Perbedaan Akmen Dan Akt Keuangan.docx

  • Uploaded by: Yudistira Baguz
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Perbedaan Akmen Dan Akt Keuangan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 15,121
  • Pages: 65
1

perbedaan akmen dan akt keuangan

edua subsistem akuntansi tersebut berbeda tujuan, sifat masukan, dan jenis proses yang digunakan untuk mengubah masukan menjadi keluaran Beberapa perbedaan tersebut antara lain: 1. Pengguna Utama Akuntansi manajemen berfokus pada kebutuhan informasi dari pengguna internal, sedangkan akuntansi keuangan berfokus pada informasi bagi pengguna eksternal. 2. Pembatasan pada Masukan dan Proses Akuntansi manajemen tidak bergantung pada prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum. SEC, PCAOB, dan FASB menetapkan prosedur akuntansi yang harus diikuti untuk pelaporan keuangan. Masukan dan proses dari akuntansi keuangan harus jelas dan terbatas. Hanya kegiatan ekonomi tertentu yang memenuhi kualifikasi sebagai masukan dan prosesnya harus mengikuti metode yang diterima secara umum. Tidak seperti akuntansi keuangan, akuntansi manajemen tidak mempunyai lembaga khusus yang mengatur format, isi, dan aturan dalam memilih masukan, proses, dan penyusunan laporan. Manajer bebas memilih informasi apa pun yang mereka inginkan, asalkan dapat dibenarkan atas dasar analisis biaya manfaat. 3. Jenis Informasi Pembatasan dalam akuntansi keuangan cenderung menghasilkan informasi keuangan yang objektif dan dapat diverifikasi. Dalam akuntansi manajemen, informasi yang dihasilkan dapat berupa informasi keuangan dan non-keuangan, serta bersifat lebih subjektif. 4. Orientasi Waktu Akuntansi keuangan memiliki orientasi historis. Fungsinya adalah mencatat dan melaporkan kegiatan-kegiatan yang telah terjadi. Walaupun akuntansi manajemen juga mencatat dan melaporkan kejadian-kejadian yang telah terjadi, akuntansi manajemen lebih menekankan pada penyediaan informasi kegiatan-kegiatan di masa mendatang. Orientasi masa depan ini dibutuhkan karena akan digunakan untuk mendukung fungsi manajerial dari perencanaan dan pengambilan keputusan. 5. Tingkat Agregasi Akuntansi manajemen menyediakan ukuran dan laporan internal yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja berbagai entitas, lini produk, departemen, dan manajer. Informasi yang sangat terperinci dibutuhkan dan disediakan. Di lain pihak, akuntansi keuangan berfokus pada kinerja perusahaan secara keseluruhan dan memberikan sudut pandang yang lebih agregat. 6. Keluasan

Akuntansi manajemen jauh lebih luas daripada akuntansi keuangan. Akuntansi manajemen meliputi aspek-aspek ekonomi manajerial, rekayasa industri, ilmu manajemen, dan berbagai bidang lainnya. Untuk memudahkan memahami perbedaan Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Keuangan di atas, berikut adalah ringkasan dari perbedaan-perbedaan tersebut. Akuntansi Manajemen Akuntansi Keuangan 1. Fokus internal 1. Fokus eksternal 2. Tidak ada aturan yang mengikat 2. Harus mengikuti aturan tertentu dari pihak eksternal 3. Informasi keuangan dan non3. Informasi keuangan yang bersifat keuangan bersifat subjekif objektif 4. Penekanan pada masa mendatang 5. Evaluasi dan keputusan internal 4. Penekanan pada masa lalu (historis) didasarkan atas informasi yang sangat 5. Informasi mengenai perusahaan terperinci secara keseluruhan 6. Sangat luas dan multidisiplin 6. Lebih independen

2

biaya differensial (pengertian dan contoh)

Biaya Diferensial Mulyadi (2002:118) menyatakan: “ Biaya diferensial adalah biaya masa yang akan datang yang diperkirakan akan berbeda (differ) atau terpengaruh oleh suatu pengambilan keputusan pemilihan diantara berbagai macam alternative -alternatif”. Supriyono (2002:399) menyatakan: “ Biaya diferensial adalah biaya yang berbeda pada berbagai alternative pengambilan keputusan yang mungkin untuk dipilih”. Biaya diferensial adalah biaya masa yang akan datang yang diperkirakan akan berbeda (differ) atau terpengaruh oleh suatu pengambilan keputusan pemilihan di antara berbagai macam alternatif. Oleh karena itu, biaya tersebut relevan dengan analisis yang dilakukan oleh manajemen dalam pengambilan keputusan. Perbedaan biaya penuh dengan biaya diferensial Biaya diferensial (differential cost) berbeda dengan biaya penuh (full cost) dalam 3 aspek berikut ini: (1) unsur biaya, (2) sumber informasi, dan (3) perspektif waktu. Unsur yang membentuk biaya penuh suatu produk adalah terdiri dari biaya langsung yang berkaitan dengan produk ditambah dengan bagian biaya tidak langsung yang dibebankan kepada produk tersebut. Biaya diferensial hanya meliputi biaya yang berbeda dalam kondisi tertentu saja. Jika pengambilan keputusan berkaitan dengan pemanfaatan kapasitas produksi, pemahaman mengenai perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan sangat penting untuk dapat membentuk biaya diferensial yang akan dipakai sebagai dasar pemilihan alternatif tindakan. Cara yang biasanya ditempuh untuk mengumpulkan biaya diferensial adalah dengan merancang sistem akuntansi sedemikian rupa sehingga memudahkan penaksiran biaya diferensial tersebut sesuai dengan masalah tertentu yang sedang dihadapi oleh pengambil keputusan. Sistem akuntansi harus dapat memisahkan biaya menurut perilakunyan dan memisahkan biaya menurut hubungan biaya dengan berbagai cost objectives. Biaya diferensial bermanfaat sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Dalam pengambilan keputusan yang hanya menyangkut dua macam alternatif, alternatif pertama diperlakukan sebagai status quo, sedangkan alternatif yang lain diperlakukan sebagai usulan. Jika alternatif usulan mempunyai biaya diferensial yang lebih rendah dibanding dengan biaya diferensial alternatif status quo, maka alternatif usulan dapat diterima (dengan anggapan informasi nonkuantitatif tidak berlawanan dengan manfaat penghematan biaya tersebut). jika pengambilan keputusan berkaitan dengan pemilihan satu di antara berbagai alternatif, maka alternatif yang mempunyai biaya diferensial yang paling rendah yang

seharusnya diterima. Contoh keputusan yang memerlukan biaya diferensial adalah: perubahan metode, perencanaan kegiatan, membuat atau membeli, dan kuantitas yang dipesan. Contoh keputusan yang memerlukan informasi baik biaya diferensial maupun pendapatan diferensial adalah: analisis penawaran/permintaan/harga, penetapan harga kontribusi, penghentian produksi suatu produk, penambahan jasa, penjualan atau pengolahan lebih lanjut, dan pemilihan berbagai taktik pemasaran.

3 biaya tetap dan variable (pengertian dan contoh) Menurut Perilaku dalam Kaitannya dengan Perubahan Volume Kegiatan, biaya dibagi menjadi 4, yaitu (1). Biaya Tetap (fixed cost),biaya yang jumlahnya tetap konstan tidak dipengaruhi perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai tingkat kegiatan tertentu, contohnya; gaji direktur produksi. (2). Biaya Variabel (variable cost), biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas, contoh; biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung. (3). Biaya Semi Variabel, biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel, contoh; biaya listrik yang digunakan. (4). Biaya Semi Fixed, biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. Tabel Perbandingan Biaya Tetap

Biaya Variabel

Pengertian

Biaya yang tetap sama, terlepas dari volume yang dihasilkan, dikenal sebagai biaya tetap

Biaya yang berubah dengan perubahan hasil diperhitungkan sebagai biaya variabel

Sifat

Tergantung waktu

Tergantung volume

Terjadi ketika

Biaya tetap itu pasti, biaya tetap terjadi baik unit yang dihasilkan ada atau tidak

Biaya variable terjadi hanya ketika unit dihasilkan

Biaya satuan

Biaya tetap berubah pada unit, yaitu sebagaimana unit yang dihasilkan menambah, biaya tetap per unit turun dan sebaliknya, jadi biaya tetap per unit terbalik sebanding dengan jumlah hasil yang diproduksi

Biaya variable tetap sama, tiap unit

Perilaku

Tetap konstan untuk periode waktu tertentu

Berubah seiring perubahan level output

Kombinasi dari

Biaya Overhead Produksi, Biaya Overhead administrasi dan Overhead Distribusi dan Penjualan Tetap

Berubah seiring perubahan level output Material Lansung, Pekerja Langsung, Pengeluaran Langsung,

Overhead Produksi Tetap, Overhead Distribusi dan Penjualan Variabel Contoh

Depresiasi, sewa, gaji, asuransi, pajak, dll

Material yang dipakai, upah, komisi penjualan, biaya packing, dll

4 Penggolongan atau macam-macam biaya Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan menjadi beberapa macam. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal konsep: “different costs for different purpose”. Biaya dapat digolongkan menurut: 1. Objek pengeluaran. 2. Fungsi pokok dalam perusahaan. 3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai. 4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. 5. Jangka waktu manfaat. A. Penggolongan Biaya Menurut Objek Pengeluaran Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut “biaya bahan bakar”. Contoh penggolongan biaya atas dasar objek pengeluaran dalam Perusahaan Kertas adalah sebagai berikut: biaya merang, biaya jerami, biaya gaji dan upah, biaya soda, biaya depresiasi mesin, biaya asuransi, biaya bunga, biaya zat warna. B. Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok Dalam Perusahaan Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi & umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok: 1. Biaya produksi. 2. Biaya pemasaran. 3. Biaya administrasi dan umum. Biaya produksi, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan ekuipmen, biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi. Biaya Pemasaran, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran, biaya contoh (sample). Biaya administrasi dan umum, merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan Bagian Keuangan, Akuntansi, Personalia dan Bagian Hubungan Masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan, biaya photocopy.

C. Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya Dengan Sesuatu Yang Dibiayai Dalam hubungan dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan: 1. Biaya Langsung (direct cost) 2. Biaya tidak langsung (indirect cost) Biaya Langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Dengan demikian biaya langsung ini akan mudah diidentifikasikan dengan sesuatu yang dibiayai. Biaya langsung terdiri daribiaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik. Biaya ini tidak mudah diidentifikasikan dengan produk tertentu. Contoh biaya tidak langsung, gaji mandor. D. Penggolongan Biaya Menurut Perilakunya dalam Hubungannya dengan Perubahan Volume Aktivitas Dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat digolongkan menjadi: 1. Biaya variabel Adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung. 2. Biaya semivariabel Adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiayan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel. 3. Biaya semifixed Adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. 4. Biaya tetap Adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh biaya tetap adalah gaji direktur produksi. E. Penggolongan Biaya Atas Dasar Jangka Waktu Manfaat Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Pengeluaran Modal (capital expenditure) Adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender). Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai kos aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi, diamortisasi atau dideplesi.

Contoh pengeluaran modal adalah pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap, untuk reparasi besar terhadap aktiva tetap, untuk promosi besar-besaran, dan pengeluaran untuk riset dan pengembangan suatu produk. Karena pengeluaran untuk keperluan tersebut biasanya melibatkan jumlah yang cukup besar dan memiliki manfaat lebih dari satu tahun, maka pada saat pengeluaran tersebut dilakukan, pengorbanan tersebut diperlakukan sebagai pengeluaran modal dan dicatat sebagai kos aktiva (misalnya sebagai kos aktiva tetap atau beban yang ditangguhkan). Periode akuntansi yang menikmati manfaat pengeluaran modal tersebut dibebani sebagian pengeluaran modal tersebut berupa biaya depresiasi, biaya amortisasi, atau biaya deplesi. 2. Pengeluaran Pendapatan (revenue expenditure) Adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut. contoh pengeluaran pendapatan antara lain adalah biaya iklan, biaya telex, dan biaya tenaga kerja.

5

ruang lingkup laporan yang dihasilkan akmen

Ruang Lingkup - Akuntansi Keuangan Laporan akuntansi keuangan menyajikan informasi keuangan mengenai perusahaan secara keseluruhan. Contoh : Neraca, Laporan Laba Rugi, ataupun Laporan Perubahan Ekuitas. Karena akuntansi keuangan akan dipakai oleh pihak luar, maka informasi yang dihasilkan dan disajikan adalah tentang ringkasan dan gambaran kondisi keuangan perusahaan secara keseluruhan. - Akuntansi Manajemen Ruang lingkup Akuntansi Manajemen cenderung lebih sempit. Tidak fokus terhadap perusahaan sebagai satu entitas bisnis namun lebih detail lagi karena informasi yang dihasilkan bertujuan untuk melaporkan suatu bagian yang ada dalam perusahaan. Misalnya bagian pemasaran, bagian produksi dan yang lain. Meskipun begitu, tingkat kompleksitas ruang lingkup informasi yang dihasilkan oleh Akuntansi Manajemen nanti akan sejalan dengan berbagai tingkat manajemen yang terlibat langsung dalam membuat suatu keputusan.

6

sifat laporan yang dihasilkan akmen

Sifat Informasi - Akuntansi Keuangan Sifat atas informasi dari akuntansi keuangan membutuhkan tingkat ketepatan yang sangat tinggi, obyektif, bisa diuji kebenarannya, serta akurat. Karena para penggunanya adalah pihak dari luar perusahaan. Dalam mendapatkan tingkat ketepatan yang tinggi, pihak manajemen perusahaan terkadang wajib mempergunakan layanan jasa dari pihak ketiga yang independen dan bebas dari berbagai kepentingan bentuk apapun. Untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan perusahaan yang telah disusun, yaitu akuntan publik atau yang lebih dikenal sebagai auditor. - Akuntansi Manajemen Akuntansi manajemen memberkan informasi yang bisa membantu manajemen dalam pengambilan suatu keputusan yang berhubungan langsung dengan kebijakan perusahaan.Baik untuk keputusan perencanaan, pengorganisasiian, pengarahan, serta pengendalian.Pengambilan keputusan yang berhubungan langsung dengan kebijakan dalam sebuah perusahaan selalu menyangkut masa mendatang (future). Oleh karenanya akuntansi manajemen tak hanya mengandalkan satu disiplin ilmu akuntansi saja tetapi juga mengambil disiplin ilmu yang lain seperti disiplin ilmu manajemen.Hal ini bertujuan untuk mengatasi dan mengatur sumber daya serta waktu perusahaan.

1. 2. 3. 4.

B.

1.

2. 3. 4. 5.

7 . Pengertian ABC menurut Para Ahli Menurut Amin Wijaya Tunggal (2009:2) Activity-Based Costing adalah: “Metode costing yang mendasarkan pada aktivitas yang didesain untuk memberikan informasi biaya kepada para manajer untuk pembuatan keputusan stratejik dan keputusan lain yang mempengaruhi kapasitas dan biaya tetap”. Pengertian ABC (Activity Based Cost) sistem dalam Mulyadi (2003:25) merupakan: “sistem informasi biaya yang menyediakan informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan personil perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas”. Activity Based Costing sistem menurut Mulyadi (2003:94) mempunyai berbagai manfaat berikut ini: Menyediakan informasi berlimpah tentang aktivitas yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi customer. Menyediakan fasilitas untuk menyusun dengan cepat anggaran berbasis aktivitas (activity-based budget). Menyediakan informasi biaya untuk memantau implementasi rencana pengurangan biaya. Menyediakan secara akurat dan multidimensi kos produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. ABC sistem kemudian diterapkan ke semua biaya pada perkembangan yang lebih lanjut, mulai dari biaya desain, biaya produksi, biaya penjualan, biaya pasca jual, sampai biaya administrasi dan umum. ABC sistem menggunakan aktivitas sebagai titik pusat (focal point) untuk mempertanggungjawabkan biaya. Asumsi Dasar Pada ABC System Activity Based Costing System timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk. Kebutuhan akan informasi biaya yang akurat tersebut disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: Persaingan global (Global Competition) yang dihadapi perusahaan manufaktur memaksa manajemen untuk mencari berbagai alternatif pembuatan produk yang cost effective. Penggunaan teknologi maju dalam pembuatan produk menyebabkan proporsi biaya overhead pabrik dalam product cost menjadi dominan. Untuk dapat memenangkan persaingan dalam kompetisi global, perusahaan manufaktur harus menerapkan market–driven strategy. Market–driven strategy menuntut manajemen untuk inovatif. Pemanfaatan teknologi komputer dalam pengolahan data akuntansi memungkinkan dilakukannya pengolahan berbagai informasi biaya yang sangat bermanfaat dengan cukup akurat.

C.

1. 2. 3. 4. D.

1. a. b. c. d. 2. a. b. c. d.

Manfaat Activity Based Costing System Manfaat yang bisa diperoleh dari penggunaan sistem activity based costing system adalah : Memperbaiki kualitas pembuatan keputusan. Menyediakan informasi biaya berdasarkan aktifitas, sehingga memungkinkan manajemen melakukan manajemen berbasis aktivitas (activity based management). Perbaikan berkesinambungan terhadap aktivitas untuk mengurangi biaya overhead pabrik. Memberikan kemudahan dalam estimasi biaya relevan. Kelebihan dan Kelemahan Metode Activity Based Costing (ABC) Sebuah sistem yang ada tidak selalu memberikan nilai positif bagi sebuah perusahaan yang menggunakannya tetapi ternyata dapat juga memberikan nilai negatif bagi perusahaan. Sistem Activity Based Costing ternyata memiliki juga kelemahan yang harus diperhitungkan pula oleh perusahaan yang menggunakannya. Kelebihan dari sistem ABC Dapat mengatasi diversitas volume dan produk sehingga pelaporan biaya produknya lebih akurat. Mengidentivikasi biaya overhead dengan kegiatan yang menimbulkan biaya tersebut. Dapat mengurangi biaya perusahaan dengan mengidentifikasi aktivitas yang tidak bernilai tambah. Memberikan kemudahan kepada manajemen dalam melakukan pengambilan keputusan. Kelemahan dari sistem ABC Mengharuskan manajer melakukan perubahan radikal dalam cara berfikir mereka mengenai biaya, yang pada awalnya sulit bagi manajer untuk memahami ABC. Tidak menunjukkan biaya yang akan dihindari dengan menghentikan memproduksi lebih sedikit produk. Memerlukan upaya pengumpulan data yang diperlukan guna keperluan persyaratan laporan keuangan. Implementasi sistem ABC belum dikenal dengan baik sehingga prosentase penolakan terhadap sistem ini cukup besar

8 Manfaat variabel cost Dalam pengendalian biaya variable costing menyediakan informasi yang lebih baik untuk mengendalikan biaya-biay aperiode dibandingkan dengan metode full costing Di dalam variable costing biaya-biaya periode yang bersifat tetap dikumpulkan dan disajikan secara terpisah dalam laporan rugi laba sebagai pengurang terhadap laba kontribusi. Biaya tetap ini dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan yaitu discretionary fixed costs dan committed fixed costs. Discretionary fixed costs merupakan biaya yang berperilaku tetap karena kebijakan manajemen biaya ini dalam jangka pendek dapat dikendalikan manajemen. Contohnya adalah biaya iklan yang ditetapkan sebesar Rp 5.000.000 per bulan. Committed fixed costs merupakan biaya yang timbul dari pemilikan pabrik, peralatan, dan organisasi pokok. Perilaku committed fixed costs dapat ditentukan dengan jelas dengan cara mengamati biaya tetap yang terjadi jika kegiatan perusahaan dihentikan sama sekali. Committed fixed costs adalah semua biaya tetap yang dikeluarkan yang tidak dapat dikurangi guna memeprtahankan kemampuan perusahaan dalam memenuhi tujuan jangka panjang perusahaan. Contoh committed fixed cocts adalah biaya depresiasi, sewa, asuransi, dan gaji karyawan. Dalam jangka pendek committed fixed costs tidak dapat dikendalian manajemen. Dengan dipisahkannya biaya tetap dalam kelompok tersendiri dalam laporan rugi laba variable costing, manajemen dapat memperoleh informasi discretionary fixed costs terpisah dari committed foxed costs, sehingga pengendalian biaya tetap dalam jangka pendek dapat dilakukan oleh manajemen. 2. Dalam pengambilan keputusan variable costing menyajikan data yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan jangka pendek. Dalam keputusan jangka pendek yang menyangkut : a perubahan volume kegiatan yaitu biaya-biaya periode tidak relevan karena tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan. Variabel costing khususnya bermanfaat untuk penentuan harga jual jangka pendek. Seperti pada apabila perusahaan menerima pesanan sebesar Rp 85 dan menggunakan metode full costing maka akan terjadi kerugian sebesar Rp 5. Namun menurut metode variable costing akan didapatkan laba kontribusi sebesar Rp 31. Hal ini menandakan bahwa kemungkinan masih ada kapasitas yang belum terpakai. Jadi menurut metode full costing penjualan harus bisa menutup semua biaya. Sedangkan menurut metode variable costing penjualan lebih baik dilihat untuk bisa menutupi biaya (concept of recovery cost) yang berubah dalam jangka pendek.

b Keputusan membeli atau membuat sendiri. Contoh PT Utama sejahtera memerlukan suku cadang yang apabila dibuat sendiri akan menghasilkan biaya produksi standar sebagai berikut :

Apabila membeli dari pemasok luar akan memerlukan biaya pembelian sebesar Rp 75. Berarti ada penghematan biaya kalau membeli, sebesar Rp 15. Sebetulnya di dalam pembelian ini biaya tetap tidak relevan dalam pengambilan keputusan membeli. Apabila dianalisis dengan metode variable costing maka pembelian tersebut justru akan menghasilkan tambahan biaya sebagai berikut :

9

Metode Full Costing Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang menghitung semua unsur biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur-unsur biaya produksi sebagai berikut: Persediaan awal Biaya bahan baku

xxx xxx

Biaya tenaga kerja langsung

xxx

Biaya overhead pabrik variabel

xxx

Biaya overhead pabrik tetap

xxx +

Total biaya produksi

xxx

Persediaan akhir

(xxx)

Harga pokok produksi xxx Dalam metode full costing, overhead pabrik, baik yang berperilaku tetap maupun variabel, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang telah ditentukan pada kapasitas normal atau atas dasar overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu, overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk dalam proses dan persediaan produk jadi yang belum laku dijual dan baru dianggap sebagai biaya ( unsur harga pokok penjualan) apabila produk jadi tersebut telah terjual.

10

Penyusutan Metode Jumlah Angka Tahun | Sum of The Years Digit Method

Pada dasarnya, Metode penyusutan aset tetap berdasarkan jumlah angka tahun mempunyai dasar konsep yang mirip dengan konsep metode penyusutan saldo menurun. Metode jumlah angka tahun merupakan penyusutan dipercepat berdasar pada pertimbangan biaya maintenance (perawatan) serta perbaikan aktiva tetap semakin lama cenderung bertambah seiring pertambahan usia aktiva tetap itu sendiri. Layaknya metode saldo menurun, semakin lama aset tetap beroperasi, maka tingkat aus-nya semakin tinggi. Butuh biaya pemeliharaan yang makin tinggi dengan kontribusi bagi perusahaan yang menurun, tidak se "joss" saat awal awal aset tetap tersebut di peroleh. Mesin contohnya, makin lama makin menurun performanya. tidak seperti awal awal mesin baru, mesin yang lebih lama cenderung menurun performanya. Nilai penyusutan yang berkurang pada periode berikutnya akan diimbangi oleh meningkatnya biaya maintenance dan juga perbaikan. Mesin tua kerjanya sudah tidak optimal, cepat rusak pula Dalam menentukan tarif penyusutan aset tetap dalam bentuk pecahan yang diitung dengan cara: 

Pembilang (numerator) menggunakan angka tahun dimulai tahun yang terbesar ke tahun terkecil.

 Penyebut (denumerator) adalah jumlah angka tahun. Contoh, jika umur ekonomis aset adalah selama 4 tahun maka penyebut bilangan (angka) pecahannya adalah jumlah angka tahun yaitu 1 + 2 + 3 + 4 = 10. Angka pembilang tahun ke-1 hingga tahun ke-4 masing-masing adalah 4,3,2, dan 1. Tarif penyusutan tahun ke-1 adalah 4/10, tahun ke-2 adalah 3/10, tahun ketiga 2/10 serta terakhir tahun keempat 1/10. Contoh soal penyusutan metode jumlah angka tahun Pada tanggal 2 Januari 2014, PT Foraz membeli sebuah mesin untuk meningkatkan produksinya. Harga perolehan Mesin Sebesar Rp 135.000.000,00 dengan taksiran nilai sisa (salvage value) sebesar Rp 15.000.000,00. Dan ditaksir, mesin tersebut hanya mampu berproduksi sampai dengan 4 tahun ! Perhitungan: JAT (Jumlah Angka Tahun) : 1+2+3+4 = 10 Dasar Penyusutan = Rp 135.000.000,00 - Rp 15.000.000,00

= Tahun 1. 2 3 4

Tarif 4/10 3/10 2/10 1/10

Rp 120.000.000,00

Dasar Penyusutan Rp. 120.000.000,00 Rp. 120.000.000,00 Rp. 120.000.000,00 Rp. 120.000.000,00

Penyusutan Rp. 48.000.000,00 Rp. 36.000.000,00 Rp. 24.000.000,00 Rp. 12.000.000,00

Pencatatan: Jurnalnya sama saja dengan metode garis lurus ataupun saldo menurun. 31 Desember 2014 Debit | Depreciation Kredit | Accumulated Depreciation

Rp 48.000.000 Rp 48.000.000

Untuk tahun berikutnya juga sama jurnalnya 31 Desember 2015 Debit | Depreciation Kredit | Accumulated Depreciation

Rp 36.000.000 Rp 36.000.000

Begitupun dengan jurnal jurnal tahun berikutnya, sama. hanya angka yang berbeda :) tidak perlu saya tulis, nanti jadi panjang.. he he Mudah bukan? eh tunggu,.. bagaimana jika aset tetap yang diperoleh, tidak pada awal tahun? Pada contoh di atas tanggal 2 januari, bagaimana jika seandainya aset tetap diperoleh misalnya, terjadi pada bulan 12 Agustus ? heh ? Ok, sebenarnya dasarnya sama saja, tapi pengerjaannya agak lebih lama sedikit. Pada tahun 2014, aset cuma digunakan selama 5 bulan saja. Perhitungan tarifnya tetap, hanya di bagi selama 5 bulan dari 12 bulan yang ada Penyusutan tahun 2014

= =

4/10 x 5/12 x 120.000.000 Rp 20.000.000

Penyusutan tahun 2014

: :

4/10 x 7/12 x 120.000.000 3/10 x 5/12 x 120.000.000

= Rp 28.000.000 = Rp 15.000.000 = Rp 43.000.000

(+ )

# Dari mana angka 7/12 ? # Dan mengapa tarif tahun 2015 masih menggunakan tarif tahun pertama (4/10)? Karena pada tahun pertama, tarif 4/10 hanya digunakan selama 5 bulan saja. Maka sisanya 7 bulan digunakan pada penyusutan tahun ke dua, dan setelah tahun kedua dihitung dengan tarif tahun pertama selama 7 bulan, (7/12) Maka sisa 5 bulan berikutnya menggunakan tarif tahun berikurnya (3/10) Begitu juga dengan tahun tahun berikutnya, pengerjaannya sama saja. Pencatatan jurnalnya pun juga sama saja, tapi hanya berbeda di angka penyusutannya yang dihasilkan. Notes: Metode Penyusutan Jumlah Angka Tahun ini jarang sekali digunakan, karena pertimbangan perpajakan, di sini, aturan perpajakan membatasi metode ini. 1. Metode jumlah angka tahun Metode ini diterapkan dengan cara menjumlahkan angka-angka dari taksiran umur ekonomis, kemudian perhitungan penyusutan dimulai dari angka tertinggi dari umur aktiva yang terkait dan selanjutnya menurun secara berurutan. Misalnya, pembelian suatu aktiva pada awal tahun seharga Rp 50.000.000,- dengan nilai sisa Rp 5.000.000,- dan perkiraan umur ekonomis diperkirakan 5 tahun. Jumlah penyebut dilakukan dengan menjumlahkan angka tahun : 5+4+3+2+1 = 15

11 Sifat2 biaya Pada bagian ini akan dibicarakan biaya-biaya lain yakni: biaya-biaya pabrik (sering pula disebut biaya overhead pabrik). Dalam mengadakan perencanaan dan pengawasan biaya sangat perlu diketahui sifatsifat biaya. Pada dasarnya menurut sifatnya dikenal 3 (tiga) macam biaya yakni : - Biaya tetap (fixed cost) Yaitu biaya-biaya yang cenderung untuk bersifat constant secara total dari bulan ke bulan, tanpa terpengaruh oleh volume kegiatan, dengan beberapa asumsi tertentu seperti kebijaksanaan management, periode waktu dan lainlain. Biaya-biaya yang termasuk kategori biaya tetap ini antara lain adalah: gaji, pajak kekayaan, asuransi , penyusutan (kecuali yang menggunakan performance method). - Biaya variable (variable cost) Yaitu biaya-biaya yang secara total selalu mengalami perubahan, di mana perubahan itu searah dan sebanding dengan perubahan tingkat kegiatan. Dalam hal ini tingkat kegiatan perusahaan dinyatakan dalam satuan aktivitas (activity base), seperti jam buruh langsung (DLH) jam mesin (DMH) dan unit barang (kg, liter dan lain-lain). Biaya-biaya yang termasuk katagori biaya variabel antara lain adalah: biaya bahan mentah langsung, biaya tenaga kerja langsung, tenaga (power) - Biaya semi variable (Semi variable cost) Yaitu biaya-biaya yang tidak bersifat tetap, tetapi tidak pula bersifat variabel. Biaya ini mengalami perubahan, tetapi tidak sebanding dengan perubahan tingkat kegiatan. Biaya-biaya yang termasuk kategori biaya semi variabel antara lain adalah : •

biaya tenaga kerja tak langsung



biaya pemeliharaan



biaya peralatan



biaya bahan mentah tak langsung dan lain-lain.

12 Baiya variabel dan semi variabel (2). Biaya Variabel (variable cost), biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas, contoh; biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung. (3). Biaya Semi Variabel, biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel, contoh; biaya listrik yang digunakan.

13 Biaya relevan merupakan biaya yang terjadi pada suatu alternatif tindakan tertentu, tetapi tidak terjadi pada alternatif tindakan lain. Biaya relevan akan mempengaruhi pengambilan keputusan, oleh karena itu biaya relevan harus dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan. Biaya relevan mempunyai cirri khusus, yaitu :Biaya relevan merupakan biaya masa yang akan datang (future cost),bukan biaya masa lalu.Biaya yang berbeda antara dua alternatif atau lebih yang mempengaruhipengambilan keputusan.Pengetian biaya relevan Biaya relevan adalah biay masa memdatang dlam berbagai alternatif untuk mengambil kepoutusan manajemen. Biaya relevan seriring disebut biaya deferensiasial yaitu biaya yang berbeda –beda akibat adanya tingkat priduksi yang berbeda yang mengakibatkan perbedaan biaya tetap. Kedua jenis biaya hakikatnya sama, yakni berbagai alternatif biaya yang disebabkan olelh tingkat produksi. Biaya relevan merupakan hasil pengolahan data historis oleh akuntan intern, oleh ahli yang lainnya. Ia disebut relevan karena berhubungan erat dengan penaaagambilan keputusan manajemen. Ia merupakan biaya masa datang karena digunakan untuk menyusun anggaran, perencanaan laba, dan pengendalian kegiatan yang bertumpu pada priggram jangka pendek dan jangka panjang. Konsep biaya untuk pembuatan keputusan Salah satu tugas manajer adalah membuat keputusan bersadasarkan informasi akuntansi yang relevan. Keputusan itu tersiri dari keputusann rutin dan sehari-hari sesuai dengan fungsi – fungsi manajemen (pemasaran . produksi, dan keuangan). Sedangkan keputusan khkusus adalah keputusan yang hanya kadangkala saja dibuat, yaitu misalnya keputusan tentang: 1. Menolak atau menerima orderan khusus 2. Menetapkan kebijakan harga 3. Menetapkan devisi atau mengembangkan 4. Menentukan laba pada keterbebasan kapasistas 5. Membuat sendiri atau membeli produk Mengindentifikasi biaya dan manfaat yang relevan Hanya biaya yang berbeda secara total di antara yang berbeda secara total di antara yang berbagai alternatif yang termasuk informasi yang relevan dalam membuat keputusan. Jika biaya di antara berbagai alternatif sama maka tidak akan memiliki dampak terhadap biaya dan dapat dia abaikan. Contoh : jika anda memutuskan pergi ke bioskop atau menyewa video tape. Biasanya biaya yang dilakukan pada keputusan

ini di sebut biaya terhindar (avaoidable cost). Avoidble cost adalah biaya yang dapat dihilangkan baik seluruhnya ataupun sebagian dengan memilih salah datu alternatif yang ada. Dan biaya avoidable adalah biaya relevan. Ada dua kategori biaya yang tidak pernah relevan dalam pembuattan keputusan. Biaya tidak relevan tersebut adalah; Sunk cost Future cost yang tidak berbeda di antara berbagai alternatif. Sunk cost adalah biaya yang telah terjadi dan tidak dapat di hindari dari apapun keputusan yang dibuat manajer. Sunk cost akan selalu sama, tidak memiliki pengaruh terhadap berbagai alternatif yang di pertimbangkan, biay tersebut selalu tidak relevan dan sebaiknya diabaikan. Sedangkan future cost yang berbeda diantara alternatif yang tersedia adalahl biaya relevan. Dalam akuntansi manajerial, istilah biaya terhindar (avoidable cost),biaya diferensial (diferential cost), incremental cost, dan biaya relevan selalu digunakan secara bergantian.

14 Biaya Diferensial (Differential Cost) Menurut Samryn (2002 : 37) biaya diferensial yaitu selisih atau perbedaan biaya antara dua alternatif. Pendapatan diferensial yaitu selisih atau perbedaan pendapatan antara dua alternatif. Apabila selisih ini berkenaan dengan pendapatan maka dikenal sebagai pendapatan diferensial. Biaya diferensial (Differential Cost) adalah : a. Biaya tambahan yang terjadi bila perusahaan memilih suatu alternatif dibandingkan dengan alternatif yang lain dalam perubahan volume produksi. b. Jumlah yang mengurangi atau menambah harga pokok produksi bila perusahaan memilih salah satu alternatif. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 16.2) “Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu asset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat estimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung”. Tujuan dari penyusutan aktiva tetap dalam suatu periode akuntansi juga dikemukakan oleh Hongren, Horrison, Robinson, dan Secokusumo (2001 : 509) yaitu : “Tujuan utama dari akuntansi penyusutan adalah untuk menentukan berapa keuntungan yang diperoleh perusahaan, sedangkan kegunaan lainnya adalah untuk memperhitungkan penurunan kegunaan aktiva tetap karena pemakaiannya”. Masa manfaat menurut PSAK No. 17 (2004 : 17.2) adalah : 1.Periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan 2.Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan Masa manfaat dapat dinyatakan dalam periode waktu, seperti bulan, tahun, atau jasa operasi seperti jam kerja atau unit output. Pengalokasian biaya aktiva berdasarkan pengurangan manfaat yang diperoleh dikenal dengan tiga macam istilah yaitu, penyusutan, deplesi, dan amortisasi. a Penyusutan Istilah ini digunakan sebagai aktiva tetap yang dibuat manusia dapat digunakan berulang-ulang dalam produksi, contoh : gedung, pabrik, dan lain-lain. b Deplesi Istilah ini digunakan sebagai penyusutan aktiva tetap yang berupa sumbersumber alam. Aktiva tersebut tidak dapat dipakai secara berulang-ulang dan karena sifat alamiahnya justru menjadi produksi untuk dijual, contoh : lokasi tambang.

c Amortisasi Istilah amortisasi untuk aktiva tidak berwujud, contoh : paten, goodwill, dan copyright. Harga Perolehan (Historical Cost) Harga perolehan aktiva tetap meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan dan penyajiannya agar dapat dipakai. Nilai Residual atau Nilai Sisa Nilai residual adalah jumlah yang diperkirakan dapat direalisasikan pada saat aktiva sudah tidak digunakan lagi. Masa Manfaat Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002 : 17.2) dalam PSAK No. 17 masa manfaat adalah “periode suatu aktiva yang diharapkan digunakan oleh perusahaan, atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan”. Harga Perolehan (Historical Cost) Harga perolehan aktiva tetap meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan dan penyajiannya agar dapat dipakai. 1. Nilai Residual atau Nilai Sisa Nilai residual adalah jumlah yang diperkirakan dapat direalisasikan pada saat aktiva sudah tidak digunakan lagi. 2. Masa Manfaat Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002 : 17.2) dalam PSAK No. 17 masa manfaat adalah “periode suatu aktiva yang diharapkan digunakan oleh perusahaan, atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan”. D=C-S n D = depreciation (beban penyusutan) C = cost (harga perolehan) S = salvage value (nilai residu) n = useful life (taksiran masa manfaat)

a)

Metode pembebanan menurun (decreasing charge depreciation)

 Metode jumlah angka tahun (sum of the year digit method) Metode ini beban penyusutan akan menurun secara bertahap dari tahun ke tahun, karena angka pecahan

dikalikan setiap tahunnya dengan harga perolehan dan dikurangi dengan nilai sisa. Pecahan dihitung dalam periode umur aktiva tersebut. Pembilangannya adalah angkaangka tahun yang ikut menurun, sedangkan penyebutnya adalah hasil jumlah angka tahun dari awal sampai akhir. Misal suatu aktiva taksiran umurnya 5 tahun, maka penyebut pecahan penyusutan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut n n n= n+1 2 Metode saldo menurun /saldo menurun ganda (declining / double declining balance method) Metode Saldo menurun ganda adalah perhitungan beban penyusutan dalam satu periode dengan mengalikan suatu persentase tertentu yang tetap terhadap nilai buku aktiva tetap Berdasarkan penggunaan Metode jam jasa (service hour method) Metode di atas diasumsikan bahwa penurunan umur aktiva tetap dihubungkan langsung dengan jumlah waktu penggunaan aktiva. Sehingga dalam estimasi umur aktiva tersebut diperlukan taksiran usia dalam ukuran jasa jam produksi. Besarnya beban penyusutan menurut metode di atas adalah mengalikan jam jasa aktiva tetap dengan tingkat penyusutan per jam. Perhitungan besar beban penyusutan per jam adalah dengan rumus berikut : Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa / Jumlah Jam Jasa Metode jumlah unit produksi (productive output method) Pada dasarnya sama dengan metode jam jasa. Perbedaannya pada metode sebelumnya menggunakan jam sebagai dasar maka pada metode unit produksi jumlah jam tersebut digambarkan sebagai output atau produksi dalam unit. Rumus untuk mencari besarnya penyusutan per unit adalah sebagai berikut : Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa / Output Untuk mencari besarnya beban penyusutan per tahun adalah jumlah produksi setahun dikali besarnya penyusutan per unit.

15 Pengertian Target biaya atau target costing adalah Target biaya atau target costing adalah metode penentuan biaya produksi dimana perusahaan terlebih dahulu menentukan biaya produksi yang harus dikeluarkan berdasarkan harga kompetitif, dengan demikian perusahaan memperoleh laba yang diharapkan. Target biaya = harga jual – laba yang diharapkan. Terdapat dua alasan mengapa target costing sebaiknya digunakan perusahaan didalam situasi pasar yang sangat kompetitif: Perusahaan tidak dapat menentukan dan mengendalikan harga jual produknya secara sepihak. Sebagian besar biaya produk ditentukan pada tahap design. Siklus biaya (The cost life cycle) Siklus biaya adalah urutan aktivitas biaya dalam perusahaan mulai dari riset dan pengembangan, desain,produksi, pemasaran distribusi dan pelayanan pada pelanggan. Siklus Biaya lanjutan.. Untuk menurunkan biaya sampai kepada tingkat yang dikehendaki tersebut, perusahaan memiliki alternatif sebagai berikut: Mengintegrasikan teknologi pemanufakturan baru, menggunakan teknik-teknik manajemen biaya yang canggih Dengan melakukan desain ulang terhadap produk atau jasa, perusahaan dapat menurunkan biaya sampai tingkat target biaya yang diinginkan. Pengimplementasian target costing Untuk mengimplementasikan metode target biaya didalam perusahaan terdapat serangkaian fase yang harus dilalui oleh perusahaan antara lain: Menentukan harga pasar Menetukan laba yang diharapkan Menghitung target biaya pada harga pasar dikurangi laba yang diharapkan Menggunakan rekayasa nilai untuk mengidentifikasi cara yang dapat digunakan untuk menurunkan biaya produk. Menggunakan kaizen costing dan pengendalian operasional untuk terus menurunkan biaya Teori Kendala Kebalikan dari target biaya yang berfokus pada tahap awal dari siklus biaya adalah teori kendala (theory of constraint). Teori kendala adalah suatu upaya untuk memfokuskan perhatian manajer pada kendala atauy pemborosan, yang memperlambat proses produksi. Pengertian Target Costing Target costing merupakan perbedaan antara harga jual produk atau jasa yang diperlukan untuk mencapai pangsa pasar tertentu dengan laba per satuan yang diinginkan perusahaan. ( Hansen dan Mowen 2009 : 361 ). Harga penjualan

1. 2.

mencerminkan spesifikasi produk atau fungsi yang dinilai oleh pelanggan . Jika target biaya kurang dari apa yang saat ini dapat tercapai, maka manajemen harus menemukan cara untuk melakukan penurunan biaya yang menggerakkan biaya actual ke target biaya. Mengupayakan penurunan biaya adalah tantangan utama dari perhitungan target costing. Disini terdapat dua elemen penting dalam perencanaan produk, yaitu : Konsumen atau pasar pada umumnya menentukan harga yang akan dibayar untuk produk dan fungsi desainnya. Untuk memperluas usaha dimana ada pasar untuk produk yang sama tapi dengan fungsi yang berbeda. Proses Target Costing Proses target costing dibagi menjadi empat langkah utama, yaitu market driven costing, product-level target costing, component-level target costing dan chained target costing. Alat Target Costing Alat utama yang digunakan perancang dalam target costing adalah tear down analysis, value engineering dan reengineering. Tear Down Analysis Tear Down Analysis atau reverse engineering adalah proses untuk mengevaluasi produk pesaing dengan mengidentifikasi kesempatan dalam meningkatkan produk dengan cara mengambil bagian per bagian dari produk pesaing untuk mengidentifikasi fungsi dan desain produk serta untuk membuat kesimpulan tentang proses pembuatan produk. Tear Down Analysismenyediakan pandangan pada biaya dari produk dan mengungkapkan keuntungan dan kerugian yang berhubungan dengan pendekatan desain pada produk. Elemen utama dari tear down analysis adalah benchmarking dimana termasuk perbandingan desain produk percobaan dengan desain pesaing. Value Engineering Quality function deployment merupakan sarana manajemen yang menyediakan suatu struktur untuk mengidentifikasi kebutuhan konsumen yang merupakan kunci pada proses target costing. Perusahaan menggunakannya untuk mengidentifikasi apa yang konsumen inginkan dari produk sebelum desain produk dibuat. Proses ini kemudian membandingkan apa yang konsumen inginkan dengan bagaimana tujuan tim desain untuk memuaskan kebutuhan mereka. Quality function deployment mendukung proses value engineering yang merupakan elemen penting pada proses target costing. Value engineering juga dikenal sebagai value analysis yang merupakan sistematika berdasarkan tim. Pendekatan ini untuk mengevaluasi desain produk dalam memenuhi permintaan untuk mengidentifikasi alternatif yang akan meningkatkan

1.

2.

nilai produk, didefinisikan sebagai rasio dari fungsi untuk harga. Karena itu, ada 2 cara untuk meningkatkan nilai yaitu, penganggaran fungsional yang tetap dan mengurangi biaya atau penganggaran biaya konstan dan meningkatkan fungsi. Value engineering melihat semua elemen produk termasuk bahan mentah, proses manufakturing, tipe pekerja dan peralatan yang digunakan serta keseimbangan antara pembelian dengan komponen yang dihasilkan. Value engineeringmencapai target cost yang diinginkan dengan dua cara : Dengan mengidentifikasi peningkatan desain produk atau bahkan produk baru yang dapat mencapai fungsinya dengan cara yang berbeda, yang mengurangi komponen dan biaya manufaktur dengan tidak mengorbankan fungsinya. Dengan menghapus fungsi yang dapat meningkatkan biaya dan kekomplekan produk. Penentuan Biaya Produksi Dengan Metode Target Costing Target costing merupakan perbedaan antara harga jual produk atau jasa yang diperlukan untuk mencapai pangsa pasar tertentu dengan laba per satuan yang diinginkan perusahaan menurut Hansen dan Mowen 2009 : 361 ). Apabila target cost yang telah dihitung dibawah harga pokok produk yang sekarang dapat tercapai, maka manajemen harus merencanakan suatu program pengurangan biaya untuk menurunkan biaya yang sekarang dikeluarkan untuk menghasilkan produk ke target cost. Kemajuan yang dicapai dari program pengurangan biaya tersebut diukur dengan membandingkan biaya sesungguhnya dengan target cost. Target costingmerupakan sistem akuntansi biaya yang menyediakan informasi bagi manajemen untuk memungkinkan manajemen memantau kemajuan yang dicapai dalam pengurangan biaya produk menuju target cost yang telah ditetapkan. Dengan menggunakan target costing ini maka dapat diketahui berapa biaya produksi yang diperkenankan, yaitu dengan : Biaya produksi = harga jual – laba yang diinginkan perusahaan dari harga jual Sebagai contoh, misalkan sebuah perusahaan X mempertimbangkan memproduksi mesin penggali baru. Spesifikasi produk saat ini dan pangsa pasar yang ditarget meminta harga jual mesin penggali baru adalah Rp 25.000.000,-. Laba yang diinginkan oleh perusahaan adalah Rp 5.000.000,- per unit. Target cost dihitung sebagai berikut : Target cost = Rp 25.000.000,- – Rp 5.000.000,= Rp 20.000.000,Pada saat sekarang ini, biaya produksi sesungguhnya perusahaan adalah Rp23.000.000,-. Dengan demikian pengurangan biaya yang harus dilakukan agar perusahaan dapat mencapaitarget cost adalah sebesar Rp 3.000.000,- (Rp23.000.000,– Rp 20.000.000,-). Perusahaan harus mengupayakan pengurangan biaya dengan menganalisis biaya produksi perusahaan dan mengurangi biaya-biaya yang dapat

1.

2.

dikurangkan untuk mencapai target cost tersebut. Target costing menyajikan informasi perbandingan biaya produk sesungguhnya dengan target costsecara periodik untuk memungkinkan manajemen memantau kemajuan program pengurangan biaya menuju target cost. Tujuan Dan Alasan Menggunakan Target Costing Tujuan metode target costing adalah untuk merancang biaya produk pada tahap perencanaan daripada mencoba mengurangi biaya selama tahap manufaktur. Terdapat dua alasan mengapa target costing sebaiknya digunakan perusahaan didalam situasi pasar yang sangat kompetitif saat ini : Perusahaan tidak dapat menentukan dan mengendalikan harga jual produknya secara sepihak saja. Bila dibanding dengan tingkat permintaan, tingkat penawaran jauh lebih tinggi sehingga pasar (konsumen) disini memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan harga suatu produk. Oleh karena itu perusahaan harus menerapkan metodetarget costing untuk antisipasi harga pasar tersebut. Sebagian besar biaya produk ditentukan pada tahap desain. Bila produk sudah didesain dan lalu mulai diproduksi, maka sedikit yang dapat dilakukan untuk melakukan pengurangan biaya secara signifikan. Padahal kesempatan dalam melakukan pengurangan biaya terletak pada saat men-desain produknya.

a.

b. c.

d.

1)

16 Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu konsep dari akuntansi manajemen dan sistem akuntansi yang dikaitkan dan disesuaikan dengan pusat-pusat pertanggungjawaban yang ada dalam organisasi. Istliah akuntansi pertanggungjawaban ini akan mengarah pada proses akuntansi yang melaporkan sampai bagaimana baiknya manajer pusat pertanggungjawaban dapat memanage pekerjaan yang langsung dibawah pengawasannya dan yang merupakan tanggungjawabnya atau suatu sistem yang mengukur rencana dan tindakan dari setiap pusat pertanggungjawaban. Menurut Hansen, Mowen (2005:116) definisi akuntansi pertanggungjawaban adalah sebagai berikut : ”Akuntansi pertanggungjawaban adalah Sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan oleh para manajer untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka.” Dari berbagai definisi diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai akuntansi pertanggungjawaban sebagai berikut : Akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem akuntansi yang disusun berdasarkan struktur organisasi yang secara tegas memisahkan tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing tingkat manajemen. Akuntansi pertanggungjawaban mendorong para individu, terutama para manajer untuk berperan aktif dalam mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Penyusunan anggaran dalam akuntansi pertanggungjawaban adalah berdasarkan pusat-pusat pertanggungjawaban. Dari laporan pertanggungjawaban dapat diketahui perbandingan antara realisasi dengan anggarannya, sehingga penyimpangan yang terjadi dapat dianalisa dan dicari penyelesaiannya dengan manajer pusat pertanggungjawabannya. Akuntansi pertanggungjawaban melaporkan hasil evaluasi dan penilaian kinerja yang berguna bagi pimpinan dalam penyusunan rencana kerjaperiode mendatang, baik untuk masing-masing pusatpertanggungjawaban maupun untuk kepentingan perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan menurut Mulyadi (1983 : 379-380) dikemukakan : “Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya dan penghasilan dilakukan dengan bidang pertanggungjawaban dalam organisasi dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang atau kelompok yang bertanggungjawab terhadap penyimpangan dari biaya dan penghasilan yang dianggarkan”. Didalam pengertian di atas Mulyadi menyimpulkan bahwa syarat untuk dapat menerapkan akuntansi pertanggungjawaban : Struktur organisasi

2)

3)

a. b.

4)

5)

1.

Dalam akuntansi pertanggungjawaban struktur organisasi harus menggambarkan aliran tanggungjawab, wewenang dan posisi yang jelas untuk setiap unit kerja dari setiap tingkat manajemen selain itu harus menggambarkan pembagian tugas dengan jelas pula. Anggaran Dalam akuntansi pertanggungjawaban setiap pusat pertanggungjawaban harus ikut serta dalam penyusunan anggaran karena anggaran merupakan gambaran rencana kerja para manajer yang akan dilaksanakan dan sebagai dasar dalam penilaian kerjanya. Diikut sertakannya semua manajer dalam penyusunan. Penggolongan biaya Karena tidak semua biaya yang terjadi dalam suatu bagian dapat dikendalikan oleh manajer, maka hanya biaya-biaya terkendalikan yang harus dipertanggung jawabkan olehnya.Pemisahan biaya kedalam biaya terkendalikan dan biaya tak terkendalikan perlu dilakukan dalam akuntansi pertanggungjawaban. Biaya terkendalikan adalah biaya yang dapat secara langsung dipengaruhi oleh manajer dalam jangka waktu tertentu. Biaya tidak terkendalikan adalah biaya yang tidak memerlukan keputusan dan pertimbangan manajer karena hal ini tidak dapat mempengaruhi biaya karena biaya ini diabaikan. Sistem akuntansi Oleh karena biaya yang terjadi akan dikumpulkan untuk setiap tingkatan manajer maka biaya harus digolongkan dan diberi kode sesuai dengan tingkatan manajemen yang terdapat dalam struktur organisasi. Setiap tingkatan manajemen merupakan pusat biaya dan akan dibebani dengan biaya yang terjadi didalamnya yang dipisahkan antara biaya terkendalikan dan biaya tidak terkendalikan. Kode perkiraan diperlukan untuk mengklasifikasikan perkiraan-perkiraan baik dalam neraca maupun dalam laporan rugi laba. Sistem pelaporan biaya Bagian akuntansi biaya setiap bulannya membuat laporan pertanggungjawaban untuk tiap-tiap pusat biaya. Setiap awal bulan dibuat rekapitulasi biaya atas dasar total biaya bulan lalu, yang tercantum dalam kartu biaya. Atas dasar rekapitulasi biaya disajikan laporan pertanggungjawaban biaya. Di dalam pelaksanaan akuntansi pertanggungjawaban terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi adalah sebagai berikut : Struktur organisasi yang menetapkan secara jelas dan tegas menggambarkan pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab untuk setiap unit dalam struktur organisasi.

2. 3.

4. 5. 2.2

2.2.1

a) b) c)

Penyusunan anggaran yang dilakukan oleh tiap tingkatan manajemen dalam organisasi perusahaan. Adanya pemisahan biaya sesuai dengan dapat dikendalikan tidaknya suatu biaya oleh. seorang manajer pusat biaya tertentu dalam perusahaan. Adanya klasifikasi dan kode rekening yang disesuaikan dengan tingkatan manajemen dalam perusahaan. Sistem pelaporan biaya pada setiap tingkatan perusahaan telah memenuhi syarat dalam penerapan akuntansipertanggungjawaban. Tujuan dan Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban Menurut Robert N. Anthony dan Roger H. Hermanson (2001: 57) dikemukakan bahwa : “Tujuan Akuntansi pertanggungjawaban adalah membebani pusat pertanggungjawaban dengan biaya yang dikeluarkannya.” Berdasarkan tujuan-tujuan yang dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari Akuntansi Pertanggungjawaban adalah mengadakan evaluasi hasil kerja suatu pusat pertanggungjawaban untuk meningkatkan operasi-operasi perusahaan di waktu yang akan datang. Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban Menurut Mulyadi (2001 : 174) “Informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berupa informasi masa yang akan datang bermanfaat untuk penyusunan anggaran. Sedangkan informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berupa informasi masa lalu bermanfaat sebagai penilai kinerja manajer pusat pertanggungjawaban dan pemotivasi manajer”Akuntansi pertanggungjawaban sangat diperlukan dan bermanfaat bagi perusahaan besar yang kegiatan usahanya memerlukan pembagian tugas dan tanggung jawab. Adapun manfaat akuntansi pertanggungjawaban menurut Soekarno (2002:35) adalah: Mutu berbagai keputusan lebih baik, sebab dibuat oleh pimpinan yang berada di tempat terjadinya isu-isu yang relevan. Berkurangnya beban manajemen puncak sehingga bisa lebih memfokuskan pada konsep pengendalian manajemen yang lebih strategis. Bagi pimpinan pusat pertanggungjawaban, pendelegasian wewenang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan inovasi dan kreativitasnya. Adapun konsep-konsep yang mendasari penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban dapat dijelaskan sebagai berikut : 

akuntansi pertanggungjawaban didasarkan atas pengelompokan tanggungjawab (departemen-departemen) menajerial pada setiap tingkatan

dalam suatu organisasi dengan tujuan membentuk anggaran bagi masingmasing departemen. 

titik awal dari sistem informasi akuntansi pertanggungjawaban terletak pada bagan organisasi dimana ruang lingkup wewenang telah ditentukan pertimbangan dan kerjasama antara penyelia kepala departemen atau manajer, biaya tersebut diajukan dalam anggaran perusahaan.

17 Pengertian Payback Period Menurut Abdul Choliq dkk (2004) payback period dapat diartikan sebagai jangka waktu kembalinya investasi yang telah dikeluarkan, melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek yang telah direncanakan. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2004) payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan proceeds atau aliran kas netto (net cash flows). Selanjutnua menurut Djarwanto Ps (2003) menyatakan bahwa payback period lamanya waktu yang diperlukan untuk menutup kembali original cash outlay. Berdasarkan uraian dari beberapa pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa payback period dari suatu investasi menggambarkan panjang waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya. Analisis payback period dalam studi kelayakan perlu juga ditampilkan untuk mengetahui seberapa lama usaha/proyek yang dikerjakan baru dapat mengembalikan investasi. Metode analisis payback period bertujuan untuk mengetahui seberapa lama (periode) investasi akan dapat dikembalikan saat terjadinya kondisi break even-point (jumlah arus kas masuk sama dengan jumlah arus kas keluar). Analisis payback period dihitung dengan cara menghitung waktu yang diperlukan pada saat total arus kas masuk sama dengan total arus kas keluar. Dari hasil analisis payback period ini nantinya alternatif yang akan dipilih adalah alternatif dengan periode pengembalian lebih singkat. Penggunaan analisis ini hanya disarankan untuk mendapatkan informasi tambahan guna mengukur seberapa cepat pengembalian modal yang diinvestasikan. Rumus Payback Periode Rumus periode pengembalian jika arus kas per tahun jumlahnya berbeda Payback Period=n+(a-b)/(c-b) x 1 tahun n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup investasi mula-mula a = Jumlah investasi mula-mula b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke – n c = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1 Rumus periode pengembalian jika arus kas per tahun jumlahnya sama Payback Peiod=(investasi awal)/(arus kas) x 1 tahun Periode pengembalian lebih cepat : layak Periode pengembalian lebih lama : tidak layak Jika usulan proyek investasi lebih dari satu, maka periode pengembalian yang lebih cepat yang dipilih Kelebihan dan Kelemahan Payback Period Kelebihan Metode payback period akan dengan mudah dan sederhana bisa di hitung untuk mennentukan lamanya waktu pengembalian dana investasi.

Memberikan informasi mengenai lamanya break even project. Bisa digunakan sebagai alat pertimbangan resiko karena semakin pendek payback periodnya maka semakin pendek pula resiko kerugiannya. Dapat digunakan untuk membandingkan dua proyek yang memiliki resiko dan rate of return yang sama dengan cara melihat jangka waktu pengembalian investasi (payback period) apabila payback period-nya lebih pendek itu yang dipilih. Kelemahan Metode ini mengabaikan penerimaan-penerimaan investasi atau proceeds yang diperoleh sesudah payback periode tercapai. Metode ini juga mengabaikan time value of money (nilai waktu uang). Tidak memberikan informasi mengenai tambahan value untuk perusahaan. Payback periods digunakan untuk mengukur kecapatan kembalinya dana, dan tidak mengukur keuntungan proyek pembangunan yang telah direncanakan. Contoh Perhitungan Payback Period Contoh kasus arus kas setiap tahun jumlahnya sama PT. Semakin Jaya melakukan investasi sebesar $ 45.000, jumlah proceed per tahun adalah $ 22.500, maka payback periodnya adalah: Payback Peiod=(investasi awal)/(arus kas) x 1 tahun Payback Peiod=($ 45.000)/($ 22.500) x 1 tahun Payback Period=2 tahun Payback Period dari investasi tersebut adalah dua tahun. Artinya dana yang tertanam dalam aktiva sebesar $. 45.000 akan dapat diperoleh kembali dalam jangka waktu dua tahun. Apabila investor dihadapkan pada dua pilihan investasi, maka pilih payback period yang paling kecil. Contoh kasus arus kas setiap tahun jumlahnya berbeda PT. Jaya Mandiri melakukan investasi sebesar $ 100.000 pada aktiva tetap, dengan proceed sebagai berikut: Tahun Proceed Proceed Kumulatif 1 $ 50.000 $ 50.000 2 $ 40.000 $ 90.000 3 $ 30.000 $ 120.000 4 $ 20.000 $ 140.000 Maka payback periodnya adalah: Payback Period=n+(a-b)/(c-b) x 1 tahun Payback Period=2+($ 100.000-$ 90.000)/($ 120.000-$ 90.000) x 1 tahun Payback Period=2+($ 10.000)/($ 30.000) x 1 tahun Payback Period=2,33 tahun atau 2 tahun 4 bulan Pengertian Payback Period menurut para Ahli Pengertian Payback Period menurut Dian Wijayanto (2012:247) adalah periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment). Berdasarkan definisi dari Abdul Choliq dkk (2004), Payback Period adalah jangka waktu kembalinya investasi yang telah dikeluarkan, melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek yang telah direncanakan. Sedangkan menurut Bambang

Riyanto (2004) Payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan proceeds atau aliran kas netto (net cash flows). Cara Menghitung Payback Period Payback Period atau Periode Pengembalian Modal dapat dihitung dengan cara membagikan nilai investasi (cost of invesment) dengan aliran kas bersih yang masuk per tahun (annual net cash flow). Rumus Payback Period Berikut ini adalah rumus Payback Period (PP) : Payback Period = Nilai Investasi / Kas Masuk Bersih Catatan : Rumus ini mengasumsikan bahwa besarnya kas masuk bersih adalah sama pada setiap periode atau sama pada setiap tahunnya. Contoh kasus perhitungan Payback Period Manajemen PT. AAYY sedang mempertimbangkan pembelian mesin produksi komponen elektronika. Dengan membeli Mesin produksi yang berharga Rp. 250 juta ini, keuntungan atau pendapatan bersih didapat dari penambahan mesin tersebut adalah sebesar Rp. 70 juta pertahun. Berapakah Payback Period untuk Mesin Produksi ini? Penyelesaian Diketahui : Nilai Investasi = Rp. 250.000.000,-Kas Masuk Bersih = Rp. 70.000.000,Payback Period = ? Payback Period = Nilai Investasi / Kas Masuk Bersih Payback Period = Rp. 250.000.000,-/ Rp. 70.000.000,Payback Period = 3,57 Jadi Periode pengembalian modal atau payback period untuk mesin produksi tersebut adalah selama 3,57 tahun.

18 PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM SUATU PERUSAHAAN Pengambilan keputusan bagi perusahaan itu sangat diperlukan bagi pihak yang terkait perusahaan ataupun pihak yang berkerja dalam perusahaan.Keputusan yang diambil merupakan resiko yang diambil berdasarkan atas kesepakatan bersama. Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif terbaik diantara berbagai alternatif yang ada. Alternative untuk saling mempengarihu satu sama lainya.berikut ini akan dijelaskan lagi secara terperinci berkenaan dengan pengambilan keputusan. a. Proses Pengambilan Keputusan mencakup :  Identifikasi dan diagnosis masalah  Pengumpulan dan analisis data yang relevan  Pengembangan & evaluasi alternantif  Pemilihan alternatif terbaik  Implementasi keputusan & evaluasi terhadap hasil – hasil b. Tipe –Tipe Keputusan Manajemen  Keputusan-keputusan perseorangan dan strategi  Kepusan-keputusan pribadi & strategi  Keputusan-keputusan dasar & rutin c. Model-model Pengambilan Keputusan  Relationalitas Keputusan  Model- model perilaku pengambilan keputusan c. Teknik Pengambilan Keputusan  Teknik - teknik Kreatif: Brainstorming & Synectics  Teknik - teknik Partisipatif  Teknik - teknik pengambilan keputusan Modern : Teknik Delphi, Teknik

PENERAPAN AKUNTANSI MANAJEMEN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan selalu menghadapi berbagai masalah. Diantaranya adalah bagairnana agar perusahaan dapat beroperasi seefisien mungkin, sehingga dapat tercaya keuntungan yang maksimal. Untuk menghadapi masalah tersebut, diperlukan suatu sistem pelaporan intern yang memadai, sehingga kalau terjadi penyelewengan ataupun pemborosan dalam proses produksi dapat segera diatasi. Dalam sistem pelaporan intern ini diperlukan akuntansi manajemen. Akuntansi manajemen merupakan jaringan penghubung yang sistematis dalam penyajian informasi yang berguna dan dapat daya untuk membantu pimpinan perusahaan dalam usaha mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Informasi akuntansi manajemen ini terdiri dari informasi akuntansi biaya penuh (full cost accounting), informasi akuntansi deferensial (differential accounting), dan akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting). Jika informasi akuntansi manajemen dihubungkan dalgan objek informasi seperti produk departemen dan aktivitas perusahaan maka akan dihasilkan informasi akuntansi penuh. Jika informasi akuntansi manajemen dihubungkan dengan alternatif yang akan dipilih, maka akan dihasilkan konsep informasi akuntansi diferensial, yang sangat dibutuhkan oleh manajemen untuk tujuan pengambilan keputusan pemilihan beberapa alternatif. Jika informasi akuntansi manajemen dihubungakan dengan wewenang yang dimiliki oleh manajer, maka akan dihasilkan konsep informasi akuntansi pertanggungjawaban yang terutama bermanfaat untuk mempengaruhi perilaku manusia dalam organisasi. Pengambilan keputusan tentang pemilihan beberapa alternatif pada akuntansi diferensial dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: Keputusan jangka panjang dan keputusan jangka pendek. Keputusan jangka panjang merupakan keputusan yang diambil manajer, dimana hasil dari keputusan tersebut dapat memberikan manfaat yang lebih dari satu tahun. Altematif yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan jangka panjang antara lain yaitu; membeli atau menyewa mesin, membeli mesin secara tunai atau angsuran, dan lain-lain. Keputusan jangka pendek merupakan keputusan yang diambil manajer, dimana hasil dari keputusan tersebut dapat langsung dirasakan pada tahun dimana keputusan tersebut diambil. Altrenatif yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan jangka pendek antara lain yaitu; apakah pesanan dibawah harga pokok diterima atau ditolak, menjual sekarang atau memproses lebih lanjut produk tertentu. Pengertian Akuntansi Manajemen Akuntansi mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia usaha, mulai dari badan usaha kecil yang tidak mencari keuntungan sampai pada perusahaan besar yang mencari keuntungan membutuhkan informasi akuntansi yang digunakan sebagai alat

perencanaan, pengawasan maupun sebagai dasar pengambilan keputusan. Dilihat dari pengertian akuntansi itu sendiri mempunyai banyak definisi seperti yang selama ini dikenal. Hal ini karena luasnya ruang lingkup dari kegiatan akuntansi akibatnya antara definisi yang satu dengan definisi yang lainnya terdapat perbedaan penekanannya. Walaupun demikian definisi-definisi terebut telah memberikan pengertian definisi akuntansi yang menekankan fungsi akuntansi sebagai sumber informasi. Di pandang dari segi aspek informasi menurut R.A. Supriyono (1993, hal.18) akuntansi dapat didefinisikan sebagai berikut : “Akuntansi adalah aktivitas yang menghasilkan jasa yaitu berfungsi menyajikan informasi kuantitatif yang pada dasarnya bersifat keuangan dari suatu satuan usaha atau organisasi tertentu, informasi tersebut akan dapat dipakai oleh pihak eksternal maupun pihak internal untuk pengambilan keputusan dengan memilih beberapa alternatif”. Definisi di atas menjelaskan tentang fungsi akuntansi sebagai sumber informasi keuangan yang dibutuhkan oleh pihak eksternal untuk pengambilan keputusan, dan informasi keuangan tersebut digunakan oleh pihak internal untuk pengambilan keputusan dalam pemilihan alternatif. Akuntansi manajemen timbul karena akibat adanya kebutuhan akan informasi akuntansi yang dapat membantu manajemen dalam memimpin suatu perusahaan yang semakin besar dan semakin kompleks. Akuntansi manajemen merupakan suatu sistem informasi yang mana dengan informasi ini manajemen dapat mengambil keputusan-keputusan dalam hal memimpin selia mengendalikan kegiatan-kegiatan perusahaan. Seorang manajer harus dapat menjabarkan teori manajemen dan teori-teori lainnya dalam bentuk angka-angka yang nyata, sehingga manajemen dapat menganalisa dan menginterprestasikan angkaangka tersebut dalam rangka pengambilan keputusan. Dengan demikian pengertian lain dari akuntansi manajemen adalah bagaimana menggunakan data yang tersedia untuk tujuan pengambilan keputusan. Dalam rangka pengambilan keputusan manajemen harus mempertimbangkan tindakan-tindakan alternatif. Oleh karena itu akuntan manajemen harus menyediakan data-data yang cukup lengkap tentang perhitungan masing-masing altematif, dan yang akan dipilih tentunya altematif yang memberikan keuntungan lebih besar bagi perusahaan. Dalam hal ini akuntan manajemen akan mencatat dan mengwnpulkan data-data yang ada di perusahaan baik data moneter maupun non moneter dan juga data-data di luar perusahaan, sehingga apabila manajer membutuhkan data yang dimaksud dapat dengan segera dipenuhi. Dalam akuntansi manajemen, informasi atau laporan yang sudah daluwarsa tidak berguna lagi, laporan yang ada pada waktunya meskipun tidak komplit lebih baik dari laporan yang lengkap tetapi telah daluwarsa. Pentingnya laporan yang aktual ini

terutama untuk melakukan tindakan koreksi yang harus dilaksanakan sebelurn kesalahan-kesalahan menjadi serius. Menurut Mas’ud Macfoedz (1990, hal.17) jenis-jenis informasi akuntansi manajemen adalah sebagai berikut : 1. Akuntansi biaya penuh (full cost accounting) 2. Akuntansi biaya diferensial (differential accounting) 3. Akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting) Informasi akuntansi manajemen dapat dihubungkan dengan tiga hal objek informasi, altematif yang akan dipilih dan wewenang manajer. informasi akuntansi manajemen dihubungkan dengan objek informasi, seperti produk, departemen, dan aktivitas perusahaan maka akan dihasilkan konsep informasi akuntansi penuh. Jika informasi akuntansi manajeinen dihubungkan dengatl alternatif yang akan dipilih, maka akan dihasilkan konsep infonnasi akuntansi diferensial, yang sangat diperlukan oleh manajemen dalam pengambilan keputusan pemilihan altematif. Jika informasi akuntansi manajemen dihubungkan dengan wewenang yang dimiliki oleh manajer, maka akan dihasilkan konsep informasi akuntansi pertanggungjawaban, yang terutama manfaat untuk mempengaruhi perilaku manusia dalam organisasi. Berikut ini penulis mencoba menjelaskan secara ringkas mengenai jenis-jenis informasi akuntansi manajemen dan manfaatnya sebagai berikut : 1. Akuntansi biaya penuh (full cost accounting) Akuntansi biaya penuh merupakan keseluruban biaya yang dibebankan pada setiap produk, segmen dan devisi baik itu biaya langsung maupun biaya tidak langsung. Pengertian biaya yang ini adalah keseluruhan biaya yang dapat ditelusuri manfaatnya pada produk yang bersangkutan, sedangkan biaya tidak langsung merupakan biaya gabungan untuk memproduksi beberapa macam produk. Akutansi biaya penuh dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu biaya penuh historis (historical cost) dan biaya penuh masa yang akan datang (future estimate). Biaya penuh historis terutama digunakan untuk menyajikan laporan keuangan perusahaan baik itu neraca maupun perubahan posisi keuangan. Di samping itu biaya penuh juga digunakan untuk menilai prestasi manajer yang memimpin perusahaan, sedangkan biaya penult masa yang akan datang terutama digunakan untuk semua tipe perencanaan baik itu perencanaan jangka panjang maupun perencanaan jangka pendek atau sering juga disebut pembuatan program yaitu keputusan tentang langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan. Biaya penuh masa yang akan datang juga digunakan untuk menetapkan berapa harga penjualan normal yang dikehendaki perusahaan supaya perusahaan tidak mengalami kerugian. Sebagai contoh, PT. ANDO membeli komponen kipas angin sebesar Rp. 15.000,- dan untuk merakit kipas angin tersebut diperlukan biaya-biaya sebagai berikut : Upah tenaga kerja Rp. 2.000,biaya material (suku cadang) sebesar Rp. 3.000,- serta biaya operasi sebesar Rp.

5.000,- (termasuk biaya tetap), maka biaya penuh dari kipas angin tersebut adalah Rp. 25.000,-. 2. Akuntansi biaya diferensial (differential accounting) Akuntansi biaya diferensial hanya digunakan untuk memilih salah satu alternatif dari alternatif yang ada untuk dijadikan menjadi keputusan perusahaan pada masa yang akan datang. Jadi informasi yang digunakan dalam akuntansi diferensial adalah informasi masa mendatang (future estimate), dan informasi tersebut merupakan informasi mengenai perbedaan diantara alternatif yang dihadapi para pembuat keputusan. Jadi tidak ada informasi akuntansi diferensial yang bersifat historis. Akuntansi diferensial dapat dibedakan menjadi empat yaitu biaya diferensial (differential cost), pendapatan diferensial (differential revenue), laba diferensial (differential profit), dan aktiva diferensial. Dari keempat akuntansi diferensial tersebut merupakan informasi masa yang akan datang yang berbeda pada suatu kondisi dibandingkan dengan kondisi yang lain. penentuan besarnya biaya, pendapatan, laba, dan aktiva diferensial hanya didasarkan pada prediksi masa yang akan datang. 2. Akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting) Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan cara yang ditempuh oleh top manajemen untuk membagi organisasi menjadi segmen-segmen tertentu, dimana masing-masing segmen mempunyai otonomi untuk mengatur pusat pertanggungjawaban, dengan cara demikian diharapkan pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan akan cepat tercapai. Pada umumnya pembentukan pusat pertanggungjawaban erat kaitannya dengan adanya tujuan/sasaran tertentu yang ingin dicapai organisasi. Pusat pendapatan merupakan suatu pusat pertanggungjawaban, dimana tingkat output atau tingkat keluaran diukur dengan nilai uang akan tetapi tidak ada usaha formal yang dilakukan untuk menghubungkannya dengan biaya atau input. Pusat pendapatan pada umumnya dipercayakan kepada bagian pemasaran. Dalam pusat pendapatan, pertama yang diIakukan adalah menentukan target penjualan untuk mengukur transaksi penjualan yang telah dilakukan. Jadi dengan ditentukan target penjualan ada semacam aspek pengawasan dalam pusat pertanggungjawaban. Pusat laba merupakan suatu pusat pertanggungjawaban dimana tingkat output atau tingkat keluaran diukur dengan nilai uang dan ada usaha fonnal yang dilakukan untuk menghubungkannya dengan biaya atau input. Pada sebuah pusat laba, manajer bertanggung jawab dan berwewenang untuk mengambil keputusan yang mempengaruhi baik biaya maupun pendapatan untuk departemen atau divisi yang bersangkutan. Sebagai contoh, sebuah toko serba ada dapat mendesentralisasikan operasinya menurut lini produk. Manajer setiap lini produk akan bertanggung jawab atas harga pokok barang dan keputusan mengenai pendapatan, seperti penentuan harga jual. Manajer pusat laba tidak mengambil

keputusan sehubungan dengan aktiva tetap yang tersedia untuk pusat laba itu. Pusat biaya merupakan bagian dari pusat pertanggung-jawaban dimana masukan (input) diukur dengan satuan uang tetapi tidak ada usaha fonnal yang dilakukan menghubungkannya dengan pendapatan (output). Sebagai contoh, seorang manajer dari pabrik manufakturing yang diorganisasikan sebagai pusat biaya dapat memperlakukan tiap-tiap departemen di dalam pabrik sebagai pusat biaya yang terpisah, dengan manajer-manajer departemen melaporkan langsung ke manajer pabrik. Pada umumnya pusat biaya dikelompokkannya menjadi dua yaitu pusat biaya yang terukur dan pusat biaya yang tidak terukur. Akan tetapi dalam konteks ini penulis tidak membahas secara khusus pusat-pusat biaya tersebut. Pusat investasi merupakan suatu bentuk pusat pertanggungjawaban, dimana yang menjadi pusat perhatian adalah laba dan investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Pada sebuah pusat investasi, manajer bertanggung jawab dan berwenang untuk membuat keputusan yang tidak hanya mempengaruhi biaya dan pendapatan, tetapi juga aktiva tetap yang tersedia untuk pusat itu. Suatu ukuran yang paling luas digunakan untuk penilaian prestasi divisional pusat investasi adalah tingkat pengembalian atas investasi (Rate of Return On Investment- ROI). Pedoman Penyajian Laporan Akuntansi Manajemen Untuk menyajikan laporan yang efektif untuk manajemen intern. Akuntan manajemen hendaknya menggunakan pedoman/prinsip yang umum dalam membuat laporannya. Adapun pedoman pelaporan akuntansi manajemen menurut James D. Wilkinson dan John B. Campbell (1993 hal.550) tersebut adalah sebagai berikut: 1. Harus Diterapkan Konsep “Pertanggungjawaban”. 2. Sedapat Mungkin Harus Diterapkan Prinsip “Pengecualian”. 3. Secara Umum, Angka-angka Harus Dapat Diperbandingkan. 4. Sejauh yang Dapat Dilaksanakan Data harus Semakin Ringkas untuk Jenjang Pimpinan yang Semakin Tinggi. 5. Laporan-laporan pada Umumnya harus Mencakup Komentar- komentar Interpretatif atau yang Jelas dengan Sendirinya. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan diuraikan pedoman pelaporan akuntansi manajemen seperti yang disebut di atas melalui penjelasan yang sangat singkat, yaitu sebagai berikut : 1. Harus Diterapkan Konsep pertanggungjawaban Laporan akuntansi manajemen sedapat mungkin harus mengungkapkan konsep pertanggungjawaban dari masing-masing bagian organisasi, sehingga prestasi dari masing-masing bagian (departemen) tersebut dapat diukur. Artinya setiap bagian organisasi harus menyusun laporan internnya. 2. Sedapat Mungkin Hams Diterapkaan Prinsip pengecualian

Laporan akuntansi manajemen sedapat mungkin harus diterapkan prinsip pengecualian yaitu pelaporan harus dibedakan antara hal-hal yang berjalan dengan semestinya dengan hal-hat yang perlu mendapat perhatian, artinya laporan harus lebih menonjol operasi-operasi yang menyimpang dari keadaan yang biasa. Misalnya hanya pengeluaran biaya yang melebihi anggaran di atas 5% saja yang dilaporkan. 3. Secara Umum, Angka-angka Harus Dapat Diperbandingan Laporan harns dapat diperbandingkan artinya pelaksanaan yang sebenarnya dibandingkan dengan anggaran standar, atau pelaksanaan yang lalu, sehingga tingkat kemajuan organisasi dapat di ukur . 4. Data harus ringkas Sejauh yang dapat dilaksanakan, data harus semakin ringkas untuk jenjang pimpinan yang semakin tinggi. Pimpinan perusahaan biasanya mempunyai waktu yang terbatas untuk membaca laporan akuntan manajemen, maka akuntan manajemen dalam membuat laporan sedapat mungkin harus ringkas, sehingga pimpinan dapat memahaminya dalam waktu singkat. 5. Laporan harus memuat komentar-komentar Karena laporan akuntansi manajemen menggunakan bahasa teknis akuntansi, maka akuntan manajemen sedapat mungkin harus memuat komentar-komentar singkat, misalnya menjelaskan tentang sebab terjadinya masalah, serta menunjukkan tindakan yang harus diambil untuk memperbaiki kondisi yang menyimpang. Prinsip pelaporan seperti yang telah dijelaskan di atas merupakan dasar dari suatu sistem pelaporan yang baik. Selain itu dari kelima prinsip tersebut, ada faktor-faktor yang dapat membantu untuk menghasilkan laporan intern yang baik menurut James D. Wilson dan John B. Campbell (1993, hal.552), yaitu: 1. Laporan Harus Tepat waktu. 2. Laporan Harus Sederhana dan Jelas. 3. Laporan Harus Dinyatakan dalam Bahasa dan Istilah yang Dikenal oleh Pimpinan yang akan Memakainya. 4. Informasi Harus Disajikan dalam Urutan yang Logis. 5. Laporan Harus Akurat. 6. Bentuk Penyajian Harus Disesuaikan dengan Pimpinan yang akan Menggunakanya. 7. Selalu Distandardisasikan, Apabila Mungkin. 8. Rancangan Laporan Harus Mencerminkan Sudut Pandangan Pimpinan. 9. Laporan Harus Berguna. 10. Biaya Penyiapan Laporan Harus Dipertimbangkan. 11. Perhatian yang Diberikan untuk Penyiapan Laporan Harus Sebanding dengan Manfaatnya.

Laporan Intern Manajemen Setiap perusahaan senantiasa berusaha untuk menciptakan sistem pelaporan yang baik dan tepat sesuai dengan sifat dan ukuran besarnya perusahaan, karena sistem pelaporan yang ada dalam suatu perusahaan belum tentu cocok dengan perusahaan lain. Laporan intern manajemen merupakan laporan jalannya operasi perusahaan, yaitu dengan membandingkan antara data sebenarnya dengan anggaran, sehingga kalau terjadi penyimpangan yang merugikan perusahaan dapat dengan segera mengambil tindakan yang korektif. Berikut ini disajikan suatu iktisar dari laporan-laporan intern yang digunakan dalam perusahaan, yaitu sebagai berikut : a. Laporan harian Laporan harian merupakan ikhtisar pelaksanaan operasi perusahaan sehari-hari, antara lain : 1) Laporan mengenai order yang diterima; 2) Laporan mengenai faktur penjualan yang dibuka; 3) Laporan mengenai mesin yang menanggur; 4) Laporan operasi; 5) Laporan jumlah pegawai harian; 6) Laporan biaya overhead. b. Laporan mingguan 1) Laporan mengenai order penjualan yang belum dipenuhi; 2) Laporan mengenai pemborosan bahan; 3) Laporan mengenai biaya overhead untuk setiap departemen. c. Laporan bulanan Laporan bulanan merupakan laporan ikhtisar pelaksanaan operasi perusahaan dalam jangka waktu satu bulan. Jadi setiap bulan diterbitkan satu laporan yang menginformasikan hasil yang telah dicapai perusahaan pada bulan tersebut. Laporan bulanan ini terdiri dari : 1) Laporan analisa laba kotor (gross profit analyst); 2) Laporan biaya produksi; 3) Laporan laea rugi; 4) Laporan penyimpangan biaya bahan; 5) Laporan penjualan. Konsep Biaya Untuk Pengambilan Keputusan Para manajer selalu dihadapi pada masalah pengambilan keputusan diantara dua altematif atau lebih. Data-data yang tersedia dalam suatu perusahaan cukup banyak, dan tidaklah mungkin semua data biaya ini relevan dengan berbagai altematif dalam suatu pengambilan keputusan. Oleh karena itu tidak semua biaya harus dilaporkan kepada manajemen untuk bertujuan pengambilan keputusan. Sehubungan dengan konsep biaya untuk tujuan pengambilan keputusan seorang

manajer harus menggunakan konsep biaya yang berbeda terhadap pengambilan keputusan yang berbeda. Oleh karena itu konsep sangat penting untuk tujuan pengambilan keputusan. Biaya relevan telah didefinisikan oleh Mulyadi (1989, hal.16) yaitu sebagai berikut: “Biaya relevan adalah biaya masa yang akan datang yang diperkirakan akan berbeda atau terpengaruh oleh suatu pengambilan keputusan pemilihan diantara berbagai macam altematif’. Definisi tersebut menjelaskan bahwa orientasi dari akuntansi manajemen adalah data yang akan datang. Data historis hanya digunakan untuk merumuskan ramalan kejadian yang mungkin terjadinya pada masa yang datang. Jadi konsep biaya yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan adalah biaya-biaya relevan. Seorang akuntan manajemen harus dapat membedakan mana biaya relevan dan mana biaya yang tidak relevan, sehingga keputusan yang diambil tidak merugikan perusahaan. Dalam proses pengambilan keputusan peranan akuntan manajemen adalah sebagai pengumpul dan pengolahan data-data yang relevan termasuk biaya-biaya relevan yang akan digunakan pimpinan perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan. Apabila biaya yang diharapkan terjadi pada masa yang akan datang berbeda pada setiap alternatif yang akan dipilh maka biaya tersebut adalah biaya relevan, tetapi suatu biaya menjadi tidak relevan apabila biaya itu sama untuk semua alternatif yang sedang dianalisa.

19 Total Margin Kontribusi (Total Contribution Margin (TCM)) adalah Total Pendapatan atau Penjualan (Total Revenue(TR atau Sales) tanpa ikutan Total Biaya Variabel {Total Variable Cost(TVC)): Unit Margin Kontribusi {Unit Contribution Margin (C)) adalah Satuan Pendapatan (Unit Revenue (Price, P)) tanpa ikutan Satuan Biaya Variabel (Unit Variable Cost (V)): Ratio Margin Kontribusi (Contribution Margin Ratio) adalah persentase Kontribusi atas Pendapatan Total (Total Revenue), yang mana dapat dihitung dari kontribusi satuan terhadap harga satuan atau jumlah kontribusi terhadap jumlah Pendapatan: Misalkan, harga adalah Rp 10 dan biaya variabel per unit adalah Rp 2, maka per unit margin kontribusi adalah Rp 8, dan ratio Margin kontribusi adalah Rp 8 / Rp 10 = 80 %

Laba dan Rugi sebagai Kontribusiminus Biaya tetap . Margin kontribusi dapat dikemukakan sebagai pecahan dari kontribusi penjualan yang memperseimbangkan biaya tetap atau unit margin kontribusi adalah jumlah setiap unit penjualan menambahkan terhadap keuntungan: ini adalah lekukan dari Laba. Kontribusi akan muncul dalam perhitungan Biaya-Volume-Profit Analysis ((Cost-Volume-Profit Analysis (CVP)): memakai model BiayaVolume-Profit Analysis ((Cost-Volume-Profit Analysis (CVP)) maka penghitungan Laba dan Rugi (Net Income) mengurangi sebagai berikut:

20 Pengertian Break Even Point Menurut Para Ahli S Munawir | 2002 Titik BEP (Break Even Point) atau juga titik pulang pokok yakni suatu kondisi o perasi perusahaan tidak mendapatkan laba & juga tidak mengalami kerugian (Total Biaya = Total Pendapatan). Abdullah | 2004 Abdullah menyatakan Analisis BEP yang juga disebut Cost Volume Profit analysis bagi manajemen suatu perusahaan menjadi sangat penting dalam pengambilan suatu keputusan keuangan, yaitu :  Untuk menetapkan angka minimal yang harusnya diproduksi oleh perusahaan agar tidak menyebabkan kerugian  Menetapkan target angka penjualan yang seharusnya dapat dicapai guna memperoleh laba tertentu  Menetapkan penurunan penjualan yang bisa ditoleransi supaya perushaaan tidak mengalami kerugian Langkah awal dalam menentukan BEP adalah dengan membagi HPP (harga pokok penjualan) & biaya operasional menjadi biaya tetap & biaya variabel. Biaya tetap merupakan fungsi waktu, bukan fungsi jumlah penjualan yang umumnya ditetapkan berdasar kontrak, Contohnya sewa gedung. Sedangkan biaya variabel bergantung secara langsung dengan penjualan bukan fungsi waktu. Contohnya beban angkut barang. Manfaat Break Even Point 1. Sebagai alat dalam perencanaan untuk menghasilkan laba 2. BEP menyediakan informasi tentang berbagai tingkat jumlah volume suatu penjualan & hubungannya dengan potensi mendapatkan laba berdasarkan tingkat volume penjualan yang bersangkutan 3. Untuk mengevaluasi laba entitas secara keseluruhan. 4. Mengganti tebalnya sistem laporan dengan grafik yang sangat mudah dibaca atau pun dimengerti. Komponen-komponen yang memiliki peran pada BEP adalah biaya. Biaya di sini merupakan biaya tetap & biaya variabel, dimana dalam praktiknya untuk menentukan atau memisahkan suatu jenis biaya apakah itu termasuk biaya tetap atau variabel bukan hal yang mudah. Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan dalam menghasilkan satu unit produk Jadi apabila tidak melakukan aktivitas produksi maka biaya variabel ini tidak akan muncul, Sedangkan biaya tetap merupakan biaya yang keluar untuk semua aktivitas entah itu untuk produksi atau pun bukan untuk produksi. Tujuan utama dari suatu perusahaan salah satunya adalah mendapatkan keuntungan. Untuk memperoleh keuntungan/laba secara maksimal bisa dilakukan dengan beberapa langka berikut :



 

Menekan sebisa mungkin biaya produksi atau biaya operasional sekecil kecilnya, serendah-rendahnya tetapi tingkat harga, kualitas maupun kuantitasnya tetap dipertahankan sebisanya. Penentuan harga jual sedemikian rupa menyesuaikan tingkat keuntungan yang diinginkan/dikehendaki Volume kegiatan ditingkatkan dengan semaksimal mungkin

Kegunaan dari Break Even Point Di atas telah dijabarkan analisa BEP penting bagi pimpinan manajemen suatu perusahaan untuk bisa mengetahui berapa tingkat produksi dimana total biaya yang dikeluarkan akan sama dengan total jumlah penjualan. Dengan kata lain, dengan BEP manajemen akan tahu hubungan antara produksi, harga jual, penjualan, biaya, laba atau pun rugi sehingga bisa mempermudah manajemen dalam pengambilan sebuah keputusan Menghitung BEP – Bagi yang biasa dengan akuntansi pasti tahu dengan yang namanya Break event Point (BEP). Ini merupakan titip dimana pendapatan dari usaha dengan model yang akan kita keluarga atau bisa dikatakan tidak mengalami kerugian maupun keuntungan. Bunga deposito yang terus menurun tentunya tidak memberikan efek yang baik bagi kita untuk bisa meningkatkan daya beli karena disebabkan oleh inflasi lebih besar daripada bunga deposito.

Apabila anda memulai usaha baru untuk meningkatkan return tentu membutuhkan beberapa hal seperti misalnya :

1. Menghitung-hitung berapa dana yang diperlukan untuk menyewa tempat usaha, membeli peralatan, mempekerjakan karyawan dan hal-hal lain 2. Membuat proyeksi :  Berapa volume penjualan yang perlu diperoleh agar dapat minimal menutup seluruh biaya-biaya timbul. Ini dikenal dengan istilah Break Even Point (Biasa disingkat BEP) dimana seluruh biaya yang timbul sama dengan total penjualan yang diperoleh, sehingga perusahaan tidak memperoleh keuntungan maupun kerugian.  Berapa volume penjualan yang diperlukan agar kita dapat memperoleh laba yang kita targetkan Jenis Break Event Point (BEP) 1. BEP Unit : BEP yang dinyatakan dalam jumlah penjualan produk di nilai tertentu. 2. BEP Rupiah : BEP yang dinyatakan dalam jumlah penjualan atau harga penjualan tertentu. Nah untuk lebih lengkapnya anda bisa mengetahui semua itu dari cara menghitung BEPtersebut. Rumus / Cara Menghitung BEP BEP Unit = (Biaya Tetap) / (Harga per unit – Biaya Variable per Unit) BEP Rupiah = (Biaya Tetap) / (Kontribusi Margin per unit / Harga per Unit) Keterangan : • BEP Unit / Rupiah = BEP dalam unit (Q) dan BEP dalam Rupiah (P) • Biaya Tetap = biaya yang jumlahnya tetap walaupun usaha anda tidak sedang berproduksi. • Biaya Variable = biaya yang jumlahnya meningkat sejalan peningkatan jumlah produksi seperti bahan baku, bahan baku pembantu, listrik, bahan bakar, dan lain-lain • Harga per unit = harga jual barang atau jasa perunit yang dihasilkan. • Biaya Variable per unit = total biaya variable perunit (TVC/Q) • Margin Kontribusi per unit = harga jual per unit -biaya variable per unit (selisih) Contoh BEP perhitungan Ada 3 elemen dari rumus BEP yang menyusun perhitungan BEP tersebut diantaranya : 1. Fixed Cost (Biaya tetap) yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menyewa tempat usaha, peralatan, komputer dll. Biaya ini adalah biaya yang tetap kita harus keluarkan walaupun kita hanya menjual 1 unit atau 2 unit, 5 unit, 100 unit atau tidak menjual sama sekali.

2. Variable cost (biaya variable) yaitu biaya yang timbul dari setiap unit penjualan contohnya setiap 1 unit terjual, kita perlu membayar komisi salesman, biaya antar, biaya kantong plastik, biaya nota penjualan, dll. 3. Harga penjualan yaitu harga yang kita tentukan dijual kepada pembeli Baca juga : Cara Menghitung Harga Pokok Penjualan Contoh penggunaan rumus untuk menghitung Break Even Point : 1. Rumus BEP untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar terjadi Break Even Point : Total Fixed Cost__________________________________ Harga jual per unit dikurangi variable cost Contoh : Fixed Cost suatu toko lampu : Rp.200,000,Variable cost Rp.5,000 / unit Harga jual Rp. 10,000 / unit Maka BEP per unitnya adalah Rp 200.000 __________ = 40 unit 10.000 – 5.000 Artinya perusahaan perlu menjual 40 unit lampu agar terjadi Break Even Point. Pada pejualan unit ke 41, baru mulai memperoleh keuntungan 2. Rumus BEP untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu diterima agar terjadi BEP : Total Fixed Cost __________________________________ x Harga jual / unit Harga jual per unit dikurangi variable cost Dengan menggunakan contoh soal sama seperti diatas maka uang penjualan yang harus diterima agar terjadi BEP adalah Rp.200,000 _________ x Rp.10,000 = Rp.400,000,10,000 – 5,000

21 Perhitungan HPP Perusahaan Manufaktur BY TAUFIQ AKBAR · 12 OCTOBER 2016

Perhitungan Harga pokok produksi perusahaan manufaktur di atas cenderung menjadi momok bagi mahasiswa dalam menghafalkannya. padahal kita tidak harus menghafalkannya melainnya mengerti langkah2 pengerjaannya dan menganalogikannya dalam kehidupan sehari-hari. berikut saya bagi tips cara menghafal perhitungan Harga Pokok Penjualan perusahaan manufaktur. 1. langkap pertama, adalah perhitungan biaya manufaktur/biaya produksi. di sisini kita menganalogikan bawasanya biaya manufaktur adalah biaya pembuatan barang, kemudian pikirkan apa yang kita butuhkan ketika kita akan memproduksi barang. ya pasti kita butuh bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead (biaya selain bahan baku dan tenaga kerja, seperti listrik, bahan pembantu, dll). maka dari itu rumus biaya manu faktur adalah penjumlahan dari biaya tenaga kerja, biaya overhead, serta biaya bahan baku yang digunakan. 2. sepertinya ada yang terlewatkan, “perhitungan bahan baku yang digunakan”. dalam hal ini saya sering menganalogikan bahan baku yang digunakan dari perebusan mie rebus di rumah. caranya seperti ini, misalkan pada bulan Januari tanggal 1, mie rebus yang ada di lemari sebanyak 10 bungkus, sedangkan pada 31 Januari mie yang ada di lemari sebanyak 15. selama bulan Januari tersebut kita sempat membeli mie di indomarete sebanyak 30. pertanyaannya adalah berapa mie goreng yang di rebus dalam bulan januari. tentu saja mahasiswa dapat menjawab dengan mudah yaitu sebanyak 25. jadi dalam perhitungan bahan bagu yang digunakan yang perlu kita lakukan adalah menjumlahkan awal periode dengan komponen penambah yaitu pembelian kemudian kita kurangi dengan komponen akhir periode. dari situ didapat berapa jumlah bahan baku yang digunakan.

3. langkah berikutnya adalah dengan menghitung jumlah harga pokok produksi. dengan cara menganalogikan bahwasanya harga pokok produksi adalah barang jadi yang sudah diproduksi kemudian disimpan ke gudang. seperti halnya bahan baku yang digunakan, kita melakukan peritungan dengan cara menambahkan komponen barang yang kita proses pada awal periode ditambah dengan komponen penambahnya yaitu biaya manufaktur (biaya pembuatan barang/barang yang diproduksi pada periode tersebut) dikurangi dengan barang dalam proses yang ada digudang pada akhir periode. 4. terakhir pehitungan harga pokok produksi. dengan menganalogikan bawasanya harga pokok produksi adalah barang jadi yang disimpan di gudang yang siap untuk dijual. seperti halnya bahan baku yang digunakan, kita melakukan peritungan dengan cara menambahkan komponen barang jadi di gudang pada awal periode ditambah dengan komponen penambahnya yaitu harga pokok produksi dikurangi dengan barang Jadi di gudang pada akhir periode Harga Pokok Produksi Perusahaan Manufaktur. Dalam perusahaan dagang di kenal dengan istilah Harga Pokok Penjualan (HPP) sedangkan dalam perusahaan manufaktur di kenal dengan Harga Pokok Produksi. Cara menyusun Harga pokok Produksi perusahaan manufaktur, sedikit ada perbedaan. Dalam perusahaan dagang, yang ada hanya pembelian barang yang langsung di jual kembali dengan mengambil selisih harga sebagai pendapatan. Berbeda dengan perusahaan manufaktur (Produksi) adalah dengan mengolah bahan baku menjadi bahan jadi yang siap di jual. Makanya dalam perusahaan manufaktur terdapat banyak akun persediaan. Beberapa akun persediaan dari Perusahaan manufaktur adalah sebagai berikut : 1. Persediaan Bahan Baku 2. Persediaan Barang Dalam Proses 3. Persediaan Bahan Jadi 4. Persediaan Bahan Pembantu

PENGAMBILAN KEPUTUSAN JANGKA PENDEK (TACTICAL DECISION MAKING) TACTICAL DECISION MAKING Tactical decision making atau pengambilan keputusan taktis biasanya juga disebut keputusan jangka pendek yang merupakan pemilihan alternative dan harus segera dilakukan atau keputusan yang bersifat jangka pendek. Tactical decision making juga merupakan pengambilan keputusan yang berskala kecil. Secara umum tujuan pengambilan keputusan strategis adalah memilih diantara beberapa keputusan strategis sehingga competitive advantage jangka panjang dapat terwujud. Meskipun hanya berorientasi jangka pendek tactical decisionmaking harus tetap mengacu pada tujuan tersebut. Pengambilan keputusan dalam jangka pendek tetap harus dipertimbangkan dan selaras dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan. MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN (DECISION MODEL APPROACH) Suatu pendekatan yang disebut dengan decision model dapat digunakan dalam pengambilan keputusan ini. Terdapat enam langkah yang akan diuraikan dibawah yakni sebagai berikut: 1. Identifikasi atau definisikan permasalahan yang dihadapi perusahaan. Mengenali dan memformulasikan permasalahan yang sebenarnya dihadapi perusahaan bukan hanya gejalanya saja. Misalnya: kebutuhan tambahan gudang, jumlah yang dibutuhkan serta bagaimana kebutuhan tersebut akan dipenuhi. 2. Identifikasi alternative penyelesaian. Pada tahap ini perusahaan harus mengidentifikasikan semua alternative yang ada terlebih dahulu, baru kemudian mengeliminasi alternative yang tidak mungkin dilaksanakan perusahaan, misalnya dengan memepertimbangkan resiko, kemampuan dana perusahaan dll. 3. Identifikasi biaya dan manfaat setiap alternative. Setelah alternative yang mungkin untuk dilaksanakan diketahui perusahaan, maka model pengambilan keputusan selanjutnya dapat disebut dengan ”COST BENEGIT ANALYSIS” untuk setiap alternative yang ada. 4. Pengumpulan biaya relevan setiap alternative yang ada. Biaya yang akan dibandingkan dalam pengambilan keputusan hanya biaya yang berbeda diantara alternative yang ada dan biaya tersebut merupakan biaya masa datang. 5. Pertimbangan factor-faktor kualitatif. Factor kualitatif dapat dimasukan dalam pengambilan keputusan dengan: a) Identifikasi factor-faktor kualitatif b) Mencoba untuk mengkualitatif factor kualitatif c) Memasukan factor kualitatif dalam pengambilan keputusan

d) Pengambilan keputusan pada alternative yang paling menguntungkan bagi perusahan. JENIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN JANGKA PENDEK 1. Membeli atau membuat Sendiri 2. Menjual atau memproses lebih lanjut suatu produk 3. Menghentikan atau melanjutkan produksi produk tertentu 4. Menerima atau menolak pesanan khusus Untuk mengambil keputusan yang tepat, pengguna informasi biaya harus mampu memutuskan apa yang relevan maupun yang tidak relevan bagi keputusan tersebut. Informasi relevan merupakan faktor yang sangat berguna didalam menghasilkan keputusan yang baik dan benar. Didalam mengambil keputusan yang tidak terstruktur (keputusan khusus) informasi yang sangat penting adalah biaya relevan dan pendapatan yang relevan dengan keputusan tersebut. Menurut James A.F. Stoner, keputusan adalah pemilihan di antara berbagai alternatif. Definisi ini mengandung tiga pengertian, yaitu: (1) ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan; (2) ada beberapa alternatif yang harus dipilih salah satu yang terbaik; dan (3) ada tujuan yang ingin dicapai dan keputusan itu makin mendekatkan pada tujuan tersebut. Pengertian keputusan yang lain dikemukakan oleh Prajudi Atmosudirjo bahwa keputusan adalah suatu pengakhiran daripada proses pemikiran tentang suatu masalah dengan menjatuhkan pilihan pada suatu alternatif. Dari pengertian keputusan tersebut dapat diperoleh pemahaman bahwa keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi yang dilakukan melalui pemilihan satu alternatif dari beberapa alternatif. Menurut George R. Terry pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada. Kemudian, menurut Sondang P. Siagian pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling cepat. Selanjutnya, menurut James A. F. Stoner pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah. Pengambilan keputusan sebagai kelanjutan dari cara pemecahan masalah memiliki fungsi sebagai pangkal atau permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah secara individual dan secara kelompok baik secara institusional maupun secara organisasional. Di samping itu, fungsi pengambilan keputusan merupakan

sesuatu yang bersifat futuristik, artinya bersangkut paut dengan hari depan, masa yang akan datang, dimana efek atau pengaruhnya berlangsung cukup lama. Terkait dengan fungsi tersebut, maka tujuan pengambilan keputusan dapat dibedakan: (1) tujuan yang bersifat tunggal. Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal terjadi apabila keputusan yang dihasilkan hanya menyangkut satu masalah, artinya bahwa sekali diputuskan, tidak ada kaitannya dengan masalah lain dan (2) tujuan yang bersifat ganda. Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat ganda terjadi apabila keputusan yang dihasilkan menyangkut lebih dari satu masalah, artinya keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan dua (atau lebih) masalah yang bersifat kontradiktif atau yang bersifat tidak kontradiktif. Agar pengambilan keputusan dapat lebih terarah, maka perlu diketahui unsur atau komponen pengambilan keputusan. Unsur pengambilan keputusan itu adalah: (1) tujuan dari pengambilan keputusan; (2) identifikasi alternatif keputusan yang memecahkan masalah; (3) perhitungan tentang faktor-faktor yang tidak dapat diketahui sebelumnya atau di luar jangkauan manusia; dan (4) sarana dan perlengkapan untuk mengevaluasi atau mengukur hasil dari suatu pengambilan keputusan. Sementara itu, George R. Terry menyebutkan 5 dasar (basis) dalam pengambilan keputusan, yaitu: (1) intuisi; (2) pengalaman; (3) fakta; (4) wewenang; dan (5) rasional. 1. Intuisi. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi adalah pengambilan keputusan yang berdasarkan perasaan yang sifatnya subyektif. Dalam pengambilan keputusan berdasarkan intusi ini, meski waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif pendek, tetapi keputusan yang dihasilkan seringkali relatif kurang baik karena seringkali mengabaikan dasar-dasar pertimbangan lainnya. 2. Pengalaman. Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis, karena dengan pengalaman yang dimiliki seseorang, maka dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan untung-ruginya dan baikburuknya keputusan yang akan dihasilkan. 3. Wewenang. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya, atau oleh orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. Hasil keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama dan memiliki otentisitas (otentik), tetapi dapat menimbulkan sifat rutinitas, mengasosiasikan dengan praktek diktatorial dan sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan sehingga dapat menimbulkan kekaburan 4. Fakta.

Pengambilan keputusan berdasarkan data dan fakta empiris dapat memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada. 5. Rasional. Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasio, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan dan konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Pengambilan keputusan secara rasional ini berlaku sepenuhnya dalam keadaan yang ideal. Pada pengambilan keputusan secara rasional terdapat beberapa hal sebagai berikut:  Kejelasan masalah: tidak ada keraguan dan kekaburan masalah.  Orientasi tujuan: kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai.  Pengetahuan alternatif: seluruh alternatif diketahui jenisnya dan konsekuensinya.  Preferensi yang jelas: alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria.  Hasil maksimal: pemilihan alternatif terbaik berdasarkan atas hasil ekonomis yang maksimal. MEKANISME PENGAMBILAN KEPUTUSAN

1.

2.

3.

4.

5.

Pengambilan keputusan yaitu serangkaian kegiatan yang akan dilakukan dalam menyelesaikan suatu masalah, pengambilan keputusan merupakan bagian terpenting yang dihubungkan dalam melaksanakan suatu perencanaan, ada beberapa hal yamg perlu diperhatikan dalam mengambil keputusan: Pemahaman dan Perumusan Masalah Dalam mengambil keputusan kita harus menemukan masalah apa yang sebenarnya terjadi dan bagaiman cara untuk memecahkan masalah tersebut. Pengumpulan Analisa Data Yang Relevan Setelah menemukan masalah apa yang terjadi, kemudian menentukan rumusan yang tepat untuk menyelesaikannya berdasarkan data yang relevan. Pemilihan Alternatif Terbaik Dari data yang telah didapat kita dapat memutuskan, kita dapat memilih alternatif yang paling baik. Untuk menyelesaikan suatu masalah. Implementasi Keputusan Melaksanakan keputusan yang telah diambil dan bertanggung jawab melaksanakan, dengan memperhatikan resiko dan ketidak pastian terhadap keputusan yang diambil. Evaluasi Implementasi yang telah diambil harus selalu dimonitor secara terus menerus, apakah berjalan lancar dan memberikan hasil yang diharapkan atau tidak.

22 Mark-Up Pricing Method Pedagang yang membeli barang-barang dagangan akan menentukan harga jualnya setelah menambah harga beli dengan sejumlah mark-up (lihat formula berikut ini) HARGA BELI + MARK-UP = HARGA JUAL Jadi, mark-up ini merupakan kelebihan harga jual di atas harga belinya. Keuntungan bisa diperoleh dari sebagian mark-up tersebut. Selain itu, pedagang tersebut juga harus mengeluarkan sejumlah biaya eksploitasi yang juga diambilkan dari sebagian mark-up. Menentukan Besarnya Harga Jual Pengertian Harga Jual Harga Jual adalah besarnya harga yang akan dibeban kan kepada konsumen yang diperoleh atau dihitung dari biaya biaya produksi ditambah biaya non produksi dan ditambakan dengan laba yang diharapkan. (Mulyadi , 2005) Harga Jual (Selling Price) adalah harga jual yang meliputi biaya yang dikeluarkan untuk produksi dan distribusi, ditambah dengan jumlah laba yang diinginkan (Alimisyah dan Padji) Sehingga dapat disimpulkan bahwa harga jual merupakan besarnya harga yang dibebankan kepada konsumen yang dikeluarkan untuk menutup biaya produksi ditambah biaya non produksi serta laba yang diinginkan dari produsen. Pada prinsipnya rumus penentuan harga jual adalah s eperti yang dipaparkan oleh Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi manajemen” adalah sebagai berikut: “Harga jual = Biaya produksi + Biaya non produksi + Laba yang diharapkan” Dari rumus penentuan harga jual diatas, penulis dapat merumuskan tujuan pokok penentuan harga jual adalah sebagai berikut: 

Mencapai target penjualan (Return on investment)



Memaksimalkan laba



Meningkatkan penjualan dan mempertahankan atau memperluas pangsa pasar



Menstabilisasikan harga

Penetapan Harga Jual Penetapan harga jual merupakan masalah yang rumit sehingga memerlukan kerja sama dan koordinasi dari ahli statistik, pemasaran, teknik industri, dan akuntansi karena harga jual sulit dipastikan dan ditetapkan dalam waktu yang lama atau harga jual tersebut selalu berubah sewaktu-waktu. Penetapan harga jual memerlukan banyak faktor, yang sebagian diantaranya tidak dapat diukur atau tidak dapat dikendalikan misalnya citra masyarakat dan peraturan pemerintah. Hal hal yangt dapat mempengaruhi harga jual antara lain: 

Biaya Penuh untuk memproduksi barang /jasa.

Biaya penuh mengandung informasi tentang batas bawah penentuan harga jual. Artinya bahwa harga jual tidak boleh lebih kecil dari biaya penuh adar tidak menghasilkan kerugian. 

Aspek diluar biaya , meliputi:

1. Selera Konsumen 2. Demand and Suplai 3. Jumlah Pesaing yang Memasuki Pasar 4. Harga Jual Produk Pesaing Dalam hal ini biaya penuh perlu diidentifikasi karena biaya penuh memiliki manfaat bagi produsen yaitu sebagai berikut: 1. Mengurangi ketidakpastian dalam mengambil keputusan. 2. Mengambil keputusa untuk memasuki pasar

3. Bila biaya penuh > harga jual di pasar maka produk tidak bisa masuk ke dalam pasar 4. Bila biaya penuh < harga jual di pasar, maka produk bisa masuk ke dalam pasar 5. Memberi perlindungan dari kerugian 6. Memberi informasi tindakan pesaing Metode penentuan harga jual: 1. Harga Jual Normal Aturan dalam penentuan harga jual normal adalah herga jual harus dapat menutupi biaya penuh ditambah laba yang ingin dihasilkan. Laba yang dihasilkan dari harga jual harus sebanding dengan investasi yang ditanam untuk menghasilkan produk barang/jasa. Formula Harga Jual Normal yaitu sebagai berikut: Harga Jual = Tafsiran biaya penuh + Laba yang diharapkan Tafsiran biaya penuh dapat diketahui dengan pendekatan full costing dan variable costing. Sedangkan laba yang diharapkan harus mempertimbangkan Cost of Capital, Resiko Bisnis, Capital Employed. Cost of Capital artinya adalah biaya yang dikeluarkan untuk investasi. Resiko Bisnia artinya adalah jika resiko bisnis besar maka semakin besar prosentase yang ditambahkan pada cost of capital dalam memperhitungkan laba ang diharapkan. Capital Employed artinya adalah besarnya investasi yang digunakan dalam memproduksi barang dan jasa dilihat dari total aktiva dalam neraca awal tahun anggaran. Menghitung Harga Jual per unit Harga Jual per unit = Biaya * + % Mark Up Presentase mark Up = Ekspektasi Laba + Biaya **

Biaya * = Biaya yang berhubungan langsung dengan volume (per unit) Biaya ** = Biaya yang tidak berhubungan langsung dengan volume produk (Non Produks) Ekspektasi laba = ROI x Aktiva Perbandingan Full Costing dan Variable Costing Full Costing yakni merupakan metode penentuan harga pokok produksi, yang membebankan seluruh biaya produksi baik yang berperilaku tetap maupun variabel kepada produk. Dikenal juga dengan Absortion atau Conventional Costing. Perbedaan tersebut terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi tetap, dan akan mempunyai akibat pada : 1. Perhitungan harga pokok produksi dan 2. Penyajian laporan laba-rugi. Metode Full Costing Harga Pokok Produksi : Biaya bahan baku

Rp. xxx.xxx

Biaya tenaga kerja langsung

Rp. xxx.xxx

Biaya overhead pabrik tetap

Rp. xxx.xxx

Biaya overhead pabrik variabel

Rp. xxx.xxx +

Harga Pokok Produk Dengan menggunakan Metode Full Costing,

Rp.

xxx.xxx

1. Biaya Overhead pabrik baik yang variabel maupun tetap, dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead yang sesungguhnya. 2. Selisih BOP akan timbul apabila BOP yang dibebankan berbeda dengan BOP yang sesungguh- nya terjadi.

Catatan : 1. Pembebanan BOP lebih (overapplied factory overhead), terjadi jika jml BOP yang dibebankan lebih besar dari BOP yang sesungguhnya terjadi. 2. Pembebanan BOP kurang (underapplied factory overhead), terjadi jika jml BOP yang dibebankan lebih kecil dari BOP yang sesungguhnya terjadi. 3. Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual, maka pembebanan biaya overhead pabrik lebih atau kurang tsb digunakan untuk mengurangi atau menambah harga pokok yang masih dalam persediaan (baik produk dalam proses maupun produk jadi) 4. Metode ini akan menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya samapi saat produk yang bersangkutan dijual. Variable Costing merupakan suatu metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi variabel saja. Dikenal juga dengan istilah : direct costing Harga Pokok Produksi : Biaya bahan baku

Rp. xxx.xxx

Biaya tenaga kerja langsung

Rp. xxx.xxx

Biaya overhead pabrik variabel

Rp. xxx.xxx +

Harga Pokok Produk

Rp. xxx.xxx

Dengan menggunakan Metode Variable Costing, 1. Biaya Overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. 2. Dalam kaitannya dengan produk yang belum laku dijual, BOP tetap tidak melekat pada persediaan tersebut tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.

3. Penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindari terjadinya biaya yang sama periode yang akan datang. Penyajian Laporan Laba Rugi Laporan Laba-Rugi ( Metode Full Costing ) Hasil penjualan

Rp. 500.000

Harga pokok penjualan

Rp. 250.000 –

Laba Bruto

Rp. 250.000

Biaya administrasi dan umum

Rp. 50.000

Biaya pemasaran

Rp. 75.000 –

Laba Bersih Usaha

Rp. 125.000

Ket : Laporan Laba-rugi tsb menyajikan biaya-biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi pokok dalam perusahaan manufaktur, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi administrasi dan umum. Laporan Laba-Rugi ( Metode Variable Costing ) Hasil penjualan

Rp. 500.000

Dikurangi Biaya-biaya Variabel : Biaya produksi variabel

Rp. 150.000

Biaya pemasaran variabel

Rp. 50.000

Biaya adm. & umum variabel

Rp. 30.000 +

Rp. 230.000 – Laba kontribusi

Rp. 270.000

Dikurangi Biaya Tetap Biaya produksi tetap

Rp. 100.000

Biaya pemasaran tetap

Rp. 25.000

Biaya Adm & umum tetap

Rp.

20.000 +

Rp. 145.000 – Laba Bersih Usaha

Rp 125.000

Manfaat Informasi yang Dihasilkan oleh Metode Variable Costing Laporan keuangan yang disusun berdasar metode Variable Costing bermanfaat bagi manajemen untuk : 1. Perencanaan laba jangka pendek 2. Pengendalian biaya dan 3. Pembuatan keputusan. 

Perencanaan laba jangka pendek

Dalam jangka pendek, biaya tetap tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan, sehingga hanya biaya variabel yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen Laporan laba-rugi variable costing menyajikan dua ukuran penting : (1) laba kontribusi dan (2) operating laverage. Hasil Penjualan :

Rp. 1000

Biaya Variabel :

Rp. 600

Laba Kontribusi :

Rp. 400

Biaya Tetap :

Rp. 300 –

Laba Bersih :

Rp. 100

Ratio Laba Kontribusi : Laba kontribusi = 400/1000 Hsl Penjualan Operating Laverage : Laba kontribusi = 400/100 Laba bersih Misal : Dalam rencana anggaran diputuskan untuk menaikkan harga jual 12%. Maka dampak dari kenaikan ini terhadap laba jangka pendek dapat ditentukan : 12% x 40% = 4,8% Laporan laba rugi yang memisahkan biaya tetap dan variabel, memungkinkan juga manajemen melakukan analisis hubungan biaya, volume dan laba. 

Pengendalian Biaya

Biaya tetap dalam variable costing dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan yakni : discretionary fixed cost dan committed fixed cost. Discretionary fixed cost merupakan biaya yang berperila- ku tetap karena kebijakan manajemen. Dalam jangka pendek biaya ini dapat dikendalikan oleh manajemen. Sedangkan committed fixed cost merupakan biaya yang timbul dari pemilikan pabrik, ekuipmen dan organisasis pokok. Dalam jangka pendek biaya tersebut tidak dapat dikendalikan oleh manajemen. 

Pengambilan Keputusan

Pihak manajemen dengan menggunakan metode variable costing dapat menentukan pengambilan keputusan misal dalam hal pesanan khusus.

Related Documents


More Documents from "M Tofa"