Pengawasan BPOM terhadap Kesehatan Jajanan Anak Sekolah dan Tindakan Beralasan Pedagang Kelompok 10 Disusun Oleh: Alvira Niryana Ravila Christopher Chandra Ahmad Noufal S Thareq M Yusuf H A Abner Adhiwijna Harry Setiawan Hamjaya Muhammad Nuril Fahmi Taufiqurrahman Agisti Handayani M Azka Ulfatunnisa
10417006 10515071 12114066 13516004 13516033 13516079 13615011 19016094 19016188 19216040
Outline Presentasi
Definisi
Makanan Jajanan Makanan
jajanan
merupakan
makanan dan minuman yang dipersiapkan dan/atau dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi
tanpa
persiapan lebih lanjut.
pengolahan
atau
Kesehatan Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 1992, Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
1.1 Latar Belakang Menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001
Das Sollen
Pasal 68 dijelaskan bahwa BPOM menyelenggarakan fungsi : a.
pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan obat dan makanan
b.
pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan obat dan makanan
c.
koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPOM
d.
Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah dan masyarakat di bidang pengawasan obat dan makanan
e.
Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan
umum,
ketatausahaan,
organisasi
dan
tatalaksana,
kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, perlengkapan, dan rumah tangga.
1.1 Latar Belakang
Das Sein
Pada keadaan saat ini, terdapat banyak kasus mengenai makanan jajanan anak sekolah. Hal ini mendapat perhatian banyak pihak khususnya Dinas Kesehatan dan BPOM. Berdasarkan satu artikel dari detik.com, salah satu contoh adalah terjadinya keracunan makanan di SD Pelita pada Januari kemarin menunjukkan bahwa jajanan yang terdapat di sekolah tidak terjamin kebersihannya. 35 orang anak Sekolah Dasar (SD) mengalami muntah-muntah setelah memakan jajanan berupa kue cubit dan basreng.
1.
1.2 Identifikasi Masalah
Penggunaan zat kimia berbahaya masih marak
digunakan
pada
jajanan
anak
sekolahan 2.
Pengawasan standar kebersihan terhadap jajanan anak sekolahan masih kurang
3.
Masyarakat kekurangan informasi tentang standar kebersihan jajanan anak sekolahan
1. Apa tindakan yang telah dilakukan oleh BPOM dalam pengawasan jajanan anak sekolah? 2. Mengapa
masih
terdapat
jajanan
anak
sekolah yang tidak aman untuk dikonsumsi? 3. Bagaimana pengaruh upaya-upaya BPOM terhadap perilaku para penjual jajanan anak sekolah?
1.3 Rumusan Masalah
1.
Mengetahui tindakan yang telah dilakukan
oleh
BPOM
dalam
pengawasan jajanan anak sekolah.
1.4 Tujuan Penelitian
2.
Mengetahui
penyebab
adanya
jajanan anak sekolah yang tidak aman untuk dikonsumsi. 3.
Mengetahui
perubahan
tindakan
penjual setelah tindakan-tindakan yang telah dilakukan BPOM.
1.
Agar dapat mengetahui tindakan yang telah dilakukan BPOM dalam mengawasi jajanan anak sekolah.
2.
Memberi
pengetahuan
kepada
masyarakat luas mengenai makanan yang aman untuk dikonsumsi. 3.
Mengetahui
pengaruh
tindakan-tindakan BPOM terhadap perilaku penjual.
1.5 Manfaat Penelitian
Dasar Teori
Rumusan Masalah 1 (Teori 1) Apa tindakan yang telah dilakukan oleh BPOM dalam pengawasan jajanan anak sekolah?
Teori Pengawasan Menurut George R. Terry (2006) mengartikan pengawasan sebagai mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, artinya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, dengan menerapkan tindakan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Rumusan Masalah 1 (Teori 2) Apa tindakan yang telah dilakukan oleh BPOM dalam pengawasan jajanan anak sekolah?
Teori Tujuan Pengawasan Menurut Drs. Brantas, M.pd. dalam buku Dasar-dasar Manajemen, tujuan dari pengawasan adalah melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan-penyimpangan. Hal ini dilakukan agar proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari rencana, sehingga tujuan yang dihasilkan sesuai
dengan
rencananya
dengan
menghentikan
penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidakadilan.
atau
meniadakan
kesalahan,
penyimpangan,
Rumusan Masalah 2 (Teori 1) Mengapa masih terdapat jajanan anak sekolah yang tidak aman untuk dikonsumsi?
Teori Fungsi Teori ini dikemukakan oleh Emile Durkheim. Keseragaman dalam kesadaran moral semua anggota masyarakat tidak dimungkinkan karena setiap individu berbeda dengan satu sama lain. Perbedaan-perbedaan itu antara lain dipengaruhi oleh faktor lingkungan, fisik, dan keturunan. Oleh karena itu, dalam suatu masyarakat, orang yang berwatak jahat selalu ada, dan kejahatan pun juga akan selalu ada. Durkheim juga berpandangan bahwa kejahatan perlu bagi suatu masyarakat, karena dengan adanya kejahatan, moralitas dan hukum dapat berkembang secara normal.
Rumusan Masalah 2 (Teori 2) Mengapa masih terdapat jajanan anak sekolah yang tidak aman untuk dikonsumsi?
Teori Tindakan Berasalan Teori Tindakan Beralasan menghubungkan antara keyakinan (belief), sikap (attitude), kehendak (intention) dan perilaku (behavior). Kehendak merupakan prediktor terbaik perilaku, artinya jika ingin mengetahui apa yang akan dilakukan seseorang, cara terbaik adalah mengetahui kehendak orang tersebut. Namun, seseorang dapat membuat pertimbangan berdasarkan alasan-alasan yang sama sekali berbeda (tidak selalu berdasarkan kehendak). Konsep penting dalam teori ini adalah fokus perhatian (salience), yaitu mempertimbangkan sesuatu yang dianggap penting. Kehendak (intention) ditentukan oleh sikap dan norma subyektif.
Rumusan Masalah 3 (Teori 1) Bagaimana pengaruh upaya-upaya BPOM terhadap perilaku para penjual jajanan anak sekolah?
Teori Mind, Self and Society Teori “Mind, Self and Society” yang dikemukakan oleh George Herbert Mead menyatakan bahwa manusia lahir belum sebagai “diri”. Manusia berkembang setelah melakukan interaksi dengan orang lain dilingkungan sekitarnya. Proses perkembangan manusia tersebut akan sejalan dengan lingkungannya.
Rumusan Masalah 3 (Teori 2) Bagaimana pengaruh upaya-upaya BPOM terhadap perilaku para penjual jajanan anak sekolah?
Teori Konflik Teori konflik yang dikemukakan Karl Marx. Teori konflik memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula.
Metodologi Penelitian: Kualitatif
Rincian Kegiatan Metode yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yakni wawancara. Metode ini bersifat deskriptif dan menggunakan analisis terkait fenomena alamiah yang terjadi di lapangan berdasarkan keterangan narasumber.
Wawancara 1: Pihak BPOM
Wawancara 2: Pedagang SD
Lokasi : Kantor BPOM Narasumber: Ibu Sri Prihatin Jabatan: Pengawas Farmasi Makanan Ahli madya Jumlah narasumber: 1 orangorang
Lokasi : SD YWKA Bandung, SDN Sejahtera 4 Bandung, SDN 1 Coblong, SD Istiqamah Bandung, SDK 6 BPK Penabur Bandung, SDN Isola. Narasumber: Jabatan: Jumlah narasumber: 8 orangora
Pedoman dan Hasil Wawancara
Wawancara dengan BPOM
Dasar Teori
Pedoman Wawancara
Teori Tujuan Pengawasan
i.
buku Dasar-dasar Manajemen, tujuan dari pengawasan adalah melakukan tindakan
perbaikan,
jika
dilakukan
agar
dilakukan
proses
pelaksanaan
sesuai
ketentuan-ketentuan
dengan
dari
rencana,
telah
dilakukan
I.
oleh
BPOM? ii.
Apa saja tindakan perbaikan yang
terdapat
penyimpangan-penyimpangan. Hal ini
Apa saja kegiatan pengawasan yang
Menurut Drs. Brantas, M.pd. dalam
Hasil Wawancara
telah
dilakukan
oleh
BPOM? iii.
Apa saja penyimpangan yang
II.
terjadi pada penjualan jajanan anak sekolah?
sehingga tujuan yang dihasilkan sesuai dengan
rencananya
menghentikan kesalahan, penyelewengan,
atau
dengan meniadakan
penyimpangan, pemborosan,
hambatan dan ketidakadilan.
III.
Bentuk pengawasan yang dilakukan BPOM yaitu program mobil keliling dan melakukan uji sampel ditempat menggunakan rapid test kit. Hasil dari uji sampel akan disosialisasikan kepada sekolah. Tetapi untuk tindak lanjutnya diserahkan kepada sekolah itu sendiri dan dinas kesehatan yang lebih berwenang. Selain itu, BPOM memberikan penyuluhan ke anak-anak, guru-guru, penjual, dan orang tua. BPOM membuat program yaitu membentuk tim keamanan pangan sekolah yang bertugas untuk mengurusi makanan yang ada di kantin. Lalu membuat sistem manajemen keamanan pangan sekolah. Dalam program tersebut BPOM menggandeng dinas kesehatan supaya sinergi dengan program UKS. Penyimpangan yang terjadi tidak perlu dilaporkan ke BPOM tetapi dilaporkan ke puskesmas. Dari puskesmas dilaporkan ke dinas kesehatan. Masih terdapat penjual yang menggunakan bahan berbahaya.
Dasar Teori
Pedoman Wawancara
Teori Pengawasan
I.
Menurut George R. Terry (2006) mengartikan mendeterminasi dilaksanakan, prestasi
kerja
pengawasan apa artinya dan
sebagai
yang
telah
mengevaluasi apabila
perlu,
dengan menerapkan tindakan-tindakan korektif
sehingga
hasil
pekerjaan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Bagaimana
Hasil Wawancara BPOM
mengevaluasi
keberhasilan
program-programnya terhadap sekolah?
jajanan
anak
Kewenangan BPOM adalah pangan olahan yang dikemas. Disini Dinas Kesehatan lebih berwenang untuk mengawasi jajanan di sekolah. Dari badan POM juga terdapat pengawasan terkait dengan NAWACITA bahwa badan POM ikut program kesehatan. Bentuk pengawasan yang dilakukan BPOM yaitu melakukan sampling dan mobiling ke sekolah-sekolah. Untuk kantin, sekarang BPOM memiliki program 1230 sekolah yang diintervensi. Bentuk dari intervensi yang pertama yaitu mengumpulkan duta sektor yang terkait dan mengundang bappeda. Kemudian bimbingan teknis. Diadakan ke kantin-kantin audit. Audit adalah proses pemeriksaan kantin. Kemudian diadakan pengambilan sampel dan diuji ditempat. Jadi BPOM membawa mobil keliling. Kemudian hasilnya disampaikan langsung dan dilakukan evaluasi. Dinas Kesehatan akan mengeluarkan sertifikat “laik higiene sanitasi” untuk kantin yang bagus. Sedangkan badan POM mengeluarkan sertifikat “piagam bintang keamanan pangan kantin sekolah”.
Wawancara dengan pedagang
Dasar Teori
Pedoman Wawancara
Teori Fungsi Teori
ini
i.
dikemukakan
oleh
Emile
Durkheim. Keseragaman dalam kesadaran moral semua anggota masyarakat tidak dimungkinkan berbeda
karena
dengan
Perbedaan-perbedaan
setiap
satu itu
individu
sama
lain.
antara
lain
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, fisik, dan keturunan. Oleh karena itu, dalam suatu masyarakat, orang yang berwatak jahat selalu ada, dan kejahatan pun juga akan
selalu
ada.
Durkheim
juga
berpandangan bahwa kejahatan perlu bagi suatu masyarakat, karena dengan adanya kejahatan, moralitas dan hukum dapat berkembang secara normal.
Apakah
kejahatan
Hasil Wawancara dalam
Menurut hasil wawancara, bentuk menjual makanan yang beberapa pedagang menyatakan bahwa memang ada pedagang tidak layak konsumsi selalu nakal yang melakukan kejahatan ada sejak dahulu, meskipun dalam bentuk makanan dan minuman sehingga tidak layak ada tindakan BPOM? konsumsi. Praktik tersebut dilakukan sejak dahulu karena diyakini untuk memaksimalkan keuntungan dan juga mencegah makanan tersebut menjadi busuk di kemudian hari.
Dasar Teori
Pedoman Wawancara
Teori Tindakan Berasalan
i.
merupakan
prediktor
ii.
terbaik
adalah mengetahui kehendak orang tersebut.
Bagaimana
sikap
penjual
jajanan anak sekolah terhadap
perilaku, artinya jika ingin mengetahui apa yang akan dilakukan seseorang, cara terbaik
seorang
yang tidak layak konsumsi?
antara keyakinan (belief), sikap (attitude),
Kehendak
faktor
menjual jajanan anak sekolah
Teori Tindakan Beralasan menghubungkan
kehendak (intention) dan perilaku (behavior).
Apakah
Hasil Wawancara
aturan BPOM? iii.
Apakah
regulasi
BPOM
membuat
menjadi fokus perhatian dari
pertimbangan berdasarkan alasan-alasan yang
penjual-penjual jajanan anak
sama sekali berbeda (tidak selalu berdasarkan
sekolah?
Namun,
seseorang
dapat
kehendak). Konsep penting dalam teori ini adalah
fokus
perhatian
(salience),
yaitu
mempertimbangkan sesuatu yang dianggap penting. Kehendak (intention) ditentukan oleh sikap dan norma subyektif.
Faktor pedagang menjual jajanan anak sekolah yang tidak layak konsumsi adalah ketahanan produk yang cukup cepat basi, juga tampilan makanan yang kurang menarik apabila menggunakan pewarna alami. Sehingga para pedagang menggunakan zat tambahan kimia yang berbahaya bagi tubuh seperti pengawet dan pewarna buatan.
Dasar Teori
Pedoman Wawancara i.
Teori Mind, Self and Society Teori “Mind, Self and Society” yang dikemukakan
oleh
George
Herbert
Mead menyatakan bahwa manusia lahir belum
sebagai
berkembang interaksi dilingkungan
“diri”.
setelah dengan
Manusia melakukan
orang
sekitarnya.
lain Proses
perkembangan manusia tersebut akan sejalan dengan lingkungannya.
Bagaimana
perkembangan
Hasil Wawancara
Pada hal pemeriksaan BPOM, 4 para penjual setelah interaksi dari 8 pedagang belum pernah merasa diperiksa, 3 dari 8 dengan BPOM? pedagang hanya ditanya oleh pembeli dan 1 dari 8 pedagang pernah ditanya oleh BPOM. Pedagang yang pernah berinteraksi dengan BPOM pun mengaku tidak ada perkembangan setelah adanya pemeriksaan dan pengawasan BPOM. BPOM hanya melaporkan sampel dagangan yang diteliti kepada pihak sekolah.
Dasar Teori
Pedoman Wawancara i.
Teori Konflik
Hasil Wawancara
Apakah terjadi konflik pada
I.
Setengah dari jumlah responden mengaku tidak ada konflik, sedangkan sisanya tidak mengetahui apakah ada konflik antara BPOM dan penjual. Salah satu responden mengatakan bahwa apabila ada kasus siswa keracunan mungkin saja terjadi konflik.
II.
Para penjual mengatakan mereka berusaha patuh terhadap peraturan BPOM mengenai makanan jajanan sekolah. Mereka menginginkan adanya pelatihan dan sosialisasi agar selaras dengan peraturan yang berlaku
saat interaksi BPOM dengan
Teori konflik yang dikemukakan Karl
Marx.
memandang
Teori bahwa
konflik perubahan
sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian membawa
nilai-nilai
yang
perubahan,
tetapi
terjadi akibat adanya konflik yang
menghasilkan
kompromi-kompromi
yang
berbeda dengan kondisi semula.
penjual jajanan anak sekolah? ii.
Bagaimana penyesuaian para penjual
setelah
adanya
peraturan-peraturan baru dari BPOM/pengawasan BPOM?
dari
Hasil Analisis
Analisis Rumusan Masalah 1 Menurut Karl Marx, tindakan sosial adalah sebagai aktvitas manusia yang berusaha menghasilkan barang, atau mencoba sesuatu yang unik untuk mengejar tujuan tertentu . Dalam hal ini, BPOM melakukan tindakan pengawasan terhadap jajanan anak sekolah yang beredar dengan tujuan tidak beredarnya makanan jajanan anak sekolah yang berbahaya. Hal ini sesuai dengan teori tindakan sosial. Bentuk pengawasan yang dilakukan BPOM yaitu melakukan sampling dan mobiling ke sekolah-sekolah. Untuk kantin, sekarang BPOM memiliki program 1230 sekolah yang diintervensi. Bentuk dari intervensi yang pertama yaitu mengumpulkan duta sektor yang terkait dan mengundang bappeda. Kemudian bimbingan teknis. Diadakan ke kantin-kantin audit. Audit adalah proses pemeriksaan kantin. Kemudian diadakan pengambilan sampel dan diuji ditempat. Jadi BPOM membawa mobil keliling. Kemudian hasilnya disampaikan langsung dan dilakukan evaluasi.
Analisis Rumusan Masalah 2 Teori Kontrol Sosial oleh Albert J. Reiss menyatakan bahwa perilaku menyimpang merupakan konsekuensi dari kegagalan kontrol personal dan sosial. Ini sesuai dengan hasil penelitian, bahwa beberapa penjual bahkan tidak mengetahui peraturan yang ada, kurangnya kontrol sosial ini membuat para penjual/pedagang melakukan tindakan nakal seperti penambahan pewarna buatan, dll agar makanan yang mereka buat itu awet, sehingga makanan yang dikonsumsi oleh anak sekolah tidak aman di konsumsi.
Analisis Rumusan Masalah 3 Tindakan dari BPOM seharusnya menciptakan dampak yang besar namun karena para pedagang yang kami wawancarai mengaku tidak pernah mendapatkan pengawasan makanan dari pihak BPOM sehingga efek takut dan jera tidak terjadi dalam diri pedagang-pedagang ini. Hal ini tidak sesuai dengan teori relatif atau teori tujuan (doel theorien) yang menyatakan pidana dijatuhkan bukan “quia peccatum est” (karena orang membuat kejahatan) 44 Muladi dan Barda Nawawi Arief, Op.cit, hlm 11 46 melainkan “ne peccetur” (supaya orang jangan melakukan kejahatan)
Simpulan dan Saran
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah kami lakukan, terdapat beberapa simpulan sebagai berikut : 1.
BPOM telah melakukan pengawasan dengan baik berdasarkan pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan.
2.
Terdapat beberapa jajanan yang tidak aman untuk dikonsumsi karena menggunakan bahan pangan olahan yang berbahaya, tidak semua jajanan termasuk dalam tugas pengawasan BPOM hanya beberapa makanan olahan yang tahan di atas tujuh hari
3.
BPOM telah mengeluarkan Pedoman Pangan Jajanan Anak Sekolah, namun tidak dilaksanakan dengan baik oleh pihak pedagang jajanan sekolah
4.
Diperlukan kajian lebih lanjut mengenai rantai pemasok bahan pangan olahan, untuk dapat memastikan bahan pangan olahan serta bahan pangan tambahan yang digunakan pedagang di sekolah adalah bahan yang dinyatakan aman.
Saran Melihat fenomena jajanan sekolah yang dikonsumsi oleh anak-anak, kami memiliki beberapa saran kepada berbagai pihak agar kedepannya semua jajanan sekolah dapat dikonsumsi dengan aman, yaitu : 1.
BPOM melakukan sosialisasi serta pengawasan kepada pedagang-pedagang di sekolah dan sekitarnya mengenai jajanan yang aman konsumsi.
2.
Pihak penjual jajanan sekolah harus berupaya memilih bahan pangan yang memang terdaftar di BPOM.
3.
Pihak sekolah harus bertindak tegas dalam pengawasan di dalam sekolah pada jajanan anak sekolah.
4.
Orang tua murid harus mengawasi serta memberikan pengertian tentang jajanan yang dapat dikonsumsi dengan aman.
Daftar Pustaka
https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-3925563/30-siswa-sd-dan-7-orang-guru-di-bandung-keracuna n-makanan
https://regional.kompas.com/read/2018/01/11/23492381/diduga-keracunan-jajanan-sekolah-35-siswa-sd -di-bandung-muntah-muntah
TERIMA KASIH!