Mini Project Internsip (1).docx

  • Uploaded by: StevenWidjaya
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Mini Project Internsip (1).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,364
  • Pages: 36
KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat dan karuniaNya yang melimpah sehingga mini project yang berjudul “Penyuluhan Hipertensi pada Anggota PPSU” dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun penyusunan mini project ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas internsip dokter periode November 2018-2019. Penulis menyadari bahwa berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka mini project ini dapat tersusun dengan baik. Oleh sebab itu, melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. dr. Desi Natalia Ginting, selaku kepala Puskesmas Kelurahan Kedaung Kali Angke dan pembimbing yang telah membantu, mendukung, dan memberikan bimbingan kepada penulis dengan kesabaran, serta kritik dan saran yang bermanfaat saat mengerjakan mini project ini. 2. Para pengurus dan anggota PPSU Kelurahan Kedaung Kali Angke yang telah meluangkan waktunya sebagai responden penelitian ini. 3. Para staf Puskesmas Kelurahan Kedaung Kali Angke yang telah menyediakan waktu dan tenaga untuk penyusunan mini project ini. 4. Teman-teman penulis yang telah memberikan banyak bantuan dan dukungan selama proses penyusunan mini project ini. 5. Semua pihak yang telah terlibat dan membantu mini project ini. Penulis menyadari penulisan mini project ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi penyusunan mini project ini di masa mendatang. Penulis memohon maaf bila terdapat kata-kata yang kurang berkenan bagi para pembaca. Semoga mini project ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Jakarta, 21 Januari 2019

Penulis

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil KIR yang dilakukan oleh Puskesmas Kedaung Kali Angke terhadap kesehatan pekerja PPSU Kelurahan Kedaung Kali Angke memberikan hasil berupa terdapat beberapa anggota PPSU yang menderita hipertensi terutama pada usia dewasa muda hal ini yang mendasari penulis untuk mengambil kasus ini untuk dijadikan bahan miniproject dikarenakan tentang kekhawatiran akan terjadinya komplikasi lebih lanjut apabila tidak diberikan penyuluhan hipertensi dan pemeriksaan ulang, mengingat bahaya hipertensi tidak selalu memberikan gejala kepada penderitanya sehingga penderita tidak mngubah pola gaya hidupnya. Hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT, 2001) di kalangan penduduk umur 25 tahun ke atas menunjukkkan bahwa 27% laki-laki dan 29% wanita menderita hipertensi; 0,3% mengalami penyakit jantung iskemik dan stroke. Terdapat 50% penderita tidak menyadari sebagai penderita, sehingga penyakitnya lebih berat karena tidak merubah dan

menghindari faktor

risiko.

Sebanyak

70%

hipertensi ringan, maka banyak

diabaikan/terabaikan sehingga menjadi ganas (hipertensi maligna). 1 Hipertensi pada negara mberkembang, terutama pada masyarakat perkotaan, prevalensinya hampir sama dengan negara maju. Diperkirakan sekitar 7,1 juta orang didunia meninggal karena hipertensi dan menyebakan disability sekitar 64 juta orang.2 Pada dewasa muda dan usia pertengahan, hipertensi lebih banyak terdapat pada pria jika dibandingkan dengan wanita. Tetapi pada usia di atas 60 tahun lebih banyak wanita dibandingkan denan pria.3

1.2 Rumusan Masalah Apakah tingkat pengetahuan hipertensi pada pekerja PPSU Kelurahan Kedaung Kali Angke sudah cukup baik ? 1.3 Tujuan Diagnostik Komunitas 1.3.1

Tujuan Umum

Meningkatkan pengetahuan pekerja PPSU Kelurahan Kedaung Kali Angke mengenai hipertensi. 1.3.2

Tujuan Khusus

Mengetahui tingkat pengetahuan pekerja PPSU Kelurahan Kedaung Kali Angke mengenai hipertensi.

1.4. Manfaat 1.4.1. Bagi Penulis Meningkatkan pengetahuan penulis mengenai hipertensi, berperan serta dalam peningkatan kesadaran pekerja PPSU Kelurahan Kedaung Kali Angke mengenai pentingnya pemeriksaan tekanan darah secara rutin, dan untuk memenuhi salah satu tugas penulis dalam menyelesaikan program Internsip.

1.4.2. Bagi Puskesmas Membantu memberikan penyuluhan kepada pekerja PPSU Kelurahan Kedaung Kali Angke mengenai hipertensi, dan melakukan skrining awal hipertensi pada pekerja PPSU guna meningkatkan kualitas kesehatan pekerja PPSU Kelurahan Kedaung Kali Angke.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga bisa menyebabkan kerusakan lebih berat seperti stroke (terjadi pada otak dan berdampak pada kematian yang tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi pada kerusakan pembuluh darah jantung) serta penyempitan ventrikel kiri / bilik kiri (terjadi pada otot jantung). Selain penyakit tersebut dapat pula menyebabkan gagal ginjal, diabetes mellitus dan lain-lain. 4 Hipertesi adalah tekanan sistolik 140 mmHg atau tekanan diastolik 90 mmHg. Sedangkan Prehipertensi adalah tekanan sistolik 120-139 mmHg atau diastolic 80-89 mmHg.3 2.2 Etiologi Penyebab hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu esensial dan sekunder. Sebanyak 90 % hipertensi esensial dan hanya 10 % yang penyebabnya diketahui seperti penyakit ginjal, kelainan pembuluh darah, dan kelainan hormonal. 5 Hipertensi primer didefinisikan jika penyebab hipertensi tidak dapat diidentifikasi. Ketika tidak ada penyebab yang dapat di identifikasi, sebagian besar merupakan interaksi yang kompleks antara genetic dan interaksi lingkungan. Biasanya hipertensi esensial terjadi pada usia antara 25-55 tahun dan jarang pada usia di bawah 20 tahun. 6 Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh sleep apnea, obat-obatan, gangguan ginjal, coarctation aorta,pheochromocytoma, penyakit tiroid dan paratiroid.7 2.2.1Penyakit ginjal Penyakit ginjal adalah penyebab terbanyak pada hipertensi sekunder. Hipertensi dapat timbul dari penyakit diabetes nefropati ataupun inflamasi glomerulus, penyakit intertisial tubulus, dan polikista ginjal. Kebanyakan kasus berhubungan dengan peningkatan volume intravascular atau peningkatan system renin-angiotensin-alodesteron.8

2.2.2 Renal vascular hypertension Arteri stenosis ginjal dapat muncul pada 1-2 % pasien hipertensi. Penyebabnya pada orang muda adalah fibromuscular hyperplasia. Penyakit pembuluh darah ginjal yang lain adalah karena aterosklerosis stenosis dari arteri renal proksimal. Mekanisme hipertensinya berhubungan dengan peningkatan renin berlebih karena pengurangan dari aliran darah ke ginjal. Hipertensi pembuluh darah ginjal harus dicurigai jika terdapat keadaan seperti berikut: (1) terdapat pada usia sebelum 20 tahun atau sesudah usia 50 tahun. (2) bruit pada epigastrik atau artery renal. (3) jika terdapat penyakit atrerosklerosis dari arteri perifer, 15-25 % pasien dengan aterosklerosis tungkai bawah yang simtomatik terdapat artery stenosis ginjal. (5) terjadi penurunan fungsi ginjal setelah pemberian penghambat ACE.8 2.2.3 Hiperaldosteron primer Penyakit ini timbul karena sekresi yang berlebihan dari aldosteron oeh korteks adrenal. Pada pasien hipertensi dengan hipokalemia, krn pengeluaran kalium yang berlebih melalui urin (biasanya > 40 mEq/L). 9 2.2.4 Sindrom Cushing Pada penderita sindroma Cushing, hipertensi timbul sekitar 75-85 %. Patogenesis tentang terjadinya hipertensi pada sindroma Cushing masih tidak jelas. Mungkin dihubungkan dengan retensi garam dan air dari efek mineralocorticoid karena glukokortikoid berlebih. 9 2.2.5 Pheochromocytoma Tumor yang mensekresikan katekolamin yang berada di medulla adrenal dan menyebabkan hipertensi sekitar 0,05 %. 8 2.2.6 Coarctation of the aorta Coarctation of the aorta merupakan penyakit jantung congenital tersering yang menyebabkan hipertensi. Insiden sekitar 1-8 per 1000 kelahiran.8

2.3 Klasifikasi Tabel 1 Klasifikasi Hipertensi7

Pada tabel 1 merupakan klasifikasi hipertensi pada usia 18 tahun atau lebih. Penggunaan klasifikasi ini ini didasarkan dengan pengukuran tekanan darah dua atau lebih. 7 2.4 Faktor Risiko Faktor risiko hipertensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor risiko yang reversible dan irreversibel. Faktor risiko yang reversibel adalah usia, ras Afrika-Amerika, dan riwayat keluarga yang memiliki hipertensi. Sedangkan faktor risiko yang bersifat reversible adalah prehipertensi, berat badan berlebih, kurang aktivitas, konsumsi makanan yang mengandung natrium tinggi, merokok, dan sindroma metabolik.3 2.4.1 Usia Tekanan darah meningkat seiring dengan berjalanya usia. Tekanan sistolik meningkat sesuai dengan usia, sedangkan tekanan diastolik tidak berubah mulai dekade ke-5. Hipertensi sistolik isolasi merpakan jenis hipertensi yang paling ditemukan pada orang tua.3 2.4.2Ras Afrika-Amerika Hipertensi lebih sering terdapat pada ras AFrika-Amerika dibandingkan dengan orang kulit putih, dan pada kedua ras tersebut biasanya lebih banyak pada golongan sosioekonomi rendah. 3

2.4.3Berat Badan Berlebih Semakin tinggi berat badan, semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan utrisi jaringan. Volume darah meningkat di dalam pembuluh darah dan terjadi peningkatan tekanan dinding arteri.3 2.4.4Kurang Aktivitas Orang yang kurang aktivitas cenderung memiliki denyut jantung yang lebih banyak. Semakin tinggi denyut jantung, semakin berat jantung harus bekerja pada setiap kontraksi dan lebih kuat tekanan pada arteri.3 2.4.5 Konsumsi Tinggi Natrium Konsumsi makanan yang mengandung banyak natrium dapat menyebabkan tertahannya air di dalam pembuluh darah, sehingga meningkatkan tekanan darah. Kalium membantu menyeimbangkan banyaknya natrium di dalam sel. Jika kurang mengkonsumsi natrium, maka akan banyak terakumulasi natrium di dalam darah.3 2.4.6 Merokok Zat-zat kimia pada rokok dapat menyebaban kerusakan pada dinding arteri yang menyebabkan penyempitan arteri sehingga dapat meningkatkan tekanan darah.3 2.4.7 Sindroma Metabolik Sindroma metabolik didefinsikan sebagai jika tiga dari criteria terpenuhi: lingkar perut membesar (pria: > 100 cm, wanita: 90 cm), gula puasa darah terganggu (normal < 126 md/dl), peningkatan tekanan darah 130/85 mmHg, trigliserida plasma 150 mg/dl, atau kolesterol HDL <40 mg/dL , <50 mg/dL pada wanita. Di hipotesiskan bahwa resistensi insulin mungkin merupakan patofisiologi teradinya sindroma metabolik.3

2.5 Patofisiologi Tekanan dibutuhkan untuk mengalirkan darah dalam pembuluh darah yang dilakukan oleh aktivitas memompa jantung (Cardiac Output) dan tonus dari arteri (peripheral resisten). Faktor-faktor ini menentukan besarnya tekanan darah. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi cardiac output dan resistensi perifer. Hipertensi terjadi karena kelainan dari salah faktor tersebut. 10 Gambar 1 Patofisiologi Hipertensi10

,

Cardiac output berhubungan dengan hipertensi, peningkatan cardiac output secara

logis timbul dari dua jalur, yaitu baik melalui peningkatan cairan (preload) atau peningkatan kontraktilitas dari efek stimulasi saraf simpatis. Tetapi tubuh dapat mengkompensasi agar cardiac output tidak meningkat yaiutu dengan cara meningkatkan resistensi perifer. 10 Selain itu konsumsi natrium berlebih dapat menyebabkan hipertensi karena peningkatan volume cairan dalam pembuluh darah dan preload, sehingga meningkatkan cardiac output. 10

Gambar 2 Patofisiologi Natrium dan Kalium pada Hipertensi11

2.6 Manisfestasi Klinis Gejala yang paling sering muncul adalah nyeri kepala. Hypertensi yang meningkat dengan cepat dapat menimbulkan gejala seperti somnolen, bingung, gangguan penglihatan, mual dan muntah.8

Pada aldosteronism primer, pasien merasakan lemas otot, polyuria, da nocturia karena hypokalemia. Hipertensi kronik sering menyebabkan pembesaran jatung kiri, yang dapat menimbulkan gejala sesak napas yang berhubungan dengan aktivitas dan paroxysmal nocturnal dyspnea. Keterlibatan cerebral karena stroke yang disebabkan oleh trombosis atau hemoragik dari mikroaneurisma. 8 Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan bentuk tubuh, termasuk berat dan tinggi badan. Pada pemeriksaan awal, tekanan darah diukur pada kedua lengan, dan lebih baik dikukur pada posisi terlentang, duduk, dan berdiri untuk mengevaluasi hipotensi postural. Dilakukan palpasi leher untuk mempalpasi dari pembesaran tiroid dan penilaian terhadap tanda hipotiroid atau hipertiroid. Pemeriksaan pada pembuluh darah dapat dilakukan dengan funduskopi, auskultasi untuk mencari bruit pada arteri karotis. Retina merupakan jaringan yang arteri dan arteriolnya dapat diperiksa dengan seksama. Seiring dengan peningkatan derajat beratnya hipertensi dan penyakit aterosklerosis, pada pemeriksaan funduskopi dapat ditemukan peningkatan reflex cahaya arteriol, hemoragik, eksudat, dan papiledema. Pemeriksaan pada jantung dapat ditemukan pengerasan dari bunyi jantung ke-2 karena penutuan dari katup aorta dan S4 gallop. Pembesaran jantung kiri dapat dideteksi dengan iktus kordis yang bergeser ke arah lateral. 8 2.7 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang rutin yang direkomendasikan sebelum memulai terappi termasuk elektrokardiogram 12 lead, urinalisis, glukosa darah, dan hematokrit, kalium serum, kreatinin, dan profil lipid ( termasuk HDL kolesterol, LDL kolesterol, dan trigliserida. Test tambahan termasuk pengukuran terhadap ekskresi albumin atau albumin/ kreatinin rasio.8

Tabel 2 Pemeriksaan penunjang untuk skrening etiologi hipertensi7

2.8 Diagnosis Konfirmasi dari hipertensi berdasarkan pada pemeriksaan awal, dan pemeriksaan pada dua kali follow-up dengan setidaknya dua kali pengukuran pada setiap kali follow-up.

Gambar 3 Algoritma Diagnosis Hipertensi12

2.9 Komplikasi 2.9.1 Jantung Penyakit jantung merupakan penyebab yang tersering menyebabkan kematian pada pasien hipertensi. Penyakit jantung hipertensi merupakan hasil dari perubahan struktur dan fungsi yang menyebabkan pembesaran jantung kiri disfungsi diastolik, dan gagal jantung.8 2.9.2 Otak Hipertensi merupakan faktor risiko yang penting terhadap infark dan hemoragik otak. Sekitar 85 % dari stroke karena infark dan sisanya karena hemoragik. Insiden dari stroke meningkat secara progresif seiring dengan peningkatan tekanan darah, khususnya pada usia > 65 tahun. Pengobatan pada hipertensi menurunkan insiden baik stroke iskemik ataupun stroke hemorgik.8 2.9.3 Ginjal Hipertensi kronik menyebabkan nefrosklerosis, penyebab yang sering terjadi pada renal insufficiency. Pasien dengan hipertensif nefropati, tekanan darah harus 130/80 mmHg atau lebih rendah, khususnya ketika ada proteinuria. 8 2.10 Prognosis WHO membuat tabel stratifikasi dan membuat tiga kategori risiko yang berhubungan dengan timbulnya kejadian penyakit kardiovaskular selama 10 tahun ke depan: (1) risiko rendah, kurang dari 15 %. (2) risiko menengah , sekitar 15-20 %. (3) risiko tinggi, lebih dari 20 %.13

Tabel 3 Faktor yang Mempengaruhi Prognosis13

Tabel 4 Prognosis13

2.11 Pengobatan Umum 2.11.1Kontrol Tekanan Darah Pada mayoritas pasien, menurunkan tekanan sitolik lebih sulit dibandingkan dengan menurunkan tekanan diastole. Walaupun kontrol tekanan darah yang efektif dapat dicapai pada penderita hipertensi, mayoritas membutuhkan dua obat antihipertensi atau lebih. Kegagalan melakukan modifikasi gaya hidup, dosis obat antihipertensi yang adekuat, atau kombinasi obat yang tidak sesuai menyebabkan kontrol tekanan darah tidak adekuat.7 2.11.2 Tujuan Terapi Tujuan dari terapi menggunakan obat antihipertensi adalah untuk mengurangi risiko morbiditas dan mortalitas kardiovaskular dan ginjal. Target tekanan darah adalah < 140/90 mmHg disertai dengan penurunan risiko penyakit kardiovaskular. Pada pasien dengan

diabetes atau penyakit ginjal, target tekanan darah adalah <130/80 mmHg. Keuntungan dari obat antihipertensi ini berhubungan dengan penurunan dari (1) insiden stroke, skitar 35-40 %; (2) MCI, sekitar 20-25%; dan gagal jantung, sekitar > dari 50 %. Estimasi ini dlakukan pada hipertensi derajat 1 dengan tekanan sistolik 140-159 mmHg dan atau tekanan diastolic 90-99 mmHg.7 2.11.3 Perubahan Gaya Hidup Gaya hidup yang sehat merupakan prevensi terhadap peningkatan tekanan darah dan termasuk dalam pengobatan hipertensi. Perubahan gaya hidup dapat menurunkan atau menunda insiden dari hipertensi, dan meningkatkan efek dari obat antihipertensi, dan penurunan risiko kardiovaskular.7 Tabel 5 Perubahan Gaya Hidup untuk Mencegah dan Pengobatan hipertensi7

2.11.4 Obat-obat Antihipertensi Penanggulangan hipertensi dengan obat dilakukan bila dengan perubahan gaya hidup tekanan darah belum mencapai target (>140/90 mmHg) atau > 130/80 mmHg pada diabetes atau penyakit ginjal kronik. Pemilihan berdasarkan ada/tidaknya indikasi khusus. Bla tidak ada indikasi khusus pilihan obat juga tergantung pada derajat hipertensi.7 Sesudah pemakaian obat antihipertensi, pasien harus melakukan follow-up dan pengaturan dosis obat setiap bulannya atau sesudah target tekanan darah tercapai. Serum kalium dan kreatinin harus di monitor setidaknya satu sampai dua kali per tahun. Sesudah target tekanan darah tercapai, follow-up dapat 3-6 bulan sekali.7

Gambar 4 Algoritma Penanggulangan Hipertensi7

Modifikasi Gaya Hidup

Obat hipertensi inisial

Tanpa indikasi khusus

Dengan indikasi khusus Obat-obatan untuk indikasi khusus tersebut ditambah obat antihipertensi (diuretic, ACEI, BB, CCB)

Hipertensi tingkat I

Hipertensi tingkat II

(sistolik 140-159 mmHg atau diastolick90-99 mHg)

(sistolik > 160 mmHg atau diastolik > 100 mHg)

Diuretik golongan tiazid. Dapat dipertimbangkan pemebrian ACEI, BB, CCB atau kombinasi

Kombinasi dua obat. Biasanya diuretic dengan ACEI atau BB atau CCB

Target tekanan darah terpenuhi Optimalkan dosis obat atau berikan tambahan obat antihipertensi lain. Perimbangkan untuk konsultasi dengan dokter spesialis

Tabel 6 Pilihan obat pada Indikasi Khusus7 Indikasi Khusus

Diuretik

B Blocker

ACEI

ARB

Gagal Jantung

+

+

+

+

+

+

Pasca MCI

CCB

+ +

Risiko tinggi PJK

+

+

+

Diabetes Mellitus

+

+

+

+

+

ginjal

+

+

+

stoke +

+

Penyakit

Antialdosteron

kronik Cegah berulang

2.12 Pengobatan pada Indikasi Khusus 2.12.1 Penyakit jantung Iskemik Penyakit jantung iskemik merupakan kerusakan organ target yang paling sering ditemukan pada pasien dengan hipertensi. Pada hipertensi dengan angina pectoris stabil obat pilihan pertama b-blocker dan sebagai alternative calcium channel blocker (CCB). Pada pasien dengan sindroma koroner akut (angina pectoris tidak stabil atau infark miokard), pengobatan hipertensi dimulai dengan BB dan ACEI dan kemudian dapat ditambahkan anti hipertensi lain bila diperlukan. Pada pasien pasca infark miokard, ACEI, BB, dan antagonis aldosteron terbukti sangat mengutungkan tanpa melupakan penatalaksaan profil lipid yang intensif dan penggunaan aspirin.7 2.12.2 Gagal Jantung Gagal Jantung dalam bentuk disfungsi ventrikel sistolik dan diastolic terutama disebabkan oleh hipertensi dan penyakit jantung iskemik. Sehingga penatalaksaan hipertensi dan profil lipid yang agresif merupakan upaya terjadinya gagal jantung. Pada pasien asimptomatik dengan terbukti disfungsi ventrikel rekomendasinya adalah ACEI dan BB. Pada pasien simptomatik dengan disfungsi ventrikel atau penyakit jantung “end stage” direkomendasikan untuk menggunakan ACEI, BB dan ARB bersama dengan pemberian diuretik “loop”.7

2.12.3 Penyakit Arteri Perifer Kelas I Pemberian antihipertensi pada PAP ekstrimitas inferior dengan tujuan untuk mencapai target tekanan darah <140/90 mmHg atau target tekanan darah < 130/80 mmHg (untuk diabetes). BB merupakan agen hipertensi yang efektif dan tidak merupakan kontraindikasi untuk pasien hipertensi dengan PAP.7 Kelas IIa Penggunaan ACEI pada pasien simptomatik PAP ekstrimitas bawah beralasan untuk menurunkan kejadian kardiovaskular.7 Kelas IIb Penggunaan ACEI pada pasien asimptomatik PAP ekstrimitas bawah dapat dipertimbangkan

untuk

menurunkan

kejadian

kardiovaskular.

Antihipertensi

dapat

menurunkan perfusi tungkai dan berpotensi mengeksaserbasi klaudikasio ataupun iskemia tungkai kronis. Kemungkinan tersebut harus diperhatikan saat memberikan antihipertensi. Namun sebagian besar pasien dapat mentoleransi terapi hipertensi tanpa memperburuk symptom PAP dan penanggulangan sesuai pedoman diperlukan untuk tujuan menurnkan risiko kejadian kardiovaskular.7 2.12.4 Gangguan Fungsi Ginjal Hipertensi dengan gangguan fungsi ginjal Pada keadaan ini penting diketahui derajat gangguan fungsi ginjal ( CCT, kreatinin) dan derajat proteinuri. PAda CCT < 25 ml/menit diuretic golongan thiazid (kecuali metolazon) tidak efektif. Pemakaian golongan ACEI/ ARB perlu memperhatikan penurunan fungsi ginjal dan kadar kalium. Pemakaian golongan BB dan CCB relative aman.7 Hipertensi akibat gangguan ginjal/ adrenal Pada gagal ginjal terjadi penumpukan garam yang membutuhkan penurunan asupan garam/diuretic golongan furosemid/diaslisis. Penyakit ginjal renovaskuler baik stenosis arteri renalis maupun aterosklerosis renal dapat ditanggulangi secara intervensi (stening/opererasi) ataupun medical (pemakaian ACEI dan ARB tidak dianjurkan bila diperlukan terapi obat).

Aldosteronisme primer (baik adenoma maupun hyperplasia kelenjar adrenal) dapat ditanggulangi secara medical (dengan obat antialdosteron) ataupun intervensi. DIsamping hipertensi, derajat proteinuri ikut menentukan progresi gangguan fungsi ginjal, sehingga proteinuri perlu ditanggulangi secara maksimal dengan pemberian ACEI/ARB dan CCB golongan non hdihidropiridin. Pedoman pengobatan hipertensi dengan gangguan fungsi ginjal: (1) tekanan darah diturunkan sampai <130/80 mmHg (untuk mencegah progresi gangguan fungsi ginjal). (2) bila ada proteinuria dipakai ACEI/ARB (sepanjang tak ada kontraindikasi).(3)bila proteinuria > 1g/24 jam tekanan darah diusahakan lebih rendah ( ≤ 125/75 mmHg).(4)perlu diperhatikan untuk perubahan fungsi ginjal pada pemakaian ACEI/ARB (kreatinin tidak boleh naik > 20%) dan kadar kalium (hiperkalemia).7 2.12.5 Usia Lanjut Pengobatan dimulai jika: (1) tekanan sistolik ≥ 160 mmHg bila kondisi harapan hidup baik. (2) Tekanan sistolik ≥ 140 bila disertai DM atau merokok atau disertai factor risiko lainya. Obat-obat yang biasanya dipakai meliputi diuretic (HCT) 12,5 mg, terbukti mencegah komplikasi terjadinya penyakit jantung kongestif. Keuntunganya murah dan dapat mencegah kehilangan kalsium tulang. Target tekanan sistolik < 140 mmHg dan target tekanan diastolic sekitar 85-90 mmHg.7 2.12.6Stroke Iskemik Akut Tidak direkomendasikan terapi hipertensi pada stroke iskemik akut, kecuali terdapat hipertensi berat dan menetap yaitu > 220 mmHg atau diastolik > 120 mmHg dengan tandatanda ensefalopati atau disertai kerusakan target organ lain.7 2.12.7Stroke Hemoragik Akut Bila tekanan darah sistolik > 230 mmHg atau tekanan darah sistolik > 140 mmHg: berikan nicardipin/ diltiazem/nimodipin drip dan dititrasi dosisnya sampai dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolic 90 mmHg.7 2.12.8Diabetes Indikasi pengobatan jika tekanan darah sistolik ≥ 130 mmHg dan atau tekanan diastolik ≥ 80 mmHg. Sasaran target penurunan tekanan darah: (1) tekanan darah < 130/80 mmHg. (2) bila disertai proteinuria ≥ 1 g/24 jam, target ≤ 125/75 mmHg.7

2.13 Krisis Hipertensi 2.13.1 Definisi Krisis hipertensi adalah suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak (sistol ≥ 180 mmHg dan atau diastole ≥ 120 mmHg), pada penderita hipertensi yang membutuh kan penanganan segera.7 2.13.2 Klasifikasi Hipertensi emergensi Kenaikan tekanan darah mendadak yang disertai kerusakan organ target yang progresif disebut hipertensi emergensi. Pada keadaan ini diperlukan tindakan penurunan tekanan darah yang segera dalam kurun waktu menit/jam.7 Hipertensi urgensi Kenaikan tekanan darah mendadak yang tidak disertai kerusakan organ target disebut hipertensi urgensi. Penurunan tekanan darah pada keadaan ini harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam.7 2.13.3 Manifestasi klinis Bidang neurologi7 Sakit kepala, hilang/kabur penglihatan, kejang, gangguan kesadaran (somnolen, spoor, koma). Bidang mata7 Funduskopi berupa perdarahan retina, eksudat retina, edema papil. Bidang kardiovaskular7 Nyeri dada, edema paru Bidang ginjal7 Azotemia, proteinuria, oliguria

2.13.4 Faktor Risiko i.

7

Penderita hipertensi yang tidak meminum obat atau minum obat anti hipertensi tidak teratur.

ii.

Kehamilan

iii.

Penggunaan NAPZA

iv.

Penderita

dengan

rangsangan

simpatis

yang

tinggi

seperti

luka

berat,

phaeochromocytoma, penyakit olagen, penyakit vascular, trauma kepala. v.

Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal.

2.13.5 Tatalaksana Hipertensi Emergensi7 i.

Penanggulangan hipertensi emergensi harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas pemantauan yang memadai

ii.

Pengobatan parenteral diberikan secara bolus atau infuse sesegera mungkin

iii.

Tekanan darah harus diturunkan dalam hitungan menit sampai jam dengan langkah sebagai berikut:

iv.

5 menit s/d 120 menit pertama tekanan darah rata-rata diturunkan 20-25%

v.

2 s/d 6 jam kemudian tekanan darah diturunkan sampai 160/100 mmHg

vi.

6-24 jam berikutnya diturunkan sampai < 140/90 mmHg bila tidak ada gejala iskemia organ.

2.13.6 Obat-obatan yang digunakan pada Hipertensi Emergensi Clonidin (Catapres) IV (150 mcg/ampul)7 -Clonidin 900 mcg dimasukkan ke dalam cairan infuse glukosa 5% 500 cc dan diberikan dengan mikrodrip 12 tetes/menit, setiap 15 menit dapat dinaikkan 4 tetes sampai tekanan darah yang diharapkan tercapai. -Bila tekanan target darah tercapai pasien diobservasi selama 4 jam kemudian diganti dengan tablet clonidin oral sesuai kebutuhan. -Clonidin tidak boleh dihentikan mendadak, tetapi diturunkan perlahan-lahan oleh karena bahaya rebound fenomena, dimana tekanan darah naik secara cepat bila obat dihentikan.

Diltiazem (Herbesser) IV (10 mg dan 50 mg/ampul)7 -Diltiazem 10 mg IV diberikan dalam 1-3 menit kemudian diteruskan dengan infuse 50 mg/jam selama 20 menit. -Bila tekanan darah telah turun > 20% dari awal, dosis diberikan 30 mg/jam sampai target tercapai -Diteruskan dengan dosis maintenance 5-10 mg/jam dengan observasi 4 jam kemudian diganti dengan tablet oral. Nicardipin (Perdipin) IV (2 mg dan 10 mg/ampul)7 -Nicardipin diberikan 10-30 mcg/kgBB bolus -Bila tekanan darah tetap stabil diteruskan dengan 0,5-6 mcg/kgBB/menit sampai target tekanan darah tercapai. Labetolol (Normodyne) IV7 Labetolol diberikan 20-80 mg IV bolus setiap 10 menit atau dapat diberikan dalam cairan infuse dengan dosis 2 mg/menit. Nitroprusside (Nitropress, Nipride) IV7 Nitroprusside diberikan dalam cairan infuse dengan dosis 0,25-10.00 mcg/kg/menit.

BAB 3 METODE

3.1. Metode mini project Mini project ini merupakan sebuah penelitian deskriptif mengenai penyuluhan dan pemberian leaflet tentang hipertensi pada anggota PPSU Kelurahan Kedaung Kali Angke, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Kantor Kelurahan Kedaung Kali Angke.

3.2.2 Waktu Penelitian Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 16 Januari 2019.

3. 4 Subjek Penelitian 3.4.1 Populasi Penelitian Seluruh anggota PPSU yang hadir di Kelurahan Kedaung Kali Angke pada tanggal 16 Januari 2019.

3.4.2 Sampel Penelitian Seluruh anggota PPSU yang hadir di Kelurahan Kedaung Kali Angke pada tanggal 16 Januari 2019 yang mengikuti acara dari awal hingga akhir.

3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu total sampling. Penelitian ini mengambil seluruh responden yang hadir dalam penelitian ini.

3.5

Alur Pelaksanaan Penelitian

Koordinasi dengan kepala Puskesmas Kelurahan Kedaung Kali Angke dan Pemengang Program PTM

Pergumpulan, pengolahan, dan analisis data

Mengumpulkan subjek penelitian

Posttest

Pretest

Penyuluhan, sesi tanya jawab

Pelaporan hasil Mini Proyek

3.6 Uraian Kegiatan Langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan sosialisasi penyakit hipertensi adalah sebagai berikut: -

Melakukan koordinasi dengan Kepala Puskesmas Kelurahan Kedaung Kali Angke mengenai masalah yang harus diteliti.

-

Melakukan koordinasi lanjutan dengan pemegang Program Penyakit Tidak Menular Puskesmas Kelurahan Kedaung Kali Angke untuk menentukan lokasi pelaksanaan penelitian dan target populasi, serta materi yang harus disampaikan.

-

Melakukan pretest sebelum dilakukan penyuluhan

-

Melaksanakan penyuluhan, menjelaskan cara mengisi kartu jumantik mandiri, dan melakukan sesi tanya jawab

-

Melakukan posttest

-

Mengolah data dan pelaporan hasil

3.7 MetodePengumpulan Data Data kesehatan masyarakat yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui pembagian kuesioner berupa pretest dan posttest yang langsung diberikan kepada subjek penelitian di lokasi penelitian.

3.8 Pengolahan dan Analisis Data 3.8.1 Pengolahan Data 1. Editing: Pada kegiatan editing penelitian ini dilakukan dengan cara penelitimengecek ulang kelengkapan dan kejelasan jawaban responden. 2. Coding: Pengkodean data dilaukan dengan cara memberikan angka pada setiap jawaban yang diperoleh dalam lembar kuesioner. 3. Data Entry: Data yang diperoleh dimasukan ke dalam program komputer Microsoft Office Excel 2007. 4. Cleaning: Kegiatan ini merupakan kegiatan pembersihan data dengan carapemeriksaan kembali data yang sudah dientry, apakah ada kesalahanatau tidak. Seperti kesalahan pengetikan ataupun data yang ganda.

3.8.2 Analisis Data Analisis data akan dilakukan secara manual dari data-data yang di entry ke dalam Microsoft Office Word 2007.

BAB 4 HASIL DAN DISKUSI

4.1

Profil Komunitas Kelurahan Kedaung Kali Angke merupakan bagian dari Kecamatan Cengkareng yang

terletak di bagian Barat Jakarta. Kelurahan inimemiliki luas wilayah 2.61 km2 dan berpenduduk lebih dari 11.901 KK. Wilayah Kelurahan Kedaung Kali Angke terbagi atas 10 RW dengan jumlah penduduk yang tercatat di Kelurahan Kedaung KaliAngke sebanyak 37.705 jiwa. Kelurahan Kedaung Kali Angke sebagian besar wilayahnya terdiri dari pergudangan dan pabrik. Selain perkantoran dan kantor SAMSAT juga terdapat dua tempat peruamahan elite yaitu perumahan Casa Jardin dan Green Mansion. Kelurahan ini dikelilingi oleh tiga sungai besar yaitu Sungai Cengkareng drain di sebelah barat, Sungai Cisadane di sebelah selatan yang memisahkan satu bagian di wilayah RW 08, dan sungai Angke di sebelah timur. Sedangkan sisi utara dilintasi oleh SungaiApuran. Sungai Angke dan Cisadane adalah sungai dengan penyumbang banjir terbesar di Kelurahan ini hinggatahun2015.

4.2

Data Geografis Kelurahan Kedaung Kali Angketerletak di bagian barat Jakarta. Kelurahan ini

berbatasan daengan Kelurahan Kapuk di sebelah utara, Kelurahan Wijaya Kusuma di sebelah timur, Keluahan Kembangan Utara di sebelah selatan, dan Kelurahan Cengkareng Timur di sebelah Barat. Lokasi dilakukannya mini project ini ialah di Kantor Kelurahan Kedaung Kali Angke yang terletak di RW 03, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat. Batas Wilayah dari RW 03 sendiri adalah RW 02 di sebelah utara, RW 10 di sebelah timu, RW 06 di sebelah Barat, dan Jalan Daan Mogot di sebelah selatan. Berikut adalah peta wilayah Kelurahan Kedaung Kali Angke.

Gambar 3. Wilayah Kelurahan Kedaung Kali Angke

4.3

Fasilitas Kesehatan Fasilitas kesehatan yang tersedia di Kelurahan Kedaung Kali Angke berjumlah 16

sarana kesehatan yang terdiri dari satu Pusekesmas Kelurahan, dua praktik dokter, 3 praktik bidan, dan 16 posyandu (Tabel 1). Tabel 1. Fasilitas Kesehatan di Kelurahan Kedaung Kali Angke Nama Sarana Kesehatan

Jumlah

Puskesmas Kelurahan

1

Tempat Praktik Dokter

2

Tempat Praktik Bidan

2

Posyandu

16

Jumlah tenaga kesehatan dan non-kesehatan di sarana pelayanan kesehatan Puskesmas Kelurahan Kedaung Kali Angke berjumlah 25orang, yang terdiri dari dokter umum, dokter gigi, perawat, perawat gigi, apoteker, petugasloket, KPLDH, dokter internsip, petugas keamanan, serta petugas kesehatan lingkungan (Tabel 2).

Tabel 2. Jumlah Pegawai Puskesmas Kelurahan Kedaung Kali Angke Tenaga Kesehatan

4.4

Jumlah Pegawai

Dokter Umum

3

Dokter Gigi

1

Bidan

2

Perawat

2

Perawat Gigi

1

Apoteker

1

Petugas Loket

2

KPLDH

3

Petugas Kesling

1

Dokter Intensip

7

Petugas Keamanan

2

Petugas Kebersihan

1

Total

25

Hipertensi di Kecamatan Cengkareng

Grafik 1 Kasus Hipertensi di Puskesmas Kelurahan Kedaung Kali Angke Tahun 2018

Kasus Hipertensi di Puskesmas Kelurahan Kedaung Kali Angke tahun 2018 350 300

250 200 150 100 50 0

Jumlah Penderita Hipertensi di Kelurahan Kedaung Kali Angke tahun 2018

Jumlah Penderita Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kedaung Kali Angke menunjukkan angka yang cukup tinggi selama tahun 2018, dimana sepanjang tahun 2018 kasus terendan sebanyak 150 penderita pada bulan Juni, sedangkan kasus tertinggi sebanyak 300 penderita pada bulan Maret. (Grafik 1).

Grafik 2 Jumlah Penderita Hipertensi pada Pekerja PPSU

Jumlah Penderita Hipertensi pada Pekerja PPSU Hipertensi 18%

Tekanan darah normal Hipertensi

Tekanan darah normal 82%

Jumlah Penderita Hipertensi pada Pekerja PPSU kelurahan Kedaung Kali Angke pada saat dilakukan penelitian adalah 10 orang atau sebesar 18% sedangkan 45 pekerja PPSU memiliki tekanan darah normal (82%). (Grafik 2).

4.5

Karakteristik Responden Seluruh petugas PPSU yang hadir dalam Mini Lokakarya diikutsertakan sebagai

responden penelitian. Saat dilakukan pretest responden yang hadir sebanyak 63 orang, sedangkan saat posttest responden yang hadir sebanyak 66 orang. Sedangkan responden yang mengikuti pre test dan post test sebanyak 55 orang. Sehingga jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 55 orang. Karakteristik responden dikelompokkan menjadi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan.

4.5.1 Usia

Usia ≥51 th 22%

20-30 th 24%

20-30 th 31-40 th

41-50 th ≥51 th

31-40 th 20% 41-50 th 34%

Grafik 1 Distribusi Usia

Distribusi usia yang menjadi responden penyuluhan paling banyak usia 41-50 tahun sebanyak 35%, usia 20-30 tahun sebanyak 24% dan usia ≥ 51 tahun sebanyak 22% distibusi usia yang paling rendah adalah usia 31-40 tahun, yakni 20%.

4.5.2 Jenis Kelamin

Jenis Kelamin 5.45

Laki-laki Perempuan

94.55

Grafik 2 Distribusi Jenis Kelamin

Responden penelitian ini didominasi oleh jenis kelamin Laki-laki sebanyak 95%. Adapun jenis kelamin perempuan sebanyak 5%. 4.5.3 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan Tidak sekolah 14%

SD 13%

SD SMP 24%

SMP SMA / Sederajat Tidak sekolah

SMA / Sederajat 49%

Grafik 3 Distribusi Tingkat Pendidikan

Pada penelitian ini distribusi tingkat pendidikan terbanyak pada lulusan SMA dan setara SMK yakni 49%. Proporsi tingkat pendidikan SMP sebanyak 24%. Responden yang tidak sekolah sebanyak 15%. Sedangkan responden yang lulusan SD merupakan proporsi yang paling kecil, yaitu 13%. 4.6

Data dan Diskusi Hasil Kegiatan Penyuluhan Tabel 3.Nilai Pretest dan Postest Pengetahuan Peserta Mini Lokakarya No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Jumlah Soal Benar Pretest Postest 6 7 4 4 6 3 8 8 5 2 5 5 8 6 5 7 5 6 7 8 5 9 6 9 8 5 5 6 7 6

7 9 7 9 6 3 9 10 9 3 6 8 9 8 6 9 6 8 9 9 6 9 6 9 9 7 5 8 8 10

Keterangan Naik Naik Naik Naik Tetap Tetap Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Tetap Tetap Tetap Naik Naik Tetap Naik Naik Naik

31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55

7 8 3 7 6 7 9 7 5 6 7 7 5 8 5 5 7 7 5 7 8 6 5 8 9

8 9 7 7 10 8 9 9 6 7 8 10 7 9 5 6 9 9 6 9 8 7 10 10 9

Naik Naik Naik Tetap Naik Naik Tetap Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik Tetap Naik Naik Naik Naik Naik Tetap Naik Naik Naik Tetap

Tabel 4. Hasil Pengolahan Data Pretest dan Postest Peserta Mini Lokakarya Pengetahuan Peserta Nilai Rata-rata Jumlah Nilai Naik

Pretest

Postest

6.27

7.28

44 (80%)

Julmlah Nilai Turun

0 (0%)

Jumlah Nilai Tetap

11 (20%)

Jumlah Soal Benar Tertinggi

9

10

Jumlah Soal Benar Terendah

2

3

Peningkatan Nilai

16.10%

Nilai rata-rata responden penelitian saat pretest adalah 6.27 dan saat posttest adalah 7.28. Hal ini mengalami kenaikan nilai rata-rata sebesar 16.10% dengan sebanyak 80% peserta mengalami kenaikan pada saat posttest. Dalam penelitian ini tidak ditemukan peserta

dengan penurunan nilai saat posttest dan sebanyak 11 peserta (20%) memiliki nilai yang sama pada saat pretest dan posttest. Jumlah soal benar tertinggi pada saat pretest adalah 9 soal dari 10 soal yang diberikan dan mengalami peningkatan menjadi 10 soal pada saat posttest. Adapun jumlah soal benar terendah saat pretest adalah 2 soal dari 10 soal yang diberikan dan mengalami peningkatan menjadi 3 soal dari 10 soal yang diberikan (Tabel 3 dan Tabel 4).

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1

Kesimpulan Dari hasil pendataan penyuluhan hipertensi pada pekerja PPSU Kelurahan Kedaung

Kali Angke didapatkan 10 responden yang menderita hipertensi. Intervensi yang diberikan meliputi pengukuran tekanan darah, penyuluhan, dan pembagian leaflet mengenai hipertensi. Setelah diberikan intervensi didapatkan hasil berupa peningkatan nilai posttest. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengukuran tekanan darah, penyuluhan dam pemberian leaflet diharapkan mampu membantu pencapaian target tekanan darah. 5.2

Saran 

Perlu ditingkatkan kegiatan sosialisasi tentang penyakit tekanan darah tinggi.



Diadakannya pemeriksaan tekanan darah secara rutin kepada petugas PPSU agar dapat terdeteksi.



Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang dapat menyebabkan tercapai atau tidaknya target tekanan darah pada pekerja PPSU.

Daftar Pustaka

1. Gunawan, Hipertensi, Jakarta: PT Gramedia, 2001; 10. 2. World Health Organization. The World Health Report 2002: Risk to Health 2002. Geneva: World Health Organization. 3. Thomas M. Habermann, , Amit K. Ghosh. Mayo Clinic Internal Medicine Concise Textbook. 1st edition. Canada: Mayo Foundation for Medical Education and Research:2008. 4. Staessen A Jan, Jiguang Wang, Giuseppe Bianchi, W.H. Birkenhager, Essential Hypertension, The Lancet,2003; 1629-1635. 5. Soenarta Ann Arieska, Konsensus Pengobatan Hipertensi. Jakarta: Perhimpunan Hipertensi Indonesia (Perhi), 2005; 5-7. 6. Cowley AW Jr. The genetic dissection of essential hypertension. Nat Rev Genet. 2006 :829–40. 7. Chobanian AV et al. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure: the JNC 7 report. JAMA. 2003 :2560–72. 8. Kasper, Braunwald, Fauci, et al. Harrison’s principles of internal medicine 17th edition. New York: McGrawHill:2008 9. McPhee, Stephen J, et al. Current Medical Diagnosis and Treatment 2009. New York: McGrawHill: 2009 10. Norman M. Kaplan. Kaplan's Clinical Hypertension 9th edition. Philadelphia, USA: Lippincott Williams & Wilkins:2006 11. Horacio J, Nicolaos E. Sodium and Potassium in the Pathogenesis of Hypertension.N Engl J Med 2007;356:1966-78 12. Institute for Clinical Systems Improvement (ICSI). Hypertension Diagnosis and Treatment. Bloomington (MN): Institue for Clinical Systems Improvement (ICSI); 2008 October 13. 2003 World Health Organization (WHO)/International Society of Hypertension (ISH) statement on management of hypertension. J Hypertens 2003;21:1983-1992

Related Documents

Mini Project
April 2020 15
Mini Project
June 2020 13
Tqm Mini Project
June 2020 10
Laporan Mini Project
June 2020 5

More Documents from ""