LAPORAN PENDAHULUAN ABORTUS INKOMPLIT
A. Pengertian Abortus incomplitus adalah hanya sebagian dari hasil konsepsi keluaran, sisa yang ketinggalan/ plasenta. Abortus incompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. (Prawirohardjo, 1994, hal : 307) Abortus incompletus adalah apabila janin dan plasenta tampak dikeluarkan sebagai suatu konsep utuh, sejumlah jaringan plasenta sering sering sering robek lepas dan tetap menempel pada dinding uterus (Benzion Taher, M.D. HAL : 62) Abortus incompletus adalah proses abortus dimana sebagian konsepsi telah keluar melalui jalan lahir (Dr. Chrisdiono M. Achadiat, SpOG : 26)
B. Etiologi Penyebab abortus
adalah anomali kromosom menyebabkan sekurang-kurangnya
separuh dari abortus dini, dan dengan semakin lanjutnya usia ibu. Frekuensi abortus yang dikenali secara klinis bertambah 12 % pada wanita yang berusia kurang dari 20 tahun,pada wanita berumur 40 tahun mencapai 26% (Cunningham dkk.,2000) Abortus incompletus terjadi karena : -
Terjadi pada kehamilan yang lebih besar
-
Umur kehamilan yang lebih muda daripada 8 minggu
-
Ibu hamil yang menderita berbagai penyakit : a) Infeksi virus rubela, herpes simpleks, sitomegali, campak, hepatitis b) Penyakit kronis c) Penyakit endokrin d) Malnutrisi e) Pengaruh toksin f) Trauma psikis g) Akibat laparatomi h) Keracunan obat i) Penyakit diabetes melitus j) Terken polio
C. Patofisiologi Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum), janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
D. Pathway Kehamilan yang lebih muda/ besar
Penyakit yang diderita ibu (thypoid, kelainan endokrin, trauma dsb)
Abortus incompletus
Sisa konseptus yang tertahan
Sisa sedikit
Mencegah uterus berkontraksi
Sisa lebih besar
Terjadi pelepasan perlahan-lahan
Perdarahan yang terus menerus
Perdarahan yang berharihari
Dilakukan tindakan curratage
Bedrest Penurunan aktivitas
Kontinuitas jaringan terputus akibat pembersihan sisa plasenta
Adanya luka
Kurang pengetahuan
Lemah Intoleransi aktivitas
Resti Infeksi Nyeri Cemas
(Dr. TMA Cholik, DsOG)
E. Manifestasi Klinis 1) Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu. 2) Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat. 3) Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi. 4) Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus. 5) Pemeriksaan ginekologi : 6) Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva. 7) Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium. 8) Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, 9) tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
F. PemeriksaanPenunjang Inspeksi vulva a) Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak b) Adakah disertai bekuan darah c) Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian d) Adakah tercium bau busuk dari vulva Pemeriksaan dalam speculum a) Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri b) Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka c) Apakah tampak jaringan keluar ostium d) Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium Pemeriksaan dalam a) Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup b) Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri c) Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan d) Adakah nyeri pada saat porsio digoyang e) Adakah rasa nyeri pada perabaan adneksa f) Adakah terasa tumor atau tidak g) Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak
G. Penatalaksanaan abortus incomplete 1) Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infuse cairan NaCI fisiologi atau RL dan selekas mungkin di tranfusi darah. 2) Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajarn lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg intramuscular. 3) Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual. 4) Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
H. Pemeriksaan Diagnostik
:
1. Test HCG Urine
Indikator kehamilan
2. Ultra Sonografi
Kondisi janin/cavum ut
Positif terdapat janin/sisa janin
3. Kadar Hematocrit/Ht Status Hemodinamika
Penurunan (< 35 mg%)
4. Kadar Hemoglobin
Status Hemodinamika
Penurunan (< 10 mg%)
5. Kadar SDP
Resiko Infeksi
Meningkat(>10.000 U/dl)
6. Kultur
Kuman spesifik
Ditemukan kuman
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah : 1. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat 2. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang pervaginam berulang 3. Riwayat kesehatan , yang terdiri atas : a) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan. 4. Riwayat kesehatan masa lalu Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung. 5. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya. 6. Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga. 7. Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya 8. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana riwayat kehamilan yang lalu dan keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya. 9. Riwayat kehamilan sekarang: kaji kondisi awal janin dan seberapa sering control kehamilan 10. Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya. 11. Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya. 12. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit. 13. Pemeriksaan fisik, meliputi :
Inspeksi
: Observasi warna kulit, laserasi, lesi terhadap drainase, pola
pernafasan terhadap kealaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan eksrtimitas, adanya keterbatasan fisik, dan seterusnya.
Palpasi
: Merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus. Menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal.
Perkusi
: Ketuk lutut dan dan dada dengarkan bunyi yang menunjukkan
ada tidaknya cairan atau massa, memeriksa reflek kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak.
Auskultasi
: Mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada
untuk bunyi jantung/paru. Abdomen untung bising usus atau denyut jantung janin.
13. Pemeriksaan Laboratorium : Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear. Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa. 14. Data lain-lain : Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di RS. -
Data psikososial. Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan.Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien
-
Data spiritual : Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan.
B. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri (akut) berhubungan dengan inkontinuitas jaringan, efek-efek anestesis 2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan adanya tempat masuknya organisme sekunder terhadap tindakan curratage 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan sekunder akibat pasca abortus 4. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan
C. Fokus Intervensi 1. Nyeri (akut) berhubungan dengan inkontinuitas jaringan, efek-efek anestesis Kriteria Hasil : a. Mengidentifikasi
dan
menggunakan
ketidaknyamanan dengan tepat.
intervensi
untuk
membatasi
nyeri/
b. Tampak rileks, mampu tidak/ istirahatdengan tepat, nyeri berkurang. Intervensi : a. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien R : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi. b. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya R : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri c. Kolaborasi pemberian analgetika R : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik 2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan adanya tempat masuknya organisme sekunder terhadap tindakan curratage Kriteria Hasil : Tanda-tanda infeksi tidak muncul Intervensi : a. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau R : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi b. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan R : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar c. Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart R : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart d. Lakukan perawatan vulva R :Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi. e. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi R : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi f. Anjurkan pada suami untuk
tidak melakukan hubungan senggama se;ama masa
perdarahan R : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu; senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi system reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko infeksi pada pasangan. 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan sekunder akibat pasca abortus Kriteria Hasil : Dapat memperlihatkan kemajuan dalam beraktivitas Intervensi :
a. Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas R : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk b. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan R : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi c. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari R : Mengistiratkan klilen secara optimal d.
Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien R : Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan
e. Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas R : Menilai kondisi umum klien 4. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan Kriteria hasil : Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat Intervensi : a. Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit R : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas b. Kaji derajat kecemasan yang dialami klien R : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian objektif klien tentang penyakit c. Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan R : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien d. Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama R : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan kecemasan e. Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga R : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.
D. Implementasi Implementasi keperawatan merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan yang mencakup tindakan tindakan independen (mandiri) dan kolaborasi. Akan tetapi implementasi keperawatan disesuaikan dengan situasi dan kondisi pasien. Tindakan mandiri adalah aktivitas perawatan yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusanbersama seperti dokter dan petugas kesehatan lain.
E. Evaluasi Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Jika tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak kesalahannya, dicari jalan keluarnya, kemudian catat apa yang ditemukan, serta apakah perlu dilakukan perubahan intervensi.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, 2000, Diagnosa Keperawatan, Alih Bahasa : Yasmin Asih, Editor : Tim Editor EGC Edisi 26, EGC Jakarta. Prince S.A, Wilson L.M, 2006, Patofisologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Penerbit Buku Kedokteran : EGC, Jakarta Brunner dan Suddarth, (2001) Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 2, penerbit EGC. Guyton, C. Arthur, (1991), Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, Missisipi; Departemen of Physiology and Biophysis. EGC. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta. Junadi, Purnawan,(2000), Kapita Selekta Kedokteran, edisi ke III, penerbit FKUI, Jakarta. Long, Barbara C, (1996), Keperawatan Medikal Bedah, EGC. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. Tucker, Susan Martin(1998), Standar Perawatan Pasien, Penerbit buku kedokteran, EGC. Jakarta