Katalog: 9302020.35
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULANAN MENURUT PENGELUARAN
ht tp s: //j
at im
.b p
s. go .id
2013-2017
.b ps
im
ja t
s: //
ht tp
.id
.g o
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULANAN MENURUT PENGELUARAN 2013-2017 : 978-602-6756-63-3 : 9302020.35 : 35550.1804
Ukuran Buku Jumlah Halaman
: 21 x 29,7 cm : xii + 83 halaman
Naskah Penyunting Gambar Kulit
: Bidang Neraca Wilayah Dan Analisis Statistik : Bidang Neraca Wilayah Dan Analisis Statistik : Bidang Neraca Wilayah Dan Analisis Statistik
Diterbitkan Oleh
: © BPS Provinsi Jawa Timur
Dicetak Oleh
:-
ht
tp
s:
//j
at
im
.b
ps .g o
.id
ISBN Katalog BPS Nomor Publikasi
Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik
TIM PENYUSUN
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULANAN MENURUT PENGELUARAN 2013-2017
Pengarah : Teguh Pramono, MA
Penanggung Jawab :
ps .g o. id
Khaerul Agus, S.Si, M.M
Penyunting dan Editor :
at im
.b
Kuswahyuniati, S.P, M.M
s: //j
Aldizah Dajustia Hutami, S.ST
ht tp
Penulis dan Pengolah Data : Dian Parwitasari, S.E, M.Si
Desain Cover dan Tata Letak : Dian Parwitasari, S.E, M.Si
s: //j
ht tp
ps .g o. id
.b
at im
KATA PENGANTAR Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017 ini merupakan perangkat data ekonomi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja pembangunan ekonomi Jawa Timur. Publikasi ini memuat tinjauan perkembangan perekonomian Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran yang disajikan dalam analisis deskriptif, Gambar dan tabel-tabel. Penyajiannya atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2010 dalam bentuk nilai nominal dan dalam persentase untuk distribusi maupun pertumbuhan.
go .id
Publikasi yang disusun oleh Bidang Neraca Wilayah Dan Analisis Statistik, BPS Provinsi Jawa Timur. Data yang disajikan dalam publikasi ini adalah PDRB menurut pengeluaran dari tahun 2013 hingga 2017 disertai dengan ruang lingkup dan sumber data yang digunakan pada masing-masing komponen.
ht tp
s:
//j
at im
Semoga publikasi ini bermanfaat.
.b
ps .
Pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur sehingga terbitnya buku ini.
Surabaya, Juni 2018 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR KEPALA,
TEGUH PRAMONO, MA
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
v
//j
s:
ht tp at im ps .
.b go .id
DAFTAR ISI Halaman v vii ix xi
I. PENDAHULUAN ..................................................................................................................................... 1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................... 1.2 Maksud dan Tujuan ............................................................................................................... 1.3 Sistematika Penulisan ..........................................................................................................
1 3 6 7
II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN ................................................................ 2.1 Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga ............................................................ 2.2 Pengeluaran Konsumsi Akhir LNPRT ............................................................................. 2.3 Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah ................................................................... 2.4 Pemerintah Modal Tetap Bruto (PMTB) ........................................................................ 2.5 Perubahan Inventori ............................................................................................................. 2.6 Ekspor Impor ............................................................................................................................
9 11 13 16 18 22 25
//j
at im
.b
ps .
go .id
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................................................................... DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................................................
27 29 39
LAMPIRAN
47
ht tp
s:
III. PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULANAN .................................................. 3.1 Perekonomian Provinsi Jawa Timur Triwulanan Tahun 2013 - 2017 ............ 3.2 Perekonomian Provinsi Jawa Timur Triwulanan Tahun 2017 ............................ ................................................................................................................................................
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
vii
//j
s:
ht tp at im ps .
.b go .id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1
PDRB Triwulanan Menurut Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan (2010=100) Tahun 2013-2017 (triliun rupiah)
29
Gambar 2
Laju Pertumbuhan y-on-y Triwulanan Tahun 2013-2017 (persen)
30
Gambar 3
Laju Pertumbuhan c-to-c Triwulanan Tahun 2013-2017 (persen)
31
Gambar 4
Laju Pertumbuhan q-to-q Triwulanan Tahun 2013-2017 (persen)
31
Gambar 5
Laju Pertumbuhan q-to-q Triwulanan Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumahtangga Tahun 2013-2017 (persen)
32
Laju Pertumbuhan q-to-q Triwulanan Pengeluaran Konsumsi Akhir Lembaga Non Profit yang Melayani Rumahtangga Tahun 2013-2017 (persen)
33
Gambar 7
Laju Pertumbuhan q-to-q Triwulanan Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah Tahun 2013-2017 (persen)
34
Gambar 8
Laju Pertumbuhan q-to-q Triwulanan Pembentukan Modal Tetap Bruto Tahun 2013-2017 (persen)
35
Gambar 9
Laju Pertumbuhan q-to-q Triwulanan Ekspor Luar Negeri Tahun 2013-2017 (persen)
36
Gambar 10 Laju Pertumbuhan q-to-q Triwulanan Impor Luar Negeri Tahun 2013-2017 (persen)
37
Gambar 11 Laju Pertumbuhan q-to-q Triwulanan Net Ekspor Antar Daerah Tahun 2013-2017 (persen)
37
Gambar 12 Rata-rata Distribusi PDRB Menurut Pengeluaran Tahun 20132017 (persen)
38
ht tp
s:
//j
at im
.b
ps .
go .id
Gambar 6
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
ix
ix
//j
s:
ht tp at im ps .
.b go .id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Tabel 6
Tabel 7
59
Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Triwulanan Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran (Persen), Tahun 2013 – 2017
64
go .id
Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Triwulanan Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran (Persen), Tahun 2013– 2017
ps .
Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Triwulanan Menurut Pengeluaran (Persen), Tahun 2013 - 2017
69
.b
Tabel 5
54
Perubahan Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto Triwulanan (2010 = 100) Menurut Pengeluaran (Persen), Tahun 2013 - 2017
at im
Tabel 4
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran (Miliar Rupiah), Tahun 2013 – 2017
74
//j
Tabel 3
49
Laju Perubahan Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto Triwulanan (2010 = 100) Menurut Pengeluaran (Persen), Tahun 2013 – 2017 (persen)
s:
Tabel 2
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran (Miliar Rupiah), Tahun 2013 –2017
ht tp
Tabel 1
79
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
xi
//j
s:
ht tp at im ps .
.b go .id
at
//j
s:
ht tp im ps .
.b go .id
s: //j
ht tp
ps .g o. id
.b
at im
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi seringkali didefinisikan sebagai serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan riil dan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, pemerataan distribusi pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional, dan mengusahakan terjadinya pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Dengan perkataan lain hakikat pembangunan ekonomi adalah meningkatkan pendapatan masyarakat dengan tingkat pemerataan yang semaksimal mungkin. Di era desentralisasi kebijakan dan otonomi daerah seperti sekarang ini, pemerintah
go .id
daerah memiliki keleluasaan untuk menyelenggarakan kewenangan pemerintahan di beberapa bidang tertentu. Salah satu diantaranya pemerintah daerah memiliki keleluasaan untuk
.b ps .
mengembangkan segenap potensi daerah dan mengelola sumber kekayaan alamnya serta menentukan prioritas dan arah program pembangunan ekonomi suatu daerah.
tim
Perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah sangat memerlukan berbagai macam data statistik sebagai dasar penentuan strategi dan kebijaksanaan agar sasaran pembangunan
s: //
ja
dapat dicapai dengan tepat. Strategi dan kebijakan yang telah diambil pada masa-masa lalu perlu juga dimonitor dan dievaluasi hasil-hasilnya. Data statistik yang merupakan indikator
ht
tp
ekonomi makro antara lain; Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), struktur ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan tingkat perubahan harga (inflasi/deflasi) mutlak diperlukan untuk memberikan gambaran keadaan perekonomian pada masa lalu dan masa kini serta sasaran yang akan dicapai pada masa yang akan datang. Pembangunan berbagai bidang akan lebih baik dan berdaya guna apabila didukung oleh suatu perencanaan yang matang sebagai dasar penentuan strategi, pengambilan keputusan dan evaluasi hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai sebelumnya. Pembangunan ekonomi
tidak lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth), pembangunan ekonomi mendorong
pertumbuhan
ekonomi,
dan
sebaliknya
pertumbuhan
ekonomi
memperlancar proses pembangunan ekonomi. Dalam menyusun perencanaan pembangunan yang baik, perlu digunakan data-data yang memuat informasi tentang kondisi riil suatu daerah pada saat tertentu agar kebijakan dan strategi yang akan diambil dapat dimonitor dan dievaluasi hasil-hasilnya. Salah satu indikator ekonomi yang digunakan untuk mengevaluasi hasil-hasil pembangunan di suatu wilayah adalah Produk Domestik Regional Bruto atau PDRB. PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
3
PDRB disajikan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun sedangkan atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar penghitungannya. Oleh karena itu, tingkat pertumbuhan ekonomi dihitung dari PRDB atas harga konstan. Hal ini dimaksudkan agar pertumbuhan ekonomi benar benar merupakan pertumbuhan volume barang dan jasa, bukan pertumbuhan nilai yang masih mengandung kenaikan/penurunan harga. Dalam menghitung PDRB digunakan beberapa pendekatan, antara lain : 1. Menurut Pendekatan Produksi. Menurut pendekatan ini, PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam
go .id
penyajiannya dikelompokkan menjadi 17 kategori lapangan usaha yaitu: 1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, 2. Pertambangan dan Penggalian, 3. Industri Pengolahan, 4.
.b ps .
Pengadaan Listrik dan Gas, 5. Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, 6. Konstruksi, 7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, 8.
tim
Transportasi dan Pergudangan, 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, 10. Informasi dan
ja
Komunikasi, 11. Jasa Keuangan dan Asuransi, 12. Real Estat, 13. Jasa Perusahaan, 14.
s: //
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, 15. Jasa Pendidikan, 16. Jasa
tp
Kesehatan dan Kegiatan Sosial, 17. Jasa lainnya. Setiap kategori lapangan usaha tersebut dirinci
ht
lagi menjadi sub-sub kategori lapangan usaha. 2. Menurut Pendekatan Pendapatan. PDRB menurut pendekatan ini merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tak langsung atas produksi dan impor dikurangi subsidi). 3. Menurut Pendekatan Pengeluaran, PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari: (1) pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga (2) pengeluaran konsumsi akhir lembaga non profit yang melayani rumah tangga (3) pengeluaran konsumsi akhir pemerintah, (4) pembentukan modal tetap bruto, (5) perubahan inventori, dan (6) ekspor neto (ekspor dikurangi impor).
4
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
Publikasi ini menyajikan data PDRB tahun 2013 sampai dengan 2017 menurut pengeluaran atau pengeluaran dalam kurun waktu triwulanan, yang masing-masing disusun menurut jenis pengeluaran baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun 2010. Komponen pengeluaran dalam penyusunan PDRB menurut pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (PMTB), perubahan inventori, ekspor luar negeri, net ekspor dan sebagai pengurang impor luar negeri. Definisi dan metode penghitungan
yang
digunakan
Domestik Regional Bruto (PDRB) triwulanan sama
dengan
pada penghitungan konsep
dan
Produk
definisi yang
digunakan pada penghitungan PDRB tahunan yang juga dipublikasi oleh BPS Provinsi Jawa Timur setiap tahun. Adapun yang perlu diperhatikan dalam publikasi ini adalah hal hal yang merupakan spesifikasi triwulanan seperti di bawah ini:
go .id
1. Produk Domestik Regional Bruto triwulanan merupakan jumlah seluruh pengeluaran konsumsi, baik rumahtangga, lembaga non profit maupun pemerintah, ditambah dengan pengeluaran untuk pembentukan modal, perubahan inventori, barang dan jasa yang
.b ps .
diekspor ke luar negeri serta net ekspor, kemudian dikurangi dengan barang dan jasa yang diimpor dari luar negeri.
tim
2. Istilah “triwulanan” diartikan sebagai periode satu triwulan (tiga bulanan) yaitu triwulan
ja
I (Januari – Februari - Maret), triwulan II (April – Mei - Juni), triwulan III (Juli - Agustus-
s: //
September) dan triwulan IV (Oktober - November - Desember).
ht
tahun 2010.
tp
3. Triwulan dasar yang digunakan adalah triwulan rata rata dari triwulan I, II, III, dan IV 4. Angka indeks yang disajikan dalam publikasi ini terdiri dari indeks perkembangan, indeks harga implisit, dan indeks laju pertumbuhan. Angka indeks perkembangan adalah angka yang diperoleh sebagai hasil bagi antara angka suatu triwulan tahun t dengan rata rata dari triwulan I, II, III, dan IV tahun 2010. Angka indeks harga implisit merupakan hasil bagi antara angka PDRB atas dasar harga berlaku dengan PDRB atas dasar harga konstan pada suatu triwulan yang sama. Angka laju pertumbuhan yang disajikan dalam publikasi ini adalah laju pertumbuhan triwulanan berantai (q to q), laju pertumbuhan triwulanan terhadap triwulan yang sama tahun sebelumnya
(y on y), dan
laju pertumbuhan triwulanan kumulatif (c to c). Untuk memudahkan penulisan nilai PDRB masing masing triwulanan dinotasikan dengan huruf seperti yang disajikan pada Tabel 1, dengan penghitungan persentase laju pertumbuhan sebagai berikut: a. Persentase laju pertumbuhan triwulanan berantai (q to q) triwulan I, II, III, dan IV tahun t (triwulan sebelumnya = 100) adalah: Triw. I
: (P/D) x 100 – 100
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
5
Triw. II
: (Q/P) x 100 – 100
Triw. III
: (R/Q) x 100 – 100
Triw. IV
: (S/R) x 100 – 100
b. Persentase laju pertumbuhan triwulanan terhadap triwulan
yang sama tahun
sebelumnya (y on y), triwulan I, II, III, dan IV tahun t (triwulan yang sama tahun sebelumnya = 100) adalah : Triw. I
: (P/A) x 100 – 100
Triw. II
: (Q/B) x 100 – 100
Triw. III
: (R/C) x 100 – 100
Triw. IV
: (S/D) x 100 – 100
c. Laju pertumbuhan triwulanan kumulatif (c to c) triwulan I, I s.d II, I s.d III, dan I s.d : (P/A) x 100 – 100
Triw. I s.d II
: ((P+Q)/(A+B)) x 100 – 100
Triw. I s.d III
: ((P+Q+R)/(A+B+C)) x 100 – 100
Triw. I s.d IV
: (T/E) x 100 – 100
.b ps .
Triw. I
go .id
IV tahun t (kumulatif triwulan tahun sebelumnya = 100) adalah :
tim
Notasi Penghitungan Laju Pertumbuhan PDRB Triwulanan Uraian II
Nilai
A
B
III
I
II
III
IV
Jumlah
D
P
Q
R
S
T
E
ht
C
Tahun t
IV Jumlah
s: //
I
tp
Triwulan
ja
Tahun t-1
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut pengeluaran triwulanan dimaksudkan
untuk
menyajikan
data
PDRB
menurut
pengeluaran
yang
dapat
menginformasikan keadaan perekonomian Provinsi Jawa Timur dalam periode waktu yang lebih singkat bukan tahunan tapi triwulanan, dimana faktor musiman, tren dan siklus dapat tergambar pada periode waktu tersebut. Di samping itu, perlunya penyusunan PDRB triwulanan menurut pengeluaran dilakukan karena melihat kenyataan bahwa variabel variabel seperti produksi, harga, dan lainnya dapat berubah secara tajam dari satu triwulan ke triwulan lainnya. Hal ini mengakibatkan angka PDRB triwulanan menjadi hal yang diperlukan dalam mengevaluasi kinerja perekonomian yang dapat disandingkan dengan variabel variabel triwulanan yang lain dalam suatu model ekonomi makro, terutama perubahan perubahan jangka pendek.
6
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
1.3. SISTEMATIKA PENULISAN Publikasi ini mencakup tiga bagian, yaitu:
Bab I merupakan pendahuluan yang menjelaskan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan serta sistematika penulisan.
Bab II merupakan bagian yang menjelaskan ruang lingkup dan sumber data masing masing sektor yang tercakup dalam sektor ekonomi. Bab III merupakan analisis data PDRB triwulanan tahun 2013 sampai dengan 2017.
ht
tp
s: //
ja
tim
.b ps .
go .id
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
7
s: //j
ht tp
ps .g o. id
.b
at im
at
//j
s:
ht tp im ps .
.b go .id
s: //j
ht tp
ps .g o. id
.b
at im
BAB II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN
Uraian komponen pengeluaran yang disajikan dalam bab ini mencakup konsep dan definisi, cakupan, sumber data dan cara-cara perhitungan baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2010 dari masing-masing komponen pengeluaran. 2.1. PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA Sektor rumah tangga mempunyai peran yang cukup besar dalam perekonomian. Hal ini tercermin dari besarnya sumbangan konsumsi rumah tangga dalam pembentukan PDRB pengeluaran. Di samping berperan sebagai konsumen akhir barang dan jasa, rumahtangga juga berperan sebagai produsen dan penyedia faktor produksi untuk aktivitas produksi yang
go .id
dilakukan oleh sektor institusi lain.
.b ps .
2.1.1. Konsep dan definisi
Pengeluaran konsumsi rumah tangga (PKRT) adalah pengeluaran atas barang dan jasa
tim
oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi. Rumah tangga didefinisikan sebagai individu atau
ja
kelompok individu yang tinggal bersama dalam suatu bangunan tempat tinggal. Mereka
s: //
mengumpulkan pendapatan, dapat memiliki harta dan kewajiban, serta mengkonsumsi barang
2.1.2. Cakupan
ht
tp
dan jasa secara bersama-sama, utamanya kelompok makanan dan perumahan.
PKRT mencakup seluruh pengeluaran atas barang dan jasa oleh residen suatu wilayah, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar wilayah domestik suatu region. Jenis-jenis barang dan jasa yang dikonsumsi, adalah: a. makanan dan minuman baik bahan maupun makanan jadi, termasuk minuman beralkohol, rokok, dan tembakau; b. perumahan dan fasilitasnya, seperti biaya sewa/kontrak rumah, bahan bakar, rekening telepon, listrik, air, biaya pemeliharaan dan perbaikan rumah, termasuk imputasi jasa persewaan rumah milik sendiri (owner occupied dwellings); c. bahan pakaian, pakaian jadi, alas kaki, dan penutup kepala; d. barang tahan lama seperti mobil, meubeler, perabot dapur, TV, perhiasan, alat olah raga, binatang peliharaan, dan tanaman hias; e. barang lain, seperti bahan kebersihan (sabun mandi, sampo, dsj.), bahan kecantikan (kosmetik, bedak, lipstik, dsj.), obat-obatan, vitamin, buku, alat tulis, surat kabar; PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
11
f. jasa-jasa, seperti kesehatan (biaya rumah sakit, dokter, imunisasi, dsj.), pendidikan (biaya sekolah, kursus, dsj.), ongkos transportasi, perbaikan kendaraan, biaya hotel, dan ongkos pembantu rumah tangga; g. barang yang diproduksi dan digunakan sendiri; h. pemberian/hadiah dalam bentuk barang yang diterima dari pihak lain; i. barang dan jasa yang dibeli langsung (direct purchase) oleh residen luar wilayah atau luar negeri termasuk dalam konsumsi rumah tangga dan diperlakukan sebagai impor. Sedangkan pembelian langsung oleh non-residen diperlakukan sebagai ekspor dari wilayah tersebut (UN, 1993). Pembelian barang yang tidak diproduksi kembali (diduplikasi), seperti barang antik, lukisan, dan hasil karya seni lainnya diperlakukan sebagai investasi atas barang berharga, bukan konsumsi rumah tangga.
go .id
Nilai perkiraan sewa rumah milik sendiri harus diperhitungkan karena rumah tangga pemilik, dianggap menghasilkan jasa persewaan rumah bagi dirinya sendiri. Imputasi sewa rumah diperkirakan atas dasar harga pasar, meskipun status rumah tersebut milik sendiri.
.b ps .
Apabila rumah tangga benar-benar menyewa, maka yang dihitung adalah biaya sewa yang dibayar, baik dibayar penuh maupun tidak penuh karena mendapat keringanan biaya (subsidi
tim
atau transfer).
ja
Pengeluaran rumah tangga untuk keperluan biaya antara dan pembentukan modal di
s: //
dalam aktivitas usaha rumah tangga, tidak termasuk dalam pengeluaran konsumsi rumah
tp
tangga. Contoh, pembelian barang dan jasa untuk keperluan usaha, perbaikan besar rumah, dan
ht
pembelian rumah. Pengeluaran untuk keperluan transfer baik dalam bentuk uang atau barang, tidak termasuk sebagai pengeluaran konsumsi rumah tangga. 2.1.3. Sumber data Sumber data yang digunakan untuk mengestimasi PKRT adalah : a. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS, dalam bentuk pengeluaran konsumsi perkapita seminggu untuk makanan, dan pengeluaran per-kapita sebulan untuk kelompok bukan makanan, b. Survei Khusus Konsumsi Rumah Tangga Triwulanan (SKKRT), dalam bentuk pengeluaran konsumsi per-kapita seminggu dan tiga bulanan untuk makanan, dan pengeluaran per-kapita sebulan dan tiga bulanan untuk kelompok bukan makanan, c. Jumlah penduduk pertengahan tahun, d. Data Sekunder (dari BPS maupun dari luar BPS), dalam bentuk data atau indikator suplai komoditas dari jenis pengeluaran tertentu, 12
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
e. Indeks Harga Konsumen (IHK) 2.1.4. Metode penghitungan Penghitungan PKRT didasarkan pada hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Untuk menghasilkan perhitungan PKRT yang mencerminkan kondisi sesungguhnya, masih diperlukan adanya beberapa penyesuaian (adjustment).
Penyesuaian dilakukan dengan
menggunakan data pendukung (data sekunder) dalam bentuk indikator suplai (di luar Susenas) dari beberapa komoditi tertentu. Hasil penghitungan dari data sekunder tersebut dianggap lebih mencerminkan PKRT yang sebenarnya. Penyesuaian (adjustment) yang dilakukan adalah mengganti hasil Susenas dengan hasil penghitungan yang didasarkan data indikator suplai untuk beberapa komoditas. Penggantian dilakukan pada level komoditas, kelompok komoditas, atau jenis pengeluaran tertentu.
go .id
Langkah penghitungan di atas menghasilkan besarnya PKRT atas dasar harga berlaku (ADHB). PKRT atas dasar harga konstan (ADHK) 2010, diperoleh dengan cara mendeflate PKRT
.b ps .
ADHB dengan IHK tahun dasar 2010.
Untuk lebih jelasnya, langkah langkah penghitungan PKRT dapat diringkas sbb:
tim
1. Estimasi PKRT hasil Susenas:
s: //
pertengahan tahun
ja
a. Makanan = pengeluaran konsumsi perkapita seminggu x (30/7) x 12 x jumlah penduduk
ht
pertengahan tahun
tp
b. Bukan makanan = pengeluaran konsumsi perkapita sebulan x 12 x jumlah penduduk 2. Terhadap data poin ke 1 dilakukan koreksi dengan menggunakan data sekunder atau indikator suplai komoditas untuk jenis pengeluaran tertentu; 3. Data poin ke 2 dikelompokan menjadi 7 kelompok COICOP, 4. Diperoleh nilai PKRT tahun 2010 yang telah di-adjust; 5. Susun Indeks Implisit berdasarkan IHK Kota (Provinsi/Kota terdekat) dan 7 kelompok COICOP; 6. PKRT adh konstan 2010 diperoleh dengan membagi hasil poin ke 4 dengan hasil poin ke 5. 2.2. PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR LNPRT Sektor Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) muncul sebagai sektor tersendiri dalam suatu perekonomian wilayah. Sektor ini berperan dalam menyediakan barang dan jasa bagi anggotanya maupun bagi rumahtangga secara gratis atau pada tingkat harga yang tidak berarti secara ekonomi. Harga yang tak berarti secara ekonomi artinya harga tersebut biasanya dibawah harga pasar (tidak mengikuti harga pasar yang berlaku). PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
13
2.2.1. Konsep dan definisi LNPRT merupakan bagian dari lembaga non profit (LNP). Sesuai dengan fungsinya, LNP dibedakan atas LNP yang melayani rumah tangga dan LNP yang melayani bukan rumahtangga. Karakteristik unit LNP adalah sbb : a. LNP umumnya adalah lembaga formal, tetapi terkadang merupakan lembaga informal yang keberadaannya diakui oleh masyarakat; b. pengawasan terhadap jalannya organisasi dilakukan oleh anggota terpilih yang punya hak sama, termasuk hak bicara atas keputusan lembaga; c. setiap anggota mempunyai tanggung jawab tertentu dalam organisasi, dan tidak berhak menguasai profit atau surplus, karena profit yang diperoleh dari kegiatan usaha produktif dikuasai oleh lembaga; d. kebijaksanaan lembaga diputuskan secara kolektif oleh anggota terpilih, dan kelompok ini
go .id
berfungsi sebagai pelaksana dari dewan pengurus; dan
e. istilah nonprofit tidak berarti bahwa lembaga ini tidak dapat menciptakan surplus melalui
.b ps .
kegiatan produktifnya, namun surplus yang diperoleh biasanya diinvestasikan kembali pada aktivitas sejenis.
tim
LNPRT merupakan lembaga yang melayani anggotanya atau rumahtangga, serta tidak
ja
dikontrol oleh pemerintah. Anggota dari lembaga yang dimaksud disini adalah yang bukan Organisasi
sosial,
Organisasi
profesi,
Perkumpulan
sosial/
tp
kemasyarakatan,
s: //
berbentuk badan usaha. LNPRT dibedakan atas 7 jenis lembaga, yaitu: Organisasi
ht
kebudayaan/olahraga/ hobi, Lembaga swadaya masyarakat, Lembaga keagamaan, dan Organisasi bantuan kemanusiaan/beasiswa. 2.2.2. Cakupan Nilai PK-LNPRT sama dengan nilai output non-pasar yang dihasilkan LNPRT. Nilai output non pasar tersebut dihitung berdasarkan nilai seluruh pengeluaran LNPRT dalam rangka melakukan kegiatan operasionalnya. Pengeluaran yang dimaksud terdiri dari : a. Konsumsi antara, contoh : pembelian alat tulis, barang cetakan, pembayaran listrik, air, telepon, teleks, faksimili, biaya rapat, seminar, perjamuan, transportasi, bahan bakar, perjalanan dinas, belanja barang dan jasa lain, sewa gedung, sewa perlengkapan kantor dll. b. Kompensasi tenaga kerja, contoh : upah, gaji, lembur, honor, bonus dan tunjangan lainnya c. Penyusutan d. Pajak lainnya atas produksi (dikurangi subsidi), contoh: PBB, STNK, BBN dll.
14
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
2.2.3. Sumber data Sumber data yang digunakan untuk mengestimasi PKLNPRT adalah : a. Hasil Survei Khusus Lembaga Non-profit (SK-LNP). Informasi yang diperoleh dari hasil SKLNP adalah rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran. b. Hasil up-dating direktori LNPRT. Informasi yang diperoleh dari hasil up-dating direktori LNPRT adalah jumlah populasi LNPRT menurut jenis lembaga. d. Indeks Harga Konsumen (IHK) 2.2.4. Metode penghitungan
SKLNP. Tahapan estimasi PK-LNPRT adalah sbb :
Menghitung rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran (barang
.b ps .
a.
go .id
PK-LNPRT diestimasi dengan menggunakan metode langsung, yaitu menggunakan hasil
dan jasa). Barang dan jasa yang diperoleh secara cuma-cuma, nilainya diperkirakan sesuai
tim
harga pasar yang berlaku. Rata-rata pengeluaran lembaga menurut jenis-nya dihitung
s: //
xij ni
ht
tp
xij
ja
dengan rumus sbb :
x ij : Rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran xij : PK-LNPRT hasil survei menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran
ni
b.
: Jumlah sampel LNPRT menurut jenis lembaga
i
: Jenis lembaga LNPRT, = 1, 2, 3, …, 7
j
: jenis pengeluaran LNPRT, = 1, 2, 3, …, 19
Mengestimasi PK-LNPRT, dengan menggunakan rumusan sbb:
7
19
i 1
j 1
X xij N i
X
: PK-LNPRT adh Berlaku
N i : Populasi LNPRT menurut jenis lembaga PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
15
Hasil penghitungan di atas akan diperoleh besarnya PK-LNPRT atas dasar harga berlaku (ADHB). PK-LNPRT atas dasar harga konstan (ADHK) 2010, diperoleh dengan cara mendeflate PK-LNPRT ADHB dengan IHK tahun dasar 2010. 2.3. PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR PEMERINTAH Unit pemerintah adalah unit institusi yang dibentuk melalui proses politik, serta mempunyai kekuasaan di bidang lembaga legislatif, yudikatif maupun eksekutif atas unit institusi lain yang berada di dalam batas-batas wilayah suatu negara/wilayah. Pemerintah juga mempunyai berbagai peran dan fungsi lainnya, seperti sebagai penyedia barang dan jasa bagi kelompok atau individu rumah tangga, sebagai pemungut dan pengelola pajak atau pendapatan lain-nya, berfungsi mendistribusikan pendapatan atau kesejahteraan melalui aktivitas transfer, serta terlibat di dalam produksi non-pasar.
go .id
Dalam suatu perekonomian, unit pemerintah bisa berperan sebagai konsumen maupun produsen, serta sebagai regulator yang menetapkan berbagai kebijakan di bidang fiskal dan
.b ps .
moneter. Sebagai konsumen, pemerintah akan melakukan aktivitas konsumsi atas barang dan jasa akhir. Sedangkan sebagai produsen, pemerintah akan melakukan aktivitas memproduksi
tim
barang & jasa maupun aktivitas investasi.
s: //
ja
2.3.1. Konsep dan definisi
tp
Besarnya nilai pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) sama dengan nilai
ht
produksi barang dan jasa yang dihasilkan pemerintah untuk dikonsumsi pemerintah itu sendiri. PK-P mencakup pembelian barang dan jasa yang bersifat rutin, pembayaran upah dan gaji pegawai, transfer sosial dalam bentuk barang, perkiraan penyusutan barang modal, dan nilai output dari Bank Indonesia, dikurangi dengan nilai penjualan barang dan jasa yang dihasilkan unit produksi yang tak dapat dipisahkan dari aktivitas pemerintahan. Aktivitas unit produksi pemerintah yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pemerintahan secara umum, mencakup kegiatan sbb: 1. Memproduksi barang yang sama atau sejenis dengan barang yang diproduksi oleh perusahaan. Contoh, aktivitas pencetakan publikasi, kartu pos, reproduksi karya seni, pembibitan tanaman di kebun percobaan dsb. Aktivitas menjual barang-barang semacam itu bersifat insidentil dari fungsi pokok unit pemerintah. 2. Memproduksi jasa. Contoh, aktivitas penyelenggaraan rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi, museum, perpustakaan, tempat rekreasi dan penyimpanan hasil karya seni yang dibiayai oleh pemerintah. Dalam hal ini pemerintah memungut biaya yang umumnya tidak
16
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
lebih dari seluruh biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang diterima dari aktivitas semacam ini disebut sebagai penerimaan non-komoditi (pendapatan jasa). 2.3.2. Cakupan Sektor pemerintahan terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam melakukan aktivitasnya, unit pemerintah pusat akan mengacu pada dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sedangkan unit pemerintah daerah (baik Provinsi, Kabupaten/Kota, maupun Desa) mengacu pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Daerah (APBD). Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) Provinsi mencakup : a. PK-Pemerintah Kabupaten/Kota yang berada di wilayah provinsi;
b. PK-Pemerintah Provinsi yang
bersangkutan; c. PK-Pemerintah Pusat yang merupakan bagian dari pemerintah Provinsi; d. PK-
go .id
Pemerintah Desa/ Kelurahan/Nagari yang ada di wilayah Provinsi bersangkutan.
.b ps .
2.3.3. Sumber data
tim
Data dasar yang digunakan untuk menghitung PK-P Provinsi Tahunan adalah: a. Data realisasi APBN Tahunan (Kemenkeu)
s: //
ja
b. Data realisasi APBD Tahunan (Kemenkeu) c. Statistik Keuangan Daerah (BPS)
ht
tp
d. Output Bank Indonesia (BI)
e. Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari Kementrian Keuangan serta Indeks Harga dari BPS. 2.3.4. Metode penghitungan a.
PK-P Provinsi Atas Dasar Harga Berlaku (adh Berlaku) Secara umum, PK-P atas dasar harga berlaku dihitung menggunakan rumusan berikut :
PK-P adh Berlaku = Output non pasar – penjualan barang dan jasa + output Bank Indonesia
Output non-pasar dihitung dengan pendekatan biaya yang dikeluarkan, yaitu : Belanja pengadaan barang/jasa, bantuan sosial dalam bentuk barang (yang dibeli dengan harga pasar), belanja pegawai, dan penyusutan. PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
17
Untuk level provinsi, PK-P Provinsi adh Berlaku, dihitung berdasarkan penjumlahan dari pengeluaran akhir konsumsi pemerintah provinsi itu sendiri + pengeluaran akhir konsumsi pemerintah seluruh pemerintahan kabupaten/kota yang ada di wilayah provinsi tersebut + pengeluaran akhir seluruh pemerintah desa/kelurahan/nagari yang ada zzdiwilayah provinsi tersebut + pengeluaran pemerintah pusat yang menjadi bagian dari provinsi yang bersangkutan. b. PK-P Provinsi Atas Dasar Harga Konstan (adh Konstan) Pengeluaran konsumsi pemerintah atas dasar harga konstan dihitung dengan menggunakan metode deflasi. Deflator yang digunakan adalah Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) umum tanpa ekspor, Indeks Upah, Indeks Implisit dari Produk Domestik Bruto komponen
2.4. PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO (PMTB)
go .id
Pembentukan Modal Tetap Bruto, Indeks Harga Konsumen (IHK) umum.
.b ps .
Aktivitas investasi merupakan salah satu faktor utama yang akan mempengaruhi perkembangan ekonomi suatu negara/wilayah. Investasi disini terdiri dari investasi fisik dan
tim
investasi finansial. Dalam konteks PDRB Menurut Pengeluaran, aktivitas investasi fisik ini
ja
tercermin pada komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan Perubahan Inventori.
s: //
PMTB erat kaitannya dengan keberadaan aset tetap (fixed asset) yang dilibatkan dalam
tp
proses produksi. Secara garis besar aset tetap dapat diklasifikasi menurut jenis barang modal dan barang modal lainnya.
ht
seperti: bangunan dan konstruksi lain, mesin dan perlengkapan, kendaraan, tumbuhan, ternak,
2.4.1. Konsep dan definisi PMTB didefinisikan sebagai penambahan dan pengurangan aset tetap pada suatu unit produksi, dalam kurun waktu tertentu. Penambahan barang modal mencakup pengadaan, pembuatan, pembelian, sewa beli (financial leasing) barang modal baru dari dalam negeri serta barang modal baru dan bekas dari luar negeri (termasuk perbaikan besar, transfer atau barter barang modal), dan pertumbuhan aset sumberdaya hayati yang dibudidaya. Sedangkan pengurangan barang modal mencakup penjualan, transfer atau barter, dan sewa beli (financial leasing) barang modal bekas pada pihak lain. Pengecualian kehilangan yang disebabkan oleh bencana alam tidak dicatat sebagai pengurangan. Barang modal mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun, serta akan mengalami penyusutan sepanjang usia pakai-nya. Istilah ”bruto” mengindikasikan bahwa di dalamnya masih mengandung unsur penyusutan. Penyusutan atau konsumsi barang modal (Consumption 18
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
of Fixed Capital) menggambarkan penurunan nilai barang modal yang digunakan dalam proses produksi secara normal selama satu periode. 2.4.2. Cakupan PMTB terdiri dari : 1. Penambahan dikurangi pengurangan aset (harta) baik barang baru maupun barang bekas, seperti bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal, bangunan lainnya, mesin dan perlengkapan, alat transportasi, aset tumbuhan dan hewan yang dibudidaya (cultivated asset), produk kekayaan intelektual (intellectual property products), dan sebagai-nya; 2. Biaya alih kepemilikan aset non-finansial yang tidak diproduksi, seperti lahan dan aset yang dipatenkan; 3. Perbaikan besar aset, yang bertujuan meningkatkan kapasitas produksi dan usia pakai-nya
go .id
(seperti overhaul mesin produksi, reklamasi pantai, pembukaan, pengeringan dan pengairan
.b ps .
hutan, serta pencegahan banjir dan erosi).
tim
2.4.3. Sumber data
a. Output industri konstruksi hasil penghitungan PDRB menurut industri konstruksi dari BPS
s: //
ja
provinsi/kabupaten/kota.
b. Nilai impor 2 digit HS, yang merupakan barang modal impor dari KPPBC (Kantor
ht
tp
Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai) setempat. c. Indeks Produksi Industri Besar Sedang dari Statistik Industri Kecil dan Rumah tangga (level provinsi). d. Laporan keuangan perusahaan. e. Publikasi Statistik Industri Besar dan Sedang level provinsi. f. IHPB dari Statistik Harga Perdagangan Besar. g. Publikasi Statistik Pertambangan dan Penggalian (migas dan non-migas). h. Publikasi Statistik Listrik, Gas dan Air Minum. i. Publikasi Statistik Konstruksi. j. Data Eksplorasi Mineral dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). k. Statistik Peternakan, Ditjen Peternakan. 2.4.4. Metode penghitungan Penghitungan PMTB dapat dilakukan melalui metode langsung maupun tidak langsung, tergantung pada ketersediaan data yang mungkin diperoleh di wilayah masing-masing. PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
19
Pendekatan “langsung” adalah dengan cara menghitung pembentukan modal (harta tetap) yang dilakukan oleh berbagai sektor ekonomi (produsen) secara langsung. Sedangkan pendekatan “tidak langsung” adalah dengan menghitung berdasarkan alokasi dari total penyediaan produk (barang dan jasa) yang menjadi barang modal di berbagai industri, atau disebut sebagai pendekatan “arus komoditas”. Dalam hal ini penyediaan atau “supply” dari barang modal dapat berasal dari produksi dalam negeri (domestik) maupun dari produk luar negeri (impor). Pendekatan Langsung Penghitungan PMTB secara langsung dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh nilai PMTB yang terjadi di setiap industri (lapangan usaha). Barang modal tersebut dinilai atas dasar harga (adh) pembelian, di dalamnya sudah termasuk biaya-biaya yang dikeluarkan, seperti biaya transportasi, biaya instalasi, pajak-pajak, serta biaya lain yang terkait dengan pengadaan
go .id
barang modal tersebut. Bagi barang modal yang berasal dari impor di dalamnya termasuk bea masuk dan pajak-pajak yang terkait dengan pengadaan atau alih kepemilikan barang modal tersebut.
.b ps .
Pada dasarnya data untuk penghitungan PMTB secara langsung dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Data yang tersedia meliputi informasi/data tentang perubahan
tim
atas aset tetap (PMTB) yang dinilai adh berlaku atau harga pembelian (perolehan). Untuk
ja
memperoleh nilai PMTB adh Konstan, maka PMTB adh Berlaku tersebut di “deflate” (dibagi)
ht
Pendekatan Tidak Langsung
tp
s: //
dengan indeks harga perdagangan besar (IHPB) yang sesuai dengan kelompok barang modal.
Penghitungan PMTB dengan cara tidak langsung, disebut sebagai pendekatan arus komoditas (commodity flow approach). Pendekatan ini dilakukan dengan cara menghitung nilai penyediaan produk barang yang dihasilkan oleh berbagai industri (supply), yang kemudian sebagian di antaranya dialokasi menjadi barang modal. Penghitungan PMTB dalam bentuk bangunan, dilakukan dengan menggunakan rasio tertentu dari nilai output industri konstruksi, baik adh Berlaku maupun adh Konstan. Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lainnya dibedakan atas barang modal yang berasal dari produksi domestik, dan yang berasal dari impor. Untuk barang modal domestik, dapat diperoleh dengan dua cara. Pertama, dengan mengalokasi output mesin, alat angkutan dan barang modal lain yang menjadi pembentukan modal. Nilai tersebut masih harus ditambah dengan biaya angkut dan margin perdagangan, sehingga diperoleh PMTB adh Berlaku. Untuk memperoleh nilai adh Konstan adalah dengan men-deflate PMTB (adh Berlaku) dengan IHPB yang sesuai dengan jenis barang modal.
20
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
Pendekatan ke dua, yang harus dilakukan bila data output tidak tersedia adalah dengan cara “ekstrapolasi” atau mengalikan PMTB adh Konstan dengan indeks produksi jenis barang modal yang sesuai. Untuk itu penghitungan PMTB diawali dengan menghitung PMTB adh Konstan terlebih dahulu. Selanjutnya untuk memperoleh PMTB adh Berlaku, nilai PMTB adh Konstan tersebut di “inflate” (dikalikan) dengan indeks harga masing-masing jenis barang modal yang sesuai (sebagai inflator). Hal ini mensyaratkan bahwa PMTB adh Konstan di tahuntahun sebelumnya sudah tersedia secara lengkap. Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lain yang berasal dari impor, dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara. Pertama, PMTB adh Berlaku diperoleh dari total nilai barang impor. Selanjutnya, barang modal tersebut dirinci menurut kelompok utama seperti mesin-mesin, alat angkutan dan barang modal lain. Apabila rician tersebut tidak tersedia dapat digunakan rasio tertentu sebagai
go .id
alokator (barang modal impor kode HS 2 digit). Kedua, untuk memperoleh PMTB adh Konstan adalah dengan cara men“deflate” PMTB adh Berlaku dengan menggunakan indeks harga yang sesuai.
.b ps .
PMTB adh Berlaku untuk barang modal tak-berwujud seperti eksplorasi mineral, dihitung dengan cara mengumpulkan data laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang industri
tim
pertambangan. Dengan menggunakan data panel, pertumbuhan adh Berlaku dari aktivitas
ja
pertambangan itu menjadi pengali nilai eksplorasi mineral pada periode sebelumnya.
s: //
Sedangkan PMTB adh Konstan-nya diperoleh dengan men-deflate nilai adh Berlaku dengan
tp
indeks implisit dari PDRB industri pertambangan. Selain itu, data dari ESDM dan BP Migas
ht
diharapkan menjadi dasar atau data kontrol untuk data tahunan-nya. Untuk perangkat lunak, PMTB adh Berlaku diperoleh dengan cara mengumpulkan data laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang software. Untuk adh Konstan diperoleh dengan men-deflate nilai adh Berlaku dengan indeks implisit industri jasa perusahaan. Penghitungan PMTB hasil karya hiburan, sastra, dan seni original (entertainment, literary, or artistic original products), data dikumpulkan adalah nilai sinetron dan program acara televisi yang dapat dibuat. Sedangkan data Impor film diperoleh dari nilai impor film. PMTB adh Konstan-nya diperoleh dengan cara mendeflate nilai adh Berlaku dengan indeks implisit industri jasa hiburan dan IHPB barang impor. Terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam penghitungan PMTB melalui pendekatan tak-langsung (arus komoditas), yaitu : a. Rasio pengeluaran output industri yang menjadi barang modal cenderung statis. Untuk memperbaiki diperlukan survei dalam skala yang besar. b. Nilai margin perdagangan dan angkutan (Trade and Transport Margin) sulit diperoleh.
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
21
c. Selang (Lag) waktu antara data tahun pengukuran (referensi) dengan data publikasi yang diperoleh dari sumber data tertentu, terlalu lama. 2.5. PERUBAHAN INVENTORI Dalam aktivitas ekonomi, inventori berfungsi sebagai salah satu komponen yang dibutuhkan untuk keberlangsungan proses produksi, di samping tenaga kerja dan barang modal. Dalam PDRB menurut pengeluaran, komponen Perubahan Inventori merupakan bagian dari Pembentukan Modal Bruto, atau yang lebih dikenal sebagai investasi fisik yang terjadi pada kurun waktu tertentu di dalam suatu wilayah. Perubahan inventori menggambarkan bagian dari investasi yang direalisasikan dalam bentuk barang jadi, barang setengah jadi, serta bahan baku dan bahan penolong pada satu periode tertentu.
Ketersediaan data perubahan inventori
go .id
menjadi penting untuk memenuhi kebutuhan analisis tentang aktivitas investasi.
.b ps .
2.5.1. Konsep dan definisi
Pengertian sederhana dari inventori (persediaan) adalah barang yang dikuasai oleh
tim
produsen untuk tujuan diolah lebih lanjut (intermediate consumption) menjadi barang dalam bentuk lain, yang punya nilai ekonomi maupun nilai manfaat yang lebih tinggi. Termasuk dalam
s: //
ja
pengertian ini adalah barang yang masih dalam proses pengerjaan (work in progress), serta barang jadi yang belum dipasarkan dan masih dikuasai oleh pihak produsen.
ht
tp
Perubahan inventori adalah selisih antara nilai inventori pada akhir periode akuntansi dengan nilai inventori pada awal periode akuntansi. Perubahan inventori menjelaskan tentang perubahan posisi barang inventori, yang dapat bermakna pertambahan (tanda positif) atau pengurangan (bertanda negatif). Bagi produsen, keberadaan inventori diperlukan untuk menjaga kelangsungan proses produksi, sehingga perlu pencadangan baik dalam bentuk bahan baku atau bahan penolong. Ketidakpastian yang disebabkan pengaruh eksternal juga menjadi faktor pertimbangan bagi pengusaha untuk melakukan pencadangan (khususnya bahan baku). Bagi pedagang, pengadaan inventori lebih dipengaruhi oleh unsur spekulatif dengan harapan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Sedangkan bagi pemerintah, kebijakan pencadangan khususnya komoditas strategis utamanya ditujukan untuk menjaga stabilitas ekonomi, politik dan sosial. Karena menyangkut kepentingan masyarakat luas (publik), maka perlu ada pencadangan untuk beberapa komoditas bahan pokok seperti beras, terigu, minyak goreng dan gula pasir. Bagi rumah tangga pengadaan inventori lebih ditujukan untuk kemudahan dalam mengatur perilaku konsumsinya saja.
22
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
2.5.2. Cakupan Inventori dapat diklasifikasikan menurut jenis barang adalah sbb : a. Inventori menurut industri, seperti produk atau hasil perkebunan, kehutanan, perikanan, pertambangan, industri pengolahan, gas kota, air bersih, serta konstruksi; b. Berbagai jenis bahan baku & penolong (material & supplies), yaitu semua bahan, komponen atau persediaan untuk diproses lebih lanjut menjadi barang jadi; c. Barang jadi, yaitu barang yang telah diproses tetapi belum terjual atau belum digunakan, termasuk barang yang dijual dalam bentuk yang sama seperti pada waktu dibeli; d. Barang setengah jadi, yaitu barang-barang yang sebagian telah diolah atau belum selesai (tidak termasuk konstruksi yang belum selesai). e. Barang dagangan yang masih dikuasai oleh pedagang besar maupun pedagang eceran untuk tujuan dijual;
go .id
f. Ternak untuk tujuan dipotong;
g. Pengadaan barang oleh pedagang untuk tujuan dijual atau dipakai sebagai bahan bakar atau
.b ps .
persediaan; dan
h. Persediaan pada pemerintah, yang mencakup barang strategis seperti beras, kedelai, gula
ja
tim
pasir, dan gandum.
s: //
2.5.3. Sumber data
ht
tp
Sumber data yang digunakan untuk penghitungan komponen perubahan inventori adalah: a. Laporan keuangan perusahaan-perusahaan terkait dari survei atau dari mengunduh website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id); b. Laporan Keuangan Perusahaan BUMN/BUMD c. Data komoditas pertambangan dari publikasi statistik pertambangan dan penggalian; d. Data Inventori Publikasi Tahunan Industri Besar Sedang. e. Data komoditas perkebunan; f. Indeks harga implisit PDRB industri terpilih, dan g. Indeks harga perdagangan besar (IHPB) terpilih. h. Data eksternal lain, seperti data persediaan beras dari Bulog, data semen dari Asosiasi Semen Indonesia (ASI), gula dari Dewan Gula Indonesia (DGI), dan ternak dari Ditjennak Kementan.
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
23
2.5.4. Metode penghitungan Terdapat 2 metode yang digunakan dalam penghitungan komponen perubahan inventori, yaitu pendekatan langsung dan pendekatan tidak langsung.
Pendekatan langsung adalah
pendekatan dari sisi “korporasi”, sedangkan pendekatan tidak langsung adalah pendekatan dari sisi “komoditas”. Di lihat dari sisi manfaat-nya, pendekatan secara langsung menghasilkan data yang relatif lebih baik dibanding dengan pendekatan tidak langsung. Pendekatan komoditas hanya dapat dilakukan jika data posisi inventori tersedia secara rinci dan berkesinambungan. Pendekatan Langsung Dengan menggunakan pendekatan langsung, akan diperoleh nilai posisi inventori di suatu waktu tertentu (umumnya di akhir tahun). Sumber data utama adalah laporan neraca akhir
go .id
tahun (balance sheet) perusahaan. Untuk memperoleh nilai perubahan inventori adh berlaku, diperlukan data inventori di tahun yang berurutan. Langkah penghitungan inventori dari
.b ps .
laporan keuangan, adalah sbb : akhir dengan IHPB akhir tahun;
tim
a. menghitung posisi inventori atas dasar harga konstan, dengan cara mendeflate stok awal dan
ja
b. menghitung perubahan inventori atas dasar harga konstan dengan mengurangkan posisi di
s: //
tahun berjalan dengan di tahun sebelumnya; dan
tp
c. menghitung perubahan inventori adh Berlaku dengan meng-inflate perubahan inventori atas
ht
dasar harga konstan dengan IHPB rata-rata tahunan. Pendekatan Tidak Langsung Pendekatan tidak langsung disebut juga dengan pendekatan arus komoditas (commodity flow). Data utama yang digunakan adalah data volume dan harga masing-masing barang inventori. Nilai perubahan barang inventori adh Berlaku diperoleh dengan cara menghitung perubahan volume stok akhir dan stok awal dikalikan rata-rata harga pembelian, atau harga penjualan bila data harga pembelian tidak tersedia. Perubahan barang inventori adh Konstan dihitung dengan: a. mendeflate nilai perubahan inventori adh Berlaku dengan indeks harga yang sesuai, b. mengalikan perubahan volume stok akhir dan stok awal dikalikan dengan harga barang di tahun dasar. Keterbatasan dan masalah yang dihadapi di dalam menghitung komponen Perubahan Inventori adalah : a. Data inventori yang dibutuhkan adalah dalam bentuk posisi atau pada satu saat untuk periode waktu yang berurutan; 24
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
b. Tidak seluruh komoditas inventori tersedia data volume dan harga-nya; c. Data perubahan inventori yang tersedia dalam bentuk volume umumnya tidak disertai data harganya. Jika data harga inventori tidak tersedia, maka dapat diasumsikan indeks harga komoditas inventori mengikuti indeks implisit PDRB yang sesuai; d. Diperlukan adjustment dengan cara me-mark-up, guna untuk melengkapi estimasi untuk industri yang datanya tidak tersedia; 2.6. EKSPOR IMPOR Aktivitas ekspor-impor dalam suatu wilayah diyakini telah terjadi sejak lama, bahkan sebelum wilayah itu ditetapkan sebagai wilayah pemerintah. Ragam barang dan jasa yang diproduksi serta disparitas harga, menjadi faktor utama munculnya aktivitas ekspor impor. Daerah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan-nya sendiri berusaha mendatangkan dari
go .id
daerah atau bahkan negara lain. Di sisi lain, daerah yang memproduksi barang dan jasa melebihi dari kebutuhan domestik, terdorong untuk memperluas pasar ke luar daerah atau bahkan ke
.b ps .
luar negeri.
Seiring perkembangan jaman, aktivitas produksi dan permintaan masyarakat atas barang
tim
dan jasa semakin meningkat dan beragam. Kemajuan di bidang transportasi dan komunikasi
ja
juga turut memperlancar arus distribusi barang dan jasa. Kondisi tersebut semakin mendorong
ht
2.6.1. Konsep dan definisi
tp
s: //
aktivitas ekspor-impor di suatu wilayah menjadi semakin berkembang.
Ekspor-impor di suatu wilayah didefinisikan sebagai alih kepemilikan ekonomi (baik penjualan/pembelian, barter, hadiah ataupun hibah) atas barang dan jasa antara residen wilayah tersebut dengan non-residen yang berada di luar wilayah tersebut. 2.6.2. Cakupan Ekspor-Impor pada suatu wilayah terdiri dari: a. Ekspor/impor barang dari/ke Luar Negeri ke/dari provinsi tersebut b. Ekspor/impor jasa dari/ke Luar Negeri ke/dari provinsi tersebut Cakupan jasa meliputi jasa pengangkutan, asuransi, komunikasi, pariwisata, dan jasa lainnya c. Net Ekspor antar daerah - Ekspor antar daerah - Impor antar daerah
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
25
2.6.3. Sumber data a. Data Statistik Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dari BPS (dalam US$) b. Data Statistik Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dari BPS (dalam US$) c. Neraca Pembayaran Indonesia dari BI d. Laporan Simopel, yaitu laporan (bulanan) bongkar muat barang di pelabuhan; e. Informasi lalu-lintas barang yang keluar-masuk provinsi di jembatan timbang; f. Informasi lalu-lintas barang yang keluar-masuk provinsi dari hasil survei. g. Kurs transaksi rata-rata tertimbang dari Bank Indonesia 2.6.4. Metode penghitungan Ekspor-Impor barang luar negeri dinilai menurut harga free on board (fob) dalam US$.
go .id
Penghitungan ekspor barang luar negeri dilakukan dengan mengalikan nilai barang (sesuai PEB) dengan kurs transaksi beli rata-rata tertimbang. Sedangkan Impor barang luar negeri
.b ps .
dilakukan dengan mengalikan nilai barang (sesuai PIB) dengan kurs transaksi jual rata-rata tertimbang. Nilai ekspor-impor jasa berasal dari Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang
tim
dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Disamping itu nilai ekspor-impor tersebut masih ditambah/dikurangi dengan nilai pembelian langsung (direct purchase) dan transaski yang
s: //
ja
tidak terdokumentasi (undocumented trasnsaction) baik oleh residen maupun non residen.
ht
dengan PDRB pengeluaran.
tp
Sedangkan net ekspor antar wilayah merupakan nilai sisa (residu) antara PDRB lapangan usaha
26
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
at
//j
s:
ht tp im ps .
.b go .id
s: //j
ht tp
ps .g o. id
.b
at im
BAB III. PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULANAN 3.1. PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULANAN TAHUN 2013-2017 Besaran nilai PDRB Pengeluaran merupakan sirkulasi arus barang dan jasa yang telah diproduksi oleh masing-masing sektor ekonomi untuk dikonsumsi oleh seluruh komponen pengeluaran. PDRB menurut Pengeluaran terdiri dari enam komponen, yaitu pengeluaran konsumsi akhir rumahtangga, pengeluaran konsumsi akhir lembaga non profit yang melayani rumahtangga, pengeluaran konsumsi akhir pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan inventori, ekspor luar negeri dan impor luar negeri serta net ekspor. Secara Total nilai PDRB pengeluaran akan sama dengan nilai PDRB sektoral baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan, artinya semua produk barang dan jasa yang dihasilkan akan
go .id
terbagi habis dengan komponen pengeluaran. Seperti pola dari tahun ke tahun, sepanjang tahun 2013-2017 selama triwulan I sampai
.b ps .
dengan III terjadi peningkatan nilai PDRB menurut pengeluaran dan pada triwulan IV terjadi penurunan dibanding triwulan sebelumnya (triwulan III). Pola ini dipengaruhi oleh konsumsi
tim
rumah tangga, lembaga dan pemerintah pada momen-momen tertentu seperti hari raya keagaaman, lebaran, liburan anak sekolah yang jatuh pada bulan Juni-Juli, pengeluaran
s: //
ja
pemerintah pada waktu pembayaran gaji ke-13 dan lain sebagainya
ht
tp
Grafik 1 PDRB Triwulanan Menurut Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan (2010=100) Tahun 2013-2017 (triliun rupiah)
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
29
Laju pertumbuhan (y-on-y) mengalami pergerakan yang fluktuatif. Pergerakan ini dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan yang bersifat umum maupun bersifat khusus atau momen-momen yang terjadi, sehingga berdampak pada masing masing komponen ekonomi. Sebagai contoh, kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang akan mempengaruhi kenaikan harga barang-barang sehingga berakibat komponen pengeluaran konsumsi akhir rumahtangga dan lembaga non profit yang melayani rumahtangga berkurang. Bencana alam yang terjadi akan meningkatkan komponen pengeluaran pemerintah dengan meningkatnya biaya sosial. Demikian juga bila terjadi kebijakan ekpor impor luar negeri secara tidak langsung akan berdampak pada penerimaan ekspor impor luar negeri. Dimana adanya pembatasan impor barang khususnya barang yang berdampak pada menurunnya nilai impor luar negeri.
ht
tp
s: //
ja
tim
.b ps .
go .id
Grafik 2 Laju Pertumbuhan y-on-y Triwulanan Tahun 2013-2017 (persen)
Sama halnya dengan pertumbuhan secara y-on-y, pertumbuhan ekonomi secara kumulatif (c-to-c) juga mengalami pergerakan yang fluktuatif.
Pertumbuhan secara kumulatif ini
dipengaruhi faktor-faktor internal dan eksternal, diantaranya karena belum membaiknya perekonomian global, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), naik turunnya konsumsi masyarakat selama masa-masa tertentu seperti masa liburan sekolah, tahun ajaran baru, puasa dan perayaan hari raya. disamping itu juga dipengaruhi oleh konsumsi pemerintah dan lembaga-lembaga nirlaba.
30
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
Grafik 3 Laju Pertumbuhan c-to-c Triwulanan Tahun 2013-2017 (persen)
6.40 6.20 6.17
6.00
6.08
6.00
5.80
5.90
5.85 5.89
5.98 5.86
5.60
5.69 5.68 5.58
5.40 5.31 5.35
5.20
5.57
5.44
5.37
5.45
5.21
5.20
5.00
5.36
go .id
4.80 4.60
I
II
III
IV
I
II
IV
I
II
2014
III
IV
2015
I
II
III
IV
I
II
2016
III
IV
2017
.b ps .
2013
III
tp
s: //
ja
tim
Grafik 4 Laju Pertumbuhan q-to-q Triwulanan Tahun 2013-2017 (persen)
4.00 3.06
3.00
ht
5.00 3.43
4.07
3.65
3.63
3.56
3.33
3.13
3.49
3.24
2.00 1.00
1.61 0.91
0.00
0.61
0.59
0.48
-1.00 -2.00
-1.59
-1.91
-2.17
-3.00 I
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
IV
I
II
III
2015
IV
I
II
III
-2.25 IV
2016
-2.18 I
II
III
IV
2017
Pertumbuhan PDRB menurut pengeluaran (q-to-q) mengalami pertumbuhan negatif pada triwulan IV, selama periode 2013-2017, yaitu masing-masing sebesar 1,59 persen (2013); 2,17 persen (2014); 1,91 persen (2015); 2,25 persen (2016) dan 2,18 persen (2017). Hal ini sangat
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
31
dipengaruhi oleh perubahan inventori dan net ekspor dimana menjelang akhir tahun menghabiskan stok persediaan.
Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumahtangga Pola konsumsi akhir rumahtangga dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada triwulan III hal ini disebabkan adanya musim liburan panjang dan hari raya lebaran. Pada tahun 2013 kenaikan yang cukup signifikan terjadi pada triwulan III, karena bertepatan dengan bulan Ramadhan, liburan Hari Raya Idhul Fitri dan hari raya Idhul Adha.
Tahun 2017 terjadi
pergeseran bulan Ramadhan dan hari Raya Idul Fitri, kenaikan yang cukup signifikan terjadi pada triwulan II. Secara q to q, komponen pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumahtangga tertinggi pada triwulan III tumbuh yaitu 3,75 persen (2013); 3,64 persen (2014); 1,92 persen (2015); dan 2,52 persen (2016). Sedangkan pada tahun 2017 terjadi pada triwulan II yaitu
go .id
sebesar 2,50 persen.
.b ps .
Dilihat dari sisi kontribusinya terhadap pembentukan PDRB menurut pengeluaran, komponen pengeluaran konsumsi akhir rumahtangga yang mempunyai peranan tertinggi.
tim
Jumlah penduduk dan pola konsumsi masyarakat Jawa Timur menjadi pendorong utama dalam
ja
pertumbuhan konsumsi. Daya beli masyarakat Jawa Timur yang relatif stabil, pada keadaan
s: //
tertentu misal pada waktu hari raya idul fitri, natal dan tahun baru serta musim liburan sekolah
tp
dan tahun ajaran baru mendorong tingginya pertumbuhan konsumsi akhir rumahtangga dari
ht
tahun ke tahun.
Grafik 5 Laju Pertumbuhan q-to-q Triwulanan Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumahtangga Tahun 2013-2017 (persen) 4.00
3.64
3.75
3.50 3.00
2.52
2.50 1.92
2.00
1.46
1.50 1.00
2.50
1.44 1.26
0.93
0.50
1.17
1.18
1.08
0.81
0.54
0.00 0.01
-0.50
-0.09-0.22
-1.00 I
II
III
2013
32
IV
I
II
III
2014
IV
I
-0.04
-0.30 II
III
2015
IV
-0.43 I
II
III
2016
IV
I
II
III
IV
2017
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
Pengeluaran Konsumsi Akhir Lembaga Non Profit yang Melayani Rumahtangga (LNPRT) Perubahan pertumbuhan yang terjadi pada konsumsi lembaga swasta nirlaba hampir sama dengan konsumsi akhir rumahtangga yaitu disebabkan oleh momen-momen bulan Ramadhan, Idhul Fitri, Idhul Adha, Natal dan tahun baru, karena sebagian besar umat Islam maupun Nasrani menjalankan amal ibadahnya masing-masing, sehingga terjadi pertumbuhan yang relatif tinggi. Disamping itu pengeluaran akhir lembaga non profit juga dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan partai politik, adanya kegiatan menjelang pemilihan legislatif, presiden dan wakil presiden seperti pada pertengahan tahun 2013 sampai dengan 9 April 2014, pemilihan kepala daerah secara serentak di 19 kabupaten/kota pada tanggal 9 Desember 2015. Pengeluaran akhir konsumsi lembaga non profit yang melayani rumahtangga dari tahun ke tahun kontribusinya terhadap total PDRB Jawa Timur selalu paling rendah dibanding komponen
go .id
lain. Meskipun pertumbuhan konsumsi lembaga nirlaba tergolong cukup tinggi, tetapi peranannya rendah, sehingga secara total sumber pertumbuhannya juga sangat rendah dan
.b ps .
masih belum mampu ikut mendorong pertumbuhan ekonomi Jawa Timur.
ht
tp
s: //
ja
tim
Grafik 6 Laju Pertumbuhan q-to-q Triwulanan Pengeluaran Konsumsi Akhir Lembaga Non Profit yang Melayani Rumahtangga Tahun 2013-2017 (persen)
15.00
11.78
10.00 5.74 5.00
2.98 4.09
5.02
0.00 -5.00
2.97
3.58
2.70
4.73
3.14
-0.21 1.41
1.27
0.70
-0.17
-1.59
-1.61 -3.38
-3.56
-10.00 -9.76 -15.00 I
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
IV
I
II
III
2015
IV
I
II
III
2016
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
IV
I
II
III
IV
2017
33
Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah Komponen ke tiga dalam pembentukan PDRB pengeluaran adalah pengeluaran konsumsi akhir pemerintah. Berbeda dengan dua komponen sebelumnya, konsumsi pemerintah dalam kurun waktu 2013 - 2017 cenderung membentuk pola tetap dimana pada triwulan I pertumbuhannya negatif, hal ini dimungkinkan pada awal tahun anggaran belum banyak terserap, triwulan II dan III mulai dilakukan penyerapan anggaran. Pada triwulan IV biasanya terjadi peningkatan penyerapan yang cukup tinggi karena menjelang tutup tahun anggaran. Pada tahun 2016 terjadi pengetatan anggaran, dan juga adanya pelarangan pertemuan di hotelhotel sehingga daya serap pada triwulan IV 2016 tidak setajam tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2017, penyerapan anggaran sudah mulai stabil kembali mulai triwulan I sampai dengan triwulan IV.
60.00
50.37
51.42
30.64
42.72
42.23
tim
40.00
.b ps .
go .id
Grafik 7 Laju Pertumbuhan q-to-q Triwulanan Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah Tahun 2013-2017 (persen)
28.95
ja
28.60
s: //
20.00
1.77 1.95 0.08
tp
0.00
7.11 9.12 20.13
8.46
ht
8.26
-20.00 -40.00 -46.67
-0.55
-51.23
-53.54 -54.63
-60.00 I
II
III
IV
2013
I
II
III
IV
2014
I
II
III
IV
I
2015
II
III
IV
I
2016
II
III
IV
2017
Pembentukan Modal Tetap Bruto dan Inventori Komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) merupakan komponen keempat dalam pembentukan PDRB pengeluaran. Diharapkan komponen ini dapat terus meningkat sesuai
dengan
program
pemerintah
sekarang
dengan
menggalakkan
peningkatan
infrastrusktur. Konteks ini disamakan dengan investasi fisik, dengan asumsi, semakin besar PMTB maka semakin besar pula output suatu wilayah, dan semakin besar pula penyerapan 34
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
tenaga kerja di wilayah tersebut, (ceteris paribus). Contoh jika investasi suatu perusahaan dengan membeli mesin-mesin baru, maka perusahaan tersebut dipastikan akan memerlukan tenaga operator mesin yang ahli untuk mengoperasikannya. Jadi bisa dibayangkan jika investasi berasal dari pembangunan perusahaan-perusahaan baru, tentunya juga akan menyerap banyak tenaga kerja. Pembentukan modal atau lebih dikenal dengan kata Investasi dalam PDRB menurut pengeluaran adalah gabungan antara komponen pembentukan modal tetap bruto dan perubahan inventori. Jika barang dalam bentuk fisik yang dihasilkan oleh sektor produksi tidak habis untuk konsumsi dan akan digunakan untuk lainnya, maka barang sisa tersebut menjadi inventori atau barang cadangan untuk tahun berikutnya, demikian sebaliknya. Dari tahun 2013 – 2017 pembentukan modal tetap bruto tumbuh fluktuatif, hal ini
go .id
berkaitan dengan pembangunan-pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dan perusahaan-perusahaan swasta, BUMN maupun BUMD, pengadaan barang modal serta investasi
.b ps .
lainnya
tp
s: //
ja
tim
Grafik 8 Laju Pertumbuhan q-to-q Triwulanan Pembentukan Modal Tetap Bruto Tahun 2013-2017 (persen)
4.00
ht
6.00 4.45
4.01
3.93
4.10
4.04
3.42
2.00
2.45
2.74
3.46
1.26
1.62
0.00
1.02
0.65
-2.00
-0.04
-0.06
-0.45 -1.68
-2.33
-4.00 -3.76 -6.00 -5.99 -8.00 I
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
IV
I
II
III
2015
IV
I
II
III
2016
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
IV
I
II
III
IV
2017
35
Ekspor Luar Negeri Nilai ekspor luar negeri Jawa Timur juga cenderung fluktuasi. Walaupun begitu ekspor luar negeri Jawa Timur masih relatif tinggi, keadaan ini didukung karena Jawa Timur memiliki pelabuhan terbesar di kawasan wilayah Indonesia bagian timur.
Komoditas ekspor unggulan
Jawa Timur antara lain perhiasan/permata; lemak dan minyak hewani/nabati; kayu, barang dari kayu; bahan kimia organik serta ikan dan udang.
Grafik 9 Laju Pertumbuhan q-to-q Triwulanan Ekspor Luar Negeri Tahun 2013-2017 (persen)
go .id
30.00 24.52
20.00
16.48
.b ps .
11.68 10.00 0.37 4.14
3.56
0.24
ja
-5.73
-9.93
-20.00
1.39 1.50 -0.11
0.13
-1.24 -10.42
s: //
-10.00
1.60
tim
0.00
4.27
7.61
-30.00 I
II
III
2013
IV
ht
tp
-15.05
I
II
-21.49
III
2014
IV
I
II
III
2015
IV
I
II
III
2016
IV
I
II
III
IV
2017
Impor Luar Negeri Impor luar negeri Jawa Timur nilainya juga tergolong tinggi, hampir seimbang jika dibandingkan dengan nilai ekspornya. Baik ekspor maupun impor lebih didominasi perdagangan barang dan jasa antar negara.
Kondisi ini menggambarkan bahwa Jawa Timur masih
membutuhkan barang-barang dari luar negeri seperti untuk bahan baku sektor industri, mesinmesin dan peralatan untuk industri. Yang menjadi andalan barang impor dari Jawa Timur antara lain mesin-mesin/pesawat mekanik; besi dan baja; plastik dan barang dari plastik; pupuk dan gandum-ganduman.
36
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
Grafik 10 Laju Pertumbuhan q-to-q Triwulanan Impor Luar Negeri Tahun 2013-2017 (persen) 20.00 14.58
15.00
10.06
10.58
11.22
9.36
10.00
3.40
2.98
5.00 4.75
0.00
0.67
-5.00 -4.17
-5.95
-10.00
-0.75
1.57 1.68 0.40 0.63 -2.04
-10.84
-15.00 -12.04 -15.24
-20.00 II
III
IV
I
II
2013
III
IV
I
II
2014
III
IV
2015
I
II
III
IV
I
II
2016
IV
.b ps .
Net Ekspor Antar Daerah
III
2017
go .id
I
Komponen net ekspor merupakan kegiatan ekspor dan impor antar wilayah atau antar
tim
pulau maupun provinsi. Selisih antara ekspor dan impor menghasilkan nilai ekspor neto, yang
ja
merupakan gambaran derajat ketergantungan perekonomian suatu wilayah terhadap wilayah
s: //
lain. Apabila terjadi surplus, maka pendapatan yang masuk wilayah tersebut meningkat, dan
tp
tentunya itu memperbesar PDRB wilayah bersangkutan. Sebaliknya jika nilai impor yang lebih
ht
tinggi dibandingkan dengan nilai ekspornya maka terjadi devisit anggaran, karena tingkat ketergantungan terhadap wilayah lain menjadi lebih tinggi. Grafik 11 Laju Pertumbuhan q-to-q Triwulanan Net Ekspor Antar Daerah Tahun 2013-2017 (persen) 200.00 161.49 150.00 100.00
60.97 -2.24
0.00
53.75
33.83
50.00
-11.54
22.50
12.10
15.68 -1.67
-10.92
-50.00
5.78 0.27 3.33 2.07 -0.25
12.72
-19.25
-17.66
-50.63 -100.00 I
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
IV
I
II
III
2015
IV
I
II
III
2016
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
IV
I
II
III
IV
2017
37
Net Ekspor Jawa Timur masih tinggi karena tingkat ketergantungan provinsi lain khususnya di wilayah Indonsia bagian timur dan beberapa provinsi lain di wilayah Indonesia bagian barat terhadap produk-produk Jawa Timur, terutama terkait dengan produk-produk barang pertanian dan industri. Dari tahun 2013-2017 pertumbuhan net ekpor berfluktuatif, hal ini berkaitan erat dengan perputaran barang dan jasa di lingkup wilayah Jawa Timur. Dilihat dari struktur ekonomi, selama kurun waktu 2013-2017 di setiap triwulan, ratarata komponen pengeluaran konsumsi akhir rumahtangga mempunyai kontribusi sangat besar 60,84 persen; konsumsi akhir lembaga nonprofit 1,21 persen; konsumsi akhir pemerintah 6,13 persen; pembentukan modal tetap bruto 27,62 persen; perubahan inventori 1,71 persen; ekspor luar negeri 15,20 persen; impor luar negeri 19,07 persen; dan net ekspor antar daerah 6,36 persen.
ht
tp
s: //
ja
tim
.b ps .
go .id
Grafik 12 Rata-Rata Distribusi PDRB Menurut Pengeluaran Tahun 2013-2017 (persen)
38
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
3.2. PEREKONOMIAN JAWA TIMUR TRIWULANAN TAHUN 2017 3.2.1. PEREKONOMIAN JAWA TIMUR TRIWULAN I/2017 Ekonomi Jawa Timur menurut PDRB pengeluaran pada Triwulan I/2017 (y-on-y) sebesar 5,37 persen melambat dibanding triwulan I/2016.
Sebagian besar komponen mengalami
pertumbuhan, hanya komponen Ekspor Luar Negeri yang mengalami kontraksi sebesar 10,02 persen. Pertumbuhan tertinggi dialami Net Ekspor Antar Daerah 67,24 persen, disusul Impor Luar Negeri 13,17 persen, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 12,96 persen, PMTB 5,44 persen, Perubahan Inventori 5,16 persen, Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 4,54 persen dan terakhir Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Provit yang melayani rumahtangga sebesar 1,88 persen. Pertumbuhan secara y-on-y didorong oleh konsumsi rumahtangga pada liburan tahun
go .id
baru masehi dan liburan long weekend yang bertepatan dengan liburan imlek dan hari raya Nyepi. Pengeluaran akhir lembaga nonprofit mengalami laju pertumbuhan positif karena
.b ps .
kegiatan keagamaan serta kegiatan apel kesetiaan NU yang dilaksanakan di Pacitan. Pengetatan anggaran untuk pengeluaran pemerintah tidak setajam tahun lalu, pertemuan di hotel masih
tim
diperbolehkan. Pertumbuhan bangunan masih lebih baik dibandingkan dengan triwulan yang
ja
sama tahun lalu. Percepatan pembangunan jalan tol yang menghubungkan ujung-ujung Jawa
s: //
Timur baik melalui jalur tengah maupun jalur selatan, agar dapat digunakan oleh pemudik saat
tp
mudik lebaran nanti. secara keseluruhan proyek pembangunan tol telah mencapai 50 persen
ht
dari total anggaran sekitar 4 Triliun rupiah. Impor bahan baku/penolong sampai dengan bulan Maret 2017 mencapai 77 persen dari seluruh total impor Jawa Timur. Hal ini mengindikasikan bahwa produktivitas semakin membaik ke depannya. Produsen cukup optimis untuk memproduksi suatu komoditas di masa yang akan datang. Selain itu awal tahun digunakan oleh produsen sebagai momen untuk melakukan inovasi baru. Secara q-to-q pada triwulan I/2017 ekonomi Jawa Timur tumbuh 0,59 persen. Pertumbuhan ini karena dipengaruhi oleh beberapa komponen yang mengalami kontraksi diantaranya Pengeluaran Konsumsi Pemerintah terkontraksi cukup dalam sebesar 32,29 persen, PMTB 2,66 persen dan Pengeluaran Konsumsi LNPRT sebesar 1,44 persen. Komponen yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah Perubahan Inventori sebesar 121.61 persen, disusul Net Ekspor Antar Daerah sebesar 24,89 persen, Ekpor Luar Negeri sebesar 2,14 persen, Impor Luar Negeri sebesar 1,59 persen dan Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga sebesar 0,54 persen.
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
39
Meskipun konsumsi rumahtangga pertumbuhannya relatif kecil, kondisi ini cenderung didorong konsumsi pada masa liburan. Ekspor barang mengalami kenaikan sebesar 11 persen sedangkan ekspor jasa mengalami kontraksi seiring dengan menurunnya jumlah wisman yang sebesar 7 persen. Impor barang tumbuh positif terutama terjadi pada peningkatan bahan baku/penolong. Terkontraksinya pengeluaran pemerintah pada triwulan ini lebih dikarenakan penggunaan anggaran yang belum maksimal. Pada awal tahun anggaran proyek-proyek baru masih dalam taraf masa tender, sedangkan proyek lama yang multiyears masih berlangsung dan tentu akan berdampak pada pertumbuhan PMTB. Struktur ekonomi Jawa Timur menurut PDRB pengeluaran atas dasar harga berlaku, pada triwulan I/2017 sebagai berikut komponen pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga yang terbesar yaitu 59,40 persen; pengeluaran konsumsi akhir lembaga nonprofit 1,16 persen; konsumsi akhir pemerintah 4,36 persen;, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 27,73
go .id
persen; perubahan inventori 1,38 persen; ekspor luar negeri 14,27 persen; impor luar negeri 17,77 persen dan net ekpor antar daerah 9,47 persen. Sedangkan atas dasar harga konstan
.b ps .
kontribusi komponen pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga juga terbesar yaitu 60,54 persen; pengeluaran konsumsi akhir lembaga nonprofit 0,99 persen; konsumsi akhir
tim
pemerintah 3,76 persen;, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 27,28 persen; perubahan inventori 1,20 persen; ekspor luar negeri 14,24 persen; impor luar negeri 18,76 persen dan net
PEREKONOMIAN JAWA TIMUR TRIWULAN II/2017
ht
3.1.1.
tp
s: //
ja
ekpor antar daerah 10,76 persen.
Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan II/2017 relatif stabil yaitu tumbuh sebesar 5,05 persen (y-on-y), sebagian besar komponen mengalami pertumbuhan. Komponen yang tumbuh positif antara lain pengeluaran konsumsi akhir rumahtangga 5,60 persen, pengeluaran konsumsi akhir lembaga nonprofit 4,95 persen; pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 5,67 persen; perubahan inventori 3,51 persen; impor luar negeri 8,36 persen; dan net ekspor antar daerah 91,89 persen. Sedangkan komponen yang mengalami kontraksi antara lain pengeluaran konsumsi pemerintah 3,65 persen; dan ekspor luar negeri 19,11 persen. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga didorong oleh konsumsi pada liburan hari Raya Paskah, Maulid Nabi Muhammad dan hari buruh 1 Mei yang bertepatan dengan long weekend, hari-hari libur nasional, bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri bersamaan dengan liburan sekolah. Pengeluaran konsumsi LNPRT mengalami laju pertumbuhan positif yang cukup signifikan karena didorong oleh kegiatan sosial pada bulan Ramadhan dan lebaran. Disamping itu kegiatan istighosah kubro harlah NU di GOR Sidoarjo dengan dihadiri 500.000 jamaah dari seluruh Jawa Timur. Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKK NU) Jawa Timur 40
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
menggelar acara operasi katarak gratis untuk seribu pasien di Rumah Sakit Unipdu Medika, Pondok Pesantren Darul Ulum. Realisasi anggaran pada tahun ini hanya momen pembayaran gaji ke-14 saja, berbeda dengan tahun sebelumnya pada triwulan yang sama yaitu pembayaran gaji ke-13 dan gaji ke-14 yang terjadi bebarengan. Pada tahun ini kenaikan terjadi pada belanja modal dan belanja sosial. Kenaikan PMTB secara (y-o-y) dari sektor swasta dipicu oleh realisasi PMDN sebesar 32,39 persen, tetapi investasi PMA terkontraksi. Di sektor pemerintah, percepatan pembangunan tol dan perbaikan jalan utk persiapan Lebaran 2017 melatarbelakangi kenaikan PMTB Bangunan. Perubahan inventory mengalami akselerasi dibanding tahun sebelumnya, Hal ini sejalan dengan produksi industri pengolahan yang tumbuh stabil namun pada pertanian padi palawija mengalami kontraksi cukup dalam. Data ekspor barang mengalami kontraksi, hal ini akibat dari permintaan beberapa
go .id
komoditas non migas unggulan Jawa Timur seperti perhiasan/permata; bahan kimia organik; kayu, barang dari kayu dan kertas/karton mengalami penurunan, selain itu komoditas migas
.b ps .
juga mengalami penurunan cukup signifikan. Impor barang tumbuh positif terutama pada barang impor golongan bahan baku dan penolong, begitu juga untuk barang-barang konsumsi
tim
maupun barang-barang modal mengalami peningkatan dibanding triwulan yang sama tahun
ja
sebelumnya.
s: //
Ekonomi Jawa Timur secara q-to-q pada triwulan II/2017 sebesar 3,25 persen. Sebagian
tp
komponen mengalami kontraksi, sedangkan sebagian lagi tumbuh. Komponen yang tumbuh
ht
antara lain komponen pengeluaran konsumsi akhir rumahtangga sebesar 2,50 persen; pengeluaran konsumsi akhir lembaga nonprofit 4,47 persen, konsumsi akhir pemerintah 21,74 persen; dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 3,69 persen. Sementara itu komponen yang mengalami kontraksi adalah perubahan inventori sebesar 0,60 persen; ekspor luar negeri 3,26 persen; impor luar negeri 4,97 persen dan net ekspor sebesar 5,53 persen. Pertumbuhan secara q-to-q ini didorong oleh konsumsi rumahtangga pada masa liburan yang masih relatif tinggi, serta konsumsi lembaga non provit pada kegiatan keagamaan dan sosial. Realisasi anggaran ada kenaikan belanja pegawai sekitar 52 persen karena adanya momen pembayaran gaji ke-13, belanja modal pemerintah naik sekitar 224 persen. Realisasi PMA dan PMDN sebesar Rp 21,31 T atau naik sebsar 68,75 persen dengan rincian PMA naik 77,55 persen dan PMDN naik 65,71 persen. Impor barang modal naik sebesar 9,52 persen yang mendorong pertumbuhan pada komponen PMTB. Pada momentum lebaran dan libur anak sekolah aktivitas konsumsi rumah tangga cukup tinggi, dampaknya barang-barang yang diproduksi dan beredar di pasaran terserap habis. PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
41
Kondisi ini menyebabkan perubahan inventori secara (q-to-q) menjadi minus. Ekspor barang berdasarkan data dari Bidang Distribusi mengalami kontraksi sebesar 3,18 persen, terutama pada beberapa komoditas non migas unggulan Jawa Timur seperti
lemak dan minyak
hewan/nabati; bahan kimia organik, dan juga komoditas migas yang mengalami penurunan cukup signifikan. Ekspor jasa tumbuh positif seiring dengan meningkatnya jumlah wisman dibanding triwulan 1/2017. Impor barang juga mengalami kontraksi, terutama pada golongan bahan baku dan penolong. jumlah penumpang yang berangkat ke luar negeri mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Struktur ekonomi Jawa Timur atas dasar harga berlaku triwulan II/2017, kontribusi komponen pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga masih yang terbesar yaitu 59,77 persen; pengeluaran konsumsi akhir lembaga nonprofit 1,19 persen; konsumsi akhir pemerintah 5,44 persen; pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 27,93 persen; perubahan inventori 1,33
go .id
persen; ekspor luar negeri 13,66 persen; impor luar negeri 16,59 persen dan net ekpor antar wilayah 7,28 persen. Sedangkan atas dasar harga konstan, kontribusi komponen pengeluaran
.b ps .
konsumsi akhir rumah tangga tetap yang terbesar sekitar 60,10 persen; pengeluaran konsumsi akhir lembaga nonprofit 1,00 persen; konsumsi akhir pemerintah 4,43 persen;, pembentukan
tim
modal tetap bruto (PMTB) 27,40 persen; perubahan inventori 1,15 persen; ekspor luar negeri
PEREKONOMIAN JAWA TIMUR TRIWULAN III/2017
tp
3.1.2.
s: //
ja
13,34 persen; impor luar negeri 17,27 persen dan net ekpor antar daerah 9,85 persen.
ht
Ekonomi Jawa Timur triwulan III/2017 tumbuh 5,64 persen bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya (y-on-y).
Semua komponen tumbuh diantaranya
pengeluaran konsumsi akhir rumahtangga 4,23 persen; pengeluaran konsumsi akhir pemerintah 2,64 persen; pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 6,19 persen, ekspor luar negeri 14,07 persen; impor luar negeri 20,43 persen; dan net ekpor 35,05 persen. Sementara yang mengalami kontraksi pengeluaran konsumsi akhir lembaga non provit 0,08 persen dan perubahan inventori 5,12 persen. Fenomena-fenomena penting yang diduga mempengaruhi perekonomian selama triwulan III/2017 yaitu pertumbuhan konsumsi rumah tangga karena ada hari Kemerdekaan RI, hari Raya Idul Adha, liburan sekolah dan tahun ajaran baru untuk anak sekolah.
Sedangkan
konsumsi lembaga non provit mengalami kontraksi karena pada triwulan yang sama pada tahun sebelumnya terjadi puasa dan lebaran yang menyebabkan banyak lembaga non provit yang melakukan kegiatan sosial. Sementara puasa dan lebaran pada tahun ini terjadi pada triwulan 2/2017 sehingga konsumsi lembaga non provit pada triwulan ini hanya didorong oleh konsumsi pada hari raya Idul Adha. 42
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
Konsumsi pemerintah tumbuh positif didorong oleh belanja APBD pegawai naik 124,55 persen; belanja barang jasa 30,38 persen; dan belanja modal 35,25 persen; bila dibanding triwulan yang sama pada tahun lalu. Sejalan dengan pembangunan infrastruktur jalan tol yang dilakukan oleh pemerintah mendorong PMTB pada triwulan ini tumbuh cukup signifikan. Namun angka ini sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2016, hal ini disebabkan investasi PMA dan PMDN yang terkontraksi masing-masing sebesar 50,42 persen dan 18,38 persen. Impor barang modal juga tumbuh sebesar 22,15 persen, mineral eksplorasi tumbuh 22,36 persen. Perubahan inventori mengalami kontraksi, hal ini dimungkinkan terkontraksinya perubahan inventori industri (IBS). Produksi industri manufakture Jawa Timur masih cukup menggeliat, sehingga stok bahan baku mengalami penurunan. Terkontraksinya produksi sektor pertanian subsektor tanaman pangan dan horti juga turut andil dalam menurunkan stok.
go .id
Ekspor barang mengalami laju pertumbuhan positif, terutama pada komoditas non migas unggulan Jawa Timur seperti perhiasan/permata; kayu, barang dari kayu; bahan kimia organik;
.b ps .
lemak & minyak hewan/nabati, dan beberapa komoditas non migas lainnya. Sementara untuk komoditas migas mengalami penurunan cukup signifikan. Ekspor jasa tumbuh positif seiring
tim
dengan meningkatnya jumlah wisman dibanding pada triwulan yang sama tahun sebelumnya.
ja
Sedangkan untuk impor barang didorong oleh peningkatan barang impor golongan barang-
s: //
barang modal; bahan baku dan penolong,
tp
Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi pada triwulan
ht
III/2017 sebesar 4,07 persen (q-to-q). Komponen pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga tumbuh 1,18 persen; pengeluaran konsumsi akhir pemerintah 14,11 persen; pembentukan modal tetap bruto 4,52 persen; perubahan inventori 69,58 persen; ekspor luar negeri 10,72 persen; impor luar negeri 8,87 persen dan net ekspor 8,21 persen. Sementara konsumsi akhir lembaga non profit terkontraksi sebesar 1,39 persen. Pengeluaran konsumsi rumahtangga dan lembaga non profit pada triwulan ini didorong oleh konsumsi hari raya Idul Adha, liburan sekolah dan ajaran baru untuk anak sekolah. Konsumsi pemerintah tumbuh positif didorong oleh belanja APBD yaitu belanja pegawai naik 66,19 persen; belanja barang jasa 50,52 persen; belanja modal 106,43 persen; tetapi pada belanja sosial terkontraksi sebesar 34,72 persen.
Akselerasi PMTB juga didorong oleh
akselerasi belanja modal pemerintah yang naik sebesar 70,04 persen. Pembangunan jalan tol di berbagai daerah di Jawa Timur masih terus dilakukan, terutama jalan tol yang menghubungkan Jawa Timur bagian tengah sampai dengan Banyuwangi. Hampir seluruh subkomponen PMTB Non bangunan mengalami akselerasi, diantaranya: mesin dan peralatan, eksplorasi minex, dan CBR. PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
43
Perubahan inventori didorong oleh impor bahan baku dengan total nilai mencapai 62 triliun rupiah atau mengalami pertumbuhan sebesar 10 persen terutama untuk komoditas BEC 220 (Bahan baku untuk industry processed). Ekspor barang non migas mengalami kenaikan namun komoditas migas mengalami penurunan cukup signifikan. Impor barang mengalami laju pertumbuhan positif, terutama pada golongan barang-barang modal; bahan baku dan penolong. Impor jasa mengalami kenaikan seusai dengan data jumlah penumpang yang berangkat ke luar negeri juga mengalami kenaikan dibanding triwulan sebelumnya. Dilihat dari struktur ekonomi Jawa Timur menurut PDRB pengeluaran atas dasar harga berlaku pada triwulan III/2017, kontribusi komponen pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga masih yang terbesar, yaitu 58,37 persen; pengeluaran konsumsi akhir lembaga nonprofit 1,12 persen; konsumsi akhir pemerintah 5,98 persen; pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 27,97 persen; perubahan inventori 1,81 persen; ekspor luar negeri 14,44 persen; impor luar
go .id
negeri 17,18 persen dan net ekpor antar daerah 7,49 persen. Sedangkan atas dasar harga konstan kontribusi komponen pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga yaitu 58,43 persen;
.b ps .
pengeluaran konsumsi akhir lembaga nonprofit 0,95 persen; konsumsi akhir pemerintah 4,86 persen;, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 27,52 persen; perubahan inventori 1,88
tim
persen; ekspor luar negeri 14,19 persen; impor luar negeri 18.06 persen dan net ekpor antar
PEREKONOMIAN JAWA TIMUR TRIWULAN IV/2017
tp
3.1.3.
s: //
ja
daerah 10,24 persen.
ht
Pada triwulan IV/2017 komponen-komponen pengeluaran masih mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Jawa Timur hingga ke level 5,72 persen (y-on-y).
Komponen
pengeluaran konsumsi akhir rumahtangga tumbuh 3,82 persen, pengeluaran konsumsi akhir lembaga non profit sebesar 2,73 persen dan pengeluaran konsumsi akhir pemerintah sebesar 4,65 persen, pembentukan modal tetap bruto 6,90 persen; perubahan inventori 20,48 persen; ekspor luar negeri 2,83 persen; impor luar negeri 7,52 persen dan net ekpor 23,76 persen, Pada triwulan ini tidak ada komponen pengeluaran yang mengalami kontraksi. Pertumbuhan konsumsi rumahtangga dipengaruhi oleh konsumsi pada hari raya keagamaan, libur sekolah serta dampak dari pecabutan subdisi listrik secara bertahap. Pertumbuhan konsumsi lembaga non profit didorong oleh kegiatan sosial pada hari Maulid Nabi dan hari Raya Natal, disamping itu juga kegiatan sosial untuk membantu korban bencana alam banjir dan tanah longsor. Pengeluaran konsumsi pemerintah didorong oleh belanja bantuan sosial untuk bencana banjir dan tanah longsor seperti di Pacitan dan beberapa tempat di Jawa Timur, serta belanja modal sebagai kelanjutan pembangunan jalan tol.
44
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
Pertumbuhan PMTB dipengaruhi oleh percepatan pembangunan infrastruktur jalan tol, jalan raya, jembatan, revitalisasi bandara dan pembangunan doubletrack kereta api. Sementara itu investasi yang dilakukan oleh swasta cenderung stabil.
PMTB non bangunan juga
mengalami akselerasi hal ini didorong oleh penambahan hewan menghasilkan berulang yakni sapi perah yang didatangkan dari Australia sebanyak 2.150 ekor untuk meningkatkan produksi susu sapi yang dilakukan oleh salah satu produsen susu sapi di Blitar. Selain itu, penambahan Kapal Perang produksi PT PAL yang telah diresmikan oleh Panglima TNI. Revitalisasi pelabuhan-pelabuhan bongkar muat dengan alat-alat canggih (sistem daring) untuk mempercepat proses bongkar muat barang juga ditengarai mendorong pertumbuhan PMTB non bangunan. Pertumbuhan perubahan inventori cukup tinggi, hal ini didorong oleh iklim bisnis yang cukup kondusif sehingga pengusaha masih optimis untuk memproduksi suatu produk untuk
go .id
awal tahun 2018. Hal ini dibuktikan dengan impor bahan baku dan penolong untuk industri tumbuh cukup tinggi.
.b ps .
Ekspor masih tumbuh positif meskipun ekspor migas turun cukup drastis ditambah dengan harga minyak dunia yang juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan
tim
4/2016. Selain komoditas migas, ekspor lemak nabati/hewani juga mengalami kontraksi
ja
sebesar 15,13 persen. Sedangkan untuk ekspor jasa masih tumbuh positif dimana jumlah
s: //
wisman yang berkunjung ke Jawa Timur lebih tinggi dibandingkan pada triwulan yang sama
tp
tahun lalu. Impor Jawa Timur juga mengalami pertumbuhan positif terutama untuk komoditas
ht
migas dan besi baja yang tumbuh di atas 16 persen. Jumlah wisatawan domestik yang berkunjung ke luar negeri pada triwulan ini juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Dibandingkan dengan triwulan III/2017 ekonomi Jawa Timur mengalami kontraksi sebesar 2,18 persen (q to q). Kondisi ini dipicu beberapa komponen yang mengalami kontraksi cukup dalam. Pengeluaran konsumsi akhir rumahtangga 0,43 persen; perubahan inventori sebesar 67,75 persen; ekspor luar negeri 6,01 persen dan net ekspor antar daerah 3,07 persen. Sedangkan komponen yang tumbuh antara lain pengeluaran konsumsi pemerintah 11,26 persen; pengeluaran akhir lembaga non profit sebesar 1,18 persen; pembentukan modal tetap bruto 1,33 persen; dan impor luar negeri 2,30 persen. Pertumbuhan ekonomi secara q-to-q dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga pada hari Maulud Nabi Muhammad SAW, hari raya Natal, cuti bersama dan masa liburan sekolah untuk anak sekolah. Pengeluaran konsumsi lembaga non profit didorong oleh kegiatan sosial pada hari besar keagamaan, disamping itu juga kegiatan sosial untuk membantu korban bencana alam banjir dan tanah longsor. Konsumsi pemerintah tumbuh positif didorong oleh penyerapan PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
45
anggaran akhir tahun seperti tahun-tahun sebelumnya, utamanya penyerapan pada belanja barang. Selain itu juga adanya peningkatan pada belanja bantuan sosial untuk korban bencana banjir dan tanah longsor dan perbaikan sarana umum. Sesuai dengan trend triwulanan, pertumbuhan PMTB ini lebih lambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dikarenakan proyek-proyek konstruksi baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta pada triwulan ini sudah memasuki tahap finalisasi. Perubahan inventori juga mengikuti pola triwulananya dimana pada akhir tahun produsen/pedagang melakukan sale/discount besar-besaran untuk menghabiskan stok. Untuk komoditas sektor primer (pertanian) juga semakin menipis dikarenakan musim yang kurang mendukung, intensitas hujan yang cukup tinggi menyebabkan beberapa komoditas pertanian mengalami gagal panen. Kontraksi ekspor dipicu oleh terkontraksinya ekspor komoditas unggulan Jawa Timur
go .id
yakni perhiasan/permata sebesar 39,31 persen dan ekspor bahan kimia organik sebesar 5,38 persen. Ekspor jasa juga terkontraksi seiring dengan penurunan jumlah wisman yang
.b ps .
berkunjung ke Jawa Timur selama triwulan 4/2017.
Impor Jawa Timur mengalami
peningkatan diantaranya pada komoditas besi dan baja sebesar 44 persen. Selain itu beberapa
tim
komoditas juga mengalami peningkatan. Impor jasa mengalami kontraksi seiring dengan
ja
menurunnya jumlah penduduk domestik yang bepergian ke luar negeri. Berdasarkan catatan
s: //
Bank Jatim, perdagangan antar pulau provinsi sampai dengan Juli 2017 sudah mencapai 550
tp
triliun rupiah dan diperkirakan sampai dengan akhir tahun mencapai 1100 triliun rupiah atau
ht
naik dua kali lipat. Surplus perdagangan di Jawa Timur tahun 2016 mencapai 79 Triliun rupiah. Dengan prediksi perdagangan Jatim sampai akhir 2017 mencapai 1100 Triliun rupiah, maka surplus perdagangan bisa mencapai 150 Triliun rupiah. PDRB menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku di triwulan IV/2017 ini strukturnya tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Aktivitas permintaan akhir masih didominasi oleh komponen pengeluaran konsumsi akhir rumahtangga yang mencapai lebih dari separuh PDRB Jawa Timur 59,07 persen; komponen pengeluaran konsumsi akhir lembaga nonprofit 1,16 persen; pengeluaran konsumsi akhir pemerintah 6,50 persen; pembentukan modal tetap bruto 28,96 persen; perubahan inventori 0,62 persen; ekspor luar negeri 14,07 persen; impor luar negeri 18,42 persen; dan net ekspor 8,03 persen.
Sedangkan atas dasar harga konstan
kontribusi komponen pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga 59,48 persen; pengeluaran konsumsi akhir lembaga nonprofit 0,98 persen; konsumsi akhir pemerintah 5,52 persen;, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 28,51 persen; perubahan inventori 0,62 persen; ekspor luar negeri 13,64 persen; impor luar negeri 18,89 persen dan net ekpor antar daerah 10,15 persen. 46
PDRB Provinsi Jawa Timur Triwulanan Menurut Pengeluaran 2013-2017
at
//j
s:
ht tp im ps .
.b go .id
s: //j
ht tp
ps .g o. id
.b
at im
Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Triwulanan Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran (Miliar Rupiah), Tahun 2013 - 2017 Tabel 1. I
II
(2)
(3)
207 036 3 727
2013 III
Jumlah
(4)
(5)
(6)
209 991
222 486
227 403
866 916
3 932
4 339
4 873
16 871
21 263
25 084
30 116
93 232
94 921
98 552
100 166
380 564
1 213
934
2 204
- 2 968
1 384
50 750
51 112
56 679
69 472
228 014
7. Impor Luar Negeri
61 386
65 997
75 291
89 121
291 796
8. Net Ekspor Antar Daerah
21 754
27 524
24 712
13 327
87 317
326 788
343 681
358 764
353 269
1 382 501
(1)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
16 769
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
86 925
6. Ekspor Luar Negeri
ja s: // tp
ht
5. Perubahan Inventori
tim
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
go .id
IV
.b ps .
Komponen Pengeluaran
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
49
II
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
229 383
231 151
244 179
244 631
949 343
4 693
4 902
4 584
4 875
19 054
22 278
25 988
31 129
96 944
105 589
110 587
109 309
422 772
14 354
17 713
12 799
2 282
47 148
62 943
63 622
55 375
61 781
243 722
7. Impor Luar Negeri
82 915
91 017
88 150
94 806
356 887
8. Net Ekspor Antar Daerah
25 153
28 670
33 683
28 344
115 851
368 447
382 909
399 046
387 546
1 537 948
Komponen Pengeluaran (1)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
17 549
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
97 287
s: //
ja
tim
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
go .id
I
2014 III
.b ps .
Tabel 1. (Lanjutan) Jumlah
6. Ekspor Luar Negeri
ht
tp
5. Perubahan Inventori
IV
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
50
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
bel 1. (Lanjutan)
Tabel 1. (Lanjutan)
(1)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
I
II
IV
Jumlah
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
245 744
251 044
259 419
263 415
1 019 622
4 719
4 918
5 149
5 444
20 229
17 557
23 419
.b ps .
28 043
35 894
104 912
ja
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
2015*) III
go .id
Komponen Pengeluaran
105 345
114 223
121 136
123 765
464 469
14 941
11 729
12 932
1 836
41 438
6. Ekspor Luar Negeri
63 916
64 839
57 977
60 159
246 890
7. Impor Luar Negeri
76 231
81 519
72 429
72 864
303 043
8. Net Ekspor Antar Daerah
26 521
30 195
27 299
12 945
96 959
402 511
418 848
439 525
430 594
1 691 477
tim
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
tp ht
5. Perubahan Inventori
s: //
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
51
bel 1. (Lanjutan) II
(2)
(3)
(4)
(5)
267 833
274 632
283 530
282 464
1 108 459
5 329
5 463
5 724
5 654
22 170
27 445
28 539
29 772
104 345
121 404
127 568
133 618
135 816
518 405
6 769
5 882
10 129
2 618
25 399
6. Ekspor Luar Negeri
70 211
74 676
60 700
67 196
272 783
7. Impor Luar Negeri
71 270
72 054
71 031
83 729
298 085
8. Net Ekspor Antar Daerah
25 281
17 819
28 970
32 051
104 121
444 145
461 431
480 178
471 844
1 857 598
(1)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
tim
tp
IV
Jumlah (6)
ht
5. Perubahan Inventori
s: //
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
18 589
.b ps .
Komponen Pengeluaran
go .id
I
2016*) III
ja
Tabel 1. (Lanjutan)
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
52
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
bel 1. (Lanjutan)
Tabel 1. (Lanjutan) 2017**) III
Jumlah
(4)
(5)
(6)
305 374
305 075
1 194 165
5 882
6 014
23 402
27 099
31 269
33 548
112 896
139 268
146 336
149 558
568 533
6 627
6 620
9 478
3 219
25 944
68 663
68 082
75 524
72 674
284 944
7. Impor Luar Negeri
85 483
82 701
89 861
95 129
353 174
8. Net Ekspor Antar Daerah
45 553
36 284
39 169
41 484
162 489
481 022
498 563
523 171
516 443
2 019 200
(1)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
6. Ekspor Luar Negeri
(2)
(3)
285 733
297 983
5 578
5 928
20 980
tp
s: //
ja
133 372
ht
5. Perubahan Inventori
II
tim
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
I
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8)
go .id
IV
.b ps .
Komponen Pengeluaran
* Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
53
Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto Triwulanan Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran (Miliar Rupiah), Tahun 2013 - 2017 Tabel 2. 2013 III
Jumlah
(4)
(5)
(6)
188 942
188 955
739 534
3 007
3 361
11 981
15 221
16 508
24 824
68 205
82 172
84 186
85 250
330 281
979
723
1 945
- 2 415
1 232
46 661
46 774
48 710
56 739
198 884
7. Impor Luar Negeri
52 196
57 445
60 172
66 538
236 352
8. Net Ekspor Antar Daerah
19 688
24 119
23 579
11 640
79 026
287 729
296 541
306 704
301 816
1 192 790
(1)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
I
II
(2)
(3)
179 523
182 115
2 750
2 863
11 651
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
78 673
6. Ekspor Luar Negeri
ja s: // tp
ht
5. Perubahan Inventori
tim
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
go .id
IV
.b ps .
Komponen Pengeluaran
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
54
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
Tabel 2. (Lanjutan) II
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
190 487
192 257
199 259
199 083
781 087
3 466
3 570
3 221
3 317
13 575
15 568
16 854
25 521
70 049
85 355
88 858
88 461
344 716
9 207
13 501
11 234
1 326
35 268
51 107
51 294
43 572
48 662
194 636
7. Impor Luar Negeri
62 578
68 437
65 583
72 942
269 540
8. Net Ekspor Antar Daerah
18 737
21 005
28 110
25 042
92 894
304 574
314 113
325 527
318 470
1 262 684
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
12 106
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
82 041
6. Ekspor Luar Negeri
ja s: // tp
ht
5. Perubahan Inventori
tim
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
.b ps .
(1)
go .id
I
2014 III
Komponen Pengeluaran
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8)
IV
Jumlah
* Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
55
bel 2. (Lanjutan)
Tabel 2. (Lanjutan) 2015*) III
Jumlah
(4)
(5)
(6)
200 981
204 845
204 223
808 699
3 240
3 393
3 588
13 419
15 289
18 367
26 123
71 636
89 945
93 479
94 436
364 831
9 026
9 916
10 101
1 341
30 384
50 393
49 769
44 581
45 293
190 037
7. Impor Luar Negeri
61 827
63 668
56 766
58 695
240 955
8. Net Ekspor Antar Daerah
22 152
25 626
25 197
20 348
93 324
320 421
331 098
343 199
336 657
1 331 376
(1)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
I
II
(2)
(3)
198 649 3 199 11 857
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
86 971
6. Ekspor Luar Negeri
ja s: // tp
ht
5. Perubahan Inventori
tim
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
go .id
IV
.b ps .
Komponen Pengeluaran
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
56
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
bel 2. (Lanjutan)
Tabel 2. (Lanjutan) II
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
206 425
209 441
214 710
214 629
845 205
3 466
3 515
3 641
3 583
14 206
16 915
18 118
19 771
66 656
95 432
99 263
99 911
386 846
4 058
4 098
7 582
1 926
17 664
56 397
60 688
47 649
49 682
214 416
7. Impor Luar Negeri
59 086
58 643
57 446
65 825
241 000
8. Net Ekspor Antar Daerah
22 935
18 884
29 035
30 713
101 568
338 287
350 330
362 552
354 392
1 405 561
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
11 852
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
92 239
6. Ekspor Luar Negeri
ja s: // tp
ht
5. Perubahan Inventori
tim
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
.b ps .
(1)
go .id
I
2016*) III
Komponen Pengeluaran
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8)
IV
Jumlah
* Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
57
bel 2. (Lanjutan)
Tabel 2. (Lanjutan) Komponen Pengeluaran
2017**) III
(2)
(3)
215 792
221 176
3 532
3 689
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
13 387
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
Jumlah
(4)
(5)
(6)
223 783
222 830
883 582
3 638
3 681
14 540
16 297
18 597
20 690
68 971
97 254
100 847
105 406
106 805
410 313
4 268
4 242
7 194
2 320
18 024
50 745
49 090
54 353
51 088
205 276
7. Impor Luar Negeri
66 868
63 546
69 184
70 776
270 375
8. Net Ekspor Antar Daerah
38 357
36 237
39 212
38 010
151 816
356 467
368 034
382 998
374 648
1 482 148
(1)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
6. Ekspor Luar Negeri
ja
tp ht
5. Perubahan Inventori
tim
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8)
go .id
IV
.b ps .
II
s: //
I
* Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
58
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
Tabel 3. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Triwulanan Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Tahun 2013 - 2017 Tabel 3. Komponen Pengeluaran (1)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
I
II
(2)
(3)
2013 III (4)
61,10
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
1,14
1,14
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
5,13
(5)
(6)
62,71
1,21
1,38
1,22
6,19
6,99
8,52
6,74
27,62
27,47
28,35
27,53
0,37
0,27
0,61
(0,84)
0,10
15,53
14,87
15,80
19,67
16,49
18,78
19,20
20,99
25,23
21,11
6,66
8,01
6,89
3,77
6,32
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
.b ps .
s: //
ja
26,60
6. Ekspor Luar Negeri
ht
tp
5. Perubahan Inventori
Jumlah
64,37
tim
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
62,01
go .id
63,35
IV
7. Impor Luar Negeri 8. Net Ekspor Antar Daerah
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
59
Tabel 3. (Lanjutan) Komponen Pengeluaran (1)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
I
II
2014 III
(2)
(3)
(4)
62,26
60,37
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
1,27
1,28
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
4,76
Jumlah
(5)
(6)
61,73
1,15
1,26
1,24
5,82
6,51
8,03
6,30
27,58
27,71
28,21
27,49
3,90
4,63
3,21
0,59
3,07
17,08
16,62
13,88
15,94
15,85
22,50
23,77
22,09
24,46
23,21
6,83
7,49
8,44
7,31
7,53
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
.b ps .
go .id
63,12
tim
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
61,19
IV
s: //
ja
26,40
ht
6. Ekspor Luar Negeri
tp
5. Perubahan Inventori
7. Impor Luar Negeri 8. Net Ekspor Antar Daerah
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
60
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
bel 3. (Lanjutan)
Tabel 3. (Lanjutan) Komponen Pengeluaran (1)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
I
II
(2)
(3)
2015*) III (4)
61,05
59,94
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
1,17
1,17
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
4,36
Jumlah
(5)
(6)
60,28
1,17
1,26
1,20
5,59
6,38
8,34
6,20
27,27
27,56
28,74
27,46
3,71
2,80
2,94
0,43
2,45
15,88
15,48
13,19
13,97
14,60
18,94
19,46
16,48
16,92
17,92
6,59
7,21
6,21
3,01
5,73
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
.b ps .
go .id
61,17
tim
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
59,02
IV
s: //
ja
26,17
6. Ekspor Luar Negeri
ht
tp
5. Perubahan Inventori
7. Impor Luar Negeri 8. Net Ekspor Antar Daerah
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
61
bel 3. (Lanjutan)
Tabel 3. (Lanjutan) Komponen Pengeluaran (1)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
I
II
2016*) III
(2)
(3)
(4)
59,52
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
1,20
1,18
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
4,19
(5)
(6)
59,67
1,19
1,20
1,19
5,95
5,94
6,31
5,62
27,65
27,83
28,78
27,91
1,52
1,27
2,11
0,55
1,37
15,81
16,18
12,64
14,24
14,68
16,05
15,62
14,79
17,75
16,05
5,69
3,86
6,03
6,79
5,61
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
s: //
ja
27,33
6. Ekspor Luar Negeri
ht
.b ps .
tp
5. Perubahan Inventori
Jumlah
59,86
tim
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
59,05
go .id
60,30
IV
7. Impor Luar Negeri 8. Net Ekspor Antar Daerah
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
62
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
bel 3. (Lanjutan)
Tabel 3. (Lanjutan) Komponen Pengeluaran (1)
II
(2)
(3)
(4)
IV
Jumlah
(5)
(6)
59,77
58,37
59,07
59,14
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
1,16
1,19
1,12
1,16
1,16
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
4,36
5,44
5,98
6,50
5,59
27,93
27,97
28,96
28,16
1,38
1,33
1,81
0,62
1,28
14,27
13,66
14,44
14,07
14,11
17,77
16,59
17,18
18,42
17,49
9,47
7,28
7,49
8,03
8,05
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
tp
s: //
27,73
ht
6. Ekspor Luar Negeri
.b ps .
tim
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 5. Perubahan Inventori
go .id
59,40
ja
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
I
2017**) III
7. Impor Luar Negeri 8. Net Ekspor Antar Daerah
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
63
Tabel 4. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Triwulanan Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran (persen), Tahun 2013 - 2017 Tabel 4.
(1)
II
(2)
(3)
(4)
IV
Jumlah
(5)
(6)
61,41
61,60
62,61
62,00
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
0,96
0,97
0,98
1,11
1,00
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
4,05
5,13
5,38
8,22
5,72
27,34
27,71
27,45
28,25
27,69
0,34
0,24
0,63
(0,80)
0,10
16,22
15,77
15,88
18,80
16,67
18,14
19,37
19,62
22,05
19,82
6,84
8,13
7,69
3,86
6,63
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
tim
tp ht
6. Ekspor Luar Negeri
s: //
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 5. Perubahan Inventori
.b ps .
62,39
ja
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
I
2013 III
go .id
Komponen Pengeluaran
7. Impor Luar Negeri 8. Net Ekspor Antar Daerah
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
64
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
Tabel 4. (Lanjutan)
(1)
II
(2)
(3)
(4)
IV
Jumlah
(5)
(6)
61,21
61,21
62,51
61,86
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
1,14
1,14
0,99
1,04
1,08
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
3,97
4,96
5,18
8,01
5,55
26,94
27,17
27,30
27,78
27,30
3,02
4,30
3,45
0,42
2,79
16,78
16,33
13,39
15,28
15,41
20,55
21,79
20,15
22,90
21,35
6,15
6,69
8,64
7,86
7,36
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
tim tp
ht
6. Ekspor Luar Negeri
s: //
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 5. Perubahan Inventori
.b ps .
62,54
ja
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
I
2014 III
go .id
Komponen Pengeluaran
7. Impor Luar Negeri 8. Net Ekspor Antar Daerah
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
65
bel 4. (Lanjutan)
Tabel 4. (Lanjutan)
(1)
II
(2)
(3)
(4)
IV
Jumlah
(5)
(6)
60,70
59,69
60,66
60,74
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
1,00
0,98
0,99
1,07
1,01
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
3,70
4,62
5,35
7,76
5,38
27,14
27,17
27,24
28,05
27,40
2,82
2,99
2,94
0,40
2,28
15,73
15,03
12,99
13,45
14,27
19,30
19,23
16,54
17,43
18,10
6,91
7,74
7,34
6,04
7,01
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
tim
tp ht
6. Ekspor Luar Negeri
s: //
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 5. Perubahan Inventori
.b ps .
62,00
ja
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
I
2015*) III
go .id
Komponen Pengeluaran
7. Impor Luar Negeri 8. Net Ekspor Antar Daerah
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
66
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
bel 4. (Lanjutan)
Tabel 4. (Lanjutan)
(1)
II
(2)
(3)
(4)
IV
Jumlah
(5)
(6)
59,78
59,22
60,56
60,13
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
1,02
1,00
1,00
1,01
1,01
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
3,50
4,83
5,00
5,58
4,74
27,24
27,38
28,19
27,52
1,20
1,17
2,09
0,54
1,26
16,67
17,32
13,14
14,02
15,25
17,47
16,74
15,85
18,57
17,15
6,78
5,39
8,01
8,67
7,23
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
6. Ekspor Luar Negeri
tp
s: //
27,27
ht
5. Perubahan Inventori
tim
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
.b ps .
61,02
ja
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
I
2016*) III
go .id
Komponen Pengeluaran
7. Impor Luar Negeri 8. Net Ekspor Antar Daerah
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
67
bel 4. (Lanjutan)
Tabel 4. (Lanjutan)
(1)
II
(2)
(3)
(4)
IV
Jumlah
(5)
(6)
60,10
58,43
59,48
59,61
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
0,99
1,00
0,95
0,98
0,98
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
3,76
4,43
4,86
5,52
4,65
27,28
27,40
27,52
28,51
27,68
1,20
1,15
1,88
0,62
1,22
6. Ekspor Luar Negeri
14,24
13,34
14,19
13,64
13,85
7. Impor Luar Negeri
18,76
17,27
18,06
18,89
18,24
8. Net Ekspor Antar Daerah
10,76
9,85
10,24
10,15
10,24
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
tim
ht
tp
s: //
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 5. Perubahan Inventori
.b ps .
60,54
ja
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
I
2017**) III
go .id
Komponen Pengeluaran
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
68
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
Tabel 5. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Triwulanan Menurut Pengeluaran (persen), Tahun 2013 - 2017 Tabel 5. Komponen Pengeluaran (1)
I
II
(2)
(3)
2013 III (4)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
1,26
1,44
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
(1,61)
4,09
3,75
IV
Jumlah
(5)
(6)
6,57
5,02
11,78
10,85
30,64
8,46
50,37
5,27
4,45
2,45
1,26
4,88
(816,27)
(26,18)
169,12
(224,15)
1.630,94
(5,73)
0,24
4,14
16,48
2,13
7. Impor Luar Negeri
(12,04)
10,06
4,75
10,58
6,46
8. Net Ekspor Antar Daerah
161,49
22,50
(2,24)
(50,63)
17,60
1,61
3,06
3,43
(1,59)
6,08
tim
(46,67)
.b ps .
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
go .id
0,01
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
s: //
ja
(5,99)
ht
6. Ekspor Luar Negeri
tp
5. Perubahan Inventori
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
69
Tabel 5. (Lanjutan) Komponen Pengeluaran (1)
I
II
2014 III
(2)
(3)
(4)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
0,81
0,93
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
3,14
2,98
3,64
IV
Jumlah
(5)
(6)
5,62
(9,76)
2,97
13,31
28,60
8,26
51,42
2,70
4,04
4,10
(0,45)
4,37
(481,28)
46,64
(16,79)
(88,20)
2.762,59
(9,93)
0,37
(15,05)
11,68
(2,14)
7. Impor Luar Negeri
(5,95)
9,36
(4,17)
11,22
14,04
8. Net Ekspor Antar Daerah
60,97
12,10
33,83
(10,92)
17,55
0,91
3,13
3,63
(2,17)
5,86
tim
(51,23)
.b ps .
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
go .id
(0,09)
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
s: //
ja
(3,76)
ht
6. Ekspor Luar Negeri
tp
5. Perubahan Inventori
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
70
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
bel 5. (Lanjutan)
Tabel 5. (Lanjutan) Komponen Pengeluaran
II
(2)
(3)
(4)
IV
Jumlah
(5)
(6)
(0,22)
1,17
1,92
(0,30)
3,54
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
(3,56)
1,27
4,73
5,74
(1,15)
28,95
20,13
42,23
2,27
3,42
3,93
1,02
5,84
580,71
9,86
1,87
(86,72)
(13,85)
3,56
(1,24)
(10,42)
1,60
(2,36)
7. Impor Luar Negeri
(15,24)
2,98
(10,84)
3,40
(10,61)
8. Net Ekspor Antar Daerah
(11,54)
15,68
(1,67)
(19,25)
0,46
0,61
3,33
3,65
(1,91)
5,44
tim
(53,54)
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
6. Ekspor Luar Negeri
tp
s: //
(1,68)
ht
5. Perubahan Inventori
.b ps .
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
go .id
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
ja
(1)
I
2015*) III
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
71
bel 5. (Lanjutan)
Tabel 5. (Lanjutan) Komponen Pengeluaran
II
(2)
(3)
(4)
IV
Jumlah
(5)
(6)
1,08
1,46
2,52
(0,04)
4,51
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
(3,38)
1,41
3,58
(1,59)
5,87
42,72
7,11
9,12
(6,95)
3,46
4,01
0,65
6,03
202,61
0,98
85,02
(74,60)
(41,86)
24,52
7,61
(21,49)
4,27
12,83
0,67
(0,75)
(2,04)
14,58
0,02
12,72
(17,66)
53,75
5,78
8,83
0,48
3,56
3,49
(2,25)
5,57
tim
(54,63)
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
6. Ekspor Luar Negeri
tp
s: //
(2,33)
ht
5. Perubahan Inventori
.b ps .
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
go .id
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
ja
(1)
I
2016*) III
7. Impor Luar Negeri 8. Net Ekspor Antar Daerah
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
72
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
bel 5. (Lanjutan)
Tabel 5. (Lanjutan) Komponen Pengeluaran (1)
I
II
(2)
(3)
2017**) III (4)
IV
Jumlah
(5)
(6)
0,54
2,50
1,18
(0,43)
4,54
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
(1,44)
4,47
(1,39)
1,18
2,35
21,74
14,11
11,26
3,47
3,69
4,52
1,33
6,07
121,61
(0,60)
69,58
(67,75)
2,04
2,14
(3,26)
10,72
(6,01)
(4,26)
1,59
(4,97)
8,87
2,30
12,19
24,89
(5,53)
8,21
(3,07)
49,47
0,59
3,24
4,07
(2,18)
5,45
tim
(32,29)
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
6. Ekspor Luar Negeri
tp
s: //
ja
(2,66)
ht
5. Perubahan Inventori
.b ps .
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
go .id
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
7. Impor Luar Negeri 8. Net Ekspor Antar Daerah
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
73
Tabel 6. Perubahan Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto Triwulanan (2010 = 100) Menurut Pengeluaran (persen), Tahun 2013 - 2017 Tabel 6. Komponen Pengeluaran
II
(2)
(3)
(4)
IV
Jumlah
(5)
(6)
115,33
115,31
117,75
120,35
117,22
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
135,52
137,34
144,30
144,99
140,82
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
143,92
139,70
151,95
121,32
136,70
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
110,49
115,51
117,07
117,50
115,22
123,91
129,29
113,31
122,90
112,30
108,76
109,28
116,36
122,44
114,65
7. Impor Luar Negeri
117,61
114,89
125,13
133,94
123,46
8. Net Ekspor Antar Daerah
110,49
114,12
104,81
114,49
110,49
113,57
115,90
116,97
117,05
115,90
6. Ekspor Luar Negeri
tim
ja s: // tp
ht
5. Perubahan Inventori
go .id
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
.b ps .
(1)
I
2013 III
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
74
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
Tabel 6. (Lanjutan) Komponen Pengeluaran
II
(2)
(3)
(4)
IV
Jumlah
(5)
(6)
120,42
120,23
122,54
122,88
121,54
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
135,39
137,32
142,29
146,95
140,36
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
144,96
143,10
154,19
121,98
138,39
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
118,58
123,71
124,45
123,57
122,64
155,90
131,20
113,92
172,12
133,68
123,16
124,03
127,09
126,96
125,22
7. Impor Luar Negeri
132,50
132,99
134,41
129,97
132,41
8. Net Ekspor Antar Daerah
134,24
136,49
119,83
113,19
124,71
120,97
121,90
122,58
121,69
121,80
6. Ekspor Luar Negeri
.b ps .
tim
s: // tp ht
5. Perubahan Inventori
go .id
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
ja
(1)
I
2014 III
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
75
bel 6. (Lanjutan)
Tabel 6. (Lanjutan) Komponen Pengeluaran
II
(2)
(3)
(4)
IV
Jumlah
(5)
(6)
123,71
124,91
126,64
128,98
126,08
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
147,51
151,80
151,75
151,73
150,75
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
148,07
153,17
152,68
137,40
146,45
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
121,13
126,99
129,59
131,06
127,31
165,53
118,29
128,02
136,90
136,38
126,83
130,28
130,05
132,82
129,92
7. Impor Luar Negeri
123,30
128,04
127,59
124,14
125,77
8. Net Ekspor Antar Daerah
119,72
117,83
108,34
63,62
103,90
125,62
126,50
128,07
127,90
127,05
6. Ekspor Luar Negeri
.b ps .
tim
s: // tp ht
5. Perubahan Inventori
go .id
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
ja
(1)
I
2015*) III
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
76
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
bel 6. (Lanjutan)
Tabel 6. (Lanjutan) Komponen Pengeluaran
II
(2)
(3)
(4)
IV
Jumlah
(5)
(6)
129,75
131,13
132,05
131,61
131,15
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
153,74
155,39
157,20
157,79
156,06
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
156,85
162,25
157,52
150,58
156,54
131,62
133,67
134,61
135,94
134,01
166,80
143,54
133,59
135,96
143,79
6. Ekspor Luar Negeri
124,49
123,05
127,39
135,25
127,22
7. Impor Luar Negeri
120,62
122,87
123,65
127,20
123,69
8. Net Ekspor Antar Daerah
110,23
94,36
99,78
104,35
102,51
131,29
131,71
132,44
133,14
132,16
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8)
.b ps .
tim
tp ht
5. Perubahan Inventori
s: //
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
go .id
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
ja
(1)
I
2016*) III
* Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
77
bel 6. (Lanjutan)
Tabel 6. (Lanjutan) Komponen Pengeluaran
(2)
(3)
(4)
IV
Jumlah
(5)
(6)
132,41
134,73
136,46
136,91
135,15
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
157,94
160,67
161,67
163,39
160,95
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
156,71
166,28
168,14
162,15
163,69
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
137,14
138,10
138,83
140,03
138,56
155,29
156,05
131,75
138,71
143,94
6. Ekspor Luar Negeri
135,31
138,69
138,95
142,25
138,81
7. Impor Luar Negeri
127,84
130,14
129,89
134,41
130,62
8. Net Ekspor Antar Daerah
118,76
100,13
99,89
109,14
107,03
134,94
135,47
136,60
137,85
136,23
tim
s: // tp
ht
5. Perubahan Inventori
go .id
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
.b ps .
II
ja
(1)
I
2017**) III
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
78
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
Tabel 7. Laju Perubahan Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto Triwulanan (2010 = 100) Menurut Pengeluaran (persen), Tahun 2013 - 2017 Tabel 7.
(1)
I
II
(2)
(3)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
(0,68)
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
2,71
2013 III (4)
go .id
Komponen Pengeluaran
Jumlah
(5)
(6)
2,20
4,08
1,34
5,07
0,48
8,40
(2,94)
8,77
(20,16)
2,75
(0,63)
4,55
1,34
0,37
5,24
5,12
4,34
(12,36)
8,47
2,66
6. Ekspor Luar Negeri
(1,19)
0,47
6,48
5,23
4,94
7. Impor Luar Negeri
1,62
(2,31)
8,91
7,04
7,95
624,69
3,28
(8,16)
9,24
17,47
1,33
2,04
0,93
0,06
4,37
tim
.b ps .
2,12
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
ja
12,29
ht
tp
s: //
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 5. Perubahan Inventori
(0,02)
IV
8. Net Ekspor Antar Daerah
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
79
Tabel 7. (Lanjutan)
(1)
I
II
2014 III
(2)
(3)
(4)
0,06
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
(6,62)
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
19,49
Jumlah
(5)
(6)
3,68
1,43
3,61
3,28
(0,32)
(1,28)
7,75
(20,90)
1,24
0,92
4,32
0,60
(0,71)
6,44
26,85
(15,84)
(13,17)
51,09
19,04
6. Ekspor Luar Negeri
0,59
0,71
2,46
(0,10)
9,22
7. Impor Luar Negeri
(1,08)
0,37
1,07
(3,30)
7,25
8. Net Ekspor Antar Daerah
17,25
1,68
(12,21)
(5,54)
12,87
3,35
0,77
0,56
(0,73)
5,09
s: // tp
ht
5. Perubahan Inventori
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8)
.b ps .
0,27
ja
1,92
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto
(0,16)
IV
tim
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
go .id
Komponen Pengeluaran
* Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
80
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
bel 7. (Lanjutan)
Tabel 7. (Lanjutan)
(1)
I
II
(2)
(3)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
0,67
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
0,38
2015*) III (4)
go .id
Komponen Pengeluaran
Jumlah
(5)
(6)
1,85
3,74
2,91
(0,04)
(0,01)
7,40
3,45
(0,32)
(10,01)
5,82
(1,98)
4,84
2,04
1,14
3,81
(3,83)
(28,54)
8,23
6,93
2,02
6. Ekspor Luar Negeri
(0,10)
2,72
(0,18)
2,13
3,75
7. Impor Luar Negeri
(5,14)
3,84
(0,35)
(2,71)
(5,01)
8. Net Ekspor Antar Daerah
5,77
(1,58)
(8,05)
(41,28)
(16,69)
3,23
0,70
1,24
(0,13)
4,31
ja
tim
21,40
ht
tp
s: //
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 5. Perubahan Inventori
.b ps .
1,39
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
0,97
IV
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
81
bel 7. (Lanjutan)
Tabel 7. (Lanjutan)
(1)
I
II
2016*) III
(2)
(3)
(4)
0,59
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
1,32
Jumlah
(5)
(6)
(0,34)
4,02
1,07
1,16
0,38
3,52
3,45
(2,92)
(4,40)
6,89
0,43
1,56
0,70
0,99
5,26
21,84
(13,95)
(6,93)
1,78
5,43
6. Ekspor Luar Negeri
(6,27)
(1,16)
3,53
6,17
(2,07)
7. Impor Luar Negeri
(2,83)
1,86
0,63
2,87
(1,65)
8. Net Ekspor Antar Daerah
73,26
(14,39)
5,74
4,59
(1,33)
2,65
0,32
0,55
0,53
4,02
ja
ht
tp
s: //
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 5. Perubahan Inventori
14,15
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8)
.b ps .
0,71
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
1,06
IV
tim
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
go .id
Komponen Pengeluaran
* Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
82
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
bel 7. (Lanjutan)
Tabel 7. (Lanjutan)
(1)
I
II
(2)
(3)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
0,61
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
0,10
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
4,07
2017**) III (4)
go .id
Komponen Pengeluaran
1,75
IV
Jumlah
(5)
(6)
0,33
3,05
1,73
0,62
1,06
3,13
6,11
1,12
(3,57)
4,56
0,88
0,70
0,53
0,86
3,40
14,21
0,49
(15,57)
5,28
0,11
6. Ekspor Luar Negeri
0,04
2,50
0,19
2,37
9,11
7. Impor Luar Negeri
0,50
1,80
(0,20)
3,48
5,61
13,80
(15,69)
(0,24)
9,26
4,41
1,35
0,39
0,84
0,91
3,08
tim
ja
ht
tp
s: //
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 5. Perubahan Inventori
.b ps .
1,29
8. Net Ekspor Antar Daerah
PDRB (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7 + 8) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Pengeluaran
83
s: //j
ht tp
ps .g o.
.b
at im id