Ppt.pptx

  • Uploaded by: Titi Samal
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ppt.pptx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,161
  • Pages: 29
Siti Aisa R Samal

• Latar Belakang Persiapan perioperative ialah persiapan sebelum pembedahan, selama pembedahan dan sesudah pembedahan yang meliputi semua aspek fisiologis dan patologis yang mempengaruhi anestesi dan pembedahan, pengaruh anestesi dan pembedahan terhadap fisiologis tubuh dan resiko maupun komplikasi yang diakibatkannya

• Beberapa penelitian epidemiologi skala besar telah mengindikasikan bahwa persiapan pra operasi yang tidak memadai dari pasien kemungkinan menjadi faktor penyumbang utama penyebab utama kematian perioperatif

• Sasaran utama evaluasi dan persiapan preoperatif berikut telah diidentifikasi5  Dokumentasi kondisi pasien untuk operasi yang diperlukan.  Penilaian status kesehatan keseluruhan pasien.  Menilai kondisi penyakit yang dapat menyebabkan masalah selama dan setelah operasi.  Penentuan risiko perioperatif.  Optimalisasi kondisi medis pasien untuk mengurangi pembedahan dan morbiditas atau mortalitas anestesi perioperatif  Pengembangan rencana perawatan perioperatif yang tepat.  Edukasi pasien tentang gambaran prosedur operasi, anestesi, perawatan intraoperatif dan perawatan nyeri pasca operasi dengan harapan mengurangi kecemasan dan memfasilitasi pemulihan.  Pengurangan biaya, pemendekan masa inap di rumah sakit, mengurangi pembatalan pasien terhadap operasi yang akan nantinya dijalaninya dan peningkatan kepuasan pasien

• Anamnesis Merupakan komponen terpenting dari evaluasi pra operasi. Anamnesis harus mencakup riwayat medis masa lalu dan saat ini, riwayat pembedahan, riwayat keluarga, riwayat sosial (penggunaan tembakau, alkohol dan obat-obatan terlarang), riwayat alergi, terapi obat saat ini dan baru-baru ini, reaksi yang ditimbulkan atau efek terhadap obat-obatan dan masalah atau komplikasi yang terkait dengan anestesi sebelumnya.

• PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan fisik harus didasarkan pada informasi yang dikumpulkan selama anamnesis. Paling tidak, pemeriksaan fisik preanestesi terfokus mencakup penilaian jalan nafas, paru-paru dan jantung, dengan dokumentasi tanda-tanda vital. Temuan abnormal yang tidak diharapkan pada pemeriksaan fisik harus diselidiki sebelum operasi elektif dilakukan

• PEMERIKSAAN LABORATORIUM • Seorang dokter harus mempertimbangkan rasio risiko-manfaat dari setiap tes laboratorium yang dipesan. • Tes laboratorium harus dipesan berdasarkan informasi yang diperoleh dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, usia pasien dan kompleksitas dari suatu prosedur pembedahan.

• Beberapa obat harus dihentikan sebelum operasi. • Penghambat monoamine oxidase harus dihentikan 2-3 minggu sebelum operasi karena risiko interaksi dengan obat yang digunakan selama anestesi. • Pil kontrasepsi oral harus dihentikan setidaknya 6 minggu sebelum operasi elektif karena peningkatan risiko trombosis vena.

• American Society of Anesthesiologists (ASA) meneliti penggunaan suplemen herbal dan interaksi obat yang berpotensi berbahaya yang mungkin terjadi dengan penggunaan terus-menerus produk ini sebelum operasi. Semua pasien diminta untuk menghentikan suplemen herbal mereka setidaknya 2 minggu sebelum operasi.

• Penggunaan obat yang mempotensiasi perdarahan dievaluasi secara ketat, dengan analisis risiko-manfaat setiap obat dan dengan kerangka waktu direkomendasikan untuk penghentian berdasarkan izin dan karakteristik waktu paruh obat. • Misalnya : Aspirin, antikoagulan oral

perlu untuk yang obat

• Tahapan intraoperatif adalah tahapan dimana pasien diberikan obat-obatan anestesi baik umum, lokal ataupun regional untuk mencapai keadaan yang diinginkan selama pembedahan berlangsung.

• Terbatas pada tempat penggunaan • Menghambat konduksi saraf perifer tanpa menimbulkan kerusakan permanen pada saraf tersebut • Sifat sifat yang harus dimiliki oleh obat anestetikum lokal adalah poten, artinya efektif dalam dosis rendah, daya penetrasinya baik, mula kerjanya cepat, masa kerjanya lama, toksisitas sistemik rendah, tidak mengiritasi jaringan, pengaruhnya reversibel, dan mudah dikeluarkan dari tubuh.

• Rute pemberian : Surface aflication, injeksi dan filed block anestesi • Anestetikum yang sering digunakan sebagai anestetikum lokal adalah procaine HCI 2% - 4%, Lidocaine 0,5 - 2%, Lidocaine 4%, Tetracaine, bupivacaine 0,25% atau 0,5%, Dibucain, Pehacaine, Lidonest, dan Chlor buthanol dengan dosis pemberian secukupnya

• Mempengaruhi pada daerah atau regio tertentu • Tindakan menghilangnya nyeri yang dilakukan dengan cara menyuntikkan anestetikum lokal pada lokasi saraf yang menginervasi regio atau daerah tertentu sehingga menyebabkan hambatan konduksi inpuls yang reversibel

• Anestesi regional dibedakan berdasarkan rute pemberiannya, yaitu secara epidural, spinal atau intrathekal atau subaraknoid, dan blok pleksus brakhialis

• Anestesi umum adalah keadaan hilangnya nyeri di seluruh tubuh dan hilangnya kesadaran yang bersifat sementara yang dihasilkan melalui penekanan sistem saraf pusat karena adanya induksi secara farmakologi atau penekanan sensori pada saraf. • Rute pemberian : Melaui injeksi dan inhalasi atau gabungan.

• Agen anestesi inhalasi : NO, eter, kloroform, etil klorida, halotan, metoksifluran, enfluran, isofluran, desfluran, sevofluran dan xenon • Agen anestesi injeksi : ketamin dan propofol

• Gangguan Ventilasi  Obstruksi jalan napas: penyangga esmarch, pipa guedel/wendl, penghisap sekret  Hipoksemia: O2 3-6 l/m melalui selang hdung atau sungkup muka  Hipoventilasi  Terapi nyeri, penanganan pasien adiposis  Depresi yang diinduksiopioid: nalokson 0,4-0,8 mg i.v  Akumulasi obat relaksan : antagonisasi

• Hipotensi  Hipovolemia : kedua paha diangkat, berikan infus cairan kristaloid atau koloid, berikan konsentrat eritrrosit bila anemia, bila perlu berikan akrinor 0,3 ml iv • Hipertensi  Sering disebabkan oleh terapi nyeri yang tidak mencukupi  Antihipertensi  Nifedipin 10 mg sublingual ( hati-hati terhadap reflex takikardia )  Klomidin 75 µG i.v ( peningkatan tekanan darah awal, sedasi )  Urapidil 10 mg i.v ( hipovolemia )

• Mual dan muntah pasca operasi • Peningkatan skor risiko menurut Apfel dan Roewer :  Jenis kelamin perempuan  Tidak merokok  Anamnesis mual dan muntah pasca-operasi atau mabuk perjalanan  Opioid pasca operasi • Setiap faktor bernilai 1, semua nilai ditambahkan (nilai 0-4)

Profilaksis mual dan muntah pasca operasi ( PONV ) Nilai

Tindakan

0–1

Menunggu

2 3–4

4 mg deksametason (Fortecortin i.v untuk inisiasi) atau TIVA 4 mg deksametason (i.v untuk inisiasi) + TIVA + 4 mg ondansentron i.v menjelang akhir operasi

Profilaksis mual dan muntah pasca operasi Mual Muntah

Cadangan

Droperidol 0,625 mg Ondansentron 4 mg

Dimenhidrinat 60 mg sebagai infus singkat

• Gangguan kewaspadaan  Akumulasi opiod:nalokson  Akumulasi benxodiazepin:anexate (flumazenil)  Sindrom antikolinergik sentral: antikolium (fisotigmin) 0,04 mg/kg i.v, sindrom antikolinergik sentral dipikirkan jika hilang kesadaran yang berkepanjangan pascaoperasi atau kecemasan, kegelisahan dan agitasi tanpa penyebab yang jelas.

• Non-opioid Diklofenak 50 – 75 mg per oral/supositoria setiap 8 – 12 jam (maksimum 150 mg/hari) Ibuprofen 400-600 mg per oral/supositoria setiap 6-8 jam (maksimum 2400 mg/hari) Parasetamol 1000 mg/oral supositoria setiap 6 ja (maksimum 4000 mg/hari) Metamizol 0,5 – 1 g/oral/i.v setiap 6 jam (maksimum 5000 mg/hari). Kontraindikasi : kerusakan hati dan ginjal berat, alergi, insufisiensi jantung akut juga ulkus lambung dan usus (Ibuprofen, diklofenak).

• Opioid Piritramid : awal 0,1 mg/kg pada VAS (skala analog visual) >40, dosis ulangan 3 mg, di ruang perawatan sebagai infus singkat Petidin: inisial 1 mg/kg untuk analgesik, 10-20 mg pada menggigil, kontraindikasi pada premedikasi dengan inhibitor MAO Tilidin (+nalokson) retard: 50 – 150 mg per oral setiap 12 jam Tramadol retard 50 – 150 mg per oral setiap 12 jam Morfin: 5 – 10 mg i.v/s.k sebagai medikasi nyeri akut Oksikodon : 10 mg per oral setiap 12 ja, baru setelah opiod derajat II selesai

• Persiapan perioperatif adalah tahapan atau fase persiapan pasien dari sebelum, saat berlangsungnya dan setelah operasi. Baik dari pemeriksaan kondisi tubuh secara kompherensif maupun persiapan obat-obatan untuk stadium anestesi. • Tahapan preanetesi mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Sedangkan intraoperative adalah fase anestesi dimana ketika pasien dibawah pengaruh anestesi serta tahapan postoperative yakni manajemen pasien post operatif dalam hal mengurangi komplikasi pascaoperasi dan memanajemen nyeri.

TERIMA KASIH

More Documents from "Titi Samal"

Ppt.pptx
November 2019 15
Isi Lapsus.docx
November 2019 9
Ppt.pptx
November 2019 12
Referat.docx
November 2019 11
001_cbl 8.docx
October 2019 39