronik hingga ke permukaan oklusal. Biasanya ditemukan pada mahkota yang karies pada pasien muda. Pulpa polip biasanya diasosiasikan dengan kayanya pulpa muda akan pembuluh darah, memadainya tempat terbuka untuk drainase, dan adanya proliferasi jaringan (Walton dan Torabinejad, 2003). b. Patofisiologi Pulpitis kronik hiperplsatik umumnya terjadi pada anak-anak dan remaja yang memiliki resistensi dan reaktivitas jaringan yang tinggi. Lesi t e r j a d i pada karies yang terbuka dan lebar.Jaringan hiperplastik hanya mengandung sediki saraf, sehingga kurang peka terhadap manipulasi (Rajendran dan Sivapathasundaram, 2009). c. Gejala dan pemeriksaan Polip pulpa biasanya asimtomatik dan terlihat sebagai benjolan jaringan ikat seperti kol yang berwarna kemerah-merahan mengisi kavitas karies di permukaan oklusal yang besar. Hal ini kadang-kadang diasosiasikan dengan tanda-tanda klinis pulpitis ireversibel seperti nyeri spontan serta nyeri yang menetap terhadap stimulus panas dan dingin . Ambang rangsang terhadap stimulus elektrik adalah sama dengan pulpa normal. Respon gigi terhadap palapasi atau perkusi normal (Walton dan Torabinejad, 2003).
Gambar Pulpitis Kronik Hiperplastika (Courtesy of Dr. Douglas Holmes, Morgantown, WV.)
7 d. Perawatan Perawatannya adalah pulpotomi, perawatan saluran akar atau ekstraksi (Walton dan Torabinejad, 2003).
B. Kerangka Konsep A. Kerangka Konsep Variabel Pengaruh Karakteristik pasien yang berkunjung di layanan gigi di Puskemas Bojongsari 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Tingkat pendidikan
Variabel Terpengaruh Prevalensi Pulpitis Gigi
Variabel Terkendali 1. Pulpitis Reversibel 2. Pulpitis Ireversibel 3. Pulpitis Kronik Hiperplastik
Variabel Tak Terkendali
OHI-S
Keterangan : : Diteliti : Tidak diteliti
8
B. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka dapat disusun pertanyaan sebagaiberikut “ Bagaimana gambaran karakteristik pasien berkaitandengan prevalensi karies gigi pada pasien di Puskemas Kawunganten Tahun 2018? “
9
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observational analitik dengan rancangan penelitian cross sectional.
B. Populasi dan sampel penelitian 1. Populasi Populasi dari penelitian ini adalah semua pasien laki-laki dan perempuan yang telah melakukan perawatan saluran akar pada tahun 2018 di Puskesmas Bojongsari 2. Sampel Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti. Sampel yang dijadikan subyek adalah pasien laki-laki dan perempuan yang telah melakukan perawatan saluran akar selama 1-3 bulan, 4-6 bulan dan > 6 bulan di Puskesmas Bojongsari berdasarkan rekam medik. 3. Besar sampel Teknik pengambilan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling dengan purposive sampling. Pengambilan sampel secara random dan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 65 sampel.
C. Kriteria Penelitian Kriteria penelitian terdiri atas kriteria inklusi dan ekslusi 1. Kriteria inklusi Umur pasien diatas 17 tahun. 2. Kriteria ekslusi Rekam medik yang tidak lengkap.
D. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Puskesmas Bojongsari dengan alamat jln. Raya Bojongsari sebagai lokasi penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan januari sampai dengan September 2018.
11
10
E. Variabel penelitian 1. Variabel pengaruh Perawatan saluran akar pada gigi permanen yang mengalami nekrosis pulpa dan pulpitis ireversibel. 2. Variabel terpengaruh Evaluasi klinis perawatan saluran akar pada gigi yang mengalami nekrosis pulpa dan pulpitis ireversibel. 3. Variabel terkendali a. Pasien yang telah dilakukan perawatan saluran akar selama 1-3 bulan, 4-6 bulan, dan > 6 bulan setelah perawatan. b. Gigi permanen dengan diagnosis pulpitis ireversibel c. Gigi permanen dengan diagnosis nekrosis pulpa d. Gigi yang masih dapat direstorasi e. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan 4. Variabel tidak terkendali a. Keterampilan operator melakukan perawatan saluran akar b. Bahan yang dipakai pada perawatan saluran akar c. Tingkat pengetahuan pasien tentang kesehatan gigi dan mulut d. Status sosial pasien yang melakukan perawatan saluran akar e. Restorasi akhir setelah dilakukan perawatan saluran akar F. Definisi operasional 1. Evaluasi klinis Merupakan penilaian keberhasilan suatu perawatan secara klinis. Evaluasi klinis adalah metode yang paling praktis digunakan. Data evaluasi klinik didapat dari hasil anamnesis penderita, dan pemeriksaan adanya gejala klinik baik ekstra oral maupun intra oral dalam rongga mulut. Evaluasi klinis dilakukan dengan pemberian kriteria skor kesembuhan pada suatu kasus. Kriteria tersebut meliputi: buruk, dan baik.
11
Skala pemeriksaan subyektif sebelum dan sesudah perawatan seperti pada Tabel 1 berikut : Kategori
Perawatan
Pemeriksaan Subyektif
Kategori evaluasi klinis
Tidak ada keluhan
Baik
Ada keluhan
Buruk
Skala pemeriksaan subyektif sebelum perawatan seperti pada tabel 2 Tabel 2 berikut : Kategori
evaluasi klinis
Pemeriksaan Obyektif Sondasi
Perk usi
Palpa si
CE
Baik
-
-
-
+
Sedang
-
+/-
+/-
+
Buruk
-
-
-
-
-
= Tidak sakit
+
= Sakit
-/+
= Tidak Nyaman
Keterangan :
12
Skala pemeriksaan subyektif sesudah perawatan pada tabel 3
Kategori
Pemeriksaan Obyektif
evaluasi klinis
Perkusi
Palpasi
Baik
+
-
Sedang
+/-
+/-
Buruk
-
-
Keterangan :
- = Tidak sakit + = Sakit
G. Instrumen penelitian 1. Alat: a.
Alat tulis digunakan untuk menulis data yang didapatkan dari rekam medik
b.
Check list untuk mengumpulkan data
2. Bahan a. Rekam medik (Data sekunder responden) Pengumpulan data diambil dari data rekam medik meliputi nama dan jumlah pasien yang sudah diperiksa, yang nantinya akan dilakukan scoring untuk menentukan gigi responden. H. Jalannya penelitian 1. Tahap pre-penelitian a. Pembuatan proposal Karya Tulis Ilmiah b. Melakukan survei data awal penelitian ke Puskesmas Bojongsari yang menjadi lokasi penelitian c. Mengurus surat ijin penelitian ke Puskesmas Bojongsari yang menjadi lokasi penelitian d. Mempersiapkan alat dan bahan
13
2. Tahap pelaksanaan a. Melakukan pendataan tentang identitas responden yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, elemen gigi yang diperiksa dan pekerjaan
b. Melaksanakan penelitian dengan mengevaluasi pasien yang telah dilakukan perawatan saluran akar secara klinis dengan melihat data sekunder ( Rekam Medik ) pada Januari sampai degan September 2018 di Puskesmas Bojongsari c. Skoring penilaian keadaan kondisi gigi responden 1-3 bulan setelah perawatan, 4-6 bulan setelah perawatan dan > 6 bulan setelah perawatan d. Melakukan analisis data I. Analisis data 1. Analisis deskriptif Analisis deskriptif adalah metode penelitian menggambarkan data yang diteliti sesuai dengan apa adanya. Data ditampilkan dalam bentuk frekuensi dan persentase. Tujuan dilakukan analisis deskripstif pada penelitian ini adalah untuk menggambarkan data secara sistematis berdasarkan jenis kelamin, umur, elemen gigi dan status sosial. 2. Analisis analitik Analisis analitik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji mann-whitney. Uji mann-whitney merupakan pengujian untuk mengetahui apakah ada perbedaan nyata antara dua populasi yang distribusinya sama,melalui dua sampel. Tujuan menggunakan uji mann-whitney pada penelitian ini untuk membandingkan 2 kelompok yang tidak berpasangan pada keberhasilan perawatan saluran akar pada gigi yang mengalami nekrosis pulpa dan pulpitis ireversibel pada 1-3 bulan, 4-6 bulan dan > 6 bulan setelah perawatan.
J. Etika penelitian Penelitian ini memiliki etika yaitu kerahasiaan rekam medik
14
K. Alur penelitian Pengurusan surat ijin penelitian
Subyek Penelitian : Data rekam medis pasien yang telah dilakukan perawatan saluran akar
Data rekam medis Pemeriksaan Klinik
Pemeriksaan obyektif dan pemeriksaan subyektif
Pulpitis reversibel
1-
4 bulan
3bulan
Setelah
Setelah
perawa
Perawa
tan
tan
Pulpitis Ireversibel
>
1-
4 bulan
6Bulan
3bulan
Setelah
Setelah
Setelah
perawa
perawat
Perawat
tan
an
an
hasil
hasil
Analisis data
Analisis data
bandingkan
kesimpulan
Pulpitis Kronik Hiperplastik
>6
1-
4 bulan
>6
Bulan
3bulan
Setelah
Bulan
Setelah
Setelah
perawa
Setelah
perawa
Perawa
tan
perawa
tan
tan
tan
hasil
Analisis data
15
Daftar Pustaka Burchard, H. H. 2009. A Text-book Of Dental Pathology and Therapeutics, for Students and Practitioners. Michigan: Lea brothers & co.
Grosmman et al. 1995. Ilmu Edodontik Dalam Praktek. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Rajendran R. and Sivapathasundaram B. 2009. Shafer’s Text-book Of Oral Pathology 6th Ed.New Delhi: Elsevier.
Tarigan R. 2002. Perawatan Pulpa Gigi (Edodonti). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Walton R. E. dan Torabijad M. 2003. Prinsip dan Praktik Ilmu Edodonsia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. www.drchetan.com (26 Desember 2010)
.
16
9