BPOM Siap Mengawal Revolusi Industri 4.0 Pangan Olahan oleh: Radi Riadi
RINGKASAN EKSEKUTIF Revolusi Industri 4.0 yang sedang terjadi di dunia direspon oleh Pemerintah RI dengan meluncurkan Making Indonesia 4.0 yang dikoordinasikan oleh Kementerian Perindustrian. Industri makanan dan minuman yang menjadi area pengawasan BPOM menjadi salah satu prioritas industri di Indonesia. Perkembangan teknologi yang diterapkan oleh industri perlu diantisipasi oleh BPOM dengan cara mengajak seluruh stakeholder untuk berdiskusi bersama merancang Roadmap Pengawasan Revolusi Industri 4.0 Pangan Olahan.
LATAR BELAKANG
PEMBAHASAN
Pada tanggal 4 April 2018, Pemerintah RI meluncurkan peta jalan dan strategi Indonesia untuk menerapkan Revolusi Industri 4.0 di Indonesia yang disebut Making Indonesia 4.0. Kementerian Perindustrian menetapkan 5 sektor industri prioritas untuk pengembangan industri 4.0, yaitu 1) makanan dan minuman, 2) tekstil dan busana, 3) otomotif, 4) elektronik, dan 5) kimia.
Perkembangan teknologi di bidang industri pangan sangat cepat. Beberapa penerapan teknologi yang diperkirakan akan sangat pesat pada era Revolusi Industri 4.0, antara lain (penjelasan di Tabel 2): 1) Internet of Things (IoT), Big Data, dan Artificial Intelligent 2) Track and Trace System 3) Nanoteknologi 4) Chemical Imaging Analysis 5) Bacteriophage sebagai bahan pengawet 6) Proses pengolahan berbasis high pressure 7) Proteomic 8) Active and intelligent packaging 9) Produk Rekayasa Genetika (PRG)
Sepuluh strategi prioritas nasional yang dikeluarkan oleh Kementerian Perindustrian untuk Making Indonesia 4.0, yaitu: 1) Perbaikan alur aliran material 2) Mendesain ulang zona industri 3) Peningkatan kualitas SDM 4) Pemberdayaan UMKM 5) Menerapkan insentif investasi teknologi 6) Pembentukan ekosistem inovasi 7) Menarik investasi asing 8) Harmonisasi aturan dan kebijakan 9) Membangun infrastruktur digital nasional 10) Akomodasi standar sustainability BPOM sebagai institusi pengawas makanan dan minuman (dimana komoditas tersebut menjadi salah satu sektor industri prioritas) tentunya harus mempersiapkan diri pula dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0, khususnya terkait penjamiman keamanan, kualitas, dan nutrisi pangan olahan yang beredar di Indonesia.
Penerapan teknologi baru oleh industri sangat bergantung dari kesanggupan industri dan kebutuhan pasar. Konsekuensi dari penerapan tersebut adalah kesiapan BPOM untuk mengawasi produk yang beredar di pasaran. Beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh BPOM adalah: 1) Kerangka regulasi Peraturan yang ada menjadi keharusan dalam mengatur dan mengawasi penerapan teknologi di industri. Sebagai contoh, untuk Produk Rekayasa Genetik, BPOM telah mengeluarkan PerKa BPOM No. HK.03.1.23.03.12.1564 tahun 2012 tentang Pengawasan Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik serta PerKa BPOM No.
HK.03.1.23.03.12.1563 tentang Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik serta Perubahannya pada PerKa BPOM No. 19 tahun 2016. Namun untuk Active and Intelligent Packaging belum diatur pada PerKa BPOM No. 16 tahun 2014 tentang Perubahan atas PerKa BPOM No. HK.03.1.23.07.11.6664 tahun 2011 tentang Pengawasan Kemasan Pangan. 2) Sumber Daya Manusia (SDM) Kompetensi SDM dalam penguasaan teknologi perlu mengimbangi perkembangan di dunia industri, mulai dari pegawai yang bekerja sebagai inspektur di sarana produksi, evaluator di registrasi, sampai yang bertugas dalam penyusunan standar. Apakah diperlukan adanya peningkatan kompetensi SDM secara khusus yang berkaitan? 3) Sarana-prasarana Perkembangan teknologi pada produk berimplikasi langsung dengan kemampuan laboratorium dalam menguji produk tersebut. Apakah diperlukan adanya pengadaan peralatan laboratorium baru yang menunjang? 4) Kajian dan Penelitian Apakah literatur yang ada di luar negeri dapat dijadikan acuan untuk implementasi di Indonesia? Apakah studi literatur sudah cukup atau perlu adanya kajian dan penelitian khusus yang lebih mendalam? 5) Program/Kegiatan Dengan adanya perkembangan teknologi baru apakah diperlukan adanya intensifikasi, ekstensifikasi, atau diversifikasi program/kegiatan yang telah ada. Sebagai contoh, program pendampingan kepada UMKM dilakukan dengan pendekatan pemanfaatan teknologi informasi agar tidak semakin tertinggal dari industri besar. BPOM dapat berfungsi menyediakan aplikasi khusus yang dapat digunakan UMKM. 6) Teknologi Informasi Apakah teknologi informasi yang tersedia di BPOM perlu adanya penyesuaian? Sebagai contoh, perlu
adanya penambahan atau perubahan daftar bahan tambahan pangan yang disetujui oleh BPOM pada situs registrasi pangan olahan. Pemetaan terhadap stakeholder perlu dilakukan dalam rangka pelibatan rencana BPOM ke depan. Pemetaan ini dilakukan dengan menggunakan metode Value Orientation Mapping sebagai berikut. Tabel 1. Stakeholder mapping Stakeholders Kemenperin Kemendag Kemenkominfo Kemenkes LPPOM-MUI Pemda NRA negara lain Perguruan Tinggi / Lembaga Riset Lab independen Pelaku usaha Asosiasi LSM Media massa Masyarakat
Expertise ContriLegitimacy bution High High Low High High Medium
Willingness Willingness to engage High Low Low
Value Necessity to involvement Medium High Low Low Medium High
Influence
Medium Low Low High
Medium High Medium Low
Low Medium Low Low
Low Low Low Medium
Medium Medium Low Low
High
Medium
High
Medium
High
Medium
High
Medium
Low
Low
High Medium Low Low Low
High High Medium Low High
Medium High Medium High Low
Low High Medium Low Medium
Low High Low Medium Low
Berdasarkan stakeholder mapping, beberapa stakeholder seperti Kemenperin, Kemenkominfo, perguruan tinggi/lembaga riset, dan pelaku usaha memiliki kontribusi yang tinggi terkait perkembangan dan penerapan teknologi baru di bidang pangan olahan dalam rangka Revolusi Industri 4.0.
REKOMENDASI Beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan adalah: 1. Kedeputian 3 menginventarisasi isu-isu perkembangan teknologi yang sedang dihadapi. 2. Kedeputian 3 dan PRKOM melakukan kajian terkait perkembangan teknologi yang akan berkembang beberapa tahun ke depan. 3. BPOM memaparkan hasil kajiannya kepada stakeholder untuk mendapatkan masukan dalam rangka inisiatif pembuatan Roadmap Pengawasan Revolusi Industri 4.0 Pangan Olahan. 4. Kedeputian 3, PRKOM, P3OMN, Pusdatin, dan Biro Perencanaan membahas revisi program dan anggaran.
Tabel 2. Matriks pemanfaatan teknologi yang diperkirakan akan berkembang pesat pada Revolusi Industri 4.0 Pangan Olahan TEKNOLOGI Internet of Things (IoT), Big Data, dan Artificial Intelligent Track and Trace System
PRODUKSI/PENGEMASAN DISTRIBUSI Meningkatkan efektivitas dan N/A efisiensi produksi, mengetahui selera konsumen Mengetahui jumlah produk Mengetahui jumlah yang diproduksi sebaran produk di distribusi Nanoteknologi Meningkatkan kemanan, N/A kualitas, gizi, dan shelf-life produk maupun kemasan Chemical Imaging Proses Quality Control produk N/A Analysis Bacteriophage Sebagai pengawet produk N/A sebagai bahan pengawet
KONSUMEN N/A
BPOM BPOM dalam proses inisiasi pemanfaatan Big Data.
dan Mengetahui informasi Sedang disusun RPer BPOM jalur produk secara cepat tentang Penerapan 2D Barcode N/A Belum ada peraturan khusus yang mengatur N/A N/A
Proses pengolahan Meningkatkan efisiensi proses berbasis high produksi pressure Proteomic Proses Qualty Control produk
N/A
N/A
N/A
N/A
Active and intelligent Menjaga kualitas produk dan packaging memperpanjang shelf-life produk Produk Rekayasa Meningkatkan kemanan, Genetika (PRG) kualitas, gizi, dan shelf-life produk
N/A
N/A
N/A
N/A
BPOM belum mempunyai alat dan menerapkan Belum ada peraturan khusus yang mengatur. FDA sudah menyetujui beberapa produk. Berkaitan dengan proses inspeksi ke sarana BPOM belum menerapkan metode analisis berbasis proteomic Belum tercantum dalam PerKa BPOM tentang kemasan pangan Sudah diatur dalam PerKa BPOM tentang PRG
DAFTAR PUSTAKA A. Luque et al, 2017, “State of the Industry 4.0 in the Andalusian”, Procedia Manufacturing 13, p. 11991205 A. Sarhan and Azzazy, 2015, “Phage Approved in Food, Why Not as a Therapeutic?”, Expert Rev. Anti Infect. Ther. 13(1), p. 91-101 Ariningsih. Ening, 2016, “Prospek Penerapan Teknologi Nano dalam Pertanian dan Pengolahan Pangan di Indonesia”, Pusat Sosial Ekonomi dan Kajian Pertanian D. Gaso-Sokac et al, 2010, “Application of Proteomics in Food Technology and Food Biotechnology: Process Development, Quality Control and Product Safety, Food Technol, Biotechnol. 48 (3), p. 284-295 Jianwei Qin et al, 2017, “Raman Chemical Imaging Technology for Food and Agricultural Applications”, J. of Biosystems Eng. 42, p. 9 L. Endersen et al, 2014, “Phage Therapy in the Food Industry”, Annu. Rev. Food Sci. Technol, 5:327-49 P.N. Ezhilarasi et al, 2012, “Nanoencapsulation Techniques for Food Bioactive Components: A Review”, Springer: Food Bioprocess Technol R. Prasad et al, 2017, “Nanotechnology in Sustainable Agriculture: Recent Deevelopments, Challenges, and Perspectives”, Front. Microbiol. 8, p. 1014 Rochman NT, 2011, “Strategi Pengembangan Nanoteknologi dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Global Agroindustri Nasional [Disertasi], Institut Pertanian Bogor, Sekolah Pascasarjana. BPOM, 2012, “Peraturan Kepala BPOM No HK.03.1.23.03.12.1563 tahun 2012 tentang Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik” BPOM, 2012, “Peraturan Kepala BPOM No HK.03.1.23.03.12.1564 tahun 2012 tentang Pengawasan Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik” BPOM, 2013, “Peraturan Kepala BPOM No 36 tahun 2013 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengawet” BPOM, 2014, “Peraturan Kepala BPOM No 16 tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala BPOM No HK.03.1.23.07.11.6664 tahun 2011 tentang Pengawasan Kemasan Pangan”
BPOM, 2016, “Peraturan Kepala BPOM No 19 tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala BPOM No HK.03.1.23.03.12.1563 tahun 2012 tentang Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik” https://economy.okezone.com/read/2018/03/29/320/1 879650/menperin-siapkan-5-sektor-prioritas-hadapirevolusi-industri-4-0 (akses 18 April 2018) https://www.efsa.europa.eu/en/press/news/090512 (akses 18 April 2018) https://www.fda.gov/Food/GuidanceRegulation/Guidan ceDocumentsRegulatoryInformation/ucm300661.ht m (akses 18 April 2018) http://www.kemenperin.go.id/artikel/17565/EmpatStrategi-Indonesia-Masuk-Revolusi-Industri-Keempat (akses 18 April 2018) https://www.mckinsey.com/business-functions/digitalmckinsey/our-insights/how-big-data-willrevolutionize-the-global-food-chain (akses 18 April 2018) https://www.msn.com/idid/ekonomi/ekonomidanbisnis/presiden-jokowiluncurkan-roadmap-revolusi-industri-40/ar-AAvrcDM (akses 18 April 2018) https://www.simutechmultimedia.com/downloads/whi tepapers/simutech-whitepaper-industry-4.0.pdf (akses 18 April 2018)