Preskas Dr. Teguh.docx

  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Preskas Dr. Teguh.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,095
  • Pages: 27
PRESENTASI KASUS

SEORANG WANITA P2A0 BERUSIA 27 TAHUN DENGAN CA CERVIX GRADE IB1

DISUSUN OLEH: LAKSITA PARAMASTUTI

G99172100

SANI SOBRIYA ALALA

G99172149

AKHLIS MUFID A

G99172028

ANANTYO SATRIA A

G99181009

PEMBIMBING : dr. Teguh Prakosa Sp.OG(K).

KEPANITERAAN KLINIK/ PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER BAGIAN ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI 2019

HALAMAN PENGESAHAN

Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret / RSUD Dr. Moewardi. Presentasi kasus dengan judul:

Seorang Wanita P2A0 Berusia 27 Tahun dengan Klinis Ca cervix Grade IB1 Hari, tanggal :

,

April 2019

Oleh : Laksita Paramastuti

G99172100

Sani Sobriya Alala

G99172149

Akhlis Mufid A

G99172028

Anantyo Satria A

G99181009

Mengetahui dan menyetujui, Pembimbing Presentasi Kasus

dr. Teguh Prakosa, Sp.OG(K). NIP. 196410 30199001 11 002

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

B. Tujuan 1. Mengetahui tanda-tanda keganasan pada ca cervix 2. Mengetahui beberapa sistem skoring keganasan pada ca cervix

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DEFINISI Kanker rahim adalah penyakit kanker yang menyerang rahim dengan pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ketempat yang jauh (metastasis) (Wuto, 2008 dalam Padila, 2012). Kanker leher rahim sering juga disebut kanker mulut rahim, merupakan salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi pada wanita (Edianto, 2006 dalam Padila, 2012). Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997 dalam Padila, 2012).

B. KLASIFIKASI Mikroskopis 1. Displasia Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagian basal epidermis. Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermi hampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma insitu. 2. Stadium Karsinoma Insitu Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh di daerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.

3. Stadium Karsinoma Mikroinvasif Pada karsinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker. 4. Stadium Karsinoma Invasif Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Pertumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan formiks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri. 5. Bentuk Kelainan Dalam Pertumbuhan Karsinoma Serviks Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tunbuh kearah vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan. Pertumbuhan endofilik, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambat laun lesi berubah bentuk menjadi ulkus (Padila, 2012). Makroskopik 1. Stadium preklinis Tidak dapat dibedakan dengan servitis kronik biasa 2. Stadium permulaan Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum 3. Stadium setengah lanjut Tengah mengalami sebagian besar atau seluruh bibir porsio 4. Stadium lanjut Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah (Padila, 2012).

C. Klasifikasi Ca Serviks berdasarkan Tingkat Keparahannya

1. Stage 0: Ca. Pre invasive 2. Stage 1: Ca. Terdapat pada serviks 3. Stage Ia: disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara hispatologi 4. Stage Ib: semua kasus lainnya dari stage I 5. Stage II: sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian proksimal 6. Stage III: sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina 7. Stage IIIb : sudah mengenai organ-organ lain (Padila, 2012). D. ETIOLOGI Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain : 1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksusal semakin besar, mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda. 2. Jumlah Kehamilan dan Partus Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks. 3. Jumlah Perkawinan Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan bergant-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.

4. Infeksi Virus Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma (HPV) atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks. 5. Soal Ekonomi Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh. 6. Hygiene dan Sirkumsisi Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma. 7. Merokok dan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi serviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks (Padila, 2012). 8. Radioterapi dan Pap Smear Karsinoma sel skuamosa adalah salah satu akibat tidak efektifnya radioterapi sebagai pengobatan utama dalam kasus adenocarcinoma. Meningkatnya penggunaan tes Pap untuk deteksi dini penyakit ini tapi masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas kanker terkait di negara-negara berkembang karena kurangnya program skrining (Rubina Mukhtar, 2015). E. PATOFISIOLOGI Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun. Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di

serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan (Brunner & Sudart, 2010) Kanker serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo - columnar junction (SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviks, dimana secara histologik terjadi perubahan dari epitel ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis dengan epitel endoserviks yaitu epitel kuboid atau kolumnar pendek selapis bersilia. Letak SCJ dipengaruhi oleh faktor usia, aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita muda SCJ berada di luar ostium uteri eksternum, sedangkan pada wanita berusia di atas 35 tahun SCJ berada di dalam kanalis serviks, Oleh karena itu pada wanita muda, SCJ yang berada di luar ostium uteri eksternum ini rentan terhadap faktor luar berupa mutagen yang akan displasia dari SCJ tersebut. Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SCJ terletak di ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin. Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks, epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ asli dan SCJ baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar. Daerah di antara kedua SCJ ini disebut daerah transformasi. Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu factor penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses karsinogenesis asam nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel tuan rumah sehingga menyebabkan terjadinya mutasi sel, sel yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan

karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. (Sjamsuhidajat,1997 dalam Prawirohardjo,2010).

Penggunaan Alat Kontrasepsi Cedera serviks saat pemasangan

PATHWAY

Jumlah kelahiran dan partus Efek anastesi

Anastesi Histerektomi total

Free Sex

Kekebalan tubuh menurun

Defisit perawatan diri (vulva higiene)

Invasi HPV

Hubungan seksual (< 20 tahun).

Infeksi HPV Pertumbuhan sel abnormal di labia mayora dan minora

Proses Metaplasy Lemah

Merokok

Mitosis sel eksoserviks dan endoserviks

Intoleransi Aktivitas Tindakan pembedahan

Histerektomi Radikal

Mual, muntah, anoreksi

Metaplasia skuamosa Ca. Cerviks

Non Pembedahan

Kemotera pi Penurunan BB

Jaringan terbuka Luka perdarahan

Vaskularisasi jaringan terganggu

Menembus sel epitel

Merusak struktur jaringan serviks Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Struma serviks Peradangan endoserviks dan eksoserviks

Risiko Infeksi

Nekrosis jaringan

Keputihan dan bau busuk

Gangguan konsep diri: HDR

Menginvasi organ lain

Meluas ke jaringan, pembukuh limfe dan vena

Dinding pembuluh terdesak Perdarahan spontan

Gangguan Perfusi Jaringan

Anemia Trombositopenia

Rektum

Fistula Uretra

Vagina

Fistula Rektum

Fistula rekto vagina

Fistula vagina

Infiltrasi ke syaraf

Nyeri Akut

Perdarahan rektum

Infiltrasi ke uretra

Gangguan Eliminasi Urin

F. MANIFESTASI KLINIS a. Perdarahan Sifatnya dapat intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang perdarahan baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal perdarahan terjadi lambat. b. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebelum ada perdarahan.

Pada

stadium

lanjut

perdarahandan

keputihan

lebih

banyakdisertai infeksi sehingga cairan yang keluar berbau (Padila, 2012). Tanda dan Gejala kanker servik menurut Dedeh Sri Rahayu tahun 2015: a. Keputihan, makin lama makin berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh. Terkadang bercampur darah. b. Perdarahan kontak setelah senggama merupakan gejala servik 70-85%. c. Perdarahan spontan: perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah dan semakin lam semakin sering terjadi. d. Perdarahan pada wanita menopause e. Anemia f. Gagal ginjal sebagai efek dari infiltrasi sel tumor ke ureter yang menyebabkan obstruksi total g. Nyeri 1) Rasa nyeri saat berhubungan seksual, kesulitan atau nyeri dalam berkemih, nyeri di daerah di sekitar panggul. 2) Bila kanker sudah mencapai stadium III ke atas, maka akan terjadi pembengkakan di berbagai anggota tubuh seperti betis, paha, dan sebagainya. Menurut Ricci (2009), tersangka kanker serviks stadium lanjut antara lain a. Nyeri panggul, b. Nyeri pinggul, c. Nyeri kaki, d. Penurunan berat badan, e. Anoreksia, f.

Kelemahan dan kelelahan,

(Dedeh Sri Rahayu,2015) Menurut Rubina Mukhtar tahun 2015 menyatakan bahwa tanda dan gejala Ca. Serviks adalah perdarahan vagina abnormal seperti pendarahan pasca menopause,

menstruasi

tidak

teratur,

menstruasi

berat,

metrorhagia

menyakitkan, atau perdarahan postcoital. Keputihan abnormal adalah keluhan utama dari sekitar 10% dari pasien; debit mungkin berair, bernanah, atau berlendir. Gejala panggul atau nyeri perut dan saluran kencing atau rektum terjadi dalam kasus-kasus lanjutan. Nyeri panggul mungkin hasil dari loco penyakit regional invasif atau dari penyakit radang panggul hidup berdampingan. G. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Sitologi/Pap Smear Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidakterlihat. Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokasinya. 2. Schillentest Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena dapat mengikal yodium. Jika porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna. 3. Koloskopi Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali. Keuntungan, dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy. Kelemahan, hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelainan pada skuamosa columnar junction dan intraservikal tidak terlihat. 1. Kolpomikroskopi melihat hapusan vagina (Pap Smeardengan pembesaran sampai 200 kali. 2. Biopsi Biopsy dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.

1

3. Konisasi Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lender serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas (Padila, 2012). H. PENATALAKSANAAN a. Irradiasi 1. Dapat dipakai untuk semua stadium 2. Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk 3. Tidak menyebabkan kematian seperti operasi b. Dosis Penyiaran ditunjukkan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks

c. Komplikasi irradiasi 1. Kerentanan kandungan kencing 2. Diarrhea 3. Perdarahan rectal 4. Fistula vesico atau rectovaginasis d. Operasi 1. Operasi wentheim dan limfaktomi untuk stadium I dan II 2. Operasi schauta, histerektomi vagina yang radikal e. Kombinasi Irradiasi dan pembedahan Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dansering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah. f. Cytostatik Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5% dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, dianggap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama (Padila, 2012). g. Vaksinasi

2

Vaksinasi HPV dapat memiliki implikasi penting bagi peningkatan kesehatan perempuan dan menurunkan kematian akibat kanker serviks (Rubina Mukhtar, 2015). I. KOMPLIKASI Komplikasinya mencakup infark miokardium, hemoragi, sepsis, obstruksi perkemihan, pielonefritis, CVA, pembentukan fistula (Sylvia Anderson Price, 2005). Nyeri pinggang mungkin merupakan gejala dari hidronefrosis, sering dipersulit oleh pielonefritis. Nyeri siatik, kaki edema, dan hidronefrosis hampir selalu dikaitkan dengan keterlibatan dinding panggul luas oleh tumor. Pasien dengan tumor yang sangat canggih mungkin memiliki heamaturia atau inkontinensia dari fistula vesikovaginal yang disebabkan oleh perluasan langsung dari tumor kandung kemih. Kompresi eksternal dari rektum oleh tumor primer besar dapat menyebabkan sembelit (Rubina Mukhtar, 2015).

3

BAB III STATUS PASIEN

A. ANAMNESIS 1. Identitas Penderita Nama

: Ny. D

Umur

: 27 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

BB

: 55 kg

TB

: 155 cm

Alamat

: Pilangkenceng, Madiun, Jawa Timur

Status Perkawinan

: Kawin

Agama

: Islam

Tanggal Masuk

: 29 Maret 2019

No RM

: 01451xxx

2. Keluhan Utama Benjolan di kemaluan

3. Riwayat Penyakit Sekarang Seorang P2A0, 27 tahun, datang ke poli Onkologi bagian Obsgin dengan rujukan dari RS Caruban dengan keterangan lesi pra kanker. Saat ini, pasien mengeluhkan benjolan sejak kurang lebih 3 tahun yang lalu dan semakin lama semakin membesar. Penurunan berat badan (-). Nafsu makan baik. Riwayat BAB dan BAK normal. Nyeri perut di bagian bawah (-). Nyeri saat haid (-). Riwayat menstruasi teratur setiap bulan, ganti pembalut 2-3x/hari, lamanya 3-7 hari. Keputihan (+). Pasien mengeluhkan mengalami keputihan sejak usia dini. Keputihan biasanya berbau dan berwarna agak kuning.

4

4. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat hipertensi

: disangkal

Riwayat diabetes mellitus

: disangkal

Riwayat sakit ginjal

: disangkal

Riwayat penyakit jantung

: disangkal

Riwayat asma

: disangkal

Riwayat alergi obat/ makanan

: disangkal

Riwayat mondok

: disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat kanker

: disangkal

6. Riwayat Haid Menarche

: 12 tahun

Lama menstruasi

: 3-7 hari

Siklus menstruasi

: 30 hari

7. Riwayat Obstetri Riwayat obstetri baik

8. Riwayat Perkawinan Menikah 1x selama 7 tahun.

9. Riwayat KB Pasien tidak menggunakan kontrasepsi, namun pernah menggunakan suntik KB 3 bulan selama 12 bulan.

B. PEMERIKSAAN FISIK 1. Status Generalis dan ginekologi a. Keadaan Umum : baik, compos mentis, gizi kesan cukup b. Tanda Vital

5

Tensi

: 120/70 mmHg

Nadi

: 84 x/menit

Respiratory Rate

: 18 x/menit

Suhu

: 36,70C

c. Kepala : mesocephal d. Mata : conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) e. THT : discharge (-/-) f. Leher : kelenjar getah bening tidak membesar g. Thorax : glandula mammae hipertrofi (-), aerola mammae hiperpigmentasi (-) 1) Cor Inspeksi

: ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: ictus cordis tidak kuat angkat

Perkusi

: batas jantung kesan tidak melebar

Auskultasi

: BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)

2) Pulmo Inspeksi

: pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi

: fremitus raba dada kanan = kiri

Perkusi

: sonor/ sonor

Auskultasi

: suara dasar vesikuler (+/+), suara napas tambahan (-/-), wheezing (-)

h. Abdomen Inspeksi

: distended (+), tampak bekas luka operasi di linea mediana

Auskultasi

: bising usus (+) normal

Perkusi

: redup (+) di seluruh lapang abdomen

Palpasi

: supel (-), teraba massa padat, permukaan berbenjol-benjol, dengan batas atas 3 jari di bawah pusat, batas kanan kiri linea midclavicula dextra dan linea midclavicula sinistra, nyeri tekan (+)

i.

Genital

6

VT : vulva uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal, portio utuh terdapat massa ektofilik <4cm, darah (-), discharge (+). RT : tonus muscularis sphincter ani dalam batas normal, mukosa recti licin, ampula tidak kolaps, darah (-), feses (+), CFS 100%.

j. Ekstremitas oedema

: akral dingin

-

-

-

-

-

-

-

-

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM (29 Maret 2019) Hematologi

Albumin : 4,4 g/dl

Hb

: 13.9 g/dL

Hct

: 40 %

Elektrolit

AL

: 10.1 x103/uL

Natrium darah

: 139 mmol/L

AT

: 237 x103/uL

Kalium darah

: 3.8 mmol/L

AE

: 4.69 x106/uL

Kalsium darah : 10.9 mmol/L

Hemostasis

Serologi

PT

: 12.0 detik

HBsAg

APTT

: 33.2 detik

INR

: 0.920

: non reaktif

Kimia Klinik GDS

: 92 mg/dL

SGOT

: 17 u/l

SGPT

: 11 u/l

Creatinine : 0.7 mg/dl Ureum

: 17 mg/dl

7

USG ( 08 Maret 2019 ) - Hepar: ukuran normal, echostruktur normal, VH/VP normal, sudut tajam, tepi reguler, IHBD/EHBD normal, tak tampak nodul/kista/massa. - GB:

ukuran

normal,

dinding

tidak

menebal,

tak

tampak

batu/kista/massa. - Lien: ukuran normal, echostruktur normal, tak tampak kista/massa. - Pankreas: echostruktur normal, tak tampak nodul/kista/massa. - Ginjal kanan: ukuran normal, echostruktur normal, batas sinus-korteks tegas, tak tampak ectasis PCS, tak tampak batu/kista/massa. - Ginjal kiri: ukuran normal, echostruktur normal, batas sinus-korteks tegas, tak tampak ectasis PCS, tak tampak batu/kista/massa. - Bladder:

terisi

cukup

urin,

dinding

menebal,

tak

tampak

batu/kista/massa. - Uterus: tampak lesi solid batas tegas dengan tepi irreguler ukuran 1.87x1.93 di cervix uteri. Pada CDF I tampak peningkatan vaskuler intralesi - Adnexa bilateral : tak tampak kelainan - Tak tampak limfadenopati paraaorta, parailiaka dan inguinal kanan kiri. - Tampak cairan di kavum abdomen. - Kesimpulan: 1) massa di cervix uteri ; 2) tak tampak efusi pleura maupun ascites; 3) tak tampak limfadenopati di paraaorta, iliaka dan inguinal bilateral Thorax PA ( 08 Maret 2019) -

Cor : besar dan bentuk normal

-

Pulmo : tak tampak infiltrat/nodule di kedua lapang paru, corakan bronkovaskuler normal, sinus costophrenicus kanan kiri tajam

-

Hemidiaphragma kanan kiri normal

-

Trakea di tengah

-

Tak tampak proses osteolitik/blastik

-

Kesimpulan : tak tampak gambaran pulmonal metastase

1

Histopatologi ( 31 Januari 2019 ) -

Kesimpulan : cervix : hiperplasia kelenjar endocervix dengan radang dan fokus epitel ektoservix anaplastik mengesankan keganasan jenis karsinom sel squamosa

D. SIMPULAN Seorang P2A0, 27 tahun, datang dengan rujukan dari RS Caruban dengan keterangan lesi pra kanker. Pasien mengeluhkan benjolan sejak 3 tahun yang lalu dan semakin lama semakin membesar. Penurunan berat badan (-). Nafsu makan baik. Riwayat BAB dan BAK normal. Nyeri perut di bagian bawah (-). Nyeri saat haid (-). Keputihan (+). Dari pemeriksaan fisik didapatkan abdomen distended (-), perkusi timpani (+) di seluruh lapang abdomen, pada palpasi tidak teraba massa, nyeri tekan (-). Pemeriksaan genital: VT: portio utuh terdapat massa ektofilik <4cm, darah (-), discharge (+), RT: tonus muscularis sphincter ani dalam batas normal, mukosa recti licin, ampula tidak kolaps, darah (-), feses (+), CFS 100%. Hasil USG tampak massa di cervix uteri suspek malignancy.

E.

DIAGNOSIS AWAL Suspek Ca Cervix

F.

PROGNOSIS Dubia

G. TERAPI DAN PLANNING 1. Mondok bangsal 2. Pro Histerektomi Radikal (2 Maret 2019) 3. Konsul jantung 4. Konsul anestesi 5. KIE keluarga

2

H. FOLLOW UP 1. Evaluasi tanggal 30 Maret 2019 P2A0, 27 tahun S:O: KU : sedang, compos mentis VS : TD : 110/70 mmHg Nadi : 80 x/menit RR : 20 x/menit Suhu : 36,5oC Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal Abdomen : supel, nyeri tekan (-), tidak teraba massa Genital : darah (-), discharge (+) keputihan berwarna kecoklatan A : Ca Cervix IB1 P : pro radikal histerektomi (2 April 2019)

2. Evaluasi tanggal 31 Maret 2019 P2A0, 27 tahun S : pre operasi O: KU : baik, compos mentis VS : TD : 120/70 mmHg Nadi : 72 x/menit RR : 20 x/menit Suhu : 36,5oC Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal Abdomen : supel, nyeri tekan (-), tidak teraba massa Genital : darah (-), discharge (+) keputihan berwarna kecoklatan A : Ca Cervix IB1

3

P : pro radikal histerektomi (2 April 2019) Persiapan operasi (+)

3. Laporan Operasi tanggal 2 April 2019 Nama

: Ny D

Ruang : OK IBS 13

Tanggal Lahir : 17/07/1991 / P

Tanggal : 2 / 4 / 2019

Nomor RM

: 01451523

Jam : 08.00 -

Alamat

: Pilangkenceng, Madiun, Jawa Timur

Jenis Operasi : Elektif

TIM OPERASI

TIM ANESTESI

Leader

: dr Hermawan Sp.OG (K)

Leader : dr. Heri Sp.An

Asisten

: dr. Ronald, dr Deka

Asisten : dr. Dedi

Perawat

: Amir

Perawat : Lestari Jenis Anestesi : General Anestesi

Pengambilan Jaringan :

Dikirim

ke

Ovarium, Omentum, KGB pelvis dextra et sinistra, appendix, peritoneum PA : dextra et sinistra Diagnosis

Pre-Operatif

Ya :

ICD – X

Ca Cervix IB1

Diagnosis Post-Operatif : Post

Histerektomi

ICD - X

Radikal

pada Ca Cervix IB1 Kode

Nama Tindakan :

ICD –IX

Biling

Complete Surgical Staging

Jumlah perdarahan

: ±200 cc

Penyulit yang ditemukan

:

Operator : dr Hermawan Sp.OG (K)

Penemuan / LaporanOperasi : 1. Prosedur operasi rutin 2. Pasien dibaringkan di meja operasi dalam keadaan narkose 3. Dilakukan toilet medan operasi dan daerah sekitarnya, pasang duk steril 4. Dilakukan insisi pada linea mediana sepanjang 3cm di atas SOP dan 2 jari di bawah pusat

4

5. Insisi diperdalam lapis demi lapis hingga peritoneum parietale, peritoneum parietale dibuka 6. Dilakukan identifikasi dan eksplorasi  Tampak uterus bentuk dan ukuran normal  Tampak tuba dan ovarium kanan bentuk dan ukuran normal  Tampak tuba kiri dan ovarium kiri berubah menjadi massa padat berbenjol-benjol dengan ukuran 10x8x8cm  Kesan maligna  Ditegakkan diagnosis klinis Ca Ovarii IA berdasarkan gambaran makroskopis massa 7. Diputuskan dilakukan konservatif Complete Surgical Staging (Salphyngoovorectomy sinistra + Omentectomy + Limphadenectomy + Appendictomy, peritoneal washing, biopsy para collica dextra et sinistra )  Hasil jaringan kirim PA 8. Massa melalui Fz  hasil jinak  PA 9. Kontrol perdarahan  perdarahan +- 200cc 10. Dilakukan penjahitan dinding abdomen lapis demi lapis sampai kutis 11. Operasi selesai 12. KU ibu s/s/s operasi baik

Kesimpulan : 

Klinis Ca Ovarii IA

4. Instruksi post operasi tanggal 5 Oktober 2017 

Awasi KU VS dan tanda – tanda perdarahan sampai dengan 24 jam post operasi



Puasa sampai dengan bising usus (+)



Medikamentosa Inj Ceftriaxone 2 gr/24 jam Inj Ketorolac 1 amp/8 jam Inj Asam tranexamat 500mg/8jam

5

5. Evaluasi 2 jam post operasi tanggal 5 Oktober 2017 P1A0, 35 tahun S:O : KU : baik, compos mentis VS : TD : 110/70 mmHg Nadi : 80x/menit RR : 20x/menit Suhu : 36,4oC Mata : konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-) Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal Abdomen : supel, nyeri tekan (-), tampak perban menutupi luka bekas operasi Genital : darah (-) discharge (-) A : klinis Ca Ovarii IA post complete surgical staging P : Inj Ceftriaxone 2 gr/24 jam Inj Ketorolac 1 amp/8 jam Inj Asam tranexamat 500mg/8jam Awasi KU/VS/BC dan tanda perdarahan

6. Evaluasi tanggal 6 Oktober 2017 P1A0, 35 tahun S:O : KU : baik, compos mentis VS : TD : 120/80 mmHg Nadi : 82x/menit RR : 20x/menit Suhu : 36,5oC Mata : konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-) Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal Abdomen : supel, nyeri tekan (-), tampak luka operasi tertutup perban

6

Genital : darah (-), discharge (-) A : Klinis Ca ovarii IA P : Inj Ceftriaxone 2 gr/24 jam Inj Ketorolac 1 amp/8 jam Inj Asam tranexamat 500mg/8jam Diet tinggi kalori tinggi protein Awasi KU/VS/tanda perdarahan

7. Evaluasi tanggal 7 Oktober 2017 P1A0, 35 tahun S:O : KU : baik, compos mentis VS : TD : 120/80 mmHg Nadi : 82x/menit RR : 20x/menit Suhu : 36,5oC Mata : konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-) Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal Abdomen : supel, nyeri tekan (-), tampak luka operasi tertutup perban Genital : darah (-), discharge (-) A : klinis Ca ovarii IA P : Inj Ceftriaxone 2 gr/24 jam Inj Ketorolac 1 amp/8 jam Inj Asam tranexamat 500mg/8jam Diet tinggi kalori tinggi protein BLPL

7

DAFTAR PUSTAKA 1.Bilotta, Kimberly A. J. 2011. Kapita Selekta Penyakit: Implikasi Keperawatan. Jakarta: EGC. 2.Brunner & Suddart. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC. 3.Mukhtar, Rubina., et al. 2015. Prevalence of Cervical Cancer in Developing Country: Pakistan. US: Global Journal. 4.Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction Publishing. 5. Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Media. 6. Prawirohardjo, sarwono, 2010. Ilmu Kandungan.

Jakarta: Yayasan bina

pustaka. 7.Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC. 8. Rahayu, Dedeh Sri. 2015. Asuhan Ibu dengan Kanker Serviks. Jakarta: Salemba Medika.

8

Related Documents