Ppt.pptx

  • Uploaded by: Titi Samal
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ppt.pptx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,283
  • Pages: 28
EDEMA PARU Case report Siti Aisa R.Samal

BAB I PENDAHULUAN • Edema paru adalah akumulasi cairan yang berlebihan di dalam sel, ruang antar sel dan rongga alveoli pada paru. Penyebabnya beragam, tetapi memiliki hasil akhir yang sama, yaitu jumlah air yang berlebihan di dalam paru. • Edema paru dapat diklasifikasikan sebagai edema paru kardiogenik dan edema paru nonkardiogeni

• Menurut penelitian pada tahun 1994, secara keseluruhan terdapat 74,4 juta penderita edema paru di seluruh dunia. Di Inggris terdapat sekitar 2,1 juta penderita edema paru yang memerlukan pengobatan dan pengawasan secara komprehensif. Di Amerika Serikat diperkirakan 5,5 juta penduduk menderita edema paru. Di Jerman penderita edema paru sebanyak 6 juta penduduk. • Di Indonesia, edema paru pertama kali terdeteksi pada tahun 1971. Sejak itu penyakit tersebut dilaporkan di berbagai daerah sehingga sampai tahun 1980 sudah mencakup seluruh propinsi di Indonesia.

BAB II LAPORAN KASUS • • • • • • • • • • • • •

EVALUASI PRE-ANESTESI ANAMNESIS Identitas Pasien Nama : Ny. YU Jenis kelamin : Perempuan Umur : 19 tahun Pekerjaan :Agama : Islam Alamat : Pulau Seram Tgl MRS : 24-05-2018 Pukul : 15.50 WIT Pengantar : RSUD Tulehu No RM : 131673

• Keluhan utama: Sesak napas • Riwayat penyakit sekarang Pasien rujukan dari RSUD Tulehu dengan diagnosis G1P0A0 hamil 34 minggu dengan edema paru . Menurut keluarga pasien, keluhan dikeluhkan pasien sejak 2 hari yang lalu.

• • • • • • •

Riwayat penyakit dahulu:Riwayat asthma (-) Riwayat kejang (-) Riwayat alergi (-) Riwayat penyakit keluarga: Riwayat pengobatan:Riwayat sosial ekonomi: -

PEMERIKSAAN FISIK B1 : RR : 33x/m, SpO2 : 100% (dengan mask O2 5L) B2 : TD : 134/92 mmHg, N : 122x/m, BJ I/II regular, gallop (-), murmur (-) B3 : GCS E4V5M6, pupil isokor, S: 36,5⁰C B4 : Urine 50cc/jam, warna kuning tua B5 : BU (-), NT (+)

B6 : Deformitas (-), edema (-)

• PEMERIKSAAN PENUNJANG • Darah rutin

• Darah Kimia

• 3. EKG

• DIAGNOSIS KERJA : G1P0A0 24 Mggu + Edema paru, PS ASA II • DIAGNOSIS BANDING: • PLANNING : Ranitidin 50 mg/iv Puasa 6-8 jam sebelum operasi

 • • • • • • • • • •

PRE-OPERATIF Diagnosa prabedah : G1P0A0 hamil 24 minggu, Edema paru Jenis pembedahan : SC Jenis anestesi : SAB Posisi : Supine Lama anestesi : 10.35 - Selesai Lama operasi : 10.40 – 11.10 Premedikasi : Ranitidin 50 mg/iv Tindakan anestesi regional (SAB) Persiapan alat dan obat anestesi regional Mempersiapkan mesin anetesi, monitor, tensimeter, saturasi oksigen serta pemberian oksigen • Mempersiapkan obat bunascan 0.5%,spinocam 26 G, kassa, betadin dan alkohol untuk prosedur anetesi SAB.

INTRAOPERATIVE • Selama intraoperative pasien diberikan obat bunascan 12,5 mg untuk mempertahankan keadaan anestesi, kemudian diberikan obat phiton dan metergin 1 amp untuk mempertahankan dan meningkatkan kontraksi rahim selanjutnya diberikan petidin 25 mg dan sedakom 0,5 untuk mengurangi nyeri intraoperative dan tetap mempertahankan kondisi anestesi.

POST OPERATIVE B1 : RR : 33x/m, SpO2 : 100% (dengan mask O2 5L)

B2 : TD : 134/92 mmHg, N : 122x/m, BJ I/II regular, gallop (-), murmur (-) B3 : GCS E4V5M6, pupil isokor, S: 36,5⁰C B4 :

Urine 50cc/jam, warna kuning tua B5 : BU (-), NT (+) B6 : Deformitas (-), edema (-)

Terapi : • Awasi tanda – tanda vital • Baring 24 jam • Ketorolac 30 mg, 18 jam/iv • Paracetamol 4 x ½ vial • Bila kaki sudah bisa diangkat, boleh minum sedikit • Takar urin/24 jam • Cek darah rutin, albumin post op • Rawat ICU

BAB III TINJAUAN PUSTAKA DEFINISI Edema paru didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana terjadi perpindahan cairan dari vaskular paru ke interstisial dan alveoli paru. Pada edema paru terdapat penimbunan cairan serosa atau serosanguinosa secara berlebihan di dalam ruang interstisial dan alveoli paru. Edema yang terjadi akut dan luas sering disusul oleh kematian dalam waktu singkat.

 EPIDEMIOLOGI • Suatu penelitan yang berbasis survey-observasional berskala internasional, Acute Heart Failure Global of Standard Treatment (ALARM-HF) tahun 2010, terhadap 4953 pasien yang dirawat dengan gagal jantung akut di 666 rumah sakit yang tersebar di Eropa, Amerika Latin dan Australia mendapatkan edema paru akut merupakan salah satu kondisi klinis terbanyak yang dijumpai dengan prese ntase 37% dari kesulurhan pasien. Penelitian sebelumnya, EuroHeart Failure Survey II didapatkan hasil 16% pasien yang dirawat akibat gagal jantung akut mengalami EPA

ETIOLOGI • Edema paru akut dapat timbul sebagai manifestasi klinis dari suatu gagal jantung akut (de novo) ataupun dijumpai pada pasien gagal jantung kongestif yang mengalami eksaserbasi dengan factor pencetus seperti infarka miokard, anemia, obat-obatan, diet yang banyak mengandung air maupun garam, hipertensi, aritmia, tirotoksikosis, infeksi, endokarditis, atau emboli paru, gagal ginjal maupun kehamilan

 PATOFISIOLOGI Patofisiologi edema paru berhubungan dengan mekanisme pertukaran cairan (fluid exchange) yang normal yang terjadi pada pembuluh darah kapiler. Sejumlah volume cairan bebas protein tersaring ke luar kapiler, melintasi dinding kapiler pembuluh darah, bercampur dengan cairan intertisium disekitarnya, dan kemudian diabsorbsi kembali ke dalam pembuluh darah, proses seperti ini disebut sebagai bulk flow karena berbagai konstituen cairan berpindah bersama-sama sebagai suatu kesatuan.

DIAGNOSIS • Diagnosis EPA didasarkan pada simtom dan gejala klinis yaitu distress pernapasan yang hebat, ronki seluruh lapangan paru dan orthopnoe. Beberapa pemeriksaan peunjang yang mendukung adalah foto thoraks, EKG, ekokardiografi dan laboratorium. Foto thoraks harus segera dilakukan dan sangat membantu dalam menegakan suatu EPA

• Pada pemeriksaan klinis pasien dengan edema paru, sering didapati • Dispnoe, takipnoe, takikardia • Hipertensi/hipotensi; hipertensi sebagai akibat hiperadrenergik, hipotensi menunjukan disfungsi ventrikel kiri yang berat dan kemungkinan munculnya syok kardiogenik. • Akral dingin sebagai indikasi rendahnya cardiac output serta perfusi yang kurang • Pada auskultasi paru dapat dijumpai krepitasi umumnya terdengar dibasal, namun bias juga muncul di apeks bila kondisi sudah semakin memburuk • Pada pemeriksaan suara jantung dapat dijumpai S3 serta peningkatan vena jugularis. Murmur dapat membantu menegakan diagnosa gangguan valvular yang dapat menyebabkan terjadinya edema paru • Pasien dengan gagal jantung kanan dapat ditemukan hepatomegaly, refluks hepatojugular serta edema perifer. • Perubahan status mental sebagai akibat dari hipoksia atau hiperkapnia, cemas serta keringat dingin

• • • • • • • •

Pemeriksaan Penunjang Darah rutin Troponin AGD EKG Foto thoraks Ekokardiografi Pulmonary artery catheter

 PENATALAKSANAAN • Terapi oksigen • Vasodilator • Sodium nitroprussid • Nitrat • Nesiritede • Diuretik • Morfin sulfat • Inotropik • Intubasi dan ventilator

 PROGNOSIS • Prognosis suatu EPA tergantung dari penyakit yang mendasarinya, apakah kardik ataupun non-kardiak. Pasien dengan etiologi infark miokard akut serta keadaan komorbiditas yang menyertai seperti DM, gagal ginjal kronik akan memiliki prognosis yang jelek. • Secara umum pasien dengan EPA akibat kelainan jantung memiliki prognosis yang jelek dengan angka kematian di rumah sakit sekitar 12% dan setelah follow up selama satu tahun mencapai 40%.

BAB IV DISKUSI • Pasien Ny YN umur 19 tahun merupakan pasien rujukan dengan diagnosa awal yakni G1P0A0, PEB dengan edema paru. Pasien mengeluhkan sesak napas sejak 2 hari terakhir. Riwayat penyakit dahulu disangkal. Pada pemeriksaan fisik dtemukan rh (+) pada lapang paru. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan leukositosis dan limfositopenia.

• Gejala yang dapat muncul pada pasien dengan edema paru akutadalah dispnoe dan takipnoe karena edema intertisial dan hipoksemia akibat penumpukan cairan dialveolus. • Edema paru biasanya terjadi pada pasien preeclampsia berat yang mengalami kelainan pulmonal maupun non pulmonal setelah proses persalinan. Hal ini terjadi karena peningkatan cairan yang sangat banyak, penurunan tekanan onkotik koloid plasma akibat proteinuria dan penurunan albumin yang diproduksi oleh hati

• Pemilihan teknik anestesi pada preeklampsi disertai edema paru adalah anestesi umum dengan teknik intubasi. Manajemen anestesi baik pada preeklampsi yang sudah terjadi edema paru dan disfungsi ventrikel disertai PPCM pada prinsipnya hampir sama yaitu : menjaga tetap normovolume, mencegah peningkatan afterload, mempertahankan kontraktilitas, menjaga hemodinamik stabil, mencegah takikardi dan menjaga oksigenasi uteroplasenta tetap adekuat.

TERIMA KASIH

More Documents from "Titi Samal"

Ppt.pptx
November 2019 15
Isi Lapsus.docx
November 2019 9
Ppt.pptx
November 2019 12
Referat.docx
November 2019 11
001_cbl 8.docx
October 2019 39