Pnpm Kenapa Jadi Memble

  • Uploaded by: Warsa
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pnpm Kenapa Jadi Memble as PDF for free.

More details

  • Words: 2,407
  • Pages: 13
PNPM, KENAPA HARUS MEMBLE!!!

Idealisme yang saya anut hampir bahkan memang sejalan dengan konsep awal PNPM. Bisa dikatakan dengan bahasa lain, idealism utopis, using, dan memang melangit. Bahwa cita-cita tertinggi dari konsep utopis ini adalah ingin mengembalikan kembali nilai-nilai luhur bangsa berupa kejujuran, etos kerja, semangat untuk membantu orang lain, dan sifat altruis-positif. Nilai-nilai bangsa dengan bahasa lain nilai-nilai luhur yang pernah dimiliki oleh para leluhur kita saat ini telah terkoyak oleh, kebohongan, kemalasan, dan egoism. Ya, PNPM dengan jubah orang sucinya lahir. Dengan semangat idealis utopis inilah seorang fasilitator dua tahun lalu mengunjungi saya sebagai ketua RW. Tercetus satu keinginan bahwa ke daerah kami telah masuk salah satu Program Nasional dengan tujuan untuk membangkitkan kembali swadaya masyarakat. Rembug masyarakat pun, waktu itu dilakukan secara spontan dan sporadic namun sama sekali tidak menghilangkan satu kesepakatan bahwa sampai detik itu masyarakat memang membutuhkan sebuah ragi yang bisa

1

menstimulan kembali semangat gotong royong mereka. Ya, anggaplah merela setuju dengan lahirnya Program Nasional ini, walaupun mayoritas dari mereka sama sekali belum memahami arti mendalam dari program ini. Karena yang tersimpan begitu rapi dalam benak masyarakat adalah setiap ada program apa pun selalu diartikan sebagai bantuan dari pusat ke daerah yang harus dihabiskan! Mereka tentu saja berkaca pada masa lalu, terhadap Programprogram sebelumnya, semisal KUT dan BLT. Waktu terus berjalan, proses-proses untuk sampai ke tahap BLM kami lakukan, selama perjalanan itu saya menyimpulkan dengan bahasa orang kampung ada empat kelompok masyarakat yang terlahir dari PNPM-P2KP ini: Pertama, mereka adalah kelompok apatis, masa bodoh terhadap hal-hal baru. KEberadaan PNPM P2KP hanya dilihat sebagai eksistensi wujud tanpa bentuk. Bahkan dianggap ada atau tidak adanya pun sama sekali tidak memengaruhi keberadaan mereka. Survey telah menyatakan kelompok ini tersebar luas dan menjadi mayoritas masyarakat Sudajayahilir di era awal PNPM masuk ke daerah ini. Kedua, mereka yang merasa ada ketika PNPM hadir, hanya saja keberadaan PNPM ini diartikan sebagai lahan yang akan menjadi lading usaha

2

mereka. Ada semacam anggapan, PNPM adalah sebuah lapangan usaha yang bisa dimanfaatkan oleh kelompok ini. Sebagian besar dari mereka adalah orang-orang yang dulunya memang berkecimpung dalam program-program kemasyarakatan, para penikmat kue kekuasaan masa lalu, dan sama sekali tidak ada keinginan dari mereka untuk membahasakan kembali prosgram-program masa lalu ke masyarakat kecuali ke kelompoknya saja. Ini merupakan minoritas di daerah kami, hanya saja memiliki akses dan kedekatan kepada para pemimpin di wilayah. Dengan bahasa sederhana, mereka adalah para pemain lama. Ketiga, mereka adalah kelompok massa yang merasa butuh akan PNPM. Ini merupakan bagian kecil dari masyarakat miskin yang selalu terabaikan dari teknologi maupun programprogram pemerintah, hanya saja mereka telah tercerahkan pemikirannya. Mereka adalah kelompok yang biasa terabaikan hak-haknya, dan inilah yang memiliki antusiasme terhadap munculnya PNPM P2KP di wilayah Sudajayahilir ini. Keempat, adalah para penganut maszhab utopis, kuantitas mereka tidak seberapa, hanya minoritas yang masih bisa masuk hitungan jari. Kelompok-kelompok inilah yang dijadikan pioneer oleh PNPM dan Fasilitator dalam

3

mengkampanyekan ide-ide pemberdayaan. Hanya saja ranah kehidupan mereka itu sering bersebrangan dengan keyakinan masyarakat yang masih percaya akan adanya ide hibah terhadap sebuah program. Kelompok ini terus dengan semangat membahasakan kembali konsep awal PNPM kepada masyarakat walaupun pada kenyataannya hanya sedikit saja masyarakat yang menerima ini. Munculnya atau lahirnya empat kelompok ini jelas keluar dari rahim PNPM. Dan terus terang PNPM lah yang harus membina dan mengurus bayi-bayi mungil ini agar kelak setelah dewasa nanti bisa menjadi manusia dewasa yang tercerahkan baik paradigm maupun landasan berpijak dan bertingkahnya. PNPM adalah masyarakat itu sendiri, karena dia lahir dari keinginan masyrakat yang ingin berdaya, maju, dan bangkit mandiri. Bantuan-demi bantuan kepada masyrakat terus digulirkan, hingga ke tahap yang memang paling dinantikan oleh kelompok akar rumput, yaitu bantuan pinjaman dana bergulir. Dari survey UPK , antusiasme masyarakat terhadap pinjaman bergulir ini begitu tinggi, karena memang mentalitas bangsa kita ini masih sampai pada tahap peminjam, memang masih mending jika dibandingkan dengan mentalitas pengemis.

4

Sembilan (9) bulan berjalan, Alhamdulillah, tingkat penmgembalian pinjaman untuk wilayah Sudajayahilir ini bisa dikatakan memuaskan, karena pengembalian pinjaman bisa mencapai 95%, bahkan jika dipotong dengan dana tanggung renteng bisa mencapai 98%. Semakin semangatlah masyarakat untuk mengajukan proposal pinjaman kepada UPK. Selain itu, forum ekonomi masyrakat Sudajayahilir pun terbentuk dengan menggandeng UPK sebagai leading sector dari kegiatan ini. Koperasi Pemberdayaan Masyarakat Sudajayahilir Lahir. Karena, kebutuhan akan financial dan pengelolaannya yang baik inilah UPK melakukan Merger dengan Koperasi Pemberdayaan Masyarakat. MElihat kenyataan tersebut di atas, bisa ditarik satu simpulan walaupun teramat premature, bahwa di kelompok akar rumput, masyarakat lebih membutuhkan bantuan pinjaman finasial yang diarahkan ke sikap entrepreneur, dengan didampingi secara benar. Bukan sekedar membuthkan jalan-jalan dan MCK MCK. Patut digarisbawahi, kegiatan-kegiatan fisik di masyrakat masih syarat dengan manufulasi data, berbeda dengan pengelolaan keuangan. Sekecil apa pun, pembukuan harus jelas dan transfaran. Sementara ketika masyrakat mendapatkan bantuan langsung untuk kegiatan fisik, disana masih banyak beberapa hal yang harus dibenahi dulu sebelum masyarakat menerima bantuan.

5

Dan hal tersebut adalah mengenai mentalitas. Bukan cara mereka menyusun LPJ, menyusun Laporan Kegiatan bisa dengan secepat kilat diajarkan kepada masyrakat, bisa jadi masyarakat sebetulnya sudah paham dengan ini dan lebih pintar. Jika, pengalihan kegitan social dan ekonomi kepada kegiatan fisik ini benar-benar terjadi. Maka ibaratnya, kita ini telah menjadi seorang ibu yang mengamputasi kaki anaknya sendiri. Sama persis dengan proses pemandulan terhadap masyarakat yang ingin segera bangkit dari tidur lelapnya. Praduga ekstreem dari pengalihan ini, betapa para pemegang kebijakan tertinggi di PNPM ini masih belum berdaya, masih belum bisa menjadi malaikat berjubah putih, masih mandul, dan masih tunduk di hadapan boss besarnya. Apa namanya, ketika ke bawah kita mengumandangkan semangat pemberdayaan sementara ketika melihat boss besar, wajah kita tertunduk tiada ampun, kita seperti bujang-bujang yang diperah, dan terus terang apa bedanya kita dengan pelacur! Prostitusi pemberdayaan dengan polesan konsp melangit ingin memberdayakan masyrakat, namun pada kenyataannya hanya konsep polesan agar boss kita senang. Alasan dari pemegang kebijakan sudah barang tentu adalah demi kebaikan bersama, karena

6

memang begitulan kebiasaan dan mentalitas bangsa ini. Selalu saja kepentingan umum yang dijadikan alibi untuk mengamankan posisi dan jabatan yang kita pegang. Padahal, ini sama artinya dengan memohon secara halus agar kita tetap dijajah oleh para pemegang uang. Di akhir tulisan ini saya hanya ingin mengajak kepada para petinggi dan pemegang kebijakan PNPM Pusat, marilah kita kembali kepada konsep PNPM awal. Sekali lagi, saya sebagai individu merasa aneh dengan kebijakan pengalihan kegiatan social ekonomi ke kegiatan fisik. Jika benar itu terjadi, saya sebagai masyarakat MOHON DIBANGUN SEBUAH PATUNG LIBERTY ATAU SEBAUH PIRAMIDA RAKSASA DI KAMPUNG KAMI KEMUDIAN SEMATKAN DI ATASNYA TULISAN BESAR PNPM, AGAR MASYARAKAT YANG SEDANG MENAHAN LAPAR DAN BERDAYA BISA BERDECAK KAGUM ATAS PRESTASI PNPM YANG TELAH MEMBUAT PATUNG LIBERTY DAN PIRAMIDA RAKSASA INI. Demikian, selebihnya kita serahkan kepada ALLAH SWT.

7

The Transalete… I own cherished ideals are almost even in line with the initial concept of PNPM. Can be said with another language, Utopian Idealism, obsolete, and indeed soar. That the highest ideals of this utopian concept is to return back to the noble values of the nation honesty, work ethic, passion for helping others, and the nature of the altruistpositive. The values of the other languages noble values that was once owned by our ancestors is now torn apart by, deceit, laziness, and egoism. Yes, PNPM with the sacred robes of birth. In the spirit of this utopian idealist a facilitator two years ago to visit me as chairman of RW. It is said that the area we have entered one of the National Program with the aim to revive self-help community. Any public meeting, when it was done spontaneously and sporadic but did not eliminate an agreement that until that moment people do need a yeast that can stimulate the return of their spirit of mutual cooperation. Yes, let's say they agree with the birth of this National Program, although the majority of them did not understand the profound meaning of this program. Because so neatly stored in the public mind is all there is any program is always interpreted as assistance from the center to the regions that must be spent! They certainly filled in the past, the previous programs, such as farmer groups and BLT.

8

Time passed, the processes to get to the stage of our BLM did, during my trip was concluded with the language of the village there are four groups of people who were born from the PNPM-P2KP, namely: First, they are a group of apathetic, indifferent to new things. Existence PNPM P2KP only seen as a form of existence without form. Even considered presence or absence of one did not affect their existence. Survey has stated this group is widespread and the majority community in the era of the early Sudajayahilir PNPM into this area. Time passed, the processes to get to the stage of our BLM did, during my trip was concluded with the language of the village there are four groups of people who were born from the PNPM-P2KP, namely: First, they are a group of apathetic, indifferent to new things. Existence PNPM P2KP only seen as a form of existence without form. Even considered presence or absence of one did not affect their existence. Survey has stated this group is widespread and the majority community in the era of the early Sudajayahilir PNPM into this area. Second, those who felt there was when PNPM present, only the existence of the PNPM is defined as land that would become their business field. There is a kind of assumption, PNPM is a

9

business field that can be utilized by this group. Most of them are people who formerly were involved in community programs, the audience past the cake of power, and there was no desire from them to show respect back programs of the past to the public unless the group only. This is a minority in our area, only have access and proximity to the leaders in the region. In simple language, they are the old players. Third, they are the masses who feel the need to PNPM. This is a small part of the poor who are always overlooked by technology or government programs, only they have enlightened thinking. They are usually neglected group rights, and this is what has enthusiasm for the emergence of PNPM P2KP in this Sudajayahilir region. Fourth, is the utopian sect adherents, their quantity is not much, only a minority that can still count fingers. These groups are made by the PNPM pioneer and facilitator in campaigning ideas of empowerment. It's just that aspect of their lives were often contrary to the belief that people still believe in the idea of a program grant. This group continued to express the spirit of the early concept PNPM back to the community despite the fact that only a few people who receive it.

10

The emergence or birth of the four groups is clearly out of the womb PNPM. And frankly PNPM will have to nurture and take care of tiny babies is that someday when people grow up to become enlightened adults both paradigm and the foundation footing and acting. PNPM is the community itself, because he was born from the desire of the people who want powerful, advanced, and stood independent. Aid-for assistance to communities continue to rolling, up to the stage that is most awaited by the grassroots group, which is a revolving fund loans. From the survey, UPK, public enthusiasm for revolving loans is so high, because that's the mentality of our nation is still up on the stage of the borrower, it is still better than a beggar mentality. Nine (9) months, Alhamdulillah, the loan repayment rate in virtually Sudajayahilir satisfactory, because the loan repayment could reach 95%, even if funding is cut with joint responsibility could reach 98%. The more the spirit of community is to apply for a loan to UPK. In addition, community economic forum was formed with Sudajayahilir took UPK as a leading sector of activity. Coop Empowerment Sudajayahilir Born. Because, the need for financial and good management is doing UPK Merger with Community Empowerment Cooperative.

11

Given the above, one conclusion can be drawn, although very premature, that the grass-roots groups, more people need help finasial directed loans to entrepreneurial attitude, properly accompanied. Not just require road and toilet. It should be underlined, physical activities in terms with masyrakat still manufulasi data, in contrast to financial management. However small, books must be clear and transfaran. Meanwhile, when people get direct assistance for physical activity, there are still many things that must be addressed before people receive assistance. And it is about mentality. Not the way they arrange LPJ, arrange Activity Reports can be taught to lightning masyrakat, so the public could actually already be familiar with these and more intelligent. If, the transfer of social and economic activities to the physical activity is actually happening. So proverbial, we have become a mother who amputated his own leg. Exactly the same sterilization process of the public who want to get up from sound sleep. Presumption of transfer of extreme than this, how the policy holders are the highest in the Donor still helpless, still could be a white-robed angels, was still childless, and still subject in front of big boss. What's it called, when we chant down the spirit of empowerment while seeing the big boss, we face down there is no

12

God, we are like servants who milked, and frankly what difference does it make us a whore! Prostitution concept of empowerment to polish soar to empower the people, but in reality only polished the concept to our bosses happy. Reasons of policy holders, of course is for the common good, because that habit and mentality of this nation. Always be public interest to secure the alibi and office positions that we hold. In fact, this is tantamount to pleading gently to keep us occupied by the holders of money. At the end of this writing I just wanted to invite the officials and the Central PNPM policy holders, let us return to the concept of early PNPM. Once again, I as an individual at odds with policies of economic transfer of social activities to physical activity. If it really happens, as a society PLEASE I BUILT A STATUE LIBERTY AND A GIANT PYRAMID IN VILLAGES AND THEN WE pinned on it PNPM GREAT WRITING, THAT PEOPLE ARE hunger and helplessness CAN chuckle in awe of the PNPM ACHIEVEMENT STATUE OF LIBERTY HAS BEEN MAKING THIS AND PYRAMID . Similarly, the rest we leave to the Almighty GOD.

13

Related Documents

Pnpm Mandiri
July 2020 11
Kenapa Antioksidan
October 2019 24
Kenapa Aku
May 2020 19

More Documents from "The ThinLizards"