Perbedaan Katolik-Protestan Cukup banyak umat katolik tertarik atau ditarik oleh protestan dengan alasan ‘sama saja’. Katolik berkata: “biar, tidak apa-apa, kan masih dalam nama Yesus; disana saya lebih bisa meresapi Firman Tuhan di gereja kristen. Atau: ada katekumen yang cepat mau dibaptis, tidak mau belajar lama; atau, teman mengajak saya, sama saja, katanya”. Benarkah hal-hal tersebut? Apakah gereja katolik dan protestan itu sama saja? Kalau berbeda dimana letak perbedaan? Sekilas memang tampak sama anatara keduanya. Tetapi kalau dicermati lebih jauh, keduanya sungguh ada banyak perbedaan. Sering kali, mereka yang mudah terbawa ke gereja kristen, mengalami kurangnya penghayatan akan iman Gereja Katlik. Berikut ini ditunjukkan 11 (sebelas) perbedaan mendasar teologi gereja katolik dan gereja kristen. Satu: Tiga pilar gereja katolik berpegang pada tiga pilar kebenaran: Kita Suci, Tradisi dan Magisterium Gereja. Sedangkan gereja-gereja kristen berpegang kepada Kitab Suci sebagai satu-satunya sumber kebenaran (Sola Scriptura). Gereja katolik tidak menolak bahwa Kitab Suci adalah Pilar kebenaran, namun (a) Gereja katolik tidak menganggap bahwa satu-satunya pilar kebenaran hanyalah Kitab Suci. karena: (b) Gereja lahir sebelum Kitab Suci ada. (c) dengan inspirasi Roh Kudus, Gereja-lah yang menetukan kita-kitab mana yang layak dalam Kitan Suci, (d) Sola Scriptura tanpa adanya otoritas yang menentukan penafsiran yang benar, terbukti menghasilkan perpecahan gereja. Dua: Konsep tentang otoritas Gereja. Gereja Katolik oercaya bahwa Kristus memberikan otoritas kepada rasul Petrus (Mt. 16,16-19) dan penerusnya, yaitu para paus dan uskup, sebab Ia menghendaki agar Gereja bertahan sampai akhir jaman (Mt28, 21-23; Mt 18,18; Yoh 20,21-23). Karena Kristus sendiri yang memberikan otoritas kepada para paus dan uskup, maka umat katolik, dengan rendah hati, mentaati pengajaran yang diberikan oleh Magisterium Gereja, yang bersumber pada Kita Suci dan Tradisi Suci. Sebaliknya gereja kristen menganggap bahwa semua umat beriman mempunyai otoritas dan bertanggung jawab secara langsung kepada Kristus dan tidak perlu mentaati pengajaran siapapun. akibatnya, ada 36.000 denominasi gereja kristen. Tiga: Konsep eklesiologi: Satu hal mencolok yang memang berbeda, adalah pemahaman konsep Gereja atau eklesiologi. Bagi Gereja Katolik, Kristus mendirikan satu Gereja , yaitu Gereja Katolik (Mt 16,16-19) Gereja Katolik inilah yang menjadi tubuh Mistik Kristus (Ef 1,23; Ef 55), yang mempunyai empat tanda: satu, katolik, apostolik serta menjadi Sakramen keselamatan bagi seluruh bangsa. Sebaliknya bagi gereja kristen, gereja dipandang hanya sebagai persatuan umat beriman yang percaya kepada Kristus, walaupun antar gereja mempunyai pengajaran yang berbeda-beda. Sebagai akibatnya, Gereja kristien terjadi banyak aliran, seperti Mormon, Reform, Luteran, Calvinis, pentekosta dll.
Empat :Sakramen dan Liturgi. Gereja Katolik mengenal adanya tujuh Sakramen: pembaptisan, Ekaristi, Penguatan, Tobat, Perminyakan Imamat, Perkawinan. Ketujuh Salramen ini diistitusikan sendiri oleh Kristus sebagai cara-cara yang umum untuk menyalurkan rahmatNya kepada umat Allah.
Sedangkan gereja kristen seperti Lutheran, hanya mengenal Skramen Baptis dan Ekaristi (yang disebutPerjamuan Kudus), kadang termasuk juga Sakramen Tobat. Sakramen inipun memounyai arti berbeda dengan apa yang dipercayai oleh Gereja Katolik. Mereka tidak mempercayai bahwa pembaptisan adalah cara yang dipakai oleh Kristus untuk menyelamatkan manusia. Dan Perjamuan Kudusjuga dianggap sebagai simbol, sedangkan Gereja Katolik mempercayai bahwa Kristus hadir secara nyata (Tubuh, Darah, Jiwa dan ke-Allahan) dalam rupa roti dan anggur. Lima: Konsep keselamatan. Bagi umat katolik, keselamatan adalah merupakan anugerah Allah dan hal ini juga dipercayai oleh gereja-gereja non katolik. Namun selain rahmat Allah, Kitab Suci juga mencatat hal-hal lain, seperti pentingnya iman untuk kesematan (Ef 2,8) baptisan yang menjadi syarat keselamatan (Yoh 3,5), orang akan diadili menurut perbuatannya (Mt 16,27; l Pt 1,17). Dengan demikian, Greja katolik tidak mempercayai hanya iman saja (sola fide) dalam keselamatan seperti yang dipercayai gereja-gereja non-katolik, karena Kitab Suci secara keseluruhan memang tidak pernah mengatakan bahwa hanya karena iman, kita diselamatkan (Hib 11,6) adalah benar, namun bukan iman saja. Enam. Maria dan para Kudus. Kita semua dipanggil menjadi teman murid sekerja Kristus, apalagi Maria, Bunda Allah, dan para Kudus (I Kor 3,9). Gereja Katolik melihat bahwa kematian tidaklah memisahkan orang-orang yang telah dibenarkan oleh Allah dengan umat Allah di dunia ini (Rom 68,38-39). Sedangkan gereja-gereja kristen memandang bahwa yang telah meninggal, sama sekali terpisah dari umat Allah yang masih mengemabra di dunai ini. Tujuh: Maria sebagai Bunda Gereja. Yesus adalah Allah Immanuel yang telah dinubuatkan oleh para nabi, dan nubuat-nubuat ini tercantum dalam Perjanjian Lama. Di PL, yang adalah roti manna yang turun dari langit: di PB adalah Roti Hidup, Yesus yang turun Dari surga. Di PL, yang ada tabut perjanjian berisi: 5 Kibab Taurat Musa, Roti Manna, Dua Lok Batu 10 Perintah Allah; di PB adalah Bunda Maria sebagai Tabut Perjanjian Baru (Lih 11,19-12,1-2, Katekismus Gereja Katolik 2676) yang mengandung Yesus Kristus, Sang Sabda ayang menjadi manusia, Sang Roti Hidup yang turun dari Surga.
Delapan: Jumpal Alkitab. Jamlah Alkitab katolik terdiri atas 73 kitab (termasuk deuterokanonika), sementara pada kristen hanya Alkitab Protokanonika yang terdiri atas 66 kitab. Alkitab juga tidak bisa memuat semua kehidupan Yesus (Yoh 21, 25), sebab hidup dan ajaran Yesus diteruskan para rasul secara lisan (tradisi lisan) di kemudian hari, sebagaian tradisi lisan ini ditulis dan menjadi Injil (Tradisi tertulis). Karena itu dalam ajaran imannya, selain mendasarkan diri pada Alkitab, Gereja Katolik juga memanfaatkan tradisi para Bapa Gereja dan juga Magisterium (ajaran resmi Gereja, Paus dalam iman dan susila).
Jadi kalaupun dalam Alkitab tidak ada bahasan tentang kloning, bayi tabung dan kontarsepsi, maka Gereja Katolik masih bisa memberikan ajaran moralnya secara jelas. Sembilan: Konsep 4 SOLA (empat ‘sola’) Martin Luther mengajarkan konsep 4 SOLA: Sola Fide (hanya iman); Sola Scriptura (hanya Kitab Suci); Sola Gratia (Hanya Rahmat); Sola Signa (Hanya tanda). Intinya seseorang selamat semata-mata karena imannya akan Yesus Kristus (hanya berdasarkan pada Rom 3,21-31). Ini menolak paham keselamatan sebagai hasil usaha manusia. Gereja katolik mengajarkan: selain iman akan Yesus Kristus seseorang juga mesti melakukan perbuatan baik dan cinta kasih. Perbuatan baik dan cinta kasih memang bukan syarat untuk diselamatkan tetapi adalah bukti bahwa kita beriman akan Kristus. Kita harus menunjukkan iman dengan perbuatan kita, bukan hanya dengan kata-kata atau sekedar keyakinan dalam hati. Kita mendasarkan iman pada pernyataan: iman tanpa disertai perbuatan nyata pada hakekatnya adalah mati (Yak 2,17). Sola Scriptura: Sumber iman Gereja kristen adalah sola scriptura (hanya Kitab Suci). Setiap persoalan mesti dicarikan teks kitab suci-nya. Bila tidak ada, maka tidak diakui sebagai ajaran iman kristiani. Karena itu mereka hanya mengakui dua sakramen (baptis dan Perjamuan Kudus).Prinsip ini juga tidak disebut dalam kitab Suci sendiri. Sola Gratia: Kristen mengajarkan bahwa dosa asal menyebabkan kodrat manusia hancur lebur sehingga tidak ada yang baik dalam diri manusia. Karenanya menurut mereka keselamatan sematamata hanyalah berkat rahmat Tuhan. Dalam ajaran iman katolik dosa asal membuat kodrat manusia retak/rusak sehingga masih dimungkinkan adanya sisi baik dalam diri manusia. Karenanya manusia masih mungkin berkehendak dan berbuat baik. Sola Signa. Ajaran kristen mengajarkan bahwa sakramen hanyalah tanda/simbol dari Rahmat Allah. Roti dalam perjamuan kudus menurut ajaran kristen hanyalah sekedar simbol dari kehadiran Kristus. Sedangkaan dalam ajaran katolik, Ekaristi roti itu memang sungguh-sungguh diubah menjadi Tubuh Tuhan Kristus yang merupakan misteri iman katolik. Jadi, sekalipun disimpan dalam tabernakel hosti itu adalah sungguh Tubuh Tuhan Yesus sendiri. Karena itu kita memiliki kebiasaan berlutut ke arah tabernakel untuk menghormati Tubuh Tuhan Yesus yang ada dalam tabernakel.
Sepuluh: Cara menafsirkan Alkitab. Dalam Greja katolik, tafsiran Alkitab hendaknya sesuai dengan tafsiran yang dilakukan oleh Magisterium Gereja. Sedangkan kalangan protestan, cara menafsirkan Alkitab bisa dilakukan oleh siapapun dan semua orang secara bebas bisa menafsirkan dari sudut pandang yang mereka miliki. Cara para pemimpinnya menafsirkan Alkitab, menjadi penyebab utama adanya kesimpulan yang berbeda-beda. Inilah yang membuat ajaran kristen protestan terbagi menjadi beberapa aliran denominasi, seperti Baptis, Adven, Pentekosta dll. Sebelas: Api Penyucian: atau “pergatorium” adalah “tempat” atau proses kita disucikan. ‘Disucikan” ya, bukan “dicuci” oleh sebab itu disebut “Api Penyucian”, bukan api Pencucian. Hanya pada Gereja Katolik mengajarkan hal ini di dalam Katekismus Gereja Katolik (1030-1032). Tentang Api Penyucian adalah suatu kondisi yang dialami oleh orang-orang yang meninggal dalam keadaan rahmat dan dalam persahabatan dengan Tuhan. Namun belum suci sepenuhnya, sehingga
memerlukan proses selanjutnya setelah kematian adalah dengan bantuan doa dan Misa Ekaristi Kudus yang diberikan oleh keluarga yang tinggal. Tetapi kalangan kristen mengalami kesulitan mengerti tentang Api Penyucian karena dua alasan utama: Petrama: ketika Luter menerjemahkan Ktab Suci ke dalam bahasa jerman pada tahun 1532, ia mengeluarkan tujuh Kitab dari Perjanjian Lama, termasuk Kitab Makabe, dimana, setidak-tidaknya pemurnian jiwa dinyatakan secara tersirat. Kedua John Calvin mengajarkan bahwa seseorang telah kehilangan kehendak bebas karena dosa asal dan bahwa Tuhan telah menentukan sebelumnya apakah satu jiwa akan diselamatkan atau dikutuk. Menurut Calvin, orang kristen tidak membutuhkan api penyucian.karena kalangan kristen menolak api penyucian, ajaran yang sudah bertahan berabad-abad lamanya itu.
Tambahan Pernikahan Para pemuka agama katolik mulai dari pastor hangga paus, tidak boleh menikah alias hidup membujang seumur hidup, atau disebut hidup selibat. Hal ini diberlakukan agar mereka bisa berkonsentrasi terhadap ajarannya. Tapi dalam tradisi protestan, pendeta diperbolehkan menikah. Dalam tradisi katolik pula, pernikahan hanya boleh terjadi sekali seumur hidup, kecuali ditinggal mati pasangannya. Sedangkan dalam ajaran protestan, pasangan yang sudah menikah namun merasa tak cocok lagi, diperbolehkan bercerai. Perbedaan peribadatan. Umat katolik berdoa membuat tanda salib, semenatara umat protestan hanya berdoa biasa. Tanda salib dibuat dengan tangan telunjuk kanan menyentuh dahi, dada, bahu kiri, bahu kanan secara berurut. Selain itu perbedaan keduanya, jika umat katolik disebut Misa, sementara peribadatan umat protestan disebut kebaktian. Keduanya berbeda dalam hal isi maupun tatacara pelaksanaannya, kendati samasama dilaksanakan pada hari minggu.