Gambaran Pengetahuan Anak Terhadap Menggosok Gigi Yang Bena1.docx

  • Uploaded by: sulur13
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Gambaran Pengetahuan Anak Terhadap Menggosok Gigi Yang Bena1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,860
  • Pages: 10
Gambaran Kemampuan Menyikat Gigi Terhadap Indek Kebersihan Gigi Pada Siswa Klas 1 di SD Pucang Kecamatan Secang Kabupaten Magelang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang mempengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain. (Wordpres. com. Dunia Keshatan, 2013). Penyakit gigi dan mulut adalah bagian integral dari kesehatan secara umum. Dengan bertambahnya angka harapan hidup bagi populasi di dunia kesehatan gigi dan mulut semakin jelas memegang peranan utama dalam peningkatan kualitas hidup seseorang. Edukasi sejak dini biasanya dimulai dari orang tua untuk menjaga kesehatan gigi anak dengan menerapkan cara menggosok gigi yang benar, sebab sikat gigi adalah cara yang termudah untuk mencegah kerusakan gigi. Upaya kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek lingkungan, pengetahuan, pendidikan, kesadaran anak dan penanganan kesehatan gigi termasuk pencegahan dan perawatan. Namun sebagian besar orang mengabaikan kondisi kesehatan gigi secara keseluruhan. Perawatan gigi dianggap tidak terlalu penting, padahal manfaatnya sangat vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan (Pratiwi, 2009). Pada umumnya keadaan kebersihan gigi anak lebih buruk dan anak lebih banyak yang salah dalam menggosok giginya yang menyebabkan karies dibanding orang dewasa. Peranan orang tua dalam membimbing dan mendisiplinkan anak untuk melatih pemeliharaan kesehatan gigi dengan menyikat gigi secara baik dan benar. Karena pada umumnya kebiasaan anak dalam menyikat gigi hanyalah bertujuan untuk menyegarkan mulut saja, bukan karena mengerti bahwa hal tersebut baik untuk kesehatan gigi, sehingga anak cenderung menyikat gigi dengan semaunya sendiri. Besarnya peran orang tua sangat diperlukan dalam menjaga kesehatan gigi anak-anaknya agar tercapai kesehatan gigi yang optimal (Pratiwi, 2009). Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh World Healt Organization (2012) diketahui bahwa di dunia sebanyak 91% anak menggosok gigi setiap hari tapi hanya 7,3% dari keseluruhan yang mengikuti petunjuk untuk menggosok gigi pada pagi hari dan malam hari sebelum tidur. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya pengetahuan menggosok gigi yang masih kurang di masyarakat (Kompas.com, 2013). Di Indonesia, pada tahun 2011 sekitar 83% anak-anak menderita kerusakan gigi yang kemudian menjadi penyebab utama timbulnya gangguan sakit gigi. Di tahun 2012, jumlah penderita sakit gigi

berkurang menjadi 41%. Hal tersebut disebabkan karena peranan orang tua dalam memberikan pengetahuan terhadap anaknya tentang pentingnya menggosok gigi tiap hari sangat baik (Kompas.com, 2013). Laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga atau SKRT Depkes Provinsi Sulawesi Selatan (2012) menyatakan, di antara penyakit yang dikeluhkan dan tidak dikeluhkan, prevalensi penyakit gigi adalah prevalensi tertinggi yang meliputi 30% anak. Sebanyak 13% anak memiliki permasalahan gigi berlubang, sedangkan 12% di antaranya tidak merawat gigi berlubang. Faktor penyebabnya karena dalam kesehariannya anak-anak tidak teratur dalam menggosok gigi (www.depkes.com, 2013). Sementara itu, data yang dikeluarkan oleh Dinkes Bulukumba (2013) menunjukkan perilaku masyarakat tentang pemeliharaan kesehatan gigi masih rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah anak yang menderita sakit gigi sebanyak 87% dari jumlah anak. Sebagian besar penduduk Bulukumba (61,5%) menyikat gigi kurang sesuai dengan anjuran program menyikat gigi yaitu setelah makan dan sebelum tidur, bahkan 16,6% tidak menyikat gigi. Berdasarkan data awal yang diperoleh penulis bahwa jumlah siswa SDN Pucang kecamatan secang kabupaten magelang sebanyak 406 siswa yang terbagi dalam enam kelas. Dari hasil wawancara penulis terhadap beberapa siswa bahwa pengetahuannya tentang menyikat gigi dengan baik dan benar tergolong masih kurang. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian tentang gambaran Kemampuan Menyikat gigi Terhadap Indek Kebersihan Gigi Pada Siswa klas 1 di SDN Pucang Kecamatan Secang Kabupaten Magelang .

B.

Rumusan Masalah

Bardasarkan latar belakang tersebut maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran kemampuan menyikat gigi terhadap indek kebersihan gigi pada siswa klas 1 di SDN Pucang Kecamatan secang kabupaten Magelang ? C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui gambaran kemampuan menyikat gigi terhadap indek kebersihan gigi pada siswa klas 1 di SDN Pucang Kecamatan secang kabupaten magelang. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Hasil penelitian ini menyediakan informasi bagi sekolah cara menggosok gigi yang benar. 2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi tentang kemampuan menyikat gigi terhadap indek kebersihan gigi pada siswa klas 1 di SDN Pucang Kecamatan Secang Kabupaten Magelang 3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi tambahan yang berhubungan dengan kemampuan menyikat gigi terhadap indek kebersihan gigi pada siswa klas 1 oleh peneliti selanjutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penawaran rasa, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Sukidjo .N. A, 2009). Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, juga bisa didapat dari informasi yang disampaikan oleh guru, orang tua, teman, buku dan suratkabar (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang sebab dari pengetahuan dan penelitian ternyata prilakunya yang disadari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan kelangsungan hidupnya. 2. Tingkatan Pengetahuan Menurut Sukidjo (2010), Pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai tingkatan yaitu a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang tidak pernah dipelajari sebelumnya berdasarkan informasi yang telah diterima. b. Memahami Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui. Dan dapat menginterpertasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya. Contoh dapat menjelaskan mengapa kita harus makan-makanan yang bergizi. c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau kegunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam kontek atau situasi yang lain. d. Analisis (Analysis) Adalah suatu harapan untuk menjabarkan suatu materi atau objek dalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya dengan yang lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. e. Sintesis Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan kemampuan untuk

menyusun, merencanakan, meningkatkan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada. f. Evaluasi Evaluasi dikaitkan dengan kemampuan-kemampuan untuk melakukan identifikasi atau menilai penilaian terhadap suatu materi atau suatu objek, penilaian-penilaian ini berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria tak ada. 3.

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmojo (2010) adalah sebagai berikut: a. Pendidikan Secara luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan individu sejak dalam ayunan hingga ke liang lahat, berupa interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun informal. bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka tinggi pula pengetahuan yang didapat oleh orang tersebut, yang artinya dapat mempengaruhi terhadap pola pikir dan daya nalar seseorang. Bahwa terbentuknya pengetahuan dapat dipengaruhi oleh faktor predisposisi (pendidikan, pekerjaan, nilai atau kepercayaan) faktor pendukung (sarana atau fasilitas yang ada) dan faktor pendorong (sikap dan perilaku dari perawat atau petugas kesehatan lainnya). b. Umur Umur adalah lama waktu hidup atau sejak kelahiran atau diadakan sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup ada dua sikap antara lain: 1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai, semakin banyak hal yang dikerjakan. 2) Tidak dapat mengerjakan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. c. Pekerjaan Pekerjaan adalah suatu yang dilakukan untuk mencari nafkah, adanya pekerjaan memerlukan waktu dan tenaga untuk menyelesaikan berbagai jenis pekerjaan masing-masing dianggap penting dan memerlukan perhatian, masyarakat yang sibuk hanya memiliki sedikit waktu untuk memperoleh informasi. d. Pengalaman Seseorang yang memiliki pengalaman yang luas akan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuannya. a. Media informasi Dalam proses pengetahuan, media informasi sangat berperan penting untuk meningkatkan pengetahuan. Contohnya berita, penyuluhan, surat kabar, majalah, dll.

4.

Kriteria Pengetahuan

Kriteria pengetahuan menurut Setiadi (2007) adalah: a.

Pengetahuan baik: nilai 79% - 100%

b.

Pengetahuan cukup: nilai 56% - 78%

c.

Pengetahuan kurang: nilai < 56%

B.

Tinjauan Umum Tentang Anak

1. Pengertian Anak Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Haditono (2009), berpendapat bahwa anak merupakan makhluk yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya. Selain itu, anak merupakan bagian dari keluarga dan keluarga memberi kesempatan bagi anak untuk belajar tingkah laku yang penting untuk perkembangan yang cukup baik dalam kehidupan bersama. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain (1 - 2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5 – 11 tahun) hingga remaja (1118 tahun). Rentang ini berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya mengingat latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam proses perkembangan manusia, tahap-tahap perkembangan anak dijumpai beberapa tahapan atau fase dalam perkembangan antara fase yang satu dengan fase yang lain selalu berhubungan dan mempengaruhi serta memiliki ciri-ciri yang relatif sama pada setiap anak. Di samping itu juga perkembangan manusia tersebut tidak terlepas dari proses pertumbuhan, keduanya akan selalu berkaitan. Apabila pertumbuhan sel-sel otak anak semakin bertambah, maka kemampuan intelektualnya juga akan berkembang. Proses perkembangan tersebut tidak hanya terbatas pada perkembangan fisik, melainkan juga perkembangan psikis. 2. Karakteristik Anak Usia 5-6 Tahun Anak berusia antara 5-6 sedang berada pada akhir bagian awal masa kanak-kanaknya. Karakteristik khusus bagi anak dalam kelompok usia 5-6 tahun (www.docstoc.com, 2013) adalah : a. Perkembangan kemampuan fisik Pada usia anak menunjukkan keingintahuannya yang besar dan aktif. Dia bisa mengatur gerakan badannya dengan baik dan luwes. Anak juga bisa berjalan jinjit mundur dan berjalan mundur dengan tumitnya. Dia juga bisa dengan cepat meloncat, berlari dengan satu kaki. Anak pada usia ini sudah bisa mencucui tangannya sendiri tanpa membasahi bajunya, berpakaian dan mengikat tali sepatunya sendiri. Mereka dapat menulis beberapa huruf dan angka serta menuliskan namanya dengan benar. b. Penglihatan Anak berusia 5-6 tahun dapat menguasai indera peraba, pendengaran, dan penglihatan hamper sebaik dengan orang dewasa.

c. Perkembangan intelektual Ada tiga aspek dalam kecerdasan anak menurut Stemberg (2010) yaitu :

1) Kecerdasan analisis 2) Kecerdasan kreatif 3) Kecerdasan praktis d. Perkembangan kemampuan bahasa Perkembangan bahasa berlangsung dengan cepat dan membantu anak untuk megemukakan pikirannya. Kosa kata anak meningkat sampai 8.000 – 14.000 kosa kata pada usia 6 tahun C. Tinjauan Umum Tentang Kemampuan Menyikat Gigi Terhadap Indek Kebersihan Gigi 1. Defenisi Menyikat gigi adalah kegiatan rutinitas yang penting dalam menjaga dan memelihara kesehatan gigi setiap hari. Menyikat gigi merupakan suatu kontrol plak dan langkah awal untuk mencegah karies. Saat ini kontrol plak telah dilengkapi dengan penambahan bahan aktif yang mengandung bahan dasar alami ataupun sintetik sebagai bahan antibakteri yang tersedia dalam bentuk sediaan obat kumur dan pasta gigi (Wordpres. com, 2013). 2. Cara Menyikat Gigi yang Benar Salah satu cara untuk mencegah bau mulut adalah dengan menyikat gigi secara rutin. Rutinitas ini menyebabkan sisa-sisa makanan akan tersapu bersih sehingga tidak membusuk dan menyebabkan bau mulut. Meskipun menyikat gigi sangat penting untuk dilakukan, ada banyak sekali orang yang tidak mengetahui cara menyikat gigi yang benar. Akibatnya menyikat gigi menjadi tidak efektif dan bau mulut masih saja menghantui (Kompas.com, 2013). Menurut Pratiwi (2009) ada beberapa tips singkat yang harus diketahui ketika menyikat gigi, diantaranya adalah: a. Pegang sikat dan sapukan pada gigi bagian depan dengan arah naik turun secara merata. Jangan terlalu keras saat melakukannya karena hal itu bisa menyebabkan gusi surut, gigi sensitif, atau bahkan lepas dalam jangka waktu yang lama. b.

Setelah bagian depan selesai, ulangi langkah yang sama pada bagian gigi di sisi kanan dan kiri.

c. Untuk gigi geraham, baik atas maupun bawah, sapukan sikat secara perlahan dari dalam ke luar dan pastikan seluruh sisa makanan tidak ada yang tertinggal di dalam mulut. d. Sementara pada gigi bagian dalam, lakukan gerakan menyikat dari akar gigi sampai ke ujungnya secara merata. e. Anda juga perlu menyikat lidah dan langit-langit mulut secara perlahan untuk menghilangkan bakteri yang menempel. f. Sebaiknya pilih jenis sikat gigi sesuai dengan kelembutan bulunya, terutama jika memiliki gigi dan gusi yang sensitif. g. Gunakan sikat gigi elektrik yang bisa diatur agar tidak terlalu cepat atau lambat dalam membersihkan isi mulut.

h. Jika perlu, berkumur dengan cairan penyegar dan pembersih mulut yang mengandung fluoride karena bahan tersebut mampu mengurangi jumlah bakteri yang menempel pada gigi dan gusi. i. Ganti sikat gigi setiap tiga bulan sekali atau setelah sakit demam. Sebab sikat gigi berisiko menyimpan virus setelah sakit. Selain cara menyikat gigi yang benar, hal yang juga perlu perhatikan adalah pemilihan sikat gigi yang sesuai. Sebisa mungkin memilih sikat gigi dengan bulu yang lembut. Bulu sikat yang kasar dapat menyebabkan iritasi pada gusi dan juga dapat mengikis lapisan enamel gigi (bagian keras gigi yang berwarna putih). Selain itu jangan pernah menggunakan satu sikat gigi untuk 2 orang atau lebih. Hal ini bisa mengkibatkan berpindahnya bakteri penyebab penyakit dari satu orang ke orang yang lain. Menyikat gigi secara serampangan bisa mengakibatkan gigi sensitif atau bahkan menyebabkan gigi berlubang. Jika mengalami masalah pada gigi, ada baiknya menghubungi dokter gigi terdekat untuk mendapatkan perawatan (Pratiwi, 2009).

BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep

B.

Defenisi Operasional

Defenisi operasional variable adalah mendefenisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena, (Hidayat, A,A, 2009). 1. Menyikat gigi yang benar adalah tindakan yang sesuai dalam membersihkan gigi geligi. 2. Pengetahuan anak dalam penelitian ini adalah hasil tahu dan persepsi dimiliki oleh anak tentang kemampuan menyikat gigi terhadap indek kebersihan gigi pada siswa klas 1 dan menempuh pendidikan di SDN Pucang Kecamatan Secang Kabupaten Magelang. Adapun kriteria objektif dalam mengukur pengetahuan adalah : Baik : Jika responden menjawab 79% – 100% atau responden menjawab 11-15 soal dengan benar. Cukup : Jika responden menjawab 56-78% atau responden mejawab 6-10 soal dengan benar.

Kurang : Jika responden menjawab kurang dari 56% atau responden menjawab 0-5 dengan benar. C. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu menggambarkan kemampuan terhadap indek kebersihan gigi pada siswa klas 1 di SDN Pucang Kecamatan Secang Kabupaten Magelang. D. Rancangan penelitian Rancangan penelitian dimulai dari pengetahuan anak terhadap kemampuan menyikat gigi terhadap indek kebersihan gigi pada siswa klas 1 di SDN Pucang Kecamatan Secang Kabupaten Magelang menggunakan data primer yang di ambil dari hasil observasi langsung oleh peneliti dengan menggunakan angket berupa kuesioner. E. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi

Lokasi penelitian adalah di SDN Pucang Kecamatan Secang Kabupaten Magelang 2. Waktu Penelitian ini rencananya berlangsung pada bulan Juli F. Populasi dan Sampel 1. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat Alimul Azis.2009). Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah keseluruhan siwa SDN Pucang Kecamatan Secang Kabupaten Magelang sebanyak 406 siswa. 2. Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili dari berbagai karakteristik yang dimilikinya (Hidayat,A.A. 2009). 3. Dalam penelitian ini sampel diambil secara preposive sampling yakni pengambilan sampel berdasarkan pada kriteria tertentu pada obejek yang diteliti (Hidayat,A.A. 2009). Adapun kriterianya adalah: a.

Kritria inklusi

1)

Murid kelas IV dan V

2)

Bersedia menjadi responden

3)

Ada pada saat penelitian

b.

Kriteria eksklusi

1)

Murid bukan kelas IV dan V

2)

Tidak bersedia menjadi responden

3)

Tidak ada pada saat penelitian

G. Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, salah satu teknik yang digunakan adalah teknik angket. Teknik angket adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk mengumpulkan data dan pendapat dari para responden. Jika responden menjawab benar nilainya =1, jika salah nilainya=0. H. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data 1.

Pengolahan data

Setelah data terkumpul tahap selanjutnya yaitu pengolahan data. Adapun yang dilakukan harus dilakukan (Hidayat,A,A. 2009) yaitu : a. Editing yaitu pemeriksaan atau koreksi data yang telah dikumpulkan. Pengeditan dilakukan karena kemungkinan data yang masuk (raw data) tidak memenuhi syarat atau tidak sesuai dengan kebutuhan. b. Coding (pengkodean) adalah data yang telah didapatkan akan diberi kode sesuai dengan sub variabel yang diteliti agar lebih mudah dalam pengecekan kembali jika terdapat kesalahan. c. Entering adalah proses pengimputan data ke dalam master tabel yang sudah dianggap benar.

2.

Analisis data

Data yang telah dikumpulkan dan disortir kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus distribusi sebagai berikut: P = f/n x 100% Ket: P : Persentase yang dicari F : Frekuensi n : Jumlah sampel. (Wisnu Wendato, 2009). I.

Etika penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari pihak institusi dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukannya penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian (Hidayat,A,A. 2009) meliputi: 1. Informed consent (Lembar Persetujuan) Subjek dalam penelitian ini harus menyatakan kesediaannya mengikuti penelitian dengan mengisi informed consent. Hal ini juga merupakan bentuk kesukarelaan dari subjek penelitian untuk ikut serta dalam penelitian. 2. Anonaminity (Tanpa Nama) Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. 3. Confidentiality (Aspek kerahasiaan) Data yang diperoleh dari responden akan dijamin kerahasiaannya, dan penggunaan data tersebut hanya untuk kepentingan bagi penelitian saja.

Related Documents


More Documents from "Kristoporus Ankar"