A. Pengertian Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala (Suriadi & Rita Yuliani, 2001). Sedangkan menurut Arief mansjoer (2000) cedera kepela merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan terutama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakkaan lalu lintas. Sehingga dapat disimpulkan cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi - decelerasis) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan.
B. Etiologi Penyebab terjadinya cedera kepala adalah kecelakaan lalu lintas: kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda mobil, serta kecelakaan pada saat olah raga.
C. Patafisiologi Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg %, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral. Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik. Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 - 60 ml / menit / 100 gr. jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output.
Trauma kepala meyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas atypicalmyocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem paru. Perubahan otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan disritmia, fibrilasi atrium dan vebtrikel, takikardia. Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi . Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar.
Pathway Kecelakaan
Cedera sekunder/tidak langsung
Cedera primer/langsung
Kerusakan saraf otak
Laserasi
Aliran Darah Otak
Suplai nutrisi ke otak
As. Laktat
Perubahan metabolism anaerob
Produk ATP
Hipoksia
Energi berkurang
Edema jaringan otak
Fatigue
Vasodilatasi cerebri
Aliran Darah Otak
Penekanan pembuluh darah dan jaringan cerebral
Pe
TIK: mual, muntah
Nyeri Akut
Ggn. Persepsi sensori
Gangguan perfusi jaringan
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Kelemahan Fisik
Ggn mobilitas fisik
D. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala cedera kepala berdasarkan klasifikasi sesuai Nilai Skala Glasgow (GCS): 1. Minor (SKG 13 – 15) Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30 menit. Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral, hematoma. 2. Sedang (SKG 9 – 12) Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam. Dapat mengalami fraktur tengkorak. 3. Berat (SKG 3 – 8) Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jamJuga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematoma intrakranial.
E. Penatalaksanaan 1. Terapi diuretik
Diuretik osmotic (mannitol 20)
Loop diuretic (furosemide)
2. Terapi Barbiturat (Phenobarbital) Terapi ini diberikan pada kasus yang tidak responsif terhadap terapi di atas. Cara pemberian : Bolus 10 mg / kg BB IV selama ½ jam dilanjutkan 2 – 3 mg/kg BB IV selama 3 jam, lalu 1 mg/kg BB/ jam setelah TIK terkontrol < 20 mmHg. Kemudian diturunkan secara bertahap selama 3 hari. 3. Steroid Berkhasiat mengurangi edema serebri pada tumor otak tetapi pada cedera kepala belum terbukti. 4. Keseimbangan cairan dan elektrolit Pada saat awal pemasukan cairan dikurangi untuk mencegah bertambah edema serebri dengan jumlah cairan 1500-2000 cc / hari diberikan secara parenteral. Sebaiknya diberikan cairan koloid seperti NaCl 0,9 %, Ringer Laktat. Jangan diberikan cairan yang mengandung glukosa karena akan menambah edema otak.
F. Kemungkinan Data Fokus 1. Aktivitas dan Istirahat Mayor : lemah, kaku, hilang keseimbangan Minor : perubahan kesadaran, letargi Hemiparase Ataksia cara berjalan tak tegap Kehilangan tonus otot 2. Sirkulasi Mayor : perubahan tekanan darah atau nomal (hipertensi), perubahan frekuensi jantung (bradikardi, takikardi yang diselingi dengan bradikardi, disritmia) 3. Integritas Ego Mayor : perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis) Minor : cemas, mudah tersinggung, agitasi, bingung, depresi, impulsive 4. Eliminasi Mayor : inkontinensia kandung kemih/ usus atau mengalami gangguan fungsi 5. Makanan/Cairan Mayor : mual, muntah, dan perubahan selera makan Minor : muntah, gangguan menelan (batuk, air liur, disfagia) 6. Neurosensori Mayor : kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar jawaban, vertigo, sinkope, tinitus, perubahan dalam penglihatan (diplopia, fotofobia) Minor : perubahan kesadaran sampai koma, perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi), perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata, kehilangan penghindraan, wajah tidak simetri, genggaman lemah, apraksia, hemiparase, kejang, sangat sensitive terhadap sentuhan dan gerakan 7. Nyeri/kenyamanan Mayor : sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda Minor : wajah menyeringi, respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah tidak bisa istirahat, merintih 8. Pernapasan Mayor : perubahan pola napas, stridor, ronki, mengi positif 9. Keamanan
Mayor : trauma baru karena kecelakaan, minor : fraktur/dislokasi, gangguan kognitif, gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, demam. Pemeriksaan Penunjang 1. CT-Scan (dengan atau tanpa kontras) : mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak. Catatan : Untuk mengetahui adanya infark / iskemia jangan dilekukan pada 24 - 72 jam setelah injuri. 2. MRI : Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif. 3. Cerebral Angiography: Menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti : perubahan jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma. 4. Serial EEG: Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis 5. X-Ray: Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis(perdarahan/edema), fragmen tulang. 6. BAER: Mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil 7. PET: Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak 8. CSF, Lumbal Punksi :Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid. 9. ABGs: Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenisasi) jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial 10. Kadar Elektrolit : Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan tekanan intrkranial 11. Screen Toxicologi: Untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga menyebabkan penurunan kesadaran.
G. Analisa Data
NO
DATA
1.
Subjektif (S)
ETIOLOGI Penekanan darah
Objektif (O) 1. Perubahan perubahan
cerebral kesadaran status
kewaspadaan,
sampai
mental
perhatian,
koma,
(orientasi, konsentrasi),
perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata, kehilangan penghindraan,
genggaman
apraksia, hemiparase.
lemah,
dan
pembuluh jaringan
PROBLEM Gangguan
prefusi
jaringan cerebral
2. perubahan tekanan darah atau nomal (hipertensi), perubahan frekuensi jantung (bradikardi,
takikardi
yang
diselingi
dengan bradikardi, disritmia) 3. gangguan kognitif, gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, demam.
2
Subjektif (S)
Peningkatan
1. Merintih
intra kranial
2.
tekanan
Gangguan
rasa
nyaman : nyeri akut
sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda
Objektif (O) 1. wajah menyeringi, respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah tidak bisa istirahat. 2. frekuensi jantung (bradikardi, takikardi yang diselingi dengan bradikardi, disritmia)
3
Subjektif (S)
Kelemahan fisik
Gangguan mobilitas fisik
Peningkatan tekanan intra kranial
Gangguan Persepsi sensori
Objektif (O) 1. lemah, kaku, hilang keseimbangan 2. perubahan kesadaran, letargi 3. Hemiparase 4. Ataksia cara berjalan tak tegap 5. Kehilangan tonus otot
4
6.
gangguan rentang gerak
7.
perubahan kesadaran sampai koma
Subjektif (S) Objektif (O) 1. perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis) misalnya cemas, mudah tersinggung, agitasi, bingung, depresi, impulsive 2. wajah tidak simetri, genggaman lemah, apraksia, hemiparase, kejang, sangat sensitive terhadap sentuhan dan gerakan 3. perubahan
status
mental
(orientasi,
kewaspadaan, perhatian, konsentrasi),
5
Subjektif (S) Objektif (O) 1.
perubahan kesadaran sampai koma
2.
mual, muntah, dan perubahan selera
Peningkatan tekanan intra kranial : mual, muntah
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
makan 3.
muntah, gangguan menelan (batuk, air liur, disfagia)
H. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penekanan pembuluh darah dan jaringan cerebral ditandai dengan:
Perubahan kesadaran sampai koma, perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi), perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata, kehilangan penghindraan, genggaman lemah, apraksia, hemiparase.
Perubahan tekanan darah atau nomal (hipertensi), perubahan frekuensi jantung (bradikardi, takikardi yang diselingi dengan bradikardi, disritmia).
Gangguan kognitif, gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, demam
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intra kranial ditandai dengan merintih, sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, wajah menyeringi, respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah tidak bisa istirahat. frekuensi jantung (bradikardi, takikardi yang diselingi dengan bradikardi, disritmia). 3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan lemah, kaku, hilang keseimbangan, perubahan kesadaran, letargi, hemiparase, ataksia cara berjalan tak tegap kehilangan tonus otot dan gangguan rentang gerak serta perubahan kesadaran sampai koma. 4. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan peningkatan tekanan intra kranial ditandai dengan perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis) misalnya cemas, mudah tersinggung, agitasi, bingung, depresi, impulsive, wajah tidak simetri, genggaman lemah, apraksia, hemiparase, kejang, sangat sensitive terhadap sentuhan dan gerakan, serta perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi). 5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan tekanan intra kranial : mual, muntah ditandai dengan perubahan kesadaran sampai koma, mual, muntah, dan perubahan selera makan dan gangguan menelan (batuk, air liur, disfagia).
I. Rencana Asuhan Keperawatan
NO 1.
DIAGNOSA
TUJUAN DAN
KEPERAWATAN
KRITERIA HASIL
Gangguan
RASIONAL
Tujuan :
Mandiri :
berhubungan
Setelah di lakukan
1.
penekanan
tindakan keperawatan
catat
selama 3 x 24 jam
neurologis
tingkat
kesadaran,
dapat
dengan
respon
motorik
ditandai dengan
mempertahankan dan
menggunakan
menentukan
1. Perubahan kesadaran
memperbaiki tingkat
metode GCS.
kemampuan
berespon
terhadap
stimulus
jaringan
perfusi
INTERVENSI
dengan pembuluh
darah
jaringan
dan
cerebral
Mandiri :
Monitor
dan
1.
status
Refleks membuka mata menentukan pemulihan
sampai
koma,
kesadaran
perubahan
status
motorik klien .
eksternal dan indikasi
(orientasi,
kriteria hasil :
keadaan kesadaran yang
mental
fungsi
kewaspadaan,
Tanda-tanda
perhatian,
stabil,
konsentrasi),
peningkatan
kranial oculus motorius
intrakranial.
dan untuk menentukan
perubahan
pupil
tidak
vital
baik,
ada
Reaksi
digerakan
pupil
oleh
saraf
(respon
terhadap
refleks batang otak dan
cahaya,
simetri),
Pergerakan
mata
deviasi pada mata,
membantu menentukan
kehilangan
area cedera dan tanda
penghindraan,
awal
genggaman lemah,
tekanan
apraksia,
adalah
hemiparase.
abduksi mata.
2. perubahan darah atau
tekanan nomal
(hipertensi),
2.
Monitor tanda
tanda-
vital tiap
30 menit.
2.
peningkatan intracranial terganggunya
Peningkatan sistolik dan penurunan
diastolik
serta penurunan tingkat
perubahan frekuensi
kesadaran dan tanda-
jantung (bradikardi,
tanda
peningkatan
takikardi
yang
tekanan
intrakranial.
diselingi
dengan
Adanya
pernapasan
bradikardi,
yang irreguler indikasi
disritmia)
terhadap
3.gangguan gangguan
kognitif,
peningkatan
rentang
metabolisme
adanya
sebagai
gerak,
tonus
otot
reaksi terhadap infeksi.
hilang, demam
Untuk
mengetahui
tanda-tanda
keadaan
syok akibat perdarahan. 3.
Tinggikan posisi
3.
Perubahan kepala pada
kepala 15 – 30
satu
derajat
menimbulkan
dengan
sisi
dapat
posisi “midline”
penekanan pada vena
untuk
jugularis
menurunkan
menghambat
tekanan
vena
dan aliran
darah otak, untuk itu
jugularis.
dapat
meningkatkan
tekanan intrakranial. 4.
Hindari
batuk
4.
Dapat
mencetuskan
yang berlebihan,
respon
otomatik
muntah,
penngkatan intracranial
mengedan, pertahankan pengukuran urin dan
hindari
konstipasi yang berkepanjangan. Kolaborasi :
Kolaborasi :
1.
Berikan oksigen
1.
sesuai
hipoksia otak.
dengan
Dapat
menurunkan
kondisi pasien. 2.
Berikan
obat-
obatan
yang
2.
Membantu menurunkan tekanan
intrakranial
diindikasikan
secara biologi / kimia
dengan tepat dan
seperti osmotik diuritik
benar
untuk menarik air dari
(kolaborasi).
sel-sel otak sehingga dapat udem
menurunkan otak,
steroid
(dexametason)
untuk
menurunkan inflamasi, menurunkan jaringan.
Obat
kejang menurunkan
edema anti untuk kejang,
analgetik
untuk
menurunkan rasa nyeri efek
negatif
peningkatan
dari tekanan
intrakranial. 2
Gangguan nyaman:
rasa nyeri
akut
berhubungan
dengan
peningkatan
tekanan
intra kranial ditandai dengan merintih, sakit kepala
dengan
intensitas dan lokasi yang berbeda, wajah menyeringi,
respon
menarik
pada
rangsangan nyeri yang hebat,
gelisah
tidak
bisa istirahat. frekuensi jantung
(bradikardi,
takikardi yang diselingi dengan disritmia).
bradikardi,
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam nyeri teratasi kriteria hasil : 1. Nyeri hilang/ erkontrol.
2. Mengikuti regimen
3. farmakologi yang diresepkan.
4. Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi
Mandiri :
Mandiri :
1. Mempertahankan bedrest selama fase akut. 2. Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, tehnik relaksasi, dan aktivitas waktu senggang 3. Hilangkan./minim alkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya mengejan saat BAB, batuk panjang, dan membungkuk. 4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhn.
1.
5. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi perdarahan hidung atau kompres hidung telah dilakukan untuk
5.
2.
Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi. Tindakan yang menurunkan tekanan vascular serebral dan yang memperlambat/memblo k respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
3.
Aktivitas yang meningkatkan vasokonstriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vascular serebral.
4.
Pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala. Pasien juga dapat mengalami episode hipotensi postural. Meningkatkan kenyamanan umum. Kompres hidung dapat mengganggu menelan atau membutuhkan nafas dengan mulut, menimbulkan stagnasi sekresi oral dan mengeringkan
menghentikan perdarahan. Kolaborasi : Berikan obat sesuai indikasi : Analgesik.
3.
Gangguan fisik
mobilitas berhubungan
Antiansietas, misalnya lorazepam (ativan), diazepam (valium). Mandiri :
Tujuan : setelah
di
lakukan
dengan kelemahan fisik
tindakan keperawatan
ditandai dengan lemah,
selama 3 x 24 jam
kaku,
masalah
hilang
keseimbangan,
mobilitas
perubahan
teratasi
letargi,
kesadaran, hemiparase,
ataksia cara berjalan
roll pada daerah yang lemah
1. Tidak
tonus
dan
foot drop
rentang
2. Kontraksi
gerak serta perubahan
membaik
kesadaran sampai koma
3.
atau
Mobilisasi bertahap
1. Menurunkan
resiko
iskemia/trauma
2. Mencegah
terjadinya
subluksasio lengan
ROM
vaskularisasi
darah,
pasif atau aktif
menurunkan
resiko
sesuai
trauma mencegah.
kemampuan otot
Mandiri :
3. Meningkatkan
3. Lakukan ada
Menurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan rangsangan system saraf simpatis. Dapat mengurangi tegangan dan ketidaknyamanan yang diperberat oleh stress.
jaringan
fisik
kriteria hasil :
Kolaborasi :
terjadi
2. Pasang trochanter
kontraktur
gangguan
jam
gangguan
tak tegap kehilangan otot
1. Ubah posisi tiap 2
membrane mukosa.
dan
jika TTV stabil
4. Libatkan keluarga
4. Partisipasi
keluarga
dalam
dapat memberikan terapi
memobilisasi
yang konsisten.
klien 5. Pantau
tingkat
kemampuan mobilisasi dan
5. Mengindentifikasi kekuatan
klien pantau
kekuatan otot
dan
memberikan
dapat
informasi
mengenai pemulihan dan pemilihan
intervensi
kontraktur
dan
meminimalkan
atrofi
otot. Kolaborasi : Kolaborasi fisioterapis
Kolaborasi : dengan
Meningkatkan vaskularisasi darah, keseimbangan, dan kekuatan.
melatih koordinasi
4.
Gangguan sensori
persepsi berhubungan
dengan
peningkatan
tekanan intra kranial ditandai
dengan
perubahan tingkah laku atau
kepribadian
(tenang atau dramatis) misalnya mudah
cemas,
Setelah di lakukan tindakan
bingung,
depresi,
impulsive, tidak
simetri,
genggaman apraksia,
lemah, hemiparase,
Mandiri :
Mandiri :
1. Ciptakan suasana
1.
stimulasi
nyaman
yang
mengetahui
2. Bicara
dengan
tenang
dan
2.
yang diberikan
Klien
mungkin
mengalami keterbatasan dalam rentang perhatian
dapat
atau
dan
membedakan benda
dapat
inteprertasi lingkungan.
perlahan Klien
penglihatan
kebingungan
perubahan persepsi-
kriteria hasil :
sejumlah
menimbulkan
3 x 24 jam masalah
sensori teratasi.
Menurunkan
lingkungan yang
keperawatan selama
tersinggung,
agitasi,
wajah
Tujuan :
masalah
pemahaman. 3. Cari tahu proses
3.
Kesadaran
akan
patogenesis yang
tipe/daerah
yang
mendasari
terkena
membantu
kejang, sangat sensitive
dalam mengkaji defisit
terhadap sentuhan dan
spesifik dan perawatan.
gerakan,
serta
perubahan mental
status (orientasi,
kewaspadaan,
4. Evaluasi
adanya
4.
Munculnya
gangguan
gangguan
presepsi
berdampak
persepsi:
terhadap
kemmapuan
penglihatan, taktil
penerimaan
klien
terhadap
perhatian, konsentrasi)
lingkungan
sekeliling. 5. Evaluasi
5.
Penurunan
kesadaran
kemampuan
sensorik dan kerusakan
membedakan
kinetik
panas-dingin,
buruk
posisi
dan
keseimbangan
proprioseptik 6. Catat
6.
hilang
satu
Adanya mengarah
perhatian terhadap salah
pada posisi
tubuh.
adanya
proses
berpengaruh
agnosia pada
kerusakan unilateral.
sisi
tubuh
dan
libatkan keluarga untuk membantu mengingatkan 7. Ingatkan
untuk
menggunakan sisi
7.
Memberikan penglihatan
stimulus dan
tubuh
yang
sentuhan pada sisi yang
terlupakan
terlupakan.
8. Lakukan validasi
8.
Membantu
klien
terhadap persepsi
mengidentifikasi
klien dan lakukan
ketidakkonsistenan dari
orientasi kembali
presepsi dan intergritas stimulus
5.
Nutrisi
kurang
kebutuhan
dari tubuh
Mandiri :
Tujuan : Setelah dilakukan
1.
Timbang berat
berhubungan
dengan
tindakan keperawatan
badan
peningkatan
tekanan
selama 3x 24 jam
berkala
intra kranial : mual,
masalah gangguan
muntah
ditandai
nutrisi kurang dari
dengan
perubahan
kesadaran
sampai
koma, mual, muntah, dan perubahan selera makan dan menelan
gangguan
(batuk,
liur, disfagia).
air
Mandiri :
secara
1. Mengevaluasi keefektifan pemberian nutrisi 2. Mengkaji
2.
bila
Observasi
perubahan
kebutuhan teratasi
tanda-tanda
signifikan
Kriteria hasil :
vital
3. Klien
1. Tidak ada tandatanda malnutrisi 2. Berat
badan
dalam
batas
dalam
3.
Beri
makan
melalui NGT
yang
dengan
sehingga
terjadi
SNH
mengalami
permasalahan
pada
reflek menelan sehingga sakit menelan atau tidak
normal
ada kontrol dari klep
3. Konjungtiva
sehingga dibantu dengan
ananemis
selangk makanan agar
4. Tonus otot baik
asupan makanan masuk kedalam tubuh 4.
Hitung
4. Menentukan
kebutuhan
pemilihan
intervensi yang sesuai.
nutrisi perhari dan catat intake makanan 5.
Kaji
fakor
5. Mengidentifikasi jumlah
penyebab yang
nutrisi
yang
mempengaruhi
kedalam tubuh
masuk
kemampuan menerima makan/minum Koaborasi :
Kolaborasi :
Pemeriksaan lab (Hb,
Mengidentifikasi
Albumin,
kebutuhan organ dan respon
BUN),
pemasangan konsul ahli gizi
NGT,
terhadap tersebut.
terapi
nutrisi,
nutrisi
Daftar pustaka
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta. Mansjoer, A, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Jakarta Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta. Suzanne CS & Brenda GB. Buku Ajar Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 3. Jakarta: EGC; 1999. Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentsian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC