Lp Abses Gluteus.docx

  • Uploaded by: Anas
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Abses Gluteus.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,137
  • Pages: 17
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN ABSES GLUTEUS DI RUANG 14 RSUD. dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh : Risky Gilang Eka Yuda 2018.04.079

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANBANYUWANGI 2019

A. Anatomi Fisiologi Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan merupakan proteksi terhadap organ-organ yang terdapat dibawahnya dan membangun sebuah barrier yang memisahkan organ-organ internal dengan lingkungan luar dan turut berpartisipasi dalam banyak fungsi tubuh yang vital. •Luas kulit orang dewasa 1,5 -2 m2 dengan berat kira-kira 15 % dari berat badan manusia •Tebal bervariasi antara ½ - 3 mm. •Kulit sangat kompleks, elastis dan sensitif bervariasi pada keadaan iklim, umur, sex, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh Kulit dapat bergerak dan meregang tergantung pada : •Tebal kulit •Jumlah lipatan kulit •Elastisitas kulit •Perlekatan kulit dengan jaringan dibawahnya •Umur individu. Lapisan Kulit •Epidermis •Dermis •Jaringan subcutan. Epidermis Terdiri dari 5 lapisan (stratum) berturut-turut dari atas ke bawah : •Stratum corneum •Stratum lucidum •Stratum garanulosum •Stratum spinosum/ spongiosum •Stratum basale Stratum Corneum •Lapisan paling luar terdiri dari sel-sel gepeng dan tidak berinti lagi, sudah mati dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin. •Makin keatas makin halus dan lama-lama terlepas dari kulit berupa sisik-sisik yang sangat halus. •Diperkirakan, tubuh melepaskan 50-60 milyar keratinosit (korneosit) setiap hari Stratum Lucidum •Hanya terdapat pada kulit yang tebal. •Mikroskop elektron menunjukkan bahwa sel-selnya sejenis dengan sel-sel yang berada di stratum corneum. Stratum Granulosum •Terdiri dari tiga sampai empat lapisan atau keratocytes yang dipipihkan.

•Keratocytes ini berperan besar terhadap susunan keratin di dalam lapisan atas epidermis. Stratum Spinosum •Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda, karena adanya proses mitosis. •Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen dan inti terletak ditengah-tengah. •Diantara sel spinosum terdapat sel langerhans  mengaktifkan sistem imun Stratum Basale •Lapisan terdalam epidermis •10-20 % sel di stratum basale adalah melanocytes  melanin, sel warna untuk kulit (pigmen). •Butiran melanin berkumpul pada permukaan setiap keratinocytes. Dermis •Dermis membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan struktur pada kulit. Lapisan ini tersusun dari dua lapisan yaitu : –Lapisan papillaris yaitu bagian yang menonjol ke epidermis merupakan jaringan fibrous tersusun longgar yang berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah. –Lapisan retikularis yaitu bagian di bawah lapisan papilaris yang menonjol ke arah subcutan, lebih tebal dan banyak jaringan ikat. •Dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf, kelenjar keringat serta sebasea dan akar rambut. Jaringan Subcutan/ Hipodermis Merupakan lapisan kulit yang paling dalam. Lapisan ini terutama berupa jaringan adiposa yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang. Jaringan subcutan dan jumlah lemak yang tertimbun merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu tubuh.

B. Definisi Abses adalah penimbunan nanah yang terjadi akibat infeksi bakteri. Abses dapat terjadi di mana saja pada bagian tubuh kita. Abses dapat terlihat karena berada di bagian luar tubuh (pada lapisan kulit) atau terjadi pada organ dalam tubuh, yang tidak terlihat.Abses merupakan kumpula nanah (netrofil yang telah mati) yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi oleh bakteri, karena adanya benda asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum suntik). Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat dari infeksi yang melibatkan organisme progenik, nanah merupakan suatu campuran dari jaringan nekrokti, bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim autolitik (Morison, 2008).

Abses merupakan suatu infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri atau parasit karena adanya benda asing dan mengandung nanah yang merupakan campuran dari jaringan nefrotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati (Siregar, 2007). C. Etiologi Menurut Siregar (2007), suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses ketika bakteri masuk ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. sebagian sel mati jaringan yang sehat itu mati, dan hancur meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara: bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak steril dan bakteri dapat menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain. Kondisi ini memicu sel-sel darah putih yang berfungsi melawan infeksi masuk ke dalam rongga tersebut, memerangi bakteri, dan kemudian mati. Sel darah putih yang mati itulah yang membentuk cairan nanah, yang mengisi rongga tersebut. Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang terdapat gangguan sistem kekebalan.

D. Patofisiologis Kuman yang masuk kedalam tubuh akan menyebabkan kerusakan jaringan dengan cara mengeluarkan toksin. Bakteri melepaskan eksotoksin yang spesifik (sintesis), kimiawi yang secara spesifik mengawali proses peradangan atau melepaskan endotoksin yang ada hubunganya dengan dinding sel. Reaksi hipersensitivitas terjadi bila ada perubahan kondisi respon imunologi mengakibatkan perubahan reaksi imun yang merusak jaringan. Agent fisik dan bahan kimia oksidan dan korosif menyebabkan kerusakan jaringan,kematian jaringan menstimulus untuk terjadi infeksi. Infeksi merupakan salah penyebab dari peradangan, kemerahan merupakan tanda awal yang terlihat akibat dilatasi arteriol akan meningkatkan aliran darah ke mikro sirkulasi kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan bersifat lokal. Peningkatan suhu dapat terjadi secara sistemik. Akibat endogen

pirogen yang dihasilkan makrofaq mempengaruhi termoregulasi pada suhu lebih tinggi sehingga produksi panas meningkat dan terjadi hipertermi. Peradangan terjadi perubahan diameter pembuluh darah mengalir keseluruh kapiler, kemudian aliran darah kembali pelan. Sel-sel darah mendekati dinding pembuluh darah didaerah zona plasmatik. Leukosit menempel pada epitel sehingga langkah awal terjadi emigrasi kedalam ruang ekstravaskuler lambatnya aliran darah yang mengikuti Fase hyperemia meningkatkan permiabilitas vaskuler mengakibatkan keluarya plasma kedalam jaringan, sedang sel darah tertinggal dalam pembuluh darah akibat tekanan hidrostatik meningkat dan tekanan osmotik menurun sehingga terjadi akumulasi cairan didalam rongga ekstravaskuler yang merupakan bagian dari cairan eksudat yaitu edema. Regangan dan distorsi jaringan akibat edema dan tekanan pus dalam rongga abses menyebabkan rasa nyeri. Mediator kimiawi, termasuk bradikinin, prostaglandin, dan serotonin merusak ujung saraf sehingga menurunkan ambang stimulus terhadap reseptor mekanosensitif dan termosensitif yang menimbulkan nyeri. Adanya edema akan mengganggu gerak jaringan

sehingga

mengalami penurunan fungsi tubuh yang menyebabkan terganggunya mobilitas litas. Inflamasi terus terjadi selama, masih ada pengrusakan jaringan bila penyebab kerusakan bisa diatasi, maka debris akan difagosit dan dibuang oleh tubuh sampai terjadi resolusi dan kesembuhan. Reaksi sel fagosit yang berlebihan menyebabkan debris terkumpul dalam suatu rongga membentuk abses di sel jaringan lain membentuk flegmon. Trauma yang hebat menimbulkan reaksi tubuh yang berlebihan berupa fagositosis debris yang diikuti dengan pembentukan jaringan granulasi vaskuler untuk mengganti jaringan yang rusak (fase organisasi), bila fase destruksi jaringan berhenti akan terjadi fase penyembuhan melalui jaringan granulasi fibrosa. Tapi bila destruksi jaringan berlangsung terus akan terjadi fase inflamasi kronik yang akan sembuh bila rangsang yang merusak hilang. Abses yang tidak diobati akan pecah dan mengeluarkan pus kekuningan sehingga terjadi kerusakan Integritas kulit. Sedangkan abses yang diinsisi dapat mengakibatkan resiko penyebaran infeksi. E. Manifestasi Klinis Tidak dapat dirasakan gejala saat kuman menyerang suatu bagian tubuh tertentu. Tetapi setelah abses terbentuk, biasanya kita merasa tidak nyaman, terjadi pembengkakan, demam dan jika abses terjadi di organ luar tubuh, akan terlihat kumpulan nanah. Sedangkan jika abses terjadi di bagian dalam tubuh, maka yang dapat dirasakan adalah organ tubuh yang membesar (akibat pembengkakan). abses merupakan salah satu manifestasi peradangan,

maka manifestasi lain yang mengikuti abses dapat merupakan tanda dan gejala dari proses inflamasi, yakni: kemerahan (rubor), panas (calor), pembengkakan (tumor), rasa nyeri (dolor), dan hilangnya fungsi. Menurut Smatzer (2013), gejala dari abses tergantung lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi atau organ syaraf yaitu bisa berupa: a. Nyeri tekan b. Akral teraba hangat c. Pembengkakan d. Kemerahan e. Demam Suatu abses yang terbentuk tepat bawah kulit biasanya tampak sebagai benjolan. Adapun lokasi abses antara lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah. Jika abses akan pecah maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses didalam tubuh sebelumnya menimbulkan gejala seringkali terlrbih tumbuh lebih besar. Paling sering abses akan menimbulkan nyeri trkan dengan massa yang berwarna merah, hangat pada permukaan abses.

F. Pathways

Faktor predisposisi

Bakteri multiplikasi merusak jaringan yaitu benda asing yg menyebabkaan luka & agen fisik

abses terlokasi dr matinya jrngan nekrotik bakteri & sel drh putih

Operasi

Tubuh bereaksi untk perlindungan trhdp penyebaran infeksi

Trjd proses peradangan

Lepasnya zat progen leukosit pd jaringan

Cemas

Ansietas Peradangan kurang informasi

Kerusakan integritas jaringan

Demam

Panas Defisiensi pengetahuan

Resiko pendarahan Hipertemi

G. Pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan diagnostik Pada penderita abses biasanya pemeriksaan darah menunjukan peningkatan jumlah sel darah putih. Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dalam, biasanya dilakukan pemeriksaan: a. Rontgen b. USG c. Ct-Scan

H. Pemeriksaan Medis Abses luka biasanya tidak membutuhkan penanggan menggunakan antibiotik. Namun demikian kondisi tersebut butuh ditangani dengan intervensi bedah, debridment, dan kreatase. Hal ini sangan penting untuk diperhatikan bahwa penanggan hanya dengan menggunakan antibiotik tanpa drainase pembedahan tindakan yang efektif. Hal tersebut terjadi karena antibiotik sering tidak mampu masuk kedalam abses dan selain antibiotik tersebut sering kali dapat bekerja dalam pH yang rendah.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian a. Riwayat Kesehatan Hal-hal yang perlu di kaji antara lain adalah: -

Abses kulit atau di bawah kulit sangat mudah di kenali, sedangkan abses dalam sering kali sulit ditemukan.

-

Riwayat trauma, seperti tertusuk jarum atau terkena peluru.

-

Riwayat infeksi sebelumnya yang terasa cepat menunjukan rasa sakit diikuti adanya rasa eksudat tetapi tidak bisa dikeluarkan.

b. Pemeriksaan Fisik -

Luka terbuka atau tertutup.

-

Organ atau terinfeksi.

-

Masa eksudat atau dengan bermata.

-

Peradangan berwarna pink atau kemerahan .

-

Abses dengan ukuran bervariasi.

-

Rasa sakit bila dipalpasi akan terasa fluktuatif.

c. Pemeriksaan laboratorium -

Hasil pemeriksaan leukosit menunjukan peningkatan jumlah sel darah putih.

2. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi b. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit c. Resiko perdaraha berhubungan dengan pembedahan d. Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan trauma jaringan e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan sumber informasi

3. Fokus Intervensi a. Pre operasi No

Diagnosa

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Keperawatan

NOC

Keperawatan NIC

1.

Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan keperawatan Pain menejemen injuri biologis

selama...x24 jam diharapkan nyeri -Lakukan TTV dapat teratasi dengan indikator:

-Kaji

Pain level

komperhensif

Indikator

IR

-Ekspresi nyeri pada 2

-Anjurkan

5

relaksasi dan distraksi

5

nyeri

meringis Ket: 1. Kuat 2. Berat 3. Sedang 4. Ringan 5. Tidak ada

teknik

-Kolaborasi pemberian

-Melaporkan adanya 2

-Merintih

secara

ER

wajah

-Frekuensi nyeri

nyeri

2

5

dan 2

5

analgetik

2.

Cemas b.d kurang Setelah dilakukan keperawatan Anooety reduction pengetahuan

selama...x24 jam diharap cemas -Gunakan pendekatan

mengenai mproses dapat teratasi:

yang menenangkan

penyakit

-Berikan

Asodety control Indikator

IR ER

-Menyingkirkan tanda 2

5

-Merencanakan

2

5

2

5

strategi koping untuk situasi penuh -Menggunakan

faktual -Identifikasi kecemasan

kecemasan

strategi koping efektif

Ket: 1. Slalu menunjukan 2. Sering menunjukan 3. Kadang-kadang menunjukan 4. Jarang menunjukan 5. Tidak pernah menunjukan

informasi

tingkat

b. Post Operasi No.

Diagnosa

NIC

NOC

keperawatan 1.

Nyeri

b.d

inflamasi

proses Setelah

dilakukan Pain menejemen

keperawatan

selama...x24 -Lakukan TTV

jam diharapkan nyeri dapat -Kaji nyeri secara teratasi dengan indikator:

komperhensif

Pain level

-Anjurkan teknik

Indikator

IR

-Ekspresi nyeri 2

ER

relaksasi

5

distraksi -Kolaborasi

pada wajah -Melaporkan

2

5

analgetik

adanya nyeri -Frekuensi

2

5

nyeri

2

5

-Merintih

pemberian

dan

meringis Ket: 1. Kuat 2. Berat 3. Sedang 4. Ringan 5. Tidak ada 2.

Hipertermia proses penyakit

b.d Setelah keperawatan

dilakukan -Monitor TTV selama...x24

dan

jam diharapka suhu klien -Monitor

warna

dalam batas normal:

dan suhu tubuh

Thermogulation

-Tingkatkan

Indikator -Suhu

IR sesuai 2

ER

sirkulasi darah

5

-Berikan

yang

pengobatan untuk

diharapkan

mencegah

-Denyut

nadi 2

5

terjadinya menggigil

sesuai -Pernafasan

2

5

2

5

normal -Hidrasi adekuat Ket: 1. Kuat 2. Berat 3. Sedang 4. Ringan 5. Tidak ada

3.

Resiko

pendarahan Setelah dilakukan tindakan -Monitor TTV

b.d pembedahan

keperawatan

selama...x24

jam diharapkan pendarahan -Kolaborasi teratasi dengan indikator:

dengan tim medis

Indikator

IR

ER

-Lakukan

-Frekuensi

2

5

luka

2

5

balut

perdarahan -Melaporkan adanya nyeri

Ket: 1. Kuat 2. Berat 3. Sedang 4. Ringan 5. Tidak ada

4.

Kerusakan integritas Setelah kulit jaringan

b.d

dilakukan Pressure

trauma keperawatan selama..x24 jam managemen diharapkan jaringan

granulasi -Anjurkan pasien mengalami untuk

peningkatan

memakai

dengan baju longgar

indikator:

-Mobilisasi

Tissue integtiti

pasien

Indikator

IR

ER

-Temperatur

2

5

pasin

jaringan -Hidrasi sesuai 2 yang

-Monitor aktivitas

5

-Berikan pelembab

di

harapkan -Perfusi

2

5

2

5

jaringan -Bebas lesi Ket: 1. Kuat 2. Berat 3. Sedang 4. Ringan 5. Tidak ada

5.

Defisiensi pengetahuan sumber informasi

Setelah dilakukan tindakan -Monitor TTV b.d keperawatan

selama...x24 -Berikan

jam diharapkan pengetahuan penilaian tentang meningkat:

penyakit

Knowledge

-Berikan

Indikator

IR ER

tanda

dan gejala yang bisa muncul

-

2

5

-Informasikan

Mendiskripsikan

kepada

pasien

fator penyebab

tentang

kondisi

-Mengetahui

2

5

tepat

tanda dan gejala -Mengetahui faktor resiko

Ket: 1. Penuh 2. Berat 3. Sedang 4. Sedikit 5. Tidak ada

dengan cara yang

2

5

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoes, A (2007). Kapita Selekta Kedokteraan. Jakarta. EGC Smeltzer (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol.3. Jakarta : EGC Nanda Internasional. (2012). Nursing Diagnoses Definition and Clasification 2012. WileyBlacwell.United Kingdom Prise & Wilkinson. (2008). Patofisiologis Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta.EGC Soeparman & Waspadji. (2012). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta. EGC

Related Documents

Lp Abses Abdomen.docx
December 2019 8
Lp Abses Gluteus.docx
December 2019 30
Abses Paru
May 2020 43
Abses-hepar.docx
October 2019 53
Abses Peritonsil
October 2019 51
Abses Gigi.docx
June 2020 23

More Documents from "Anonymous uGbcVSJTDg"