BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Dalam Undang-undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 Bab I Pasal I ayat 11
disebutkan bahwa upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Pelayanan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk dapat memberikan layanan kesehatan yang memiliki standar sehingga meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Pemerintah berusaha dengan segala upaya untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan baik segi sumber daya manusia, juga dari segi ketersediaan alat dan bahan penunjang medis (Anonim, 2009b) Mutu pelayanan kesehatan ditentukan oleh berbagai aspek, salah satu diantaranya tingkat kepuasan pasien.Kepuasan pasien ini dipengaruhi oleh berbagai persepsi kualitas jasa dan produk yang diterima oleh pasien. Hayati (2010) faktor kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan akan mempengaruhi jumlah kunjungan. Apabila pasien tidak merasa puas contohnya : pasien menunggu lama, pemberi jasa pelayanan tidak ramah, keterampilan yang kurang maka pasien merasa tidak puas sehingga menurunkan jumlah kunjungan. Faktor kepuasan pasien dapat menciptakan persepsi masyarakat tentang citra rumah sakit. Kepuasan pasien di Rumah Sakit biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya keberadaan berbagai jenis petugas kesehatan, alat-alat diagnostik, terapi dan obat-obatan. Selain itu kepuasan juga dipengaruhi oleh komponen proses, yakni bagaimana layanan kesehatan diberikan. Contohnya antara lain apakah diagnosis ditegakkan dalam waktu yang relatif singkat dan tepat, pemberian terapi sesuai dengan prosedur standar, atau pemberian informasi yang sesuai dengan harapan pasien ( Basuki,2008). Kepuasan pasien IGD (Instalasi Gawat Darurat) yaitu melihat sejauh mana tingkat kepuasan pasien dalam pelayanan yang dijanjikan oleh rumah sakit.Pentingnya penelitian tentang daya tanggap dengan kepuasan pasien yaitu untuk melihat kepuasan pasien dalam pelayanan yang cepat dan tepat. Pentingnya penelitian tentang jaminan pelayanan yaitu untuk 1
melihat kepuasan pasien terhadap kesopan santunan dan kemampuan pegawai rumah sakit untuk menumbuhkan rasa percaya kepada pasien, dan pentingnya penelitian tentang bukti langsung yaitu untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap kemampuan rumah sakit dalam menunjukan eksistensinya pada pihak eksternal sedangkan empati penting diteliti untuk melihat kepuasan pasien terhadap perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikanpada para pasien dengan memahami keperluan pasien (Rotty, 2009). Pemberian pelayanan agar bisa memberikan kepuasan pasien khususnya pelayanan gawat darurat dapat dinilai dari kemampuan perawat dalam hal responsiveness cepat tanggap), reliability (pelayanan tepat waktu), assurance (sikap dalam memberikan pelayanan), emphaty (kepedulian dan perhatian dalam memberikan pelayanan) dan tangible (mutu jasa pelayanan) dari perawat kepada pasien (Muninjaya, 2011). Rumah sakit memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan
derajat
kesehatan
masyarakat.Paradigma
baru
pelayanan
kesehatan
mengharuskan rumah sakit memberikan pelayanan berkualitas sesuai kebutuhan dan keinginan pasien dengan tetap mengacu pada kode etik profesi.Dalam perkembangan teknologi yang pesat dan persaingan yang semakin ketat, maka rumah sakit dituntut untuk terus melakukan peningkatan kualitas pelayanannya (Depkes RI, 2007).Oleh karena itu saya tertarik mengangkat judultentang“Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan IGD di RSIA Sayang Ibu”
B.
Tujuan Penulisan a. Tujuan Umum Mengetahui bagaimana tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan IGD di RSIA Sayang Ibu Batusangkar
b. Tujun khusus 1) Mengetahui apakah pelayanan yang di berikan sudah sesuai dengan harapan yang diingin oleh pasien mberikan pelayanan komunikatif, cepat dan tepat selama 24 jam terus menerus
2
2) Mengetahui apakah sudah tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi pasien atau keluarga pasien yang berada dalam keadaan gawat darurat 3) Mengevaluasi bagaimana tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan yang telah diberikan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan
C.
Ruang Lingkup Bagaimana tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan IGD di RSIA Sayang Ibu Batusangkar?
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Gawat Darurat Gawat darurat adalah suatu keadaan yang mana penderita memerlukan pemeriksaan medis segera, apabila tidak dilakukan akan berakibat fatal bagi penderita. Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu unit di rumah sakit yang harus dapat memberikan playanan darurat kepada masyarakat yang menderita penyakit akut dan mengalami kecelakaan, sesuai dengan standar. Keanekaragaman pasien di IGD yang datang dari berbagai latar belakang dari sisi sosial ekonomi, kultur, pendidikan dan pengalaman membuat persepsi pasien atau masyarakat berbeda-beda. Pasien merasa puas dengan pelayanan perawat di IGD apabila harapan pasien terpenuhi, seperti pelayanan yang cepat, tanggap, sopan,ramah, pelayanan yang optimal dan interaksi yang baik. Namun pasien atau masyarakat sering menilai kinerja perawat kurang mandiri dan kurang cepat dalam penanganan pasien di IGD.Penilaian itu karena beberapa hal, salah satunya diantaranya adalah ketidaktahuan pasien dan keluarga tentang prosedur penatalaksanaan pasien oleh perawat di ruang IGD(Igede, 2012). Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan salah satu lini utama sebagai jalan masuknya pasien, untuk kemudian dilakukan triage dan diberikan pertolongan.IGD ialah suatu instalasi, bagian dari rumah sakit yang melakukan tindakan berdasarkan triage terhadap pasien (Musliha, 2010).Salah satu syarat perawat di instalasi gawat darurat haruslah yang memiliki kecekatan, keterampilan, dan kesiagaan setiap saat (Hardianti, 2008), serta teliti untuk mencegah adanya kecacatan ataupun kematian pada pasien. Dalam penanganan pasien gawat darurat di instalasi gawat darurat ada filosofinya yaitu Time Saving is Life Saving artinya bahwa semua tindakan yang dilakukan pada saat kondisi gawat darurat haruslah benar-benar efektif serta efisien. Hal ini dikarenakan bahwa pasien dapat kehilangan nyawa hanya dalam hitungan menit saja.Berhenti nafas selama 2-3 menit pada manusia dapat menyebabkan kematian yang fatal (Sutawijaya, 2009).Kecepatan dan ketepatan pertolongan yang diberikan pada pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat memerlukan standar sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat dan penanganan yang tepat.Hal ini dapat dicapai dengan 4
meningkatkan sarana, prasarana, sumber daya manusia dan manajemen IGD rumah sakit sesuai standar (Kepmenkes RI, 2009).
B. Ruang Lingkup Pelayanan IGD Ruang lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat meliputi : 1. Pasien dengan kasus T r u e E m e r g e n c y Yaitu pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolonngan secepatnya 2. Pasien dengan kasusF a l s e E m e r g e n c y Yaitu pasien dengan : a. Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat b. Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota c. Keadaan tidak gawat dan tidak darurat
C. Triase pasien IGD Proses triase pasien adalah suatu proses seleksi pasien di instalasi gawat darurat agar tindakan selanjutnya sesuai dengan kondisi pasien di Rumah Sakit dan sebagai acuan penerapan langkah-langkah agar dokter dan perawat IGD dapat dengan cepat melakukan seleksi pasien yang datang ke IGD. Prosedurnya pasien datang dan di bawa oleh petugas ke ruang triase yang bertugas di triase adalah dokter umum yang menetap/bertugas di IGD, kemudian melakukan seleksi pasien secara cepat dan tepat oleh dokter / perawat, kemudian pasien di beri label warna yang sesuai dengan level kegawat daruratannya
Dokter triase bertugas memilah pasien yang datang di IGD dengan melakukan anamnesa dan pemeriksaan lain sehingga dapat memutuskan tingkat kegawatan penderita dengan memberi label warna: 1.
Merah yaitu untuk pasien gawat darurat dan pasien gawat tidak darurat pasienyang mengalami cedera mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera, seperti : a. Ada sumbatan jalan nafas b. Terjadi henti nafas, frekuensi nafas 5
c. Kejang d. Cedera kepala/ maksilo-fasial berat; e. Shok atau perdarahan berat; f. Luka bakar berat
2.
Kuning yaitu untuk pasien darurat tidak gawat, pasien yang memerlukan tindakan defintif tetapi tidak ada ancaman jiwa segera, seperti : a.
Jalan nafas bebas ( tidak ada sumbatan )
b.
Frekuensi nafas >24-32x/menit. Suara pernafasan mengi.
c.
Frekuensi nadi 120-150x/menit, TD sistole >160MmHg, TD diastole >100MmHg.
3.
d.
Perdarahan laserasi terkontrol
e.
fraktur tertutup pada ekstrimitas dengan perdarahan terkontrol
Hijau yaitu untuk pasien tidak gawat dan tidak darurat, pasien yang mendapat cedera minimal, dapat berjalan dan menolong diri sendiri atau mencari pertolongan, seperti : a.
Jalan nafas bebas
b.
Frekuensi nafas 20-24x/menit
c.
Frekuensi nadi 100-120x/menit, TD sistole ≥120-140MmHg, TD diastole ≥80100MmHg
4.
d.
Laserasi minor
e.
memar dan lecet
Hitam yaitu untuk pasien korban meninggal Pasien dengan tidak ada respon pada semua rangsang dan tidak ada respirasi sepontan, tidak ada bukti aktifitas jantung, tidak ada respon pupil terhadap cahaya.
6
D. Prinsip dalam Pelaksanaan Triase di IGD 1. Triase dilakukan segera dan tepat waktu. Kemampuan berespon dengan cepat terhadap kemungkinan penyakit yang mengancam kehidupan atau injuri adalah hal yang terpenting di departemen kegawatdaruratan. 2. Pengkajian secara adekuat dan akurat. Intinya, ketelitian dan keakuratan adalah elemen yang terpenting dalam proses interviewatau anamnesa. 3. Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian. Keselamatan dan perawatan pasien yang efektif hanya dapat direncanakan bila terdapat informasi yang adekuat serta data yang akurat. 4. Melakukan intervensi berdasarkan keakutan dari kondisi Tanggung jawab utama seorang perawat triase adalah mengkaji secara akurat seorang pasien dan menetapkan prioritas tindakan untuk pasien tersebut. Hal tersebut termasuk intervensi terapeutik, prosedur diagnostic dan tugas terhadap suatu tempat yang dapat diterima untuk suatu pengobatan. 5. Tercapainya kepuasan pasien a. Perawat triase seharusnya memenuhi semua yang ada di atas saat menetapkan hasil secara serempak dengan pasien. b. Perawat membantu dalam menghindari keterlambatan penanganan yang dapat menyebabkan keterpurukan status kesehatan pada seseorang yang sakit dengan keadaan kritis. c. Perawat memberikan dukungan emosional kepada pasien dan keluarga atau temannya. d. “Time Saving is Life Saving (respon time diusahakan sesingkat mungkin)
E. Prosedur Observasi pasien di IGD Berikut prosedur observasi pasien IGD di RSI Sayang Ibu, yaitu : 1. Pertolongan awal di IGD sesuai prosedur skrining dan triase. 2. Dokter jaga memutuskan pasien kategori level I – III yang memerlukan observasi. 3. Observasi dilakukan oleh perawat dan dokter jaga. 7
4. Observasi dilakukan tiap 5 – 15 menit sesuai dengan tingkat kegawatdaruratannya. Hal-hal yang perlu di observasi : a.
Keadaan umum pasien
b.
Kesadaran pasien
c.
Airway (jalan napas)
d.
Tanda-tanda vital
5. Apabila dalam masa observasi keadaan pasien memburuk maka perawat yang melakukan observasi melaporkan kepada Dokter Jaga 6. Dokter jaga melakukan Re-Assesment terhadap kondisi pasien 7. Apabila kasus penyakitnya diluar kemampuan Dokter Jaga IGD maka Dokter Jaga IGD dapat berkoordinasi dengan konsulen Penanggung Jawap Profesi (Dokter Spesialis) sesuai dengan kasus penyakitnya 8. Observasi kepada pasien di IGD dilakukan maksimal dalam waktu : a. Pasien dengan level I setelah dilakukan penanganan maka akan diputuskan 30 menit – 1 jam masuk ke ruang perawatan, kamar bersalin, atau dirujuk ke RS lain b. Pasien dengan level II setelah dilakukan penanganan maka akan diputuskan 1-2 jam masuk ke ruang rawat inap atau rujuk ke RS lain c. Pasien dengan level III setelah dilakukan penanganan maka diputuskan 2-4 jam pasien boleh pulang atau rawat inap d. Pasien dengan level IV dan V setelah dilakukan penanganan oleh dokter akan segera dipulangkan dengan waktu 15-20 menit. 9. Perkembangan penderita selama observasi dicatat di formulir observasi pasien
F. Standar Pelayanan Minimum IGD Rumah Sakit Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit dalam pedoman ini meliputi jenis-jenis pelayanan indikator dan standar pencapaiain kinerja pelayanan rumah sakit. Fungsi standar pelayanan minimal adalah mengurangi kesenjangan mutu pelayanan kesehatan antar daerah dan sebagai aspek sumber dana desentralisasi dan dana dekonsentrasi atau pembatuan.
8
Tabel 1 : Standar pelayanan Minimum IGD Rumah Skit Jenis Pelayanan Gawat Darurat
Indikator
Standar
1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa
100 %
2. Jam buka Pelayanan Gawat Darurat
24 Jam
3. Pemberi pelayanan gawat darurat yang bersertifikat (BLS, PPGD, GELS, ALS)
4. Ketersediaan tim penanggulangan bencana
100 %
Satu tim
5. Waktu tanggap pelayanan Dokter di Gawat Darurat
≤ lima menit terlayani, setelah pasien datang
6. Kepuasan Pelanggan
≥ 70 %
7. Kematian pasien< 24 Jam
≤ 2/1000 (pindah ke pelayanan rawat inap setelah 8 jam)
Tidak adanya pasien yang diharuskan membayar uang muka
100%
G. Alur Proses Pelayanan IGD Proses pelayanan perlu adanya alur pelayanan pasien, yaitu sebagai berikut : 1.
Pasien mendaftar di nurse station
2.
Mewawancarai keluarga pasien untuk pengumpulan data dasar perihal penyakit yang diderita pasien di Nurse Station 9
3.
Mengklasifikasikan pasien yaitu pasien Gawat darurat , Gawat tidak Darurat, Tidak Gawat Tidak Darurat
4.
Dokter melakukan pemeriksaan dan tindakan
5.
Pasien Gawat Darurat segera di tatalaksana kegawatdaruratannya di ruangan resusitasi atau tindakan, apabila memungkin untuk di rujuk maka pasien akan di rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi. Namun jika keadaan pasien membaik dan membutuhkan rawat inap maka akan di pindahkan ke ruang rawatan.
6.
Pasien Gawat tidak Darurat di tatalaksana di ruangan tindakan untuk mengatasi kegawatannya, apabila tidak memungkinkan pasien dapat di rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi. Namun jika keadaan pasien membaik dan membutuhkan rawat inap maka akan di pindahkan ke ruang rawatan.
7.
Pasien tidak gawat tidak darurat di tatalaksana di ruangan observasi dan jika memungkinkan pasien dibolehkan pulang atau pasien membutuhkan rawat inap.
8.
Jika
diperlukan
pemeriksaan
penunjang
seperti
pemeriksaan
labor
maka
menghubungi petugas laboratorium 9.
Pasien yang membutuhkan konsultasi dengan spesialis, seperti pada Spesialis Kebidanan atau Spesialis Anak
10. Pasien mengambil obat yang telah diresepkan Dokter 11. Keluarga atau pasien melakukan pembayaran 12. Setelah keluargaatau pasien selesai melakukan pembayaran pasien pulang bagi yang diizinkan pulang, di rujuk bagi pasien yang membutuhkan rujukan, bagi yang butuh rawatan dapat mengurus yang syarat atau keperluan untuk rawat inap.
10
ALUR PELAYANAN PASIEN IGD PASIEN DATANG KE IGD
TRIASE
PENDAFTARAN
MERAH (Gawat Darurat)
KUNING (Darurat)
HIJAU (Non-Emergency)
RUANG RESUSITASI
RUANG TINDAKAN
RUANG OBSERVASI PEMERIKSAAN PENUNJANG KONSUL SPESIALIS
RUJUK
RAWAT INAP
PULANG RAWAT INAP
RUJUK
NB KELENGKAPAN ADMINISTRASI PASIEN BPJS Foto Copy Kartu Keluarga Foto Copy KTP Foto Copy Kartu BPJS Foto Copy Buku KIA (untuk Ibu Hamil) Surat Rujukan (jika ada)
APOTEK PEMBAYARAN
PASIEN PULANG
11
PULANG
H. Kriteria Fasilitas dan Perawatan Efisien 1. Susunan ruangan dan arsitektur yang dapat menjamin efisiensi pelayanan kegawatan a. Letak unit gawat darurat harus diberi petunjuk jelas b. Tempat pemutaran ambulan cukup luas c. Harus disedikan tempat untuk melakukan triase, resusitasi, dan tindakan
2. Daftar alat kesehatan yang tersedia No.
Nama Alat
Jumlah
1
Tensimeter Dewasa
1 buah
2
Tensimeter anak
1 buah
3
Stetoskop dewasa
1 buah
4
Stetoskop anak
1 buah
5
Timbangan Dewasa
1 buah
6
Timbangan bayi
1 buah
7
Bedah minor set
2 set
8
THT Set
1 set
9
Saction
1 buah
10
Tabung O2 ( Regultor)
3 tabung
11
Nebu
1 buah
12
Amputation Set
1 set
13
Ambu Bag (bayi, anak, dewasa)
3 buah
14
Lampu Sorot
2 buah
15
Brangkar
2 buah
16
Kursi Roda
1 buah
17
Sterilitator
1 buah
18
Bed Pasien
2 buah
19
EKG
1 buah
20
Standar Infus
3 buah
21
Troli
3 buah
22
Tromol
3 buah 12
I.
23
Termometer
3 buah
24
Penlight
1 buah
25
Reflek Hammer
1 buah
Strategi Penerapan Stándar Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat 1. Mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya yang ada dan pengembangannya 2. Meningkatkan kemampuan teknis dan manajerial 3. Meningkatkan kerjasama tim 4. Terpenuhinya sarana, prasarana, peralatan dan Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan sesuai standar
13
BAB III TINJAUAN KASUS
Tanggal penelitian
: 15 Januari - 5 Februari 2019
Tempat
: Unit IGD RSIA Sayang Ibu Batusangkar
Berdasarkan penelitian yang saya dapatkan dari tanggal 15 Januari s.d 05 Februari 2019 di RSIA Sayang Ibu ditemukan tingkat kepuasan pasien pada grafik di bawah ini :
90% 80% 70%
60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% layanan dokter
layanan perawat puas
ketersediaan pelayanan
kecepatan memberi tindakan
kurang puas
Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan pasien terhadap pelayanan IGD di RSIA Sayang Ibu yaitu terhadap pelayanan dokter IGD adalah 84% pasien. Pelayanan Perawat 85% pasien. Ketersediaan Pelayanan di IGD yaitu 70% pasien. Dan sedangkan kecepatan dalam memberikan tindakan yaitu 69% pasien. Sehingga dapat di simpulkan pasien pelayanan dokter dan perawat dan ketersediaan pelayanan pasien puas, sedangkan kecepatan dalam memberikan pelayanan masih ada pasien yang merasa kurang puas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepuasan pasien terhadap pelayanan di unit IGD sudah mencapai 70% berdasarkan Standar Pelayanan Minimum (SPM) sudah tercapai, tetapi masih ada pasien yang 14
kurang puas sehingga perlunya peningkatan
dalam ketersediaannya pelayanan terutama
kelengkapan alat yang tersedia di unit IGD dan kecepatan dalam memberikan pelayanan agar pasien tidak menunggu lama untuk segera di layani sehingga tercapainya kepuasan terhadap pasien yang maksimal.
15
BAB IV PEMBAHASAN PROGRAM Meningkatkan pelayanan di IGD perlu beberapa yang harus di tingkatkan berdasarkan saran dari pasien dan pengamatan penulis selama masa orientasi yaitu seperti melengkapi alat alat medis untuk di IGD, Penambahan kualitas SDM, jadwal dokter jaga yang sudah sesuai dengan jadwal yang telah di tetapkan jika ada pergantian jadwal langsung di konfirmasi kepada petugas IGD yang sedang bertugas dan untuk menghindari lambatnya penanganan perlu fasilitas diberikan kepada dokter supaya dokter jaga tetap stand by di IGD. Jika petugas IGD diperbantukan ke unit lain seperti di KB (menolong tindakan) dan datang pasien dalam keadaan perlu penanganan yang cepat minta bantuan kepada petugas lain yang tidak sibuk, serta kolaborsi dengan security dalam menyambut pasien.
16
BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan pelayanan di IGD dengan memberikan pelayanan dengan melengkapi ketersediaan layanan IGD baik dari kelengkapan alat-alat medis, kecepatan dalam memberikan pelayanan, penambahan SDM dan meningkatkan kualitas SDM. Sehingga pelayanan kita sesuai dengan Standar Pelayanan Minimum Rumah Sakit.
B. Saran Semoga hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan dapat dijadikan tambahan untuk meningkatkan pelayanan terutama di bagian IGD, karena IGD merupakan lini utama sebagai jalan masuknya pasien dan diberikannya pertolongan pertama, sehingga perlunya meningkatkan pelayanan di unit IGD dengan penanganan yang cepat.
17