Pjk 1.docx

  • Uploaded by: elza pratiwi
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pjk 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,314
  • Pages: 16
Nama: Nurfadillah Gani, S.Kep.Ns., M. Kep Mata Kuliah: Keperawatan Medikal Bedah 1

PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

OLEH: Dinda Cindy Pratiwi R (NH0116038) Ebi Saiful (NH0116040)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN A STIKES NANI HASANUDDIN MAKASSAR 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan ancaman paling serius pada kehidupan dan keselamatan manusia. Penyakit kardiovaskuler saat ini menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di Indonesia. Survey kesehatan rumah tangga yang dilakukan secara berkala oleh Departemen kesehatan menunjukkan

bahwa

penyakit

kardiovaskuler

memberikan

kontribusi sebesar 19,8% dari seluruh penyebab kematian pada tahun 1993dan meningkat menjadi 24,4% pada tahun 1998. Salah satu penyakit kardiovaskuler yang paling sering terjadi adalah infark miokard akut (IMA). Sebagian besar kematian pada infark miokard akut terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama setelah muncul gejala. Setiap tahun 1.500.000 orang mengalami infark miokard yang mengakibatkan 540.000 kematian 2/3 dari semua kematian kardiovaskuler dihubungkan dengan arteriosclerosis dan ½ kematian terjadi dalam 2 jam dari gejala awitan dan sebelum dirawat di Rumah Sakit. Miokard infar disebabkan oleh iskemik

yang lama akibat

ketidak

seimbangan antara suplay O2 dengan kebutuhan. Iskemik yang lama ini menyebabkan kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki lagi sehingga menyebabkan kematian otot. Banyak faktor yang dapat berkontribusi terhadap ketidak seimbangan antara kebutuhan dan suplay O2, penyebab paling sering adalah trombosis pada arteri koroner. Berdasarkan hasil penelitian Dewood dan teman-temannya bahwa 87% pasien yang mengalami onset gejala miokard infark dalam 4 jam I, sudahterbentuk sumbatan thrombus dan insiden sumbatan oleh thrombus dapat menurun sampai dengan 655 dalam 12-24 jam jika mendapat penanganan yang tepat.

Untuk menurunkan angka kematian akibat ini, kesadaran masyarakatdalam mengenali gejala-gejala infark miokard akut dan kesigapan untuk segera membawa penderita ke fasilitas kesehatan terdekat perlu ditingkatkan. Selain itu petugas kesehatan juga dituntut untuk terlatih menangani penderitasesuai dengan strategi penatalaksanaan yang baik.

BAB II KONSEP MEDIS A. PENGERTIAN Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit yang dapat di cegah dengan mengendalikan factor resiko yang sebagian besar merupakan prilaku gaya hidup. Penyakit Jantung Koroner disebabkan oleh aterosklerosis yang merupakan suatu kelainan degeneratif yang dipengaruhi oleh adanya faktor resiko (Judith.M, Wilkison dan Nancy, 2013). B. ETIOLOGI Pria dan wanita dapat terkena penyakit jantung koroner. Penyakit janutng koroner dapat diturunkan secara turun menurun (krturunan). Mungkin juga merupakan perkembangan seperti pada usia lanjut dan pembentukan paque di dalam arteri yang berlangsung lama. Anda bisa terkena penyakit jantung koroner jika anda mempunyai berat badan yang berlebihan (overweight) atau seseorang dengan tekanan darah tinggi dan diabetes. Kolesterol tinggi bisa juga menjadi penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner bersumber dari aneka gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, kebiasaan makan dengan tinggi lemak dan kurangnya olah raga (Yahya, Fauzy, 2010). Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadia paling tinggi fitemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya bukan merupakan factor penting dalam gaya hidup seseorang. Secara spesifik. factor-faktor yang menigkatkan resiko terjadinya penyakit arteri koroner adalah diet kaya lemak, merokok, malas berolahraga. Resiko terjadinya penyakit arteri koroner meningkat pada peningkatan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL (kolesterol jahat) dalam darah. Jika terjadi peningkatan kadar kolesterol HDL (kolesterol baik), maka resikio terjadinya penyakit arteri koroner akan menurun (Yahya, Fauzy, 2010). Makanan mempengaruhi kadar kolesterol total dan karena itu makanan juga mempengaruhi resiko terjadinya penyakit arteri koroner. Merubah pada pola makan (dan bila perlu mengonsumsi obat dari dokter) bisa menurunkan

kadar kolesterol. Menurunkan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL bisa memperlambat atau mencegah berkembangnya penyakit arteri coroner (Yahya, Fauzy, 2010). Menurunkan kadar LDL sangat besar keuntungannya bagi seseorang yang memiliki factor resiko berikut: merokok sigaret, tekanan darah tinggi, kegemukan, malas berolahraga, kadar trigliserida tinggi, dan keturunan (Yahya, Fauzy, 2010). C. MANIFESTASI KLINIS Menurut (Kaplan, Norman M.1991). a. Sesak napas mulai dengan napas yang terasa pendek sewaktu melakukan aktivitas yang cukup berat, yang biasanya tak menimbulkan keluhan. Makin lama sesak makin bertambah, sekalipun melakukan aktivitas ringan. b. Klaudikasio intermiten, suatu perasaan nyeri dan keram di ekstremitas bawah, terjadi selama atau setelah olah raga Peka terhadap rasa dingin c. Perubahan warna kulit. d. Nyeri dada kiri seperti ditusuk-tusuk atau diiris-iris menjalar ke lengan kiri. e. Keringat dingindan berdebar-debar f. Dada rasa tertekan seperti ditindih benda berat, leher rasa tercekik. g. Denyut jantung lebih cepat h. Mual dan muntah i. kelemahan yang luar biasa D. PATOFISIOLOGI Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar dan kecil yang ditandai dengan penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrophil, monnosit dan makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel), dan akhirnya ke tunika media (lapisan otot polos). Arteri yang paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta dan arteri-arteri serebral (Judith.M, Wilkison dan Nancy, 2013). Langkah pertama dalam pembentukan aterosklerosis dimulai dengan difungsi lapisan endotel lumen arteri, kondisi ini dapat terjadi setelah cedera

pada sel endotel atau dari stimulus lain, cedera pada sel endotel meningkatkan permeabelitas terhadap berbagai komponen plasma, termasuk asam lemak dan triglesirida, sehingga zat ini dapat masuk kedalam arteri, oksidasi asam lemak menghasilkan oksigen radikal bebas yang selanjutnya dapat merusak pembuluh darah (Judith.M, Wilkison dan Nancy, 2013). Cedera pada sel endotel dapat mencetuskan reaksi infalmasi dan imun, termasuk menarik sel darah putih, terutama neutrophil dan monosit, serta trombosit ke aorta cedera, sel darah putih melepaskan siitokin poinflamatori poten yang kemudian memperburuk situasi, menarik lebih banyak sel darah putih dan trombosit ke area lesi, menstimulasi proses pembekuan, mengaktifitasi sel T dan B, dan melepaskan senyawa kimia yang berperan sebagai cheomactreactan (penarik kimia) yang mengaktifkan siklus inflamasi, pembekuan dan fibrosis, pada saat ditarik ke area cedera, sel darah putih akan menempel disana oleh aktivasi factor adhesive endothelial yang bekerja seperti Velcro sehingga endotel lengket terutama terhadap sel darah putih, pada saat menempel di lapisan endothelial, monosit dan neutrophil mulai berimigrasi di antara sel-sel endotel ke ruang interstisial. Di ruang interstisial, monosit yang matang meneruskan siklus inflamasi. Sitokin proinflamatori juga merangsang, ploriferasi sel otot polos uang mengakibatkan sel otot polos tumbuh di tunika intima (Judith.M, Wilkison dan Nancy, 2013). E. PENATALAKSANAAN Menurut (Setiati S, Alwi I, dan Stiyohadi dkk, 2014) a. Hindari makanan kandungan kolesterol yang tinggi, kolesterol jahat LDL di kenal sebagai penyebab utama terjadinya proses aterosklerosis yaitu proses pengerasan dinding pembuluh daarah, terutama di jantung otak, ginjal, dan mata. b. Konsumsi makanan yang berserat tinggi c. Hindari mengonsumsi alcohol d. Merubah gaya hidup, memberhentikan kebiasaan merokok e. Olahraga dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki kolateral koroner sehingga PJK dapat dikurangi

f. Memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke miokard

g. Menurunkan berat badan sehinggan lemak-lemak tubuh yang berlebih berkurang bersama-sama dengan menurunnya LDL kolesterol

h. Menurunkan tekanan darah i. Meningkatkan kesegaran jasmani F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC Menurut (Kaplan, Norman M.1991). a. EKG, memberi bantuan untuk diagnosis dan prognosis rekaman yang dilakukan saat sedang nyeri dada sangat bermanfaat. b. chest X-ray (foto dada) foto thorax mungkin normal atau adanya kardiomegali, CHF (gagal jantung kongestif) atau aneurisma ventrikiler (kulick 2014) c. latihan tes sjantung (treadmill), merupakan pemeriksaan penunjang yang standard an banyak digunakan untuk mendiagnosa PJK. Ketika melakukan treatmil detak jantung, irama jantung, dan tekanan darah terus menerus dipantau, jika arteri koroner mengalami penyumbatan pada saat melakukan latihan maka ditemukan degmen depresi ST pada hasil rekaman (kulick 2014) d. ekokardiogram, menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar jantung, selama ekokardiogram dapat ditentukan apakah semua bagian dari dinding jantung berkontribusi normal dalam aktivitas memompa. Bagian yang bergerak lemah mungkin telah rusak selama serangan jantung aatau menerima terlalu sedikit oksigen, ini mungkin menunjukkan arteri koroner (mayo clinik 2012) e. angiografi atau kateterisasi jantung, adalah suatu tindakan invasive minimal dengan memasukkan kateter melalui pembuluh darah ke pembuluh darah koroner yang memperdarahi jantung, proosedur ini disebut kateterisasi jantung, penyuntikan cairan khusus kedalam arteri atau intravena iini dikenal sebagai angiogram, tujuan dari tindakan kateterisasi ini adalah untuk mendiagnosa sekaligus sebagai tindakan terapi bila ditemukan adanya suatu kelainan (mayo clinik 2012).

f. CT scan/angiografi koroner adalah pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk membentu menvisualisasikan arteri koroner dan suatu zat pewarna kontras disuntikkan melalui intravena selama CT scan, sehingga dapat menghasilkan gambar arteri jantung, ini juga disebut sebagai ultrafast CT scan yang berguna untuk mendeteksi kalsium dalam depositi lemak yang mempersempit arteri koroner. Jika sejumlah besar kalsium ditemukan, maka kemungkinan terjadinya PJK (Mayo clinik 2012). g. MRA, prosedur ini sering dikombinasikan dengan penyuntikan zat pewarna kontras, yang berguna untuk mendiagnosa adanya penyempitan atau penyumbatan, meskipun pemeriksaan ini tidak sejelas pemeriksaan kateterisasi jantung (Mayo clinik, 2012).

7. penyimpangan KDM ;;;;;;;;;;;;88888888 Ateroskelerosis -spasme pembuluh darah

Pajanan terhadap dingin

stres s

Adrenalin meningkat vasokontriksi

Latihan fisik

Makan makanan berat

Kebutuhan jantung O2 meningkat

Aliran O2 meningkat ke mesentrikus

Aliran O2 arteri koronaria menurun

Aliran O2 ke jantun menurun

Jantung kekurangan O2

Iskemia otot jantung

nyeri

Nyeri b.d iskemia

Kontraksi jantung menurun

Takut mati

Perlu menghindari komplikasi

cemas Diperlukan pengetahuan tinggi

Curah jantung menurun

Cemas b/d kematian Kurang pengetahuan b/d deicite knowledge

BAB III KONSEP KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Anamnase merupakan wawancara antara dokter/perawat kepada keluarga pasien untuk memperoleh data tentang keluhan dan penyakit yang di derita pasien. 2. Pengkajian Fisik a. Keadaan kepala

-

Inspeksi:kulit tampak bersih,tidak terdapat lesi,jaringan parut,tidak ada kelainan pada kulit

-

Palpasi:tidak ada pembengkakan/pembenjolan,serta tidak ada nyeri tekan

b. Muka -

Inspeksi:muka tampak simetris,bentuk wajah normal

-

Palpasi:tidak ada nyeri tekan

c. Mata - Konjungtiva: pucat, perdarahan selaput lender pada endocarditis bacterial - Sklera: kuning/icterus - Kornea: garis melingkar putih/arkus senilis d. Keadaan telinga - Inspeksi:telingan tampak simetris,tidak terdapat serumen/cairan - Palpasi:tidak ada nyeri tekan e. Keadaan hidung - Inspeksi:hidung tampak simetris,bentuk tulang hidung normal,tidak ada pembengkakan - Palpasi:tidak ada nyeri tekan f. Mulut Inspeksi - Gigi:gigi tampak bersih,jumlah gigi lengkap,tidak terdapat karang gigi - Gusi:gusi tampak merah - Lidah:Lidah tampak sedikit kotor - Bibir:bibir tampak pucat,kering kemampuan berbicara baik g. Leher - Inspeksi: tidak ada pembengakakan kelenjar toiroid tidak ada benjolan - Palpasi: tidak ada benjolan,kelenjar tiroid teraba h. Tenggorokan

- Warna mukosa pucat - Tidak ada nyeri tekan i. Pemeriksaan Thorax - Inspeksi: pergerakan thorax saat eksirasi dan inspirasi kanan dan kiri bersamaan, ada nyeri tekan karena pasien mengeluh nyeri dada - Palpasi: untukj mengetahui adanya massa dan nyeri tekan - Perkusi: untuk mengetahui tidak ada bunyi tambahan - Auskultasi: bunyi S1 dan S2 tunggal j. Jantung - Inspeksi: denyutan dinding toraks karena kontraksi ventrikel kiri - Palpasi: kekuatan getaran - Perkusi: untuk mengetaui bunyi pada daerah dada - Auskultasi: mendengar bunyi jantung k. Abdomen - Inspeksi: abdomen tampak normal,tidak terdapat benjola,warna kulit normal - Palpasi: tidak ada nyeri tekan dan tidak adfa benjolan - Perkusi: untuk mengetahui adanya bunyi hepar, asites, dan massa - Auskultasi: untuk mengetahui bising usus l. Ekstremitas - Tidak ada nyeri tekan - simetris kiri dan kanan

no

Diagnosa Keperawatan

Intervensi

Rasional

1.

Ketidakefektifan bersihan

a. Monitor suara paru tiap

Cairan di alveoli berkumpul

jalan nafas yang

2 jam

sebagai akibat atelectasis

berhubungan dengan sekresi

b. Monitor upaya batuk

yang tertahan dan sekresi

c. Berikan

dan hipoproteinemia

oksigen delusional

yang berlebihana

tambahan

untuk

mepertahakan saturasi oksigen >90%

2.

Penurunan curah jantung

a. Monitor curah jantung

berhubungan dengan

dan/atau indeks

gangguan frekuensi jantung

jantung, SVR, CVP,

Pemantauan memungkinkan intervensi awal

PCWP jika perlu atau sesuai dengan protocol b. Monitor irama jantung secara kontinu rawat distritmia sesuai protocol

3.

Nyeri akut berhubungan dengan hemostasis yang tidak adekuat, gangguan jahitan, atau koagulopati

a. Monitor slang dada mediastinum b. Laporkan kelebihan

Pengkajian keluaran tiap jam dan keluaran total dianalisis. Klien dengan

volume dan/atau terapi

cangkok arteri mamaria

yang diprogramkan

interna memiliki risiko

institusi untuk

tinggi perdarahan karena

kehilangan darah

membutuhkan reseksi

c. Transfusi ulang darah

bedah.

dari mediastinum sesuai perintah

D. IMPLEMENTASI Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. (Perry & Potter, 2005).

1. Tindakan Keperawatan Mandiri. Tindakan

yang

dilakukan

Tanpa

Pesanan

Dokter.

Tindakan

keperawatan mendiri dilakukan oleh perawat. Misalnya menciptakan lingkungan yang tenang, mengompres hangat saat klien demam. 2. Tindakan Keperawatan Kolaboratif. Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja dengan anggota perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertahan untuk mengatasi masalah klien. a. Observasi TTV b. Menciptakan lingkungan uang nuaman dan tenang c. Membatasi aktifitas klien d. Memberikan oksigen e. Mengajarkan pasien untuk latihan nafas dalam f. Mengajarkan pasien dengan menahan dada selama batuk

E. EVALUASI Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan. Evaluasi terjadi kapan saja perawat berhubungan dengan klien. Penekanannya adalah pada hasil klien. Perawat mengevaluasi apakah perilaku klien mencerminkan

suatu

kemunduran

atau

keperawatan (Perry Potter, 2005).

BAB IV PENUTUP

kemajuan

dalam

diagnosa

A. KESIMPULAN Penyakit jantung pada lansia mempunyai penyebab yang multifactorial yang saling tumpeng tindih. Penyakit degenarif adalah suatu penyakit yang berhubungan dengan satu factor resiko atau lebih, di mana factor-faktor resiko tersebut bekerja sama menimbulkan penyakit degenerative itu. PJK merupakan penyakit yang paling sering ditemukan pada lansia. PJK bertanggung jawab untuk morbiditas dan moralitas yang signifikan pada pasien usia lanjut yaitu 65 tahun atau lebih tua. Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktifitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Merokok tembakau memiliki efek merusak sistem kardiovaskuler, mewujudkan peningkatan kejadian infark miokard MI, stroke dan kematian.

B. SARAN Mengingat betapa pentingnya kesehatan bagi lansia, maka disrankan agar para tenaga kesehatan memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan sesuai kepada lansia agar angka harapan hidup lansia meningkat.

DAFTAR PUSTAKA Carpenito J.L.1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 EGC. Jakarta. Doengoes,

Marylin

E.2000.

Rencana

Asuhan

Dan

Dokumentasi

Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta. Hudack & Galo.1996. Perawatan Kritis. Pendekatan Holistik. Edisi VI, volume I EGC. Jakarta. Kaplan, Norman M.1991. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. EGC Jakarta. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, dan styohadi dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. VI. Jakarta: Interna Publishhing. 2014 Lewis T. 1993. Disease of the Heart. Macmillan. New York.

Marini L. Paul.1991. ICU Book. Lea & Febriger. Philadelpia. Kaplan, Norman M. 1991. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. EGC Jakarta. Judith.M, Wilkison dan Nancy.R.2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed 9.Jakarta: EGC Yahya, Fauzy. 2010. Penaklukan No.1: Mencegah dan mengatasi penyakit jantung koroner. Bandung.

Related Documents

Pjk
June 2020 17
Emosi Pjk
June 2020 21
Pjk Tahun5
June 2020 19
Minit Pjk
May 2020 19
Pjk 1
June 2020 14
Pjk 2009
May 2020 19

More Documents from "juliana"